Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

WAWASAN NUSANTARA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KEWARGANEGARAAN

Dosen Pengampu : Letkol, (Purn). Drs.H. Asep Abdullah, M,Ag.

Disusun Oleh :

1. Agnal Ulumi NIM : 023.011.0031


2. Ahmad Hidayat NIM : 023.011.0033
3. Alif Mutakin NIM : 023.011.0034
4. M Bintang A NIM : 023.011.0071

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

STAI SILIWANGI BANDUNG

2023/2024

1
KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr.Wb
Puji syukur senantiasa selalu kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan limpahan Rahmat, Taufik dan hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini. Shalawat serta salam tak lupa kita curahkan
kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukan jalan kebaikan dan kebenaran di
dunia dan akhirat kepada umat manusia.
Makalah ini di susun guna memenuhi tugas mata kuliah Kewarganegaraan, juga
semoga berguna bagi khalayak ramai sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan serta
informasi yang bermanfaat.
Makalah ini kami susun dengan segala kemampuan kami semaksimal mungkin.
Namun, kami menyadiri bahwa dalam penyusunan makalah ini tentu tidaklah sempurna
dan masih banyak kesalahan serta kekurangan. Maka dari itu kami sebagai penyusun
makalah ini mohon kritik, saran dari semua yang membaca makalah ini terutama Dosen
Mata Kuliah kami, yang demikian itu akan membangun kemampuan kami dalam proses
pembelajaran ini.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb

Bandung, 24 Mart 2024

Penyusun

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu persyaratan mutlak harus dimiliki oleh sebuah negara adalah wilayah
kedaulatan. Setiap negara menduduki tempat tertentu di muka bumi serta mempunyai
perbatasan tertentu; misalnya apakah perbatasan merupakan perbatasan alamiah (laut,
sungai, gunung), apakah negara itu tidak memiliki perbatasan laut sama sekali (land-
locked) atau apakah negara itu merupakan benua atau kepulauan. Kekuasaan sebuah
negara mencakup seluruh wilayah, tidak hanya tanah, melainkan juga laut di
sekelilingnya dan angkasa di atasnya.

Selain masalah wilayah kedaulatan, rakyat dan pemerintahan sah yang diakui
juga merupakkan syarat mutlak suatu negara. Penduduk dalam suatu negara biasanya
menunjukkan beberapa ciri khas tertentu dalam masalah kebudayaan, nilai-nilai
politiknya, atau identitas nasionalnya. Kesamaan dalam sejarah perkembangannya,
kesamaan bahasa, kesamaan kebudayaan, kesamaan suku bangsa, kesamaan agama
merupakkan faktor-faktor yang mendorong ke arah terbentuknya persatuan nasioanal
dan identitas nasional yang kuat.

Sebagai negara kepulauan yang luas, Indonesia menghadapi berbagai macam


tantangan dan permasalahan, diantaranya faktor geografis, seperti iklim dan sumber
daya alam, serta mengenai batas-batas wilayah. Selain itu, kemajemukan suku bangsa,
ras dan agama juga merupakan variabel yang perlu di perhatikan

Melalui Deklarasi Djuanda 13 Desember 1957, Indonesia meletakkan konsep dasar


Wawasan Nusantara , salah satu pedoman bangsa Indonesia mengenai wawasan nasional
yang berpijak pada wujud wilayah nusantara dan keberagaman masyarakat yang hidup
dan saling berinteraksi di dalamnya.

3
1.1 Rumusan Masalah

Bahasan mengenai wawasan nusantara memiliki beberapa rumusan masalah, antara


lain :

A. Pengertian dari wawasan nusanntara


B. Unsur-unsur dasar wawasan nusantara

C. Kedudukan, fungsi dan tujuan wawasan nusantara


D. Wawasan Nasional Indonesia
E. Arah pandang wawasan nusantara
F. Implementasi wawasan nusantara
1.1 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode Observasi, kepustakaan dan referensi
dari beberapa artikel terpilih bersumber pada situs-situs dunia maya.
1.1 Tujuan
Penulisan makalah ini memiliki tujuan yaitu :

a. Untuk memberikan pemahaman tentang pengertian dari wawasan nusantara


b. Untuk dapat mengetahui unsur-unsur dasar dari wawasan nusantara
c. Untuk dapat mengetahui kedudukan, fungsi dan tujuan wawasan nusantara
d. Untuk dapat mememahami makna wawasan nasional Indonesia
e. Untuk memahami arah pandang wawasan nusantara
f. Untuk dapat mengetahui implementasi wawasan nusantara

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Wawasan Nusantara


Wawasan Nasional, yang di Indonesia disebut sebagai Wawasan Nusantara, pada
dasarnya merupakan cara pandang terhadap bangsa sendiri. Kata “wawasan” berasal dari
kata “wawas” yang bearti melihat atau memandang (S. Sumarsono, 2005).

Sedangkan kata “Nusantara” terdiri dari kata “nusa dan antara”. Kata nusa artinya
pulau atau kesatuan kepulauan. Antara menunjukkan letak antara dua unsur. Nusantara
artinya kesatuan kepulauan yang terletak antara dua benua yakni Asia dan Australia dan
dua samudera yakni; samudera Hindia dan samudera Pasifik.

Di bawah ini dipaparkan beberapa pengertian dari Wawasan Nusantara, sebagai


berikut :

1. Menurut Prof.Dr. Wan Usman


Menurut Prof.Dr. Wan Usman, Wawasan Nusantara adalah cara pandang
bangsa Indonesia mengenai diri dan tanah air nya sebagai Negara kepulauan
dengan semua aspek kehidupan yang beragam.
2. Menurut Kel. Kerja LEMHANAS 1999
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya yang beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa dan kesatuan wilayah dalam
menyelenggarakan kehidupan bermsyarakat, berbangsa dan bernegara untuk
mencapai tujuan nasional.
3. Menurut Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN
Wawasan Nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai
diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa
serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermsyarakat,
berbangsa, dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional.
Dengan demikian wawasan Nusantara dapat didefinisikan sebagai cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang
serba beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan

5
kesatuan wilayah dengan tetap menghargai dan menghormati kebhinekaan
dalam setiap aspek kehidupan nasional untuk mencapai tujuan nasional
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
2.1 Unsur-Unsur Dasar Wawasan Nusantara
2.1.1 Wadah (Contour)
A. Wujud Wilayah
Batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh lautan yang di dalamnya
terdapat gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan oleh perairan. Oleh karena itu,
Nusantara dibatasi oleh lautan dan daratan serta dihubungkan oleh perairan didalamnya.
Setelah bernegara dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, bangsa indonesia
memiliki organisasi kenegaraan yang merupakan wadah berbagai kegiatan kenegaraan
dalam wujud suprastruktur politik.
Sementara itu, wadah dalam kehidupan bermasyarakat adalah lembaga dalam wujud
infrastruktur politik. Letak geografis negara berada di posisi dunia antara dua samudra,
yaitu Samudra Pasifik dan Samudra Hindia, dan antara dua benua, yaitu banua Asia dan
benua Australia. Perwujudan wilayah Nusantara ini menyatu dalam kesatuan politik,
ekonomi, sosial-budaya, dan pertahanan keamanan.

A. Tata Inti Organisasi

Bagi Indonesia, tata inti organisasi negara didasarkan pada UUD 1945 yang
menyangkut bentuk dan kedaulatan negara kekuasaaan pemerintah, sistem
pemerintahan, dan sistem perwakilan. Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik. Kedaulatan di tangan rakyat yang dilaksanakan sepenuhnya oleh
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR). Sistem pemerintahan, menganut sistem
presidensial. Presiden memegang kekuasaan bersadarkan UUD 1945. Indonesia adalah
Negara hukum ( Rechtsstaat ) bukan Negara kekuasaan ( Machtsstaat ).

6
A. Tata Kelengkapan Organisasi
Wujud tata kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara
yang harus dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan
organisasi masyarakat, kalangan pers seluruh aparatur Negara, yang dapat diwujudkan
dalam bentuk demokrasi konstitusional berdasarkan UUD 1945 dan secara ideal
berdasarkan dasar falsafah Pancasila.
2.1.1 Isi (Content)
Isi adalah aspirasi bangsa yang berkembang di masyarakat dan cita-cita serta tujuan
nasional yang terdapat pada pembukaan UUD 1945. Isi menyangkut dua hal yang
essensial, yaitu :

A. Realisasi aspirasi bangsa sebagai kesepakatan bersama serta pencapaian


cita-cita dan tujuan nasional. Cita-cita bangsa Indonesia tertuang di dalam
Pembukaan UUD 1945 yang menyebutkan :
 Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
 Rakyat Indonesia yang berkehidupan kebangsaan yang bebas.
 Pemerintahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi dan keadilan sosial.
B. Asas keterpaduan semua aspek kehidupan nasional berciri manunggal, utuh
menyeluruh meliputi :
 Satu kesatuan wilayah nusantara yang mencakup daratan perairan dan
dirgantara secara terpadu.
 Satu kesatuan politik, dalam arti satu UUD dan politik pelaksanaannya
serta satu ideologi dan identitas nasional.
 Satu kesatuan sosial-budaya, dalam arti satu perwujudan masyarakat
Indonesia atas dasar “Bhinneka Tunggal Ika”, satu tertib sosial dan satu
tertib hukum.

7
 Satu kesatuan ekonomi dengan berdasarkan atas asas usaha bersama dan
asas kekeluargaan dalam satu sistem ekonomi kerakyatan.
 Satu kesatuan pertahanan dan keamanan dalam satu system terpadu,
yaitu sistem pertahanan keamanan rakyat semesta (Sishankamrata).
 Satu kesatuan kebijakan nasional dalam arti pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya yang mencakup aspek kehidupan nasional.

Untuk mencapai aspirasi yang berkembang di masyarakat maupun cita-cita dan tujuan
nasional seperti tersebut di atas, bangsa Indonesia harus mampu menciptakan persatuan
dan kesatuan dalam kebhinekaan dalam kehidupan nasional.

2.1.1 Tata Laku (conduct)


Tata laku merupakan dasar interaksi antara wadah dengan isi, yang terdiri dari tata laku
tata laku batiniah dan lahiriah.
Tata laku batiniah mencerminkan jiwa, semangat, dan mentalitas yang baik dari bangsa
indonesia, sedang tata laku lahiriah tercermin dalam tindakan , perbuatan, dan perilaku
dari bangsa Indonesia.
Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti kemanunggalan. Meliputi
perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian.
Kedua hal tersebut akan mencerminkan identitas jati diri atau kepribadian bangsa
indonesia berdasarkan kekeluargaan dan kebersamaan yang memiliki rasa bangga dan
cinta kepada bangga dan tanah air sehingga menimbulkan nasionalisme yang tinggi dalm
segala aspek kehidupan nasional.

2.2 Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Wawasan Nusantara


2.2.1 Kedudukan Wawasan Nusantara
 Sebagai Wawasan Nasional
Wawasan Nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan
ajaran yang di yakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi
penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai dan mewujudkan cita-
cita dan tujuan nasional.

8
 Sebagai Pedoman Persatuan
Wawasan Nusantara dalam paradigma nasional secara structural dan fungsional
mewujudkan keterkaitan hierarkis piramida dan secara instrumental mendasari
kehidupan nasional yang berdimensi kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan atau
rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai. Wawasan nasional merupakan
visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai
dengan konsep wawasan Nusantara adalah; menjadi bangsa yang satu dengan wilayah
yang satu secara utuh.

2.2.2 Fungsi Wawasan Nusantara

Menurut Cristine S.T. Kansil, S.H., MH dkk dalam bukunya pendidikan


kewarganegaraan di perguruan tinggi menjelaskan bahwa fungsi wawasan nusantara:
Membentuk dan membina persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Indonesia
Merupakan ajaran dasar nasional yang melandasi kebijakkan dan strategi
pembangunan nasional

Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-


rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan
bagi penyelenggara Negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam kehidupan bernsyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2.2.3 Tujuan Wawasan Nusantara

Di dalam buku pendidikan kewarganegaraan diperguruan tinggi, Menurut Cristine


S.T. Kansil, S.H., MH dkk menjelaskan bahwa tujuan wawasan nusantara adalah :
Tujuan ke dalam mewujudkan kesatuan dalam segenap aspek kehidupan nasional
yaitu aspek alamiah dan aspek sosial

9
Tujuan keluar pada lingkungan bangsa dan Negara yang mengelilingi Indonesia
ialah ikut serta mewujudkan ketertiban dan perdamaian dunia berdasarkan
kemerdekaan keadilan sosial dan perdamaian abadi

Wawasan Nusantara bertujuan mewujudkan nasioanalisme yang tinggi di segala


aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan nasioanal dari
pada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah (kepentingan
individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah tetap dihargai selama tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional atau kepentingan masyarakat banyak.

2.3 Wawasan Nasional Indonesia


2.3.1 WAWASAN NASIONAL

Setiap Negara perlu memiliki wawasan nasional dalam usaha menyelenggarakan


kehidupannya. Wawasan itu pada umumnya berkaitan dengan cara pandang tentang
hakikat sebuah Negara yang memiliki kedaulatan atas wilayahnya. Fokus pembicaraan
pada unsur kekuasaan dan kewilayahan disebut “geopolitik”.

A. Paham Kekuasaan Bangsa Indonesia

Bangsa Indonesia yang berfalsafah dan berideologi Pancasila menganut paham


tentang perang dan damai:”Bangsa Indonesia cinta damai, akan tetapi lebih cinta
kemerdekaan.” Wawasan nasional bangsa Indonesia tidak mengembangkan ajaran
tentang kekuasaan dan adu kekuatan, karena hal tersebut mengandung benih-benih
persengketaan dan ekspansionisme. Ajaran wawasan nasional bangsa Indonesia
menyatakan bahwa: ideologi digunakan sebagai landasan idiil dalam menentukan politik
nasional, dihadapkan pada kondisi dan konstelasi geografi Indonesia dengan segala
aspek kehidupan nasionalnya. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia dapat menjamin
kepentingan bangsa dan negaranya di tengah-tengah perkembangan dunia.

A. Geopolitik Indonesia
Pemahaman tentang kekuatan dan kekuasaan yang dikembangkan di Indonesia
didasarkan pada pemahaman tentang paham perang dan damai serta disesuaikan dengan

10
kondisi dan konstelasi geografi Indonesia. Sedangkan pemahaman tentang Negara
Indonesia menganut paham Negara kepulauan, yaitu paham yang dikembangkan dari
asas archipelago yang memang berbeda dengan pemahaman archipelago di negara-
negara Barat pada umumnya. Perbedaan yang esensial dari pemahaman ini adalah
bahwa menurut paham Barat, laut berperan sebagai “pemisah” pulau, sedangkan
menurut paham Indonesia laut adalah “penghubung” sehingga wilayah Negara menjadi
satu kesatuan yang utuh sebagai “Tanah Air” dan disebut Negara Kepulauan.

A. Latar Belakang Filosofis


Wawasan Nasional merupakan sebuah cara pandang geopolitik Indonesia yang
bertolak dari latar belakang pemikiran sebagai berikut ((S. Sumarsono, 2005)
 Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila
 Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia
 Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia
 Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia
 Latar belakang pemikiran filsafat Pancasila menjadikan Pancasila sebagai dasar
pengembangan Wawasan Nusantara tersebut. Setiap sila dari Pancasila menjadi
dasar dari pengembangan wawasan itu.
 Sila 1 (Ketuhanan yang Mahaesa) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan
wawasan yang menghormati kebebasan beragama
 Sila 2 (Kemanusiaan yang Adil dan Beradab) menjadikan Wawasan Nusantara
merupakan wawasan yang menghormati dan menerapkan HAM (Hak Asasi
Manusia)
 Sila 3 (Persatuan Indonesia) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan
wawasan yang mengutamakan kepentingan bangsa dan negara.
 Sila 4 (Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan) menjadikan Wawasan Nusantara merupakan
wawasan yang dikembangkan dalam suasana musyawarah dan mufakat.
 Sila 5 (Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia) menjadikan Wawasan
Nusantara merupakan wawasan yang mengusahakan kesejahteraan seluruh
rakyat Indonesia.

11
Latar belakang pemikiran aspek kewilayahan Indonesia menjadikan wilayah
Indonesia sebagai dasar pengembangan wawasan itu. Dalam hal ini kondisi obyektif
geografis Indonesia menjadi modal pembentukan suatu negara dan menjadi dasar bagi
pengambilan-pengambilan keputusan politik. Adapun kondisi obyektif geografi
Indonesia telah mengalami perkembangan sebagai berikut.

Saat RI merdeka (17 Agustus 1945), kita masih mengikuti aturan dalam Territoriale
Zee En Maritime Kringen Ordonantie tahun 1939 di mana lebar laut wilayah Indonesia
adalah 3 mil diukur dari garis air rendah dari masing-masing pantai pulau Indonesia.

Dengan aturan itu maka wilayah Indonesia bukan merupakan kesatuan, laut menjadi
pemisah-pemecah wilayah karena Indonesia merupakan negara kepulauan
Indonesia kemudian mengeluarkan Deklarasi Djuanda (13 Desember 1957)
berbunyi:”…berdasarkan pertimbangan-pertimbangan maka pemerintah menyatakan
bahwa segala perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau yang
termasuk negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-
bagian yang wajar daripada wilayah daratan negara Indonesia, dan dengan demikian
bagian daripada perairan pedalaman atau nasional berada di bawah kedaulatan mutlak
negara Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman in bagi kapal-kapal
asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan/mengganggu kedaulatan
dan keselamatan negara Indonesia. Penentuan batas lautan teritorial (yang lebarnya 12
mil) diukur dari garis yang menghubungkan titik-titik ujung yang terluar pada pulau-
pulau negara Indonesia….”
Jadi, pulau-pulau dan laut di wilayah Indonesia merupakan satu wilayah yang utuh,
kesatuan yang bulat dan utuh.
Indonesia kemudian mengeluarkan UU No 4/Prp Tahun 1960 tentang Perairan
Indonesia yang berisi konsep kewilayahan Indonesia menurut Deklarasi Djuanda itu.
Maka Indonesia mempunyai konsep tentang Negara Kepulauan (Negara Maritim).
Dampaknya: jika dulu menurut Territoriale Zee En Maritime Kringen Ordonantie
tahun 1939 luas Indonesia adalah kurang lebih 2 juta km2 maka menurut Deklarasi

12
Djuanda dan UU No 4/prp Tahun 1960 luasnya menjadi 5 juta km2 (dimana 65%
wilayahnya terdiri dari laut/perairan)
Pada 1982, Konferensi PBB tentang Hukum Laut Internasional III mengakui pokok-
pokok asas Negara Kepulauan (seperti yang digagas menurut Deklarasi Djuanda)
Asas Negara Kepulauan itu diakui dan dicantumkan dalam UNCLOS 1982 (United
Nation Convention on the Law af the Sea). Dampak dari UNCLOS 1982 adalah
pengakuan tentang bertambah luasnya ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) dan Landas
Kontinen Indonesia. Indonesia kemudian meratifikasi UNCLOS 1982 melalui UU No 17
Tahun 1985 (tanggal 31 Desember 1985)
Sejak 16 November 1993 UNCLOS 1982 telah diratifikasi oleh 60 negara dan
menjadi hukum positif sejak 16 November 1994. Perjuangan selanjutnya adalah
perjuangan untuk wilayah antariksa nasional, termasuk GSO (Geo Stationery Orbit)
Jadi wilayah Indonesia adalah (Prof. Dr. Priyatna dalam S. Sumarsono, 2005, hal 74)

 Wilayah territorial 12 mil dari Garis Pangkal Laut


 Wilayah ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif) 200 mil dari Pangkal Laut
 Wilayah ke dalam perut bumi sedalam 40.000 km
 Wilayah udara nasional Indonesia setinggi 110 km

Sedangkan atas antariksa Indonesia :

 Tinggi = 33.761 km
 Tebal GSO (Geo Stationery Orbit) = 350 km
 Lebar GSO (Geo Stationery Orbit) = 150 km

Latar belakang pemikiran aspek sosial budaya Indonesia menjadikan


keanekaragaman budaya Indonesia menjadi bahan untuk memandang (membangun
wawasan) nusantara Indonesia. Menurut Hildred Geertz sebagaimana dikutip Nasikun
(1988), Indonesia mempunyai lebih dari 300 suku bangsa dari Sabang sampai Merauke.
Adapun menurut Skinner yang juga dikutip Nasikun (1988) Indonesia mempunyai 35
suku bangsa besar yang masing-masing mempunyai sub-sub suku/etnis yang banyak.

13
Latar belakang pemikiran aspek kesejarahan Indonesia menunjuk pada sejarah
perkembangan Indonesia sebagai bangsa dan negara di mana tonggak-tonggak
sejarahnya adalah:
 20 Mei 1908, Kebangkitan Nasional Indonesia
 28 Okotber 1928, Kebangkitan Wawasan Kebangsaan melalui Sumpah Pemuda
 17 Agustus 1945, Kemerdekaa Republik Indonesia

2.4 Arah Pandang Wawasan Nusantara


2.4.1 Arah Pandang Wawasan Nusantara
Dalam arah pandang wawasan nusantara dibagi menjadi 2, yakni kedalam dan keluar.
Dengan latar belakang budaya, sejarah serta kondisi dan konstelasi geografi serta
memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, maka arah pandang wawasan
nusantara meliputi :
1. Arah Pandang Ke Dalam
Arah pandang ke dalam bertujuan menjamin perwujudan persatuan kesatuan
segenap aspek kehidupan nasional, baik aspek alamiah maupun sosial. Arah pandang ke
dalam mengandung arti bahwa bangasa indonesia harus peka dan berusaha untuk
mencegah dan mengatasi sedini mungkin faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi
bangsa dan harus mengupayakan tetap terbina dan terpeliharanya persatua dan kesatuan
dalam kebhinekaan.
2. Arah Pandang Ke Luar

Arah pandang ke luar ditujukan demi terjaminnya kepentingan nasional dalam duna
serba berubah maupun kehidupan dalam negeri serta dalam melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial, serta kerja
sama dan sikap saling menghormati. Arah pandang ke luar mengandung arti bahwa
kehidupan internasionalnya, bangsa Idonesia harus berusaha mengamankan kepentingan
nasionalnya dalam semua aspek kehidupan baik politik, ekonomi, social budaya maupun
pertahanan da keamanan demi tercapainya tujuan nasional sesuai tertera pada
Pembukaan UUD1945.

14
2.4.2 Asas Wawasan Nusantara.

Merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus dipatuhi, ditaati, dipelihara dan


diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan setianya komponen/unsur pembentuk
bangsa Indonesia (suku/golongan) terhadap kesepakatan (commitment) bersama. Asas
Wasantara terdiri dari :
 Kepentingan/Tujuan yang sama
 Keadilan
 Kejujuran
 Solidaritas
 Kerjasama
 Kesetiaan terhadap kesepakatan

2.5 Implementasi Wawasan Nusantara

Implementasi atau penerapan wawasan nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola
sikap, dan pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan bangsa dan negara
daripada kepentingan pribadi atau kelompok. Dengan kata lain, wawasan nusantara
menjadi pola yang mendasari cara berpikir, bersikap, dan bertindak dalam rangka
menghadapi berbagai masalah menyangkut kehidupan bermayarakat, berbangsa dan
bernegara. Implementasi wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan
rakyat dan wilayah tanah air secara utuh dan menyeluruh.
2.5.1 Implementasi Wawasan Nusantara Dalam Bidang Nasional
A. Di Bidang Ideologi
Dapat diartikan sebagai kondisi dinamis kehidupan ideologi bangsa Indonesia.
Ketahanan ini diartikan mengandung keuletan dan ketangguhan kekuatan nasional dalam
menghadapi serta mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan yang
datang dari luar maupun dari dalam secara langsung maupun tidak langsung
membahayakan kelangsungan kehidupan ideologi bangsa dan negara Indonesia.

15
B. Di Bidang Politik
Wawasan Nusantara adalah konsep politik bangsa Indonesia yang memandang
Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah, meliputi tanah (darat), air (laut) termasuk dasar
laut dan tanah di bawahnya dan udara di atasnya secara tidak terpisahkan, yang
menyatukan bangsa dan negara secara utuh menyeluruh mencakup segenap bidang
kehidupan nasional yang meliputi aspek politik, ekonomi, sosial budaya, serta
pertahanan dan keamanan yang berdasarkan ide nasionalnya yang berlandaskan
pancasila dan UUD 1945 (Undang-Undang Dasar 1945) yang merupakan aspirasi
bangsa Indonesia yang merdeka, berdaulat, bermartabat serta menjiwai tata hidup dalam
mencapai tujuan perjuangan nasional.
Wawasan Nusantara sebagai konsepsi politik dan kenegaraan yang merupakan
manifestasi pemikiran politik bangsa Indonesia telah ditegaskan dalam GBHN dengan
Tap. MPR No.IV tahun 1973. Penetapan ini merupakan tahapan akhir perkembangan
konsepsi negara kepulauan yang telah diperjuangkan sejak Dekrarasi Juanda tanggal 13
Desember 1957.
C. Di Bidang Ekonomi
Implementasi atau penerapan wawasan nusantara menjadi pola yang mendasari cara
berpikir, bersikap dan bertindak dalam rangka menghadapi berbagai masalah
menyangkut kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Implementasi
wawasan nusantara senantiasa berorientasi pada kepentingan rakyat dan wilayah tanah
air secara utuh dan menyeluruh.
Dalam bidang ekonomi, implementasi wawasan nusantara akan menciptakan tatanan
ekonomi yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara adil dan merata. Di samping itu, juga dapat mencerminkan
tanggung jawab pengelolaan sumber daya alam yang memperhatikan kebutuhan
masyarakat antar daerah secara timbal balik serta kelestarian sumber daya alam itu
sendiri.
Prinsip implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi yaitu :

16
 Kekayaan di wilayah nusantara, baik potensial maupun efektif, adalah modal
dan milik bersama bangsa untuk memenuhi kebutuhan di seluruh wilayah
Indonesia secara merata.
 Tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan seimbang di seluruh daerah
tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah masing-masing dalam
pengembangan kehidupan ekonominya.
 Kehidupan perekonomian di seluruh wilayah nusantara diselenggarakan sebagai
usaha bersama dengan asas kekeluargaan dalam sistem ekonomi kerakyatan
untuk kemakmuran rakyat yang sebesar-besarnya.
Contoh implementasi wawasan nusantara dalam bidang ekonomi diantaranya :
Dengan menyeimbangkan Keuangan Pusat dan Daerah dengan keluarnya Undang-
Undang No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah.
Pembagian keuangan yang semula hampir 80% anggaran daerah harus menunggu
didatangkan dari pusat, padahal 90% hasil-hasil daerah diserahkan pada pemerintahan
pusat, kini pada UU tersebut diubah menjadi:
 Hasil Pajak Bumi dan Bangunan, 10% untuk pemerintah pusat dan 90% untuk
daerah.
 Hasil Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, 20% untuk pusat, 80%
untuk daerah.
 Hasil kehutanan, pertambangan umum dan perikanan, 20% untuk pusat dan
80% untuk daerah.
 Hasil minyak bumi, 85% untuk pusat, 15% untuk daerah dan gas alam, 70%
untuk pusat dan 30% untuk daerah. Bahkan, porsi daerah ditambah lagi dengan
adanya “Dana Alokasi Umum” yang dialokasikan untuk daerah-daerah dengan
perimbangan tertentu, yang jumlah totalnya adalah 25% dari penerimaan dalam
negeri APBN, sebagai perimbangan.
A. Di Bidang Sosial Budaya
Budaya atau kebudayaan secara etimologis adalah segala sesuatu yang dihasilkan
oleh kekuatan budi manusia. Kebudayaan diungkapkan sebagai cita, rasa, dan karsa
(budi, perasaan dan kehendak). Sosial budaya adalah faktor dinamik masyarakat yang

17
terbentuk oleh keseluruhan pola tingkah laku lahir batin yang memungkinkan hubungan
sosial diantara angota-anggotanya.
Secara universal, kebudayaan masyarakat yang heterogen mempunyai unsur-unsur
yang sama, yaitu :
 Sistem religi dan upacara keagamaan sistem masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan.
 Sistem pengetahuan
 Bahasa
 Keserasian
 Sistem mata pencaharian
 Sistem teknologi dan peralatan

Sesuai dengan sifatnya, kebudayaan merupakan warisan yang bersifat memaksa bagi
masyarakat yang bersangkutan. Artinya setiap generasi yang lahir dari suatu masyarakat
dengan serta merta mewarisi norma-norma budaya dari generasi sebelumnya.
Berdasarkan ciri dan sifat kebudayaan serta kondisi dan konstelasi geografi. Masyarakat
Indonesia sangat heterogen dan unik sehingga mengandung potensi konflik yang sangat
besar, terlebih kesadaran nasional masyarakat relatif rendah sejalan dengan terbatasnya
masyarakat terdidik.
Besarnya potensi antar golongan masyarakat yang setiap saat membuka peluang
terjadinya disintegrasi bangsa semakin mendorong perlunya dilakukan proses sosial
yang akomodatif. Proses sosial tersebut mengharuskan setiap kelompok masyarakat
budaya untuk saling membuka diri, memahami eksistensi budaya masing-masing serta
mau menerima dan memberi.
Proses sosial dalam upaya menjaga persatuan nasional sangat membutuhkan
kesamaan persepsi atau kesatuan cara pandang diantara segenap masyarakat tentang
eksistensi budaya yang sangat beragam namun memiliki semangat untuk membina
kehidupan bersama secara harmonis.

18
B. Di Bidang Pertahanan Keamanan
Implementasi wawasan nusantara dalam kehidupan pertahanan dan keamanan
akan menumbuhkan kesadaran cinta tanah air dan bangsa, yang lebih lanjut akan
membentuk sikap bela negara pada tiap warga negara Indonesia.
Kesadaran dan sikap cinta tanah air dan bangsa serta bela Negara menjadi
modal utama yang akan mengerakkan partisipasi setiap warga negara indonesia
dalam menghadapi setiap bentuk ancaman antara lain :
 Bahwa ancaman terhadap satu pulau atau satu daerah pada hakikatnya adalah
ancaman terhadap seluruh bangsa dan negara.
 Tiap-tiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk ikut
serta dalam pertahanan dan keamanan Negara dalam rangka pembelaan negara
dan bangsa.

19
BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari pembahasan di atas kita dapat menyimpulkan secara umum Wawasan


Nusantara adalah keutuhan nusantara/nasional, dalam pengertiannya yaitu cara pandang
yang secara utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara dan demi kepentingan nasional.

Wawasan Nusantara berkedudukan sebagai visi bangsa. Visi adalah keadaan atau
rumusan umum mengenai keadaan yang ingin dicapai. Wawasan nasional merupakan
visi bangsa yang bersangkutan dalam menuju masa depan. Visi bangsa Indonesia sesuai
dengan konsep wawasan Nusantara adalah; menjadi bangsa yang satu dengan wilayah
yang satu secara utuh.
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-
rambu dalam menentukan segala kebijaksanaan, keputusan, tindakan, dan perbuatan
bagi penyelenggara Negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat
Indonesia dalam kehidupan bernsyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Tujuan dari wawasan nusantara tersebut yaitu mewujudkan nasioanalisme yang tinggi
disegala aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mengutamakan kepentingan
nasioanal dari pada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa atau daerah
tetap dihargai selama tidak bertentangan dengan kepentingan nasional atau kepentingan
masyarakat banyak.

20
DAFTAR PUSTAKA

 Budiarjo, Miriam. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,


2014.
 Sumarsono, S. Penidikan kewaarganegaraan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama, 2015.
 Sumarsono, S. Cara Pandang Geopolitik, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
2005.
 Jordyayal (2012). Arah Pandang Wawasan Nusantara. From
http://jordyayal.wordpress.com/2012/07/27/arah-pandangan-wawasan-
nusantara/, 8 Januari 2015
 Vabrian (2013). Wawasan Nusantara. From
http://vabrianz.wordpress.com/wawasan nusantara, 9 Januari 2015
 Sarjanaku (2010). Wawasan Nusantara. From
http://www.sarjanaku.com/2010/10/wawasan-nusantara.html, 9 Januari 2015.
 Rina (2012), Wawasan Nusantara. From
http://rinastkip.wordpress.com/2012/11/21/makalah-pkn-wawasan-nusantara/, 6
Januari 2015.
 Agus (2013), Asas dan Arah Pandang Wawasan Nusantara. From
http://agusismyname.blogspot.com/2013/06/asas-dan-arah-pandang-wawasan-
nusantara.html, 8 Januari 2015.
 Hizaf, Zafiq (2013), Implementasi Wawasan Nusantara dalam Kehidupan
Nasional. From http://zafiqhizaf.wordpress.com/2013/06/03/implementasi-
wawasan-nusantara-dalam-kehidupan-nasional/, 8 Januari 2015.
 Hidayat, Taufik (2013), Pengertian Hakikat dan Kedudukan Wawasan
Nusantara. From
http://welcome-taufikhidayat.blogspot.com/2013/05/pengertian-hakekat-dan-
kedudukan.html, 8 Januari 2015.

21

Anda mungkin juga menyukai