Anda di halaman 1dari 55

PENGENDALIAN MUTU PRODUK AKHIR TEMBAKAU BAWAH

NAUNGAN DI PTPN X AJONG GAYASAN-JEMBER

LAPORAN MAGANG KERJA

oleh :
Linggawati Dwi Putri Sektiari
NIM. 171710101037

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
November, 2020
i
PENGENDALIAN MUTU PRODUK AKHIR TEMBAKAU BAWAH
NAUNGAN DI PTPN X AJONG GAYASAN-JEMBER

LAPORAN MAGANG KERJA


Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Magang Kerja (MK)
Di Program Studi Teknologi Hasil Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian

oleh :
Linggawati Dwi Putri Sektiari
NIM. 171710101037

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JEMBER
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
November, 2020
ii
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Linggawati Dwi P.S
NIM : 171710101037
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa, laporan Magang Kerja yang berjudul
“PENGENDALIAN MUTU PRODUK AKHIR TEMBAKAU BAWAH
NAUNGAN DI PTPN X AJONG GAYASAN-JEMBER” adalah hasil benar-
benar karya sendiri. Kecuali jika ada dalam pengutipan kata yang disebutkan
disertakan sumbernya dan belum pernah diajukan pada institusi manapun, serta
bukan karya tiruan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya
dengan sikap ilmiah yang harus dijunjung tinggi. Demikian pernyataan ini saya
buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun.
Apabila meniru hasil karya dari orang lain saya bersedia diberikan sanksi
akademik.

Jember, 2 November 2020


Yang menyatakan

Linggawati Dwi Putri S


NIM.171710101037

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan magang kerja berjudul “Pengendalian Mutu Produk Akhir


Tembakau Bawah Naungan Di PTPN X Ajong Gayasan-Jember”, merupakan
karya dari Linggawati Dwi Putri Sektiari (171710101037) yang telah disetujui
oleh pihak PTPN X Ajong Gayasan Jember, pada :
Hari : Jum’at
Tanggal : 2 Oktober 2020
Tempat : PTPN X Ajong Gayasan Jember

Mengetahui, Menyetujui,
General Manager PTPN X Kebun Pembimbing Lapang
Ajong Gayasan Jember

(DWI APRILIA SANDI, SP) (DWI YULIANTO, SE)

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan magang kerja yang berjudul “Pengendalian Mutu Akhir Produk


Tembakau Bawah Naungan di PTPN X Ajong Gayasan Jember” karya
Linggawati Dwi Putri Sektiari (171710101037) yang telah disetujui dan disahkan
oleh Fakultas Teknologi Pertanian pada :
Hari/tanggal : Sabtu, 12 Desember 2020
Tempat : Fakultas Teknologi Pertanian

Jember, 12 Desember 2020

Mengetahui,
Dosen Pembimbing Ketua Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian
Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember

Ahmad Nafi’ S.TP., M.P Dr. Ir. Jayus


NIP. 197804032003121003 NIP. 196805161992031004

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Jember

Dr. Ir. Bambang Marhaenanto, M.Eng.


NIP. 196312121990031002

v
RINGKASAN

Pengendalian Mutu Produk Akhir Tembakau pada PTPN X Ajong Gayasan


Jember. Linggawati Dwi Putri Sektiari, 171710101037 ; 2020 ; Program Studi
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Jember.
PT. Perkebunan Nusantara X Kebun Kertosari, Jember merupakan salah
satu perusahaan yang mengelola tembakau sebagai bahan dasar pembuatan cerutu.
Jenis tembakau yang dibudidayakan yaitu tembakau bawah naungan dengan jenis
mutu NW (Natural Wrapper), LPW (Light Painting Wrapper) dan PW (Painting
Wrapper). Pada pengendalian produk akhir tembakau dilakukan bebrapa
perlakuan atau treatment, salah satunya proses fumigasi. Proses fumigasi
dilakukan setelah tembakau dipacking dan dimasukkan ke gudang. Fumigasi
merupakan suatu metode pengendalian hama yang ada pada tembakau. Fumigant
yang digunakan adalah fosfin.
Setiap 1 box karton yang berisi 50 kg tembakau diberikan 1 tablet racun
fosfin untuk menghilangkan dan membunuh hama tembakau. Hama yang sering
menyerang tembakau yang sudah di packing bernama L.serricone. Kenampakan
daun tembakau yang terkena L.serricone akan berlubang-lubang dari semua sisi
daun tembakau dan adanya kontaminasi dari kokon(ulat sutra). Proses fumigasi
dilakukan dengan minimal waktu sebulan sebelum tembakau laku terjual. Jika
dalam waktu sebulan belum terjual maka akan dilakukan fumigasi Kembali.
Pengendalian disekitar Gudang penyimpanan juga dilakukan dengan
menggunakan bulldog yang dimasukkan ke dalam safal dan disemprotkan ke area
lantai, jendela dan seluruh ruangan Gudang penyimpanan tembakau. Hasil dari
pengolahan tembakau tersebut nantinya akan dijual ke konsumen dari berbagai
negara.

vi
PRAKATA

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat,
karunia, serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan Laporan Kuliah Kerja yang
berjudul “Pengendalian Mutu Produk Akhir Tembakau Bawah Naungan
Pada PTPN X Kebun Ajong Gayasan Jember” dengan tepat waktu. Laporan
Kuliah Kerja ini disusun berdasarkan hasil pembelajaran lapang yang
dilaksanakan di PTPN X Kebun Ajong Gayasan Jember.
Penyusunan laporan ini dapat terselesaikan atas dukungan, bimbingan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih
kepada :
1. Dr. Siswoyo Soekarno, S.TP, M.Eng, selaku dekan Fakultas Teknologi
Pertanian Universitas Jember;
2. Dr. Ir. Jayus selaku Ketua Jurusan Teknologi Hasil Pertanian Fakultas
Teknologi Pertanian Universitas Jember yang telah memberikan banyak
masukan dan motivasi;
3. Ahmad Nafi, S.TP, MP, selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan
waktu, pikiran dan perhatian guna memberikan bimbingan koreksi dan
penyusunan laporan ini;
4. Orang tua yang saya cintai, Bapak Sail Budianto dan Ibu Siti Zubaidah
atas kasih sayang, support, perhatian, dan doa yang selalu tercurah kepada
penulis;
5. Mas Sebastian, Mbak Erni, Dirga dan Dira yang menyemangati,
memberikan support kepada penulis selama proses magang dan
penyelesaian laporan;
6. Teman-teman magang saya Elma, Dini dan Dinda yang sudah membantu
dan saling support dalam pelaksanaan magang dan penyelesaian laporan.
7. Seluruh teman-teman Teknologi Hasil Pertanian Angkatan 2017 yang
selalu saling memotivasi, mendukung, mendoakan dan selalu semangat
dalam berjuang dan belajar bersama-sama dalam meraih impian di
vii
Fakultas Teknologi Pertanian.
Penulis menyadari bahwa laporan magang kerja ini masih jauh dari
kesempurnaan. Kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dan
kelengkapan laporan magang ini sangat penulis harapkan. Semoga penulisan
laporan magang ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.

viii
DAFTAR ISI

COVE
R................................................................................................................................i
LEMBAR PERNYATAAN..................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................................iv
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................v
RINGKASAN........................................................................................................vi
PRAKATA............................................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL.................................................................................................xi
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................xiii
BAB 1. PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................1
1.2 Tujuan...........................................................................................................2
1.3 Manfaat.........................................................................................................2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA............................................................................3
2.1 Tembakau......................................................................................................3
2.2 Jenis-jenis Tembakau...................................................................................4
2.2.1 Tembakau musim hujan (NO).................................................................5
2.2.2 Tembakau musim kemarau (VO)............................................................6
2.3 Tembakau Bawah Naungan........................................................................9
2.4 Pengendalian Mutu Tembakau................................................................10
BAB 3. METODOLOGI KEGIATAN...............................................................11
3.1 Tempat dan Waktu Kegiatan....................................................................11
3.2 Jenis dan Sumber Data..............................................................................11
3.3 Metode Kegiatan.........................................................................................12
3.4 Tahapan Kegiatan......................................................................................13
BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN...............................................14
ix
4.1 Sejarah Perusahaan...................................................................................14
4.2 Lokasi Perusahaan………………………………………………………16
4.3 Visi dan Misi PTPN X Ajong Gayasan Jember.......................................16
4.4 Makna Logo Perusahaan...........................................................................16
4.5 Struktur Organisasi Perusahaan..............................................................18
4.6 Strategi Perusahaan...................................................................................19
BAB 5. HASIL KEGIATAN MAGANG KERJA.............................................20
5.1 Pengolahan Pasca Panen Tembakau Bawah Naungan...........................20
5.2 Pengendalian Mutu Produk Akhir...........................................................25
BAB 6 PENUTUP.................................................................................................30
6.1 Kesimpulan.................................................................................................30
6.2 Saran............................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31
LAMPIRAN..........................................................................................................33

x
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Rekapitulasi Riwayat Perusahaan.....................................................15

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Daun Tembakau............................................................................3


Gambar 3.1 Proses Kuliah Kerja.................................................................................13
Gambar 4.1 Jarak Lokasi Magang Kerja dari UNEJ...................................................16
Gambar 4.2 Logo PTPN X...........................................................................................17
Gambar 4.3 Struktur Organisasi PTPN X Ajong Gayasan..........................................18
Gambar 5.1 Pengangkatan STG ke Atas Bambu.........................................................20
Gambar 5.2 Kegiatan Meropos Tembakau..................................................................21
Gambar 5.3 Proses Penataan Daun Tembakau di Fermentasi.....................................22
Gambar 5.4 Proses Buka Daun(bir-bir).......................................................................22
Gambar 5.5 Proses Pekerjaan Bagian Sortasi..............................................................23
Gambar 5.6 Tempat Pengukuran Tembakau...............................................................24
Gambar 5.7 Kenampakan Proses Kavling...................................................................25
Gambar 5.8 Penataan Tembakau untuk Fumigasi.......................................................26
Gambar 5.9 Fumigasi Fosfin Tembakau......................................................................26
Gambar 5.10 Hama Tembakau L.serricone.................................................................27
Gambar 5.11 Alat Lasiotrap.........................................................................................28
Gambar 5.12 Tembakau yg Akan di Inspeksi..............................................................29

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Penerimaan Kuliah Kerja....................................................34


Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Kuliah Kerja........................................35
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Kuliah Kerja...........................................36
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Kuliah Kerja...........................................39

xiii
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkebunan merupakan suatu lahan yang luas dengan memiliki banyak
potensi yang dapat dimanfaatkan. Potensi tersebut dapat dilihat dari banyaknya
unit usaha hasil perkebunan milik Negara maupun milik swasta. Salah satu
pemanfaatannya adalah dengan penanaman komoditi tembakau. Tembakau
merupakan komoditi yang banyak dipilih untuk dipasarkan karena memiliki nilai
ekonomi tinggi dan bahkan pemasarannya telah menembus pasaran internasional.
Tembakau merupakan tanaman semusim yang dimanfaatkan pada bagian
daunnya. Daun tembakau dapat diolah menjadi rokok, cerutu dan lain-lain.
Daun tembakau memiliki beberapa jenis dengan ciri-ciri dan karakteristik
yang berbeda. Jenis-jenis daun tembakau antara lain TBN(Tembakau Bawah
Naungan), Tembakau Voor Ogst, Tembakau Na oogst, dll. Perbedaan jenis daun
tembakau tersebut dapat mempengaruhi harga jual daun tembakau yang akan
dipasarkan sesuai kualitas dan permintaan yang diinginkan oleh konsumen.
PT. Perkebunan Nusantara X (PTPN X) sebagai Badan Usaha Milik Negara
memiliki produktifitas yang tinggi yang bergerak pada bidang tembakau. Salah
satu cabang perusahannya terletak di Kabupaten Jember yang bertempat di Ajung.
PTPN X Ajong Gayasan mengembangkan jenis tembakau TBN. Tembakau
Bawah Naungan merupakan jenis tembakau yang ditanam di akhir musim
penghujan dengan menggunakan jaring(waring). Proses pengolahan yang
dilakukan di PTPN X Ajong Gayasan masih menggunakan peralatan yang
sederhana karena dapat mempengaruhi aroma dan cita rasa yang ditimbulkan oleh
tembakau.
Tahapan pengolahan yang dilakukan dimulai dari persiapan benih hingga
pemetikan daun yang akan dibawa ke gudang pengeringan dengan diberikan
perlakuan ditusuk menggunakan sujen dan digantung untuk dikeringkan. Proses
pengeringan daun tembakau dilakukan sekitar 2 minggu. Tembakau yang telah
kering dibawa ke gudang pengolahan dengan mengalami beberapa tahapan proses
lainnya. Oleh karena itu, magang kerja kali ini dilakukan untuk mengetahui proses

1
secara detail pengolahan tembakau yaitu pada tahapan pengendalian mutu akhir
produk tembakau sebelum dilakukan penjualan.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya Magang Kerja di PTPN X Ajong Gayasan
Jember antara lain :
a. Mempelajari proses pengolahan pasca panen tembakau bawah
naungan di PTPN X Kebun Ajong Gayasan Jember.
b. Mengkaji penerapan pengendalian mutu proses fumigasi
tembakau bawah naungan di PTPN X Kebun Ajong Gayasan
Jember.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat penerapan mutu proses fumigasi tembakau bawah naungan
di PTPN X Ajong Gayasan Jember adalah dapat menjaga kualitas dan mutu daun
tembakau tetap baik serta tidak terserang hama selama proses penyimpanan
sampai penjualan ke konsumen.

2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 .......APANYA?????Tembakau
Tembakau merupakan tanaman perkebunan unggul yang mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi dan sudah lama diusahakan oleh petani tembakau di Jawa
Tengah. Tanaman tembakau berperan penting bagi perekonomian Indonesia,
terutama dalam penyediaan lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi petani
dan sumber devisa bagi negara disamping mendorong berkembangnya agribisnis
tembakau dan agroindustri (Cahyono, 2015). Taksonomi tanaman tembakau dapat
diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Thracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Subkelas : Asteridae
Ordo : Solanales
Famili : Solanaceae
Genus : Nicotiana
Spesies : Nicotina tabacum L.

Gambar 2.1 Daun Tembakau


Sumber : Cahyono (2015)
Tanaman tembakau memiliki akar tunggang dan akar tanaman tembakau
kurang tahan terhadap air yang berlebihan karena dapat mengganggu

3
pertumbuhan akar bahkan tanaman dapat mati (Matnawi, 1997). Batang 5
tembakau berbentuk agak bulat, agak lunak dan tidak bercabang. Diameter batang
pada tanaman tembakau sekitar 5 cm (Cahyono, 2015).
Daun tembakau berbentuk lonjong atau bulat tergentung pada varietas
tanamannya. Jumlah daun dalam satu tanaman tembakau berkisar antara 28
hingga 32 helai. Ketebalan daun tembakau berbeda-beda tergantung varietas
budidaya. Daun tembakau tumbuh berselang-seling mengelilingi batang tanaman.
Proses penuaan (pematangan) daun biasanya dimulai dari bagian ujung, kemudian
bagian bawahnya (Budiman, 2009).
Bunga tanaman tembakau merupakan bunga majemuk yang berfungsi sebagai
alat penyerbukan sehingga dapat dihasilkan biji untuk perkembangbiakan
(Cahyono, 2015). Tembakau yang banyak dibudidayakan di Indonesia adalah
tembakau Virginia, tembakau asli/rakyat dan tembakau burley. Tembakau asli
dikenal sebagai jenis daerah dan umumnya jenis ini dipakai sebagai tembakau
rajangan baik itu rajangan kasar, rajangan tengahan ataupun rajangan halus.
Budidaya tembakau meliputi pembibitan, pengolahan tanah, penanaman dan
pemeliharaan, pengendalian hama dan penyakit serta panen dan pasca panen
(Setiawan dan Trisnawati, 2013).

2.2 Jenis-jenis Tembakau


Jenis-jenis tembakau yang ada sekarang umumnya diberi nama berdasarkan
tempat asal jenis tembakau tersebut terus-menerus diusahakan. Kualitas tanaman
tembakau banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, terutama faktor iklim dan
tanah. Secara genetis (genotipe), tanaman tembakau tidak mengalami perubahan,
namun secara fenotip tergantung pada keadaan lingkungannya. Hal ini
menyebabkan jenis tembakau yang dihasilkan berbeda karena keadaan lingkungan
yang tidak sama. Dengan demikian, banyak dikenal nama-nama tembakau yang
diusahakan berdasarkan negara asalnya, misalnya tembakau virginia yang berasal
dari daerah Virginia (Amerika), tembakau Turki (berasal dari Turki) (Setiadji,
2006:12).

4
Demikian pula di Indonesia banyak dikenal jenis-jenis tembakau
berdasarkan daerah asal penanamannya, diantaranya Deli, Besuki, Payakumbuh,
Bugis, Kedu, Siluk, Banyumas, Kediri, Lumajang, Madura dan Rembang.
Umumnya jenis-jenis tembakau sangat susah dibedakan. Untuk memudahkan
pembagiannya, berbagai jenis tembakau dibedakan berdasarkan waktu penanaman
dan penggunaannya (Setiadji, 2006:12).
2.2.1 Tembakau musim hujan (NO)
Tembakau musim hujan atau Na Oogst (NO) merupakan tanaman tembakau
yang ditanam pada awal musim hujan atau akhir musim kemarau, dan dipanen
pada saat musim hujan. Tembakau musim hujan (NO) dapat dibedakan menjadi 2
jenis tembakau, sebagai berikut (Setiadji, 2006:12-14):
a. Tembakau Cerutu
Di dunia pertembakauan internasional, Indonesia telah terkenal karena jenis
tembakau cerutu ini. Tembakau Deli, di pasaran internasional lebih dikenal
sebagai tembakau Sumatera, sedangkan tembakau Besuki dan Vorstenland lebih
dikenal dengan nama tembakau Jawa. Berdasarkan fungsinya pada pembuatan
rokok cerutu, tembakau cerutu dibagi menjadi tiga tipe dan dihasilkan oleh
Indonesia. Ketiga jenis tembakau cerutu tersebut, antara lain:
1. Jenis pengisi (Belanda : vulzel, Inggris: filler)
2. Jenis pembungkus (Belanda: omblad, Inggris : binder)
3. Jenis pembalut (Belanda : dekblad, Inggris :wraper)
b. Tembakau Pipa
Tembakau pipa yang dimaksudkan adalah jenis tembakau yang dipergunakan
untuk pipa. Sampai saat ini, jenis tembakau yang paling baik untuk pipa yaitu
tembakau Lumajang. Varietas tembakau Lumajang yang asli mempunyai
karakteristik tinggi, ramping, dengan duduk daun yang mirip dengan varietas
tembakau cerutu Besuki maupun Vorstenlanden. Terdapat dua macam tembakau
Lumajang, yaitu VO Lumajang atau lebih dikenal dengan nama lokal Jembel
Putih, dan tembakau NO Lumajang atau lebih dikenal dengan nama Klungsung.
Umumnya tembakau jenis ini yang berkualitas tinggi memiliki sifat-sifat sebagai
berikut:

5
1. Warna daunnya terang menyala (bright) kecoklatan hingga coklat merah
2. Daya pijarnya baik sekali
3. Ringan dan kenyal
Salah satu ciri khas tembakau ini yang tidak terdapat pada jenis tembakau lainnya,
yaitu adanya bercak putih cercospora yang tetap dan tidak mengurangi nilai
kualitasnya. Bahkan bercak-bercak tersebut merupakan bercak keberuntungan,
karena justru menjadi ciri khas yang dicari oleh penggemarnya.
2.2.2 Tembakau musim kemarau (VO)
Tembakau musim kemarau (VO) merupakan jenis tembakau yang ditanam
pada akhir musim hujan dan dipanen pada musim kemarau, karena pada waktu
panen sebaiknya tidak sampai kehujanan. Tembakau musim kemarau dibedakan
menjadi 3 jenis tembakau, sebagai berikut (Setiadji, 2006:12-17):
a. Tembakau Sigaret
Jenis tembakau ini digunaka sebagai bahan pembuatan rokok sigaret, baik sigaret
putih maupun sigaret kretek. Cukup banyak jenis tembakau yang dapat digunakan
sebagai bahan pembuatan rokok sigaret. Hampir semua jenis tembakau rajangan
dapat digunakan untuk bahan rokok sigaret. Namun, tembakau yang paling
banyak digunakan untuk bahan rokok sigaret adalah tembakau virginia. Dalam
jumlah yang tidak terlalu banyak, digunakan juga tembakau Turki (oriental),
tembakau kasturi, dan beberapa jenis tembakau rakyat sebagai campuran. Jenis
tembakau rakyat
sebagai campuran. Jenis tembakau rakyat yang kadang-kadang dipergunakan
untuk sigaret diantaranya tembakau madura, tembakau garut (Jawa Barat),
tembakau payakumbuh (Sumatera Barat), dan tembakau bugis (Sulawesi Selatan).
Terdapat 2 macam jenis tembakau yang digunakan untuk bahan pembuatan rokok
sigaret, antara lain:
1. Tembakau Virginia
Tembakau ini berasal dari Virginia Orinoco, Amerika Serikat, karena
perkembangannya baik dan tingkat adaptasinya terhadap jenis tanah cukup tinggi,
maka sampai saat ini jenis tembakau virginia ditanam hampir di seluruh dunia.
Jenis tembakau virginia cukup mudah dibedakan dari jenis yang lain, karena

6
memiliki sosok (terutama dilihat dari daunnya) yang sedikit berbeda. Tembakau
virginia memiliki daun yang berwarna kekuning-kuningan. Bentuk daunnya
genjang (rhomboidal) sampai jorong (elliptical), tetapi kadang-kadang bulat telur
(ovalis). Ujung daunnya lancip sampai meruncing. Setiap batang umumnya
memiliki jumlah daun sekitar 20-30 helai yang tidak bertangkai (daun duduk) dan
tertancap pada batangnya dengan posisi tegak membentuk sudut 45°.
Keistimewaan jenis tembakau ini dibandingkan dengan jenis yang lain, terutama
adaptasinya yang cukup tinggi terhadap lingkungan dan mempunyai kualitas yang
sangat baik untuk bahan rokok sigaret. Tembakau virginia yang berkualitas baik,
melalui pengolahan daun flue curing akan menghasilkan daun flue curing akan
menghasilkan krosok yang berwarna kuning jingga/limau. Disamping warnanya
yang menarik, ciri khas tembakau virginia adalah aromanya.
2. Tembakau sigaret yang lain
Beberapa jenis tembakau lain yang dianggap cukup baik untuk bahan rokok
sigaret diantaranya adalah tembakau turki, burley, maryland, beberapa jenis
tembakau rakyat (rembang, madura, garut, payakumbuh), dan beberapa varietas
campuran dari tembakau virginia dengan tembakau rakyat. Diantara ketiga jenis
tembakau ekspor (tembakau turki, burley, dan maryland), yang paling banyak
ditanam di Indonesia yaitu tembakau turki. Tembakau turki (oriental) sudah sejak
lama dikenal oleh dunia pertembakauan karena ciri khas aromanya banyak
dikagumi oleh para perokok. Karena aromanya yang sangat baik, maka jenis
tembakau ini dikenal juga
dengan nama aromatic tobacco. Di Indonesia, perkembangan tembakau turki
kurang menggembirakan karena kesulitan dalam hal pemasaran dan produksi yang
tidak terlalu tinggi untuk iklim Indonesia. Dengan demikian, petani lebih tertarik
menanam jenis tembakau virginia dan tembakau rakyat.
b. Tembakau asapan
Pemberian nama tembakau asapan ini berdasarkan cara pengolahan daunnya,
yaitu diasapi (smoke cured). Di Indonesia, jenis tembakau ini banyak dihasilkan
dari daerah Boyolali, sehingga sering juga disebut dengan nama tembakau
boyolali. Tembakau jenis ini mempunyai karakteristik antara lain berdaun tebal,

7
berwarna gelap, berminyak, kuat dan berat. Tembakau yang diperoleh dari hasil
pengasapan, selain dikenal dengan smoke curred leaf, hasil rajangannya juga
sering disebut tembakau shag. Rokok yang dibuat dari jenis tembakau ini
mempunyai ciri khas sebagai tembakau berat, baik rasa, maupun aromanya, dan
berwarna coklat hitam sampai coklat merah.
c. Tembakau asli/rakyat
Tembakau asli yaitu yang dikenal sebagai tembakau jenis daerah, juga sering
disebut landras. Dalam istilah populernya sering disebut native tobaccoes atau
bevolking tabak. Pada umumnya tembakau asli ditanam oleh petani secara campur
aduk (terdiri dari berbagai varietas), dan kebanyakan pembenihannya dilakukan
sendiri oleh petani. Hal ini yang menyulitkan pelacakan varietasnya secara pasti.
Tembakau asli masih dapat dibedakan dengan jelas dari tembakau lainnya. Bentuk
daun tembakau asli bervariasi, yaitu bersayap, tidak bersayap, bertangkai panjang
dan bertangkai pendek. Di Indonesia, tembakau asli dipakai sebagai tembakau
rajangan yang menghasilkan beberapa variasi rajangan yaitu, rajangan kasar,
tengahan, dan halus. Warna dari hasil rajangan tembakau asli juga bervariasi yaitu
kuning emas, merah, coklat, sampai hitam kelam. Penggunaan jenis tembakau ini
juga cukup bervariasi, sebagai bahan campuran dalam industri rokok kretek, dan
sigaret, dibuat lintingan, atau sering juga digunakan untuk tembakau susur.
Beberapa kelebihan yang dimiliki oleh tembakau asli antara lain, lebih tahan
terhadap penyakit lanas, dan pengeringan daunnya dapat dilakukan secara
sederhana (sun/ air curing), sehingga biaya pengolahannya menjadi lebih murah.
Ketahanan tembakau asli terhadap penyakit dibandingkan dengan tembakau
virginia, menyebabkan jenis tembakau ini lebih menjanjikan kelangsungan
produksi yang bagus. Disamping itu, beberapa jenis tembakau asli mempunyai
kualitas yang tidak kalah dengan tembakau virginia. Beberapa tembakau asli yang
mempunyai kualitas cukup baik antara lain tembakau rembang, bojonegoro,
kasturi, kayumas, molek, madura, kedu, payakumbuh, takengon dan bone.

8
2.3 Tembakau Bawah Naungan
Menurt Djajadi, 2008 (dalam Rizal, 2018:4), jember merupakan salah satu
wilayah yang dapat ditanami tembakau cerutu jenis TBN (Tembakau Bawah
Naungan). Tembakau ini mampu menghasilkan mutu pembalut cerutu dengan
karakteristik rasa netral. Daerah Jember Selatan merupakan wilayah bagian yang
berpotensi menghasilkan tembakau dengan mutu tinggi, yaitu mutu omblad
(pembalut cerutu) dan dekblad (pembungkus cerutu).
Tembakau Bawah Naungan (TBN) atau Vorstenlanden bawah naungan
(VBN) dibudidayakan pada daerah-daerah yang tidak memiliki suasana
cloudiness, yakni suatu daerah yang dapat memperoleh pancaran sinar matahari
dalam jumlah yang banyak. Untuk mencapai cloudiness tiruan atau buatan,
diusahakan dengan membuat naungan. Daerah yang sering mengalami cloudiness
(langit sering tertutup awan pada siang hari) terdapat di daerah Sumatera (Deli).
Di tempat tersebut dapat menghasilkan tembakau yang sangat terkenal di pasaran
dunia. Daun tembakau yang mendapatkan pancaran sinar matahari langsung
cukup banyak, daun-daunnya akan lebih tebal dibanding dengan tanaman di
bawah naungan. Dari tanaman yang berada di bawah naungan akan diperoleh
(Matnawi, 1997:10-11):
a. Warna daun seragam
b. Ukuran panjang dan lebar daun lebih menjangkau
c. Daun lebih tipis dan elastis
d. Kualitas krosok lebih ringan
e. Sedikit gum (minyak aetetis dan resin)
f. Kadar nikotin lebih rendah
g. Daya pijar baik
h. Kualitas-kualitas lain juga baik

9
Disamping ditanam dibawah naungan, sebagai pengganti hujan (salah

musim) dapat diganti dengan hujan buatan. Caranya menyemprot dengan kabut

yang tebal, menggunakan air yang bersih dan sehat. Dengan adanya naungan,

pancaran sinar matahari dapat diturunkan hingga 35%.

2.4 Pengendalian Mutu Tembakau


Pengendalian mutu adalah kegiatan terpadu mulai dari pengendalian
standar mutu bahan, standar proses pengolahan bahan, barang setengah jadi,
barang jadi, hingga pengiriman akhir ke konsumen agar sesuai dengan sepesifikasi
mutu yang direncanakan. Mutu tembakau dibedakan menjadi dekblad, omblad,
dan filler. Dekblad adalah pembalut luar cerutu, sehingga menuntut kualitas yang
sangat bagus dan memiliki nilai ekonomis tinggi. Omblad adalah pembungkus
dalam cerutu, memiliki nilai ekonomis lebih rendah dari dekblad. Filler adalah
isian cerutu, terendah dan nilai ekonomisnya rendah (Nisa, 2015). Pengendalian
mutu dilakukan dari mulai tembakau memasuki gudang pengeringan hingga
proses ekspor dan distribusi ke para konsumen.
Proses produksi perusahaan tidak hanya memperhatikan kuantitas, tetapi
juga mempertimbangkan kualitas atau mutu tembakau. Kesesuaian dan
produktivitas dari mutu tembakau dapat mempermudah transaksi antara penjual
dengan pembeli. Mutu produk tembakau yang dihasilkan tidak hanya diperhatikan
dari salah satu komponen dalam penanganan atau pengolahan produk saja, namun
menjadi fokus utama dalam satu rangkaian proses yang dimulai dari aspek bahan
baku, produksi, hingga pemasaran. Dalam berbagai kasus ekspor komoditas
tembakau, mutu digambarkan dalam karakteristik tidak adanya kontaminan yang
dapat membahayakan konsumen, serta ketepatan waktu dan jumlah ekspornya
(Utami dkk, 2014).

10
BAB 3. METODe OLOGI KEGIATAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Penulis melakukan Kegiatan Magang Kerja akan dilaksanakan di PTPN X
Kebun Ajong Gayasan yang bertempat di Jl. MH. Thamrin No.143, Limbung Sari,
Ajung, Kec. Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68175. Waktu pelaksanaan
Kegiatan Magang Kerja yaitu selama 30 hari dimulai pada tanggal 2 Oktober s/d 2
November 2020.

3.2 Jenis dan Sumber Data


Jenis dan sumber data yang didapatkan oleh penulis diperoleh dari studi
pustaka dan observasi langsung di lapangan. Penulis melakukan studi Pustaka dari
beberapa literatur mengenai pengendalian mutu produk tembakau sebelum
dilakukan penjualan. Sedangkan berdasarkan metode observasi ini didapatkan
data berupa :
1. Data primer dengan mencari dan mengumpulkan data dari sumber-sumber
yang terkait dan melakukan pengamatan secara langsung mengenaik objek
yang diteliti. Pengamatan yang dilakukan dimulai dari proses penyediaan
bahan baku tembakau, proses pengolahan tembakau, hingga proses
pemasaran tembakau di PTPN X Ajong Gayasan Jember.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak industri yang dapat
berupa bukti-bukti dokumentasi (arsip, foto, dan lain-lain), jurnal- jurnal,
atau catatan yang ada di industri

11
3.3 Metode Pelaksanaan Kuliah Kerja
Metode yang dilakukan dalam kegiatan magang kerja antara lain :
a. Metode Observasi
Mencari dan mengumpulkan data dari sumber-sumber yang terkait dan
melakukan pengamatan secara langsung mengenaik objek yang diteliti.
Pengamatan yang dilakukan dimulai dari proses penyediaan bahan baku
tembakau, proses pengolahan tembakau, hingga proses pemasaran tembakau di
PTPN X Ajong Gayasang Jember dan Metode interview dengan pengumpulan
data yang melakukan wawancara langsung dengan pihak-pihak terkait mengenai
proses produksi tembakau di PTPN X Ajong Gayasan Jember.
b. Metode Kepustakaan
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan studi literatur yang
berhubungan dengan topik pengamatan dan pembahasan yang telah dipilih.
c. Orientasi
Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara ikut serta dalam hal
melaksanakan pekerjaan seperti pada bagiang saring rompos, penaataan tembakau
di bagian fermentasi, dan pengeringan yang dilakukan oleh mahasiswa selama
proses produksi.
d. Dokumentasi
Penulis melakukan pengambilan atau dokumentasi foto, merekam/video
pencarian dan pengumpulan dokumen laporan yang berhubungan dengan obyek
topik pembahasan.

12
3.4 Tahapan Kegiatan
Tahapan kegiatan pad kuliah kerja terdapat pada Gambar 3.1

13
Mulai

Pengiriman proposal magang ke PTPN X Kebun Ajong


Gayasan Jember

Proses pengajuan proposal magang

Surat balasan izin magang dari PTPN X Ajong Gayasan


yang dikirim ke Fakultas

Melengkapi persyaratan kuliah kerja di PTPN X Kebun


Ajong Gaysan Jember

Penetapan tanggal masuk kuliah kerja

Kuliah kerja masuk pukul 07.30 WIB

Pembagian di Gudang pengeringan dan Gudang


pengolahan

Istirahat

Pulang kuliah kerja pukul 14.00 WIB

Selesai

Gambar 3.1 Proses Kuliah Kerja

14
BAB 4. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

4.1 Profil Umum dan Sejarah Perusahaan


Sejak tahun 1863, pengembangan tembakau bahan cerutu di Indonesia
terpusat di tiga areal pengembangan, yaitu di Deli (Sumatera Utara), di Klaten
(Jawa Tengah), dan di Eks Karesiden Besuki (JawaTimur). Pemilihan lokasi areal
pengembangan tersebut didasarkan pada kondisi agroklimatologi yang sesuai
untuk memproduksi tembakau bahan cerutu. Salah satu anak perusahaan dari
PTPN X terletak di daerah Ajung Kabupaten Jember. PTPN X Ajong Gayasan
dahulu adalah milik Perusahaan Belanda yang diambil oleh Pemerintah Indonesia.
Kebun Ajong Gayasan merupakan salah satu Unit Usaha Strategis
Tembakau dari PTPN X yag mengusahakan tembakau Besuki Na-oogst. Sebelum
terbentuknya nama PTP diawali dari : Kesatuan Jatim IX (PPN Baru Jatim IX)
berdasarkan PP No.173/1961 Jo No.198/1961. Pada tahun 1963 Perusahaan
Perkebunan(Negara) Tembakau V dan VI (PP No.30/1963) tanggal 22-5-1963
LN.51/1963). Pada tahun 1963 Perusahaan Perkebunan (Negara) Tembakau V
dan VI (PP No.30/1963) tanggal 22-5-1963 LN.51/1963). Tahun 1968
berdasarkan
PP 14/1968 LN.23/1968 menjadi Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) XXVII
penggabungan dari PPTN V dan VI. Pada akhirnya dikeluarkan PP No.7 tahun
1972
tanggal 22-2-1972 PNP XXVII menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perkebunan XXVII. Kemudian pada tahun 1996, berdasarkan PP No.15/1996
tanggal 14 Februari 1996 dilakukan restrukturisasi BUMN sektor perkebunan
meliputi PTPXIX, PTP XXI-XXII, PTP XXVII berubah menjadi PT Perkebunan
Nusantara X.
PT. Perkebunan Nusantara X (Persero) didirikan dengan Akte Notaris
Harun Kamil, SH No. 43 tanggal 11 Maret 1996 di Jakarta, berdasarkan Peraturan
Pemerintah No. 15 tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996 tentang peleburan PT.
Perkebunan XIX (Persero) Klaten, PT. Perkebunan XXI-XXII (Persero) Surabaya
dan PT. Perkebunan XXVII (Persero) Jember menjadi PT. Perkebunan Nusantara
15
X. PT Perkebunan XXVII Jember mempunyai lahan HGU di Kebun Ajong
Gayasan yang dalam riwayatnya dahulu adalah milik Perusahaan Belanda yang
diambil alih oleh Pemerintah Indonesia. Sejarah ini perusahaan ini dapat di
rekapitulasi dalam tabel 4.1 berikut :
Tabel 4.1 Rekapitulasi Riwayat Perusahaan
Dasar Hukum Uraian tentang SK-nya
Undang-undang No. 86/1958 tanggal 27 Undang-undang Nasionalisme Perusahaan-
Desember 1958 LN.162/1958 jo PP perusahaan milik Belanda yang berada di
4/1959 LN.7/1959 dalam wilayah RI. Penentuan Perusahaan
Pertanian/Perkebunan Tembakau milik
Belanda yang dikenakan Nasionalisasi.
Peraturan Pemerintah (PP) No.173/1961 Peraturan Pemerintah tentang
LN.198/1961 pembentukan Perusahaan Perkebunan
Negara Kesatuan Jatim IX (PPN Baru
Jatim IX).
Peraturan Pemerintah (PP) No.30/1963 Peraturan Pemerintah tentang
tanggal 22 Mei 1963 LN.51/1963 pembentukan Perusahaan perkebunan
(Negara) Tembakau V dan VI (PTPN
V&VI).
Peraturan Pemerintah (PP) No.14/1968 Peraturan Pemerintah tentang
LN.23/1968 pendirian/pembentukan Perusahaan Negara
Perkebunan (PNP) XXVII. Penggabungan
dari PTPN V&VI.
Peraturan Pemerintah (PP) No.7/1972 Peraturan Pemerintah tentang pengalihan
tanggal 22 Februari 1972 bentuk PNP XXVII menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero) PT Perkebunan
XXVII.
Peraturan Pemerintah (PP) No.15/1996 Peraturan Pemerintah tentang peleburan
tanggal 14 Februari 1996 Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perkebunan XIX, Perusahaan Perseroan
(Persero) PT Perkebunan XXI-XXII, dan

16
Perusahaan Perseroan (Persero) PT
Perkebunan XXVII (Persero) menjadi PT
Perkebunan Nusantara X.
Sumber : PTPN X Ajong Gaysan

4.2 Lokasi Perusahaan


Lokasi PTPN X Ajong Gayasan Jember berada di Jl. MH. Thamrin No.143,
Limbung Sari, Ajung, Kec. Ajung, Kabupaten Jember, Jawa Timur 68175.
Lokasinya berada disebrang jalan utama atau jalan raya sehingga cukup strategis
dan mudah ditemukan. Letak kantor dan gudangan pengolahan PTPN X Ajong
Gayasan berada di tempat yang sama. Jarak antara PTPN X Ajong Gayasan
Jember dengan Universitas Jember sekitar 7,8 km atau membutuhkan waktu
tempuh sekitar 15 menit. Berikut gambar jarak lokasi magang kerja dari
Universitas Jember ditunjukkan pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Jarak Lokasi Magang Kerja dari UNEJ


(Sumber : Google Maps)
4.3 Visi dan Misi PTPN X Ajong Gayasan Jember
a. Visi

17
Adapun visi dari PTPN X Ajong Gayasan Jemer yaitu “Menjadi perusahaan
agribisnis Nasional berbasis tebu dan tembakau yang unggul dan berdaya saing di
tingkat Regional”
b. Misi
Sebagai perusahaan industri perkebunan terintegrasi yang berbasis tebu dan
tembakau dalam memberikan nilai tambah (value creation) bagi segenap
stakeholders dengan:

1. Menghasilkan produk perkebunan yang bernilai tambah serta berorientasi


kepada konsumen;
2. Membentuk kapabilitas proses kerja yang unggul (operational excellence)
melalui perbaikan dan inovasi berkelanjutan dengan tatakelola perusahaan
yang baik;
3. Mengembangkan kapabilitas organisasi, teknologi informasi dan SDM
yang prima;
4. Melakukan optimalisasi pemanfaatan aset untuk memberikan imbal hasil
terbaik bagi pemegang saham;
5. Turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga
kelestarian lingkungan untuk kebaikan generasi masa depan.

4.4 Makna Logo Perusahaan


Setiap perusahaan memiliki logo sebagai identitas atau tanda pengenal
baik bagi konsumen maupun pihak perusahaan atau industri lain. PTPN X
memiliki logo yang dominan berwarna hijau dan biru. Warna hijau tua yang
terletak pada logo mencerminkan kepedulian dan pelayanan rumah sakit yang di
kelola PTPN X bagi masyarakat luas dan perkebunan. Warna hijau juga
melambungkan kenyamanan dan kesegaran. Pada logo, juga terdapat logo type
berupa teks PTPN X yang digunakan untuk memperkuat pencitraan,
mempermudah pengidentifikasi identitas PTPN X kepada khalayak ramai. Warna
biru pada logo type mencerminkan kepemimpinan, kemandirian untuk

18
memajukan PTPN X. Penggunaan huruf tanpa kait dan layout logo yang dinamis
berfungsi untuk memperkuat citra modern serta inovasi PTPN X dalam bersaing
dikancausaha agribisnis internasional.

Gambar 4.2 Logo PTPN X


Unit Usaha lain merupakan kerjasama dan anak perusahaan bergerak di
bidang:

1. PT Nusantara Medika Utama, anak perusahaan yang bergerak di


bidang pelayanan kesehatan, membawakan tiga rumah sakit, yaitu
Rumah Sakit Gatoel di Mojokerto, RS Toeloengredjo di Pare Kediri, dan
RS Perkebunan di Jember (Jember Klinik).
2. PT Dasaplast Nusantara, bekerja sama dengan PT Surya Satria Sembada,
Jakarta . Produk Plastik,innerbag dan Waring utamanya untuk memenuhi
kebutuhan pabrik gula dan kebun tembakau sendiri, juga dilakukan
ekspor ke jepang dan pasar dalam negeri.
3. PT Energy Agro Nusantara (EAN ), berlokasi di Mojokerto. PT
EAN memproduksi bipetanol berbahan baku tetes.
4. Jasa Cutting Bobbin, bekerja sama dengan Burger Soehne AG Burgh
(BSB) Swiss).
5. Budidaya kedelai edamame dan okura, bekerja sama dengan PT Bahana
Artha Ventura dengan nama PT Mitratani Dua Tujuh Jember. Produk
kedelai edamame ini utamanya untuk ekspor ke jepang, namun juga
dilakukan upaya pemasaran dalam negeri.
4.5 Struktur Organisasi Perusahaan
Struktur organisasi merupakan sebuah gambaran jelas tentang hubungan
kerja yang terjadi di sebuah perusahaan atau organisasi. Fungsi dari struktur
organisasi adalah memperjelas setiap fungsi dan hubungan antar bagian dalam
sebuah perusahaan. Sehingga akan terlihat jelas siapa yang bertanggung jawab
atas sebuah pekerjaan dalam satu bidang. Dalam sebuah perusahaan, biasanya
struktur organisasi digambarkan dalam sebuah bagan atau chart. Tujuannya adalah

19
untuk mengatur posisi pekerjaan sekaligus pembentukan garis komunikasi dan
wewenang.
Struktur organisasi yang dipakai PT. Perkebunan Nusantara yaitu struktur
organisasi bentuk lini dimana wewenang dari atasan disalurkan secara vertikal
kepada bawahan. Begitu juga sebaliknya, pertanggungjawaban dari bawahan
secara langsung ditunjukan kepada yang memberi perintah. Gambar 4.2 berikut
ini merupakan struktur organisasi pada PTPN X Ajong Gayasan Jember :

Gambar 4.3 Struktur Organisasi PTPN X Ajong Gayasan


4.6 Strategi Perusahaan
PTPN X memiliki beberapa strategi untuk menghasilkan nilai tambah dan
menunjang keunggulan dari produk yang dihasilkan di era persaingan globalisasi
saat ini. Strategi yang dimiliki berada pada bidang produksi, pengolahan, dan
pemasaran. Strategi-strateg tersebut, antara lain:
a. Meningkatkan kualitas sesuai permintaan pembeli.
20
b. Menyajikan tembakau dan kakao tepat jumlah, tepat kualitas, dan tepat
waktu, sehingga sasaran pendapatan dapat tercapai.
c. Meningkatkan koordinasi dan komunikasi dengan Bidang Pemasaran
(SBU) dalam rangka mempertahankan dan pengembangan pasar baru.
d. Meningkatkan peran DITH dan Perantara GMBH dalam penjualan
tembakau.

21
BAB 5. HASIL KEGIATAN MAGANG KERJA

5.1 Pengolahan Pasca Panen Tembakau Bawah Naungan


Pengolahan TBN pada PTPN X Kebun Ajong Gayasan melalui beberapa
tahapan. Berikut Tahap awal pengolahan tembakau di PTPN X Kebun Ajong
Gayasan sebelum memasuki gudang pengolahan adalah proses pengeringan.
Proses pengeringan dilakukan setelah daun dipetik atau dipanen. Daun tembakau
yang telah dipetik dimasukkan kedalam keranjang dengan penataan lembaran
untuk diangkut menuju gudang pengeringan. Selanjutnya daun ditusuk atau
penyujenan di tali goni. Setiap STG(satu tali goni) berisi 40 lembar daun
tembakau.

Gambar 5.1 Pengangkatan STG ke atas Bambu


Setiap STG dipasang keatas dengan dikaitkan pada dulug(bambu). Setiap
bamboo pengait berisi sebanyak 4 STG. Pengeringan yang ada d PTPN X Kebun
Ajong menggunakan sistem air curing dan smoke curing. Air curing yaitu dengan
menggunakan suhu kamar. Proses air curing yaitu tembakau yang telah
digantungkan akan dibiarkan terkena udara secara alami tanpa diberikan
perlakuan suhu tertentu. Perubahan fisik dan kimia daun dibiarkan secara alami
sampai diperoleh daun berwarna coklat tua. Pengeringan dengan smoke curing
dilakukan pada malam hari dengan tujuan untuk membuat kelembaban gudang
22
pengeringan tetap stabil. Hal tersebut untuk menghindari agar daun tidak busuk
atau tidak kering secara sempurna.
Setelah umur tembakau di gudang pengeringan sekitar 12-22 hari dilakukan
aktivitas meropos atau mengikat daun untuk memasuki proses ke gudang
pengolahan. Ciri-ciri daun yang telah siap untuk di ropos dengan kondisi keadaan
daun yang supel(fleksibel), tidak dingin/lemas dan berwara coklat tua. Proses
pengkatan daun tembakau atau meropos bersisi 40 lembar tembakau yang
kemudian dikat untuk dimasukkan ke dalam box atau kardus karton.

Gambar 5.2 Kegiatan Meropos Tembakau


Proses selanjutnya saring rompos yang merupakan proses memisahkan
tembakau berdasarkan mutu dekblad, omblad filler dan non produk (Nisa, et al.,
2015). Proses ini dilakukan setelah daun tembakau dari gudang pengeringan.
Daun tembakau diangkut oleh truk menuju gudang pengolahan. Pada proses
sarpos pemilahan daun berdasarkan beberapa kriteria yaitu rambing (daun yang
tidak utuh), filler, dan daun tembakau yang utuh. Daun yang telah dibedakan
berdasarkan kriteria yang diinginkan selanjutnya akan diikat menggunakan tali
yang berbeda bersarkan kriteria. Satu ikat terdiri dari 25-30 lembar daun
tembakau. Daun yang telah diikat akan dipindahkan ke gudang fermentasi.
Proses fermentasi bertujuan untuk mengurangi kadar air, memasakkan
tembakau dan pembentukan aroma. Proses fermentasi dibedakan menjadi 4
tempat yaitu stapel A, stapel B, stapel C dan stapel D. Tembakau dari saring
rompos akan dibawa ke stapel A untuk ditumpuk dengan jarak antar 1 ikat
tembakau ke tembakau lain yaitu 4 jari dan diatur suhu fermentasinya sekitar 47-
48oC selama 7 hari. Jika suhu tidak tercapai maka dilakukan kelembapan atau

23
rekondisi. Kemudian dibalik jadi stapel B yaitu tembakau yang awalnya diatas
menjadi dibawah dengan suhu yang sama untuk meratakan warna dan kualitas
tembakau. Perbedaan satepl A dan stapel B terletak peletakan jarak 1 ikat
tembakau ke tembakau yang lain yaitu 3 jari. Kemudian menuju stapel C dengan
tumpukan tembakau sebanyak 4400 kg selama 12 hari.

Gambar 5.3 Proses Penataan Tembakau di Bagian Fermentasi


Setelah dari stapel C tembakau dibongkar dan menuju ke proses bir-bir
atau buka daun dan memilih daun yang masih bagus dengan yang rusak/rambing.
Proses buka daun atau bir-bir dilakukan dengan berpasangan agar proses buka
daun menjadi lebih mudah dan cepat. Dari proses buka daun dikembalikan ke
proses fermentasi stapel D. Bedanya, pada stapel C yang kedua daun tembakau
yang difermentasi telah terbuka atau daun sudah lebar. Pada tahap ini, fermentasi
dilakukan selama 12 hari dengan target suhu 48°C. Pada fermentasi ini, prosesnya
cukup lama dibandingkan dengan stapel A dan stapel B. Hasil dari stapel C akan
diproses lagi di gudang sortasi.

24
Gambar 5.4 Proses buka daun(bir-bir)
Sortasi merupakan pemisahan daun tembakau berdasarkan beberapa
kriteria tertentu. Proses sortasi pada PTPN Ajong Gayasan dibendakan menjadi
sortasi 1, sortasi 2, sortasi 2A, sortasi 3 dan sortasi 4. Sortasi tahap 1 yang
dilakukan memisahkan tembakau sesuai dengan warna dasar. Warna dasar
kuning, merah dan biru daun yang akan jadi pembungkus cerutu. Dari ketiga
warna tersebut dibedakan lagi kuning masak, kuning terlalu masak(lenger) dan
begitupun dengan merah. Kemudian dilanjutkan ke sortasi tahap 2 yang
mengerjakan bagian kuning lenger(KV) dan merah lenger(MV) yang telah
dipisahkan di tahap 1. Pemisahan di tahap 2 berdasarkan rata L1(lenger 1), L2,
L3(bersih) dan L1, L2, L3(kotor). Saat masuk proses tahap sortasi 2A
memisahkan tingkat mutu. Mutu yang dipisahkan dibedakan menjadi NW(bersih),
LP(kotor) dan PW(belang).
Mutu yang telah dipisahkan ada tingkatan dari ketebalan daun tembakau
seperti daun tipis bersih1,2 dan 3 begitupun dengan daun sedang dan tebal. Dari
tahap 2A kemudian masuk tahap sortasi 3 memisahkan berdasarkan tangga warna.
Pemisahan warna pada tahap 3 ada 14 jenis warna daun. Lalu menuju sortasi
tahap 4 yang bertugas untuk mengunting atau mengikat tembakau hasil dari
pemisahan tangga warna di tahap 3. Tiap unting atau 1 ikatnya 40 lembar daun
tembakau. Kemudian di proses lagi di bagian nazien.

25
Gambar 5.5 Proses Pekerjaan Bagian Sortasi
Proses nazien yaitu pengelompokkan warna dan panjang tembakau.
Panjang tembakau meliputi ukur 3+, 2, 1, 1+ dan 1SS. Masing-masing ukur
kemudian dibedakan berdasarkan pengelompokkan warna. Warna tembakau yang
dipisahkan adalah warna K, KM, M, MM. Warna-warna tersebut merupakan
kualitas yang banyak dicari oleh pasaran atau pembeli. Sedangkan warna lain
seperti biru daun nantinya akan ada pasar tersendiri yang membeli. Jika dalam
jangka waktu lama tidak terjual maka dilakukan proses fermentasi kembali untuk
memasakkan daun tersebut. Jumlah pekerja di bagian nazien berjumlah 32 orang.
Pekerja yang ada di nazien tergantung pada regu yang ada di bagian naminten.
Target tiap pekerja pada bagian nazien dalam sehari bisa menghasilkan sekitar 75
kg. Target pada nazien dalam sehari 40 karton dan setiap karton beratnya 50 kg.

26
Gambar 5.6 Tempat Pengukuran Tembakau
Kemudian masuk ke proses naminten, dimana proses ini daun tembakau di
seragamkan bendasarkan mutu dan kualitasnya. Mutu nya berdasarkan letak
tembakau yaitu koseran, kaki dan tengah. Kemudian dilakukan pengelompokan
kualitas yang memiliki grade yang paling bagus yaitu BNS 1 yang memiliki grade
paling bagus. Proses yang ada di naminten yaitu pengecekan ulang dari proses
nazien berdasarkan mutu yang sama, ukur, warna dan kualitas yang sama.
Kemudian dilakukan penimbangan untuk dimasukkan ke dalam karton dengan
berat 50 kg. Selanjutnya masuk pada bagian packaging.
Proses packaging berlangsung setelah tembakau memasuki tahapan
naminten. Tembakau akan di kemas jika sudah seragam dari segi warna, mutu,
ukur dan kualitas yang sama dalam satu karton. Setiap karton memiliki identitas
dari tembakau yang ada di dalamnya seperti tanggal packaging, nomer urut dan
keterangan DO (dek omblad) yang merupakan keterangan sebagai pembalut atau
pembungkus. Sedangkan packaging tembakau filler atau isi dengan menggunakan
tikar atau kain yute yang memiliki berat 100 kg. Target pengemasan tiap harinya
tergantung perolehan hasil dari bagian naminten. Penumpukan dalam karton
setiap 16 unting dilapisi kertas yang bertujuan untuk melindungi lembaran daun
tembakau agar tidak terbenturan dan mengakibatkan robek yang dapat
menurunkan harga tembakau nantinya. Kemudian dilakukan kavling atau tumpuk
27
karton, setiap tumpuknya berisi 3-4 karton. Penumpukkan tersebut bertujuan
untuk menghemat tempat dan mempermudah proses fumigasi.

Gambar 5.7 Kenampakan Proses Kavling


5.2 Pengendalian Mutu Produk Akhir
Tembakau adalah tanaman perkebunan yang merupakan komoditas
unggulan yang ditanam di Kabupaten Jember. Putri et al (2015) menyatakan
bahwa tembakau merupakan tanaman yang membutuhkan perawatan intensif dari
mulai persiapan tanam, pengolahan tanah, penanaman, hingga pasca panen.
Perawatan yang intensif tersebut upaya untuk meingkatkan kualitas dan nilai jual
tembakau kepada konsumen. Kualitas tembakau yang di produksi oleh PTPN X
Ajong Gayasan dibedakan menjadi 3 yaitu dekblad, omblad dan filler. Tembakau
dekblad digunakan sebagai pembungkus bagian luar cerutu sehingga
menginginkan kualitas yang tinggi. Tembakau omblad sebagai pembungkus lapis
kedua setelah dekblad yang harus memiliki rasa yang khas. Tembakau filler
sebagai pengisi dalam cerutu yang harus memiliki rasa yang dominan karna
mempengaruhi taste pada cerutu.
Produk akhir yang akan dijual oleh PTPN Ajong Gayasan harus melalui
beberapa treatment seperti proses fumigasi. Proses fumigasi merupakan proses
penghilangan hama yang ada pada daun tembakau selama proses penyimpanan.
Menurut Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2011) Fumigasi merupakan
pengendalian hama menggunakan bahan fumigan yaitu pestisida yang dalam suhu
28
dan tekanan tertentu berbentuk gas yang dapat membunuh organisme
pengganggu.

Gambar 5.8 Penataan Tembakau untuk Fumigasi


Fumigasi dilakukan setelah tembakau dilakukan pengepakan atau packing.
Fungsi fumigasi agar tembakau tidak mengalami kerusakan selama penyimpanan
sampai ditangan pembeli. Bahan fumigant yang digunakan oleh perusahaan
berupa fosfin (hidrogen fosfida (PH3). Fosfin memiliki nama kimia
hidrogenfosfida dengan formulasi kimia PH3.

Gambar 5.9 Fumigan Fosfin Tembakau


(Sumber : Faisal et al, 2019).
Formulasi fosfin umumnya berasal dari senyawa aluminium fosfida (AlP)
yang bereaksi dengan uap air (Faisal et al, 2019). Fosfin yang digunakan dalam
bentuk tablet atau butir. Proses fumigasi yang dilakukan di perusahaan dengan
memberikan 1 butir fosfin tiap karton nya. Karton yang sudah dikavling(ditumpuk
3) dengan sejumlah 75 karton menghasibiskan 75 butir fosfin. Proses fumigasi

29
berlangsung selama 1 bulan dan dilakukan penutupan dengan karung agar fosfin
nya tidak menguap. Hama yang biasa menyerang tembakau yaitu L.serricorne.
hama tersebut biasa disebut kumbang tembakau yang menyerang daun tembakau
yang sudah kering. Kenampakan daun tembakau yang terserang hama
L.serricorne akan berlubang-lubang dari semua sisi daun tembakau dan adanya
kontaminasi dari kokon(ulat sutra).

Gambar 5.10 Hama Tembakau L.serricone


(Sumber : Kartasapoetr,1987).
Selama proses fumigasi satu bulan akan diukur kadar racun yang yang ada
pada daun tembakau. Pengukuran fosfin harus memiliki kadar konsentrasi 200
ppm keatas karna jika kurang dari 200 ppm maka hama yang ada pada daun
tembakau masih belum mati. Pengecekan kadar konsentrasi fosfin dilakukan
sekitar3-4 hari setelah fumigasi dilakukan. Penggunaan fosfin dilakukan pada
suhu >20oC untuk meningkatkan efektifitasnya. Perlakuan dengan fumigant fosfin
relative tidak meninggalkan residu pada produk. Sesuai dengan ketentuan Codex
Alimentarius, batas residu untuk inorganic fosfin yang diperbolehkan pada biji-
bijian belum diolah 0,1 mg/kg, dan 0,01 mg/kg pada biji-bijian yang telah diolah
(DEPTAN, 2007). Kegagalan lain yang terjadi pada proses fumigasi adalah jika
daun tembakau memiliki kadar air diatas 22% dapat mengakibatkan kebakaran
karena sifat fosfin yang sangat reaktif dengan air (Badan Karantina Pertanian,
2007). Proses penempatan fumigasi fosfin oleh 2 orang pekerja dan dilakukan
dijaga sekitar area fumigasi dengan tanda-tanda peringatan agar tidak mendekat.
Pelaksanaan fumigasi yang aman menurut Badan Karantina Tumbuhan (2007)
adalah harus memakai alat pelindung diri seperti sarung tangan, pakaian kerja dan

30
full face mask beserta canister dan digunakan pelindung pernapasan jika
pelaksanaan fumigasi lebih dari 30 menit. Selain itu dilakukan pemasangan
lasiotrap agar hama L.serricone dapat menempel ke tempat tersebut. Cara
membuat lasiotrap dengan plastik yang telah dilumuri minyak atau lem sehingga
hama yang mendekat akan menempel ke lasiotrap. Penggunaan perangkap warna
berperekat merupakan suatu metode sederhana untuk mengetahui ukuran relatif
serangga dan untuk mendeteksi awal munculnya serangga. Metode ini lebih
efisien dibandingkan dengan metode satuan unit contoh, karena perangkap
langsung mengumpulkan serangga yang berada di sekitar tanaman (Heinz et al,
1982). Saat fumigasi selesai dilakukan penutupan semua karton yang telah
difumigasi menggunakan kapersit atau karung coklat dan diberi pemberat pasir
atau batu. Tujuan penutupan dengan menggunakan kapersit dan diberikan
pemberat agar fosfin yang telah ditambahkan tidak menguap keluar sehingga
proses fumigasi akan maksimal.

Gambar 5.11 Alat Lasiotrap


Penanganan lain pada produk tembakau yang akan di ekspor yaitu
penanganan luar atau area sekitar penyimpanan tembakau. Penanganan tersebut
dilakukan 2 kali seminggu seperti jendela, lantai dan area sekitar tempat
penyimpanan tembakau. Penanganan tersebut dengan menggunakan insektisida
bulldog. Cara penanganan nya dengan memasukkan bulldog ke safal atau tangka
seperti penyemprotan pupuk petani dan ditambahkan air untuk pelarutan lalu
disemprotkan ke area sekitar gudang penyimpanan.
Penanganan untuk area atas atau atap dan udara dilakukan dengan fogging
yang berisi bulldog dengan ditambahkan oli sebagai pelarutnya. Penyemprotan
31
dengan fogging dilakukan setiap satu bulan sekali. Tujuannya untuk membunuh
hama yang ada disekitar daun tembakau yang telah difumigasi. Penanganan
dengan fogging dilakukan untuk hama yang ada di udara atau atap ruang
penyimpanan. Selanjutnya produk yang akan dijual diinspeksi(pengecekan oleh
calon pembeli) dengan ditata diatas tikar agar tidak bersentuhan langsung dengan
lantai sehingga kelembaban tembakau tetap terjaga.

Gambar 5.12 Tembakau yg akan di Inspeksi

32
BAB 6 PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan hasil survey pengendalian
mutu produk akhir tembakau bawah naungan (TBN) di PTPN X Kebun Ajong
Gayasan Jember adalah sebagai berikut :
a. Pengolahan pasca panen tembakau bawah naungan di PTPN X Kebun Ajong
Gayasan meliputi proses pengeringan, sarpos, turun truk, fermentasi, bir-
bir(buka daun), fermentasi lanjutan, sortasi, packing, kavling dan fumigasi.
b. Proses pengendalian mutu proses fumigasi pada PTPN X Ajong Gayasan
menggunakan racun fosfin yang berfungsi membunuh hama pada tembakau
yang telah dilakukan pengemasan.
c. Keberhasilan proses fumigasi daun tembakau yang tidak terserang hama
L.serricorne adalah kenampakan daun tetap utuh, tidak berlubang, dan tidak
busuk.
6.2 Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan yaitu perusahaan dapat lebih
memperhatikan kadar residu yang ditimbulkan dalam penggunaan fosfin untuk
tembakau yang telah dikemas agar tidak berbahaya bagi konsumen yang
mengkonsumsi nantinya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Badan Karantina Pertanian. 2007. Manual Fumigasi Fosfin. Jakarta : Pusat Karantina
Tumbuhan.
Budiman, H, S.P. 2009. Budidaya Tanaman Tembakau. Yogyakarta. Pustaka Baru
Press.
Cahyono, B. 2005. Tembakau: Budidaya dan Analisis Usaha Tani. Yogyakarta :
Kanisius.
Departemen Pertanian. 2007. Manual Fumigasi Fospin.
Djajadi, S., N. Hidayati dan R. Syaputra. 2008. Pengaruh pupuk majemuk terhadap
produksi dan mutu tembakau virginia. Jurnal Littri 22 (2) : 91-98.
Faisal, A., Martini, Retno, H.,M. Arie, W. 2019. Aplikasi Fumigan Gas Fosfin
(HIDROGEN FOSFIDA) untuk Pengendalian Tikus. Jurnal Vektora Volume
11 Nomor 2. Oktober 2019: 95 – 102.
Heinz, K. M., M. P. Parella and J.P Newman. 1982. Time Effecient Used Of Yellow
Sticky Trap In Monitoring Insect Population. J. Economic Entomology.
Entomoological Society of America.
Kartasapoetra. 1987. Hama Hasil Tanaman Dalam Gudang. Jakarta : Rineka Cipta.
Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2011. Tata Cara Pelaksanaan Fumigasi
dengan Fosfin. Jakarta : Badan Karantina Pertanian.
Matnawi, Hudi, 1997. Budidaya Tembakau Bawah Naungan. Yogyakarta: Penerbit
Kanisius.
Nisa, A.K,. Rudi, W. dan M. Rondhi. 2015. Strategi Peningkatan Mutu Tembakau
Besuki Na-Oogst Di Ptpn X Kebun Kertosari Jember. Jurnal Manajemen &
Agribisnis, Vol. 14 No. 2, Juli 2017.
Putri EA, Suwandari A, Ridjal JA. 2015. Analisis pendapatan dan efisiensi biaya
usahatani tembakau maesan 2 di Kabupaten Bondowoso. Jurnal Sosial
Ekonomi Pertanian 8(1): 64–69.
Setiadji, M. 2006. Pemanfaatan Ekstrak Tanaman Tembakau (Nicotianae Tobacum
L.) sebagai Pestisida untuk Pengendalian Hama Ulat Grayak pada Tanaman
Cabai. Semarang. Menuju Masyarakat Madani dan Lestari.

34
Setiawan, A. dan Y. Trisnawati. 2013. Pembudidyaan, Pengolahan dan Pemasaran
Tembakau. Jakarta. Penebar Swadaya.
Utami SW, Daryanto A, Rujito H. 2014. Strategi peningkatan dayasaing tembakau
besuki naoogst berbasis perbaikan kinerja mutu. Jurnal Manajemen dan
Agribisnis 11(2): 100–109.

35
LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Penerimaan Kuliah Kerja

36
Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Kuliah Kerja

37
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Kuliah Kerja

38
39
40
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan Kuliah Kerja

41
42

Anda mungkin juga menyukai