Berdasarkan pengamatan secara megaskopis, batuan ini memiliki warna coklat
kekuningan. Struktur yang tampak pada batuan ini tidak menampakkan adanya penjajaran mineral dengan mineral penyusun berbentuk equidimensional sehingga temasuk struktur non foliasi tipe hornfelsic. Batuan ini memiliki tekstur ketahanan yang sudah tidak memperlihatkan struktur protolithnya sehingga termasuk kristaloblastik. Mineral penyusun batuan ini memiliki ukuran yang bisa dilihat mata sehingga ukuran butirnya fanerit. Mineral penyusun batuan ini terlihat memiliki batas yang jelas sehingga bentuk inidvidu kristalnya idioblastik. Mineral ini memiliki bentuk granular dan susunannya teratur sehingga bentuk mineralnya granuloblastik. Batuan ini tersusun atas beberapa komposisi mineral. Mineral yang petama memiliki warna putih bening. Saat disinari cahaya mineral ini dapat meneruskan cahaya sehingga memiliki transparansi transparan, serta menampakkan kilap seperti kaca sehingga termasuk kilap kaca. Mineral ini menghasilkan cerat berwarna putih dan saat ditetesi HCl mineral ini tidak menghasilkan buih. Diinterpretasikan mineral ini adalah kuarsa dengan kelimpahan 95% dari batuan. Pada batuan ini juga ditemukan adanya pengotor yang berwarna kecoklatan dan bersifat afanit. Berdasarkan pendeskripsian diatas, batuan peraga 207 memiliki warna coklat kekuningan, struktur non foliasi hornfelsic, tekstur ketahanan kristaloblastik, ukuran butir fanerit, bentuk individu Kristal idioblastik, bentuk mineral granuloblastik serta memiliki komposisi mineral kuarsa 95% dan pengotor 5%, diinterpretasikan memiliki nama Quartzite berdasarkan Klasifikasi W. T. Huang, 1962. Diinterpretasikan batuan ini terbentuk dari protolith berupa batupasir karena batuan ini tersusun dari mineral kuarsa yang dominan. Batuan ini mengalami metamorfisme tipe kontak dengan pengaruh suhu yang lebih dominan sehingga dapat membentuk struktur non foliasi hornfelsic yang tidak terdapat penjajaran mineral. Proses metamorfisme yang dialami batuan ini sudah sempurna sehingga struktur protolith dari batuan ini tidak terlihat lagi. Batuan ini mengalami proses diagenesis tahap rekristalisasi atau pembentukan Kristal mineral baru, segregasi dimana terjadi pemisahan antara mineral pipih dengan granular serta reorientasi yaitu penyusunan kembali mineral mineral yang telah ada sebelumnya. Gambar 4.1 kurva metamorfisme