WAWASAN NUSANTARA
Disusun Oleh :
FAKULTAS TARBIYAH
2023/2024
1
KATA PENGANTAR
Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di
dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan, juga
semoga berguna bagi khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta
informasi yang bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna
dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun
makalah ini mohon kritik, saran dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen
Mata Kuliah kami, yang demikian itu akan membangun kemampuan kami dalam proses
pembelajaran ini.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb
Penyusun
2
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah negara adalah wilayah
kedaulatan. Setiap negara menduduki tempat tertentu di muka bumi serta mempunyai
perbatasan tertentu; misalnya apakah perbatasan merupakan perbatasan alamiah (laut,
sungai, gunung), apakah negara itu tidak memiliki perbatasan laut sama sekali (land-
locked) atau apakah negara itu merupakan benua atau kepulauan. Kekuasaan sebuah
negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah, melainkan juga laut di
sekelilingnya dan angkasa di atasnya.
Selain masalah wilayah kedaulatan, rakyat dan pemerintahan sah yang diakui
juga merupakkan syarat mutlak suatu negara. Penduduk dalam suatu negara biasanya
menunjukkan beberapa ciri khas tertentu dalam masalah kebudayaan, nilai-nilai
politiknya, atau identitas nasionalnya. Kesamaan dalam sejarah perkembangannya,
kesamaan bahasa, kesamaan kebudayaan, kesamaan suku bangsa, kesamaan agama
merupakkan faktor-faktor yang mendorong ke arah terbentuknya persatuan nasioanal
dan identitas nasional yang kuat.
3
1.1 Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Sedangkan kata “Nusantara” terdiri dari kata “nusa dan antara”. Kata nusa artinya
pulau atau kesatuan kepulauan. Antara menunjukkan letak antara dua unsur. Nusantara
artinya kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua yakni Asia dan Australia dan
dua samudera yakni; samudera Hindia dan samudera Pasifik.
5
kesatuan wilayah dengan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan
dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2.1 Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara
2.1.1 Wadah (Contour)
A. Wujud Wilayah
Batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh lautan yang di dalamnya
terdapat gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh perairan. Oleh karena itu,
Nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan serta dihubungkan oleh perairan didalamnya.
Setelah bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, bangsa indonesia
memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan
dalam wujud suprastruktur politik.
Sementara itu, wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah lembaga dalam wujud
infrastruktur politik. Letak geografis negara berada di posisi dunia antara dua samudra,
yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, dan antara dua benua, yaitu banua Asia dan
benua Australia. Perwujudan wilayah Nusantara ini menyatu dalam kesatuan politik,
ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan.
Bagi Indonesia, tata inti organisasi negara didasarkan pada UUD 1945 yang
menyangkut bentuk dan kedaulatan negara kekuasaaan pemerintah, sistem
pemerintahan, dan sistem perwakilan. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik. Kedaulatan di tangan rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sistem pemerintahan, menganut sistem
presidensial. Presiden memegang kekuasaan bersadarkan UUD 1945. Indonesia adalah
Negara hukum ( Rechtsstaat ) bukan Negara kekuasaan ( Machtsstaat ).
6
A. Tata Kelengkapan Organisasi
Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara
yang harus dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan
organisasi masyarakat, kalangan pers seluruh aparatur Negara, yang dapat diwujudkan
dalam bentuk demokrasi konstitusional berdasarkan UUD 1945 dan secara ideal
berdasarkan dasar falsafah Pancasila.
2.1.1 Isi (Content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan
nasional yang terdapat pada pembukaan UUD 1945. Isi menyangkut dua hal yang
essensial, yaitu :
7
Satu kesatuan ekonomi dengan berdasarkan atas asas usaha bersama dan
asas kekeluargaan dalam satu sistem ekonomi kerakyatan.
Satu kesatuan pertahanan dan keamanan dalam satu system terpadu,
yaitu sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).
Satu kesatuan kebijakan nasional dalam arti pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya yang mencakup aspek kehidupan nasional.
Untuk mencapai aspirasi yang berkembang di masyarakat maupun cita-cita dan tujuan
nasional seperti tersebut di atas, bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan
dan kesatuan dalam kebhinekaan dalam kehidupan nasional.
8
Sebagai Pedoman Persatuan
Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional secara structural dan fungsional
mewujudkan keterkaitan hierarkis piramida dan secara instrumental mendasari
kehidupan nasional yang berdimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan atau
rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai. Wawasan nasional merupakan
visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai
dengan konsep wawasan Nusantara adalah; menjadi bangsa yang satu dengan wilayah
yang satu secara utuh.
9
Tujuan keluar pada lingkungan bangsa dan Negara yang mengelilingi Indonesia
ialah ikut serta mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia berdasarkan
kemerdekaan keadilan sosial dan perdamaian abadi
A. Geopolitik Indonesia
Pemahaman tentang kekuatan dan kekuasaan yang dikembangkan di Indonesia
didasarkan pada pemahaman tentang paham perang dan damai serta disesuaikan dengan
10
kondisi dan konstelasi geografi Indonesia. Sedangkan pemahaman tentang Negara
Indonesia menganut paham Negara kepulauan, yaitu paham yang dikembangkan dari
asas archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman archipelago di negara-
negara Barat pada umumnya. Perbedaan yang esensial dari pemahaman ini adalah
bahwa menurut paham Barat, laut berperan sebagai “pemisah” pulau, sedangkan
menurut paham Indonesia laut adalah “penghubung” sehingga wilayah Negara menjadi
satu kesatuan yang utuh sebagai “Tanah Air” dan disebut Negara Kepulauan.
11
Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia menjadikan wilayah
Indonesia sebagai dasar pengembangan wawasan itu. Dalam hal ini kondisi obyektif
geografis Indonesia menjadi modal pembentukan suatu negara dan menjadi dasar bagi
pengambilan-pengambilan keputusan politik. Adapun kondisi obyektif geografi
Indonesia telah mengalami perkembangan sebagai berikut.
Saat RI merdeka (17 Agustus 1945), kita masih mengikuti aturan dalam Territoriale
Zee En Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939 di mana lebar laut wilayah Indonesia
adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing-masing pantai pulau Indonesia.
Dengan aturan itu maka wilayah Indonesia bukan merupakan kesatuan, laut menjadi
pemisah-pemecah wilayah karena Indonesia merupakan negara kepulauan
Indonesia kemudian mengeluarkan Deklarasi Djuanda (13 Desember 1957)
berbunyi:”…berdasarkan pertimbangan-pertimbangan maka pemerintah menyatakan
bahwa segala perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau yang
termasuk negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-
bagian yang wajar daripada wilayah daratan negara Indonesia, dan dengan demikian
bagian daripada perairan pedalaman atau nasional berada di bawah kedaulatan mutlak
negara Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman in bagi kapal-kapal
asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan/mengganggu kedaulatan
dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas lautan teritorial (yang lebarnya 12
mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-
pulau negara Indonesia….”
Jadi, pulau-pulau dan laut di wilayah Indonesia merupakan satu wilayah yang utuh,
kesatuan yang bulat dan utuh.
Indonesia kemudian mengeluarkan UU No 4/Prp Tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia yang berisi konsep kewilayahan Indonesia menurut Deklarasi Djuanda itu.
Maka Indonesia mempunyai konsep tentang Negara Kepulauan (Negara Maritim).
Dampaknya: jika dulu menurut Territoriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie
tahun 1939 luas Indonesia adalah kurang lebih 2 juta km2 maka menurut Deklarasi
12
Djuanda dan UU No 4/prp Tahun 1960 luasnya menjadi 5 juta km2 (dimana 65%
wilayahnya terdiri dari laut/perairan)
Pada 1982, Konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional III mengakui pokok-
pokok asas Negara Kepulauan (seperti yang digagas menurut Deklarasi Djuanda)
Asas Negara Kepulauan itu diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 1982 (United
Nation Convention on the Law af the Sea). Dampak dari UNCLOS 1982 adalah
pengakuan tentang bertambah luasnya ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dan Landas
Kontinen Indonesia. Indonesia kemudian meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU No 17
Tahun 1985 (tanggal 31 Desember 1985)
Sejak 16 November 1993 UNCLOS 1982 telah diratifikasi oleh 60 negara dan
menjadi hukum positif sejak 16 November 1994. Perjuangan selanjutnya adalah
perjuangan untuk wilayah antariksa nasional, termasuk GSO (Geo Stationery Orbit)
Jadi wilayah Indonesia adalah (Prof. Dr. Priyatna dalam S. Sumarsono, 2005, hal 74)
Tinggi = 33.761 km
Tebal GSO (Geo Stationery Orbit) = 350 km
Lebar GSO (Geo Stationery Orbit) = 150 km
13
Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia menunjuk pada sejarah
perkembangan Indonesia sebagai bangsa dan negara di mana tonggak-tonggak
sejarahnya adalah:
20 Mei 1908, Kebangkitan Nasional Indonesia
28 Okotber 1928, Kebangkitan Wawasan Kebangsaan melalui Sumpah Pemuda
17 Agustus 1945, Kemerdekaa Republik Indonesia
Arah pandang ke luar ditujukan demi terjaminnya kepentingan nasional dalam duna
serba berubah maupun kehidupan dalam negeri serta dalam melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, serta kerja
sama dan sikap saling menghormati. Arah pandang ke luar mengandung arti bahwa
kehidupan internasionalnya, bangsa Idonesia harus berusaha mengamankan kepentingan
nasionalnya dalam semua aspek kehidupan baik politik, ekonomi, social budaya maupun
pertahanan da keamanan demi tercapainya tujuan nasional sesuai tertera pada
Pembukaan UUD1945.
14
2.4.2 Asas Wawasan Nusantara.
Implementasi atau penerapan wawasan nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola
sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, wawasan nusantara
menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka
menghadapi berbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat, berbangsa dan
bernegara. Implementasi wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan
rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh.
2.5.1 Implementasi Wawasan Nusantara Dalam Bidang Nasional
A. Di Bidang Ideologi
Dapat diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan ideologi bangsa Indonesia.
Ketahanan ini diartikan mengandung keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam
menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang
datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung
membahayakan kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Indonesia.
15
B. Di Bidang Politik
Wawasan Nusantara adalah konsep politik bangsa Indonesia yang memandang
Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar
laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang
menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh mencakup segenap bidang
kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, serta
pertahanan dan keamanan yang berdasarkan ide nasionalnya yang berlandaskan
pancasila dan UUD 1945 (Undang-Undang Dasar 1945) yang merupakan aspirasi
bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat, bermartabat serta menjiwai tata hidup dalam
mencapai tujuan perjuangan nasional.
Wawasan Nusantara sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan
manifestasi pemikiran politik bangsa Indonesia telah ditegaskan dalam GBHN dengan
Tap. MPR No.IV tahun 1973. Penetapan ini merupakan tahapan akhir perkembangan
konsepsi negara kepulauan yang telah diperjuangkan sejak Dekrarasi Juanda tanggal 13
Desember 1957.
C. Di Bidang Ekonomi
Implementasi atau penerapan wawasan nusantara menjadi pola yang mendasari cara
berpikir, bersikap dan bertindak dalam rangka menghadapi berbagai masalah
menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Implementasi
wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah
air secara utuh dan menyeluruh.
Dalam bidang ekonomi, implementasi wawasan nusantara akan menciptakan tatanan
ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di samping itu, juga dapat mencerminkan
tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan
masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu
sendiri.
Prinsip implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi yaitu :
16
Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal
dan milik bersama bangsa untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah
Indonesia secara merata.
Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah
tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah masing-masing dalam
pengembangan kehidupan ekonominya.
Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara diselenggarakan sebagai
usaha bersama dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi kerakyatan
untuk kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.
Contoh implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi diantaranya :
Dengan menyeimbangkan Keuangan Pusat dan Daerah dengan keluarnya Undang-
Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.
Pembagian keuangan yang semula hampir 80% anggaran daerah harus menunggu
didatangkan dari pusat, padahal 90% hasil-hasil daerah diserahkan pada pemerintahan
pusat, kini pada UU tersebut diubah menjadi:
Hasil Pajak Bumi dan Bangunan, 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk
daerah.
Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, 20% untuk pusat, 80%
untuk daerah.
Hasil kehutanan, pertambangan umum dan perikanan, 20% untuk pusat dan
80% untuk daerah.
Hasil minyak bumi, 85% untuk pusat, 15% untuk daerah dan gas alam, 70%
untuk pusat dan 30% untuk daerah. Bahkan, porsi daerah ditambah lagi dengan
adanya “Dana Alokasi Umum” yang dialokasikan untuk daerah-daerah dengan
perimbangan tertentu, yang jumlah totalnya adalah 25% dari penerimaan dalam
negeri APBN, sebagai perimbangan.
A. Di Bidang Sosial Budaya
Budaya atau kebudayaan secara etimologis adalah segala sesuatu yang dihasilkan
oleh kekuatan budi manusia. Kebudayaan diungkapkan sebagai cita, rasa, dan karsa
(budi, perasaan dan kehendak). Sosial budaya adalah faktor dinamik masyarakat yang
17
terbentuk oleh keseluruhan pola tingkah laku lahir batin yang memungkinkan hubungan
sosial diantara angota-anggotanya.
Secara universal, kebudayaan masyarakat yang heterogen mempunyai unsur-unsur
yang sama, yaitu :
Sistem religi dan upacara keagamaan sistem masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan.
Sistem pengetahuan
Bahasa
Keserasian
Sistem mata pencaharian
Sistem teknologi dan peralatan
Sesuai dengan sifatnya, kebudayaan merupakan warisan yang bersifat memaksa bagi
masyarakat yang bersangkutan. Artinya setiap generasi yang lahir dari suatu masyarakat
dengan serta merta mewarisi norma-norma budaya dari generasi sebelumnya.
Berdasarkan ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi dan konstelasi geografi. Masyarakat
Indonesia sangat heterogen dan unik sehingga mengandung potensi konflik yang sangat
besar, terlebih kesadaran nasional masyarakat relatif rendah sejalan dengan terbatasnya
masyarakat terdidik.
Besarnya potensi antar golongan masyarakat yang setiap saat membuka peluang
terjadinya disintegrasi bangsa semakin mendorong perlunya dilakukan proses sosial
yang akomodatif. Proses sosial tersebut mengharuskan setiap kelompok masyarakat
budaya untuk saling membuka diri, memahami eksistensi budaya masing-masing serta
mau menerima dan memberi.
Proses sosial dalam upaya menjaga persatuan nasional sangat membutuhkan
kesamaan persepsi atau kesatuan cara pandang diantara segenap masyarakat tentang
eksistensi budaya yang sangat beragam namun memiliki semangat untuk membina
kehidupan bersama secara harmonis.
18
B. Di Bidang Pertahanan Keamanan
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan keamanan
akan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan
membentuk sikap bela negara pada tiap warga negara Indonesia.
Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela Negara menjadi
modal utama yang akan mengerakkan partisipasi setiap warga negara indonesia
dalam menghadapi setiap bentuk ancaman antara lain :
Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya adalah
ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
Tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk ikut
serta dalam pertahanan dan keamanan Negara dalam rangka pembelaan negara
dan bangsa.
19
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan atau
rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai. Wawasan nasional merupakan
visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai
dengan konsep wawasan Nusantara adalah; menjadi bangsa yang satu dengan wilayah
yang satu secara utuh.
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-
rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan
bagi penyelenggara Negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam kehidupan bernsyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tujuan dari wawasan nusantara tersebut yaitu mewujudkan nasioanalisme yang tinggi
disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan
nasioanal dari pada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah
tetap dihargai selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional atau kepentingan
masyarakat banyak.
20
DAFTAR PUSTAKA
21