Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

ISLAM DAN BUDAYA BORNEO


MANUSKRIP ( Karya Tulis Berumur 50 Tahun )

Dosen Pengampu : Pilga Ayong Sari, S.Kom.i., M.Sos

Disusun Oleh :
Gagah Ghaisan Atur Atman (12105030)
Muhammad Akmal Rahim (12105047)

KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONTIANAK
2024
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesadaran bahwa manuskrip atau naskah kuno merupakan sumber pengetahuan yang
paling otentik tentang jati di umat manusia dan latar budaya yang dimiliki pendahulunya
dapat diwujudkan dalam usaha untuk menjaga, mengkaji, dan melestarikannya. Manuskrip
sesungguhnya adalah tradisi yang hidup di tengah masyarakat yang merefleksikan kemajuan
peradaban (civilization) anak bangsa yang memilikinya. Manuskrip-manuskrip itu berisi
tentang ketuhanan, ajaran budi pekerti, sejarah, cerita rakyat (dongeng, legenda), teknologi
tradisional, mantra, silsilah, jimat, syair, politik, pemerintahan, undang-undang, hukum adat,
pengobatan tradisional, hikayat, dan sebagainya (Amin, 2011).
Naskah klasik yang berada di luar negeri ini diyakini jumlahnya lebih banyak
dibandingkan dengan yang ada di dalam negeri. Bila konsepsi ini diletakkan dalam konsep
kedaulatan negara, pelestraian naskah klasik ini wajib dijaga dan dikembangkan demi
kesejahteraan dan pengikat nasionalisme. Langkah strategisnya perlu didukung, seiring
perkembangan keamanan domestik-internasional kekinian yang cenderung mengalami
perubahan wajah ancaman (the shifting of nature threat), dari sesuatu yang fisik dan perang
terbuka, menjadi immaterial dan perang diam. Dengan demikian, penjarahan naskah klasik
menjadi sumber ancaman (source of threat) keamanan nasional.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun Rumusan Masalah dari makalah ini sebagai berikut :
1. Pengertian Manuskrip ?
2. Fungsi dari Manuskrip ?
3. Jenis Naskah Kuno atau Manuskrip di Indonesia ?
4. Keberadaan Naskah Kuno atau Manuskrip Dewasa Ini ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun Tujuan Penulisan dari makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui apa itu Manuskrip
2. Mengetahui fungsi dari Manuskrip
3. Mengetahui Jenis atau Manuskrip di Indonesia
4. Mengetahui Keberadaan Naskah Kuno atau Manuskrip

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manuskrip

Manuskrip atau naskah kuno merupakan salah satu peninggalan budaya yang menjadi
khazanah setiap bangsa di dunia. Zaman dulu dikenal dengan budaya menulis yang kuat dan
kental. Hasil dari tulisan-tulisan tangan atau diketik tersebut lah yang menjadi dokumen yang
disebut manuskrip. Menurut UU Cagar Budaya No. 5 Tahun 1992 pada Bab I pasal 2
disebutkan bahwa naskah kuno atau manuskrip merupakan dokumen dalam bentuk apapun
yang ditulis tangan atau diketik yang belum dicetak atau buku tercetak yang berumur 50
tahun lebih.
Manuskrip atau naskah kuno adalah koleksi langka yang dimiliki oleh setiap bangsa
di dunia, termasuk di Indonesia. Setiap bangsa dapat melihat perjalanan hidup bangsanya
melalui naksah-naskah yang telah ditulis. Indonesia sebagai bangsa yang memiliki banyak
corak budaya dari sabang sampai merauke pasti memiliki catatan tentang kehidupan
masyarakatnya, sosial budaya, adat istiadat, pemerintahan dan lain sebagainya. Naskah ini
sangat penting dijaga kelestariannya. Hal ini karena naskah kuno tersebut adalah peninggalan
masa lampau yang berisi segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan atau kondisi yang
berbeda dengan kondisi saat ini. Naskah kuno juga memiliki berbagai informasi yang luar
biasa dari berbagai bidang seperti pada bidang sastra, agama, hukum, sejarah, adat istiadat
dan lain sebagainya. Adanya informasi yang ada di dalam naskah akan membantu para ahli
sejarah dalam menemukan informasi dan memperkaya kajiannya mengenai sesuatu yang
ditelitinya.
Adanya informasi yang ada di dalam naskah kuno tersebut, maka perlu untuk
melakukan pelestarian terhadap naskah tersebut untuk mempertahankan infomasi yang ada di
dalamnya. dengan melakuan pelestarian naskah, maka informasi yang terkandung
didalamnya akan mampu menjadi sumber informasi bagi masyarakat luas yang ingin
mengakses naskah tersebut.
Menurut KBBI, manuskrip adalah naskah tulisan tangan yang menjadi kajian filologi
atau naskah baik tulisan tangan (dengan pena, pensil) maupun ketikan (bukan
cetakan).Manuskrip terdiri dari kata manu dan skrip yang diartikan sebagai tulisan tangan.
Manuskrip merupakan sebuah naskah tulisan tangan yang sudah ada sejak dahulu hingga
masih ada sampai saat ini. Seperti penjelasan saat awal, manuskrip merupakan kata lain dari
naskah.

3
Manuskrip dalam bahasa Belanda disebut handschrift (Djamaris,1977:20) sedangkan
menurut Darusuprapta (1984: 10) manuskrip atau naskah merupakan karangan tulisan tangan,
baik yang asli maupun salinannya, yang mengandung teks atau rangkaian kata-kata yang
merupakan bacaan dengan isi tertentu. Manuskrip atau yang dapat dikatakan sebagai naskah
ini merupakan sebuah ungkapan pikiran dan perasaan, sebagai hasil budaya bangsa dari masa
lampau.

Karena umur manuskrip yang kuno, manuskrip biasanya disimpan di beberapa


museum. Seperti di Indonesia, salah satu museum yang menyimpan berbagai manuskrip kuno
ada di museum Senobudaya yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Manuskrip
memiliki isi yang beragam dan lengkap mulai dari peradaban jaman dahulu, budaya, dan
berbagai sumber yang dirasa cukup penting bagi peradaban manusia. Manuskrip biasanya
dijadikan objek penelitian oleh seorang yang mengambil konsentrasi filologi. Keberadaan
manuskrip sangat penting sehingga dipastikan manuskrip harus disimpan di tempat yang
aman agar tidak rusak dan hilang tergerus jaman.

4
2.2 Fungsi dari Manuskrip

Manuskrip merupakan peninggalan tertulis, yang menggairahkan imaji untuk


mengungkap apa yang terkandung di dalamnya. Manuskrip merupakan kesaksian tertulis dari
tangan pertama bangsa yang bersangkutan dalam masa hidupnya. Manuskrip menjadi
sumber primer dalam mengungkap kebenaran dalam menyingkirkan hoax.

Melalui manuskrip kita bisa mempelajari secara lebih nyata dan seksama cara perpikir
bangsa penyusunnya. Apa yang menjadi maksud pengarang pada saat itu. Jadi kita bisa
menempatkan teks ( dalam hal ini manuskrip) dari konteksnya, dari jamannya, dari
kebudayaan masyarakat yang melingkupinya.

Manuskrip bisa berisi suasana pemikiran yang termasuk kehidupan budaya bangsa,
dapat mencakup berbagai bidang, seperti : filsafat, keagamaan, pengobatan, masalah-
masalah teknis pembangunan rumah tinggal, pengadaan tanah ladang, dan berbagai jenis
ketrampilan dan keahlian, yang menyangkut kehidupan berbangsa secara menyeluruh.

Hasil pemikiran dalam manuskrip tersebut, tentu meberikan sumbang sih kepada
berbagai bidang ilmu pengetahuan, seperti : sastra dan bahasa, kedokteran, kemasyarakatan,
keagamaan, moral , hukum adat, arsitektur, dan lain-lain yang berguna dalam kehidupan
bangsa seutuhnya.

Sebagai peninggalan masa lampau, naskah kuno mampu memberi informasi mengenai
berbagai aspek kehidupan masyarakat masa lampau seperti politik, ekonomi, sosial budaya,
pengobatan tradisional, tabir gempa atau gejala alam, fisikologi manusia, dan sebagainya.
Informasi awal terkait dengan hal ini dapat ditemukan dalam kandungan naskah untuk
dipelajari oleh semua orang. Naskah-naskah itu penting, baik secara akademis maupun sosial
budaya. Naskah tersebut merupakan identitas, kebanggaan dan warisan budaya yang
berharga. Secara sosial budaya, naskah memuat nilai-nilai yang masih relevan dengan
kehidupan sekarang, sehingga menjadi sebuah tanggung jawab telah berada di pundak kita
untuk mengungkap ‘mutiara’ yang terkandung di dalamnya. Naskah kuno, di samping
sebagai dokumentasi budaya juga bisa dijadikan objek pengajaran untuk mengambil nilai-
nilai dan kandungan di dalamnya. Nilai-nilai tersebut sangat dibutuhkan dalam
merelevansikan nilai kebaikan yang ada di masa lampau untuk diterapkan hari ini.

5
Keberadaan Naskah kuno sebagai salah satu warisan kebudayaan, secara nyata
memberikan bukti catatan tentang kebudayaan kita masa lalu. Naskah-naskah tersebut
menjadi semacam potret jaman yang menjelaskan berbagai hal tentang masa itu, dengan
demikian nilainya sangat penting dan strategis. Oleh karena itu diperlukan langkah-langkah
konkret dalam upaya penyelamatan dan pelestarian naskah-naskah tersebut. Naskah menjadi
salah satu dokumentasi budaya yang tidak hanya memuat nilai-nilai tradisi, namun naskah
kuno adalah media untuk mengamati dan menelaah kebudayaan lain (termasuk kebudayaan
kita).

Sementara bagi negara tertentu, seperti Malaysia, mereka membeli naskah koleksi
pribadi masyarakat Minangkabau untuk dikoleksi sendiri, agar bisa dimanfaatkan untuk
kepentingan-kepentingan tertentu, seperti penafsiran identitas kebudayaan kita untuk
diterapkan ke dalam kebudayaan mereka. Oleh karena itu, pemerintah Riau berupaya juga
memanfaatkan naskah-naksah kuno untuk menelaah bagaimana kebudayaan mereka di masa
lampau untuk disampaikan pada generasi mereka pada hari ini. Di samping itu, ulama dan
cendekiawan Melayu masih menjadikan beberapa naskah sebagai tumpuan atau pedoman
ilmunya. Bagi Riau, isi naskah memberikan pengaruh dewasa ini, seperti dalam bidang
agama, bahasa, sastra, hukum, sejarah, adat, dan pendidikan. Bertolak dari hal tersebut,
pemerintah Riau menggunakan naskah untuk membina dan menyatukan kembali nafas
bahasa dan budaya Melayu di Asia Tenggara, khususnya wilayah Riau dan sekitarnya

6
2.3 Jenis Naskah Kuno atau Manuskrip di Indonesia
Naskah-naskah kuno di Indonesia kurang begitu dikenal oleh masyarakatnya sendiri, \
sehingga cenderung tidak ada yang peduli terhadap warisan budaya masa lalu itu, padahal
naskah-naskah kuno mengandung manfaat dan kearifan yang besar buat generasi sekarang.
Di bawah ini diuraikan beberapa isi dari sejumlah naskah kuno koleksi Perpustakaan
Nasional yang berasal dari berbagai daerah ini, antara lain yaitu:

1. Naskah Riwayat Kota Pariaman (aksara Latin, bahasa Melayu, bahan kertas)
Naskah ini ditulis di kota Pariaman oleh Baginda Said Zakaria. Naskah terdiri atas
sepuluh bab, berisi tentang keadilan kota Pariaman, mata pencarian penduduk, upacara
kelahiran, upacara perkawinan, upacara kematian, dan upacara mendirikan rumah. Selain
itu ada uraian tentang keadaan dan bangunan masjid Batu Pasar Pariaman, riwayat hidup
Syekh Muhammad Jamil al-Khalidi (seorang tokoh agama Islam di Pariaman) dan
suasana pada saat bulan Ramadhan, termasuk 1 Syawal di kota Pariaman.
2. Naskah Asal Raja-raja Sambas (aksara Arab dan Latin, bahasa Melayu, bahan
kertas). Naskah ini berbentuk prosa. Isinya diawali kisah sejarah Raja Sapudak yang
memerintah di kota lama secara turun-temurun. Dikisahkan, Raja Fangah dari Brunei
pindah ke Sambas. Dia berputra lima orang dan masing-masing menjadi raja.
3. Kronik Maluku (aksara Arab, bahasa Melayu, bahan kertas)
Naskah ini berbentuk prosa. Isinya diawali dengan cerita keajaiban raja-raja Turki, China,
Belanda, dan negeri-negeri lain, baru kemudian berisi kronik kepulauan Maluku.
4. Babad Lombok (aksara Jawa, bahasa Jawa, bahan kertas)
Naskah ini berbentuk macapat. Berisi sejarah Lombok yang dimulai dengan cerita nabi-
nabi, sampai kekalahan Lombok oleh kerajaan Karangasem.
5. Hikayat Aceh (aksara Arab, bahasa Arab dan Aceh, bahan kertas)
Naskah ini berbentuk prosa. Berisi antara lain syair-syair pujian yang ditujukan kepada
Nabi Muhammad. Selain itu juga berisi doa-doa.
6. Naskah Bomakawya (aksara Bali, bahasa Bali, bahan lontar)
Naskah ini berbentuk prosa dan berilustrasi. Berisi kisah perang yang dahsyat antara
Kresna dan Boma.
7. Sureq Baweng atau Surat Nuri (aksara Bugis, bahasa Bugis, bahan lontar)
Naskah ini berbentuk prosa. Berisi perjalanan Sawerigading sewaktu mencari calon istri

7
yang baik, dilengkapi cerita burung nuri yang mengandung nasehat, tata cara meminang
seorang perempuan, dan sejumlah ajaran budi pekerti.
8. Naskah Carita Parahyangan (aksara Sunda Kuno, bahasa Sunda Kuno, bahan
lontar). Naskah ini berbentuk prosa, terdiri atas 45 lempir dan tiap lempir terdiri atas
empat baris tulisan. Cerita dimulai dari kisah Sang Resi Guru turun-temurun sampai raja-
raja di Jawa Barat.
9. Naskah Sajarah Banten (aksara Arab, bahasa Jawa, bahan kertas)
Naskah ini berbentuk macapat. Isinya tentang silsilah Nabi Muhammad serta
keturunannya. Diceritakan juga riwayat Sunan Gunung Jati yang menurunkan sultan-
sultan Banten.
10. Pustaha Laklak (aksara Batak, bahasa Batak, bahan kulit kayu)
Naskah ini berbentuk prosa, terdiri atas 38 halaman. Berisi kisah Tuan Saribu Raja yang
mempunyai banyak anak dan cucu. Diuraikan juga cara membuat benteng kekuatan diri,
ramalan baik dan buruk, dan sesajen yang perlu dibuat setiap hari.
11. Naskah Japar Sidik (aksara Arab, bahasa Sunda, bahan kertas)
Naskah ini berbentuk prosa. Berisi kata-kata mutiara berdasarkan ajaran agama Islam dan
alam pikiran orang Sunda, seperti manfaat bermusyawarah, hari yang baik untuk berburu
dan bepergian, perdagangan, keturunan, dan sifat-sifat terpuji.

8
2.4 Keberadaan Naskah Kuno atau Manuskrip

Sebagian besar naskah naskah kuno yang terurai di atas, sebagian ada yang berada di
Belanda, tepatnya di Universitas Leiden. Pada masa VOC dan penjajahan Belanda, mereka
melakukan pengumpulan, kemudian melakukan pencurian dan penjarahan terhadap
manuskrip-manuskrip Islam klasik untuk kepentingan mereka. Di antaranya, untuk
melanggengkan penjajahan dan menghilangkan jejak peradaban Islam dari sumbernya aslinya
di Timur Tengah. Umat Islam di Nusantara menjadi kehilangan sumber otentik
perkembangan Islam dengan dirampasnya karya-karya para ulama, Inilah yang
menyebabkan penjajahan berlangsung hingga ratusan tahun.

Keberadaan Naskah kuno atau Manuskrip selain di negeri Belanda juga tersimpan di
Perpustakaan Nasional. Manuskrip dengan huruf Jawi dan bahasa Melayu yang ada di
Perpustakaan Nasional Jakarta hanya sekitar 1.000 naskah, sedangkan yang lainnya
menggunakan huruf Arab atau bahasa Arab dengan jumlah yang lebih sedikit. Sementara di
Belanda, manuskrip Islam asal Indonesia yang ditulis dengan bahasa Jawi mencapai lebih
dari 5.000 naskah. Belum lagi manuskrip yang ditulis dengan huruf Pegon atau huruf Arab
dan bahasa Arab, jumlahnya jauh lebih banyak.

Mengembalikan secara fisik sekarang ini gampang-gampang susah, karena terkait


bentuk fisik yang sudah berumur ratusan tahun sehingga banyak bagian yang rawan rusak
jika disentuh, walaupun Dewasa ini sudah ada Konvensi Internasional tentang benda-benda
cagar budaya termasuk manuskrip dari suatu negara harus dikembalikan pada negara yang
bersangkutan, caranya dengan melakukan perundingan bilateral antar negara yang
bersangkutan. Contoh manuskrip yang sudah dikembalikan secara fisik ke Indonesia adalah
Kitab Negara Kertagama. Kitab ini diambil Belanda pada saat perang Lombok. Contoh lain
adalah Arca Pradnya Paramitha dari zaman Singasari yang paling bagus juga sudah
dikembalikan. Pelana kuda Pangeran Diponegoro juga sudah dikembalikan ke tanah air oleh
Belanda, termasuk satu peti cincin dan emas berlian dari Lombok juga sudah kembali. Jika
pengembalian secara fisik riskan rusak, pemerintah bisa melakukan upaya dokumentasi
dengan microfilm secara digital.

9
Perpustakaan Nasional sudah melakukan dokumentasi sebagian dengan merekam
dalam microfilm. Saat terjadi tsunami di Aceh, juga banyak naskah-naskah asli Aceh yang
hilang, karenanya, saat ini dilakukan upaya dokumentasi menggunakan microfilm digital
terhadap naskah-naskah yang tersisa. Untungnya, di sebuah Pesantren di Kawasan Tanobe,
NAD, masih tersimpan 2.000 lebih naskah klasik dari abad 13 sampai 19 karya ulama-ulama
Aceh, dan Timur Tengah. Untuk proses penyelamatan ini, seharusnya dilakukan oleh Pemda
setempat. Jika tak sanggup bisa melakukan kerjasama dengan lembaga- universitas. Di Jawa
Barat, sudah mulai dilakukan katalogus naskah-naskah klasik sejak zaman batu sampai abad
19 yang berbahasa Sunda atau bahasa lainnya yang ada di berbagai negara. Dikumpulkan, di
katalogus, di buat microfilmnya dan bisa dipelajari kembali saat ini. Malaysia juga sudah
membuatnya, demikian juga dengan Sulawesi Selatan. Harus ada gerakan penyelamatan
manuskrip kuno, termasuk manuskrip Islam secara nasional.

10
BAB III
KESIMPULAN
Sejarah merupakan sesuatu yang memiliki nilai berharga bagi sebuah bangsa. Bangsa
yang besar adalah bangsa yang mampu menghargai sejarah karena sejarah mampu
memberikan pembelajaran. Sejarah sebagai saksi atau bukti perjalanan dari sebuah bangsa
tidak hanya menyuguhkan kenangan, tetapi juga sebagai sebuah pedoman hidup untuk masa
kini dan masa yang akan datang. Sebagai suatu pedoman, tentunya sejarah bangsa adalah
hasil penggalian kembali dari nilai nilai luhur yang telah dilakukan oleh bangsa yang
bersangkutan. Oleh karena itu tidak jarang dari tulisan sejarah akan diperoleh nilai kearifan
dari suatu bangsa, dan karakter bangsa secara sekaligus.

Manuskrip atau naskah kuno merupakan salah satu peninggalan budaya yang menjadi
khazanah setiap bangsa di dunia. Zaman dulu dikenal dengan budaya menulis yang kuat dan
kental. Hasil dari tulisan-tulisan tangan atau diketik tersebut lah yang menjadi dokumen yang
disebut manuskrip. Menurut UU Cagar Budaya No. 5 Tahun 1992 pada Bab I pasal 2
disebutkan bahwa naskah kuno atau manuskrip merupakan dokumen dalam bentuk apapun
yang ditulis tangan atau diketik yang belum dicetak atau buku tercetak yang berumur 50
tahun lebih.

Manuskrip bisa berisi suasana pemikiran yang termasuk kehidupan budaya bangsa,
dapat mencakup berbagai bidang, seperti : filsafat, keagamaan, pengobatan, masalah-
masalah teknis pembangunan rumah tinggal, pengadaan tanah ladang, dan berbagai jenis
ketrampilan dan keahlian,yang menyangkut kehidupan berbangsa secara menyeluruh.Hasil
pemikiran dalam manuskrip tersebut, tentu meberikan sumbang sih kepada berbagai bidang
ilmu pengetahuan, seperti : sastra dan bahasa, kedokteran, kemasyarakatan, keagamaan,
moral, hukum adat, arsitektur, dan lain-lain yang berguna dalam kehidupan bangsa
seutuhnya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Dudung Abdurahman. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Hamid Hasan. 1985. Pengajaran sejarah antara Harapan dan Kenyataan. Makalah. Seminar
Sejarah Nasional di Yogyakarta.

Ibrahim Alfian, dkk. 1984. Bunga Rampai Metode Penelitian Sejarah. Yogyakarta:LERES
IAIN Sunan Kalijaga.

Kuntowijoyo. 1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Pt. Tiara Wacana.

Widya, I Gde. 1989. Pengantar Ilmu Sejarah dalam Perspektif Pendidikan. Semarang: Satya
Wacana.

W.J.S. Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

12

Anda mungkin juga menyukai