Anda di halaman 1dari 84

ABSTRAK

Di Indonesia cukup banyak jembatan yang mengalami keruntuhan, baik karena usia
yang sudah tua maupun karena mengalami kerusakan dini. Berdasarkan basil
pemantauan temyata bahwa 95% keruntuhan jembatan yang terjadi di Indonesia
diakibatkan runtuhnya pondasi jembatan yang terjadi karena proses degradasi dasar
sungai dan penggerusan.
Dari pemantauan terakhir saat ini cukup banyak jembatan-jembatan yang kondisi
pondasinya dalam keadaan kritis.
Jembatan-jembatan tersebut diatas, pilar dan kepala jembatannya sudah mengalami
penurunan dasar sungai dari 3 meter sampai 6 meter dalam waktu relatif singkat.
Sampai saat ini proses penggerusan dan degradasi dasar sungai yang mengakibatkan
berkurangnya kemantapan pondasi dan tebing disekitar kepala jembatan belum
dipantau secara baik, sehingga kondisi kritis baru diketahui setelah jembatan hampir
ambruk. Lebijauh lagi sampai saat ini belum dikembangkan cara-cara menanggulangi
dan pengamanan pondasi jembatan dengan cara yang benar. Banyak jenis dan tipe
struktur bangunan penahan tebing dan bangunan pengaman jembatan yang dibangun di
suatu lokasi untuk keperluan tertentu, tetapi dapat mempengaruhi perubahan aspek
aspek dinamik morfologi sungai ditempat lain dan mungkin dapat menimbulkan
masalah yang baru.
Hal ini disebabkan Indonesia belum mempunyai standard-standard bangunan
pengaman pondasi jembatan.
Mengingat jumlah jembatan yang dasar sungai sungainya sudah sudah mengalami
degradasi semakin banyak, maka perlu segera dibuat standard bangunan pengaman
yang diperlukan. Untuk itu perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan masalah
tersebut agar dapat membuat perencanaan teknik bangunan pengaman jembatan yang
tepat guna, aman dan berfungsi dengan baik serta berwawasan lingkungan.
DAFTARISI

Halaman
ABSTRAK

DAFTARISI ................................................................................................

BAB I DESKRIPSI

1.1. Maksud dan Tujuan .......................................................... T


1
O

1.2. Ruang Lingkup ................................................................. 1

1.3. Pengertian ........................................................................ 2

BAB II DATA DAN INFORMASI

2.1. Data dan Informasi Perencanaan Bangunan Pengaman ...... 3

2.2. Data dan Informasi Morfologi Sungai ............................... 4

BAB ill PERENCANAAN TEKNIK

3.1. Kriteria Penggunaan Bangunan Pengaman Jembatan ......... 7

3.2. Penentuan Jenis dan Tipe Struktur Bangunan Pengaman

Jembatan .......................................................................... 9

3.3. Perencanaan Teknik ......................................................... 10

3.4. Pengujian Model .............................................................. 44

3.5. Ketentuan Pelaksanaan dan Pemantauan ........................... 47

3.6. Penentuan Bahan Bangunan Pengaman ............................. 50


ii

Halaman

BAB IV ANALISA BASIL PELAKSANAAN PADA SKALA

PENUH

4.1. Analisa Hasil Pelaksanaan...........................................................52

4.2. Evaluasi Hasil Pelaksanaan ............................................... 61

BABV KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan ...................................................................... 63

5.2. Saran............................................................................... 64

Daftar Pustaka................................................................................................................ 66

Lampiran - Lampiran
BAB I
DESKRIPSI

1.1. MAKSUD DAN TUJUAN

1.1.1. Maksud

Pengkajian Struktur Bangunan Penahan Tebing dan Bangunan Pengaman

Jembatan dimaksudkan sebagai panduan atau pegangan untuk membuat

perencanaan teknik pengaman jembatan yang aman dan berfungsi dengan

baik serta berwawasan lingkungan.

1.1.2. Tujuan

Tujuan dari pada perencanaan teknik ini adalah untuk menanggulangi

keruntuhan jembatan, baik karena usia yang sudah tua maupun karena

mengalami kerusakan dini yang terjadi diakibatkan runtuhnya pondasi

jembatan karena proses degradasai dasar sungai dan penggerusan.

1.2. RUANG LINGKUP

Perencanaan teknik umum ini meliputi :

1). Kriteria penggunaan bangunan pengamanjembatan.

2). Penentuanjenis dan tipe struktur bangunan pengaman.

3). Perencanaan teknik.

1
2

4). Pengujian model-.

5). Ketentuan pelaksanaan dan pemantauan.

6). Penentuan bahan bangunan pengaman.

1.3. PENGERTIAN

Beberapa pengertian yang berkaitan dengan bangunan pengaman jembatan lintas

atas air di sungai :

a) Perencanaan teknik merupakan rangkaian proses pemikiran yang

dituangkan dalam bentuk analisis dari gambar dalam hal penentuan lokasi,

tipe dan ukuran bangunan dengan segala kelengkapan yang diperlukan.

Sehingga dapat dibangun, dioperasikan dan berfungsi sesuai dengan yang

dikehendaki secara aman, kuat, stabil terhadap segala gangguan yang

akan berpengaruh terhadap bangunan tersebut.

b) Pra perencanaan teknik adalah rangkaian kegiatan persiapan dana analisis

terhadap data primer dan sekunder untuk : menentukan jenis bangunan

pengaman jembatan, pilihan lokasi, macam dan bentuk bangunan

pengaman jembatan yang akan digunakan serta kelengkapan lain yang

diperlukan.
BAB II
DATA DAN INFORMASI

2.1. DATA DAN INFORMASI PERENCANAAN BANGUNAN PENGAMAN

2.1.1. Rencana Teknik

Untuk membuat rencana teknik bangunan pengaman diperlukan data dan

informasi yang diperoleh dari kegiatan sungai maupun investigasi

keadaan struktur lapisan tanah disungai sebagai bagian dari manajemen

sisitem jembatan.

2.1.2. Survei dan Investigasi

Survei dan investigasi lapangan dilakukan untuk memperoleh data dan

informasi yang terkait dengan keterpaduan perencanaan sistem

manajemen jembatan secara menyeluruh; data dan informasi yang

terkumpul dari basil survei dan investigasi ini akan digunakan untuk

membuat rencana teknik bangunan pengaman jembatan antara lain :

a). Aspek-aspek dinamis morfologi sungai yang mempengaruhi


perilaku sungai.

b). Perkiraan kerusakan yang telah dan akan terjadi, dan bangunan
atau fasilitas lain yang perlu dilindungi oleh bangunan pengaman.

c). Perkiraan pola aliran sebelum dan sesudah dilindungi bangunan


pengaman.

3
4

d). Kemudahan untuk mendapatkan bahan bangunan pengaman.

e). Kemudahan untuk pelaksanaan pengamananjembatan.

2.2. DATA DAN INFORMASI MORFOLOGI SUNGAI

2.2.1. Jenis Sungai

Sungai perlu dibedakan sesuai jenisnya dengan memperhatikan aspek

aspeknya:

1). Jenis dan ukuran: alur, palung dan lembah.

2). Kemiringan dasar sungai: sungai terjal dan landai.

3). Lokasi daerah aliran (regime) : udik, tengah dan hilir.

4). Jenis sifat lapisan dan material dasar sungai, tebing dan lembah

(kohesif; lunak sampai keras; tidak kohesifurai sampai padat).

5). Perubahan geometri badan sungai kearah vertikal : sungai

beragradasi, sungai berdegradasi dan sungai seimbang.

6). Perubahan geometri badan sungai kearah horisontal sungm

berliku-liku, relatif dan berjalin.

2.2.2. Geometri Sungai

Yang dimaksud dengan geometri sungai adalah alur, palung dan lembah

sungai yang diukur secara vertikal dan horisontal/denah, dimana

parameter yang diperlukan adalah : panjang, lebar, kemiringan dan

ketinggian (elevasi).
5

Parameter geometri dapat diperoleh antara lain dengan cara :

I). Pengukuran langsung dilapangan, yaitu untuk membuat peta situasi

medan dan sungai, penampang memanjang serta pena mpang

melintang sungai.

2). Penginderaan jarak jauh untuk peta medan.

2.2.3. Geoteknik Sungai

Data geoteknik sungai yang diperlukan adalah data tentang keadaan

tanah dan batuan dalam kaitannya dengan p_erubahan morfologi sungai

antara lain potensi angkutan sedimen; gerakan tanah ditebing alur, palung

sungai, lembah sungai, medan disekitar bangunan yang sating

mempengaruhi.

Parameter yang penting diketahui adalah jenis, lapisan, tekstur struktur

material pembentuk badan sungai serta sifat fisik dan sifat teknik.

2.2.4. Hidrograf Sungai

Hidrograf sungai diperlukan berupa hidrograf debit dan hidrograf muka

arr.

Hidrograf debit merupakan luaran hidrologi didalam daerah pengaliran

sungai dengan gejalanya, yaitu aliran kecil dan besar.

Data hidrograf sungai yang diperlukan untuk rencana teknik antara lain :
6

1. Aliran besar/banjir, diperlukan untuk keamanan struktur terhadap :

bahaya pelimpasan, tekanan statik dan tekanan dinamik aliran;

faktor-faktor aliran besar yang perlu diketahui adalah :

(1) Debit puncak

(2) Selang waktu (periode) untuk mencapai puncak aliran

(3) Kecepatan naik turunnya aliran

(4) Tinggi muka air

(5) Iklim
BAB III
PERENCANAAN TEKNIK

3.1. KRITERIA PENGGUNAAN BANGUNAN PENGAMAN JEMBATAN

Didalam literatur secara teknis bangunan penahan adalah bangunan pengaman

yang berfungsi dan bersifat menahan dari tekanan tanah.

Dalam perencanaan kita harus seteliti mungkin dalam perhitungannya, dimana

harus kita ketahui fungsi dari beberapa struktur serta kegunaannya antara lain :

a. Tipe konstruksi dan karakteristiknya.

b. Bentuk dan ukuran-ukurannya dari bahan struktur.

c. Analisa kekuatan statis dan dinamis.

d. Behan yang disalurkan ke pondasi.

Fungsi dan kegunaan bangunan pengaman dalam melakukan pemilihan dari pada

tipe struktur yang juga akan berpengaruh terhadap beberapa faktor sebagai

berikut:

1. Morfologi permukaan tanah dasar sungai

2. Aliran permukaan air

3. Muka air normal.

Lamanya faktor atau periode dari iklim yang telah ditentukan akan mempunyai

efek sampingan terhadap kestabilan konstruksi, untuk itu diperlukan

7
8

pengetahuan pandangan yang lebih jauh dan luas tentang hal itu.

Didalam menentukan tipe dari pada struktur diperlukan suatu uji coba dengan

faktor iklim puncak dan hidro geologis yang dapat diandalkan sebagai pegangan

dalam mengambil keputusan bila terjadi perubahan-perubahan, biasanya harus

ditinjau dari semua aspek keaslian disekelilingnya.

Aspek-aspek dinamik morfologi sungai meliputi :

a. Parameter aliran (debit muka air, tinggi muka air banjir, kecepatan, tekanan,

dan arah aliran).

b. Muatan sedimen (dasar, layang atau wash load)

c. Erosi (antara lain di lembah dan pantai)

d. Degradasi, agradasi

e. Penggerusan setempat.

f. Gerowongan kaki tebing

g. Longsoran tebing.

h. Berliku (meandering)

1. Abrasi

J. Dan lain-lain.
9

3.2. PENENTUAN JENIS DAN TIPE STRUKTUR BANGUNAN PENGAMAN

Dalam konstruksi bangunan pengaman atau pelindung jembatan, yang mana

tidak terkecualikan untuk bangunan yang berada diatas permukaan tanah atau

bumi, variasi daripada tipe struktur adalah :

Kaku (permanen)

Semi kaku (semi permanen)

Mudah berubah-ubah (flexible)

Bahan timbunan lepas (bebas)

Untuk bangunan pengaman kaku juga termasuk pasangan batu dan dinding

penahan tanah dari konstruksi beton yang dalam pelayanannya berfungsi sebagai

dinding penahan.

Untuk bangunan pengaman yang kaku tidak memberikan toleransi terhadap

geseran atau gerakan dan sangat sensitif terhadap kekakuan, pondasi yang stabil

dan tidak ada gerakan tanah.

Untuk mengatasi hal-hal yang berbahaya ini selalu diperlukan instalasi yang

konflek dengan biaya yang cukup tinggi, ini tergantung dari pada kedalaman

pondasi.

Tipe untuk konstruksi seperti ini juga akan menjadi masalah pada penyaluran

gaya yang timbul yaitu gaya hidrostatik dan secara umum menjadi tekanan lebih

besar bila dibandingkan dengan struktur yang tidak kaku.


Sebagai bahan tambahan untuk mengurangi atau memperkecil biaya membangun,

maka perlu dimodifikasi selama struktur masih mengizinkan. Konstruksi seperti

ini apabila kurang layak, untuk itu proyek harus menunggu apabila dikehendaki

perubahan-perubahan sedikit banyak biasanya mengenai masa pelayanannya.

Struktur dan fungsi dari pada bangunan pengaman dibagi dalam beberapa

klasifikasi serta macam dan tipe struktur, antara lain:

Dinding penahan tanah dari pasangan

batu Dinding penahan tanah dari beton

Dinding dengan sumuran (caison)

Dinding dari tumpukan batu (bronjong) dan beton cetak (bottom controller)

Turap baja (sheet pile)

Bahan Galian (bahan lepas).

3.3. PERENCANAAN TEKNIK

3.3.1. Dinding Penahan Tanah (pasangan batu dan beton)

Dinding penahan yang permanen biasanya dibangun pada lereng yang

miring atau juga biasanya dilengkapi atau diberi backfill.

Untuk menganalisa pada lokasi dimana dinding penahan itu akan

ditempatkan, agar dijaga terhadap permeabilitas air dan keseragaman

dari pada penurunan (settlement).

Untuk mengingat kembali bahwa backfill berfungsi sebagai filter, juga


11

bersifat sebagai dinding penahan tanah. Disini perlu dipilih bahan

material untuk backfill yang tergantung dari pada karakteristik tanah

aslinya.

Dinding penahan tanah selain digunakan untuk mengisi agar tanah tidak

runtuh, contoh pada pembuatan tanggulpun seharusnya dilindungi oleh

struktur yang cocok dari segala macam cuaca yang bervariasi, terutama

dari struktur permukaan tanah sampai kedalaman tertentu, sehingga

ketahanan menjadi lebih besar.

Untuk tanah bahan backfill pada pondasi biasanya diambil dari bahan

yang mempunyai permeabilitas yang tinggi, sehingga air dapat meresap

dan mengalir secara alami, yang paling baik lagi bahan yang digunakan

dapat memberikan ketahanan (kekerasan) yang lebih besar dengan masa

pelayanan yang paling lama, untuk itu biasanya bahan backfill

digunakan tanah non kohesif (granular).

Konstruksi dinding penahan tanah harus memenuhi 2 keadaan :

1. Syarat stabilitas, yaitu aman terhadap guling akibat momen guling,

aman terhadap geser akibat gaya-gaya horisontal dan memenuhi

persyaratan daya dukung tanah dibawahnya.

2. Faktor keamanan, harus dipenuhi dengan batasan tertentu untuk

kondisi stabilitas diatas.


12

Dinding penahan tanah dapat dibagi :

a. Dinding penahan gravitasi

stabilitasnya tergantung dari berat sendiri konstruksi dan tanah

1s1an

umumnya tidak memerlukan pembesian

bahan-bahannya : pasangan batu kali

beton tumbuk

dan lain-lain.

b. Dinding penahan semi gravitasi

struktur lebih langsing dari pada tembok gravitasi

memerlukan pembesian vertikal pada sisi dalam

bahan-bahannya : beton tumbuk, dan lain-lain.

c. Dinding penahan kantilever

struktur lebih langsing dari tembok semigravitasi

memerlukan pembesian pada semua penampang untuk

menahan momen dan gaya geser

bahan-bahannya : beton bertulang.

Tafsiran dimensi tembok penahan tanah:

Dimensi ini hanyalah secara kasar, untuk perencanaan yang cermat

tentulah menuntlltkita menghitung menurut prosedur perencanaan.


13

a. Dinding J)enahan gravitasi b. oinding penahan kantilever

"f f H/12 ~H/10

2 0 ~30
.. ..

E,-·
D . l H/12
H--2/JH I
C. Dinding penahan kantilever berusuk

cm
H

H/14~H/

B=0,4 H ~,
Gambar 3.3.1

Gaya-gaya yang bekerja pada dinding penahan tanah

Menurut Rankine :

Pa = gaya tekanan tanah aktif


Pp = gaya tekanan tanah pasif
Gt = gaya berat tanah
P8 Gb= gaya akibat berat sendiri
i-.-..\-==;; cr = tegangan tanah yang terjadi

Gambar 3.3.2

Langkah-langkah perencanaannya :

1. Menaksir dimensi struktur konstruksi

2. Tentukan gaya-gaya yang bekerja dan besarnya serta arahnya gaya


14

3. Cari titik tangkap gaya resultante gaya-gaya yang bekerja terhadap

dasar landasan untuk kontrol terhadap stabilitas akibat momen

guling dan apakah ada bagian landasan/tanah yang mengalami

tegangan negati£1tarik

4. Tentukan tegangan tanah dibawah dasar pondasi

5. Kontrol faktor keamanan terhadap geser

6. Tentukan gaya-gaya yang bekerja pada penampang konstruksi

ekstrim, seperti momen dan gaya lintang.

7. Tentukan gaya-gaya dan momen dalam.

Bila pekerjaan dari langkah 1 s/d 5 mempunyai hasil yang tidak

memenuhi syarat, maka diperlukan adanya perbaikan dimensi struktur

sebelum melangkah kelangkah selanjutnya.

Kemungkinan tegangan tanah yang terjadi :

.
:
.
'
pondasi
! B/6
.
:
L = panjang
B = lebar dasar pondasi
----· I

Ut'! t' ,iJqm1n M=V.e ;... ;,:


V=gaya vertikal

e<B/6 e>B/6
V 6.M. 2V
cr ma.1cs, min = -- ± cr males=-
L.B L.B2 L.x

Gambar 3.3.3
15

Tabel 3.1.
Faktor Perencanaan

Tipe
Dinding Diagram Behan Faktor Perencanaan
Penahan
1. Daerah resultante gaya:
momen diujung kaki
W.a + Pv.m - PH.b-C
d =
W + Pv
Gravitasi
anggap : Pp = 0

2. Guling:
momen diujung kaki
W.a
F.K. = P b _p 1,5
H· v·ffi
guling tak perlu ditinjau, bila
Semi resultante gaya (R) didalam daerah
gravitasi inti (1/3 lebar dasar bagian tengah
untuk tanah biasa dan 1/2 lebar
dasar bagian tengah untuk batuan.
F.K. = Faktor Keamanan

3. Geser:
(W + Pv )tg6 + Ca.B
F.K= p 1,5
Kantilever H
(W + Pv )tg6 + Ca.B + Pp
F.K= p 2,0
H
Ca = Adhesi antara tanah dan dasar
dinding penahan

tgS= Faktor geser antara tanah dan


Counter- dasar dinding penahan
fort W= Berat tembok dan tanah di-
belakang dinding penahan, untuk
(Kanti- dinding penahan gravitasi/
lever semigravitasi
pp Berat dinding penahan dan tanah
berusuk) diatas kaki dinding penahan,
untuk dinding penahan kanti
lever/kantilever berusuk.
16

Pada prinsipnya kondisi tanah dalam kedudukannya ada 3 kemungkinan,

yaitu:

dalam keadaan diam

dalam keadaan aktif, ada tekanan tanah aktif

dalam keadaan pasif, ada tekanan tanah pasif

Ko : koefisien tekanan tanah dalam keadaan diam

Ka : koefisien tekanan tanah aktif

Kp : koefisien tekanan tanah pasif

Tekanan aktif dan pasif dapat dihitung secara analitas maupun gratis,

Perhitungan cara analitis :

1. MenurutRankine

1. Menurut Coulomb

P·erhitungan cara gratis

1. Poncelet

2. Culmann

3. Trial Wedge

4. Rebhan
17

Tekanan tanah lateral a (p) . (cara analitis)

A. - AB vertikal
- permukaan tanah horisontal
serta datar
- dalam perhitungan tekanan
bagian tarik tidak diperhitung
kan
- a = berat volume tanah
- cl> =sudut geser dalam tanah
c = kohesi tanah
I. Keadaan aktif :

1. Menurut Rankine :

ad= a.d. tan2 (45° - cj>/2) - 2c.tan (45° - cj>/2)

= a.d.Ka - 2c .JKa , dimana :

2c
do = 1 : do = kedalaman daerah tarik
avKa

Arah ad sejajar dengan bidang permukaan tanah (B = 0)

2. Menurut Coulomb :

CTci = a.d.Ka - 2c .JKa

dimana : Ka =
cos6[1+ sin(cl> +B). sine!>]2
cosB

Arah ad membentuk sudut B dengan bidang tembok AB.

B = sudut geser bidang tembok AB dengan tanah isian.


18

II. Keadaan pasif :

1. Menurut Rankine :

crd = 8.d. tan2 (45° + cj>/2) + 2c.tan (45° + cj>/2)

= 8.d.Kp - 2cK P , dimana :

Kp = tan2 ( 45° + cj>/2)

2. Menurut Coulomb :

cos2cj>
dimana: Kp ---r-- ---_-_......_-_-_-_-_-_-
sin(c!> + 5). sine!> lj2
= cos 1
o ll- cos o

B.

- AB vertikal
It; 1', ,
C
- permukaan tanah miring keatas,
dengan sudut J3.
A
d
vii

L
I. Keadaan aktif :

1. Menurut Rankine :

crd = 8.d.Ka - 2c .JKa, dimana:


19

Ka = cos_f3 cos f3 - ..Jcos2f3 - cos2<j>


_...;.._--';::==========
cos f3 + ..Jcos2 f3 - cos 24>

Arah ad sejajar dengan bidang permukaan tanah (o = f3)

2. Menurut Coulomb :

ad = 8.d.Ka - 2c

..JKa dimana: Ka=


cos6
sin(<I> + o). sin<!> - f3 2 lj
cos o. cos f3
[I+
II. Keadaan pasif :

1. Menurut Rankine :

ad = 8.d.Kp + 2c .JKp , dimana :

cos f3 + ..Jcos2f3 - cos2(j>


Kp = cos f3 ---=---;.==========
2 2
cos f3 - .Jcos f3 - cos 4>

2. Menurut Coulomb :

ad= 8.d.Kp + 2c .JKp

cos2<j>
dimana: K p= ---[--=-s-=-in-=-(-<l>_-_+-::._o-)-_-s..:in..:(_<l> +..::::f3.=)-]2
cos o I-
cos o. cos f3
20

Tekanan tanah aktif pada permukaan tanah yang terdapat muatan merata :

F(•) (c)
ding
(a)

(c)
bok ha
'11,Ca,
Ii ( b) (b)

. .

h2 (d) . .
. .._ .
(d). ·-. -·. ··· -·- 'Yair (h - h3)

---------------------- 'Josat'lJ, jenuh


J_
Tekanan aktif :

crz = 8.z.Ka + q.K3 - 2c .JKa.

crz (a) = 8.z.Ka1 - 2c1 .JKal . (di titik a)

cr2 (c) = (81.h3 + q).Ka1 - 2c1 .JKal .

crz (b)1 = (o.h3+q).Ka1-2c1.JKal +(81-l)(h1-h3).Ka1+8air(h1-h3)

= sZ(c) +(81-l)(h1-h3).Ka1+8air(h1-h3)

crz(b)2=[81.h3 +(81 -l)(h1 -h3)+q].K32 -2c2.JKa2 +8air(h1 -h3)

Contoh mempermudah mendapatkan letaknya gaya :

resultante: Pal= XH
Pa2 = 1/2X2H
21

Tabel 3.2.

Harga-harga Ka dan Kp untuk berbagai keadaan menurut cara Coulomb

Situasi Tanah

B Ka= r------------ 72
sin(<!> +8).sin<!>
J
2

cos ex..cos(cx. +B i 1+ ( s::)


l cos ex. + coscx . u .
cos2(<!>-cx.)
= { sin(<!> +8).sin<!> 72
2
cos ex..cos(cx. +8 1- ( s::)
cos ex. - u . coscx.
J
cos2 ( <I>-ex.)
Ka=------------_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
2 { sin(<!> +8). sin(<!>- P) l2
COS CX.. COS(ex +O 1+ cos( ex+ su::). cos( ex - .A.),
J
co s2 ( <I> - e x. )
Kp=------- ------ _ - _ - _ - _ -_-_-_-_-

COS ex. COS(ex-O j


l
r J
_ -_-
sin(<!> +o).sin(<I> + P)
1- ( s::) ("' A)
COS ex-u .COS 'I'+..,
cos2(<!>-ex)
2 r
Ka=------------_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-
sin(<t>+o).sin(<!>+P) l2
COS ex.COS(ex +oj 1+
l cos( ex + us::) . cos( ex + .A., ) J
cos2 ( <I>- ex)
Kp=-------- ---_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-_-2
sin(<!> +o). sin(<!> - P) 1j
cos2 ex.cos(ex-o{ 1-
cos(ex - o). cos(ex + P)

cos2 <I>
Ka=-----------_-_-_-_-_-_-
{ sin(<!> +o).sin<!> l2J
cos 1+ coso
cos2 <I>
Kp=-"""
r-:::::::======
r sin(<!> +o).sin<t> l2J
cosa L1- coso
22

cos2 ct,
Ka=
sin(q, +6).sin(ct,- (3)]2
cos6.cosf3

Kp=-Tl c o=s2 ct, ====:==;:; 2


cos{t _ sin(q, +6).sin(ct, + (3)7
cos6.cos J3 j
Ka=-1rr--::r7 7,c=o_s=:2=ct, ==-=-=-=-=
cosa 1 + sin(ct, + 6).sin(q, + (3) 72
L cos6.cos f3 j
2
Kp=-rr:--r- c os ct,======::;:;
cosa 1- sin(q, +6).sin(cl>- (3) 72
L cos6.cos f3 j
Ka=. co s2(ct,- a)
cos2a.cos(a -6j 1 + r .
sm(ct,+ 6). sine!>
7 2

l., cos(a-6).cosaJ
Kp= cos·(ct,-a)
r
co2s a.cos(a+6j 1- s·mc,1",.'+6).sincl> ]2
l cos(a+6). cosa

Ka= cos2(cj,+a)
cos2a. cos(a _ 6f 1 + sin(ct,+ 6).sin(cl> -(3) ]
l cos(a -6). cos(a +
(3)
Kp= cos2(cl>-a)
cos2 a. cos(a+ 6f 1 _ sin(ct, + 6).sin(ct, + (3)7 j
l cos(a + ).cos(cl> + (3)

Ka= cos2(ct,+a)
cos2a. cosa(- 6f1+ sin(ct>+ 6). sin (c t+,
(3) ]
l cos(a -6). cos_(a (3)
2
Kp= cos (c j,-a)
<,I,. .
., r . 12
cos·a.cos(a+6j 1- sm "'+6 ).sm (<l>-13) 1
l cos(a+6).cos(a-f3) j
23

Harga kohesi dan sudut geser dalam tanah (c dan <I>) tergantung pada

macam dan sifat bahan timbunan, scbaiknya c dan <I> ditentukan

berdiarkan basil pemeriksaan laboratorium.

Tetapi bagi yang sudah cukup berpengalaman, maka harga <I> dapat

diambil menurut sebagai berikut :

Macam Tanah <I>

Kerikil kepasiran 35° - 40°


Kerikil-kerakal 35 - 40
Pasirpadat 35 -40
Pasir lepas 30
Lempung kelanauan 25 - 30
Lempung 20- 25

* Kohesi clapat diambil sebagai berikut :

Data dari C
Sondir (qc) c=qJ20
SPT (N) c = 0,10.N
24

Tabcl 3.3

Faktor Geser dan Adhcsi untuk Berbagai Jcnis Bahan

Jenis tanah dibawah dasar dinding


tgo
penahan tanah

Beton denean :

- batuan keras ..........:........................................ 0,70 35

- kerikil, kerikil campur pasir, pasir kasar .......... 0,55-0,60 29-31

- pasrr halus s/d sedang, pasrr kasar, campur

lanau, kerikil bercampur lanau atau lempung .. 0,45-0,55 24-29

- pasir ha1us ...................................................... 0,35-0,45 19-24

- lempuo sedang ............................................. 0,30-0,35 17-19

Turap baja dengan :

- kerikil, kerikil bercampur pasir ....................... 0,40 22

- pasir, kerikil berpasir dan campur lanau .......... 0,30 17

- pasir atau kerikil dengan campur lempung atau

lanau ............................................................. 0,25 14

turap beton dengan :

- kerikil, kerikil berpasir ................................... 0,40-0,50 22-26

- pasir, kerikil berpasir dan bercampur lanau ..... 0,30-0,40 17-22

- lempung lunak dan lanau berfempung ............. 0,1-0,3

- lempung keras ................................................ 0,3-0,6


25

Tabcl 3.4

Hargn K

Jenis Tanah K

1. pasir bersih dan kerikil ........................................................ 0,27

2. pasir kotor dan kerikil permeabilitas terbatas ....................... 0,30

3. lanau dan lempung keras, pasir halus berlanau, pasrr

berlempung dan kerikil ........................................................ 0,39

4. lempung lunak, lempung sangat lunak, lempung berlanau,

lempung clan lanau organik ................................................. 1,00

5. lempung berlapisan kalru clan terlindung .............................. 1,00

Bronjong (Gabion)

Bronjong adalah kotak yang dibuat dari anyaman kawat belapis seng

yang pada penggunaannya diisi batu-batu untuk pencegahan erosi yang

dipasang pada tebing-tebing yang curam, tepi-tepi sungai dan sebagainya.


26

Kekuatan struktur bronjong secara monolit diperoleh dari kekuatan

kawat bronjong dan kekuatan batu-batu yang bekerja memikul beban

secara bersama-sama. Kawat bronjong berfungsi memikul gaya tarik

(traction strength) sedangkan batu-batu memikul beban tekan. Dalam

perencanaan, struktur bronjong biasanya direncanakan sebagai gravity

structures.

Salah satu sifat bronjong adalah mempunyai rongga-rongga (void3)

diantara batu-batu yang dipasang. Setelah cukup lama terpasang, maka

rongga-rongga tersebut akan terisi oleh partikel-partikel tanah yang

berasal dari timbunan dibelakang bronjong (backfill) atupun yang berasal

dari struktur bronjong yang semula bersifat struktur terpisal1 (delimitated

structure), kemudian berubah menjadi struktur bronjong yang menyatu

(integrated) yang mempunyai ketebalan cukup besar. Apabila

direncanakan dan dilaksanakan secara benar, struktur bronjong akan

mempunyai ketahanan 40-50 tahun sebagai bangunan tembok penahan

(retaining structures). Dan dengan struktur seperti diuraikan diatas, maka

struktur bronjong mempunyai beberapa karakter sebagai berikut :

a. Sebagai pelindung erosi (misalnya akibat hujan, arus air, gelombang)

b. Sebagai penahan longsoran tebing

c. Sebagai fasilitas drainase dan


27

d. Struktur yang mempunyai sifat fleksibel sehingga dapat mengikuti

penurunan (settlement) dasar pondasi tanpa menimbulkan retak pada

struktur.

1. Kawat Bronjong

Kawat bronjong adalah kawat berlapis seng yang digunakan untuk

pembuatan bronjong. Pada umumnya bronjong dibuat dari bahan

kawat baja yang berlapis seng (galvanised) dengan lilitan tunggal

atau lilitan ganda (double twist). Apabila digunakan lilitan ganda (2,5

lilitan), maka bronjong akan mempunyai lubang (mesh) yang

berbentuk segi enam. Diameter kawat yang digunakan tergantung

kebutuhan; bisa 2,0 mm 2,2 mm 2,7 mm 3,4 mm 4,0 mm dan

sebagainya. Untuk pekerjaan-pekerjaan sipil didaerah lingkungan

korosif (dilaut, muara sungai, daerah pantai) bisa digunakan struktur

bronjong yang terbuat dari kawat baja berlapis seng tebal dan plastik

(PVC). Dalam perkembangannya terdapat juga bronjong sistem las

sebagai alten'latif pengganti sistem lilitan.

2. Ukuran Bronjong

Bronjong setelah dirakit berbentuk kotak. Ukuran bronjong yang

digunakan tergantung kebutuhan :


28

I
e
·
5!

Gambar 3.3.4
Bentuk Bronjong dan Sistem Kawat Lilitan Ganda Berbentuk Segi-6

2. Analisa dan Perencanaan

Analisa dan Perencanaan dinding penahan dan -.pondasi adalah

penting untuk dilak.-ukan pengecekan.

Besarnya Momen (M). gaya geser T dan gaya Normal (N).


29

Besamya eksentrisitas tergantung dari pada besarnya momen dan

gaya normal serta lebar pondasi B yang dirumuskan sebagai

berikut:

.
......

Gambar 3.3.5.

Diagram Stabilitas Pondasi

Eksentrisitas :
M
e = dimana : e > B/10
N
N
O"'max = B - 2e

Panjang Tahanan Effective:

X = (B/2 - e) / 0.4
30

Tegangan Maksimum: kg/cm2

cr max = N / (0.8 x)
cr max = (N / B)(1+ 6e / B)

Tegangan Geser: kg/cm2

T
't =
B

dimana : 't' ::;; cr tan cp* + c8 cp* = sudut geser

y8 = Berat tanah t/m3

Cg= 0.03 Pu - 0.05

Kontrol Tegangan Dasar Pondasi

Gambar 3.3.6

Karakteristik Gaya yang Bekerja pada Struktur Bronjong


3J.

Tekanan dinding penahan yang diteruskan ke pondasi, pada tanah dasar

setempat perlu dilakukan pengecekan atau kontrol yang terutama tinggi

relatif dinding penahan, dimana sudut geser tanah rendah.

Tegangan batas dapat dihitung dan rumus yang digunakan oleh

Hansen. S adalah :

dimana: q = YtY

1q = 1 - 0.5 TIN
.2
1g = lq

de = d4 = I + 0.35 y/B
dy =I

dengan koefisien Ne, Nq dan Ny

Nq = extan q> tan2 ( 45° +

cp/2) Ne= (Nq-l)cotcp

Ny = 1.8 (Nq - 1) tan cp

Tegangan tanah maksimum :

max= :(1+ :)
Tegangan maksimum dibawah pondasi pada tanah :
32

Tegangan maksimum pada tanah non kohesi (granular)

Eksentrisitas : e > B/6

Tegangan dapat dievaluasi

B
u=--e
2
2N
O'max = 3u

dimana U menunjukkan jarak dari gaya normal ke tekanan bawah elemen.

Tabel 3.5
Koefisien untuk Mengbitung Tegangan Maksimum Diatas Tanah

cp Ne Nq Na

0 - 1.00 0.00
5 6.48 1.57 0.09
10 8.34 2.47 0.47
15 10.97 2.94 1.42
20 · 14.83 6.40 3.54
25 20.72 10.66 8.11
30 30.14 18.40 18.08
35 46.13 33.29 40.69
40 75.32 64.18 95.41
45 133.89 134.85 240.85
50 266.89 318.96 681.84
33

3.3:1. Konstruksi Turap

Konstruksi turap, terdiri dari dcratan "papan-papan" atau pelat baja yang

dibentuk hasil produksi pabrik (sheet pile) yang discbut turap.

Biasanya bagian bawah dari turap dipancang dalam tanah, bagian atas

dapat dijangkar, disangga atau di-skor dengan balok-balok skor ataupun

sama sekali bebas tidak dijangkar atau di-skor.

Konstruksi turap umumnya digunakan antara lain pada bangunan

pelabuhan dan pada penggalian tanah atau lereng sebagai konstruksi

penahan tanah.

Konstruksi turap dapat dibagi atas :

I. Konstruksi Turap Bebas, tanpajangkar atau balok-balok skor.

II. Konstruksi Turap dengan Jangkar.

ill. Konstruksi Turap dengan Balok-balok skor.

ad.I. Konstruksi turap-bebas :

Turap bebas yang menahan gaya horisontal.


..,.q
r I
I
H
d
= tinggi turap.
= dalam turap yang dipancang
H
q = gaya (ton/m')
! cl> = sudut geser dalam dari tanah

D Akibat gaya q, turap berubah kedudukannya
I
sedemikian, sehingga turap berputar pada
titik stasioner D.

• Dari anggapan perubahan bentuk turap


tersebut, maka pada bagian turap diatas titik
34

D bekerja tekanan tanah aktif dikiri turap


dan tekanan tanah pasif dikanan turap. Pada
bagian dibawah titik D bekerja sebaliknya.
Pembagian tekanan aktif dan pasif dapat
dianggap merupakan tekanan-tekanan secara
linier, apabila fleksibilitas turap dan sudut
geser dinding tidak diperhitungkan.

Pembagian tekanan dapat didekati sebagai berikut :

-q a. menurut pembagian diagram ABCE

b. menurut pembagian diagram AB1E


kiri A bnan
/
•/ 't, C. menurut pembagian diagram AB2C1E.
/ .,:,.::i.Bi
CC
l k - : :
,r- -1 . - : .· o -
i' --
:,E

Penentuan dalamnya pemancangan turap (=d):

Keadaan a.

dengan syarat keseimbangan :


H=O
r -q
1 2 1
I
q- + 2 a(Kp -
H
A
2o{Kp - Ka )d 1
Ka)

(d1 +dXd-d1)=0

MT=O
1
q(H+2/3.d)-2a(Kp -Ka)d1(d-d1)

d-d 1
(d1 /3+
3
1
)-
2o(Kp -Ka)d(d-d1)

[di/ 3+2/ 3.(d di)] =0


35

Keadaan b.

H=0

q- ½c\Kp -Ka)d2 +2c\Kp -Ka)

J
-q

{d d1)=0

Mr=0
q(H + 2 / 3. d)- 2o(KP- Ka)

d -d
d( 2
X I d/3-
d-d
3
)
=0

Keadaan c.

·
H=O
I 2 I
r q
q - 2o(Kp - Ka)d + 2o(Kp - Ka)

(d - d1)2 + c\Kp - Ka){d1+ d2)

[(d - d1) + d - d2] + c\Kp -

Ka) (d-d2)2 =0
Mr=O

q(H I
. 3

+d)-1/6.o(Kp -Ka)d2 +- o(Kp -Ka)


2

(d-di}3 + c\KP -Ka){d1 +d2){d-d2)2 +

1/6.o(Kp -Ka)(d-d2)3 + c\Kp -Ka)

(di I d2 - d1 7
+d2 (d2-d1l 3 +(d-d2)J=0
)
36

Ad.II. Konstruksi turap dengan jangkar :

r
A H = tinggi turap
B AP d = dalam turap yang dipancang
H Ap = gaya jangkar
Persoalan yang dihadapi, ialah menentukan :
C
it 1. dalamnya pemancangan ( = d )
,I. 2. reaksi jangkar Ap. besarnya gaya jangkar
D
_
menentukan bentuk dan dimensi
konstruksi jangkar.
3. besarnya mornen maksimum, untuk
menentukan ukuran turap.
Turap jangkar dapat dibagi atas dua jenis:

a. Turap berjangkar dengan perletakan bebas.

b. Turap berjangkar dengan perletakanjepit.

Perletakan bebas Perletakan jepit

ad.a. Turap berjangkar dengan perletakan bebas:


37

Syarat-syarat keseimbangan:

LH = 0 Pa - Pp - Ap = 0

Q menjadi nol, bila 63 = 6p = 0

LMs = 0 ha . Pa - hp - Pp = 0

Pa[¾ .(H + d) - a]- Pp[H- a+¾ .d ]= 0

Persamaan ini adalah persamaan tingkat tiga dalam fungsi d,

misalnya seperti berikut :

a.1.d3+ a.2.d2+ a.3.d + J3 = 0

a1, a.2, a.3 dan J3 adalah koefisien-koefisien numerik.

Salah satu cara penyelesaian persamaan tersebut adalah

dengan cara coba-coba, dan mendapatkan 3 akar. Dalam hal

ini hanya akar yang positif dimana d/H < I yang akan

memenuhi.

Untuk mendapatkan angka keamanan yang cukup aman dari

tahanan pasif tanah, maka lcedalaman d dari perhitungan ditambah

dengan suatu kedalaman tambahan.


38

Ada dua cara yang dapat dilakukan :

Untuk tanah granular, cara 1.

kedalaman (d) dari kedalaman (d) angka keamanan


basil perhitungan pelaksanaan

d d 2 1,7

Untuk tanah granular, cara 2.

kedalaman (d) dari


kedalaman (d) pelaksanaan
basil perhitungan
diperoleb dengan meredusir barga Kp
d dengan angka keamanan 2a3

Untuk tanah kobesi, cara 1.

kedalaman (d) dari


kedalaman (d) pelaksanaan
basil perhitungan

d d x angka keamanan (1,5 - 2)

Untuk tanah kobesi, cara 2.

kedalaman (d) dari


kedalaman (d) pelaksanaan
basil perhitungan
diperoleb dengan meredusir barga kobesi
d (c) atau qu dengan angka keamanan
(1,5 - 2)
.,39

ad.b. Turap berjangkar dcngan perletakanjepit:

Untuk cara perhitungan ini, dianggap bahwa dalamnya

pemancangan (d) cukup besar, sehingga bagian bawah turap

seolah-olah dalam kondisi terjepit dan perlu ditegaskan pula

cara ini hanya diperhitungkan pada tanah granular/tidak

berkohesi.

Perhitungan dengan cara "Balok pengganti dari Blum" :

:I
d
C
(d-x)
D

Dianggap pada titik C, balok mengalami momen sama

dengan nol, sebagai titik sendi, dengan demikian turap

dapat dibagi atas 2 bagian masing-masing sebagai balok

tersendiri. Bagian atas titik C adalah balok dengan reaksi

reaksi perletakan A.p dan Ri,, sedangkan bagian bawah

adalah balok dengan reaksi-reaksi perletakan Ri. dan Ro.

Blum mendapatkan hubungan : X dan H sebagai fungsi dari

sudut pergeseran dalam (fJ dari tanah yang bersangkutan.


40

X 0,2511 0,08H -0,007H

Selanjutnya ditinjau : "balok" bagian atas.

I:Me = 0 RL didapat

EH = 0 Ap didapat

Jarak (d - X) dapat dihitung dari "balok" bagian bawah :

dengan mengambil : I:Mo = 0

dengan demikian d diketahui

biasanya kedalaman pemancangan pada pelaksanaan diambil

sebesar: (d + 0,2d) = 1,2d

dimana Pai = 1/i'o (H+X)2.Ka.cos'o

Pp1 = 1/i'o.X2.Kp.cos'o

3.3.4. Sheet Pile Dalam Tanab Non Kohesi Atau Granular

Solusi pada masalah ini untuk diasumsikan di lapangan disamping

masalah backfill, tekanan tanah aktif sampai ke batas tanah permukaan.

Tekanan tanah aktif ke dinding sampai titik putar 0, pengerobangan

tekanan tanah pasif dan al"tif yang berlawanan arah roempunyai jarak

sampai permukaan.

Ada empat tingkatan untuk kedalaman pemancangan apabila gaya-gaya

yang bekerja dikelompokkan.Masahmri tidaklah terlalu sulit karena


41

biasanya tanah dibawah permukaan mempunyai sudut geser cp yang

sama.

Jika metoda ini membagi atas koefisien tekanan tanah, sebagai faktor

keamanan, maka Ka dan Kp perlu dimodifikasi sebelum perhitungan

dilanjutkan. dengan batasan dan pedoman dari gambar; maka solusi ini

dapat mengetahui dan diperoleh : Pertama, semua kekuatan gaya diatas

nilai 0 dapat dirubah menjadi satu gaya resultan dengan jarak X dari

atas. titik O letaknya dibawah dasar permukaan dimana tekanan dinding

adalah = 0 (kondisi diam).


lf ♦ llllow Ille IIO.. 1111111 is - CII
aDovl, 1111ft K • Kp CINI K • Ke

'II II.
D• y'(K q • t

Gambar 3.3.2
Cantilever Sheet Pile diagram Tekanan untuk Tanah Granular atau Non Kohesi

Pa
a- -- (a)
Pa
--
P a
-
- y(K'p-K'3)- y'K-' C

jarak z dapat dicantumkan pada y, statis momen (tFH = 0), atau

(b)
42

dan harga z diperoleh :

(PpY-2Ra)
z= - -
PP +P"p (c)

Persamaan tambahan dari y dan z dapat diperoleh dari ikhtisar momen

pada salah satu titik, dalam masalah ini, bagian bawah pile.

disederhanakan menjadi :

(d)

Subsitusi dari persamaan (c) dan (d) untuk harga y, dari ke empat

bentuk persamaan yang dalam penerapannya dengan atau tanpa air

tanah.

(3-1)

Semua persamaan ditunjukkan dalam gambar 3.3.2.

Apabila permukaan air, dipertimbangkan supaya dengan elevasi yang

sama diatas keduanya, kemudian dari persamaan mt Juga

dipertimbangkan gaya hidrostatik, dimana :·

a= O.O;Ra = gaya resultante


-y= jarak dari bawah permukaan tanah ke R a ; -PP = 0.0
43

Persamaan menjadi :

Y 4 +Y 2(8- Ra)- v(t2Ra·YJ -- (3-la)

4R=: 0
C C C 0

Inspeksi pada geometri, apabila persamaan ini menjadi sulit, maka dapat

memberikan dengan kondisi yang sangat sederhana dari permasalahan

tersebut, yaitu dengan menambahkan kedalaman pemancangan dari

20% sampai 40% yang dipilih untuk digunakan faktor keamanan dari

persamaan Kp, dan pula bisa dengan cara dimodifikasi.

Apabila permukaan air mempunyai perbedaan elevasi, maka disamping

berpegaruh pada dinding penahan juga keseimbangan hidrostatik yang

membutuhkan perhitungan. Apabila perbedaannya tidak terlalu besar

atau backfill dapat bebas mengalirkan air tanah karena tanah granular,

maka faktor keamanan adalah cukup, dengan diasumsikan pada semua

tekanan-tekanan hidrostatik atas kedua sisi dinding penahan tersebut.

Ttka elevasi kepala sheet pile panjang dan tinggi lebih 3 atau 4 feet dan

tanahnya mempunyai permeabilitas yang rendah, maka tekanan

perhitungan konstruksi mengambil tekanan hidrostatiknya dari beberapa

nilai sepanjang dinding.

Untuk tahapan pengerjaan dalam solusi dinding penahan tanah pada

material granular adalah sebagai berikut :


44

1). Bagan tentang kondisi lingkungan

2). Evaluasi koefisien tekanan aktif dan pasif


---
3). Tekanan PP, P'p ,P"P, jarak a dan gaya resultan Ra dan jarak y.

Resultan dengan jarak y akan menjadi dasar persamaan dimana

diagram tegangan adalah bentuk segitiga dasar H+a dan tinggi

Pa sebagai:
- H+2a
y=
3
4). Dengan memasukan nilai dari tahapan 3 dan y, maka dengan cara

coba-coba akan melengkapi kecepatan solusi dengan jawaban

kira-kira 0,15 m adalah cukup tepat. Nilai y kira-kira 0,75 H

untuk pertam· anya dinding peruihpn tanah akan memerlukan

kedalaman tertanam 0,75 H sampai H.

5). Total panjang kedalaman pemancangan

L=H+D

D=Y+a

3.4. PENGUJIAN MODEL

Dalam rnngka pengkajian struktur bangunan penahan tebing dan pengaman

jembatan telah dialokasikan sebagai objek studi penelitian terhadap kondisi pilar,

kepala jembatan dan tebing sungai disekitar jembatan Progo-Bantar di Daerah

Istimewa Jogyakarta.

Penelitian pada lokasi tersebut dengan latar belakang, ialah telah terjadinya

penggerusan sungai dilokasi pilar-pilar yang menyebabkan terbukanya


45

sambungan pengecoran beton yang semula berada ketinggian dasar sungru.

Kedalaman gerusan dalam waktu yang relatif singkat telah terjadi sekitar 6 m

dari arah Wates dan 3 m dari arah Jogyakarta, sehingga telah mengurangi

kedalaman terbenamnya pondasi tiang dan menimbulkan labilnya struktur pilar

jembatan. Hal ini berdasarkan hasil yang dilakukan pengujian pengukuran

getaran pada pilar dan bangunan atas jembatan oleh tim Pusat Litbang jalan pada

tanggal 2 Desember 1992 tahun lalu.

Berdasarkan pengamatan visuil dan data yang ada, longsoran tebing sungai di

jembatan Progo Bantar diduga disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berih.7.lt:

(a). tebing sungai terletak pada tikungan luar sungai, oleh karena itu

penggerusan kaki tebing diduga merupakan faktor dominan penyebab

longsoran.

Penggerusan kaki tebing akan merubah geometri tebing. Perubahan

geometri tebing yang berlebihan pengaruhnya cukup besar terhadap

kemantapannya.

Karena proses penggerusan kaki tebing berlangsung terns, maka besar

kemungkinan tebing sungai selalu dalam kondisi kritis.

Longsoran yang terjadi pada lokasi ini belum pernah dipantau dengan cara

yang benar, sehingga sebagian besar parameter longsoran belum diketahui.

Parameter longsoran yang belum diketahui adalah :


46

1). Daerah yang longsor pada umumnya dapat dikenali secara visuil,

yaitu dengan memperhatikan deformasi yang terjadi pada permukaan

yang turun (ambles), bergeser, serta retakan dan rekahan. Walaupun

longsoran yang telah terjadi hanya menyangkut tebing di tepi sungai,

tetapi dengan mempertimbangkan kondisi sungai, apabila tidak

segera ditanggulangi, longsoran ini dapat berkembang/meluas ke

arah badan jalan dan kepala jembatan.

2). Bentuk dan letak bidang gelincir belum diketahui. Melihat kondisi

bangunan penahan dan geometri tebing yang ada sekarang ini,

diduga longsoran tebing terjadi melalui bidang gelincir yang

bentuknya mendekati lingkaran. Letak bidang gelincir yang terdalam

diperkirakan lebih dari IO meter di bawah permukaan jalan

(b). bentuk, tipe dan dimensi bangunan pengaman yang ada tidak

diperhitungkan terhadap faktor-faktor:

♦ penggerusan kaki tebing

♦ kedalaman dasar sungai

♦ rembesan air (seepage)

♦ naik-turunnya muka air yang terjadi dalam waktu singkat (rapid


draw down)
♦ kondisi dan sifat-sifat tanah

♦ aspek dinamik morfologi sungai


47

Melihat bentuk kerusakannya bentuk dan tipe bangunan pengaman tebing

seperti yang tidak cukup efektif menahan : gaya-gaya yang bekerja akibat

longsoran.

3.5. KETENTUAN PELAKSANAAN DAN PEMANTAUAN

1. Ketentuan Pelaksanaan

Mengingat longsoran tebing yang sudah terjadi saat ini dapat

berkembang/meluas dan dikhawatirkan dapat berpengaruh terhadap

kemantapan jembatan, maka perlu segera ditanggulangi. Dengan

mempertimbangkan bahwa bangunan pengaman yang ada kondisinya

sudah rusak, maka usaha penanggulangan diarahkan untuk membuat

bangunan pengaman harus mantap, kuat dan awet; oleh karena itu rancang

bangunannya harus dipertimbangkan terhadap faktor-faktor yang akan

mempengaruhi kestabilan dan kemantapan jembatan.

Dimana PU Propinsi DIY. Jogyakarta telah melakukan pengukuran dan

pemetaan serta menyiapkan rancang bangun bangunan pengaman yang

bentuk dan dimensinya seperti tercantum pada lampiran 3-1, 3-2, 3-3 dan

3-4.

Beberapa faktor penting yang harus diperhatikan untuk penyempurnaan

rancang bangun itu adalah :


48

1). Kedalaman dasar sungai di kaki turap penahan tubuh tanah umgan

hams diperhitungkan terhadap kemungkinan talweg terdalam

mendekat ke kaki turap.

2). Guna mencegah terjadinya penggemsan setempat yang mendekat ke

stmktur, sebaiknya stmktur revetment tebing dilengkapi krib-krib

pengarah ams yang ditempatkan berjejer tegak.

Lokasi penempatan dan panjang krib hams direncanakan dalam satu

kesatuan sistem pola aliran mas sungai yang dipengamhi pula oleh

keberadaan stmktur lain di badan sungai.

3). Kekuatan dan kestabilanstmktur yang mempakan komponen dari

satu kesatuan sistem hams benar-benar diperhatikan dengan

parameter, antara lain:

(1). Dalamnya pemancangan hams jauh lebih dalam dari dalamnya

penggemsan setempat di kaki stmktur dan dapat menahan

beban tanah umgan dengan kemungkinan adanya seepage dan

rapid draw down.

(2). Kekuatan dan kestabilan stmktur turap baja dengan angkernya

hams benar-benar diperhitungkan terhadap beban maksimal

yang mungkin terjadi.

(3). Turap baja hams rapat tidak memberi kemungkinan akan

keluarnya tanah timbunan ke arah sungai.


49

(4). Timbunan harus benar-benar dipadatkan sehingga dinding

penahan tcbing tidak amblas, tanah pijakannya harus

distabilkan.

2. Pemantauan.

Perencanaan konstruksi pengaman tebing sungai perlu dipertimbangkan

terhadap semua aspek/aspek teknis yang benar dan teliti. Oleh karena itu

perencanaan teknis bangunan pengaman ini perlu diselaraskan dengan

rencana menyeluruh dalam satu kesatuan pengelolaan sungai Progo. Hal

ini penting untuk menghindarkan ekses negatif penanganan lokasi yang

satu terhadap lokasi yang lain.

Untuk mendukung pemantapan rancang bangun konstruksi penahan tebing

di lokasi ini perlu dilakukan usaha penyediaan data teknis/parameter,

antara lain :

1). Data geoteknik yang lebih terinci. Untuk itu , perlu dilakukan

pemboran teknik minimal 3 titik @ 40 m. Pengambilan contoh tanah

asli serta pengujian di laboratorium yang perlu dilakukan adalah :

berat isi, parameter kuat geser total, efektif dan residual.

2). Penetapan bentuk dan letak bidang gelincir; data ini diperlukan untuk

menetapkan kedalaman minimal pemancangan sheet pile.

Pemancangan sheet pile harus masuk lebih dalam dari letak bidang

gelincir, sehingga kemantapannya bisa lebih terjamin. Bidang gelincir


50

juga perlu untuk menetapkan posisi angker panahan.

Bidang gelincir dapat ditentukan dengan memasang p1pa-p1pa

inclinometer kedalam lobang bor, selanjutnya dipantau secara

berkala.

3). Aspek dinamik morfologi sungai adalah parameter yang perlu

dipantau, mengingat parameter itu merupakan faktor dominan

penyebab runtuhnya konstruksi penahan yang lama.

3.6. PENENTUAN DAHAN BANGUNAN PENGAMAN

Pada tahun anggaran 1994/1995 Dinas PU Bina Marga Propinsi D.I. Yogyakarta

Cq. Proyek Rehabilitasi Jembatan Bantar telah melakukan rehabilitasi dan

pemeliharaan untuk pengamananjembatan antara lain:

1. Telah dilakukan pengikatan melintang tambahan pada semua pilar dengan

salah satu cara sebagai berikut :

membuat dua ikatan melintang dengan jarak 5-7 m dari bagian tiang

sumuran yang berada diatas dasar sungai, ikatan dibuat dari batang baja

[ 200 dan batang silang besi beton <I> 1" dengan penambahan wartel mur.

(lihat photo no. 2 )

2. Telah dilakukan pengamanan tebing disekitar jembatan dengan

mempergunakan bronjong selebar 1 m dengan ketinggian secara bertahap

dimulai 3 m sampai dengan 6 m dengan kemiringan lereng berkisar antara


51

30-45°.

3. Pada bagian depan kepala jembatan telah dilakukan pengamanan sebagai

pelindung tebing dengan menggunakan tembok atau dinding penahan tanah

dan sebagian sheet pile atau turap baja dengan diperlukan kedalaman

tertentu sebagai bangunan pengendali gerusan.

4. Bangunan penahan tebing dan penahan jembatan yang terdiri dari

bronjong, dinding penahan tanah dan sheet pile atau turap baja

keseluruhannya menggunakan bahan lokal untuk dinding penahan maupun

untuk tanah timbunan, karena kali Progo-Bantar mempunyai struktur tanah

non-kohesif (granular) yang cocok berfungsi sebagai bahan backfill

pengatur drainase untuk permeabilitas air. Dengan dipilih dan diambilnya

bahan lokal maka dalam hal ini akan mengurangi biaya pembangunan

pengamanjembatan yang cukup tinggi, sehingga faktor ekonomisnya dapat

diperhitungkan.
BAB IV
ANALISA BASIL PELAKSANAAN PADA SKALA PENUH

4.1. ANALISA CONTOH PELAKSANAAN

1) Dinding Penahan Tanah

,f
man1
Data-data
YB = 2,35t/m3
Yt = 1,85 ti m3
ya = 1 t / m3
a = 0,88 m
b = 1,67 m
m = 2,10 m

r 2.00

Gambar 4.4.1

Kontrol Stabilitas Dinding Penahan Tanah

W1 = 3 X 1 X 2,35 X 1 = 7,05 t/m2

W2 = 0,5 x 1 x 2,35 x 1 = 3,53 t/m2

W3 = 2 x 2 x 2,35 x 1 = 4,40 t/m2

Total W = 19,98 t/m2

52
53

Pa = 0,5 . Yt . Ka . H2

= 0,5 . 1,85 . 0,27 . 52 = 6,24 ton

PH = Pa. sin a = 6,24. 0,95106 = 5,93 ton

Py = Pa . cos a = 6,24 . 0,30902 = 1,93 ton

a. Daerah Resultan Gaya Momen Diujung Kaki

W. a + Pv . m - PH . b
d =
w + Pv Anggap Pp= 0
19.98x0,88 + 1,93x:2,10 - 5,93xl,67
= 19,98 + 1,93
= 0,54 m

b. Guling

Momen di ujung kaki :

W.a
FK = 1,50
PH.b - Pv.m
19,98 . 0,88
5,93 X 1,67 - 1,93 X 2,10
= 3 1,50 cukup aman terhadap guling

c. Geser

(W + Pv) tg 8 + Ca . B
FK = PH 1,50

(19,98 + 1,93) tg 8 + 0. 3
= 5,93 X 1,67

= 6,64 1,50 cukup aman terhadap geser


54

FK = (W + Pv) tg o + Ca . B + Pp
2
PH
(19,98 + 1,93) tgo + 0. 3 + 1,08
9,90

= 6,75 2 cukup aman terhadap geser

2) Bronjong (Gabion)

6.00 m

2.00 m

3.00 "'

Gambar 4.4.2

Kontrol Stabilitas Bronjong

W1 = 1 x6x l,80x 1 = 10,80 t/m2

W2= 1 x4x l,80x I = 7,20 t/m2

W3 = 1 x2x l,80x 1 = 3,60 t/m2

Total W (N) = 21,60 t/m2


55

a. Daerah Resultante Gaya Momen Diujung Kaki

W3 . 0,5 + W2 . 1,50 + W1 .
2,50 Anggap Pp= 0
d =

3,6. 0,5 + 7,20 X 1,50 + 10,8 X 2,50


=
21,60

= 1,83 m

Plim = C . Ne . de + q . Nq . dq . iq + 1/2 yt . B . Ny . dy .
iy
q = yt.Y

= 1,85 . 2,50
= 4,625 t/m2

lq = 1 - 0,5 TIN
T
't =
B cr tan cp
6tan35'
4,20 kg/cm2
- 420 kg/m2
T = 't.B
= 420. 3
= 1260 kg
= 1,26 ton
B 3
e = = = 0,30 m
10 10
N
a max = B-2.e
21,60
=3 - 2. 0,30
= 9 t/m2
56

lq = I - 0,5 T/N

= I - 0,5
l,l.1,/
1.1,,,

= 0,97
= I + 0,35 2.,0/3
de = dq
= 1,29 m
dy =
cr
max
= B .e (t +6 e)

=
21,60
3
(, + 6. 30,3)

= ll,52t/m2

cram =

Plim = q . Nq . dq . iq + 1/2 yt . B . Ny . dy . iy
= 4,625. 33,29. 1,29. 0,97 + 1/2. 1,85 . 3 . 40,69. 1,29. 1

= 192,66 + 145,66
= 338,32 ton
plim 338,32
cram= = -- = 112,77 ton/ m2
3 3

u = -B - e
2

=
...,, - 0,30 = 1,20m
2
2N
3U

2.21,6
= 3 X 1,20

= 12 ton/m2
57

b. Kontrol Terhadap Bahaya Gelincir

Fs = f. N + C . B + Sp . cos 8 + Sr

8 = <p = 35° C = kohesion less

I = tan <p = tan 35° = 0,70

= f. N+C. B+0,5 dsat. Kp. h:coso + 0,5. g1. Ka. H2. cos 8

= o,10.2,16+0,3+0,5.2.3,70.22.0,82+0,5.1,85.o,21.62.o,82
= 15,12 + 12,14 + 7,37
= 34,63 ton

Fi = Sn. cos
8

= 0,5 yt . Ka . H2 . cos 8

= 0,5 . 1,85 . 0,27 . 62. 0,82


= 7,37 ton

Tl = faktor keamanan gelincir

Tl = Fs
Fi

= 34,63
7,37 = 4,70
58

3) Cantilever Sheet Pile pada tanah Granular

, :\. ,-.,..,,...,.,.
0 \ AR

IVIAT
'f
1.85 t;m
0::=-3'5
f._= 2 t/m3 ·
h3
vI
1
a
sat y
/
/
690 /
/
X
/R p

,
/
/

OKX
'"I
Gambar 4.4.3

Data-data sebagai berikut :

cp = 35°
B = 00

Ka = 0,27 (Tabel)
Kp = 3,70 (Tabel)
d = 6,90m
Ka = 0,27 Kp = 3,70

O'r = 2,50 (1,85)(0,27) = 1,25 ton/m2

0"2 = 0'1 + 0,90 (2)(0,27) = 1,74 ton/m2

K = Kp-Ka
= 3,70 - 0,27 = 3,43

0'2 1,74
a = -= = 0,27 m
y'K (1,85)(3,43)
59

-
Mencari besaran Ra dan y

Ra= 2'50{1,25) +7'8 (1,25+ 1,74) + 1,74(2)


2 2
=
1,56 + 11,66 + 3,48
16,70 ton

Statis momen terhadap titik 0, didapat :

y = 1,43 m

-
y'Rp - yRa =O
Kx2
• -2y-{ {0,27+0,90)+(0,67x)} - 1,43(16,70) =

2
23,43.x {(
1,17) + { - 23,88 = 0
2
0,67x)}

4 x2 + 2,3 x3 - 23,88 = 0

x3+ 174x2- 1038=0


' '
didapat X ~ 1,73 m

D = x+a
= 1,73 + 0,27 = 2,00

GayaAnker
Rp = 2(3,43) (2,00)2(0,50) = 13,72 ton
LFH= 0

Fa + Rp - Ra = 0
Fa = RA-RP
= 16,70 - 13,72 = 2,98 ton
60

Melengkapi hasil perhitungan pada ukuran yang paling kritis untuk faktor
keamanan SF = 1. Kita tinjau beberapa nilai faktor keamanan yang lain :

SF x=m a=m D=m Fa= ton

1 1,73 0,27 2,00 + 2,98


1,5 3,28 0,41 3,69 - 21,65
2 4,06 0,55 4,61 - 39,49
2,5 4,79 0,69 5,48 - 61,25
3 5,46 0,82 6,28 - 85,17
3,5 6,10 0,96 7,06 - 112,57

Momen maksimum untuk SF (faktor keamanan) = 3 pada lokasi titik geser


O:Fn = 0)

1,56 - (-85,17) + (1,25)y + (2) (0,27)y y/2 = 0


y = 7,28 m dibawah muka air tanah.

Momen Maksimum :

Mmax = 1,56 (8,18)- 85,17 (8,18) +


250 \
4,875 (7,28/2) + 3,93 7,28/3

= 656,64 ton.m

Ys7,28m 4 ,875t
-.- - - -+- -
l. \ 39Jt
I <t
l . \
\
61

4.2. EVALUASI HASIL PEMERIKSAAN

Usaha penanggulangan diarahkan pada pembuatan bangunan pengaman baru,

baik berupa struktur bangunan penahan tanah dari dinding tembok penahan

tanah, bronjong dan sheet pile (turap baja).

Pada prinsipnya bangunan pengaman harus mantap, kuat dan awet; oleh karena

itu rancang bangunnya harus dipertimbangkan terhadap faktor-faktor yang akan

mempengaruhi kestabilan dan kemantapan jembatan.

Dinas PU Propinsi DI Yogyakarta Cq Proyek Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan

dan Jembatan telah berupaya melaksanakan pengamanan pilar secara bertahap.

Adapun tahapan pengamanan yang pemah dilaksanakan adalah :

1) Untuk stabilitas arah melintang dan memanjang dilaksanakan ikatan

melintang denganjarak 7,50 m pada pilar oleh batang baja ¢ l".

Pekerjaan ini dilaksanakan pada tahun anggaran 1993/1994.

2) Untuk mengatasi terhadap gerusan.· dasar sungai, dilokasi pilar dibuat

pelindung pilar dengan sheet pile dari baja.

Pek rjaan ini dilaksanakan pada tahun anggaran 1994/1995.

Berdasarkan evaluasi hasil pelaksanaan bentuk, dimensi dan tipe bangunan

pengaman cukup efektif untuk menahan gaya-gaya yang bekerja, sehingga

dengan analisa desain, keamanan, kekuatan dan kestabilan struktur yang akan

dibangun cukup aman.


62

Dengan dipersatukannya pada dasar pilar, sehingga pembesaran dasar pilar

dengan turap dialar sungai yang terutama dipilar tengah akan mempercepat

gerusan lokal yang merupakan fungsi lebar pilar di tepi bawah. disarankan dalam

waktu dekat untuk dilakukan penanggulangan dengan eek dam untuk

mengembalikan ke dasar sungai semula (desain jembatan)


BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KES™PULAN

1. Bentuk, dimensi, dan tipe bangunan pengaman cukup efektif menahan

gaya-gaya yang bekerja, sehingga :

Dengan mempelajari gambar desain, keamanan, kekuatan dan kestabilan

perkuatan tebing yang akan dibangun cukup aman.

2. Telah dilakukan ikatan melintang tambahan pada semua pilar dengan salah

satu cara berikut :

Membuat dua ikatan melintang dengan jarak antara sebesar 5m - 7m pada

bagian tiang sumuran yang berada diatas dasar sungai; ikatan dibuat dari

batang baja dan wartelmur, atau dengan besi beton q> 1" dan [ 200 mm

sehingga kekakuan pilar dapat ditanggulangi.

3. Pilar cukup stabil dalam arah memanjang maupun melintang karena

merupakan kesatuan yang terikat oleh susunan perletakan bangunan

pengaman sheet pile secara melingkar dan bagian atas diisi beton tumbuk.

4. Kedalaman pemancangan sheet pile atau turap baja cukup dalam sehingga

titik jepit sheet pile berada minimal 6 sampai 8 m dibawah dasar sungai.

63
64

5. Diatas ujung sheet pile diberi penutup atau kepala berbentuk perseg1

panjang dengan beton bertulang sehingga menambah kekakuan struktur

deretan sheet pile.

6. Dengan tersedianya bahan lokal atau setempat maka dapat mengurangi

besamya biaya pembangunan bangunan penahan tebing dan pengaman

jembatan sehingga bangunan pengaman ini dapat berfungsi yang tepat guna

dan berwawasan lingkungan.

5.2. SARAN

1. Perlunya diadakan perlindungan terhadap penggerusan dasar sunga1

dengan salah satu cara sebagai berikut :

* Pelantaian dasar sungai di lokasi pilar-pilar

* Bangunan pengendali gerusan

* Bangunan peredam arus

Walaupun telah berfungsinya kembali ikhtisar pondasi yaitu :

* Titikjepit pondasi yang berada ± 8 m diatas dasar sungai

* Titik tetap pondasi yang berada minimal ± 3.5 diatas dasar sungai

(tioritis)

Secara perhitungan bahwa kedalaman gerusan dan gaya aliran sungai perlu

diverifikasi sehubungan dengan perubahan tinggi elevasi penampang basah


65

perencanaan, hal ini perlunya pengkajian lebih lanjut sebelum dan

sesudahnya diberi perlindungan (pengamanan).

2. Bangunan-bangunan air pengendali sungai yang akan dibangun, yang

berada dalam satu ruas dengan kondisi batas hidrolis yang sama harus

direncanakan dan didesain secara menyeluruh di dalam satu sistem

pengaruh aspek-aspek dinamik morfologi sungai.

Pemasangan suatu struktur di suatu lokasi untuk kepeluan tertentu dapat

mempengaruhi perubahan aspek-aspek dinamik morfologi sungai ditempat

lain dan mungkin dapat menimbulkan masalah baru.

DISETUJUI: Bandung, Maret 1995

PJ. KEPALA PUSAT PENELITIAN PENANGGUNG JAWAB


aDAN NGANJALAN
l(
../
ii

DR Ir. Sony Tarjamihardja


NIP. 110015630 NIP. 110019024
DAFTAR PUSTAKA

1. Foundation Analysis and Design


Joseph. E Bowles
Second Edition

2. Soil Mechanics
R.F. Craig
4th Edition

3. Teknik Sipil
Ir. Sunggono K.H.

4. Lapora Penelitian
Kondisi Getar Pilar Jembatan Progo
Ir. Lanneke. T. Puslitbang Jalan PU.

5. Flexible Gabion Structures in Earth Retaining Works


Officine Maccaferri S.p. A
Bologna - Italy

66
LAMPIRAN 2
-
Photo I. Kedalaman gerusan dalam waktu relatif singkat telah terjadi sek.itar 6 m dari arah Wates
dan 3 m arah Yogyakarta, sehingga labilnya pondasi pilar jembatan.

Photo 2. lkatan melintang tambahan dengan jarak 5-7 m pada bagian tiang sumuran berada diatas
dasar sungai. lkatan dibuat dari besi beton 0 I" dan [. 200 mm yang dipasang
menyilang dari kedua unit pilar.
:- -
. -: , ... .

iit-,;--;-·- -. !6'

Photo 3. Pelaksanaan pembangunan dinding penahan dari pasangan batu kali berfungsi pengarah
arus Kali Progo-Bantar dengan lebar atas dan bawah 1,00 m dan 2,50 m, tinggi relatif
7,50m

Photo 4. Bronjong berfungsi struktur penahan tebing dengan lebar atas dan bawah 1,00m dan 4,00
m yang dipasang secara ber-trap, tinggi relatif 6,00 m kemiringan lereng berkisar 30°
.JSo.
Photo 5. Pemancangan sheet pile pada pilar tengah bagian barat.

. .,-::...

.-: :._

Photo 6.

,
Pemancang sheet pile dibentuk lingkaran bagian atas ditutup beton bertulang untuk
mempersatukan deretan sheet pile dan pada bagian tengah diisi oleh sirtu yang ditutup
oleh beton tumbuk sebagai pengaman pilar jembatan.
- ----- -- --,...lf'"""'ft..,--• --=-·--

0.80 GAM3AR RENCANA


0.50 KA3EL/3ATANG 3AJA
.PENGIKATAN PILAR
0.45 $i5 1" DENGAN JEM3ATAN 3ANTAR
WARTEL MUR

7.50
/•

3ESI PELAT TE3AL 12 mm'


0.45
0.50

-,

1.0 0i 1.SO 11.00 I 6.10


-
BESI PROFIL INP. 30

1.20
0 -
,=,./
I / /ff .>
i!l '/ :;>- ">....·'
/.:i..:
"ff'.
,
"( 1-,,.
-
tX·"·
.•· .•· •. ·
'". ,' ·_,..·:
' .··
U,I
·'
·'. ,··I'·/:'
-:,', .,'/
'::>
" '
T " .
•"'
<,.,'.." \ .
' .. 1 / / l•• :·,.
I .. : · ·

11 /- ---··. ,:... /
,, .

·,.-t,".
Lampiran 13 -2

C ' ' .,

P4

n- - - , ,,
IIL•fl-•
,._,.,_ ,...::=-.......
-------====:--1 I

! -1 -!---;;'T."-*f-1--·---------
1,A .....,.., - --

! •
. -
........, u..
·-----=-===----- ---.
-
!
. I ----T--r---- -- i
i In..,._, .
.. ... . .... -
.0.000 ;
.. : l
.,..
.t I
.. - ! '
....
.. 3 ..•
0

.i .•
i g i

..
r..........................................................................................................................................................................................................................................
:
... - ... ... '
11.IVUI
.. !!
;,.,
0
, I
JAIIU ••• "', .. I 1.00 Mtt
I I ,o OI 910
'°" i • 0-0 I '9M

-
11.IVAII
i
"

JAUJI
'
! .. g: i ol

I I •oo '
,. 00
;

- 1

I
'

'
,..,, 11., a.co
'.
I .. . .
I
.. '

. .•
P.0.000 :
i
.. .. .t j . .. .... .
0

. . .. .
. ... ..
0
I
11.(VUI i .i X

.
. ¥

JAaAIC
'!
i " .... 0

I
ma .,. ... ,.,o i • 00 I, .. j •u uo I noe ..., :
00 : ,...........I
I I •n
I ••
!
I
11.lVUI
ti
•::, r

J,UAIC

I ,on i I • ...,
I ••oo I I
f,

tc:P'MnWDI rv<vu.u.,, UOOIM


O T0'1AT JOC)OIAl. -...
OONAS rcqa.u1,11 "'"°"""·DI'
••• ,
.,.
ro
TO
-
IICU
OITA
...
.U9'.11.T
Oll&WI...
Lampiran -3

I
I
!

064

·---- '
....
r.:;,-A ' I
1012
- :,
+
-f,l""--1: L1 2W I
7
I -,. -•---• L!!(TCN
•n.J
n{f-:-11--1' fi1-t1 : '1 ,, I

7" I
i I '-!{N("'
/1 :I -, -
lH-i'-i
,-, ,-,-,-,-·t 1 -,- •' f l:( -lr:·i{ ·iri·i. 1 1
1
·1_·i lr
' I I I I I I·l -- -,
'1
,,
I.
1, ,,',
I ,-

,,,
u
'
...,-
'
·1
- . I ' I

I , l l
I I
•.

-, l
I
I

;
_;

"
", I 1
'
, I I
I

I,
j 1
-r
-r---:t..,.
,
, ,,
' , .,i, I

t,
I
1/,' .

. I
I,· / / / ,· / / /,· • • '
I

' I ♦ I ' I ' ' l I I, · IICTOH CULO" K ,r, ' ,'


( ' • I
1
' ,t
, ..I ,., I,
;
' ' I I I
, I
'
'i I l II ..,.:,..,, r,''1 ,., '/ ,,.·., ,
' , /,
I
'"\ 1 'i. t . /. _I/ , , , /
' ,1RTU
'"
l I I I' UAIJ G.iH

-
,;;,
I
; l , I l I l ..... / . ,, (' _.' I _i ·: ·, I.
'
l:
-1 1 .' S,,C[T"\.L ,·_ / ,' i ,
' .' , ., ' I I t'.
..
'
' y'
"'
I
l • .""T 1: I. .

t
I I Ii i I
L 1211
I I I ,l ! I I I I•
I I I,,
1· / / ,' '.- / /,
t'
. ' I I I
'; i
-
l"l
l"l
I I
I l
!
•\ tj I,
.,; .. ., , ,_I·•.,, ·;' . I

' I'iI I I I I .. ,•
' I I _
I I I
I _,r;
- .' A ! • I I
I
' --...
I

•I
'
' ''
--
I I I I • I I I, ,·I I
I
' !/ 7, 020 02• ,020
'
' ; , ',
Ii-
i I I I i '.; / ,'

1' 7 'f ,7 .. 'i;·


:r
I I ,·,/
' ' 'I: I
, TAIL
-
I I
I I
'
I I I ,I I I I I
, //

..._.
I
I
' • I 11
,. ,
I 1 , ,........,,.. _,............._ 911
-J I I I l'\i · IIi I I I I I I
t,It

l
- . II ,
,

J ·-- - !. .!\_-t_J1;1 , -1. :tt


i

I IJ...H .. .tt' 1):tt'\"..1


-1j 1--· I' It

.,,
.. : ,.. -·· 1'I
T · \_ .! ,, ,,
t
It

y-
,
-- ,.
Pl..'R

O[NAH Pt:NGAMAN
0-2'4
=
S•ALA I ,o T[NG.AH

7 IOO 130 01:) 130 o.tl 1,0 O:i> 100


·---•, ----- !!----•1-------r

POTON41,AH A - A
ALA I

12 8 lO

r

azo·

I( 17'

012.l

I
020
I
·'iC, 1' 't
, ,
• - ,,,,"
SH!% T l"l.[ Ll1W / ,·,
,o. /, 030 - 030
- /

----------------------------------"1 ..
I

.1-.l.lO._
CCTAIL.11

0:1<
••·
1 --
\' DEPllTE.,CN l'U<[IIJ.UN l.,M\JM
POTONGAN 11-11 04RCKTORAT ,CCO\AL IIIN,,I, MARGA
SAAl.A I :,..J [)CNA5 l'(KOIJAAN 1,9,1.a,1 l"flOP'N OIT

JC TAN IIIANTAJI
11 l'O'TONGAN "'- Alf. TCHGAH
CJGI.MIIM 0LO< OLD<
t<Q<
""°"'
l<ONSUJA"

,1
':1 ' 1-..HO
.I," •- / J G
T'( r ,, c ,><o,
Lamp'iran ., -4

...." ...r
!

...
...
-.
... ..
... ....
...

l DETAIi. P-UAHGAH IIATV 8.utAT


SUt..A t "O

Q[JAL TALVT
,-&LA I ,o
OC T J.l l. P
,. ..u , ,
As. t.H GAN
... r-------_;•;::.M: , _,o°'N:::, _
8ATV TM.ft
-· - . ·

r
...
· .
rI / .'
.
/
r_r7-.,...,.,
,
, ,::
/. / . /,• It
,. ,-;
I •·· I'
.., ·'
...
1
,1
1

·' I
.'
., /
II /;

,
/ /
,,..• ,
· ...
,
I
}

.I , ,
,· 1
·'I
.. ------------- -·

/) --
,,.
.

.. . ,
II
-- -·-·---· r

/_+- ....

_, ,J I, J..... ,

"I l --.---f::.:•-_.::
_ ,. ,· 1
J
,
.-,,
:
,. , I / . /. / /

/ - ,,-, ,./ t---------L---------,--- ,- ,I' ' , .- / _I'


PCIA/L 9YtRLAP ,11ttI P]Lt P-Y1 PA:, DAIV IMJR
..., , ..
) /

.,,
/

--< - · · _.- .-
'

/ ,,· / , _J ' ,o
- -- 1·; - - ..: -
_._
.
/
QUAIL OV[RL[P 5 ((T PJLt o.uc'° PAS BAIV BARA.T
,......................t

----·.::.:..----'-----···· J. .;..•.;.."c .
TO,,CM H>CKll,J.U.N UMUM
D_,(KT'O"AT A>Cll!Ul. IIIIA _,._,,
PUAIL :,ALVAAN P1,Ml!VAN9AN DtNAS P'IKIII.IAM ""°"N:91.DIY

PRO'Yt:K ACHAIIUT.\31 JCMeAllUC IIAHTAR


..

Anda mungkin juga menyukai