Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL METODE PENELITIAN KUANTITATIF

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN OTORITER


TERHADAP LOYALITAS KARYAWAN

Disusun Oleh: Kelompok 3

Amelia (223310010092)

Catherine Olisa (223310010101)

Vilbert Herlambang (223310010090)

UNIVERSITAS PRIMA INDONESIA

FAKULTAS PSIKOLOGI

MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat
dan hidayah-Nya, kami bisa menyelesaikan proposal yang berjudul “Pengaruh
Gaya Kepemimpinan Otoriter terhadap Loyalitas Karyawan”.

Tidak lupa kami mengucapkan rasa terima kasih kepada Ibu Sabrini
Mentari, M. Psi.. selaku dosen untuk mata kuliah Metode Penelitian Kuantitatif
yang telah membantu kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan masukan
dalam pembuatan makalah ini.

Proposal ini memberikan informasi kepada teman-teman mengenai


Pengaruh Gaya Kepemimpinan Otoriter terhadap Loyalitas Karyawan. Agar di
kemudian hari bisa menjadi bekal bagi teman-teman. Kami juga berharap agar
proposal ini dapat memberikan pengetahuan tentang Metode Penelitian Kuantitatif
kepada masyarakat.

i
DAFTAR ISI

MAKALAH....................................................................................................................................
KATA PENGANTAR....................................................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................
2.1 Struktur Kepribadian menurut Viktor Emil Frankl....................................................3
2.2 Dinamika Kepribadian menurut Viktor Emil Fankl....................................................3
A. Hidup Tanpa Makna...............................................................................................3
B. Kodrat Manusia Sehat............................................................................................3
2.3 Perkembangan Kepribadian menurut Viktor Emil Frankl.........................................3
2.4 Psikopatologi Kepribadian menurut Viktor Emil Frankl............................................3
2.5 Contoh Kasus tentang Teori Kepribadian menurut Viktor Emil Frankl.....................3
BAB III PENUTUP......................................................................................................................
3.2 Kesimpulan.......................................................................................................14
3.3 Saran......................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Viktor Emil Frankl dikenal sebagai filsafat logoterapi, lahir dengan
kondisi yang suram dan tiada penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan.
Suasana Perang Dunia II benar-benar telah mencampakkan harga diri manusia
sampai ke dasar terendahnya. Manusa tidak lagi dihargai sebagai entitas yang
dapat mengambil keputusannya sendiri. Intuisi negara dan ideologi-ideologi
totaliter telah merontokkan martabat manusia. Logoterapi berasal dari kata logos
yang diambil dari Bahasa Yunani yang berarti “makna” (meaning) dan juga
“rohani” (spirituality). Dalam logoterapi dimasukkan pula kemampuan khas
manusia, yaitu self-detachment dan self-trancendence yang keduanya
menggambarkan kebebasan dan tanggung jawab.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut:

1. Struktur Kepribadian menurut Viktor Emil Frankl


2. Dinamika Kepribadian menurut Viktor Emil Frankl
3. Perkembangan Kepribadian menurut Viktor Emil Frankl
4. Psikopatologi Kepribadian menurut Viktor Emil Frankl
5. Contoh kasus tentang Teori Kepribadian Viktor Emil Frankl

1.3 Tujuan
Adapun tujuan penilitian dari makalah ini adalah untuk memahami :

1. Struktur Kepribadian yang dikemukakan Viktor Emil Frankl


2. Dinamika Kepribadian yang dikemukakan Viktor Emil Frankl
3. Perkembangan Kepribadian yang dikemukakan Viktor Emil Frankl
4. Psikopatologi Kepribadian yang dikemukakan Viktor Emil Frankl
5. Teori Kepribadian Viktor Emil Frankl melalui contoh kasus

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Struktur Kepribadian menurut Viktor Emil Frankl


Viktor Emil Frankl memiliki beberapa karya, salah satunya adalah buku
The Will To Meaning, Foundation and Aplication of Logotherapy, memuat
landasan pikiran dan aplikasi praktis dari konsep logoterapi. Menurut ajaran
logoterapi, bahwa kehidupan ini mempunyai makna dalam keadaan apapun dan
bagaimanapun, termasuk dalam penderitaan sekalipun, hasrat hidup bermakna
(The Will To Meaning) merupakan motivasi utama dalam kehidupan ini. Manusia
memiliki kebebasan dalam upaya menemukan makna hidup, yakni melalui karya-
karya yang diciptakannya, hal-hal yang dialami dan dihayati, termasuk cinta
kasih, atau dalam setiap sikap yang diambil terhadap keadaan dan penderitaan
yang tidak mungkin terelakkan.

Dalam buku ini, Frankl menolak perjuangan manusia untuk membangun


setiap keadaan atau kondisi dalam diri entah untuk kekuasaan, kenikmatan, atau
aktualisasi. Teori tentang kodrat manusia dalam Logoterapi dibangun di atas tiga
asumsi dasar, yang satu dengan yang lainnya saling menopang.

1. Kebebasan berkeinginan (freedom of will)


Kebebasan ini sifatnya bukan tak terbatas, karena manusia adalah
mahluk serba terbatas, manusia memiliki potensi yang luar biasa namun ia
memiliki keterbatasan dalam aspek ragawi, aspek kejiwaan, aspek sosial
budaya, dan aspek kerohaniannya. Frankl berpendapat bahwa kebebasan
manusia merupakan kebebasan yang berada dalam batas-batas tertentu.
2. Keinginan akan makna (will of meaning)
Makna itu merupakan sesuatu yang unik dan spesifik pada diri
manusia, hanya manusia tersebutlah yang bisa mencari makna tersebut dan
kehidupan manusia tergantung pada makna apa yang dipegangnya.

2
4

Mencari makna merupakan motivasi utama dalam diri manusia, dorongan


ini

5
3

bukanlah sekedar insting biasa. Setiap orang tentunya menginginkan


dirinya memiliki tujuan dalam hidupnya, baik itu di ranah pendidikan,
pekerjaan, rumah tangga, tentunya harus ada sebuah makna dalam tujuan
tersebut.
3. Makna Hidup (Meaning of life)
Keinginan untuk mengejar makna hidup, seperti dorongan insting,
tetapi bukan insting. Dorongan ini ada di dalam alam bawah sadar
manusia, karena di dalam diri manusia terdapat alam sadar dan alam
bawah sadar, pada alam bawah sadar terdapat dua yaitu insting dan
spiritual atau makna, dua ini yang menjadi dua komponen penggerak
dalam alam bawah sadar. Makna hidup adalah hal-hal yang sangat penting
dan berharga serta memberikan nilai-nilai khusus bagi seseorang, sehingga
layak dijadikan tujuan dalam kehidupan.

2.2 Dinamika Kepribadian menurut Viktor Emil Fankl


A. Hidup Tanpa Makna

Makna hidup dapat ditemukan dalam setiap keadaan, baik itu


menyenangkan (bahagia) maupun tidak menyenangkan (penuh penderitaan).
Apabila hasrat makna hidup ini dapat terpenuhi maka kehidupan akan terasa
berguna, berharga, serta berarti. Sebaliknya jika hasrat ini tidak terpenuhi, hal itu
akan menyebabkan kehidupan berjalan tanpa makna dan tak berarti.
Penghayatan akan hidup tanpa makna mungkin saja tidak terungkap secara
nyata. Akan tetapi, hal itu menjelma dalam berbagai upaya kompensasi dan
kehendak berlebihan untuk berkuasa (the will to power), bersenang-senang
mencari kenikmatan (the will to pleasure), mencari kepuasan seksual (the will to
sex), bekerja (the will to work), serta mengumpulkan uang (the will to money).
Penghayatan hidup tanpa makna ini sebenarnya bukan tergolong suatu
penyakit. Akan tetapi, jika berlangsung dalam keadaan intensif, berlarut-larut,
serta tidak diatasi maka akan menjelma menjadi penyakit psikis berikut:
4

1. Neurosis noogenik
Neurosis noogenik adalah suatu gangguan perasaan yang cukup
menghambat prestasi dan penyesuaian diri seseorang. Gangguan ini
biasanya tampak dalam keluhan mudah bosan, hampa, penuh
keputusasaan, kehilangan minat dan inisiatif, serta merasa bahwa hidup ini
tidak berarti sama sekali.
Neurosis noogenik dapat termanisfestasi dalam tampilan simtom yang
serupa dalam gambaran simtomatik neurosis psikogenik, seperti depresi,
hiperseksualitas, alkoholisme, obsesionalisme, dan sebagainya.
2. Karakter totaliter
Karakter totaliter ialah gambaran pribadi yang memiliki
kecenderungan memaksakan tujuan, kepentingan, dan kehendak sendiri
tanpa bersedia menerima masukan dari orang lain. Karakter totaliter dapat
termanifestasi dalam bentuk membunuh, merampok, berbuat kekacauan,
dan lain sebagainya.
3. Karakter konformis
Karakter konformis adalah gambaran pribadi yang mempunyai
kecenderungan kuat untuk selalu berusaha mengikuti dan menyesuaikan
diri terhadap tuntutan lingkungan sekitar serta bersedia mengabaikan
keinginan dan kepentingannya sendiri.
Karakter konformis ini berawal dari kekecewaan dan kehampaan hidup
sebagai akibat kegagalan memenuhi motivasi utama, yaitu hasrat untuk
hidup bermakna. Karakter konformis, misalnya berbentuk meniru perilaku
teman-temannya yang nakal. Selain itu, masih banyak contoh lain yang
membuat seseorang seperti mengabaikan diri sendiri, tetapi sangat peduli
terhadap lingkungannya.
5

B. Kodrat Manusia Sehat

Hakikat dari eksistensi manusia yang sehat terdiri dari tiga faktor.
1. Spiritualitas
Spiritualitas adalah suatu konsep yang sulit dirumuskan. Hal ini mengingat
spiritualitas tidak dapat direduksi. Bahkan, aspek spiritualitas tidak dapat
diterangkan dengan istilah-istilah material. Meskipun dapat dipengaruhi oleh
dunia material, keberadaan spiritualitas tidak disebabkan atau dihasilkan oleh
dunia material. Secara sederhana, spiritualitas dapat diartikan roh atau jiwa.
Tujuan spiritualitas adalah agar manusia dapat melampaui kediriannya
menjadi sehat secara psikologis. Caranya, yaitu bergerak ke luar fokus diri,
kemudian mengatasi dan menyerap arti dan tujuan seseorang. Dengan demikian,
diri akan dipenuhi dan diaktualisasi secara spontan dan wajar.
2. Kebebasan
Berkaitan dengan faktor kebebasan, manusia tidak didikte oleh faktor-
faktor nonspiritual, seperti insting, warisan nilai khusus, ataupun kondisi-kondisi
lingkungan. Manusia yang sehat secara psikologis memiliki dan menggunakan
kebebasan untuk memilih cara bertingkah laku. Orang-orang yang tidak
mengalami kebebasan ini terkadang berprasangka buruk atau sangat neurotis.
Dalam hal ini, orang-orang neurotis akan menghambat pemenuhan potensi-
potensi diri sendiri sehingga menghalangi perkembangan kemanusiaan secara
penuh.
3. Tanggung jawab
Seseorang tidak cukup hanya merasa bebas memilih, tetapi juga harus
menerima tanggung jawab terhadap pilihannya. Orang-orang yang sehat akan
memikul tanggung jawab ini. Mereka mengisi waktu keseharian dengan
melakukan kegiatan-kegiatan bermanfaat secara bertanggung jawab agar karya-
karya mereka berkembang, meskipun kodrat kehidupan manusia adalah singkat
dan fana.
Terakhir, Frankl menyebutkan tujuh sifat yang dapat ditampakkan oleh
manusia berkepribadian sehat yakni:
6

a. Bebas memilih langkah (tindakan) sendiri


b. Secara pribadi bertanggung jawab terhadap tingkah laku hidup serta sikap
yang diambil terhadap nasibnya
c. Tidak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar diri sendiri
d. Telah menemukan makna kehidupan yang cocok dengan dirinya
e. Secara sadar mengontrol kehidupan dirinya
f. Mampu mengungkapkan nilai-nilai daya cipta, pengalaman, ataupun sikap,
serta
g. Telah mengatasi perhatian terhadap diri.

2.3 Perkembangan Kepribadian menurut Viktor Emil Frankl


Viktor tidak memfokuskan diri pada “Tahap Perkembangan Kepribadian”,
ia lebih tertarik memfokuskan diri dalam hal Logoterapi mengenai
Kerbermaknaan Hidup dalam kehidupan manusia tersebut.
Salah satu konsep utama Frankl adalah hati nurani, yang bisa dijadikan
solusi untuk menemukan makna hidup. Hati nurani bukan hanya sekedar salah
satu faktor diantara bermacam-macam faktor. Hati nurani adalah inti dari
keberadaan manusia dan merupakan sumber integritas personal kita.
Frankl mengartikan hati nurani sebagai “Pemahaman diri yang bersifat
pra-reflektif dan ontologism” atau “kearifan hati” atau “sesuatu yang lebih sensitif
dibanding kesensitifan rasio". Hati nurani itulah yang “menghirup udara” dan
memberi makna hidup yang kita jalani.

Pribadi yang mengatasi diri menururt Viktor terdiri atas 3 paradox-paradox yakni:
a. Fisik vs Spiritual
Manusia terdiri dari aspek fisik (biologis) yaitu lapar, sakit, mencari
kepuasan seksual, tertarik pada materi, dsb. Sisi lain, manusia juga terdiri atas
aspek nonfisik, yaitu psikis dan spiritual. Keduanya merupakan kutub yang
berlawanan. Kodrat manusia adalah mencari kepuasan biologis serta materi.
Dalam hal ini, semakin seseorang memaksa mendorong dirinya kearah
kesenangan, maka ia justru semakin menjauh dari kebahagiaan.
7

Berdasarkan logoterapi, salah satu teknik relevan untuk mengatasi kecendrungan


manusia mencari kesenangan biologis atau materi adalah bimbingan spiritual.
Dalam hal ini, spiritual merupakan sisi transendensi manusia yang berfungsi
mengatasi dunia fisik sekaligus memberikan makna hidup.
b. Kesadaran vs Ketidaksadaran
Setiap orang memiliki kepribadian yang tidak disadari (personal
unconscious) yang berkembang di luar pengalaman sadar karena telah ditekan,
seperti dorongan-dorongan amoral, hasrat seksual yang tidak dapat diterima,
kebutuhan egoistik, ketakutan, dll.
Orang yang sehat secara psikologis secara perlahan berhasil menggali
bagian kepribadian yang tidak disadari. Di sisi lain, ia mampu mengintegrasikan
sisi gelap (shadow) dengan bagian kepribadian yang disadarinya. Dengan cara ini,
seluruh komponen kepribadiannya dapat bekerja sama membentuk kesadaran total
serta diri yang penuh tujuan.
c. Orientasi diri vs Sesama
Saat kebutuhan fisiologis terpuaskan, manusia tetap mengalami
keterpisahan dari dunia sekitar. Rasa keterpisahan itu harus didobrak dengan
menemukan ikatan-ikatan baru dengan sesama manusia. Ada beberapa cara
mencari dan mencapai kesatuan dengan sesama, diantaranya melalui jalan
kepatuhan kepada Tuhan, seseorang, kelompok, atau intuisi. Hanya ada satu
syarat yang memuaskan kebutuhan manusia untuk mempersatukan dirinya dengan
dunia dan pada saat yang sama memperoleh integritas dan individualitas yaitu
cinta.

2.4 Psikopatologi Kepribadian menurut Viktor Emil Frankl


Definisi Psikopatologi
Psikopatologi merupakan istilah yang mengacu pada studi tentang
penyakit mental, tekanan mental, atau manifestasi perilaku dan pengalaman yang
mungkin menunjukkan penyakit mental atau gangguan psikologis.
Psikopatologi (psychopatology) adalah cabang psikologi yang
berkepentingan untuk menyelidiki penyakit, ganguan mental atau gejala-gejala
8

abnormal lainnya. Psikopatologi atau sakit mental ini juga berupa sakit yang
tampak dalam bentuk perilaku dan fungsi kejiwaan yang tidak stabil.

Macam-Macam Psikopatologi
Beberapa gangguan jiwa tergolong dalam psikosis dan sebagian lainnya
dikategorikan ke dalam neurosis. Gangguan jiwa yang melibatkan penyakit saraf
disebut psikosis, ini telah menjurus pada penyakit jiwa yang berat, sedangkan bila
masih dalam taraf yang ringan disebut psikoneurosis.

Yang tergolong psikosis (penyakit jiwa berat), diantaranya adalah :


1. Skizofrenia > penyakit jiwa yang diderita oleh orang yang terpecah
kepribadiannya. Hidup jiwa sosok penyandang penyakit ini kosong dari
norma-norma sosail dan kebudayaan.
2. Manik-Depresif > orang yang jiwanya tidak stabil, kadang-kadang aktif
dan kadang-kadang pasif.
3. Paranoid > penyakit jiwa yang menampakkan gejala bahwa semua yang
berada dilingkungan sekitarnya seolah-olah memusuhi dirinya.

Adapun macam-macam neurosis (penyakit jiwa ringan) adalah :


1. Psychasthenia > suatu gangguan jiwa dimana penderitanya memiliki
gejala seperti energinya lenyap meskipun kadang-kadang kekuatan
jasmaninya besar. Bentuk penyakit ini muncul dalam berbagai macam,
yakni :
a. Fobia (takut berbuat sesuatu tanpa alasan)
b. Tidak dapat mengontrol diri
c. Histeria (hilangnya tenaga dan semangat )
2. Neurasthenia > penyakit saraf yang tergolong masih dalam stadium
permulaan, sehingga masih mungkin disembuhkan melalui konseling dan
terapi. Jenis penyakit ini menampakkan gejala-gelaja :
a. Tenaga berkurang dan insomnia
b. Kehilangan inisiatif
4

c. Menjadi pemalas

5
9

d. Perasaan mudah tersinggung


e. Tidak dapat mengkonsentrasikan daya pikirannya

2.5 Contoh Kasus tentang Teori Kepribadian menurut Viktor Emil Frankl
Pada laporan kasus ini diriwayatkan subjek seorang lansia perempuan
berusia 82 tahun yang merupakan janda, tidak mempunyai anak dan tinggal
sendiri di rumah pasca ditinggal meninggal oleh suaminya. Saat subjek berusia 24
tahun atau tepatnya pada tahun 1957, dia menikah dengan seorang TNI yang
merupakan pria pilihan orangtuanya. Orangtua berharap agar subjek dapat
menikmati hidup yang lebih baik dan mapan karena menikah dengan seorang
tentara. Subjek sempat merasa sedih dan kecewa karena beberapa kali periksa ke
dokter tetapi tidak juga dikaruniai anak. Lambat laun suaminya jatuh sakit
kemudian meninggal pada tahun 1970. Subjek merasa tidak siap menerima
kepergian suaminya.

Selama 13 tahun perkawinan, akhirnya dia merasa sangat kehilangan.


Subjek juga tidak memiliki anak sehingga kepergian suaminya membuatnya
sangat terpukul dan sulit untuk menekan rasa dukanya. Pada tahun yang
bersamaan pun orangtua subjek meninggal satu per satu. Subjek merasa terpuruk
karena tidak bisa bila harus menghadapi kenyataan menjanda. Subjek juga
menjadi bahan pembicaraan tetangga karena dirinya yang tidak bisa memberikan
keturunan. Selama lima tahun masa menjanda pasca meninggalnya suami, subjek
pun dijodohkan oleh keluarga sepupunya dan subjek menerima lamaran pria
tersebut dan menikah pada tahun 1975. Suaminya lebih muda sepuluh tahun
darinya tetapi pria tersebut tulus mencintai subjek. Subjek kembali menjalani
masa-masa yang indah karena kembali memiliki seseorang yang dapat
dijadikannya sandaran, tempat berbagi dan bisa melindunginya.

Pada akhir tahun 2014 lalu, subjek kembali menghadapi ujian hidup yang
berat. Suaminya meninggal karena menderita penyakit jantung. Peristiwa ini tidak
pernah dia duga sebelumnya karena selama ini suami subjek adalah orang yang
sabar dan tidak pernah mengeluh sedikit pun. Pada tahun yang sama, subjek juga
4

mulai sering merasakan nyeri di sekitar kaki sebelah kanannya. Subjek


didiagnosis

5
10

mengalami reumatik setelah memeriksakan diri ke rumah sakit atas rujukan dari
bidan puskesmas yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Subjek juga tidak pernah
menyangka bila dia juga harus menderita sakit reumatik yang menyebabkan
dirinya akan sulit untuk beraktivitas meskipun dia memang sudah berhenti bekerja
di pabrik roti sejak tahun 1977.

Pada pernikahan yang kedua ini, subjek juga tidak dikaruniai anak. Subjek
pernah memeriksakan kandungannya dan dokter memvonis ada kelainan di
rahimnya sehingga menghambatnya untuk memperoleh keturunan. Subjek
menjadi bahan pembicaraan lagi oleh tetangga karena peristiwa serupa kembali
terjadi. Tetangga sekitar juga sempat menggunjing bahwa subjek tidak bisa
mempunyai anak karena mandul dan sial sehingga pada dua kali perkawinannya,
peristiwa yang sama kembali terjadi. Hal ini membuat subjek semakin
beranggapan bahwa dirinya tidak berdaya, hampa, tidak berharga dan merasa
kehilangan cinta dari orang yang selama ini menjadi tumpuan harapannya. Hal ini
selaras dengan hasil tes kepribadian (TAT) yang menunjukkan bahwa subjek
sangat membutuhkan bantuan, perlindungan dan kasih sayang dari orang sekitar
tetapi pada akhirnya subjek tidak dapat mencapai kebutuhan tersebut. Pasca
meninggalnya suami, subjek menunjukkan coping yang tidak tepat. Hal ini sejalan
dengan hasil tes kepribadian (TAT) yang menunjukkan bahwa saat menghadapi
permasalahan, subjek cenderung bersikap menghindar, pasrah dan berdiam diri.

Ketika tujuan dalam hidup dapat terpenuhi maka seseorang akan


merasakan kebahagiaan. Sebaliknya, saat tujuan tersebut tidak dapat terpenuhi
maka akan menyebabkan kehidupan terasa tidak berguna, tidak berharga dan
hampa (Frankl, 2006). Kegagalan individu menemukan makna atau kondisi
ketidakbermaknaan dapat menyebabkan individu menarik diri dari upaya untuk
mengaktualisasikan kemampuan guna menghadapi kenyataan hidup pada masa
kini (Frankl, 1988). Subjek merasa tertekan dengan perubahan yang terjadi dalam
hidupnya karena belum menemukan makna dari peristiwa negatif yang dialami.
Subjek belum menyadari bahwa dirinya mempunyai potensi untuk bangkit dan
4

menghadapi ketidaknyamanannya saat ini. Subjek menjadi kurang bergairah


dalam menjalankan

aktivitas sehari-hari. Subjek juga akhirnya memilih untuk menarik diri dengan
tidak lagi mengikuti pengajian warga, lebih banyak mengurung diri di rumah
sendiri dan jarang sekali berinteraksi dengan tetangga sekitar. Hal inilah yang
semakin menambah buruknya penilaian subjek mengenai hidupnya saat ini. Dia
menilai hidupnya tidak ada artinya. Subjek belum bisa menentukan pilihan dan
membebaskan dirinya dari tekanan yang dirasakan serta belum memperoleh
makna dari peristiwa negatif yang dialami.

Hasil tes yang dilakukan atau cara tes yg dilakukan :

Berdasarkan hasil tes kepribadian (TAT) menunjukkan bahwa subjek


adalah seseorang yang tertutup dan pasif sehingga saat terlibat konflik dengan
orang sekitarnya maka subjek akan merasa terpojokkan dan tidak berdaya dan
subjek juga menilai bahwa tidak ada yang benar-benar ingin membantunya
menghadapi kesulitan.

Logoterapi ini dilaksanakan melalui 6 sesi yakni:

1. Pada sesi pertama, terapis melakukan orientasi dan pengenalan yaitu


membangun raport dan menjelaskan kepada subjek bahwa terapi ini
bertujuan untuk membantunya menemukan makna hidup di balik
penderitaan yang dialami.
2. Pada sesi kedua, terapis melakukan identifikasi masalah yaitu mengajak
subjek untuk mengenali sumber penyebab atau pemicu masalahnya dan
apa saja usaha yang telak dilakukan subjek untuk mengatasi masalahnya.
3. Pada sesi ketiga, terapis memasuki fase inti yaitu melakukan orientation
toward meaning. Pada sesi ini terapis bersama dengan subjek membahas
apa saja nilai dan makna yang secara potensial ada dalam kehidupan
subjek. Pada tahap ini, terapis menggunakan teknik meaning triangle, yaitu
terapis mengarahkan subjek mengidentifikasi dan memperoleh nilai-nilai

5
4

dan makna hidup yang baru baik itu dalam tiga konsep meaning triangle
antara lain nilai kreativitas, nilai dari pengalaman dan nilai dari sikap.

5
12

4. Pada sesi keempat, terapis memberikan tugas kepada subjek untuk


melakukan hal-hal positif yang dapat membuat subjek memandang bahwa
masih ada makna yang bisa ditemukan dalam hidupnya. Tugas tersebut
antara lain terapis meminta subjek untuk merutinkan ibadah yang awalnya
sering ditinggalkan dan menyarankan subjek untuk berbaur dengan
lingkungan sekitar.
5. Pada sesi kelima, terapis memberikan kesimpulan mengenai apa saja yang
telah berhasil dicapai selama pelaksanaan logoterapi dan melakukan
terminasi apabila subjek sudah mampu menilai bahwa masih ada makna
yang dapat diambil dari kondisinya saat ini.
6. Sesi keenam yaitu follow-up setelah dua minggu pasca berakhirnya
intervensi, terapis mengevaluasi perkembangan subjek dan sejauh mana
pandangan subjek mengenai hidupnya apakah subjek mampu
mempertahankan makna hidup yang sudah diperoleh atau tidak.

Melalui teknik logoterapi yang diberikan, subjek mulai menunjukkan


perubahan sikap di mana dia lebih fokus memperhatikan hal-hal positif dan
bermanfaat. Subjek mulai menerima kondisinya yang memang hidup tanpa suami
dan anak. Dia juga sudah bisa mengendalikan emosi negatif seperti sedih dan
menangis karena mengingat suaminya ataupun meratapi nasib tidak memiliki
keturunan.

Logoterapi ini juga mampu meningkatkan kebermaknaan hidup pada


subjek lansia. Perubahan yang muncul yaitu subjek perlahan-lahan mulai
menemukan makna dari setiap peristiwa maupun penderitaan yang dialaminya
sehingga subjek bisa lebih menerima kondisinya saat ini. Subjek juga perlahan-
lahan kembali berinteraksi dengan lingkungan sekitar yaitu dengan kembali
mengikuti pengajian bersama teman-teman komunitas meskipun itu hanya dua
minggu sekali. Terapis memberikan saran kepada ponakan angkat dan sepupu
subjek agar rajin mengunjungi subjek sesekali ke rumahnya. Terapis juga
memberikan saran pada subjek untuk tidak segan apabila ingin meminta bantuan
kepada ponakan angkat, sepupu ataupun tetangga bila mengalami kesulitan.
BAB III
PENUTUP

3.2 Kesimpulan
1. Frankl menjelaskan mengenai Teori tentang kodrat manusia dalam
Logoterapi dibangun di atas tiga asumsi dasar, yang satu dengan yang lainnya
saling menopang:
a. Kebebasan berkeinginan (freedom of will)
b. Keinginan akan makna (will of meaning)
c. Makna hidup (meaning of life)
2. Dinamika kepribadian menurut Viktor Emil Frankl dibagi menjadi 2:
a. Hidup tanpa makna. Apabila hasrat makna hidup ini dapat
terpenuhi maka kehidupan akan terasa berguna, berharga, serta berarti. Sebaliknya
jika hasrat ini tidak terpenuhi, menyebabkan kehidupan berjalan tanpa makna dan
tak berarti.
b. Kodrat manusia sehat. Menurut Frankl, Hakikat dari eksistensi
manusia yang sehat terdiri dari tiga faktor, yaitu spiritualitas, kebebasan, dan
tanggung jawab.
3. Viktor lebih memfokuskan diri dalam hal Logoterapi mengenai
kerbermaknaan hidup. Menurut Victor, pribadi yang mengatasi diri terdiri atas 3
faktor, sebagai berikut:
a. Fisik vs Spiritual
b. Kesadaran vs Ketidaksadaran
c. Orientasi diri vs Sesama
4. Psikopatologi menurut Victor terdiri atas psikosis (penyakit jiwa berat)
seperti Skizofrenia, Manik-Depresif, dan Paranoid serta neurosis (penyakit jiwa
ringan) seperti Psychasthenia dan Neurasthenia.

13
14

3.3 Saran
Demikianlah makalah yang dapat kami buat mengenai materi yang
menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan
karena terbatasnya pengetahuan serta kurangnya rujukan atau referensi yang kami
peroleh mengenai materi ini. Kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca untuk perbaikan makalah ini di masa mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis serta pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Fatmawati, F. (2019). Bunga Rampai : APA ITU PSIKOPATOLOGI? Lhokseumawe: UNIMAL
PRESS.

Irawan, E. N. (2015). Buku Pintar Pemikiran Tokoh-Tokoh Psikologi dari Klasik sampai
Modern. Yogyakarta: IRCiSoD.

Paresma Wahyuningsih, Y. (2015). Logoterapi untuk meningkatkan kebermaknaan hidup


pada lansia. PROCEDIA, 34-41.

Sunarno. (2020). Psikologi Humanistis Victor Emil Frankl. Jakarta.

Wafiri, M. F. (2008). Terapi Fitrah (Memodifikasi Logoterapi berdasarkan Tazkiyatun


Nafs Al Ghazali). Malang.

15

Anda mungkin juga menyukai