BAB I
1.1 PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alam. Sumber daya
alam yang telah diberikan, sesungguhnya kita dapat memenuhi setiap kebutuhan
seluruh masyarakat. Namun kenyataannya masih banyak masyarakat Indonesia
yang berada di garis kemiskinan. Bahkan, banyak produk luar negeri yang beredar
luas di masyarakat kita. Oleh karena itu, Indonesia perlu mengembangkan
perekonomian, terutama di bidang ekonomi kreatif dengan menghasilkan produk-
produk sendiri. Tahun 2009, pemerintah membuat program pembangunan
kepemudaan, yang salah satunya adalah Program Kewirausahaan Pemuda.
Program yang bertujuan membangun komitmen peranan pemuda dalam
pembangunan ekonomi nasional ini terdiri dari 3 pilar: penyadaran,
pemberdayaan, dan pengembangan. (http://lpkp.kemenpora.go.id/statis-61-
fasilitas.html).
2
pengembangan ekonomi kreatif oleh generasi muda yang memiliki kreativitas dan
inovasi yang luar biasa.
1.2 TUJUAN
Tema Kewirausahaan SMA yang mengacu kepada dimensi Profil Pelajar Pancasila,
dengan Projek “Innocreative Metaverse” ini bertujuan untuk membangun
kesadaran, menggali potensi diri, meningkatkan kreativitas, inovasi dan
pendayagunaan teknologi, serta memberdayakan pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki dalam mengembangkan jiwa enterprenurship dengan berbagai
kreativitas tanpa batas untuk menembus dunia tak terbatas. Diharapkan dengan
mengembangkan jiwa kewirausahaan dapat memberi kontribusibesar pada
kemajuan ekonomi kreatif. Diharapkan, melalui pengalaman belajar pada Program
Kewirausahaan SMA dengan Projek “Innocreative Metaverse”, dapat tumbuh
generasi muda yang memiliki daya kreasi dan inovasi yang tinggi, visioner, berjiwa
pemimpin, mandiri, berkomitmen, pantang menyerah, dan mampu mengambil
bagian masa depan bangsa yang berdaya dalam prestasi, kreatif dan mandiri.
1.3 ALUR
3
Tahap ketiga adakah perencanaan, aksi, dan refleksi. Mengacu pada Program
Kewirausahaan Pemuda, ketiga tahap ini adalah bagian dari pemberdayaan:
“dilaksanakan untuk memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan kepada
pemuda dalam mengembangkan wirausaha. Pengetahuan dan ketrampilan yang
diberikan setalah pemuda tersebut sadar akan pentingnya berwirausaha, sehingga
mereka memiliki motivasi dan sikap mental untuk berwirausaha dengan
mengembangkan ide-ide usaha yang ada. Pemberdayaan ini dilaksanakan melalui
penyelenggaraan pendidikan, pelatihan dan penyuluhan tentang kewirausahaan.
Pelatihan, pendidikan dan penyuluhan yang diberikan harus melalui tahap anisis
kebutuhan sehingga pelatihan dan pendidikan yang diberikan tepat sasaran.”
(http://lpkp.kemenpora.go.id/statis-61-fasilitas.html)
1.4 TARGET
Target capaian projek dengan tema “gaya Hidup Berkelanjutan” antara lain:
a. Semua warga sekolah harus bisa berkomitmen untuk menjalankan aksi atau
solusi yang telah disepakati. Dengan begitu, peserta didik dapat melihat secara
nyata inti dari pembelajaran dan membangun kesadaran pada tiap warga
sekolah.
b. Kerja sama antara sekolah dan orang tua untuk beberapa aktivitas tertentu,
seperti: menghemat pemakaian listrik, air dan pemakaian bahan makanan
lokal.
c. Dukungan dari komunitas, sekolah atau institusi lain dalam membagi data riset.
d. Dukungan semua warga sekolah, orang tua dan institusi lain yang mungkin
terlibat dalam menjalankan kampanye sebagai hasil akhir.
Pelaksanaan projek ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak
yang terlibat: siswa, orangtua, guru, sekolah, masyarakat sekitar, pemerintah
daerah, dan pihak lainnya.
• Pemahaman bahwa program kewirausahaan adalah program yang
membangun kesadaran, menggali potensi diri dan sekitarnya, serta
4
memberdayakan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki dalam
mengembangkan jiwa enterpreunership.
• Pengetahuan dan keterampilan yang dilatih adalah hal penting yang
dibutuhkan di dunia nyata apapun peran yang nantinya dipilih siswa saat
dewasa.
• Komitmen seluruh warga sekolah untuk menerapkan nilai-nilai penting
kewirausahaan: kreativitas, inovasi, kepemimpinan, komitmen, pantang
menyerah, berintegritas, berjiwa pemimpin, mandiri, berkomitmen, pantang
menyerah. Hal ini tidak terbatas diterapkan pada jam mata pelajaran
Kewirausahaan saja, tapi dilaksanakan pada bidang lainnya.
• Pemahaman bahwa meskipun ada tahap di mana siswa akan diminta untuk
membuat sebuah rancangan usaha dan menjalankannya, keberhasilan dari
projek kewirausahaan ini ditentukan pada perubahan perilaku dan cara
pandang siswa tentang kewirausahaan dan bagaimana mereka menerapkan
nilai-nilai tersebut dalam kehidupan (tidak ditentukan dari seberapa banyak
laba penjualan yang dapat dihasilkan siswa).
• Memberikan bimbingan bagi siswa sekaligus memberikan ruang bagi siswa
untuk menuangkan kreativitas mereka. Hal ini termasuk bersikap terbuka
dalam menerima masukan program dari siswa yang berhubungan dengan
kewirausahaan.
• Menyiapkan waktu khusus yang dikoordinasikan dengan seluruh guru mata
pelajaran, jika akan ada hari yang dipakai untuk kunjungan, observasi, unjuk
karya atau lainnya agar seluruh kegiatan belajar mengajar tetap berjalan
dengan baik.
1.5 RELEVANSI
5
melalui penyadaran, pemberdayaan, pengembangan kepemudaan di segala
bidang, sebagai bagian dari pembangunan nasional. (Statistik Pemuda Indonesia
2020).
Penyadaran dan pengembangan sikap wirausaha kepada para siswa SMA usia
pemuda 16-18 tahun merupakan bagian dari kewajiban sekolah dalam menyiapkan
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan untuk bekal kehidupan di
dunia nyata. Sekolah memberikan pengenalan, bimbingan, dan pendampingan
bagi siswa dalam mengenal, memahami, dan menumbuhkan nilai-nilai luhur dalam
tema kewirausahaan. Sekolah dapat menjadi ekosistem bagi siswa untuk belajar
dan menggali pengalaman. Siswa yang memiliki daya kreasi dan inovasi yang
tinggi, visioner, berjiwa pemimpin, mandiri, berkomitmen, pantang menyerah
adalah siswa yang akan memberikan kontribusi positif dalam perannya di kelas,
sekolah, dan masyarakat baik secara akademik maupun non-akademik.
Rangkaian kegiatan pada Tema Kewirausahaan dengan Projek “Innocreative
Metaverse” melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam pelaksanaannya. Pengenalan
etika dan integritas lewat pelajaran agama dan budi pekerti serta budaya lokal;
pembuatan berbagai macam teks seperti proposal, iklan, surat yang melibatkan
pelajaran bahasa; pembuatan teknologi yang melibatkan pelajaran TIK;
penghitungan dasar hasil survey, harga, dan biaya dari pelajaran Matematika;
pengenalan potensi daerah lewat pelajaran IPS dan IPA, menumbuhkan sikap
kerjasama lewat kerja kelompok berbagai bidang ilmu dan juga pelajaran
Olahraga, dan lainnya.
6
BAB II
DIMENSI PROFIL PELAJAR PANCASILA
Mandiri Pemahaman diri Mengenali kualitas dan minat diri serta tantangan yang
dan situasi yang dihadapi
dihadapi
Gotong kolaborasi - kerja Membangun tim dan mengelola kerjasama untuk mencapai
royong sama tujuan bersama sesuai dengan target yang sudah ditentukan
7
Beriman, akhlak pribadi - Menyadari bahwa aturan agama dan sosial merupakan
bertakwa integritas aturan yang baik dan menjadi bagian dari diri sehingga bisa
kepada menerapkannya secara bijak dan kontekstual.
Tuhan Yang
Maha Esa,
dan
Berakhlak
Mulia
8
(Referensi) Perkembangan Sub-elemen Antarfase - Kreatif
9
karya dan/atau dan mempertimbangka dampak dan
tindakan serta mempertimbang n dampak dan risikonya bagi diri
mengapresiasi kan dampaknya risikonya bagi diri dan lingkungannya
dan mengkritik bagi orang lain dan lingkungannya dengan
karya dan dengan menggunakan
tindakan yang menggunakan berbagai perspektif
dihasilkan berbagai dalam bentuk
perspektif. proposal rancang
karya
kewirausahaan.
10
yang dihadapi serta prioritas pada konteks
mengidentifikasi pengembangan pembelajaran,
kemampuan yang diri berdasarkan sosial dan
ingin pengalaman pekerjaan yang
dikembangkan belajar dan akan dipilihnya di
dengan aktivitas lain masa depan.
mempertimbangk yang
an tantangan dilakukannya.
yang dihadapinya
dan umpan balik
dari orang
dewasa
11
dan mencapai
tujuan bersama.
12
(Referensi) Perkembangan Sub-elemen Antarfase - Beriman, Bertakwa
kepada Tuhan YME, dan Berakhlak Mulia
13
BAB III
TAHAPAN PELAKSANAAN PROJEK
14
• Berkolaborasi dan bekerja sama
5. Tahap Refleksi.
• Menggenapi proses dengan unjuk karya, evaluasi dan refleksi
15
I. Tahap Pengenalan. Mengenali start up, karakteristik, dan peran wirausaha dalam
kehidupan manusia. INNOCREATIVE METAVERSE
12 JP
IV. Tahap Aksi. Mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang didapat melalui
aksi nyata yang bermakna
10. Strategi dan Inovasi 11. Penyempurnaan Karya 12. Wirausaha Mandiri dan
dalam Berwirausaha dan Strategi Berkelanjutan
18 JP
18 JP 24 JP
16
V. Tahap Refleksi. Menggenapi proses dengan unjuk karya, evaluasi dan refleksi
13.Refleksi
12 JP
Total: 132 JP
1 JP = 45 menit.
17
Cara Penggunaan Perangkat Ajar Projek ini
Perangkat ajar (toolkit) ini dirancang untuk membantu guru SMA (Fase E) yang
berada di sekolah penggerak untuk melaksanakan kegiatan ko-kurikuler yang
mengusung tema Kewirausahaan. Di dalam perangkat ajar untuk projek
“Innocreative Metaverse” ini, memiliki banyak aktivitas yang saling berkaitan.
Tim Penyusun menyarankan agar projek ini dilakukan pada semester kedua kelas
X atau semester pertama kelas XI dan XII dikarenakan aktivitas yang ditawarkan
disusun dengan sedemikian rupa agar siswa dapat memiliki kesempatan untuk
melakukan rangkaian pembelajaran secara penuh, dari mengenal, membangun
sikap, hingga membuat aksi nyata dan refleksi.
Waktu yang direkomendasikan untuk pelaksanaan projek ini adalah kurang dari 1
(satu) semester, dengan total kurang lebih 132 Jam Pelajaran. Projek ini membuat
gambaran sederhana dari pelaksanaan yang terdiri dari 132 Jam Pelajaran. Setiap
tahap memiliki JP yang berbeda terkait dengan karakteristik dari kegiatan pada
tahap tersebut. Sisa JP yang ada dapat dimanfaatkan guru untuk meramu kembali
kegiatan dan JP yang dibutuhkan pada setiap tahap dengan mempertimbangkan
persiapan materi untuk memantik diskusi dan refleksi siswa. Siswa juga
mempunyai waktu untuk berpikir, berefleksi, dan menjalankan masing-masing
aktivitas dengan baik.
18
Kegiatan 1: Mengenal digitalisasi ekonomi kreatif berbasis startup dan karakter wirausaha
Tujuan Pembelajaran:
• Siswa mengenal digitalisasi ekonomi kreatif berbasis startup, metaverse, dunia startup,
startup social commerce, society 5.0 dan penerapan ekonomi digital di bidang
pendidikan, kesehatan, sosial
• Siswa dapat mendalami makna wirausaha
• Siswa dapat mengenal karakteristik seorang pengusaha
Waktu: 12 JP
Bahan: jurnal siswa, alat tulis, buku bacaan, perangkat audio visual, komputer dengan jaringan
internet, narasumber, kunjungan
Peran Guru:Moderator/Fasilitator/Narasumber/Supervisi/Konsultasi
Persiapan:
- Sebagai kegiatan awal dari tema, guru akan memperkenalkan tema
kewirausahaan dengan projek “Innocreative metaverse”
- Diskusi tentang harapan siswa akan pelaksanaan program ini
- Pembuatan perjanjian kelas tentang sikap belajar
Pelaksanaan:
- Diskusi tentang apa yang siswa ketahui tentang kewirausahaan
- Guru memutar video tentang kewirausahaan.
https://youtu.be/yPFhpn_TAjs
https://youtu.be/ZdZfvB2VUeo
- Guru membagi 1 kelas kedalam 6 kelompok
Masing-masing kelompok mencari materi tentang :
• startup
• dunia metaverse
• social commerce dan ecommerce
• society 5.0
19
• Penerapan ekonomi digital di bidang pendidikan, kesehatan, sosial,
demokrasi dll
Masing-masing kelompok mencari tentang definisi, penjelasan dan
aplikasi dari materi sesuai dengan bagian masing-masing untuk minggu
berikutnya setiap kelompok mempresentasikan kepada teman-temannya.
Tugas:
- Mengerjakan jurnal
Mewancarai wirausahawan di sekitar siswa (anggota keluarga / masayarakat).
Mengidentifikasi sikap-sikap yang dimiliki tokoh wirausahawan: Apakah kamu
mengenal seorang pengusaha atau wiraswasta? Bagaimana sikap atau
karakteristik mereka? Apakah kamu memiliki sikap dan karakteristik yang sama
dengan mereka?
20
JURNAL
Lampiran: Kegiatan 1
Apa yang kalian harapkan dari Projek “Innocreative Metaverse” pada P5 Tema Wirausaha ini?
Apa kekhawatiran yang kalian miliki dari “Innocreative Metaverse” pada P5 Tema Wirausaha
ini?
Apa tantangan yang kalian perkirakan akan kalian hadapi dari “Innocreative Metaverse” pada
P5 Tema Wirausaha ini?
Agar projek “Innocreative Metaverse” dapat terlaksana dengan baik, maka kita wajib:
Lampiran: Kegiatan 2
- Presentasi masing-masing kelompok
- Setelah presentasi masing-masing siswa menulis essai mengenai inovasi
ekonomi kreatif berbasis digital
21
Kegiatan 3 Menggali Potensi Diri
Tujuan Pembelajaran:
Siswa dapat mengenal karakter dan kualitas diri yang berhubungan dengan karakteristik
kewirausahaan
Siswa dapat mengenal dan menggali minat dan bakat
Waktu: 6 JP
Bahan: jurnal siswa, alat tulis, buku bacaan, perangkat audio visual, komputer dengan
jaringan internet, narasumber, kunjungan
Peran Guru:Moderator/Fasilitator/Narasumber/Supervisi/Konsultasi
Pelaksanaan:
- Presentasi individu. Apakah hal yang menarik minatmu?. Siswa secara bergantian
masing-masing 1 menit tentang satu hal yang menarik minatnya.
- Diskusi kelompok. Bagaimana kalian dapat melihat bidang minat kalian sebagai
sebuah bisnis, produk, atau layanan sosial (kewirausahaan sosial?)
- Usaha impian. Siswa menuliskan dan mengilustrasikan tentang usaha impiannya pada
lembar kerja.
- Presentasi individu usaha impian.
- Guru mengajukan pertanyaan: Apa yang harus dilakukan agar impianmu berhasil?
Siswa mendeskripsikan jawaban mereka pada tabel.
- Diskusi kelompok. Siswa berbagi dengan teman-temannya tentang isi tabel mereka.
- Diskusi kelas. Menjadi Wirausahawan:
Tugas:
- Mengisi jurnal
- Membaca artikel/menonton topik terkait kegiatan di atas
- Membuat daftar potensi pribadi dan impian/cita cita masa depan (dream book)
22
Lampiran Kegiatan 3
23
Usaha Impian
Andai ini adalah tokomu. Tulislah dan hiaslah toko ini dengan usaha impianmu.
Tulis nama toko, harga barang/jasa, gambar produk, keterangan lain.
24
Saya saat ini Impian saya di masa Yang saya usahakan
depan agar impian saya
menjadi kenyataan
Nama :
Karena…….
25
1. …………………… sikap yang sangat menggambarkan
2. …………………… dirimu saat ini.)
3. …………………...
Tujuan Pembelajaran:
- Membangun sikap wirausaha (berani mencoba, membuat keputusan
- Siswa dapat memahami dasar-dasar kewirausahaan dan pengambilan keputusan
- Memahami persepsi dan definisi kewirausahaan dan bisnis kecil
- Memahami peran kewirausahaan bagi komunitas
Waktu: 6 JP
Bahan: jurnal siswa, alat tulis, buku bacaan, perangkat audio visual, komputer dengan
jaringan internet, narasumber, kunjungan
Peran Guru:Moderator/Fasilitator/Narasumber/Supervisi/Konsultasi
Persiapan: Guru menyiapkan lembar kuis atau file kuis secara online. Guru dapat membuat
kotak tabulasi di papan untuk pengisian hasil survey.
Pelaksanaan:
- Mengisi kuis: Cocok jadi wirausahawan.
- Diskusi kelompok. Siswa dalam kelompok nilai yang sama berkumpul. Mereka saling
26
berbagi tentang persamaan dari sifat yang mereka miliki. Perwakilan dari tiap
kelompok akan berbagi hasil diskusi pada presentasi kelas.
- Survey pendapat siswa. Menjadi wirausahawan sukses itu: bakat, pilihan, atau
keduanya?
- Membahas hasil survey. Siswa memberikan alasan atas jawaban yang mereka pilih.
- Permainan. Arkade Bola Kertas. Siswa mendapat 3x kesempatan melempar bola
kertas ke dalam keranjang yang ditaruh di depan kelas. Terdapat 3 titik untuk
melempar. Setiap titik mempunyai poin. Titik terjauh memiliki poin terbesar, titik
terdekat memiliki poin terkecil. Jika berhasil masuk, siswa mendapat poin, jika tidak
0. Siswa yang memiliki poin tertinggi menjadi pemenangnya.
- Diskusi. Wirausahawan adalah individu yang menggunakan sumber daya ekonomi
dan menciptakan produk baru atau bisnis baru. Mereka menanggung risiko dan
menerima imbalan/keuntungan dari usaha mereka. Pertanyaan: Apa saja kerugian
yang bisa dialami oleh seorang wirausahawan? Mengapa mereka berani untuk
mengambil resiko dalam berusaha?
Tugas:
- Mengisi jurnal
- Membuat satu komitmen untuk mencoba atau melakukan hal baru minggu ini.
Lampiran Kegiatan 4.
Kuesioner Cocok jadi wirausahawan.
Berilah bobot pada 10 pertanyaan kuesioner di bawah ini sesuai dengan apa yang kamu
rasakan.
1-------------------2----------------------3--------------------4----------------------5
Sangat tidak cukup setuju sangat
tidak setuju setuju setuju
setuju
27
1. ….. Saya menyukai tantangan untuk mencoba melakukan sesuatu yang baru
2. ….. Saya rela bekerja keras asal dapat mewujudkan mimpi saya
3. ….. Saya adalah orang yang jujur, dapat dipercaya dan diandalkan oleh teman, guru, dan
keluarga.
4. ….. Saya merasa sangat puas saat dapat menyelesaikan tugas dengan baik
5. ….. Saya selalu menyelesaikan tugas yang saya miliki meskipun banyak tantangan yang
dihadapi
6. ….. Saya dapat membuat keputusan secara mandiri
7. ….. Saya berani mengambil resiko dan belajar dari kesalahan
8. ….. Saya dapat bekerja dengan baik pada situasi yang beragam
9. ….. Saya memiliki kepribadian/keahlian/keterampilan yang unik yang tidak dimiliki semua
orang.
10. ….. Ayah/Ibu saya adalah seorang pengusaha
28
Diskusi. Menjadi pengusaha sukses: bakat atau pilihan?
Menjadi Seorang
Pengusaha Sukses
⇦ ⇨
bakat ? pilihan ?
29
baru meskipun kita tertarik akan hal itu.
Minggu ini, cobalah melakukan sesuatu hal baru yang selalu kamu inginkan, dan tuliskan
perasaanmu atas pengalaman tersebut. Berikut beberapa ide baik yang dapat kamu lakukan
minggu ini.
- Menelepon kerabat jauh atau sahabat lama menanyakan kabar mereka
- Memasak menu baru dari inspirasi
- Melukis dengan
- Mendaftar seminar atau pelatihan keterampilan
- Dan sebagainya
30
Tahap Kontekstualisasi.: (24 JP)
Tahapan ini merupakan proses mengkontekstualisasi wujud wirausaha dalam
pengenalan potensi daerah.
Pelaksanaan
1. Guru membimbing siswa untuk mengunjungi hetero space
2. Siwa membuat laporan kunjungan berupa : (Laporan dikumpulkan dalam
bentuk file yang dikumpulkan ke drive kurikulum)
31
Mengamati peta penyebaran negara-negara menurut
Sumber:
https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Developed_and_developing
_countries.PNG
32
4 faktor sumberdaya yang mendukung kemajuan ekonomi suatu
negara
Kekayaan alam yang mendukung proses Kuantitas dan kualitas tenaga kerja yang
produksi (luas wilayah, kesuburan tanah, hutan, dibutuhkan dalam proses produksi
bahan tambang, minyak, gas, laut)
Kekayaan teknologi, uang, mesin, serta alat dan Para wirausahawan yang menggabungkan
infrastruktur lainnya yang mendukung proses input sumber daya alam, tenaga kerja,
produksi dan modal untuk menghasilkan barang
atau jasa dengan tujuan menghasilkan
keuntungan atau mencapai tujuan nirlaba.
Sumber:
https://pressbooks.senecacollege.ca/introbusinessbam101/chapter/c
hapter-1-economic-systems-and-business/ diterjemahkan.
33
Lembar Kerja: Potensi Daerah
Hasil Riset/Observasi/Wawancara/Kunjung Kerja
Potensi Daerah ……
Oleh:............
34
Catatan Penting lainnya
Sumber:
35
4. Setiap kelompok membuat :
✓ Kearifan Lokal dan Etika Berwirausaha
Kearifan lokal dapat diartikan sebagai kebiasaan-kebiasaan, aturan, dan nilai-nilai sebagai
hasil dari upaya kognitif yang dianut masyarakat tertentu atau masyarakat setempat yang
dianggap baik dan bijaksana, yang dilaksanakan dan dipatuhi oleh masyarakat tersebut.
Gagasan-gagasan dari kearifan lokal tersebut dapat terwujud ke dalam berbagai bentuk, mulai
dari kebiasaan-kebiasaan, aturan, nilai-nilai, tradisi, bahkan agama yang dianut masyarakat
setempat.
Bentuk-bentuk kearifan lokal lainnya dalam masyarakat misalnya adalah norma, etika,
kepercayaan, adat-istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus. Secara substansi kearifan
lokal dapat berupa aturan mengenai kelembagaan dan sanksi sosial, ketentuan tentang
pemanfaatan ruang dan perkiraan musim untuk bercocok tanam, pelestarian dan
perlindungan terhadap kawasan sensitif, serta bentuk adaptasi dan mitigasi tempat tinggal
terhadap iklim, bencana atau ancaman lainnya.
Proses sosialisasi nilai-nilai kearifan lokal dilakukan sejak anak-anak. Pada usia anak-anak,
nilai-nilai tertentu biasanya akan mudah mengendap dibandingkan pada usia dewasa. Tidak
hanya nilai-nilai filosofis yang disosialisasikan sejak dini, demikian juga dengan nilai-nilai
utama dalam bidang bisnis. Pada masa anak-anak nilai-nilai penting dalam bidang bisnis di
Indonesia umumnya ditanamkan melalui permainan-permainan. Indrawati (2007) pernah
melakukan penelitian terhadap 17 jenis permainan anak-anak pada masyarakat Sunda.
Penelitiannya menemukan berbagai nilai-nilai kearifan lokal yang sangat penting dalam
membentuk jiwa bisnis dalam diri anak-anak, misalnya adalah kejujuran, kesabaran, patuh
pada aturan dan peran, melatih tanggung jawab, kebijaksanaan untuk membedakan mana
yang baik dan buruk, melatih jiwa kepemimpinan, kerjasama, kebersamaan, kekompakan,
musyawarah untuk mencapai kesepakatan, tidak egois, tidak mudah putus asa, berkorban
36
untuk kepentingan orang lain, kewaspadaan, berani mengambil risiko dan konsekuensi
terhadap pilihan yang dibuatnya, disiplin diri, kemurahan hati, menghargai kawan dan lawan,
mengetahui tugas dan kewajiban, menempatkan diri berdasarkan batasan aturan dan peran,
keuletan, semangat daya juang, melatih kepekaan, self-endurance, tahan terhadap godaan,
serta teguh pada pendirian.
Pada masyarakat Jawa, barangkali salah satu ungkapan yang paling populer dan merupakan
produk kearifan lokal adalah ungkapan “alon-alon asal kelakon”. Ungkapan ini seringkali
dimaknai secara salah yaitu diartikan sebagai kelambanan atau tidak responsif terhadap
perubahan yang terjadi. Padahal dalam ungkapan ini terdapat nilai kearifan lokal yang ingin
disampaikan kepada masyarakat Jawa, khususnya dalam pengambilan keputusan yang
merupakan salah satu fungsi terpenting dalam kepemimpina bisnis. Nilai-nilai tersebut adalah
tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan, penuh kehati-hatian, cermat dan teliti, dikaji
dan dipertimbangkan secara mendalam sebelum mengambil keputusan.
Kepemimpinan dalam masyarakat Jawa juga diwarnai oleh falsafah Ing Ngarsa Sung tuladha,
Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani. Seorang pemimpin harus bisa memberi contoh
yang baik, membangun prakarsa atau ide dan kemauan, serta memberi dorongan atau
motivasi kepada staf bawahan. Budiyanto (2010) dalam penelitiannya mengenai
pengembangan ketahanan pangan berbasis pisang melalui revitalisasi nilai kearifan lokal di
wilayah Kabupaten Lumajang, Malang, dan Blitar menyebutkan bahwa terdapat beberapa
nilai-nilai kearifan lokal yang sangat mendukung pengembangan bisnis pisang di kawasan
tersebut. Misalnya adalah adanya tradisi pemanfaatan pisang dalam acara-acara budaya dan
tradisi, seperti untuk acara kemantenan, sunatan, nyadran, maupun acara adat lainnya
sebagaimana berkembangnya usaha ternak di daerah Sumba karena digunakan dalam acara-
acara budaya dan tradisi (priyanto dalam Budiyanto, 2010). Nilai-nilai 5 kerjasama sebagai
salah satu nilai penting dalam organisasi bisnis juga dapat dilihat dengan kegiatan usaha yang
dilakukan dengan semangat gotong-royong.
Pada sebagian masyarakat Indonesia, nilai-nilai kearifan lokal dalam praktik bisnis juga
banyak diwarnai oleh nilai-nilai religi. Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim
terbesar di dunia, nilai-nilai islam cukup mewarnai kearifan lokal dalam praktik bisnis. Sebagai
missal nilai-nilai tentang riba, timbangan jual beli, pola hidup sederhana, tidak berlebihan dan
tidak melampaui batas, tidak berbuat kerusakan pada lingkungan sekitar, kewajiban zakat
37
dan shadaqah, serta bekerjasama dalam usaha.
Sementara itu Setyadi (2012) melakukan penelitian nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung
dalam tembang Macapat bagi masyarakat Jawa. Beberapa nilai kearifan lokal dalam tembang
Macapat yang relevan bagi praktik bisnis di Indonesia terbagi menjadi dua klasifikasi, yaitu
klasifikasi permintaan dan klasifikasi larangan. Berupa permintaan antara lain adalah
hendaklah menjaga keprofesionalan, berusaha keras dalam meraih cita-cita, rajin dan teliti,
sabar, hati-hati dan cermat, musyawarah untuk perkara yang kecil maupun besar, tidak
individualis, senang menimba ilmu atau belajar tekun, berhati-hati dalam mengambil
keputusan, serta mencari kesempurnaan hidup. Sedangkan yang berupa larangan misalnya
adalah tidak sombong, angkuh, dan congkak, tidak suka disanjung dan disuap maupun
menyuap, tidak suka mengobral janji.
Di Indonesia, salah satu etnis yang terkenal keuletannya dalam melakukan bisnis selain
masyarakat Minang dan Bugis adalah masyarakat Madura. Seperti halnya masyarakat Minang,
aktifitas bisnis masyarakat Madura bisa ditemui hampir di seluruh kota-kota di Indonesia.
Djakfar (2011) meneliti kearifan lokal masyarakat Madura yang menjadi landasan etos kerja
mereka. Hasil penelitiannya menemukan bahwa bagi masyarakat Madura berlaku ungkapan
"abantal omba' asapo' angin" (berbantal ombak dan berselimut angin). Ungkapan ini
menyiratkan bahwa orang Madura selama dua puluh empat jam dalam kondisi bekerja dan
pantang menyerah. Peribahasa inilah yang menjadi landasan sikap kerja keras pebisnis etnis
Madura perantau. Peribahasa lainnya yang dianut antara lain adalah atonggul to'ot (memeluk
lutut) dan nampah cangkem (bertopang dagu) untuk menyebut mereka yang bersikap malas.
Bahkan ungkapan yang lebih sinis lagi bagi masyarakat Madura misalnya adalah ja' gun karo
abandha peller (jangan hanya bermodalkan kemaluan saja) untuk menyebut para suami
kepala keluarga yang malas bekerja untuk menafkahi anak istri. Semangat juang para pebisnis
dari Madura untuk berwirausaha juga kental dengan semangat untuk memiliki harga diri yang
tercermin dari ungkapan "etembang noro' oreng, ango'an alako dhibi' make lane'kene'." yang
artinya, daripada ikut orang lain lebih baik bekerja (usaha) sendiri walaupun hanya kecil-
kecilan (Triyuwono dalam Djakfar, 2011). Masih banyak lagi falsafah pebisnis Madura yang
menyebabkan mereka merasa malu jika gagal berusaha sehingga membentuk sikap kerja
keras dan ulet.
Sementara itu bagi para pebisnis dari Bugis berlaku motto Lempu’ (jujur), Acca (cerdas),
38
Warani (berani), Getteng (integritas; teguh pendirian), dan Sipakatau (saling memanusiakan)
merupakan sifat-sifat yang baik bagi kepemimpinan dalam rangka memajukan usaha. Konsep
ini secara nyata diterapkan pada perusahaan PT. Biro Klasifikasi Indonesia (BKI), yang mana
prinsip Akkatenningeng (prinsip dasar hidup personal sebagai pegangan hidup
bermasyarakat) dan Siri’ (malu/harga diri) tidak hanya sekedar konsepsi, tetapi merupakan
pencerminan diri dalam setiap perilaku dan kebijakan yang mewarnai manajemen perusahaan
tersebut. Penerapan kearifan lokal dalam menjaga stabilitas kerja dan manajemen
perusahaan itu tergambar dalam Motto Perusahaan PT. BKI yaitu “TERPERCAYA”
(lempu/malempu), yang berarti jasa yang 6 diberikan haruslah berkualitas, dalam arti dapat
diandalkan, efisien, tepat waktu dan memiliki reputasi. Perusahaan juga menetapkan nilai-
nilai yang harus dijaga dan dikembangkan, yaitu INTEGRITAS (getteng), PROFESIONALISME
(acca/macca) (Makkulau, 2012).
Pada masyarakat Bali yang kental dengan keindahan seni dan budaya juga terdapat ungkapan
yang dianut dalam praktik bisnis, yaitu ''bani meli bani ngadep''. Kalimat ini artinya adalah
“berani membeli berani menjual”. Maksud kalimat pendek ini sangat dalam bahwa dalam
menentukan harga barang atau jasa harus ada keadilan dan tidak saling merugikan. Harga
itu harus tidak merugikan pembeli dan juga penjual. Dalam menentukan satuan harga itu
harus ada berbagai perhitungan dengan menggunakan berbagai ilmu (Gobyah dalam Balipost,
17 September 2003).
Indonesia kaya akan khasanah seni dan budaya yang salah satunya berupa nilainilai,
kebiasaan dan tradisi yang membentuk kearifan lokal. Banyak diantaranya berkaitan dengan
tatanan sosial budaya masyarakat yang menciptakan keteraturan. Meski banyak nilai-nilai
kearifan lokal yang positip bagi praktik bisnis, namun kajiankajian yang ada lebih banyak
menyoroti mengenai bagaimana kearifan lokal mampu menyelesaikan berbagai persoalan
sosial budaya dan konservasi sumberdaya alam.
Penulis yakin bahwa masih banyak nilai-nilai kearifan lokal yang penting bagi praktik bisnis,
namun tidak banyak yang dapat penulis temukan dari berbagai literatur yang ada, tidak
seperti halnya kearifan lokal dalam bidang sosial, budaya, dan konservasi sumberdaya alam.
Pada beberapa daerah di wilayah Indonesia kearifan lokal tersebut makin lama makin
memudar digantikan oleh nilai-nilai global. Meskipun nilai global tidak selalu sesuai dengan
kondisi masyarakat Indonesia, namun nampaknya di kalangan muda nilai-nilai tersebut tak
39
lagi menjadi idola.
Penelitian mengenai hal ini dari sudut pandang ekonomi bisnis kiranya penting dilakukan.
Namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana mensosialisasikan nilainilai tersebut pada
generasi muda sehingga tidak lenyap ditelan nilai-nilai global. Hal ini dikarenakan meskipun
banyak perusahaan-perusahaan telah telah go global namun masih tetap memegang prinsip
“Think Globally, Act Locally”. Berfikir global, bertindak menurut nilai-nilai lokal adalah falsafah
yang dianut perusahaan-perusahaan multinasional. Untuk dapat bertindak secara lokal, maka
pemahaman terhadap kearifan lokal menjadi sangat penting dalam dunia bisnis.
Kearifan lokal merupakan kebiasaan-kebiasaan, aturan, dan nilai-nilai sebagai hasil dari upaya
kognitif yang dianut masyarakat tertentu atau masyarakat setempat yang dianggap baik dan
bijaksana, yang dilaksanakan dan dipatuhi oleh masyarakat tersebut. Terdapat berbagai nilai-
nilai kearifan lokal yang menjadi landasan bagi berbagai praktik bisnis di Indonesia. Nilai-nilai
tersebut umumnya bervariasi menurut etnik mengingat bahwa Indonesia terdiri dari berbagai
sukubangsa. Umumnya di setiap suku ataupun suatu komunal di Indonesia dapat ditemui
nilai-nilai tersebut, baik pada masyarakat Jawa, Sunda, Bali, Lombok, Minang, Dayak, Bugis,
hingga Papua.
Penelitian mengenai hal ini dari sudut pandang ekonomi bisnis kiranya penting dilakukan.
Namun yang lebih penting lagi adalah bagaimana mensosialisasikan nilainilai tersebut pada
generasi muda sehingga tidak lenyap ditelan nilai-nilai global.
40
Berdasarkan bacaan di atas, buatlah daftar kearifan lokal dari berbagai daerah
yang dapat diterapkan dalam berwirausaha. Tambahkan dalam tabel kearifan
lokal daerahmu dan daerah lain dari hasil risetmu.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Pertanyaan diskusi:
1. Apa peran kearifan lokal dalam praktik baik kewirausahaan?
2. Apa peran kearifan lokal dalam menjaga integritas seorang wirausahawan dalam
menjalankan usahanya?
3. Apakah dengan menjunjung kearifan lokal sebuah usaha dapat berhasil dan
mengglobal?
41
4. Apakah kearifan lokal dalam berusaha yang dikenal di daerahmu? Bagaimana
kearifan lokal tersebut dapat diterapkan dalam mengelola sumberdaya daerah dan
menjalankan
Asesmen Formatif
1. Anekdotal
42
diskusi Tepat Tepat Tepat Tepat aktif.
sasaran sasaran sasaran sasaran
Bertanya dan Bertanya dan Bertanya dan Bertanya dan
merespon merespon merespon merespon
sesuai sesuai sesuai sesuai
konteks konteks konteks konteks
dalam setiap dalam dalam dalam setiap
diskusi kebanyakan beberapa diskusi
diskusi diskusi
Isi Isi esai Isi esai sesuai Isi esai cukup Isi esai cukup Tidak
43
sesuai dengan tema sesuai sesuai membuat
dengan tema yang dipilih. dengan tema dengan tema esail /
yang dipilih. Esai yang dipilih. yang dipilih. esai tidak
Esai mencakup Esai Esai selesai
mencakup seluruh mencakup mencakup
seluruh elemen yang sebagian sebagian dari
elemen yang dibutuhkan. besar dari elemen yang
dibutuhkan. Penjelasan elemen yang dibutuhkan.
Penjelasan lengkap dibutuhkan. Penjelasan
lengkap dan diberikan Penjelasan lengkap
mendalam untuk lengkap diberikan
diberikan sebagian diberikan untuk
untuk setiap besar dari untuk sebagian dari
elemen elemen - sebagian elemen
tersebut. elemen elemen tersebut,
tersebut. tersebut. sementara
lainnya
kurang
lengkap atau
tepat.
44
sehingga
mempengaru
hi
pemahaman
pembaca.
45
Tahap Perencanaan.: (24 JP)
Tahapan ini merupakan proses Mencari dan mengembangkan ide,
menginventarisasi sumber daya, dan merencanakan usaha yang berkelanjutan.
Waktu:
1. Menggali dan Mengembangkan Ide
(Total 24 JP)
2. Merencanakan start up Bahan: Artikel, alat tulis
3. Berkolaborasi dan Bekerja sama Peran Guru: fasilitator
4. Melakukan analisis SWOT terhadap startup yang dibuat dan pendamping
Pelaksanaan
• Guru membimbing siswa untuk menggali dan mengembangkan ide
• Setiap kelas dibagi menjadi 6 kelompok
• Setiap kelompok merencanakan pembuatan startup
• Melakukan analisis SWOT terhadap startup yang dibuat
46
Lampiran:
Analisis SWOT
ANALISIS SWOT
47
sudah/dapat dilakukan? lain lihat/pikirkan tentang
- Apa hal baik yang orang lain kita?
lihat/pikirkan tentang kita?
48
Produk start up : _________________________________
Lembar Kerja
ANALISIS SWOT
49
Tahap Aksi.: (60 JP)
Tahapan ini merupakan proses Mengaplikasikan pengetahuan dan
keterampilan yang didapat melalui aksi nyata yang bermakna.
Pelaksanaan
Mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang didapat melalui aksi
nyata yang bermakna
Strategi dan inovasi dalam berwirausaha :
• Tujuan dan sasaran pembuatan startup
• Rencana kerja
• Media startup
50
BAB IV
REFLEKSI PELAKSANAAN PROJEK
Waktu:
(Total 12 JP)
Bahan: Artikel, alat tulis
Peran Guru: fasilitator
dan pendamping
Hal yang sebelumnya ingin aku pelajari Hal yang ingin aku pelajari lebih lanjut mengenai
mengenai “Innocreative Metaverse” “Innocreative Metaverse”
51
Contoh lembar refleksi akhir siswa
Contoh lembar refleksi akhir kerja kelompok
Nama:
Kelompok:
Nama anggota:
1.
2.
3.
4.
5.
52
dalam kerja kelompok, serta terbuka
menerima pendapat atau kritik
53
Melebihi Berkembang sesuai Mulai Belum
harapan harapan berkembang berkembang
Ketepatan Solusi/aksi yang Solusi/ aksi yang Solusi/aksi yang Masih dalam
sasaran ditawarkan ditawarkan menyasar ditawarkan tahapan
menyasar inti faktor-faktor yang berupa ide yang identifikasi faktor
permasalahan, terkait dengan masih di yang
realistis dan permasalahan dan permukaan menyebabkan
memberikan memberikan dampak permasalahan permasalahan
dampak positif sementara dan/atau dan akibat yang
kurang realistis ditimbulkan
54
yang
berkesinambungan
55
BAB V
PENUTUP
Modul Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila merupakan acuan yang digunakan
oleh satuan pendidikan dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran kokulikuler.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dalam Kurikulum Merdeka adalah Projek
Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yaitu kegiatan kokurikuler berbasis projek.
Kegiatan projek dengan tema “INNOCREATIVE METAVERSE” merupakan tema
projek yang dirancang untuk menguatkan upaya pencapaian kompetensi dan
karakter sesuai profil pelajar Pancasila. Secara prinsip, pelaksanaan projek
penguatan profil pelajar Pancasila (P5) dilakukan secara fleksibel, dari segi
muatan, kegiatan, dan waktu pelaksanaan.
56