Tugas Mata Kuliah Teknologi Aneka Ternak
Tugas Mata Kuliah Teknologi Aneka Ternak
Kelompok 2 :
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2024
I. PENDAHULUAN
manusia. Fosil kelinci yang ditemukan di berbagai wilayah, seperti Eropa Selatan dan
Semenanjung Iberia, menunjukkan interaksi manusia dan kelinci liar sudah terjalin sejak era
Paleolitikum Akhir, sekitar 19.000 hingga 8.000 tahun Sebelum Masehi. Para pemburu purba
memanfaatkan kelinci liar sebagai sumber makanan. Domestikasi kelinci diperkirakan terjadi
sekitar 1.500 tahun Sebelum Masehi di wilayah Laut Tengah, khususnya oleh bangsa Romawi
dan Fenisia.
Seiring berjalannya waktu, kelinci terus dipelihara dan dikembangkan untuk berbagai
keperluan. Pada era Romawi Kuno, kelinci dibudidayakan sebagai hewan pedaging. Bulu
kelinci juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti pembuatan pakaian dan aksesoris.
Di Mesir Kuno, kelinci dianggap sebagai hewan suci dan seringkali digambarkan dalam
hieroglif.
Kelinci terus menyebar ke berbagai penjuru dunia dibawa oleh para pedagang dan
penjelajah. Di Eropa, kelinci diburu secara intensif untuk diambil daging dan bulunya.
Budidaya kelinci secara intensif mulai berkembang pesat pada abad pertengahan, khususnya
Saat ini, kelinci dibudidayakan secara luas di seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Populasi kelinci di Indonesia terus meningkat, didorong oleh permintaan yang tinggi terhadap
daging dan bulu kelinci. Selain itu, kelinci juga berperan penting dalam penelitian ilmiah
sebagai hewan model untuk mempelajari berbagai penyakit dan mekanisme genetik.
Namun, populasi kelinci yang ada saat ini umumnya merupakan hasil persilangan antar
individu yang beragam secara genetik. Hal ini berdampak pada variasi sifat-sifat yang dimiliki
oleh kelinci tersebut. Dalam dunia peternakan, kondisi ini dapat menjadi tantangan. Peternak
menginginkan kelinci yang memiliki sifat unggul secara konsisten, seperti pertumbuhan yang
cepat, produksi daging yang tinggi, kualitas bulu yang baik, dan ketahanan terhadap penyakit.
Peningkatan permintaan terhadap kelinci ras: Kelinci ras memiliki sifat-sifat unggul
yang diinginkan oleh peternak, seperti pertumbuhan yang cepat, produksi daging yang tinggi,
dan ketahanan terhadap penyakit. Kemurnian genotip sangat penting untuk memastikan bahwa
kelinci ras memiliki sifat-sifat unggul tersebut secara konsisten. Kelinci kelinci yang memiliki
darah murni tersebut sangat baik untuk dijadikan sebagai pacek. Selain itu langkah pemurnian
dapat dilakukan sebagai langkah Konservasi spesies: Kelinci liar terancam punah oleh
habitatnya yang semakin berkurang. Meningkatkan kemurnian genotip kelinci liar dapat
Populasi kelinci yang ada saat ini umumnya merupakan hasil persilangan antar individu
yang beragam secara genetik. Keragaman genetik ini muncul dari proses domestikasi yang
panjang, di mana kelinci liar dari berbagai wilayah geografis dikawinkan untuk menghasilkan
galur-galur baru. Selain itu, pertukaran kelinci antar peternak dan introduksi galur baru dari
Bagi peternak, variasi genetik yang tinggi dapat menjadi tantangan. Peternak
menginginkan kelinci yang memiliki sifat unggul secara konsisten, seperti pertumbuhan yang
cepat, produksi daging yang tinggi, kualitas bulu yang baik, dan ketahanan terhadap penyakit.
Namun, pada populasi dengan variasi genetik yang tinggi, sifat-sifat tersebut dapat bervariasi
antar individu. Hal ini mempersulit peternak dalam memprediksi hasil panen dan mencapai
Populasi kelinci yang ada saat ini umumnya merupakan hasil persilangan antar individu yang
beragam secara genetik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti:
• Domestikasi dari populasi liar: Kelinci yang pertama kali didomestikasi berasal dari
antar kelinci liar dengan kelinci yang sudah didomestikasi, serta antar ras kelinci yang
berbeda.
Keragaman genetik pada populasi kelinci dapat berdampak pada variasi sifat-sifat yang
dimiliki oleh kelinci tersebut. Dalam dunia peternakan, kondisi ini dapat menjadi tantangan.
Peternak menginginkan kelinci yang memiliki sifat unggul secara konsisten, seperti:
• Pertumbuhan yang cepat: Peternak daging menginginkan kelinci yang dapat mencapai
• Produksi daging yang tinggi: Daging kelinci yang dihasilkan diharapkan memiliki
• Kualitas bulu yang baik: Peternak bulu menginginkan kelinci yang menghasilkan bulu
• Ketahanan terhadap penyakit: Kelinci yang tahan terhadap penyakit akan mengurangi
Secara umum kelinci dikembangkan sesuai dengan tujuan produksi, yaitu sebagai
penghasil daging (New Zealand White, Flemish Giant dan Californian), daging dan kulit-
rambut (Rex dan Satin) serta hias (Hotot, Dwarf, Lop, dan Lion). Peternak kelinci di Kabupaten
Flemish Giant, English Spot, dan New Zealand White. Pentingnya Meningkatkan Kemurnian
keseluruhan informasi genetik yang dimiliki oleh suatu individu dan menentukan sifat-sifat
yang dimilikinya. Genotip tersusun atas gen-gen yang berada di lokasi tertentu pada
kromosom. Setiap gen memiliki dua versi yang disebut alel. Individu bisa memiliki dua alel
yang sama untuk suatu gen (homozigot) atau dua alel yang berbeda (heterozigot).
Kemurnian genotip berkaitan dengan proporsi alel homozigot yang dimiliki oleh suatu
individu. Semakin tinggi proporsi alel homozigot, maka genotip tersebut dikatakan semakin
murni.
Genotip adalah keseluruhan informasi genetik yang dimiliki oleh suatu individu.
Informasi ini tersimpan dalam bentuk DNA dan menentukan sifat-sifat yang dimiliki oleh
individu tersebut. Genotip tersusun atas gen-gen yang berada di lokasi tertentu pada kromosom.
Setiap gen memiliki dua versi yang disebut alel. Individu bisa memiliki dua alel yang sama
untuk suatu gen (homozigot) atau dua alel yang berbeda (heterozigot).
Kemurnian genotip berkaitan dengan proporsi alel homozigot yang dimiliki oleh suatu
individu. Semakin tinggi proporsi alel homozigot, maka genotip tersebut dikatakan semakin
murni. Kemurnian genotip mengacu pada proporsi alel homozigot pada suatu individu.
Individu dengan genotip murni memiliki alel yang sama pada kedua lokus gen. Meningkatkan
sistem kekebalan tubuh yang lebih kuat dan lebih tahan terhadap penyakit.
lebih jauh.
Meningkatkan kemurnian genotip pada kelinci memiliki banyak keuntungan. Berbagai metode
dapat digunakan untuk meningkatkan kemurnian genotip, dan metode yang paling tepat
ternak mereka. Banyaknya permintaan pasar kepada ternak kelinci baik dari produksi kelinci
hias atau kelinci pedaging. Peternak kelinci memilih jenis kelinci yang terbaik untuk
dikembangkan. Adapun menurut Yurmiati (2003) lima potensi yang bisa dihasilkan dari seekor
kelinci, yakni makanan(food), kulit bulu (fur), binatang hias (fancy), pupuk (fertilizer), dan
penelitian (laboratory).
BAB II. PEMBAHASAN
tertentu. Misalnya, gen untuk warna bulu pada kelinci dapat memiliki alel untuk
bulu hitam dan alel untuk bulu putih. Sedangkan, genotipe adalah kombinasi
alel yang dimiliki oleh sebuah individu untuk karakteristik tertentu. Contohnya,
genotipe untuk warna bulu pada kelinci bisa saja berupa BB (homozigot
akan memiliki fenotipe berbulu putih. Alel, sebagai unit dasar dari pewarisan
genetik, merujuk pada beragam versi atau varian dari suatu gen yang
bulu hitam dan alel untuk bulu putih, menunjukkan variasi dalam ekspresi
fenotipik. Genotipe, di sisi lain, mengacu pada kombinasi spesifik dari alel yang
untuk warna bulu pada kelinci bisa mengambil bentuk homozigot dominan
bb), mewakili kombinasi alel yang mendasari. Fenotipe, sebagai hasil dari
interaksi kompleks antara genotipe dan lingkungan, adalah manifestasi fisik dari
organisme.
yang diungkapkan oleh ahli botani Austria, Gregor Mendel, pada abad ke-19.
Prinsip-prinsip ini berlaku untuk berbagai organisme termasuk kelinci. Ada tiga
1. Hukum Segregasi
Menurut hukum segregasi, dalam reproduksi seksual, pasangan alel dari gen-gen yang
mengontrol satu karakteristik tertentu dipisahkan secara acak ke dalam sel-sel reproduksi
(gamet) yang dihasilkan oleh individu yang heterozigot. Artinya, alel-alel yang ada pada
sepasang kromosom homolog akan dipisahkan selama pembentukan gamet, sehingga setiap
2. Hukum Penguatan
Hukum penguatan menyatakan bahwa ketika dua alel yang berbeda untuk suatu
karakteristik ditemukan pada suatu individu, alel dominan akan menentukan fenotipe individu
tersebut, sedangkan alel resesif akan tersembunyi. Ini berarti jika individu memiliki satu alel
dominan dan satu alel resesif untuk suatu karakteristik, fenotipenya akan didominasi oleh alel
dominan.
dipengaruhi oleh penurunan karakteristik lainnya. Dalam kata lain, alel-alel untuk karakteristik
yang berbeda akan dipisahkan dan diwariskan secara independen satu sama lain.
Dalam konteks kelinci, prinsip-prinsip hukum Mendel dapat memberikan gambaran yang
jelas tentang cara pewarisan sifat-sifat tertentu, seperti warna bulu, pola bulu, dan bentuk
telinga, dapat dijelaskan. Sebagai contoh, ketika kita memperhatikan kelinci dengan alel
homozigot dominan (misalnya, BB) yang menghasilkan warna bulu hitam, dan kelinci dengan
alel homozigot resesif (misalnya, bb) yang memiliki bulu putih, hukum Mendel memprediksi
bahwa semua keturunan dari persilangan kedua kelinci tersebut akan memiliki genotipe
heterozigot (Bb) dan secara fenotipik menampilkan bulu berwarna hitam. Hal ini karena alel
hitam dominan atas alel putih dalam menentukan warna bulu pada kelinci, sesuai dengan
prinsip hukum penguatan. Dengan demikian, pengamatan pada kelinci memberikan contoh
konkret tentang bagaimana prinsip-prinsip pewarisan sifat yang ditemukan oleh Mendel masih
Efek inbreeding adalah hasil dari praktik kawin silang antara individu yang
memiliki hubungan kekerabatan dekat, seperti saudara atau sepupu. Inbreeding dapat
1. Homozigositas
populasi. Hal ini terjadi karena dalam inbreeding, individu-individu yang terkait
secara genetis memiliki probabilitas yang lebih tinggi untuk mewarisi alel-alel
yang sama dari leluhur yang sama. Dengan kata lain, semakin dekat hubungan
2. Heterozigositas
populasi. Heterozigositas mengacu pada keberadaan dua alel yang berbeda pada
variasi genetik terjadi karena alel-alel yang berbeda yang mungkin ada dalam
populasi dapat terkurangi karena pengulangan gen yang sama dari leluhur yang
sama. Oleh karena itu, semakin tinggi tingkat inbreeding dalam populasi,
suatu lokus berasal dari leluhur yang sama karena efek inbreeding. Koefisien
lokus dalam individu yang terkait secara kekerabatan berasal dari nenek
individu. Salah satu metode yang umum digunakan adalah melalui pendekatan
F=∑(0.5)n
Di mana:
:
1. Identifikasi jalur keturunan dari individu yang ditinjau ke leluhur bersama.
jumlahkan hasilnya.
homozygositasi dalam populasi. Oleh karena itu, koefisien inbreeding adalah alat yang
penting dalam pemuliaan untuk menghindari akumulasi alel resesif yang tidak
diinginkan atau untuk mengukur tingkat hubungan kekerabatan dalam suatu populasi.
2.2 Penerapan Inbreeding pada Kelinci Pedaging
Perkembangan teknologi genomik dan pengaruhnya terhadap inbreeding. Aspek etika dan
sosial dalam penggunaan inbreeding pada kelinci pedaging. Dalam program inbreeding untuk
meningkatkan kemurnian genotip pada kelinci pedaging, pemilihan tetua menjadi langkah
krusial yang menentukan keberhasilan. Tetua yang dipilih akan mewariskan sifat-sifat
genetiknya kepada keturunannya, sehingga pemilihan yang tepat sangat berpengaruh pada
performa dan kualitas kelinci pedaging yang dihasilkan. Berikut beberapa faktor yang perlu
1. Genotip Tetua:
• Identifikasi alel unggul: Langkah awal yang penting adalah mengidentifikasi alel-alel
yang terkait dengan sifat-sifat unggul pada kelinci pedaging. Sifat unggul tersebut bisa
berupa pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang efisien, kualitas daging yang
baik, dan ketahanan terhadap penyakit tertentu. Pengetahuan tentang alel-alel ini akan
membantu dalam memilih tetua yang memiliki genotip murni untuk sifat-sifat tersebut.
teoritis. Dengan menelusuri riwayat kawin silang pada pedigree, kita dapat melihat
apakah tetua berasal dari program pemuliaan yang terarah dan memiliki kemungkinan
dipertimbangkan. Data performa ini mencakup informasi seperti bobot badan harian,
umur potong, kualitas karkas, dan tingkat konversi pakan. Data ini dapat memberikan
gambaran tentang ekspresi fenotipik dari genotip tetua. Pilihlah tetua yang tidak hanya
memiliki pedigree yang baik, tetapi juga menunjukkan performa yang unggul secara
aktual.
penanda genetik (genetic marker) dan pensekuensan DNA (DNA sequencing) dapat
dimanfaatkan untuk mengetahui genotip tetua secara langsung. Melalui teknologi ini,
kita dapat mengidentifikasi alel-alel yang dimiliki oleh tetua secara lebih akurat
dibandingkan dengan analisis pedigree semata. Salah satu nya menggunakan teknik
pula bahwa Indonesia merupakan salah satu pusat domestikasi ayam di dunia setelah
2. Fenotipe Tetua:
Sesuai Standar Ideal: Fenotipe tetua harus sesuai dengan standar ideal kelinci pedaging.
Hal ini meliputi pertumbuhan yang cepat, penampilan yang sehat, bobot badan yang optimal
pada umur potong, dan karakteristik daging yang baik seperti warna, tekstur, dan marbling.
Pemilihan tetua berdasarkan fenotipe yang baik akan meningkatkan probabilitas untuk
Kesehatan dan Kebugaran: Pastikan tetua yang dipilih dalam kondisi kesehatan yang
baik dan memiliki tingkat kebugaran yang tinggi. Tetua yang sakit atau memiliki kondisi
genetik yang merugikan tidak akan dapat memaksimalkan performanya sebagai tetua dan
3. Keragaman Genetik:
untuk meningkatkan kemurnian genotip, penting untuk tetap menjaga keragaman genetik pada
tingkat yang optimal. Hal ini karena penurunan keragaman genetik yang terlalu drastis dapat
menyebabkan efek samping inbreeding yang merugikan, seperti penurunan daya tahan tubuh,
cacat bawaan, dan penurunan fertilitas. penting untuk mencapai keseimbangan antara
kemurnian dan keragaman genetik dalam program inbreeding. Peternak perlu menerapkan
strategi yang tepat untuk menjaga keragaman genetik pada tingkat yang optimal, sehingga
dapat memaksimalkan manfaat inbreeding untuk meningkatkan kualitas kelinci pedaging tanpa
Pemilihan Tetua dari Garis Keturunan Berbeda: Untuk menjaga keragaman genetik,
pilihlah tetua yang berasal dari garis keturunan yang berbeda. Dengan demikian, kemungkinan
tetua memiliki alel yang sama untuk suatu gen (homozigot) menjadi lebih rendah. Hal ini dapat
yang terlalu dekat. Semakin dekat hubungan kekerabatan tetua, maka semakin tinggi tingkat
homozigositas pada keturunannya. Hal ini dapat mempercepat munculnya alel resesif yang
keturunan tetua untuk melacak alel yang mungkin mereka bawa. Informasi ini dapat diperoleh
dari catatan peternakan atau melalui analisis pedigree. Dengan mengetahui alel yang ada pada
tetua, kita dapat memprediksi kemungkinan genotip pada keturunannya dan menghindari
Pure line, atau galur murni, merupakan populasi ternak yang secara genetik identik
(homozigot) untuk semua lokus gen. Dalam dunia peternakan kelinci pedaging, pembuatan
pure line bertujuan untuk mendapatkan populasi kelinci dengan sifat-sifat unggul yang
konsisten. Berikut skema umum untuk pembuatan pure line pada kelinci pedaging:
• Identifikasi Sumber: Langkah awal adalah memilih populasi dasar untuk program
pembuatan pure line. Sumber ini bisa berasal dari populasi kelinci pedaging yang sudah
ada di peternakan, hasil introduksi dari breeder terpercaya, atau galur yang sudah relatif
• Kriteria Seleksi: Pilih individu dalam populasi dasar yang menunjukkan fenotipe ideal
untuk kelinci pedaging, seperti pertumbuhan yang cepat, kualitas daging yang baik, dan
ketahanan terhadap penyakit tertentu. Selain itu, pilih individu yang sedapat mungkin
berasal dari garis keturunan yang berbeda untuk meminimalkan resiko efek samping
inbreeding.
• Persilangan Individu dengan Hubungan Kekerabatan Dekat: Inti dari pembuatan pure
memiliki hubungan kekerabatan dekat, seperti saudara sekandung (full-sib mating) atau
parent-offspring mating.
• Seleksi Keturunan: Setelah proses perkawinan, lakukan seleksi ketat pada keturunan
yang dihasilkan. Pilih individu yang paling sesuai dengan kriteria seleksi, baik dari segi
genetik).
• Pengulangan Inbreeding dan Seleksi: Lakukan inbreeding dan seleksi secara berulang
semakin homogen secara genetik dan sifat-sifat unggul yang diinginkan akan semakin
terekondisi.
program pembuatan pure line. Amati adanya perubahan fenotipe dan performa pada
setiap generasi.
• Deteksi dan Penanganan Efek Samping Inbreeding: Waspadai efek samping inbreeding
yang merugikan, seperti penurunan daya tahan tubuh, cacat bawaan, dan penurunan
fertilitas. Jika efek samping tersebut muncul secara signifikan, mungkin perlu
dilakukan penyesuaian strategi pemuliaan atau introduksi individu baru dari luar
• Pemeliharaan Kesehatan: Jaga kesehatan populasi pure line dengan menerapkan praktik
pemeliharaan yang baik, termasuk kebersihan kandang, pemberian pakan yang bergizi,
pembuatan pure line dapat memanfaatkan teknologi molekuler seperti penanda genetik
(genetic marker) atau DNA sequencing. Teknologi ini dapat membantu dalam
• Outcrossing Terkendali: Setelah pure line terbentuk, untuk menghindari efek samping
individu dari pure line lain yang memiliki sifat unggul yang berbeda. Hal ini dapat
line.
• Konservasi Pure Line: Pure line yang dihasilkan perlu dipelihara dengan baik dan
Skema pembuatan pure line pada kelinci pedaging menawarkan potensi untuk
mendapatkan populasi kelinci dengan sifat-sifat unggul yang konsisten. Namun, program ini
membutuhkan perencanaan yang matang, penerapan teknik pemuliaan yang tepat, dan
Kelinci pedaging dengan genotip murni memiliki beberapa ciri khas yang
membedakannya dari kelinci pedaging biasa. Ciri-ciri ini dapat diamati secara fisik,
performanya, dan melalui analisis DNA. Berikut beberapa ciri-ciri utama kelinci pedaging
Ciri Fisik:
seperti warna bulu, bentuk tubuh, dan ukuran telinga yang konsisten dalam satu
populasi.
• Keterampilan: Kelinci pedaging murni memiliki performa yang unggul dalam hal
pertumbuhan yang cepat, konversi pakan yang efisien, dan ketahanan terhadap penyakit
tertentu.
• Reproduksi: Kelinci pedaging murni memiliki tingkat fertilitas yang tinggi dan
Performa:
cepat dan mencapai bobot potong ideal dalam waktu yang relatif singkat.
pakan menjadi daging dengan efisien, sehingga membutuhkan lebih sedikit pakan
• Kualitas Daging: Kelinci pedaging murni memiliki kualitas daging yang baik, seperti
tekstur yang kenyal, rasa yang lezat, dan kandungan lemak yang rendah.
Analisis DNA:
• Homozigositas: Kelinci pedaging dengan genotip murni memiliki alel yang sama untuk
semua lokus gen (homozigot). Hal ini dapat diidentifikasi melalui analisis DNA
menggunakan teknik seperti PCR (Polymerase Chain Reaction) atau DNA sequencing.
• Penanda Genetik: Kelinci pedaging dengan genotip murni dapat diidentifikasi dengan
menggunakan penanda genetik (genetic marker) yang spesifik untuk sifat-sifat unggul
yang diinginkan.
Kelinci pedaging dengan genotip murni memiliki beberapa ciri khas yang
membedakannya dari kelinci pedaging biasa. Ciri-ciri ini dapat diamati secara fisik,
performanya, dan melalui analisis DNA. Genotip murni menawarkan potensi untuk
mendapatkan kelinci pedaging dengan kualitas yang konsisten dan unggul, sehingga
2.2.2. Inbreeding: Pisau Bermata Dua dalam Pembuatan Galur Murni Kelinci Pedaging
peternakan. Di satu sisi, inbreeding menawarkan jalan pintas untuk mencapai genotip homogen
pada galur murni kelinci pedaging. Hal ini memungkinkan fiksasi sifat-sifat unggul secara lebih
cepat dan efisien. Namun di sisi lain, inbreeding juga membawa konsekuensi yang merugikan
bagi kesehatan dan performa kelinci pedaging jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu,
penting untuk memahami dampak inbreeding secara menyeluruh dan menerapkan strategi
Inbreeding pada dasarnya meningkatkan frekuensi alel identik pada lokus gen. Kelinci
hasil perkawinan sedarah memiliki kemungkinan lebih besar untuk mewarisi alel yang sama
dari induk dan bapaknya. Hal ini mendorong tercapainya genotip homozigot, yang menjadi
• Fiksasi Sifat Unggul: Dengan genotip homozigot, peternak dapat ‘menggembok’ sifat-
sifat unggul yang diinginkan pada galur murni. Misalnya, inbreeding dapat membantu
memfiksasi alel untuk pertumbuhan cepat, konversi pakan efisien, dan kualitas daging
yang baik. Hal ini membuat galur tersebut konsisten menghasilkan keturunan dengan
sifat-sifat tersebut.
dapat dengan mudah mengidentifikasi individu yang membawa alel unggul dan
melakukan seleksi dengan tingkat keakuratan yang lebih tinggi. Seleksi yang tepat ini
Meskipun inbreeding berperan penting dalam pembuatan galur murni, praktik ini dapat
menimbulkan efek samping yang merugikan. Dampak negatif ini muncul karena inbreeding
juga meningkatkan homozigositas untuk alel resesif yang tidak diinginkan. Alel resesif yang
biasanya tersamar oleh alel dominan akan terekspos dan bermanifestasi pada individu dengan
• Penurunan Daya Tahan Tubuh: Inbreeding berpotensi menurunkan daya tahan tubuh
kelinci pedaging. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya keragaman genetik pada lokus
yang terkait dengan sistem kekebalan tubuh. Kelinci dengan genotip homogen menjadi
lebih rentan terhadap penyakit dan infeksi karena variasi genetik yang berperan dalam
resiko munculnya cacat bawaan. Alel resesif yang membawa mutasi gen untuk cacat
bawaan, yang biasanya tersamar oleh alel dominan yang sehat, bisa terekspos pada
bereproduksi kelinci pedaging. Hal ini terjadi karena homozigositas alel yang terkait
performa produksi kelinci pedaging. efek samping inbreeding dapat melemahkan vigor
hibrida, yaitu kebugaran heterozigot yang biasanya muncul pada individu hasil
mitigasi untuk meminimalkan dampak negatif tersebut. Dengan strategi yang tepat, peternak
dapat memanfaatkan inbreeding untuk pembuatan galur murni yang unggul tanpa
• Interval Inbreeding: Jangan terpaku pada inbreeding ketat antar generasi berdekatan.
Berikan jeda atau interval yang cukup, misalnya 3-5 generasi, di antara program
lain yang memiliki sifat unggul berbeda. Outcrossing akan ‘menyegarkan’ keragaman
• Memilih Galur Partner: Pilih galur murni lain yang memiliki sifat unggul berbeda
untuk outcrossing. Hal ini membantu menyegarkan keragaman genetik dan memperluas
basis gen galur murni. Penting untuk memilih galur partner dengan riwayat kesehatan
• Evaluasi Keturunan: Amati dan evaluasi keturunan hasil outcrossing dengan cermat.
Perhatikan apakah efek samping inbreeding telah berkurang dan apakah sifat-sifat
unggul galur murni tetap terjaga. Evaluasi ini membantu peternak menentukan strategi
Crossbreeding:
yang berbeda untuk menggabungkan sifat-sifat unggul dari galur murni yang berbeda.
dengan performa yang lebih unggul daripada rata-rata tetuanya. Hal ini dapat
untuk menjaga keragaman genetik dan mencegah efek samping inbreeding. Sistem
• Menambah Keragaman Genetik: Introduksi plasma nutfah baru dari populasi kelinci
yang berbeda dapat membantu meningkatkan keragaman genetik dan membawa alel-
alel baru yang bermanfaat. Hal ini dapat membantu mengatasi efek samping inbreeding
• Mengevaluasi Adaptasi: Amati dan evaluasi adaptasi kelinci hasil introduksi plasma
nutfah baru terhadap lingkungan dan kondisi peternakan. Pastikan kelinci baru dapat
beradaptasi dengan baik dan tidak membawa penyakit yang dapat membahayakan
penyebaran penyakit dari kelinci baru ke populasi yang ada. Hal ini penting untuk
• Memilih Tetua Berkualitas: Teknologi seperti penanda genetik dan DNA sequencing
dapat membantu peternak dalam memilih tetua dengan keragaman genetik yang
Analisis DNA dapat membantu peternak dalam melacak gen yang terkait dengan sifat-
sifat unggul dan memastikan bahwa sifat tersebut terjaga dalam galur murni.
mengembangkan tes genetik untuk mendeteksi cacat bawaan dan penyakit pada kelinci.
Tes ini membantu peternak dalam melakukan seleksi dan eliminasi individu yang
Inbreeding merupakan alat yang berharga dalam pembuatan galur murni kelinci
dan mengelola dampak negatifnya pada performa kelinci pedaging. Dengan menerapkan
strategi mitigasi yang tepat, peternak dapat memaksimalkan manfaat inbreeding untuk
meningkatkan kualitas galur murni, sambil meminimalkan efek samping dan menjaga
Inbreeding, atau persahabatan antara organisme yang terkait dengan asal keluarga,
dapat menyebabkan dampak negatif terhadap keragaman genetik dan kesehatan populasi.
genetik populasi, yang dapat membuatnya lebih susceptible terhadap penyakit genetik
dan tidak seadaptif terhadap lingkungan yang berubah. Hal ini terjadi karena individu
yang kawin memiliki gen yang serupa, sehingga keturunannya memiliki kemungkinan
lebih tinggi untuk mewarisi alel yang sama untuk suatu gen.
resiko penyakit genetik pada populasi. Hal ini terjadi karena alel resesif yang berbahaya
lebih mungkin untuk diekspresikan ketika individu memiliki dua salinan alel tersebut.
rendah. Hal ini karena mereka memiliki lebih banyak variasi gen, sehingga
tinggi. Hal ini karena mereka memiliki lebih sedikit variasi gen, sehingga
kemungkinan mereka memiliki dua alel resesif yang berbahaya lebih tinggi.
rentan terhadap perubahan lingkungan. Hal ini terjadi karena mereka memiliki lebih sedikit
variasi gen yang dapat membantu mereka beradaptasi dengan kondisi baru. Evolusi terjadi
ketika individu dengan gen yang menguntungkan untuk lingkungan tertentu lebih mungkin
untuk bertahan hidup dan bereproduksi. Populasi dengan keragaman genetik yang tinggi
memiliki lebih banyak variasi gen yang dapat membantu mereka beradaptasi dengan perubahan
lingkungan. Populasi dengan keragaman genetik yang rendah memiliki lebih sedikit variasi
gen, sehingga mereka memiliki kemungkinan lebih kecil untuk memiliki gen yang
Contoh:
a. Perubahan iklim: Populasi spesies yang tidak memiliki variasi gen yang cukup
untuk beradaptasi dengan perubahan suhu atau curah hujan mungkin akan punah.
b. Penyakit baru: Populasi spesies yang tidak memiliki variasi gen yang cukup
untuk melawan penyakit baru mungkin akan mengalami penurunan populasi yang
signifikan.
kemungkinan anak menerima allel resesif yang tidak diinginkan, yang dapat menyebabkan
kemungkinan lebih tinggi terhadap penyakit genetik seperti penyakit genetik pada ternak yang
Bovine Leukosis Enzootic (BLV): Penyakit ini disebabkan oleh virus yang
menyerang sistem kekebalan tubuh ternak. Ternak dengan dua salinan alel resesif lebih
pertumbuhan abnormal pada ternak. Ternak dengan dua salinan alel resesif akan
memiliki CBH.
a. Atresia telinga: Kelainan ini terjadi ketika telinga luar tidak terbentuk dengan
sempurna.
Dampak:
a. Penyakit genetik pada ternak dapat menyebabkan kematian, cacat lahir, dan
b. Hal ini dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan bagi peternak.
5. Resiko komplikasi pembangunan: Inbreeding pada ternak dapat meningkatkan risiko
a. Abortus Spontan:
Embrio yang dihasilkan dari perkawinan sedarah lebih rentan mengalami kelainan
genetik yang dapat menyebabkan keguguran. Hal ini dapat menyebabkan kerugian
b. Kelahiran Prematur:
Anakan yang terlahir dari perkawinan sedarah lebih mungkin lahir prematur, yang
dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak karena biaya perawatan yang
tinggi.
Anakan yang terlahir dari perkawinan sedarah lebih mungkin memiliki berat badan
lahir rendah, yang dapat menyebabkan kelemahan dan kematian. Ukuran lahir
rendah juga dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak karena penurunan
d. Kematian Neonatal:
Anakan yang terlahir dari perkawinan sedarah lebih mungkin mengalami kematian
neonatal dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kelainan genetik, cacat lahir,
e. Kesuburan Rendah:
Ternak yang dihasilkan dari perkawinan sedarah lebih mungkin memiliki kesuburan
produksi ternak.
Galur murni dalam dunia ternak kelinci menawarkan berbagai keuntungan penting
bagi peternak, peneliti, dan upaya konservasi. Berikut pembahasan lebih detail manfaat galur
• Peternak yang fokus pada produksi kelinci komersial mendapat banyak manfaat dari
galur murni. Seragam genetika pada galur murni menghasilkan keturunan yang dapat
bulu spesifik yang konsisten, sesuai standar ras tertentu. Hal ini memudahkan
dengan ukuran sesuai tujuan produksi, apakah untuk diambil daging atau
diinginkan, misalnya kelinci yang lebih tenang dan mudah dipelihara untuk
bertahap. Melalui seleksi ketat, galur murni dapat membawa sifat-sifat unggul yang
peternak.
yang baik akan menghasilkan keturunan yang juga subur. Hal ini berdampak
• Galur murni menjadi instrumental dalam program perbaikan genetik terarah pada
kelinci. Peternak dapat mengawinkan kelinci dari galur murni yang berbeda dengan
keunggulan spesifik:
• Galur murni memegang peranan penting dalam penelitian ilmiah tentang kelinci.
o Temuan dari penelitian pada galur murni dapat menjadi dasar pengembangan
• Galur murni memegang peranan penting dalam upaya konservasi spesies kelinci
langka. Dengan menjaga dan mengembangbiakkan galur murni dari spesies terancam
punah, kelestarian genetiknya dapat terjaga. Ini menjadi stok genetik yang berharga
• Kelinci Rex yang terkenal dengan bulunya yang sangat halus dan lembut berasal dari
• Kelinci New Zealand White, populer untuk dagingnya, merupakan hasil dari program
Teknologi genomik telah menjadi alat yang semakin penting dalam seleksi dan
pemuliaan berbagai organisme, termasuk hewan ternak seperti sapi, babi, dan ayam. Teknologi
ini memungkinkan para ilmuwan untuk mempelajari genom suatu organisme secara lebih
Teknologi genomik seperti studi asosiasi genome-wide (GWAS) dan sequencing genom dapat
digunakan untuk mengidentifikasi gen yang terkait dengan sifat yang diinginkan, seperti
Setelah gen yang terkait dengan sifat yang diinginkan diidentifikasi, DNA penanda dapat
dikembangkan untuk menandai gen tersebut. Marker ini dapat digunakan untuk menyeleksi
hewan yang memiliki gen yang diinginkan, bahkan sebelum sifat tersebut terlihat.
BAB III. KESIMPULAN
Akbar, M., Rokana, E., Lokapirnasari, W. P., Safitri, E., & Winahyu, N. (2023). Manajemen
Usaha Ternak Kelinci. Penerbit NEM.
Brahmantiyo, B., Martojo, H., Mansjoer, S. S., & Raharjo, Y. C. (2006). Pendugaan jarak
genetik kelinci melalui analisis morfometrik. JITV, 11(3), 206-214.
Brahmantiyo, B., Priyono, R. R., & Rosartio, R. (2016). Pendugaan jarak genetik kelinci (Hyla,
hycole, hycolex NZW, rex, dan satin) melalui analisis morfometrik. Jurnal
Veteriner, 17(2), 226-234.
Iskandar, R. D., Brahmantiyo, B., & Priyatno, R. (2016). Karakterisasi morfometrik dan jarak
genetik rumpun-rumpun kelinci di Jawa Barat. J. Veteriner, 17(4), 524-534.
Sartika, T. I. K. E. (2012, July). Ketersediaan sumberdaya genetik ayam lokal dan strategi
pengembangannya untuk pembentukan parent dan grand parent stock. In Prosiding
Workshop Nasional Unggas Lokal. Balai Penelitian Ternak, Jakarta (Vol. 5).
Zein, M., & Sulandari, S. (2012). Diversitas genetik dan hubungan kekerabatan Kambing lokal
Indonesia menggunakan marker DNA mikrosatelit.