Anda di halaman 1dari 6

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN MODUL 1.

1 FILOSOFI
PENDIDIKAN KI HADJAR DEWANTARA
Sabtu,02 September 2023

Pada kesempatan ini saya Imam Fathul Ghozi Calon Guru Penggerak
angkatan 9 dari SDN Garon Kec.Kawedanan, Kab. Magetan disini saya akan
menuliskan tentang jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 1.1 tentang Filosofi
Pendidikan Ki Hadjar Dewantara. Jurnal refleksi Dwi Mingguan adalah sebuah
tulisan tentang refleksi diri setelah mengikuti sebuah kegiatan pelatihan
(upgrading skill) yang ditulis secara rutin setiap dua mingguan. Jurnal dwi
mingguan merupakan salah satu tugas yang harus dibuat oleh setiap calon guru
penggerak. Dan ini sudah menjadi kewajiban yang harus dilakukan oleh para
CGP (Calon Guru Penggerak) untuk membuatnya.
Kali ini saya akan menulis mengenai refleksi saya tentang kegiatan
pembelajaran Daring yang sudah dilakukan pada Modul 1.1 Tentang Filosofi
Pemikiran Ki Hadjar Dewantara. Dalam menulis jurnal refleksi ini saya
menggunakan model 1 yaitu model 4F (1. Fact; 2. Feeling; 3. Findings; dan 4.
Future), yang diprakarsai oleh Dr. Roger Greenaway. 4F dapat diterjemahkan
menjadi 4P (1. Peristiwa; 2. Perasaan; 3. Pembelajaran; dan 4. Penerapan).

1. Facts (Peristiwa)
Pada tanggal 16 Agustus 2023 CGP Angkatan 9 resmi dibuka oleh
Kemendikbudristek yaitu Bapak Nadiem Makarim,B.A.,M.B.A. dan Dirjen
GTK melalui zoom yang diikuti CGP Angkatan 9 se Indonesia. Pembukaan
juga diisi oleh Kepala Balai Guru Penggerak. Beliau menyampaikan bahwa
selama mengikuti diklat guru penggerak diharap para CGP jangan sampai
berhenti di tengah jalan karena Bapak/Ibu adalah guru-guru pilihan. Jangan
dijadikan alasan karena kendala-kendala yang dapat menghambat proses
belajar. Setelah kegiatan zoom meeting seluruh CGP Angkatan 9 wajib
mengikuti kegiatan-kegiatan serta pelatihan-pelatihan yang ada di LMS,
kegiatan pertama adalah kegiatan pree test yang dilaksanakan pada
tanggal 16-18 Agustus 2023.
Pada tanggal 1 & 2 September 2023 diadakan Lokakarya Orientasi
secara daring dimulai pukul 13.00 - 16.15 WIB. Dengan bimbingan Ibu Sri
Mulyanti,S.Pd, Bapak Basuki Arif Setiawan,S.Pd.SD.,M.Pd, dan Ibu Susi
Latifah, S.Pd selaku Pengajar Praktik, Lokakarya Orientasi sungguh sangat
menyenangkan dan merupakan kesempatan pertama bagi saya menimba
ilmu di pelatihan guru penggerak menuju tahap-tahap pelatihan berikutnya.
Semoga saya dapat dapat menyelesaikan program CGP-9 ini dengan lancar.
Ketiga pengajar praktik sangat menyenangkan dalam memberikan
pemahaman materi, bahkan memberikan dorongan semangat kepada CGP-9
agar senantiasa belajar dengan penuh bahagia.
Dua pekan sudah saya lewati mulai 16 Agustus s/d 2 September
2023 saya menambah wawasan, mengasah kemampuan melalui LMS
tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional -Ki Hadjar Dewantara.
Adapun serangkaian kegiatan yang dipelajari dalam LMS, adalah mulai dari
diri & eksplorasi konsep (21 Agustus 2023), Ruang kolaborasi (23 dan 24
Agustus 2023), demonstrasi kontekstual (28 Agustus 2023), elaborasi
pemahaman (30 agustus 2023) yang diadakan melalui Google Meet
tentang pemahaman secara mendalam konsep dasar pemikiran Filosofis Ki
Hajar Dewantara dan relevansinya dengan pendidikan abad 21, koneksi
antar materi (4 Agustus 2023) (kesimpulan dan refleksi), serta aksi nyata
yang telah saya lakukan.
2. Feeling (Perasaan)
Dua minggu sudah berlalu dalam mengikuti beberapa kegiatan
Pendidikan Guru Penggerak, yang saya rasakan di awal mengikuti kegiatan
pendidikan ini adalah perasaan Bangga karena bisa mengikuti kegiatan
Calon Guru Penggerak dan diberi kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kompetensi diri dan diberi kesempatan untuk ikut
berperan dalam perubahan pendidikan.selain itu juga ada rasa ragu tidak
bisamengikuti kegiatan dengan baik karena benturan kegiatan sekolah,
terkadang muncul perasaan merasa minder karena melihat kecakapan
teman-teman calon guru penggerak yang hampir mayoritas hebat-hebat.
Namun saya punya semangat untuk belajar dan berkembang sehingga saya
percaya diri dengan bekal keinginan yang kuat saya mampu untuk dapat
menyelesaikan Program Guru Penggerak ini dengan baik.
Dalam kegiatan pendidikan ini banyak ilmu yang saya peroleh selama
menjalani dua pekan mengikuti pendidikan guru penggerak ini, mulai dari
bagaimana menjadi pendidik yang seharusnya, bagaimana pendidik harus
menghamba pada anak, mendesain strategi dan metode pembelajaran dalam
mewujudkan pemikiran KHD-“, mendidik anak sesuai dengan kodrat alam
dan kodrat zaman, dengan tetap menjaga sosio kultural budaya yang ada.
Serangkaian kegiatan yang ada di dalam platform LMS menyadarkan saya
bahwa apa yang saya miliki saat ini tentang pendidikan dan pengajaran jauh
dari konsep dasar pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara. Kegiatan
mempelajari modul secara mandiri melalui LMS merupakan upaya
memandirikan diri dalam belajar. Dengan mempelajari modul ini saya
berharap bisa menjadi pemimpin pendidikan dan penggerak menuju
tansformasi pendidikan yang sesuai dengan zaman dan berlandaskan jati
diri bangsa. Menjadi seorang pendidik yang tergerak, bergerak dan
menggerakkan.
Namun saat ini mulai perlahan saya berupaya menerapkan konsep dasar
pemikiran filosofis Ki Hajar Dewantara dalam pembelajaran di ruang kelas.
Saya merasa berdosa jika saya tidak tulus mencintai anak didik dalam proses
menuntun. Sesekali jika ada anak yang bermain-main dikelas tidak serta
merta saya memarahi. Namun saya mengarahkannya untuk hal-hal yang
positif, menyenangkan dan menunjang pembelajaran.
3. Findings (Pembelajaran)
Dari pembelajaran ini saya menemukan hal-hal baru, yang
sebelumnya kurang saya pahami sebelumnya yaitu tentang filosofis Ki
Hajar Dewantara. Saya mendapat ilmu-ilmu baru yang sangat saya perlukan
untuk meningkatkan kompetensi saya sebagai seorang pendidik. Melalui 6
Dasar pemikiran ki hajar Dewantara saya merasa mendapat bekal yang
tidak ternilai harganya.
Sebagai seorang pendidik saya harus menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun anggota
masyarakat dengan mengacu pada trilogi pendidikan yaitu ing ngarso sung
tulodo, ing madya mangun karso dan tut wuri handayani.
Saya menyadari bahwa anak memiliki kodrat merdeka, oleh karena itu
saya harus memberikan kemerdekaan kepada anak-anak untuk
menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan minat, bakat , dan
kreatifitasnya agar mereka dapat mengembangkan potensi yang ada
didalam dirinya.
Sebagai pendidik saya harus senantiasa menghamba kepada anak atau
dengan kata lain berpihak pada mereka.menjadikan mereka subyek bukan
obyek. Saya juga harus memandang murid bukanlah kertas yang bisa
digambar sesuai kemauan saya , karena mereka lahir dengan kodrat yang
samar. Tugas kita adalah menebalkan garis-garis samar itu agar dapat
memperbaiki lakunya untuk menjadi manusia seutuhnya. Menerapkan budi
pekerti yang luhur merupakan keharusan yang tidak terbantahkan dengan
cara mengintegrasikan setiap proses pembelajaran dengan pencapaian
profil pelajar Pancasila yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, dan berakhlak mulia, berkebinekaan global, bergotong royong, mandiri
, bernalar kritis dan kreatif.
Sebagai seorang pendidik diibaratkan seorang petani yang menanam
jagung misalnya. Hanya dapat menuntun tumbuhnya jagung tersebut,
memperbaiki kondisi tanah, memelihara tanaman jagung , memberi pupuk
dan air, membasmi ulat-ulat dsb. Agar tanaman itu tumbuh dengan subur
dan menghasilkan buah yang berkualitas tinggi.
Seperti Pemikiran Ki Hajar Dewantara (KHD-2009) tentang pendidikan
dan pengajaran (“pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan
dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup
bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya” ini
artinya pendidikan merupakan suatu usaha yang berfokus pada proses atau
usaha pembentukan mental dan karakter suatu bangsa sesuai dengan
lingkungannya.\
Artinya setiap anak sudah memiliki bakat dan potensinya masing-
masing. Selain itu, berdasarkan filosofis pendidikan yang disampaikan oleh
Ki Hajar Dewantara, kita harus memandang anak sebagai individu yang unik.
Setiap anak punya ciri belajarnya masing-masing, sehingga kita sebagai
pendidik harus melaksanakan pembelajaran yang berdiferensiasi.
4. Future (Penerapan)
Pembelajaran Modul 1.1 tentang Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional
- Ki Hajar Dewantara ini, memotivasi saya untuk berupaya melakukan hal-
hal terbaik dalamproses pendidikan dan pengajaran agar tujuan pendidikan
bisa tercapai seiring dan selaras dengan konsep dasar pemikiran filosofis Ki
Hajar Dewantara. Seperti : Mengubah metode dan model pembelajaran di
kelas yang dulu saya selalu memberi batasan-batasan dalam tugas, kini siswa
bisa menyelesaikan tugas sesuai kreatifitasnya akan tetapi tetap sesuai
dengan materi. Mengubah pandangan bahwa anak bukan seperti kertas
putih kosong melainkan tabula rasa ( samar-samar sudah ada goresan dan
tugas pendidik mempertebal lakunya) Mengubah cara pandang terhadap
anak yang semula berorientasi pada nilai menjadi berorientasi pada proses.
Merancang dan melakukan asessmen diagnostik awal untuk mengetahui
profil anak. Merancang pembelajaran sesuai dengan hasil asessmen
diagnostik awal yang telah dilakukan. Membuat kesepakatan di awal
pembelajaran. Melaksanakan pembelajaran yang berinovasi dengan metode
berkolaborasi, mandiri dan menyenangkan bagi peserta didik sehingga
pendidikan berpusat pada peserta didik.

Anda mungkin juga menyukai