Anda di halaman 1dari 41

SISTEM MANAJEMEN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN DI INDONESIA

DAN DI LUAR NEGERI


( Dr. H. USPANDI HARYAKA, M.Pd )

Oleh :

MUHAMMAD ARIPIN, S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI DOKTOR MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERITAS MULAWARMAN

2023

i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Illahi roby, karena berkat rahmat
dan karunia-Nyalah pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan kajian jurnal sederhana
ini tepat pada waktunya.
Banyak pelajaran berharga yang dapat penulis petik dari penulisan ini, karena
penulis telah mendapatkan pengalaman yang sangat berharga selama proses penulisan,
sebagai seorang guru penulis telah mendapat pengetahuan baru, yakni bahwa untuk
melaksanakan tugas secara profesional, guru memerlukan wawasan yang mantap
tentang sekolah dasar tidak ubahnya sebagai sebuah institusi atau lembaga. Sebagai
sebuah institusi atau lembaga, sekolah mengemban misi tertentu yaitu melakukan
proses edukasi, proses sosialisasi, dan proses transformasi anak didik, dalam rangka
mengantarkan mereka siap mengikuti pendidikan pada jenjang berikutnya.
Dalam penyusunan kajian jurnal ini, banyak sekali hambatan yang penulis
hadapi, baik dari referensi maupun waktu penulisan yang dirasa kurang namun atas
kerjasama berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat diselesaikan. Untuk hal tersebut,
perkenankanlah penyusun menghaturkan terima kasih kepada semua pihak atas kerja
sama dan partisipasinya.
Tak lupa pula penulis sampaikan rasa hormat dan bangga memiliki teman-
teman seperjuangan yang telah bahu-membahu, bergotong royong, dan bertukar fikiran
sehingga penyusunan makalah dapat segera terselesaikan.
Penulis menyadari kalau dalam penyusunan kajian jurnal ini masih banyak
kekurangannya, untuk itu saran-saran demi peningkatan kualitas tulis ini selalu penulis
harapkan dan penulis terima sebagai sesuatu yang amat berharga. Akhir kata semoga
tulisan ini dapat bermanfaat khusunya bagi penulis umumnya bagi semua pihak yang
memerlukan. Amin.
Samarinda, 10 Juli 2023

Penulis

ii
KAJIAN JURNAL

Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
yang bermutu. Hal tersebut telah tercantum dalam Pasal 5 Undang-Undang (UU) Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pemerintah memiliki kewajiban dalam
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu, dalam mewujudkan
pendidikan yang bermutu Pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) yang kemudian dibentuk pula
Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP) sebagai badan yang menentukan 8 standar dan
kriteria pencapaian penyelenggaraan pendidikan. Adapun standar-standar yang menjadi
dasar bagi penyelenggaraan pendidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 2 adalah 1) Standar
Isi, 2) Standar Proses, 3) Standar Kompetensi Lulusan, 4) Standar Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, 5) Standar Sarana dan Prasarana, 6) Standar Pengelolaan, 7) Standar
Pembiayaan, dan 8) Standar Penilaian Pendidikan.
Kemudian pada tahun 2013 dengan diterapkannya Kurikulum 2013 maka
pemerintah mengeluarkan PP Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas PP Nomor 19
Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Pasal 2A disebutkan bahwa Standar
Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) digunakan sebagai
acuan utama pengembangan Standar Isi, Standar Proses, Standar Penilaian Pendidikan,
Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar
Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan.
Perubahan zaman menuntut perubahan dalam semua aspek, termasuk di dalamnya
adalah perubahan perguruan tinggi dalam pengelolaannya. Pengelolaan perguruan tinggi ini
merupakan sebuah upaya perguruan tinggi mengikuti perkembangan zaman. Standarisasi
merupakan acuan dari semua pengelolaan yang dilakukan oleh perguruan tinggi. Semua
perguruan tinggi harus memenuhi standarisasi yang telah ditetapkan guna terus
mempertahankan eksistensinya.
Masih rendahnya mutu perguruan tinggi di Indonesia dapat dilihat berdasarkan
hasil akreditasi perguruan tinggi dan program studi. Dari 4.472 perguruan tinggi di
Indonesia, baru 50 perguruan tinggi yang memiliki akreditasi A dan program studi
terakreditasi A baru sebanyak 2.512. Hal ini merupakan bukti bahwa mutu perguruan tinggi
Indonesia harus berbenah diri. Standarisasi yang ditetapkan oleh Badan Akreditasi Nasional
Perguruan tinggi (BAN PT) harus diimplementasikan dalam memperbaiki mutu perguruan
tinggi. Standarisasi perguruan tinggi ini diharapkan dapat meningkatkan mutu perguruan
tinggi. Sehingga pola penjaminan mutu tidak hanya dilakukan oleh eksternal saja, tetapi
juga harus dilakukan secara otonom oleh perguruan tinggi sesuai dengan permenristekdikti

Telaah Jurnal 1
Nomor 62 tahun 2016 tentang system penjaminan mutu Pendidikan tinggi (SPM Dikti).
Sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi ini bertujuan menjamin pemenuhan standar
pendidikan tinggi secara sistemik dan berkelanjutan. Sehingga diharapkan akan tumbuh dan
berkembangnya budaya mutu pada lingkungan perguruan tinggi. Hal ini dilakukan oleh
perguruan tinggi itu sendiri untuk mengendalikan penyelenggaraan pendidikan tinggi sesuai
standar yang telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai pedomannya.
Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi formal, sampai saat ini masih
dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan, etika dan nilai kebijakan. Anggapan tersebut
telah melekat pada setiap perguruan tinggi, sehingga mutu lulusannya diharapkan memiliki
kriteria “smart' dan “good', Namun di sisi lain, kondisi perguruan tinggi di Indonesia masih
banyak yang belum melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar mutu,
hingga pada akhirnya kredibilitas perguruan tinggi masih belum memuaskan para
stakeholders. Bila penyelenggara pendidikan tinggi di Indonesia tidak segera melakukan
upayaupaya nyata meningkatkan kualitas input, proses, output maupun outcome-nya, maka
eksistensi perguruan tinggi tersebut akan semakin surut.
Fenomena yang terjadi sekarang ini masyarakat Indonesia banyak mencari
pendidikan tinggi yang berkualitas ke luar negeri, misalnya ke negara tetangga Malaysia.
Meyikapi hal tersebut pemerintah Indonesia pada tahun 2003 melalui Direktorat Akademik
mulai menggagas kegiatan Penjaminan Mutu (Quality Assurance) di perguruan tinggi.
Merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Higher Education Long Term Strategy (HELTS) 2003-1010, dan Peraturan Pemerintah No
19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pelaksanaan penjaminan mutu di
perguruan tinggi merupakan kegiatan yang wajib dilakukan. Sistem penjaminan mutu
perguruan tinggi (PT) dilakukan atas dasar Penjaminan Mutu Internal (PMI), Penjaminan
Mutu Eksternal (PME), dan Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri (EPSBED)
yang dikaitkan dengan perijinan penyelenggaraan program studi.
Pada tahun 2005 terbit Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang menyatakan bahwa SNP bertujuan untuk
menjamin mutu pendidikan nasonal. Dengan demikian implementasi penjaminan mutu
selain wajib memenuhi SNP juga memberikan kebebasan pada setiap perguruan tinggi
untuk mengembangkan penjaminan mutu sesuai sejarah, visi, misi, budaya, ukuran, dan
berbagai kekhasan dari perguruan tinggi tersebut. Dengan pola im plementasi seperti ini,
dalam kurun waktu tujuh tahun tentu telah berlangung beragam implementasi penjaminan
mutu, baik pada aras perguruan tinggi maupun pada aras Nasional.

Telaah Jurnal 2
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (2016)
menjelaskan; “mutu pendidikan tinggi adalah tingkat kesesuaian antara penyelenggaraan
pendidikan tinggi dengan Standar Pendidikan Tinggi yang terdiri atas Standar Nasional
Pendidikan Tinggi dan Standar Pendidikan Tinggi yang ditetapkan oleh Perguruan Tinggi”.
Melalui SPMI, standar sarana dan prasarana pendidikan akan terus dipantau dan
dievaluasi agar selalu memadai, bermutu baik, mudah diakses dan digunakan setiap saat
serta selalu mengalami perkembangan untuk memenuhi kebutuhan sivitas akademika.
Standar Pengelolaan Pembelajaran meliputi proses perencanaan, pelaksanaan,
pengendalian, pemantauan dan evaluasi serta pelaporan kegiatan belajar mengajar dalam
Program Studi yang harus dipantau dan dievaluasi secara periodik melalui SPMI untuk
meningkatkan mutu proses pembelajaran serta menciptakan suasana akademik dan budaya
mutu yang baik. Untuk mendukung kegiatan pembelajaran Perguruan Tinggi, maka
komponen standar pembiayaan pembelajaran harus memiliki perencanaan yang baik
meliputi biaya investasi pendidikan tinggi serta biaya operasional pendidikan tinggi. SPMI
harus menjamin bahwa tujuan utama Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja (RAPB)
adalah untuk mengembangkan Perguruan Tinggi melalui implementasi Tri Dharma
Perguruan Tinggi, serta RAPB tersebut telah sesuai dengan PERMENDIKBUD No 49
Tahun 2014.
Penjaminan mutu internal adalah penjaminan mutu yang dilakukan oleh institusi
perguruan tinggi dengan cara yang ditetapkan perguruan tinggi pelaksana. Parameter dan
metoda mengukur hasil ditetapkan oleh perguruan tinggi sesuai visi dan misinya. Tujuan
penjaminan mutu internal adalah untuk memperbaiki kinerja dan memberi penjaminan
mutu internal, khususnya kepada para stakeholder internal perguruan tinggi, seperti para
pimpinan, dosen, peneliti, karyawan dan mahasiswa. Penjaminan mutu internal (internal
quality assurance) bentukannya berupa evaluasi diri yang dilakukan oleh program studi
atau institusi perguruan tinggi. Ada berbagai bentuk pengembangan sistem penjaminan
mutu internal pada berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Perguruan tinggi dinyatakan bermutu, apabila perguruan tinggi mampu memenuhi
Standar Nasional Pendidikan (SNP) (aspek imperatif), perguruan tinggi mampu
menetapkan dan mewujudkan, visinya melalui pelaksanaan misinya (aspek deduktif),
perguruan tinggi mampu memenuhi kebutuhan stakeholders (aspek induktif). Agar
penjaminan mutu internal pendidikan tinggi dapat dilaksanakan, maka beberapa prasyarat
yang harus dipenuhi agar dapat mencapai tujuannya, yaitu komitmen, perubahan
paradigma, dan sikap mental para pelaku proses pendidikan tinggi, serta pengorganisasian
penjaminan mutu di perguruan tinggi

Telaah Jurnal 3
Setiap tahun banyak siswa memulai sebuah petualangan belajar di luar negeri
untuk mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi . Jumlah siswa internasional juga telah
meningkat tajam dalam dekade terakhir. Hal ini diperkuat oleh penelitian yang telah
dilakukan Byram dan Feng, 2006 serta Savicky, 2008 dalam Wang (2010: 14) menyatakan
bahwa belajar diluar negeri adalah fenomena yang berkembang pesat dan telah menjadi
salah satu hal utama dalam pendidikan tinggi dunia.
Ada banyak alasan mengapa siswa memilih untuk belajar di luar negeri. Sebuah
studi mahasiswa Norwegia (Wiers Jensen, 2013) menemukan bahwa dua alasan yang
paling menonjol bagi mahasiswa untuk memilih belajar di luar negeri adalah bahwa
mereka pikir akan menarik untuk belajar di lingkungan yang asing, dan karena memiliki
jiwa petualangan. Langley dan Breese (2005) menemukan bahwa cerita yang positif dari
mahasiswa lain mempunyai pengaruh besar dalam pemilihan untuk belajar di luar negeri.
Menurut model “Push-pull” (Davis, 1994) menyatakan bahwa mobilitas siswa
berasal dari faktor negara, baik dari negara yang mengirimkan siswa keluar (faktor
pendorong) dan faktor dari negara penerima siswa (faktor penarik). Faktor pendorong
dapat menciptakan minat belajar bagi siswa yang ingin belajar ke luar negeri. Faktor
pendorong bisa politik, budaya atau keuangan. Faktor penarik adalah faktor yang membuat
negara tertentu yang menarik sebagai negara tuan rumah untuk siswa internasional. Jadi
secara garis besar faktor yang menyebabkan siswa belajar di luar negera adalah berupa
faktor politik, budaya atau keuangan.
Pada tahun 2020, lebih dari 4,5 juta siswa terdaftar pada perguruan tinggi di luar
negeri. Australia, Austria, Luksemburg, Selandia Baru, Swiss dan Inggris memiliki
proporsi siswa internasional tertinggi dari total yang mendaftar perguruan tinggi. Siswa
dari Asia merupakan 53% dari mahasiswa asing yang terdaftar di seluruh dunia. Jumlah
terbesar mahasiswa asing dari benua ini berasal dari Cina, India dan Korea. Bila dilihat
dari data OECD .
Dalam sebuah tinjauan studi pada penelitian di luar negeri, Collentine (2009)
mencatat asumsi umum yang mendasari dalam kebanyakan studi, yaitu bahwa pelajar
memperoleh manfaat dari studi di luar negeri karena memiliki berbagai peluang untuk
memahami dan mamakai bahasa asing dalam konteks komunikasi. Sementara itu,
Tseng&Newton (2002) menyatakan secara khusus, masalah penyesuaian utama yang
dihadapi oleh siswa internasional mencakup empat kategori utama yaitu: (1) penyesuaian
kehidupan secara umum, seperti menyesuaikan dengan makanan, hidup/lingkungan
perumahan dan transportasi, adaptasi terhadap iklim baru (cuaca), berhubungan dengan
masalah keuangan dan kekhawatiran kesehatan, (2) penyesuaian akademik, seperti
kurangnya kemahiran dalam bahasa Inggris, kurangnya pemahaman tentang sistem
pendidikan, dan kurangnya keterampilan belajar yang efektif untuk mendapatkan

Telaah Jurnal 4
keberhasilan akademik, (3) penyesuaian sosial budaya, misalnya, mengalami culture
shock, kelelahan budaya, atau diskriminasi rasial, mengalami kesulitan dalam
menyesuaikan diri dengan sosial/budaya adat istiadat, norma-norma dan peraturan baru,
perbedaan dalam kontak antar budaya/kegiatan sosial, dan menghadapi nilai-nilai, cara
pandang, gaya hidup yang berbeda dengan negara asal, dan (4) penyesuaian psikologis
pribadi, seperti mengalami kerinduan, kesepian, depresi, frustrasi, atau perasaan
keterasingan, isolasi, kehilangan status atau identitas, dan perasaan tidak berharga.

Dari beberapa kutipan dan uraian diatas maka bisa diambil sebuah kesimpulan
bahwa :

1. Tidak bisa disangkal bahwa Hal ini pasti akan memancing timbulnya berbagai
inovasi baik dari aspek teknologi atau aspek lainnya. Dengan munculnya
inovasi-inovasi baru ini, tentunya akan muncul jenis-jenis pekerjaan baru yang
belum pernah ada sebelumnya. Bila kamu kuliah di luar negeri, kamu bisa lebih
mendekatkan diri dengan pusat-pusat inovasi dunia dan mempelajari semua
keterampilan yang akan dibutuhkan untuk menjalani beragam jenis pekerjaan
baru ini di masa mendatang.
2. Saat merencanakan studi, tujuan utamamu pasti untuk mendapatkan kualitas
dan fasilitas pendidikan terbaik. Seringkali pilihan jurusan dan universitas
terbaik yang sesuai dengan kriteria ini akan ada di luar negeri. Contohnya,
Inggris, AS dan Australia memiliki sistem pendidikan tinggi yang dikagumi
dunia dan sebagian besar universitas-universitas internasional berperingkat
tinggi ada di 3 negara ini. Negara-negara tersebut juga memiliki berbagai
universitas yang berpengalaman dalam masalah perkuliahan online, jadi kamu
tak perlu khawatir jika belum bisa bepergian ke luar negeri untuk mengikuti
perkuliahan di kampus.
3. Tiap budaya memiliki caranya tersendiri untuk berinteraksi dengan dunia luas.
Jadi belajar di luar negeri bisa memberikanmu kesempatan unik untuk
mempelajari berbagai hal melalui perspektif budaya negara tujuanmu. Kamu
juga bisa berinteraksi dengan mahasiswa internasional dari negara-negara lain
yang pasti memiliki sudut pandang baru yang belum pernah kamu dengar
sebelumnya. Semua perspektif baru ini bisa membantumu melakukan evaluasi
mandiri mengenai pola pikirmu selama ini dan mengasahnya menjadi lebih
baik.
4. Dengan kuliah di luar negeri, kamu secara otomatis menjadi bagian dari
komunitas mahasiswa internasional di universitas pilihanmu. Kamu tak perlu
khawatir tidak akan memiliki teman, karena ada banyak acara-acara sosial yang
bertujuan membantu mahasiswa internasional menjalin pertemanan dan jejaring
baru.Walaupun kebanyakan mahasiswa internasional akan kembali ke negara
asalnya setelah lulus, mereka biasanya tetap berhubungan dengan teman-teman

Telaah Jurnal 5
kuliah untuk seterusnya. Ini berarti kamu bisa mendapatkan berbagai berita
terbaru dan peluang karir internasional dari teman-teman kuliahmu di luar
negeri.
5. Penguasaan bahasa asing adalah salah satu keterampilan yang banyak dicari
pemberi kerja. Dengan kuliah di luar negeri, kamu berkesempatan
mengembangkan pemahamanmu mengenai bahasa negara tujuanmu.Kamu
mungkin sudah pernah mengambil kursus bahasa asing di Indonesia, tapi kuliah
di negara asal bahasa tersebut akan membantumu mendalami bahasa itu dengan
lebih menyeluruh. Beragam universitas internasional bahkan memiliki program
bahasa khusus untuk membantu mahasiswa internasional menguasai bahasa
setempat sebelum mereka memulai perkuliahan.

Telaah Jurnal 6
JIMEA | Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)

MANAJEMEN SISTEM PENJAMINAN MUTU


INTERNAL (SPMI) SEBAGAI UPAYA
MENINGKATKAN MUTU PERGURUAN TINGGI

Opan Arifudin

ABSTRAK: Penjaminan mutu pendidikan tinggi ini


merupakan upaya yang dilakukan oleh perguruan tinggi sebagai
pelaksana untuk menghasikan generasi-generasi yang
1,
STEI Al-Amar Subang,
berkompeten sebagai lulusan Sistem penjaminan mutu internal
(SPMI) merupakan upaya dalam meningkatkan mutu perguruan
Korespondensi: tinggi. Dengan mutu perguruan tinggi Indonesia yang masih
Email: tertinggal dari negara lainnya, ini menjadi masalah yang sangat
opan.arifudin@steialamar.ac.id besar bagi perguruan tinggi Indonesia saat ini. Kajian ini
menggunakan pendekatan metode deskriptif analisis. Sebuah
Artikel ini tersedia dalam: pendekatan metode yang digunakan untuk menganalisis,
http://journal.stiemb.ac.id/index.ph
menggambarkan dan meringkas berbagai kondisi, dan situasi
p/mea
dari berbagai data yang dikumpulkan dari hasil pengamatan
DOI: 10.31955/mea.vol3.iss1.pp161-169 mengenai masalah yang diteliti pada saat penelitian
berlangsung. Masalah mutu perguruan tinggi yang masih rendah
Vol. 3 No. 1 Januari-April 2019 ini, menjadi alasan pemerintah memberikan kebijakan dengan
menghadirkan Sistem penjaminan mutu internal (SPMI) pada
e-ISSN: 2621-5306
perguruan tinggi. Sistem penjaminan mutu internal (SPMI)
p-ISSN: 2541-5255
dikelola secara independen oleh perguruan tinggi bersangkutan.
Kemudian dalam pengelolaan mutu perguruan tinggi dilakukan
How to Cite: secara berkesinambungan. Penelitian ini bertujuan mengungkap
Arifudin, O. (2019). MANAJEMEN secara analisis peran sistem penjaminan mutu internal (SPMI)
SISTEM PENJAMINAN MUTU dalam meningkatkan mutu perguruan tinggi.
INTERNAL (SPMI) SEBAGAI UPAYA Kata kunci : Sistem penjaminan mutu internal (SPMI)
MENINGKATKAN MUTU
PERGURUAN TINGGI. Jurnal Ilmiah
MEA (Manajemen, Ekonomi, &
ABSTRACT: This higher education quality assurance is an
Akuntansi), 3(1), 161-169. effort carried out by universities as executors to produce
competent generations as graduates of the internal quality
assurance system (SPMI) as an effort to improve the quality
Copyright (c) 2019 Jurnal Ilmiah of higher education. With the quality of Indonesian tertiary
MEA (Manajemen, Ekonomi, & institutions still lagging behind other countries, this is a very
Akuntansi) big problem for Indonesian tertiary institutions today. This
study uses a descriptive analysis method approach. An
approach to the method used to analyze, describe and
This work is licensed under summarize various conditions, and situations from a variety
a Creative Commons Attribution- of data collected from observations about the problem under
NonCommercial 4.0 International study at the time the research took place. The problem of the
License quality of tertiary institutions, which is still low, is the reason
for the government to provide policies by presenting an
internal quality assurance system (SPMI) to universities. The
internal quality assurance system (SPMI) is managed
independently by the tertiary institution concerned. Then in
managing the quality of higher education carried out on an
ongoing basis. This study aims to reveal the analysis of the role

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 161
Arifudin | MANAJEMEN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU

of the internal quality assurance system penjaminan mutu Pendidikan tinggi (SPM
(SPMI) in improving the quality of higher Dikti).
education. Sistem penjaminan mutu
Keywords : Internal quality assurance system pendidikan tinggi ini bertujuan menjamin
(SPMI)
pemenuhan standar pendidikan tinggi
secara sistemik dan berkelanjutan.
A. PENDAHULUAN Sehingga diharapkan akan tumbuh dan
Perubahan zaman menuntut berkembangnya budaya mutu pada
perubahan dalam semua aspek, termasuk lingkungan perguruan tinggi. Hal ini
di dalamnya adalah perubahan perguruan dilakukan oleh perguruan tinggi itu sendiri
tinggi dalam pengelolaannya. Pengelolaan untuk mengendalikan penyelenggaraan
perguruan tinggi ini merupakan sebuah pendidikan tinggi sesuai standar yang
upaya perguruan tinggi mengikuti telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai
perkembangan zaman. Standarisasi pedomannya.
merupakan acuan dari semua pengelolaan Penjaminan mutu pendidikan tinggi
yang dilakukan oleh perguruan tinggi. ini merupakan upaya yang dilakukan oleh
Semua perguruan tinggi harus memenuhi perguruan tinggi sebagai pelaksana untuk
standarisasi yang telah ditetapkan guna menghasikan generasi-generasi yang
terus mempertahankan eksistensinya. berkompeten sebagai lulusan. Perguruan
Masih rendahnya mutu perguruan tinggi kita sudah tertinggal dari Negara-
tinggi di Indonesia dapat dilihat negara lain di kawasan Asia Tenggara
berdasarkan hasil akreditasi perguruan saja. Sehingga ini merupakan hal yang
tinggi dan program studi. Dari 4.472 sangat ironis bagi sebuah bangsa yang
perguruan tinggi di Indonesia, baru 50 besar namun sumber daya manusianya
perguruan tinggi yang memiliki akreditasi masih belum berkompeten.
A dan program studi terakreditasi A baru Berdasarkan undang-undang nomor
sebanyak 2.512. Hal ini merupakan bukti 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi
bahwa mutu perguruan tinggi Indonesia dan permenristekdikti nomor 62 tahun
harus berbenah diri. Standarisasi yang 2016 tentang system penjaminan mutu
ditetapkan oleh Badan Akreditasi pendidikan tinggi yang merupakan aspek
Nasional Perguruan tinggi (BAN PT) penentu peningkatan daya saing
harus diimplementasikan dalam perguruan tinggi. Sehingga hal ini menjadi
memperbaiki mutu perguruan tinggi. pedoman bagi terselenggaranya
Standarisasi perguruan tinggi ini pengelolaan pendidikan tinggi yang dapat
diharapkan dapat meningkatkan mutu melahirkan mutu perguruan tinggi sebagai
perguruan tinggi. Sehingga pola hasilnya. Namun system penjaminan mutu
penjaminan mutu tidak hanya dilakukan internal ini tidak semua perguruan tinggi
oleh eksternal saja, tetapi juga harus implementasikan karena berbagai
dilakukan secara otonom oleh perguruan hambatan yang dimiliki oleh setiap
tinggi sesuai dengan permenristekdikti perguruan tinggi termasuk didalamnya
Nomor 62 tahun 2016 tentang system adalah sumber daya manusia (SDM) yang
kompeten dan sarana prasarana yang

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 161
Arifudin | MANAJEMEN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU

belum memadai pelaksanaan system Sehingga penelitian ini diharapkan


penjaminan mutu internal. dapat memberikan jawaban terkait
Berdasarkan permenristekdikti pengelolaan perguruan tinggi berdasarkan
Nomor 62 tahun 2016 tentang system system penjaminan mutu internal untuk
penjaminan mutu Pendidikan tinggi (SPM menghadapi standarisasi yang sangat
Dikti) yang menyatakan 3 (tiga) system diperlukan oleh sebuah perguruan tinggi
penjaminan mutu terdiri : untuk terus bertahan melayani
1) Sistem Penjaminan mutu internal Pendidikan. Mengingat banyak perguruan
(SPMI) yang diantaranya perencanaan, tinggi yang diberhentikan operasionalnya
pelaksanaan, evaluasi, pengendalian karena tidak memenuhi standarisasi yang
dan peningkatan. telah ditetapkan badan akreditasi nasional
2) Sistem penjaminan mutu eksternal perguruan tinggi (BAN PT).
(SPME)
3) Pangkalan data Pendidikan tinggi (PD
DIKTI) B. METODE PENELITIAN
Hal ini merupakan sebuah upaya Kajian ini menggunakan
dalam meningkatkan mutu perguruan pendekatan metode deskriptif analisis.
tinggi, untuk memberikan kesempatan Sebuah pendekatan metode yang
yang sama setiap perguruan tinggi dalam digunakan untuk menganalisis,
mengelola lembaganya. Namun tidak menggambarkan dan meringkas berbagai
semua perguruan tinggi dapat kondisi, dan situasi dari berbagai data
menyelenggarakan system penjaminan yang dikumpulkan dari hasil pengamatan
mutu internal berdasarkan pendekatan mengenai masalah yang diteliti pada saat
manajemen didalamnya. Dibutuhkan penelitian berlangsung. Masalah dalam
manajemen dalam pengelolaan perguruan penelitian ini adalah mengenai sistem
tinggi untuk mengakomodi system penjaminan mutu internal (SPMI) sebagai
penjaminan mutu internal dan eksternal upaya meningkatkan mutu pendidikan.
maupun dalam mengoptimalkan Penelitian yang peneliti gunakan
pelaporan pada pangkalan data adalah penelitian lapangan (Field
Pendidikan tinggi. Research), yaitu penyelidikan mendalam
Sehingga dibutuhkan manajamen yang dilakukan dengan suatu prosedur
system penjaminan mutu internal dalam penelitian lapangan. Penelitian ini juga
mengembangkan sebuah perguruan tinggi menggunakan data deskriptif kualitatif,
dalam mencapai standarisasi akreditasi. yaitu penelitian yang ditujukan untuk
Dibutukan pola system penjaminan mutu mendiskripsikan atau menggambarkan
internal berdasarkan Sistem Penjaminan fenomena-fenomena yang ada, baik
mutu internal (SPMI) Permenristekdikti fenomena yang bersifat alamiah ataupun
yang diantaranya sebagai berikut : rekayasa manusia.
1) Perencanaan Penelitian kualitatif lebih
2) Pelaksanaan menekankan pada makna, penalaran,
3) Evaluasi definisi suatu situasi tertentu (dalam
4) Pengendalian dan konteks tertentu), lebih banyak meneliti
5) Peningkatan. dalam kehidupan sehari-hari. Adapun data

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 162
Arifudin | MANAJEMEN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU

kualitatif peneliti gunakan untuk adalah kegiatan sistemik penjaminan


melakukan analisis tentang sistem mutu pendidikan tinggi oleh setiap
penjaminan mutu internal (SPMI) sebagai perguruan tinggi secara otonom atau
upaya meningkatkan mutu pendidikan. mandiri untuk mengendalikan dan
Teknik analisis data yang dipergunakan meningkatkan penyelenggaraan
adalah model analisis data mengalir (flow pendidikan tinggi secara berencana
model). Langkah analisis data meliputi dan berkelanjutan. Dengan demikian,
pengumpulan data, reduksi data, setiap perguruan tinggi dapat
penyajian data dan penarikan kesimpulan. mengembangkan sendiri SPMI antara
lain sesuai dengan latar belakang
C. HASIL DAN PEMBAHASAN sejarah, nilai dasar yang menjiwai
Berdasarkan kepada hasil dari pendirian perguruan tinggi itu, jumlah
tinjauan penelitian deskriptif yang telah program studi dan sumber daya
dilakukan, bahwa secara umum perguruan tinggi tersebut tanpa
penjaminan mutu merupakan proses campur tangan pihak lain.
pelaksanaan akuntabilitas dan Sebagai contoh, SPMI di
transparansi perguruan tinggi yang universitas tidak cocok
dilakukan secara otonom oleh perguruan diimplementasikan di sekolah tinggi.
tinggi bersangkutan. Penjaminan mutu ini Demikian pula, SPMI di perguruan
dilakukan berdasarkan kepada undang- tinggi kelas dunia tidak cocok
undang nomor 12 tahun 2012 tentang digunakan di perguruan tinggi lokal.
pendidikan tinggi mengenai sistem Sekalipun setiap perguruan tinggi
penjaminan mutu pendidikan tinggi dapat mengembangkan SPMI secara
(SPMPT) yang terdiri dari sistem otonom atau mandiri, namun terdapat
penjaminan mutu internal (SPMI) dan hal mendasar yang harus ada di dalam
sistem penjaminan mutu eksternal SPMI setiap perguruan tinggi.
(SPME). Dengan rincian tugasnya pada Jumlah perguruan tinggi di
sistem penjaminan mutu internal (SPMI) Indonesia secara kuantitas banyak
yang dikelola oleh perguruan tinggi namun berdasarkan data resmi BAN-
bersangkutan dan sistem penjaminan mutu PT (Badan Akreditasi Nasional
eksternal (SPME) yang dikelola oleh Perguruan Tinggi) terdapat
badan akreditasi dari pemerintah dalam setidaknya 2.288 perguruan tinggi
hal ini Badan Akreditasi Nasional (PT) telah mendapatkan akareditasi A
Perguruan Tinggi (BAN-PT) atau hingga C. Dari 2.288 perguruan tinggi
lembaga mandiri di luar perguruan tinggi (PT) hanya 96 perguruan tinggi yang
yang diakui pemerintah. mendapatkan akreditasi A, hal ini
1. Sistem Penjaminan Mutu Internal tentu menjadi pekerjaan rumah.
(SPMI) Dengan merujuk pada hal ini
Sistem Penjaminan Mutu perguruan tinggi Indonesia memang
Internal (SPMI) merupakan isi dari masih tertinggal bahkan untuk di
Pasal 53 UU Dikti, SPM Dikti terdiri tingkat regional ASEAN, apalagi jika
atas SPMI dan SPME atau akreditasi. harus bersaing dengan perguruan
Berdasarkan hal ini bahwa SPMI tinggi di dunia secara umum.

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 163
Arifudin | MANAJEMEN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU

Perguruan tinggi kita begitu inferior Siklus penetapan, pelaksanaan,


jika harus bersaing dengan perguruan evaluasi, pengendalian dan
tinggi di dunia, hal ini menjadi peningkatan ini merupakan langkah
pekerjaan rumah yang harus dibenahi membangun system penjaminan mutu
terkait manajemen dan para internal (SPMI) secara komprehensif.
pelakunya. Harus ada perubahan Pada pedoman mutu (Quality
terkait dengan regulasi untuk Assurance) berdasarkan pendidikan
mendorong perguruan tinggi menuju Tinggi (2003) yang menyebutkan
tata kelola yang baik dalam bahwa implementasi sistem
menjalankan proses pengelolaannya. penjaminan mutu internal (SPMI) di
Sehingga dari tahun ke tahun perguruan tinggi memerlukan syarat
perguruan tinggi yang bagus tidak agar dapat mencapai tujuannya, yaitu:
hanya nama-nama itu saja. Komitmen, Sikap Mental,
Oleh karena yang merupakan Pengorganisasian. Penyamaan visi
inti dari SPMI adalah ketersediaan dan persepsi kepada civitas
berbagai Standar dalam SPMI akademika terutama dosen dan tenaga
(Standar Dikti) yang dapat tersusun kependidikan untuk selalu
dalam sebuah Dokumen Standar merencanakan semua pekerjaan
SPMI, maka tanpa mengurangi fungsi untuk mendukung pencapaian tujuan.
penting dari dokumen SPMI lain, Perencanaan terhadap pekerjaan ini
yaitu Kebijakan SPMI, Manual sangat penting sebagai kerangka kerja
SPMI, dan Formulir SPMI, uraian di untuk mengukur keberhasilan kerja,
bawah ini memfokuskan pada sehingga peningkatan mutu secara
bagaimana implementasi Standar berkelanjutan dapat terwujud. Pada
dalam SPMI (Standar Dikti). sisi yang lain, keberhasilan
Implementasi Standar dalam SPMI implementasi sistem penjaminan
(Standar Dikti) terdiri atas sebuah mutu internal (SPMI) juga perlu
siklus yang mencakup Penetapan, didukung dengan organisasi yang
Pelaksanaan, Evaluasi pelaksanaan, kuat secara independen yang dimiliki
Pengendalian pelaksanaan, dan untuk melakukan penjaminan mutu
Peningkatan (PPEPP) Standar dalam pendidikan melalui kegiatan
SPMI (Standar Dikti) yang dapat penjaminan mutu internal. Organisasi
dilihat dalam Gambar sebagai berikut sistem penjaminan mutu internal
: (SPMI) diharapkan mampu
menumbuhkan sikap suportif dari
seluruh komponen di perguruan
tinggi terhadap upaya penjaminan
mutu pendidikan perguruan tinggi
yang baik.

2. Manfaat Sistem Penjaminan Mutu


Internal (SPMI)

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 164
Arifudin | MANAJEMEN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU

Sistem Penjaminan Mutu Universitas Islam Bandung pada


Internal (SPMI) menjadi angin segar tahun 2017 juga memperoleh predikat
terhadap pengelolaan perguruan yang terbaik dalam pengelolaan mutu
tinggi, sehingga perguruan tinggi pendidikan. Hal ini menjadi sebuah
yang masih berkembang akan kesempatan yang terbuka bagi setiap
memiliki kesempatan untuk menjadi perguruan tinggi baik itu perguruan
perguruan tinggi yang baik dengan tinggi negerti atau swasta semuanya
perbaikan-perbaikan pada dapat mengelola perguruan tinggi nya
pengelolaan lembaganya. Tidak menjadi penyelenggara pendidikan
hanya perguruan tinggi negeri saja yang bermutu.
yang yang akan terus menjadi Dalam proses pengelolaan
perguruan tinggi yang terbaik tetapi perguruan tinggi yang dilakukan oleh
perguruan tinggi swasta memiliki lembaga Sistem Penjaminan Mutu
kesempatan yang sama dalam Internal (SPMI) tidaklah dilakukan
berupaya menjadi perguruan tinggi hanya 1 atau 2 tahun tetapi untuk
yang mampu bersaing. menjaga mutu pendidikan itu
Hal ini bukan hanya semata- dilakukan secara berkesinambungan.
mata tujuan hadirnya lembaga Sistem Hal ini sejalan dengan pendapat
Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Hedwig & Polla (2006) yang
tetapi berdasarkan penelitian yang mengemukakan bahwa penjaminan
dilakukan sebagai contoh yang paling mutu merupakan pekerjaan rutin yang
nyata adalah STIE Perbanas Surabaya berkesinambungan dan harus terus
yang notabene merupakan perguruan menerus dilakukan dan bukan
tinggi swasta meraih prestasi sebagai merupakan kegiatan yang bersifat ad
sekolah tinggi terbaik dalam tata hoc.
kelola perguruan tinggi. Bahkan saat Oleh karenanya, dalam peran
ini STIE Perbanas Surabaya Sistem Penjaminan Mutu Internal
dipercaya untuk mengasuh 3 (SPMI) tahap pengawasan
universitas, diantaranya universitas (monitoring) dan evaluasi dilakukan
Pawyatan Daha Kediri, Universitas secara berkesinambungan dengan
Wahidiyah Kediri dan Universitas menekankan bahwa kegiatan ini
Nahdlatul Wathan Mataram Nusa bukan mencari-cari kesalahan
Tenggara Barat. melainkan untuk melakukan tindakan
STIE Perbanas Surabaya perbaikan terus menerus. Sistem
bukanlah satu-satunya perguruan penjaminan mutu (quality assurance
tinggi swasta yang mendapatkan system) akan menghasilkan lulusan
prestasi dalam pengelolaan mutu perguruan tinggi yang berkompeten,
pendidikan, tetapi masih banyak kreatif, inovatif dan mampu
perguruan tinggi swasta lainnya yang menciptakan lapangan kerja dengan
mendapat prestasi yang baik seperti ilmu pengetahuan dan teknologi yang
halnya Universitas Islam Bandung dimilikinya sebagai indikator
yang hingga kini termasuk universitas keberhasilan dari pendidikan tinggi
swasta yang sangat baik. Bahkan yang bermutu.

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 165
Arifudin | MANAJEMEN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU

Dengan bergulirnya standar perubahan terhadap proses system


baru terkait dengan akreditasi baik penjaminan mutu internal (SPMI)
perguruan tinggi maupun program pada perguruan tinggi itu sendiri.
studi, hal ini merupakan sebuah upaya Proses perencanaanya berupa model
dalam menghasilkan mutu dalam terintegrasi dan suplemen, dengan
penyelenggaraan pendidikan. adanya system penjaminan mutu
Orientasi dari perubahan internal (SPMI) dengan pendekatan
permenristekdikti ini adalah terkait manajemen pendidikan.
dengan capaian tridharma yang
dijelaskan dalam pencapaian sistem D. SIMPULAN DAN SARAN
penjaminan mutu internal (SPMI). 1. Simpulan
Perencanaan system Dari uraian di atas berdasarkan
penjaminan mutu internal (SPMI) penelitian deskriptif yang telah
dilakukan melalui beberapa strategi. dilakukan, maka dapat disimpulkan
Strategi penyusunan perencanaan semua proses kegiatan sistem
mengacu kepada visi, misi dan tujuan penjaminan mutu internal (SPMI)
masing-masing perguruan tinggi. dirancang, dilaksanakan,
Selain itu kebijakan penyusunan dikendalikan, dan dievaluasi secara
program system penjaminan mutu otonom oleh perguruan itu sendiri
internal (SPMI) berdasarkan atas tanpa campur tangan pihak manapun.
fenomena dan fakta di lingkungan Implementasi sistem penjaminan mutu
perguruan tinggi maupun masyarakat perguruan tinggi dibuat dengan
menunjukan bahwa system menggunakan data dan informasi
penjaminan mutu internal (SPMI) tentang perguruan tinggi dengan
harus terus berubah sesuai dengan sangat jelas yang memuat data-data
kebutuhan zaman dan tuntutan yang akurat, lengkap dan mutakhir.
akreditasi. Dengan tujuannya menyelenggarakan
Hal ini harus menjadi pendidikan tinggi yang bermutu,
komitmen terhadap kebijakan dengan efisien, produktif, dan akuntabel
pendekatan manajemen pada system terhadap stakeholdersnya, serta
penjaminan mutu internal (SPMI) mampu beradaptasi terhadap
yang menunjukan bahwa perguruan perubahan peran dan fungsi. Oleh
tinggi sangat fokus untuk karenanya, dalam peran Sistem
memperhatikan setiap kebutuahn Penjaminan Mutu Internal (SPMI)
manual mutu terkait dengan tahap pengawasan (monitoring) dan
peningkatan penyelenggaraan proses evaluasi dilakukan secara
pendidikan. Untuk mewujudkan berkesinambungan dengan
tujuan tersebut, perguruan tinggi menekankan bahwa kegiatan ini bukan
harus melakukan langkah-langkah mencari-cari kesalahan melainkan
strategis yang mendukung untuk melakukan tindakan perbaikan
pelaksanaanya. Langkah-langkah terus menerus.
strategis tersebut menjadikan 2. Saran
indikator yang membawa dampak Dari analisis hasil penelitian ini,

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 166
Arifudin | MANAJEMEN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL (SPMI) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN MUTU

penulis dapat memberikan saran (SPMPT). Jakarta: Ditjen Dikti


terkait implementasi sistem Kemendiknas.
penjaminan mutu internal (SPMI) Hedwig, R. & Polla, G. (2006). Model
sebagai upaya meningkatkan mutu sistem penjaminan mutu dan
pendidikan. Diantaranya adalah proses penerap-annya di
sebagai berikut : perguruan tinggi. Yogyakar-ta:
a) Dari hasil pengamatan di Graha Ilmu
lapangan, bahwa peran civitas Jurnal Al-Amar. 2019. implementasi
akademik dalam implementasi sistem penjaminan mutu internal
sistem penjaminan mutu (spmi) sebagai upaya
internal (SPMI) harus memiliki meningkatkan mutu perguruan
komitmen yang sama dalam tinggi. STEI Al-Amar Subang.
mengelola perguruan tinggi Republik Indonesia. (2003). Undang-
agar tercapainya mutu undang RI Nomor 20, Tahun 2003,
pendidikan tentang sistem pendidikan
b) Lembaga sistem penjaminan nasional.
mutu internal (SPMI) harus Republik Indonesia. (2012). Undang-
melibatkan secara aktif undang Nomor 12, Tahun 2012,
stakeholder dalam tentang pendidikan tinggi.
mengevaluasi berbagai
perbaikan-perbaikan
pengelolaan perguruan tinggi
c) Peran manajemen dalam
lembaga penjaminan mutu
harus dioptimalkan dalam
mengelola proses berjalannya
perguruan tinggi agar berjalan
secara efektif dan efisien.
d) Dibutuhkan dokumen-
dokumen manual mutu secara
komprehensif terkait
pencapaian setiap proses sistem
penjaminan mutu internal
(SPMI).

E. DAFTAR PUSTAKA
Ditjen Dikti Depdiknas. (2003). Pedoman
penjaminan mutu (quality
assurance) pendidikan tinggi.
Jakarta: Ditjen Dikti Depdiknas.
Ditjen Dikti Kemendiknas. (2010). Sistem
penjaminan mutu perguruan tinggi

Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, & Akuntansi)| Volume 3 No. 1 Januari – April 2019 Page 167
Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam
Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183
Available online at https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index

SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DAN


EKSTERNAL PADA LEMBAGA PENDIDIKAN TINGGI

Muhammad Fadhli
Program Studi Manajemen Pendidikan Islam, IAIN Lhokseumawe, Aceh, Indonesia
Email: fadhlikhan88@gmail.com

DOI: http://doi.org/10.33650/al-tanzim.v4i2. 1148


Received: May 2020 Accepted: August 2020 Published: September 2020

Abstract:
This study aims to portray internal and external quality assurance at higher education
institutions, and the purpose of implementing quality assurance at educational
institutions. In obtaining the data, this study used a library based qualitative approach
by collecting data from books, journals, and articles. Based on the content analysis of
the data, this study found that internal quality assurance includes: 1) policies and
procedures for quality assurance; 2) approval, monitoring and periodic review of
programs and awards; 3) student assessment; 4) quality assurance of teaching staff /
lecturers; 5) resources student learning and support; 6) information systems; 7) public
information. The external quality assurance includes: 1) use of procedures; 2) process
development; 3) criteria for decisions; 4) processes in accordance with objectives; 5)
reporting; 6) follow-up procedures; 7) periodic implementation reviews; and 8)
system-wide analysis. The five objectives for quality assurance in educational
institutions are improvement, innovation, communication, motivation, and control.
Keywords: internal quality assurance, external quality assurance, higher education institutions

Abstrak:
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dua hal utama dalam
sistem penjaminan mutu pada lembaga pendidikan tingggi, yaitu; penjaminan mutu
internal dan penjaminan mutu eksternal serta tujuan implementasi penjaminan mutu
pada lembaga pendidikan. Dalam mendapatkan data penelitian ini digunakan
pendekatan kualitatif jenis library research, dengan cara mengumpulkan data-data
dari buku, jurnal dan artikel. Analisis datanya dilakukan dengan menggunakan
content analysis. Hasil penelitian ditemukan bahwa: Pertama, penjaminan mutu
internal meliputi: 1) kebijakan dan prosedur untuk penjaminan mutu; 2) persetujuan,
pemantauan dan tinjauan berkala program dan penghargaan; 3) penilaian mahasiswa,
4) jaminan kualitas staf pengajar/dosen; 5) sumber belajar dan dukungan siswa; 6)
sistem informasi; 7 ) informasi publik. Kedua, penjaminan mutu eksternal yaitu: 1)
penggunaan prosedur; 2) pengembangan proses; 3) kriteria untuk keputusan; 4)
proses sesuai dengan tujuan; 5) pelaporan; 6) prosedur tindak lanjut; 7) tinjauan
pelaksanaan secara berkala; dan 8) analisis seluruh sistem. Ketiga, lima tujuan untuk
penjaminan mutu pada lembaga pendidikan peningkatan, inovasi, komunikasi,
motivasi dan pengawasan atau control.
Kata Kunci: penjaminan mutu internal, penjaminan mutu eksternal, lembaga pendidikan tinggi

Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam


Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183
PENDAHULUAN
Sistem penjaminan mutu dalam lembaga pendidikan mutlak harus
dijalankan dengan baik. Penjaminan mutu diperlukan sebagai alat untuk quality
control/ pengawasan kualitas yang ada di lembaga pendidikan tersebut.
Menghasilkan lembaga pendidikan yang bermutu merupakan tanggungjawab
pengelola pendidikan mulai dari pemerintah pusat, daerah, sampai pada
pendidik dan tenaga kependidikan. Masyarakat memiliki hak sekaligus
memilki tanggung jawab terdapat hadirnya lembaga pendidikan yang
berkulitas.
Lembaga pendidikan tinggi merupakan ujung tombak dalam
peningkatan perkembagan masyarakat. Hal ini karena pendidikan tinggi
memilki tri darma yaitu pengajaran, penelitian, dan pegabdian msayarakat.
Transformasi lembaga pendidikan tinggi harus terus dilakukan untuk selalu
menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
Pendidikan tinggi berkualitas sangat penting bagi sebuah negara.
Terutama bagi negera-negara berkembang. Pendidikan tinggi dapat
memainkan peran penting dalam transformasi keseluruhan negara. Dintaranya;
1) pendidikan tinggi dapat dan harus memberikan kontribusi pada
pembangunan ekonomi negara; 2) pendidikan tinggi dapat berkontribusi pada
perkembangan demokrasi di negara sehingga dapat memberikan kontribusi
pada pembaruan politik dan masyarakat; 3) pendidikan tinggi dapat
memberikan kontribusi pada pembangunan dan penegasan identitas sebuah
bangsa, 4) pendidikan tinggi dapat berkontribusi untuk memperkuat posisi dan
reputasi negara di kancah internasional (Matei & Iwinska, 2016).
Selanjutnya dalam laporan Bank Dunia menunjukkan pentingnya
penjaminan mutu dan berimplikasi penting dalam beberapa hal yaitu: mobilitas
peserta didik dan staf, penciptaan jenis baru lembaga pendidikan tinggi,
kebebasan pengelolaam program akademik, penerapan pendidikan jarak jauh
dan domain lain di mana pendidikan tinggi melampaui batas-batas standar
nasional yang telah ditetapkan (Bernhard, 2012).
Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
(2016) menjelaskan; “mutu pendidikan tinggi adalah tingkat kesesuaian antara
penyelenggaraan pendidikan tinggi dengan Standar Pendidikan Tinggi yang
terdiri atas Standar Nasional Pendidikan Tinggi dan Standar Pendidikan Tinggi
yang ditetapkan oleh Perguruan Tinggi”.
Jumlah perguruan tinggi Indonesia dapat dikatakan cukup besar.
Berdasarkan data yang dimilki oleh Kementerian Riset, Tekonologi, dan
Pendidikan Tinggi Indonesia memiliki jumlah perguruan tinggi sebanyak 4.739
perguruan tinggi, 279.480 orang dosen, dan 5.904.857 orang mahasiswa. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

172 Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183
Available online at https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
Tabel 1 : Data Perguruan Tinggi, Dosen, dan Mahasiswa
NO PT Jumlah Dosen Jumlah Mahasiswa Jumlah
1 Akademi 1.053 S1 30.612 Perempuan 3.180.028
2 Politeknik 289 S2 206.300 Laki-Laki 2.724.829
3 Sekolah Tinggi 2.553 S3 42.568
4 Institut 224
5 Universitas 599
6 Akad. Komunitas 21
JUMLAH 4.739 279.480 5.904.857
Sumber : https://forlap.ristekdikti.go.id/

Besarnya jumlah perguruan tinggi di Indonesia tersebut belum tentu


berkorelasi terhadap peningkatan kualitas sumberdaya manusia Indonesia.
Karena perguruan tinggi tersebut sebagian besar belum memilki kualitas yang
baik.

Tabel 2 : Hasil Akreditasi Prodi/PT (Persen A, B, C)


Akreditasi
No
Nilai Akreditasi PT Prodi
1 A 81 3,501
2 B 751 11,401
3 C 1,191 5,401
Sumber: https://banpt.or.id/

Berdasarkan data-data pada tabel 2 di atas, dapat dipahami bahwa


pendidikan tinggi di Indonesia masih belum dapat dikatakan berkualitas. Dar
hasil penjaminan mutu eksternal yang dilakukan oleh Badan Akreditasi
Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), banyak lembaga pendidikan tinggi yang
masih terakreditasi dengan nilai C. Oleh karena itu, lembaga pendidikan tinggi
perlu melakukan pembenahan untuk terus meningkatkan mutunya.
Selanjutnya, berdasarkan data yang dikeluarkan oleh lembaga
pemeringkat pendidikan tinggu dunia seperti: Times Higher Education (THE)
dan webometrics perguruan tinggi indonesia tidak ada yang berada di level 100
besar dunia bahkan Asia. Universitas Indonesia (UI) hanya mampu menempati
peringkat 800an dan UI merupakan perguruan tinggi terbaik di Indonesia.
Dapat dibayangkan level perguruan tinggi lainnya yang berada di luar pula
jawa termasuk PTKI.
Dengan pertumbuhan jumlah perguruan tinggi dan jumlah mahasiswa
yang semakin meningkat seiring dengan tuntutan untuk menjaga dan
meningkatkan mutu pendidikan tinggi yang juga makin besar, maka
diperlukan kebijakan-kebijakan yang konkrit dan mendukung dari para
pemangku kepentingan. Pendidikan tinggi di negara-negara maju memilki
sistem penjaminan mutu dengan model dan strategi tersendiri. Namun, pada
umumnya sistem penjaminan mutu mereka terdiri dari penjaminan mutu
internal dan eksternal. Perguruan tinggi di Indonesia memiliki dua kebijakan
penjaminan mutu, yaitu penjaminan mutu internal dan penjaminan mutu
eksternal.

Al-Tanzim : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183 173
Available online at https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
Sistem penjaminan mutu yang efektif di lembaga pendidikan akan
memberikan dampak positif baik secara langsung maupun tidak langsung.
Sistem penjaminan mutu yang umumnya dilaksanakan melalui proses audit
yang ketat memiliki dampak langsung dan dampak tidak langsung. Dampak
langsungnya antara lain transparansi, pembelajaran efektif, peningkatan status,
dan integrasi sosial lembaga, sementara dampak tidak langsung hanya muncul
yaitu, motivasi, hubungan baik di kalangan organisasi dan lainnya. Selanjutnya
Haapakorpi menyatakan struktur dan manajemen organisasi, budaya dan
disiplin individu memberikan pengaruh terhadap hasil penjaminan mutu
(Haapakorpi, 2011).
Penjaminan mutu yang efektif merupakan tujuan dari semua lembaga
pendidikan berkualitas. Penjaminan mutu internal berfungsi dalam menunjang
target-target akademik, seperti kesesuaian klasifikasi gelar akademik dan
validitas informasi tentang mutu akademik. Sementara itu, penjaminan mutu
eksternal dirancang untuk memastikan lembaga telah menerapkan proses
penjaminan mutu internal yang efektif. Penjaminan mutu eksternal juga
berfungsi membantu mengarahkan persepsi publik dan akademik tentang
mutu suatu lembaga pendidikan (Dill, 2010).
Dalam dunia pendidikan, pembuat kebijakan sebagai penyokong dana,
memiliki tanggung jawab untuk berinvestasi dan memastikan investasi yang
mereka lakukan dengan benar. Oleh karena itu, lembaga penjaminan mutu
perlu dibuat oleh pemerintah. Hal ini juga merupakan wujud tanggungjawab
pemerintah kepada masyarakat sebagai upaya peningkatan kualitas
pembangunan sumber daya manusia suatu bangsa. Sistem Penjaminan Mutu
Pendidikan Tinggi adalah kegiatan sistemik untuk meningkatkan mutu
pendidikan tinggi secara berencana dan berkelanjutan . Indonesia mengenal dua
sistem dalam proses penjaminan mutunya, yaitu penjaminan mutu internal dan
eksternal. Riset ini bertujuan memberikan gambaran sebagai panduan
kebijakan dalam penjaminan mutu (internal dan ekternal) guna pencapaian
mutu lembaga pendidikan tinggi yang baik.

METODE PENELITIAN
Metode dan jenis pengumpulan data dalam penelitian ini adalah studi
pustaka (library reseach) dengan mengumpulkan buku-buku, jurnal, dan hasil
penelitian terdahulu yang mendukung tema penelitian, di antaranya literatur
tentang manajemen mutu, penjaminan mutu internal dan penjaminan mutu
eksternal. Proses penelitian ini dimulai dengan tahapan sebagai berikut:
mengidentifikasi dan menemukan informasi yang relevan dengan tema
penjaminan mutu, kemudian menganalisis hasil temuan, dan kemudian
mengembangkan dan mengekspresikannya menjadi temuan baru terkait
dengan penjaminan mutu pada lembaga pendidikan tinggi (Masrukhin, 2015).

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penjaminan Mutu Internal
Sistem penjaminan mutu internal merupakan proses penjaminan mutu
yang dilakukan secara mandiri oleh lembaga pendidikan. Penjaminan mutu
internal membantu persiapan lembaga pendidikan untuk menjalani proses

174 Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183
Available online at https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
penjaminan mutu secara eksternal. Oleh karena itu penjaminan mutu internal
harus mampu membuat program-program yang sesuai dengan tujuan
pencapaian mutu yang baik.
Kementerian Riset, Tekonologi, dan Pendidikan Tinggi menjelaskan
bahwa Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) adalah kegiatan sistemik
penjaminan mutu pendidikan tinggi oleh setiap perguruan tinggi secara
otonom untuk mengendalikan dan meningkatkan penyelenggaraan pendidikan
tinggi secara berencana dan berkelanjutan.
Hasil penelitian baru-baru ini memperlihatkan bahwa ada tren yang
kuat disebabkan oleh diberlakukannya sistem penjaminan mutu di pendidikan
tinggi di Eropa terhadap penguatan mutu pendidikan. "Audit mutu" atau
"audit kelembagaan" adalah sistem dan kebijakan yang paling banyak
digunakan sebagai instrumen penjaminan mutu. Kajian ini juga menemukan
bahwa refleksi terhadap peningkatan kualitas yang dihasilkan dari dalam
lembaga (internal) adalah hal yang paling penting dicapai daripada dorongan
lembaga eksternal (Corengia, et al., 2014).
Selain itu, lembaga-lembaga pendidikan tinggi di Eropa membuat
standar dan pedoman dalam upaya penjaminan mutu internal. Lembaga
pendidikan akan dikatakan memilki mutu jika telah bahkan melampaui standar
dan pedoman tersebut. Standar dan pedoman ini merupakan satu kesatuan
yang harus mampu dipenuhi oleh setiap lembaga pendidikan tinggi Eropa.
Untuk lebih jelaskan dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Kebijakan dan prosedur untuk penjaminan mutu. Langkah awal sebuah
lembaga pendidikan dalam upaya penjaminan mutu adalah membuat
kebijakan dan prosedur langkah-langkah penjaminan mutu yang bertujuan
untuk menigkatkan mutu. Kebijakan harus mampu menciptakan budaya
mutu dan kebijakan harus bersifat berkelanjutan/ terus menerus. Dalam hal
ini penting bagi lembaga melibatkan seluruh stakeholdernya.
2. Persetujuan, pemantauan dan tinjauan berkala atas program dan
penghargaan. Hal ini bertujuan agar lembaga memiliki mekanisme secara
formal (SOP) adalah upaya pembuatan program-program di lembaganya
serta cara memberikan reward atas keberhasilan program-program tersebut.
3. Penilaian mahasiswa. Proses evaluasi peserta didik harus dilakukan dengan
transparan, artinya peserta didik harus diberitahu sebelumnya tentang
kriteria, peraturan, dan prosedur yang akan menjadi bahan penilaian.
4. penjaminan mutu tenaga pendidik. Tenaga pendidikan merupakan faktor
utama dalam lembaga pendidikan, oleh karena itu lembaga pendidikan
harus mampu menerapkan manajemen SDM yang berkelanjutan untuk
upaya pengembangan-pengembagan tenaga pendidik. Memberikan
motivasi dengan berbagai cara seperti kompensasi yang memadai,
pembinanaan dan lain sebagainya.
5. Sumber belajar dan dukungan siswa. Sumber belajar harus benar-benar
dipastikan ketersediannya sebagai komitmen lembaga untuk
pengembangan dan peningkatan kompetensi lulusan. Setiap program-
program yang ditawarkan harus terlebih dahulu dipersiapkan ketersediaan
sumber belajarnya.

Al-Tanzim : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183 175
Available online at https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
6. Sistem informasi. Penting bagi lembaga pendidikan untuk membuat sistem
informasi sebagai alat untuk mengumpulkan, menganalisis, dan kemudian
menggunakan informasi untuk pengelolaan program studi dan kegiatan
lainnya yang efektif.
7. Informasi publik. Memberikan informasi yang sesuai dan relevan kepada
publik tentang program yang dimilki dan ditawarkan merupakan
tanggungjawab dan kewajiban lembaga pendidikan (ENQA, 2009).
Kemudian setelah standar dan pedoman ditetapkan, perlu dibuat
mekanisme penjaminan mutu internal. Al-Alawi et al., (2009) menemukan
mekanisme penjaminan mutu internal, yaitu: 1) membentuk komite
penjaminan mutu, seperti Lembaga Penjaminan Mutu; 2) mengundang
konsultan penjaminan mutu; 3) menilai umpan balik; 4) mengembangkan
software untuk pengarsipan dokumen jaminan mutu; 5) menetapkan sistem
pengarsipan untuk dokumentasi penjaminan mutu; 6) mempersiapkan templet
untuk spesifikasi program, spesifikasi mata kuliah, dan ujian akhir.
Direktorat Penjaminan Mutu Kemenristekdikti telah membuat pedoman
penjaminan mutu internal di lembaga pendidikan tinggi. Beberapa prinsip
yang harus dilakukan dalam upaya penjaminan mutu internal sebagai berikut;
pertama, Otonom. SPMI dikembangkan dan diimplementasikan secara otonom
atau mandiri oleh setiap perguruan tinggi, baik pada aras Unit Pengelola
Program Studi (Jurusan, Departemen, Sekolah, atau bentuk lain) maupun pada
aras perguruan tinggi. Kedua, terstandar. SPMI menggunakan Standar Dikti
yang terdiri atas SN Dikti yang ditetapkan oleh Menteri dan Standar Dikti yang
ditetapkan oleh setiap perguruan tinggi. Ketiga, Akurasi. SPMI menggunakan
data dan informasi yang akurat pada PD Dikti. Keempat, terencana dan
Berkelanjutan. SPMI diimplementasikan dengan menggunakan 5 (lima)
langkah penjaminan mutu, yaitu PPEPP Standar Dikti yang membentuk suatu
siklus. Kelima, terdokumentasi. Setiap langkah PPEPP dalam SPMI harus
ditulis dalam suatu dokumen, dan didokumentasikan secara sistematis.
Pada prinsipnya penjaminan mutu harus dilakukan dengan sungguh-
sungguh. Dukungan dari berbagai pihak merupakan hal yang akan sangat
membantu lembaga pendidikan dalam pelaksanaannya. Penjaminan mutu
internal harus dilakukan secara berkala dan berkelanjutan untuk mencapai
budaya mutu pada lembaga pendidikan.

Penjaminan Mutu Eksternal


Untuk mendapatkan kriteria kualitas, maka suatu lembaga pendidikan
perlu mendapatkan pengakuan sekaligus legalitas dari lembaga lainnya.
Penjaminan mutu eksternal penting untuk melihat capaian lembaga pendidikan
dalam memenuhi standar yang telah ditentukan. Penjaminan mutu eksternal
diperlukan untuk sebagai pertanggungjawaban dan alat publikasi kepada
stakeholder lembaga pendidikan.
Sistem Penjaminan Mutu Eksternal (SPME) merupakan kegiatan
penilaian melalui akreditasi untuk menentukan kelayakan dan tingkat
pencapaian mutu program studi dan perguruan tinggi” (Riset & Pendidikan
Tinggi, 2016).

176 Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183
Available online at https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
Cheung & Tsui (2010) mendefenisikan penjaminan mutu eksternal
sebagai a process of sharing experience and benchmarking against best practices
Penjaminan mutu eksternal merupakan sebuah rangkaian proses berbagi
pengalaman dan benchmark terhadap praktik pendidikan yang terbaik.
Tujuannya adalah untuk membantu, membuat rekomendasi, dan memberikan
saran untuk mendapatkan keunggulan, relevansi, dan keragaman.
Selain penjaminan mutu internal, pendidikan tinggi Eropa juga
membuat 8 (delapan) standar dalam penjaminan kualitas eksternal. Kedelapan
standar ini harus dipenuhi oleh pendidikan tinggi secara keseluruhan dan
terintegarasi pada tiap standarnya. Untuk lebih jelas tentang masing-masing
standar dapat diuraikan sebagai berikut;
Pertama, penggunaan prosedur penjaminan kualitas internal.
Penjaminan mutu eksternal juga melihat dan mempertimbangkan proses
penjaminan mutu yang dilaksanakan oleh internal lembaga. Untuk itu perlu
sinergisitas antara penjaminan mutu internal dengan eksternal. Kedua,
pengembangan proses penjaminan mutu eksternal. Proses penjamninan mutu
eksternal harus mengembangkan prosedur yang akan dilaksanakan kemudian
mempublikasikannya/ memberikan informasi kepada lembaga pendidikan.
Proses pengembangan prosesdur (termasuk instrumen) baiknya melibatkan
lembaga pendidikan. Ketiga, kriteria untuk keputusan. Maksudnya kriteria-
kriteria yang akan menjadi bahan keputusan hasil akreditasi eksternal nantinya
harus diberikan informasinya kepada lembaga pendidikan. Kriteria ini juga
harus diimplemetasikan secara konsisten. Keempat, Proses sesuai dengan
tujuan. Penjaminan mutu eksternal juga harus sesuai dengan tujuan. Setiap
proses didesain untuk mencapai tujuan yaitu peningkatan mutu pendidikan.
Kelima, pelaporan. Pemberian laporan harus bersifat sesederhana mungkin
agar mudah difahami. Seluruh hasil penjaminan mutu eksternal baik itu
rekomendasi, pujian dan lain sebagainya harus ditampilkan untuk bahan
evaluasi. Keenam, prosedur tindak lanjut. Penjaminan mutu yang bersifat
rekomendasi untuk tindakan perbaikan, harus memiliki prosedur tindak lanjut
yang telah ditentukan yang dilaksanakan secara konsisten. Ketujuh, tinjauan
berkala. Proses penjaminan mutu eksternal baik untuk institusi maupun
program studi harus dilaksanakan secara berkala, Kedelapan, analisis seluruh
sistem: Lembaga penjaminan mutu eksternal harus menghasilkan ringkasan
laporan yang menggambarkan dan menganalisis temuan umum dari analisis
data, evaluasi, penilaian, dan lainnya(ENQA, 2009).
Demi kelancaran prosedur, akuntabilitas dan integritas lembaga
penjamin mutu eksternal, maka orang-orang yang akan melakukan prosesnya
(asesor) harus memiliki kompetensi. Cheung (2015) menjabarkan kompetensi
penting yang harus dimiliki praktisi penjaminan mutu eksternal. Kompetensi
tersebut antara lain: memiliki profesional, mampu memeriksa dengan
sistematis, mampu menganalisis situasi, kemapuan manajemen, reflektif, dan
memiliki kompetensi interpersonal.
Sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi di Indonesia sudah diatur
dalam Undang-Undang Nomor 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi.
Dalam undangundang ini terdapat aturan tentang penjaminan mutu, standar

Al-Tanzim : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183 177
Available online at https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
pendidikan tinggi, dan akreditasi. Sistem penjaminan mutu eksternal
direncanakan, dievaluasi, dilaksanakan, dikendalikan, dan dikembangkan oleh
BANPT dan/atau LAM melalui akreditasi sesuai dengan kewenangan masing-
masing. Pelaksanaannya mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi
(SN Dikti).

Kontribusi Penjaminan Mutu terhadap Peningkatan Mutu


Peningkatan mutu merupakan isu utama yang sering menjadi bahan
diskusi baik secara ilmiah maupun non ilmiah di lembaga pendidikan.
Lembaga pendidikan yang baik akan terus melakukan inovasi-inovasi agar
upaya peningkatan mutu dapat diraih. Inovasi berkelanjutan dibutuhkan
karena defenisi mutu yang disepakati secara umum oleh ilmuan/akademisi
maupun praktisi belum ditemukan.
Ishikawa memberi definisi mutu dalam dua aspek, yaitu kualitas sejalan
dengan kepuasan pelanggan dan kualitas juga mencakup kualitas orang,
proses, dan setiap aspek lain dari organisasi (Goetsch & Davis, 2014). Sejalan
dengan Ishikawa, Oakland (2014) mendefinisikan quality is meeting the customer
requirements, and this is not restricted to the functional characteristics of the product or
service. Kualitas memenuhi persyaratan pelanggan, dan ini tidak terbatas pada
karakteristik fungsional dari produk atau layanan.
Sementara itu Goetsch & Davis (2014) menjelaskan mutu adalah
keadaan dinamis yang terkait dengan produk, layanan, orang, proses, dan
lingkungan yang memenuhi atau melampaui harapan dan membantu
menghasilkan keunggulan.
Berdasarkan ulasan berbagai defenisi diatas terbukti upaya memberikan
defenisi dalam mutu terutama mutu pendidikan bukan hal yang mudah.
Harvey & Green sebagaimana dikutip oleh Goldenberg (2018) memberikan
lima kategori yang mengelompokkan berbagai cara berfikir tentang mutu,
yaitu; pertama, mutu sebagai sesuatu yang luar biasa; kedua, mutu sebagai
kesempurnaan atau konsistensi yang berfokus pada proses dan tujuan; ketiga,
mutu sebagai menyesuaikan dengan menyatakan tujuan; keempat, mutu
sebagai nilai untuk uang; dan kelima, mutu sebagai transformasi/ perubahan.
Untuk lebih jelasnya diuraikan sebagai berikut;
1. Mutu sebagai sesuatu yang luar biasa. Lembaga pendidikan yang berumutu
harus menunjukkan karakter-karakter yang luar biasa sehingga mampu
menciptakan prestasi.
2. Kualitas sebagai kesempurnaan atau konsistensi. Lembaga pendidikan
bermutu harus mampu menunjukkan kesempurnaan (hampir tanpa cacat)
dan harus dilakukan secara terus menerus memperbaiki demi mencapai
kesempurnaan.
3. Mutu menyesuaikan dengan tujuan. Setiap lembaga pendidikan harus
memiliki tujuan yang disusun sesuai dengan visi dan misi lembaga.
4. Mutu sebagai nilai untuk uang (keuntungan). Sebagai lembaga non profit
tentunya mutu lembaga pendidikan tidak diukur dengan keuntungan
berupa materi namun keuntungan diukur berdasarkan prestasi-prestasi
yang diperoleh lembaga tersebut.

178 Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183
Available online at https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
5. Kualitas sebagai transformasi. Lembaga pendidikan harus terus berubah/
transformasi guna menyesuaikan dengan perkembangan zaman serta
perkembangan teknologi dan informasi. Mendapatkan pelayanan sesuai
dengan perkembangan merupakan hak peserta ddik guna persiapan untuk
menghadapi perkembangan zaman di masa depan.
Dalam upaya penjaminan mutu, terdapat empat prinsip untuk sistem
penjaminan mutu: 1) adanya lembaga koordinasi untuk membuat skema
penjaminan mutu (LPM); 2) penyerahan laporan evaluasi diri/ oleh unit yang
akan dievaluasi; 3) asesmen lapangan oleh lembaga akreditasi dan 4) laporan
kepada publik tentang hasil evaluasi. Ini adalah model yang cukup umum yang
dapat ditemukan dalam berbagai variasi di seluruh dunia (Bernhard, 2012).
Untuk mendapatkan mutu pendidikan tinggi, lembaga pendidikan perlu
melakukan prosedur yang sesuai dengan mekanisme.
Xiao & Zhang, (2017) menguraikan mekanisme sistem penjaminan mutu
yang dilakukan oleh pendidikan tinggi di Cina. Pertama, pendidikan tinggi
memberikan kesempatan bagi calon mahasiswa yang memiliki bakat instimewa
(berprestasi), memberi penekanan besar pada pendaftaran kandidat yang
berbakat, memberikan kriteria tinggi untuk input calon mahassiswa baru, dan
mewajibkan pendaftar menjalani ujian tambahan.
Kedua, mendapat dukungan penuh dari pemerintah baik pusat maupun
daerah baik secara finansial maupun politik melalui kebijakan-kebijakan yang
mendukung pendidikan tinggi, memberikan dan pendidikan yang cukup
untuk menjadikan pendidikan tinggi berkelas dunia, memberikan fasilitas
seperti pengadaan laboratorium canggih serta memberikan kompensasi yang
bagi civitas akademika.
Ketiga, memberikan kebebasan dalam desain dan pengembangan
kurikulum, metode pembelajaran dan evaluasi/ ujian, yang disesuaikan
dengan kebutuhan mahasiswa. Menyediakan tempat magang yang baik dan
memberikan kesempatan kepada mahasiswa siswa untuk berpartisipasi terlibat
proses pendidikan, seperti evaluasi mutu pengajaran, pembelian buku
profesional, dan evaluasi fasilitas pengajaran. Bagian penting lainnya, selain
melakukan penjaminan mutu internal pendidikan tinggi juga perlu melakukan
penjaminan mutu secara eksternal melalui lembaga-lembaga lainnya yang
berwenang. Mekanisme penjaminan mutu memiliki tujuan yang tentunya
memberikan efek positif terhadap mutu lembaga pendidikan itu sendiri. Untuk
itu diperlukan tahapan-tahapan dalam pelaksanaannya.
Hasil penelitian juga menunjukkan beberapa mekanisme penjaminan
pada layanan akademik dan layanan administrasi. Mekanisme penjaminan
mutu untuk sektor akademik berkaitan dengan mata kuliah, mahasiswa, dan
staf akademik. Berikut ini mekanisme yang harus dijalankan oleh lembaga
pendidikan dalam prose penjaminan mutu, antara lain: evaluasi kurikulum dan
tenaga pendidik, manajemen mutu terpadu, program pelatihan dan praktek
akademik (PPL), membuat pusat e-learning, memberikan perhatian khusus
pada peserta didik yang memiliki kesulitan (Alawi et al., 2009).

Al-Tanzim : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183 179
Available online at https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
Penjaminan mutu yang baik harus dilakukan secara sistematis.
Maksudnya harus sesuai dengan kaidah-kaidah yang telah disepakati dan
efektif. Oleh karena itu, diperlukan tahapan/ fase-fase yang baik. Jeliazkova
dan Westerheijden mengembangkan sebuah model tahapan dalam penjaminan
mutu (dapat dilihat pada Tabel 3). Model ini menunjukkan empat fase dalam
mengembangkan sistem penjaminan mutu yang disesuaikan dengan
permasalahan yang biasa dialami oleh pendidikan tinggi (Bernhard, 2012).
Masing-masing fase ini memiliki fungsi berbeda untuk penjaminan
mutu, misalnya dalam proses akreditasi mampu memastikan tingkat standar
mutu, tetapi jauh lebih cocok untuk merangsang peningkatan berkelanjutan di
atas standar yang telah ditetapkan saat melihat fase 1 dari model ini. Tantangan
baru untuk pendidikan tinggi adalah untuk mencari tahu langkah-langkah dan
prosedur yang sesuai untuk memberikan transparansi kepada pemangku
kepentingan masing-masing, seperti mahasiswa, masyarakat dan pemerintah.
Karena itu, semua sistem pendidikan tinggi memerlukan sistem evaluasi
eksternal yang tepat.

Tabel 3 : Fase dalam Sistem Penjaminan Mutu


1. Masalah 2. Peran jaminan 3. Basis informasi 4. Sifat evaluasi
kualitas eksternal
Fase 1: Keraguan Mengidentifikasi Laporan Sumatif/hasil;
serius tentang program deskriptif. akreditasi,
standar pendidikan di Indikator kinerja. pemeriksaan
pendidikan bawah standar standar.
Laporkan ke
negara.
Fase 2: Keraguan a) Akuntabilitas Laporan Rangking institusi.
tentang efisiensi publik deskriptif Satu laporan ke
sistem dan / atau b) Menciptakan meliputi: negara dan institusi.
institusi kesadaran mutu a) kinerja, mengidentifikasi
pendidikan tinggi di lembaga. b) prosedur praktik yang baik.
Fase 3: Keraguan Menstimulasi Laporan evaluasi Laporan audit ke:
tentang kapasitas kemamuan diri tentang: - institusi
inovasi dan pengaturan a) prosedur, - negara
kapasitas lembaga secara b) kinerja
penjaminan mutu mandiri.
lembaga Akuntabilitas
publik.
Fase 4: Perlu Membagi antara: Membagi antara: Membagi antara:
menstimulasi - peningkatan - laporan evaluasi - laporan audit ke
mutu yang berdasarkan diri tentang lembaga;
berkelanjutan kemandirian; proses dan - memverifikasi
dalam berbagai - akuntabilitas strategi data yang akan
institusi publik. berdasarkan dimasukkan dalam
SWOT dan database publik
benchmarking;
- pelaporan
mandiri tentang
indikator kinerja

180 Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183
Available online at https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
Tantangan baru: Peraturan pasar, Indikator kinerja Publikasi indikator
Menurunnya yaitu tentang produk kinerja yang
transparansi di menginformasikan (pengetahuan dan komparatif.
seluruh sistem kepada klien keterampilan Tes standar
pendidikan tinggi. (pelajar, lulusan). lulusan?
pemerintah).

Tahapan-tahapan dalam proses penjaminan mutu tersebut tentunya


memiliki tujuan. Setidaknya terdapat lima tujuan untuk penjaminan mutu pada
lembaga pendidikan, yaitu: improvement, innovation, communication, motivation
and control (Rosa, 2014). Kelima tujuan ini tentunya akan menjadi acuan dalam
proses penajminan mutu lembaga pendidikan tinggi. Untuk lebih jelas tentang
masing-masing tujuan tersebut, maka diuraikan sebagai berikut:
Improvement. Tujuan yang pertama dari penjaminan mutu adalah untuk
peningkatan lembaga pendidikan. Tujuan ini mencerminkan bahwa
penjaminan mutu menjadi salah satu cara agar lembaga pendidikan
mengalami peningkatan dan perkembangan. Oleh karena itu sistem
penjaminan mutu harus mengarah pada upaya-upaya peningkatan mutu
khususnya pada bidang-bidang akademik atau yang berkenaan langsung
dengan proses pembelajaran.
Innovation. Kemudian tujuan yang kedua adalah sebagai bahan
berinovasi. Inovasi berbeda dengan perbaikan. Inovasi bertujuan mencari
sesuatu atau menemukan hal baru. Penjaminan mutu berperan dalam
menciptakan inovasi-inovasi baru dalam lembaga pendidikan, karena mutu
yang baik harus terus berkembang sesuai perkembangan zaman. Perbaikan
proses dan metodologi pembelajaran, sistem informasi, manajemen serta
penelitian harus terus dilakukan guna menjadi lebih baik dan up to date.
Communication. Selanjutnya tujuan penjaminan mutu adalah sebagai alat
komunikasi. Komunikasi disini maksudnya sebagai pemberi informasi kepada
para civitas akademika tentang apa yang sudah ada dan hal apa yang perlu
ditingkatkan. Selain itu tujuan ini untuk memberikan informasi kepada publik
dan stakeholder lainnya tentang capaian yang diraih oleh lembaga pendidikan.
Motivation. Tujuan motivasi berkaitan dengan sikap dan perilaku civitas
dalam menghadapi dan menanggapi hasil penjaminan mutu. Civitas akademik
akan terdorong untuk melakukan perbaikan-perbaikan melihat hasil dari
penjaminan mutu. Jika hasil penjaminan mutu belum menunjukkan hasil yang
maksimal maka civitas akan terdorong untuk melakukan perbaikan. Jika hasil
sudah menunjukkan kesempurnaan/ baik, mereka akan termotivasi untuk
terus mempertahannya dengan melakukan praktik-praktik yang baik.
Control. Tujuan yang terakhir adalah kontrol/ pengawasan. Pelaksanaan
penjaminan mutu akan memberikan umpan balik dari hasil pemeriksaan/
asesmennya kepada lembaga pendidikan. Hasil ini akan mejadi bahan evaluasi
bagi penyelenggara dan kemudian melakukan perbaikan. Pengawasan akan
dilakukan dan dipraktikkan yang bertujuan mengantisipasi hasil rekomadasi
dari penjaminan mutu. Pengelola akan melakukan kontrol agar rekomendasi
yang baik tetap dipertahankan dan dikembangan sedangkan rekomendasi
perbaikan dipastikan tidak akan terjadi kembali.

Al-Tanzim : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183 181
Available online at https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
Implementasi tahapan sistem penjaminan mutu akan tercapai bila
dukungan oleh top manajemen yang dilembaga pendidikan tinggi dan
melakukan kerja sama dengan lembaga pendidikan lainnya. Kedua hal ini akan
menjadikan ketercapaian efektivitas penjaminan mutu dapat diwujudkan
(Seyfried & Pohlenz, 2018). Selanjutnya untuk mempertahankan penjaminan
mutu diperlukan konsep yang benar-benar dapat diterima oleh semua
kalangan. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya mutu menjadi
solusi penting dalam peningkatan mutu lembaga pendidikan tinggi
(Hildesheim & Sonntag, 2020; Yingqiang & Yongjian, 2016). Budaya mutu
menekankan pentingnya peningkatan kualitas yang berkelanjutan, adanya
sikap bersama, dan komitmen terhadap mutu (Dzimińska et al., 2018).

KESIMPULAN
Pendidikan tinggi akan memberikan dampak positif terhadap
perkembangan suatu bangsa. Perkembangan informasi dan teknologi menuntut
pendidikan tinggi harus terus beradaptasi dan berubah mengikutinya. Oleh
sebab itu, lembaga pendidikan harus memiliki mutu yang baik. Pendidikan
tinggi yang bermutu adalah yang mampu mencapai atau bahkan melampaui
standar yang telah ditetapkan. Untuk mendapatkan pendidikan tinggi yang
bermutu maka lembaga pendidikan perlu melakukan proses-proses
penjaminan mutu baik secara internal maupun eksternal. Proses tersebut juga
merupakan bahan evaluasi tentang apa yang belum dicapai dan yang harus
pertahankan. Lembaga pendidikan perlu bekerjasama dengan seluruh
stakeholder untuk dapat memberikan hasil terbaik.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Alawi, Y., Al-Kaabi, D., Rashdan, S., & Al-Khaleefa, L. (2009). Quality
Assurance and Continuous Improvement: A Case Study of The
University of Bahrain. Quality in Higher Education, 15(1), 61–69.
https://doi.org/10.1080/13538320902731575
Bernhard, A. (2012). Quality Assurance in an International Higher Education Area.
Wiesbaden: VS Verlag für.
Cheung, J. C. M. (2015). Professionalism, Profession and Quality Assurance
Practitioners in External Quality Assurance Agencies in Higher
Education. Quality in Higher Education, 21(2), 151–170.
https://doi.org/10.1080/13538322.2015.1051795
Cheung, P. P. T., & Tsui, C. B. S. (2010). Quality Assurance for All. Quality in
Higher Education, 16(2), 169–171.
https://doi.org/10.1080/13538322.2010.485723
Corengia, Á., Del Bello, J. C., Pita Carranza, M., & Adrogué, C. (2014). Quality
Assurance Systems of Higher Education - The Case of European
Institutions: Origin, Evolution and Trends. Revista Gestão Universitária Na
América Latina - GUAL, 7(3), 61–76.

182 Al-Tanzim: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183
Available online at https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
David L. Goetsch dan Stanley Davis. (2014). Quality Management: Introduction to
Total Quality Management for Production (Pearson Ne). Edinburgh:
Pearson.
Dill, D. (2010). Quality Assurance in Higher Education - Practices and Issues.
International Encyclopedia of Education, 377–383.
https://doi.org/10.1016/B978-0-08-044894-7.00833-2
ENQA (ed.). (2009). tandards and Guidelines for Quality Assurance in the European
Higher Education Area (3rd Ed). Helsinki: European Association for
Quality Assurance in Higher Education.
Haapakorpi, A. (2011). Quality Assurance Processes in Finnish Universities:
Direct and Indirect Outcomes and Organisational Conditions. Quality in
Higher Education, 17(1), 69–81.
https://doi.org/10.1080/13538322.2011.554311
Hildesheim, C., & Sonntag, K. (2020). The Quality Culture Inventory: a
Comprehensive Approach Towards Measuring Quality Culture in
Higher Education. Studies in Higher Education, 45(4), 892–908.
https://doi.org/10.1080/03075079.2019.1672639
Masrukhin. (2015). Metode Penelitian Kualitatif. Kudus: Media Ilmu Press.
Matei, L., & Iwinska, J. (2016). Quality Assurance in Higher Education: a Practical
Handbook. Budapest: Central European University.
Oakland, J. S. (2014). Total Quality Management and Operational Excellence:Text
with cases (4th ed.). New York: Routledge.
Riset, K., & Pendidikan Tinggi, D. (2016). Peraturan Menteri Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia Nomor 62 Tahun 2016 tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi.
Rosa, M. J. (2014). The Academic Constituency. In M. J. Rosa & A. Amaral
(Eds.), Quality Assurance in Higher Education: Contemporary Debates (pp.
181–206). Basingstoke: Palgrave Macmillan.
Scharager Goldenberg, J. (2018). Quality in Higher Education: The View of
Quality Assurance Managers in Chile. Quality in Higher Education, 24(2),
102–116. https://doi.org/10.1080/13538322.2018.1488395
Seyfried, M., & Pohlenz, P. (2018). Assessing Quality Assurance in Higher
Education: Quality Managers’ Perceptions of Effectiveness. European
Journal of Higher Education, 8(3), 258–271.
https://doi.org/10.1080/21568235.2018.1474777
Xiao, H., & Zhang, X. (2017). Assuring Quality in Transnational Higher
Education: A Case Study of Sino-Foreign Cooperation University in
China. In D. E. Neubauer & C. Gomes (Eds.), Quality Assurance in Asia-
Pacifi c Universities: Implementing Massifi cation in Higher Education (pp.
55–70). Cham: Palgrave Macmillan.

Al-Tanzim : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Vol. 04 No. 02 (2020) : 171-183 183
Available online at https://ejournal.unuja.ac.id/index.php/al-tanzim/index
PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 2, No 2, Oktober 2021 ISSN : 2746-7074

DETERMINASI SISTEM PENJAMINAN MUTU


INTERNAL TERHADAP PENINGKATAN MUTU
PERGURUAN TINGGI

Ni Nyoman Lisna Handayani1, Ni Ketut Erna Muliastrini2


STAHN Mpu Kuturan Singaraja1, Universitas Pendidikan Ganesha2
lisnahandayani201@gmail.com1 erna.muliastrini@undiksha.ac.id2

Abstrak
Pendidikan tinggi pada hakikatnya merupakan usaha menumbuh
kembangkan potensi diri manusia sesuai tatanan nilai masyarakat dan
kebudayaan. Potensi diri tersebut mencakup potensi jasman dan rohani yang
dikembangan sesuai tujuan pendidikan yang ditunjang dengan kurikulum,
pendidik, proses interaktif edukatif menggunakan materi pelajaran. Seluruh proses
ini harus ditopang dengan lingkungan pendidikan yang baik sehingga proses
pengembangan potensi dapat dicapai sesuai tujuan pendidikan yang diharapkan.
Pendidikan menjadi indikator pembangunan sumber daya manusia dalam sebuah
bangsa. Dengan demikian, maka pendidikan menjadi salah satu bidang terpenting
sekaligus strategis dalam pembangunan nasional yang dapat menunjang kualitas
hidup serta kesejahteraan masyarakat. Penjaminan mutu pendidikan adalah
untaian proses dan sistem yang saling berkaitan untuk mengumpulkan,
menganalisis, dan melaporkan data tentang kinerja dan mutu pendidik dan tenaga
kependidikank lembaga pendidikan. Proses penjaminan mutu mengidentifkasi
aspek pencapaian dan prioritas peningkatan, penyediaan data sebagai dasar
perencanaan dan pengambilan keputusan serta membantu membangun budaya
peningkatan mutu berkelanjutan.
Kata Kunci: Pendidikan, Pendidikan tinggi, Penjaminan Mutu

Abstract
In essence, higher education is an effort to develop human potential
according to the social and cultural values. Self-potential includes physical and
spiritual potential that is developed according to educational goals supported by
curriculum, educators, educational interactive processes using subject matter.
This whole process must be supported by a good educational environment so that
the potential development process can be achieved according to the expected
educational goals. Education is an indicator of human resource development in a
nation. Thus, education is one of the most important and strategic fields in
national development that can support the quality of life and the welfare of
society. Education quality assurance is a chain of processes and systems that are
interrelated to collect, analyze, and report data on the performance and quality of
educators and education personnel in educational institutions. The quality
assurance process identifies aspects of achievement and priority for improvement,
provides data as a basis for planning and decision making and helps build a
culture of continuous quality improvement.
Keywords: Education, Higher Education, Quality Assurance.

Jurnal Pusat Penjaminan Mutu, Volume 2, No 2, Oktober 2021


PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 2, No 2, Oktober 2021 ISSN : 2746-7074

I. PENDAHULUAN
Perguruan Tinggi sebagai lembaga pendidikan tinggi formal, sampai saat
ini masih dianggap sebagai sumber ilmu pengetahuan, etika dan nilai kebijakan.
Anggapan tersebut telah melekat pada setiap perguruan tinggi, sehingga mutu
lulusannya diharapkan memiliki kriteria “smart' dan “good', Namun di sisi lain,
kondisi perguruan tinggi di Indonesia masih banyak yang belum melaksanakan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan standar mutu, hingga pada akhirnya
kredibilitas perguruan tinggi masih belum memuaskan para stakeholders. Bila
penyelenggara pendidikan tinggi di Indonesia tidak segera melakukan upaya-
upaya nyata meningkatkan kualitas input, proses, output maupun outcome-nya,
maka eksistensi perguruan tinggi tersebut akan semakin surut.
Fenomena yang terjadi sekarang ini masyarakat Indonesia banyak mencari
pendidikan tinggi yang berkualitas ke luar negeri, misalnya ke negara tetangga
Malaysia. Meyikapi hal tersebut pemerintah Indonesia pada tahun 2003 melalui
Direktorat Akademik mulai menggagas kegiatan Penjaminan Mutu (Quality
Assurance) di perguruan tinggi. Merujuk pada Undang-Undang Nomor 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Higher Education Long Term Strategy
(HELTS) 2003-1010, dan Peraturan Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan pelaksanaan penjaminan mutu di perguruan tinggi
merupakan kegiatan yang wajib dilakukan. Sistem penjaminan mutu perguruan
tinggi (PT) dilakukan atas dasar Penjaminan Mutu Internal (PMI), Penjaminan
Mutu Eksternal (PME), dan Evaluasi Program Studi Berbasis Evaluasi Diri
(EPSBED) yang dikaitkan dengan perijinan penyelenggaraan program studi.
Pada tahun 2005 terbit Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), yang menyatakan bahwa SNP
bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasonal. Dengan demikian
implementasi penjaminan mutu selain wajib memenuhi SNP juga memberikan
kebebasan pada setiap perguruan tinggi untuk mengembangkan penjaminan mutu
sesuai sejarah, visi, misi, budaya, ukuran, dan berbagai kekhasan dari perguruan
tinggi tersebut. Dengan pola im plementasi seperti ini, dalam kurun waktu tujuh
tahun tentu telah berlangung beragam implementasi penjaminan mutu, baik pada
aras perguruan tinggi maupun pada aras Nasional.
Namun persoalan yang dihadapi penjaminan mutu bukan semata masalah
akreditasi program studi, tetapi juga masalah akreditasi institusi akuntabilitas
publik, penjaminan mutu internal (evaluasi diri) yang tidak berjalan sesuai
prosedur semestinya, tidak adanya standar mutu internal perguruan tinggi, tidak
adanya organisasi penjamin mutu internal dan sebagainya. Persoalan ini bukan
semata masalah kinerja organisasi, tetapi juga menyangkut masalah kebijakan
makro, dan implementasinya di lapangan. Hal ini tentunya tidak hanya
memperlemah penjaminan mutu, tetapi juga memperlemah perbaikan mutu
perguruan tinggi secara keseluruhan.
Berdasarkan hasil evaluasi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemen
terian Pendidikan Nasional (2008) tentang implementasi penjaminan mutu
internal di perguruan tinggi dinyatakan bahwa:

Jurnal Pusat Penjaminan Mutu, Volume 2, No 2, Oktober 2021


PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 2, No 2, Oktober 2021 ISSN : 2746-7074

a) Sebagian besar perguruan tinggi belum memahami secara utuhfungsi


dan peran penjaminan mutu bagi pengembangan dan keberlanjutannya.
Sebagian besar perguruan tinggi belum memahami tentang Sistem
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT) yang digagas oleh
Ditjen Dikti.
b) Sebagian besar perguruan tinggi masih memokuskan pada penjaminan
mutu internal bidang akademik (hanya fokus pada aspek
pembelajaran).
c) Sebagian besar perguruan tinggi masih dalam taraf pengadaan
dokumen, baik dokumen kebijakan, manual penerapan kebijakan
standar mutu.
d) Sebagian kecil perguruan tinggi telah mengimplementasikan
penjaminan mutu internal secara penuh (memiliki kelengkapan
dokumen kebijakan, manual penerapan kebijakan standar mutu, dan
mengimplementasi-kannya).
Merujuk hasil evaluasi dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun
2008 di atas maka perguruan tinggi perlu secara kritis melihat kembali peran dan
kinerjanya selama ini. Kualitas menjadi kepedulian dan perlu mendapat perhatian
serius baik lembaga, pemerintah maupun stakeholders yang terkait dengan
pendidikan. Peningkatan mutu di setiap lembaga pendidikan bukan sekedar
verbalisme, namun harus diwujudkan melalui suatu proses yang disengaja,
direncanakan, diorganisir dan dikendalikan semua pihak melalui team work spirit.
Sebagai salah satu sub sistem dari Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi
(SPM-PT), penjaminan mutu internal yang telah diimplementasikan oleh
perguruan tinggi di Indonesia, perlu dievaluasi keberhasilannya untuk perbaikan
dan peningkatan mutu perguruan tinggi secara berkelanjutan.

II. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang bertujuan untuk memperoleh
gambaran sistem penjaminan mutu internal terhadap peningkatan mutu perguruan
tinggi. Pendidikan tinggi pada hakikatnya merupakan usaha menumbuh kembangkan
potensi diri manusia sesuai tatanan nilai masyarakat dan kebudayaan. Potensi diri tersebut
mencakup potensi jasman dan rohani yang dikembangan sesuai tujuan pendidikan yang
ditunjang dengan kurikulum, pendidik, proses interaktif edukatif menggunakan materi
pelajaran. Proses penjaminan mutu mengidentifkasi aspek pencapaian dan prioritas
peningkatan, penyediaan data sebagai dasar perencanaan dan pengambilan
keputusan serta membantu membangun budaya peningkatan mutu berkelanjutan.
Penjaminan mutu akan berkontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan

III. PEMBAHASAN
1.Hakikat Pendidikan Tinggi
Pendidikan menjadi indikator pembangunan sumber daya manusia dalam
sebuah bangsa. Oleh karena itu, kualitas manusia sebagai warga negara suatu
bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan. Dengan demikian, maka
pendidikan menjadi salah satu bidang terpenting sekaligus strategis dalam

Jurnal Pusat Penjaminan Mutu, Volume 2, No 2, Oktober 2021


PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 2, No 2, Oktober 2021 ISSN : 2746-7074

pembangunan nasional yang dapat menunjang kualitas hidup serta kesejahteraan


masyarakat. Djumransyah (2004: 22) menjelaskan bahwa pendidikan merupakan
usaha manusia menumbuhkan serta mengembangkan seluruh potensi pembawaan
jasmani maupun rohani sesuai nilai yang terdapat dalam masyarakat dan nilai
kebudayaan. Dengan demikian, perlu dipahami bahwa pendidikan menjadi proses
yang tidak akan pernah berhenti dalam artian selalu dinamis mengikuti tata nilai
ideal masyarakat dan pertumbuhan kebudayaan dari zaman ke zaman. Oleh karena
itu pendidikan selalu berkembang memasuki setiap fase perubahan mengadaptasi
apa yang pendidikan hasilkan, misalnya saat ini pendidikan memasuki fase
revolusi industri 4.0.
Perubahan-perubahan besar seperti lompatan tahapan revolusi industri 4.0
tidak bisa dilepaskan dari pendidikan yang telah memberikan kontribusi besar
terhadap kelanjutan sains dan teknologi pada masa lalu hingga hari ini. Praktik
pendidikan tidak bisa dilepaspisahkan dari setiap bagian unsurnya. Triyanto
(2014: 24-26) menjelaskan unsur-unsur pendidikan meliputi beberapa unsur
sebagai beriku. Pertama; unsur tujuan pendidikan. Tujuan ini secara sistemik
termuat dalam Undang-Undang Sisdiknas yakni mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Kedua; unsur kurikulum
merupakan seperangkat rencana pembelajaran yang mencakup tujuan, isi dan
bahan pelajaran.
Dalam kurikulum juga dirumuskan cara yang digunakan menjadi pedoman
pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Lebih lanjut
dijelaskan bahwa kurikulum sebagai pedoman penyelenggaraan terdapat di
dalamnya makna interaksi antara pendidik dan peserta didik. Peserta didik
merupakan anggota masyarakat yang berupaya mengembangkan potensi diri
melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Unsur pendidik, merupakan tenaga kependidikan yang
kualifikasi sebagai, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor,
instruktur, fasilitatir, dan sebutan lain yang sesuai dengan spesifikasi
partisipasinya dalam penyelenggaraan pendidikan. Unsur interaksi edukatif
merupakan proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar. Unsur isi pendidikan yaitu materi-materi
pembelajaran yang dapat digunakan peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi diri. Lebih lanjut dijelaskan materi-materi akan membekali peserta didik
dengan kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, memiliki kepribadian dan
akhlak mulia, keserdasan dan keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Lingkungan pendidikan yakni dijabarkan sebagai lingkungan
keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan pendidikan menjadi tempat
manusia berinteraksi timbal balik dalam pengembangan potensi diri.
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan
tinggi pada hakikatnya merupakan usaha menumbuh kembangkan potensi diri
manusia sesuai tatanan nilai masyarakat dan kebudayaan. Potensi diri tersebut
mencakup potensi jasman dan rohani yang dikembangan sesuai tujuan pendidikan

Jurnal Pusat Penjaminan Mutu, Volume 2, No 2, Oktober 2021


PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 2, No 2, Oktober 2021 ISSN : 2746-7074

yang ditunjang dengan kurikulum, pendidik, proses interaktif edukatif


menggunakan materi pelajaran. Seluruh proses ini harus ditopang dengan
lingkungan pendidikan yang baik sehingga proses pengembangan potensi dapat
dicapai sesuai tujuan pendidikan yang diharapkan.

2. Konsep Penjaminan Mutu Internal


Mutu pendidikan adalah nilai, manfaat, kesesuaian dengan suatu spesiÞ
kasi tertentu atas input, proses dan output pendidikan yang dirasakan oleh
konsumen pemakai jasa pendidikan. Jadi, dalam defnisi mutu pendidikan ini
tercakup didalamnya adalah mutu input pendidilkan, pross pendidikan maupun
output pendidikan. Mutu input terkait dengan kualitas masukan pendidikan seperti
animo masyarakat untuk mendaftar sebagai calon siswa baru dan tingkat
kemampuan siswa baru yang diterima oleh lembaga pendidikan tersebut. Selain
itu, instrumental input seperti kurkulum, pendidik dan tenaga kependidikan,
sarana dan prasarana serta sumber daya yang dimiliki lembaga pendidikan
bersangkutan.
Penjaminan mutu pendidikan adalah untaian proses dan sistem yang
saling berkaitan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data
tentang kinerja dan mutu pendidik dan tenaga kependidikank lembaga pendidikan.
Proses penjaminan mutu mengidentifkasi aspek pencapaian dan prioritas
peningkatan, penyediaan data sebagai dasar perencanaan dan pengambilan
keputusan serta membantu membangun budaya peningkatan mutu berkelanjutan.
Penjaminan mutu akan berkontribusi terhadap peningkatan mutu pendidikan.
Don Adam et al. (1991 dalam Nurdin, 2009) kualitas pendidikan tinggi
didefnisikan sebagai “outputs, input or process characteristic of formal or non
formal education. Typical output measures include student achievment (or such
proxies as completion rates and various form of certifcation) literacy and pratical
skills”. Penjaminan mutu internal adalah penjaminan mutu yang dilakukan oleh
institusi perguruan tinggi dengan cara yang ditetapkan perguruan tinggi pelaksana.
Parameter dan metoda mengukur hasil ditetapkan oleh perguruan tinggi sesuai visi
dan misinya. Dengan menjalankan penjaminan mutu internal, maka institusi
pendidikan tinggi sebaiknya melakukan evaluasi internal. Evaluasi diri.
dimaksudkan untuk mengupayakan peningkatan kualitas berkelanjutan (Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, 2006). Mutu institusi perguruan tinggi merupakan
totalitas keadaan dan karak teristik masukan, proses dan produk atau layanan
institusi perguruan tinggi yang diukur dari sejumlah standar sebagai tolok ukur
penilaian untuk menentukan dan mencerminkan mutu institusi perguruan tinggi.

3. Penjaminan Mutu Internal di Perguruan Tinggi


Tuntutan masyarakat terhadap mutu perguruan tinggi sebagai akibat
globalisasi merupakan masalah konkrit, yang pemecahannya tidak bisa ditunda-
tunda. Ini berarti, proses pembelajaran di perguruan tinggi harus bermutu dan
memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Eksistensi dan tantangan sebuah
perguruan tinggi tergantung pada penilaian stakeholders. Karena itu, perguruan
tinggi perlu menjalankan proses penjaminan mutu terhadap pendidikan yang

Jurnal Pusat Penjaminan Mutu, Volume 2, No 2, Oktober 2021


PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 2, No 2, Oktober 2021 ISSN : 2746-7074

diselenggarakannya. Komponen penentu mutu proses dan lulusan perguruan


tinggi terdiri dari banyak komponen, di antaranya mutu program akademik,
sumberdaya manusia, sarana prasarana, dan suasana akademik.
Berbagai komponen mutu tersebut perlu ditingkatkan dalam rangka
memenuhi standar nasional pendidikan. Pemerintah dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 (Standar Nasional Pendidikan) pasal 2, menyatakan bahwa
untuk penyelenggaraan setiap satuan pendidikan harus mengacu delapan standar
mutu pendidikan, yakni: standar isi, proses, kompetensi lulusan, pendidik dan
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, standar pengelolaan, pembiayaan, dan
standar penilaian pendidikan. Hal ini telah ditegaskan dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
pasal 35 ayat 3, bahwa untuk mencapai mutu standar pendidikan itu tidak hanya
ditentukan oleh unsur tenaga kependidikan yakni dosen, tetapi juga bagaimana
pengelolaan perguruan tinggi itu atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang
dapat dilaksanakan oleh suatu badan standarisasi, penjaminan dan pengendalian
mutu pendidikan (Sumardjoko, 2010:.294-310).
Saat ini badan penjaminan mutu internal harus berpartisipasi aktif
membina dan melakukan perbaikan mutu perguruan tinggi. Peduli mutu saja tidak
cukup, perguruan tinggi memerlukan bantuan dan pelayanan. Permbinaan dan
perbaikan mutu dapat dilakukan dengan pihak eksekutif, khususnya wakil rector
bidang akademik karena hakikatnya merekalah yang bertanggung jawab langsung
terhadap mutu perguruan tinggi. Badan penjamin internal bertindak sebagai “guru
mutu” yang melayani dan mendorong institusi dan program studi melakukan
evaluasi diri dan akreditasi kepada badan penjamin mutu eksternal. Untuk
melaksanakan SPM-PT perlu bertahap sesuai dengan kesiapan per guruan tinggi,
namun sebaiknya disusun kerangka waktu yang jelas untuk pelaksanaannya.
Pelaksanaan SPM-PT pada umumnya dimulai pada kegiatan pendidikan
terlebih dahulu, baru kemudian dikembangkan di bidang penelitian kemudian
pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikiandapatmencakup
kegiatanakademik. Setelahmampumelaksanakan SPM-PT di bidang akademik,
kemudian dapat dikembangkan ke bidang yang lebih luas, misalnya keuangan,
sumberdaya manusia dan seterusnya. Tujuan akhir adalah SPM-PT untuk seluruh
bidang yang terkait dengan pengelolaan perguruan tinggi secara keseluruhan
sehingga sangat erat dengan kesehatan organisasi untuk menjamin mutu aspek
akademik maupun non akademik perguruan tinggi di Indonesia.

4. Sistem Penjaminan Mutu Internal


Sistem penjaminan mutu perguruan tinggi dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu; penjaminan mutu internal dan penjaminan mutu eksternal.
Penjaminan mutu internal (internal quality assurance) bentukannya berupa
evaluasi diri yang dilakukan oleh program studi atau institusi perguruan tinggi.
Tujuannya untuk memperbaiki kinerja dan memberi penjaminan mutu internal,
khususnya kepada para stakeholder internal perguruan tinggi, seperti para
pimpinan, dosen, peneliti, karyawan dan mahasiswa. Dalam perspektif

Jurnal Pusat Penjaminan Mutu, Volume 2, No 2, Oktober 2021


PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 2, No 2, Oktober 2021 ISSN : 2746-7074

penjaminan mutu terpadu (total quality assurance system) yang harus mendapat
penjaminan mutu bukan hanya kegiatan akademik saja, tetapi seluruh kegiatan
baik akademik maupun non akademik (Hanief Saha Ghafur, 2010). Dengan
demikian sistem pelaksaan penjaminan mutu internal selama ini dapat dibedakan
menjadi tiga kategori, yaitu; 1) perguruan tinggi yang mengembangkan system
penjamin mutu secara khusus, tanpa mendirikan organisasi khusus. Tugas dan
fungi untuk pengembangan mutu dilakukan oleh senat akademik bekerjasama
dengan seluruh jajaran pimpinan, 2) perguruan tinggi yang mendirikan organisasi
untuk mengembangkan system penjaminan mutu secara internal.
Ada dua kategori organisasi, yaitu a) organisasi khusus yang mandiri, baik
bejrejang mulai dari tingkat pusat, fakultas dan program studi, maupun yang tidak
berjenjang, b) organisasi yang menyatu dengan struktur organisasi dan system
administrasinya; 3) perguruan tinggi yang tidak mengembangkan sistem
penjaminan mutu khusus dan tidak mendirikan organisasi khusus. Kategori ketiga
inilah yang terbanyak pada PTS dan PTN non BHMN. Demikian juga tentang
syarat Sistem Penjaminan Mutu Organisasi/ institusi harus menetapkan,
mendokumentasikan, mengimplementasikan, me melihara dan meningkatkan
secara berkelanjutan (continual improvement) SMM sesuai dengan persyaratan,
pedoman dan standar yang ditentukan prinsip sistem penjaminan mutu.
Tuliskan apa yang dilakukan/ dikerjakan dan lakukan/kerjakan apa yang
ditulis. Kebanyakan perguruan tinggi melakukan apa yang seharusnya dikerjakan
namun sangat kurang dalam domentasi, dan ada juga dokumentasinya lengkap
namun tidak sesuai dengan implementasinya di lapangan. Hanya sebagian kecil
perguruan tinggi yang memenuhi syarat sistem penjaminan mutu. Standar
Penjaminan Mutu Internal Standar SPMI-PT adalah dokumen tertulis berisi
berbagai kriteria, ukuran, patokan atau spesifikasi dari seluruh kegiatan
penyelenggaraan pendidikan tinggi suatu PT untuk mewujudkan visi dan misinya,
agar dapat dinilai bermutu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan sehingga
memuaskan para pemangku kepentingan internal dan eksternal PT.
Perguruan tinggi dinyatakan bermutu, apabila mampu memenuhi Standar
Nasional Pendidikan (SNP) (aspek imperatif), perguruan tinggi mampu
menetapkan dan mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya (aspek
deduktif), perguruan tinggi mampu memenuhi kebutuhan stakeholders (aspek
induktif). Dokumen tertulis Standar SPMI-PT (Standar Mutu) berfungsi antara
lain: 1) Alat untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan PT. 2) Indikator untuk
menunjukkan tingkat (level) mutu PT. 3) Tolok ukur yang harus dicapai semua
pihak di dalam PT sehingga menjadi faktor pendorong untuk bekerja dengan, atau
bahkan melebihi, standar. 4) Bukti otentik kepatuhan PT terhadap peraturan dan
publik bahwa PT memiliki dan memberikan layanan pendidikan dengan
menggunakan standar.
Penetapan standar dan mekanisme penjaminan mutu adalah otoritas
perguruan tinggi, yang penting adalah upaya benchmarking mutu pendidikan
tinggi berkelanjutan. Selama ini kebanyakan perguruan tinggi di Indonesia telah
menetapkan standar mutu internal untuk menjamin mutu perguruan tinggi, dalam
bentuk document tertulis hanya pada tingkat institute, sementara dalam tingkat

Jurnal Pusat Penjaminan Mutu, Volume 2, No 2, Oktober 2021


PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 2, No 2, Oktober 2021 ISSN : 2746-7074

fakultas maupun program studi masih sedikit, mengingat tidak semua perguruan
tinggi memiliki badan penjaminan mutu tingkat fakultas dan program studi.

5. Prasyarat Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi


Hakikat penjaminan mutu pendidikan tinggi adalah sebagai pelepasan
tanggung jawab mutu pendidikan tinggi dari Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi kepada perguruan tinggi, dan keharusan penerapan manajemen kendali
mutu pada sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi yang salah satu modelnya
berbasis PDCA. Beberapa kondisi yang merupakan prasyarat atau kondisi awal
penjaminan mutu yang perlu dipenuhi sebelum memulai kegiatan-kegiatan yang
terkait dengan penjaminan mutu pendidikan adalah:
a) Diperlukan komitmen dari seluruh pihak yang terlibat dalam
pengelolaan perguruan tinggi terhadap kaizen mutu pendidikan tinggi,
karena mutu harus dipelihara dan ditingkatkan secara konsisten dan
berkelanjutan. Komitmen adalah sebuah nilai budaya organisasi yang
tidak tumbuh sendiri, tetapi diperlukan penggalangan yang dilakukan
oleh mereka yang mendapat amanat formal dari organisasi perguruan
tinggi untuk memimpin. Oleh karena itu, kepemimpinan yang
dijalankan harus didasari pada kaizen mutu pendidikan tinggi, tidak saja
dalam perilaku kerja dalam menjalankan tugas kepemimpinannya untuk
selalu memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi, tetapi
juga Kepemimpinan dalam Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan tinggi kepada seluruh
pelaksana pendidikan, baik dosen maupun karyawan dengan cara
meyakinkan, mengarahkan, memberdayakan, menanamkan rasa percaya
diri, maupun memberikan dukungan yang diperlukan.
b) Diperlukan perubahan paradigma penjaminan mutu sejalan dengan
filososofi penjaminan mutu sebagai pelepasan tanggung jawab atas
mutu. Paradigma lama penjaminan mutu pendidikan tinggi yang terjadi
sebelum ini, adalah pemeliharaan dan peningkatan mutu pendidikan
tinggi yang bersifat reaktif yakni dilakukan apabila ada pengawasan dan
pengendalian yang ketat dari pemerintah, dalam hal ini Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud sebagai Otoritas Pusat dalam
model sistem penyelenggaraan pendidikan tinggi. Sejalan dengan
filosofi penjaminan mutu, maka paradigma ini harus dihilangkan dan
diganti dengan paradigma baru bahwa adalah menjadi tanggung jawab
setiap perguruan tinggi sejak dini untuk memelihara dan meningkatkan
mutu pendidikan tinggi yang diselenggarakannya dengan cara
mewujudkan visinya melalui pelaksanaan misinya secara sungguh-
sungguh dan bertanggung jawab agar dapat memuaskan stakeholders.
Perubahan ini diharapkan timbul karena menguatnya rasa tanggung
jawab moral untuk membuat lembaganya terus eksis di tengahtengah
masyarakat melalui pemeliharaan dan peningkatan mutu
pendidikannya. Kepemimpinan yang dibangun atas dasar rasa tanggung
jawab moral inilah, menjadi sangat diperlukan untuk secara perlahan

Jurnal Pusat Penjaminan Mutu, Volume 2, No 2, Oktober 2021


PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 2, No 2, Oktober 2021 ISSN : 2746-7074

tapi pasti melakukan perubahan prilaku kerja reaktif yang diperlihatkan


oleh para pelaksana pendidikan, baik dosen maupun karyawan, menjadi
suatu prilaku kerja pro-aktif yang tumbuh berdasarkan rasa tanggung
jawab moral yang luhur untuk melakukan sesuatu yang terbaik demi
memelihara dan meningkatkan mutu pendidikan pada perguruan
tingginya.
c) Diperlukan perubahan sikap mental untuk menerapan fungsi
perencanaan secara sungguhsungguh dalam penyelenggaraan perguruan
tinggi, karena manajemen kendali mutu berbasis. PDCA dalam sistem
penjaminan mutu tinggi, perencanaan menjadi faktor kunci dalam
peningkatan mutu pendidikan tinggi berkelanjutan. Perencanaan dalam
skala makro adalah rencana induk pengembangan (RIP) perguruan
tinggi, dan dalam skala mikro adalah penyusunan silabus/satuan acara
perkuliahan (RPP/SAP). Oleh karena itu, sikap mental penyusunan
perencanaanperencanaan seperti ini dalam penyelenggaraan perguruan
tinggi yang hanya untuk pemenuhan persyaratan perizinan atau
akreditasi, sudah harus ditinggalkan dan dirubah menjadi penyusunan
perencanaan sebagai sebuah kebutuhan yang sangat urgen dalam
penyelenggaraan perguruan tinggi. Perencanaan sebagai salah satu
fungsi manajemen yang sangat penting, benar-benar harus disusun
dengan mengacu kepada perbaikan mutu pendidikan tinggi secara
berkelanjutan. Oleh karena itu, perencanaan harus ditempatkan sebagai
sesuatu yang sangat penting dalam pelaksanaan pekerjaan pada semua
level dalam penyelenggaraan perguruan tinggi, apalagi pada mereka
yang karena jabatannya harus menjalankan tugas kepemimpinan.
Sebaliknya, karena seluruh perencanaan yang disusun pada semua level
yang memuat tujuan dan sasaran itu, mencerminkan sebuah standar
mutu yang hendak dicapai, maka diperlukan kepemimpinan yang tegas
untuk menggerakan sehingga tugas penyusunan perencanaan benar-
benar dilakukan secara sungguh-sungguh penuh rasa tanggung jawab
untuk masa depan lembaga perguruan tingginya.
Ketiga prasyarat ini, perlu ditumbuhkan secara konsisten dan
berkelanjutan mengingat mentalitas kebanyakan orang Indonesia
menurut Koentjaraningrat dalam Usman (2008:156) adalah suka
meremehkan mutu, tidak berdisiplin murni, tak percaya pada diri
sendiri, dan suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh.
6. Manfaat Sistem Penjaminan Mutu untuk Penjaminan Standar Mutu
Pendidikan
Standar Nasional Pendidikan yang mengacu pada
PERMENRISTEKDIKTI No. 44 Tahun 2015 mencakup komponenkomponen
yaitu: 1) Standar Kompetensi Lulusan; 2) Standar Isi Pembelajaran; 3) Standar
Proses Pembelajaran; 4) Standar Penilaian Pembelajaran; 5) Standar Dosen dan
Tenaga Kependidikan; 6) Standar Sarana dan Prasarana Pembelajaran; dan 7)
Standar Pembiayaan Pembelajaran. Seluruh komponen standar dalam lingkup
standar mutu pendidikan harus diupayakan untuk mencapai mutu terbaik. Upaya

Jurnal Pusat Penjaminan Mutu, Volume 2, No 2, Oktober 2021


PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 2, No 2, Oktober 2021 ISSN : 2746-7074

pencapaian mutu terbaik ini tidak terlepas dari dukungan kepemimpinan serta
proses manajerial yang baik untuk meningkatkan etos kerja sivitas akademika
demi terciptanya lingkungan akademik yang kondusif.
SPMI sebagai alat untuk menjamin pencapaian mutu standar pendidikan
harus menetapkan lingkup yang memiliki parameter atau indikator mutu agar
memudahkan evaluasi pada saat proses audit berlangsung. Standar Kompetensi
Lulusan Perguruan Tinggi meliputi kompetensi untuk seluruh mata kuliah serta
pengelompokan mata kuliah, termasuk didalamnya adalah mencakup unsur sikap,
pengetahuan dan keterampilan, sehingga dalam penerapannya standar kompetensi
lulusan tidak dapat terlepas dari Standar Isi Pembelajaran.
Pada ruang lingkup ini, LPM melalui SPMI akan memastikan bahwa
setiap Program Studi telah merumuskan standar kompetensi lulusan berdasarkan
spesifikasi Program Studi melalui implementasi kurikulum yang mengacu pada
KKNI serta Program Studi harus menciptakan atmosfir akademik yang sesuai
dengan standar mutu kompetensi lulusan yang ditetapkan. Kurikulum haruslah
sesuai dengan visi dan misi Program Studi serta mendukung visi dan misi
Institusi. SPMI akan mendorong implementasi kurikulum dengan menjabarkannya
melalui dokumendokumen kurikulum yang selalu dimutakhirkan secara periodik
serta adanya kebijakan untuk meningkatkan suasana akademik yang baik melalui
penyelenggaraan seminar, simposium, lokakarya sesuai dengan rumpun ilmu
Program Studi.
Ruang lingkup Standar Proses Pembelajaran meliputi perencanaan
pembelajaraan hingga pelaporan hasil evaluasi pembelajaran. Dalam hal ini SPMI
berfungsi untuk memastikan bahwa proses pembelajaran bersifat interaktif,
holistik, saintifik, tematik, efektif, kolaboratif, integratif, dan kontekstual sesuai
dengan KKNI dengan beban belajar mahasiswa sesuai dengan peraturan yang
telah ditetapkan. Standar penilaian pembelajaran memiliki ruang lingkup
penilaian dari pihak dosen dan mahasiswa, dimana hasil evaluasi oleh dosen
terhadap mahasiswa akan tercantum dalam kartu hasil studi mahasiswa dan
penilaian mahasiswa terhadap dosen akan dievaluasi oleh LPM yang diteruskan
kepada Pimpinan Perguruan Tinggi.
SPMI melalui proses audit internal mutu harus memastikan bahwa
Program Studi memiliki standar penilaian, teknik dan instrumen penilaian,
mekanisme dan prosedur penilaian hingga pelaporan penilaian sehingga melalui
hasil audit internal mutu, standar proses ini akan terus mengalami peningkatan.
Pada lingkup pendidikan tinggi, tenaga kependidikan yang memiliki kualifikasi
sebagai pendidik disebut dengan dosen, sedangkan tenaga kependidikan lain
disebut sebagai tenaga penunjang penyelenggaraan pendidikan. Dosen yang telah
memenuhi kualifikasi akademik dan profesional akan diajukan sebagai dosen
tetap, sedangkan jika dibutuhkan, Program Studi akan mendayagunakan dosen
tidak tetap untuk memenuhi kebutuhan penjaminan mutu program akademik.
Pendayagunaan tenaga kependidikan seperti pustakawan, laboran, analis,
teknisi, operator dan staf pada masingmasing biro harus dilakukan untuk
pengembangan Proram Studi. Dalam hal ini, SPMI akan memastikan bahwa
Program Studi memiliki sistem seleksi, sistem pengembangan, sistem retensi serta

Jurnal Pusat Penjaminan Mutu, Volume 2, No 2, Oktober 2021


PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 2, No 2, Oktober 2021 ISSN : 2746-7074

pemberhentian dosen dan tenaga kependidikan yang mengacu pada Permendikbud


No. 49 Tahun 2014 mengenai Standar Dosen dan Tenaga Kependidikan. Dalam
rangka pemenuhan capaian pembelajaran lulusan, maka Standar Sarana Dan
Prasarana memiliki peran penting untuk mendukung kebutuhan proses belajar
mengajar. SPMI harus menjamin bahwa Standar Sarana Dan Prasarana yang
disiapkan oleh Perguruan Tinggi telah sesuai dengan PERMENDIKBUD No. 49
Tahun 2014 yang paling sedikit terdiri atas: 1) Lahan; 2) Ruang Kelas; 3)
Perpustakaan; 4) Laboratorium/ Studio/ Bengkel Kerja/ Unit Produksi; 5) Sarana
Olahraga; 6) Ruang Kesenian; 7) Ruang Unit Kegiatan Mahasiswa; 8) Ruang
Pimpinan Perguruan Tinggi; 9) Ruang Dosen; 10) Ruang Tata Usaha; 11)
Fasilitas Umum yang terdiri atas jalan, air, listrik, jaringan komunikasi dan sistem
informasi.
Melalui SPMI, standar sarana dan prasarana pendidikan akan terus
dipantau dan dievaluasi agar selalu memadai, bermutu baik, mudah diakses dan
digunakan setiap saat serta selalu mengalami perkembangan untuk memenuhi
kebutuhan sivitas akademika. Standar Pengelolaan Pembelajaran meliputi proses
perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pemantauan dan evaluasi serta
pelaporan kegiatan belajar mengajar dalam Program Studi yang harus dipantau
dan dievaluasi secara periodik melalui SPMI untuk meningkatkan mutu proses
pembelajaran serta menciptakan suasana akademik dan budaya mutu yang baik.
Untuk mendukung kegiatan pembelajaran Perguruan Tinggi, maka komponen
standar pembiayaan pembelajaran harus memiliki perencanaan yang baik meliputi
biaya investasi pendidikan tinggi serta biaya operasional pendidikan tinggi. SPMI
harus menjamin bahwa tujuan utama Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
(RAPB) adalah untuk mengembangkan Perguruan Tinggi melalui implementasi
Tri Dharma Perguruan Tinggi, serta RAPB tersebut telah sesuai dengan
PERMENDIKBUD No 49 Tahun 2014.

IV. SIMPULAN
Penjaminan mutu internal adalah penjaminan mutu yang dilakukan oleh
institusi perguruan tinggi dengan cara yang ditetapkan perguruan tinggi pelaksana.
Parameter dan metoda mengukur hasil ditetapkan oleh perguruan tinggi sesuai visi
dan misinya. Tujuan penjaminan mutu internal adalah untuk memperbaiki kinerja
dan memberi penjaminan mutu internal, khususnya kepada para stakeholder
internal perguruan tinggi, seperti para pimpinan, dosen, peneliti, karyawan dan
mahasiswa. Penjaminan mutu internal (internal quality assurance) bentukannya
berupa evaluasi diri yang dilakukan oleh program studi atau institusi perguruan
tinggi. Ada berbagai bentuk pengembangan sistem penjaminan mutu internal pada
berbagai perguruan tinggi di Indonesia.
Perguruan tinggi dinyatakan bermutu, apabila perguruan tinggi mampu
memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP) (aspek imperatif), perguruan
tinggi mampu menetapkan dan mewujudkan, visinya melalui pelaksanaan misinya
(aspek deduktif), perguruan tinggi mampu memenuhi kebutuhan stakeholders
(aspek induktif). Agar penjaminan mutu internal pendidikan tinggi dapat
dilaksanakan, maka beberapa prasyarat yang harus dipenuhi agar dapat mencapai

Jurnal Pusat Penjaminan Mutu, Volume 2, No 2, Oktober 2021


PINTU : Pusat Penjamin Mutu
Volume : 2, No 2, Oktober 2021 ISSN : 2746-7074

tujuannya, yaitu komitmen, perubahan paradigma, dan sikap mental para pelaku
proses pendidikan tinggi, serta pengorganisasian penjaminan mutu di perguruan
tinggi

DAFTAR PUSTAKA
Badan Penjaminan Mutu, 2009. Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi. Retrieved
on April 11, 2020 from the world wide web: http://ipan . staff.uii.ac.id/fi
les/2009/ 02/ konsep-sistem-penjaminan-mutuuii.pdf
Bambang Sumardjoko, 2010. Faktor-Faktor Determinan Peran Dosen Dalam
Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi. Jurnal Cakrawala Pendidikan,
November 2010, Th. XXIX, No. 3, P.P. 294-310 Ban PT, 2007.
Buku I Naskah Akademik Akreditasi Institusi Perguruan Tinggi, Departemen
Pendidikan Nasional, Jakarta.
Carolyn Campbell And Christina Rozsnyai. 2002. Quality Assurance And The
Development Of Course Programmes. Bucharest. UNESCO.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2003. Pedoman Penjaminan Mutu
(Quality Assurance)
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. 2006.
Panduan Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-
PT) Bidang Akademik.
Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2008.
Hasil Implementasi Sistem Pendidikan Mutu Internal Perguruan Tinggi.
Departemen Pendidikan Nasional Eko Prasetyo, 2009. Penjaminan Mutu
Perguruan Tinggi, Jurnal Kajian Ilmiah Lembaga Penelitian Ubhara Jaya,
Vol.9 No.1 tahun 2009, 750-775
Hanief Saha Ghafur, 2008. Manajemen Penjaminan Mutu di Perguruan Tinggi:
Suatu Analisis Kebijakan. Jakarta: Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan Nasional. Nurdin, 2009. Quality Assurance In Higher
Education. Jurnal Administrasi Pendidikan Vol. X No. 2 Okt 2009 94-110
Pedoman Evaluasi Diri Program Studi. 2005. Badan Akreditasi Nasional
Perguruan Tinggi (Ban-Pt) – Departemen Pendidikan Nasional.
Pedoman Penjaminan Mutu (Quality Assurance) Pendidikan Tinggi. 2003.
Direktorat Jenderal Perguruan Tinggi - Departemen Pendidikan Nasional.
Sanjaya, Mishra.2007. Quality Assurance in Higher Education: An Introduction,
India, National Assessment and Accreditation Council (NAAC).
Tim Pengembang SPMI PT. 2010. Sistem Penjaminan Mutu Internal Perguruan
Tinggi: Bahan Pelatihan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Direktorat Akademik Undang - Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional Dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Jurnal Pusat Penjaminan Mutu, Volume 2, No 2, Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai