Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN PRAKTIKUM PENYEHATAN UDARA - A

PEMERIKSAAN KUALITAS UDARA

DisusunOleh

Kelompok 1:

Faizah Yurisma (201210525)


Iqbal Putra Pradana (201210531)
Meci Miftahi Izati (201210535)
Mutiara Purnama Delfa (201210538)
Nadia Rahmagina (201210540)
Raga Sakti Muhammad Q. S. (201210542)
Raisya Salsa Billa (201210547)
Rani Febrianti (201210549)
Siti Wulan Dari (201210555)
Viola Putri Asriani (201210557)

DosenPembimbing:

Dr. Burhan Muslim, SKM, M.Si


AsepIrfan, SKM, M.Kes
Basuki Ario Seno, SKM, M.Kes
Afridon, ST, M.Si

Instruktur :
Nelianis, SKM
Salsabila Syafni Aulia, A.Md. Kes

PRODI SARJANA TERAPAN SANITASI LINGKUNGAN


POLTEKKES KEMENKES PADANG
TAHUN 2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

Berdasarkan pratikum yang dilaksanakan pada hari Selasa, 02 November 2021 pada
pukul 08.00-11.00 WIB di Labaratorium Fisika Lingkungan Poltekkes Kemenkes
Padang tentang “Pemeriksaan Kualitas Udara” telah disetujui oleh :

Mengesahkan

Dosen Pembimbing Instruktur

Afridon, ST, M.Si Nelianis, SKM

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya kelompok
dapat menyelesaikan Laporan Pemeriksaan Kualitas udara. Penulis mengucapkan terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah memberikan kontribusi baik materi, maupun
pikirannya.

Laporan ini disusun dengan tujuan memenuhi salah satu tugas mata kuliah Penyehatan
Udara –A. Oleh karena itu, laporan ini disusun agar dapat bermanfaat dan menambah
pengetahuan pembaca tentang alat, bahan dancara kerja pemriksaan kualitas udara.

Dalam penyusunan laporan ini penulis menyadari masih banyak kekurangan. Maka dari
itu penulis berharap agar adanya kritik dan saran yang diberikan, sehingga dapat menjadi
pelajaran untuk kedepannya.

Padang, 04 November 2021

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................ i

KATA PEGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1


B. Tujuan ..................................................................................................................... 2
C. Manfaat.................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................. 3

A. Pengertian Udara ..................................................................................................... 3


B. Pencemaran Udara................................................................................................... 4
C. Dampak Pencemaran Udara .................................................................................... 5
D. Pengendalian Pencemaran Udara ............................................................................ 6

BAB III METODOLOGI PRATIKUM........................................................................ 8

A. Waktu dan Tempat .................................................................................................. 8


B. Alat dan Bahan ........................................................................................................ 8
C. Cara Kerja ............................................................................................................... 8

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...................................................................... 22

A. Hasil ...................................................................................................................... 22
B. Pembahasan ........................................................................................................... 25

BAB V PENUTUP ........................................................................................................ 27

A. Kesimpulan............................................................................................................ 27
B. Saran ...................................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Udara adalah suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi
bumi. Udara tidak tampak, sehingga sering kita anggap tidak ada disekitar bumi kita ada
5,8 miliar ton udara. Makin jauh dari bumi, kerapatan udara semakain kecil. Setelah 10
km dari bumi kita tidak dapat hidup lagi.Diatas 2 km lilin tidak dapat menyala lagi.
Karena itu mahluk hidup bergantung kepada selapis udara setebal 900 km. Jika bumi
dikecilkan sampai garis tengahnya 5 cm, maka lapisan udara tempat kita dapat hidup tapi
akan lebih tipis dari sehelai kertas. Ilmuwan menduga bahwa 95% mahluk hidup di bumi
didukung oleh lapisan udara setebal 3 km dari permukaan bumi (Sastrawijaya, 2009).
Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan
makhluk hidup lainnya.Setiap makhluk hidup membutuhkan udara untuk mendukung
kehidupannya secara optimal, sehingga udara merupakan sumber daya alam yang harus
dilindungi untuk kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Oleh karena itu udara
merupakan komponen lingkungan yang sangat penting dalam kehidupan makhluk hidup,
sehingga perlu dijaga dan dipelihara kualitasnya. Untuk mendapatkan udara sesuai
dengan tingkat kualitas yang diinginkan, maka pengendalian kualitas udara menjadi
sangat penting untuk dilakukan mengingat karena banyaknya pencemaran udara pada saat
ini.
Pencemaran udara adalah kondisi dimana turunnya kualitas udara dan udara
terkontaminasi oleh zat-zat yang tidak baik bagi kesehatan manusia, baik dalam ruangan
(indoor) maupun luar ruangan (outdoor) dengan agen kimia, fisik, atau biologi yang telah
mengubah karakteristik alami dari atmosfer. Sehingga udara mengalami penurunan mutu
dalam penggunaannya dan akhirnya tidak dapat dipergunakan lagi sebagaimana mestinya
sesuai dengan fungsinya.Adapun bahan pencemar (polutan) utama yang dapat
menimbulkan masalah kesehatan, yaitu partikulat, karbon monoksida (CO), ozon (O),
nitrogen dioksida (NO₂ ), dan sulfur dioksida (SO₂ ). Pembangunan industri dengan
berbagai macam jenisnya tentunya memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif
pembangunan industri berupa terserapnya tenaga kerja serta meningkatnya perekonomian

1
baik di daerah tempat industri berada maupun nasional. Namun, pendirian industri tidak
terlepas dari dampak negatif yang mungkin dihasilkan selama proses industri tersebut.
Adapun dampak negatif yang mungkin dihasilkan dapat berupa masalah limbah (padat
dan cair) serta pencemaran lingkungan (air, udara, dan tanah) yang akan berpengaruh
terhadap kesehatan pekerja dan masyarakat yang berada disekitar indutri.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui carapengambilan dan pemeriksaan kualitas udara dengan
menggunakan LVAS, HVAS,Dustfall,dan PDS, Serta mengetahui cara pemeriksaan
iklim.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui alat dan bahan yang digunakan dalam pengambilan dan
pemeriksaan kualitas udara dengan HVAS, LVAS, Dust Fall, dan PDS
b. Untuk mengetahui cara kerja dalam mengukur pengambilan dan pemeriksaan
kualitas udara dengan HVAS, LVAS, Dust Fall, dan PDS
c. Untuk menentukan kualitas udara dari hasil analisis pengambilan dan
pemeriksaan kualitas udara dengan HVAS, LVAS, Dust Fall, dan PDS
d. Untuk mengetahui alat yang digunakan dalam pemeriksaan suhu dan
kelembapan udara.
e. Untuk mengetahui langkah kerja dalam pemeriksaan suhu dan kelembapan
udara.
C. Manfaat
Manfaat setelah melakukan praktikum ini yaitu kita dapat menambah wawasan dan
mengetahui alat, bahan serta langkah dalam pengambilan dan pemeriksaan kualitas
udara dengan HVAS, LVAS, Dustfall, dan PDS.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Udara
Udara adalah faktor penting dalam kehidupan manusia dan makhluk hidup
lainnya.Udara sebagai komponen lingkungan yang perlu dipelihara dan ditingkatkan
kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi makhluk hidup untuk hidup
secara optimal (Nugroho, 2009).
Udara merupakan campuran berbagai gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang
memenuhi ruang di atas bumi.Udara terdiri atas 78% nitrogen, 21% oksigen, dan 1% uap
air, karbon dioksida, dan gas-gas lainnya. Kandungan dari senyawa gas dan partikel udara
akan berubah-ubah sesuai dengan ketinggiannya dari permukaan tanah.
Udara merupakan komponen utama bagi manusia, tetapi seiring perkembangan zaman
kualitas udara saat ini mengalami penurunan.Hal ini terjadi karena akibat aktivitas
manusia seperti kegiatan industry, transportasi, dan perumahan.Selain itu kualitas udara
dalam ruangan dapat mempengaruhi kesehatan seseorang. Kualitas fisik udara dalam
ruangan dalam rumah seperti suhu udara, kelembapan udara, tekanan udara, angina,
matahari, dan curah hujan yang tinggi.Peraturan Mentri Kesehatan no
1077/Menkes/Per/V/2011 Tentang pedoman penyehatan dalam ruangan rumah, maka
diharuskan standar yang digunakan tersebut menjadi acuan standart keadaan komponen
udara dalam ruangan. Menurut SNI (2017) udara ambien adalah udara bebas di
permukaan bumi pada lapisan troposfir yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan
manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
Udara merupakan suatu campuran gas yang terdapat pada lapisan yang mengelilingi
bumi.Campuran beberapa gas tersebut perbandingannya tidak tetap tergantung pada suhu
dan tekanan udara.Apabila terjadi perubahan pada komposisi gas di atsmosfir bumi dapat
mengakibatkan gangguan kenyamanan, kesehatan manusia, gangguan terhadap
tumbuhan dan binatang serta gangguan terhadap iklim.Udara mempunyai beberapa sifat,
yaitu :

3
1. Berbentuk gas, dimana memiliki ciri-ciri tidak dapat dilihat, tidak dapat kita cium
baunya tetapi dapat kita rasakan.
2. Memiliki massa atau berat, udara memiliki massa atau berat dapat diukur dengan
alat Gas Density Meter.
3. Menempati ruang.
4. Mempunyai tekanan, tekanan yang dimiliki oleh udara berbeda-beda antara satu
tempat dengan tempat lainnya hal ini dipengaruhi oleh ketinggian.
5. Akan memuai apabila dipanaskan.
6. Akan menyusut apabila didinginkan.
7. Berhembusan dari tempat yang bertekanan tinggi menuju ke tempat yang
bertekanan lebih rendah.
8. Tidak dapat dilihat, namun dapat dirasakan.
9. Bentuk, volume, dan massa jenisnya selalu berubah-ubah.

B. Pencemaran Udara
Pencemaran udara adalah bertambahnya bahan atau substrat fisik atau kimia ke dalam
lingkungan udara normal yang mencapai sejumlah tertentu, sehingga dapat dideteksi oleh
manusia atau yang dapat dihitung dan diukur, serta dapat memberikan efek pada manusia,
binatang, vegetasi, dan material (Chambers, 2008)

Pencemara udara yaitu adanya bahan polutan di atsmosfe yang dalam konsentrasi
tertentu akan mengganggu keseimbangan dinamik atmosfer dan mempunyai efek pada
manusia dan lingkungannnya (Mukono,2008)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian


Pencemaran Udara, yang dimaksud dengan pencemaran udara adalah “masuknya atau
dimasukannya zat, energy dan/atau komponen lain ke dalam udara ambient oleh kegiatan
manusia sehingga mutu udara ambient turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambient tidak memenuhi fungsinya”.

Pencemaran udara terjadi karena akibat aktivitas manusia dan proses alamiah. Contoh
sumber alami adalah akibat letusan gunung berapi, kebakaran hutan, dekomposisi biotik,
debu, spora tumbuhan, dan lain sebagainya. Sedangkan pencemaran udara melalui

4
aktivitas manusia seperti adanya aktivitas transportasi, industry, rokok, dari persampahan,
baik dekomposisi maupun pembakaran, dan rumah tangga.

Pencemaran udara terbagi atas dua, yaitu :

1. Pencemaran udara alami


Masuknya zat pencemar ke dalam udara / atmosfer, akibat proses - proses alam
seperti asap kebakaran hutan, debu gunung berapi, pancaran garam dari laut, debu
meteroid dan sebagainya.
2. Pencemaran udara non-alami
Masuknya zat pencemar ke dalam udara yang disebabkan oleh aktifitas manusia
seperti gas beracun, asap dari hasil industry, asap kendaraan bermotor maupun, asap
rokok yang mengandung karbon monoksida (CO), karbon dioksida (C02), sulfur
oksida (S02), nitrogen oksigen (NO, N02, NOx), CFC, dan sebagainya. Salah satu
senyawa berbahaya yang dihasilkan adalah karbon monoksida (CO).

C. Dampak Pencemaran Udara


Menurut Afif Budiyono (2001), dampak pencemaran udara terbagi atas lima kelompok
yaitu, dampak terhadap kesehatan manusia, kesehatan flora, kesehatan fauna, dampak
terhadap material, dan terjadinya hujan asam.

Dampak pencemaran udara terhadap lingkungan

1. Pemanasan global, terjadi karena bumi mengalami kenaikan suhu rata-rata


atmosfer, laut, dan daratan.
2. Kerusakan ekosistem, terjadi karena adanya gangguan terhadap unsur abiotic dan
unsur biotik.
3. Penipisan lapisan ozon, terjadinya penipisan ozon di stratosfer dan meningkatnya
konsentrasi ozon di lapisan troposfer.
4. Hujan asam, terjadi akibat meningkatnya konsentrasi gas CO2, NO2, dan SO2 di
atmosfer.
5. Gangguan estetika lingkungan, terjadi akibat sifat keasaman dari gas-gas yang
merusak material lingkungan ketika bereaksi dengan air.
6. Dampak terhadap kesehatan

5
7. Dampak suhu terhadap kesehatan, yaitu heat cramps, heat syncope, heat exhausted,
dan heat strok.
8. Dampak kelembapan udara terhadap kesehatan, yaitu jika kelembapan tinggi maka
tubuh akan berkeringan dan terasa gerah, dan kelembapan rendah kulit akan
menjadi kering.
9. Dampak pencahayaan terhadap kesehatan, pencahayaan yang tidak baik
berpengaruh terhadap kesehatan mata yang menimbulkan terjadinya stress pada
penglihatan.
10. Dampak kebisingan terhadap kehatan, yaitu terjadinya gangguan fisiologis,
psikologis, komunikasi, keseimbangan, dan pendengaran.
11. Dampak radiasi terhadap kesehatan.
12. Dampak partikel debu terhadap kesehatan, berdampak pada saluran pernafasan
manusia.

D. Pengendalian Pencemaran Udara


Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, pengendalian pencemaran udara adalah upaya
pencegehan dan/atau penanggulangan pencemaran udara serta pemulihan mutu udara.
Pengendalian pencemaran uadara meliputi pengendalian dari usaha kegiatan sumber
bergerak spesifik, sumber tidak bergerak, dan sumber tidak bergerak spesifik yang
dilakukan dengan upaya pengendalian sumber emisi atau sumber gangguan yang
bertujuan unutk mencegah turunnya mutu udara ambien.

Pengendalian pencemaran udara meliputi pencegahan dan penanggulangan


pencemaran, serta pemulihan mutu udara dengan melakukan inventarisasi mutu udara
ambien, pencegahan sumber pencemar, baik dari sumber bergerak maupun sumber tidak
bergerak termasuk sumber gangguan serta penanggulangan keadaan darurat.

Pengendalian pencemaran udara bertujuan untuk mengendalikan adanya emisi gas


buang, debu/partikulat di udara, getaran, kebisingan dan kebauan yang ditimbulkan dari
sumber bergerak, sumber tidak bergerak, dan kegiatan lainnya.Selain itu juga bertujuan
untuk mengatasi permasalahan lingkungan hidup.

6
Upaya pencegahan pencemaran udara dapat dilakukan dengan cara :

1. Mengurangi penggunaan kendaraan bermotor


2. Mengganti sumber energi yang ramah lingkungan
3. Menggunakan kendaraan yang hemat energi
4. Mengurangi konsumsi produk dari pabrik yang menimbulkan pencemaran udara

7
BAB III
METODOLOGI PRATIKUM
A. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Selasa, 02 November 2021


Pukul : 08:00-11.30
Tempat : laboratorium Poltekkes Kemenkes Padang
Pratikum : Pengambilan Sampel Debu Untuk Pemeriksaan Kualitas Kimia
Udara

B. LVAS
1) Alat dan bahan
No. Alat Jumlah Gambar Keterangan
1. LVAS 1 Alat ini mampu
menangkap debu sesuai
dengan ukuran yang
kita inginkan, dengan
cara mengatur flow
rate.

2. Tripot 1 Digunakan untuk


menyangga atau
menunjang LVAS.

8
3. Pinset 1 Untuk menjepit glass
fiber filter.

4. Glass fiber 3 Media filtrasi berserat


filter selulosa yang digunakan untuk
penyaring debu.

5. Timbangan 1 Mengukur berat suatu


analitik zat atau bahan kimia
dalam jumlah sangat
kecil.

6. Slang plastik 2 Sebagai alat untuk


menyambungkan

7. flowrate 1 Untuk mengetahui


kecepatan atau laju
aliran dan massa atau
total volume material
yang mengalir dalam
lorong

9
8. Oven 1 Digunakan untuk
memanaskan dan
mengeringkan sampel

9. Desikator 1 Menghilangkan air dan


kristal hasil pemurnian.

10. Anemometer 1 Untuk mengukur


kecepatan angin

11. Pompa 1 Untuk menghisap debu


penghisap yang ada diudara

2) Prekondisi
1. Masukkan filter ke dalam oven, kemudian panaskan selama 1 jam dengan suhu
100C
2. Setelah 1 jam filter dikeluarkan dan dinginkan dalam desikator selama 15 menit

10
3. Lakukan 2 kali penimbangan dengan timbangan analitik, sampai diperoleh berat
yang konstan (W0)
3) Cara Pengambilan Sampel Partikel Dengan Low Volume Air Sampler (LVAS)
1. Letakkan LVAS pada tempat yang terbuka dan bebas gangguan lainnya
2. Lepaskan tangkai penjepit dengan memutar bautnya
3. Bersihkan filter holder dari kotoran-kotoran yang ada disekitarnya
4. Letakkan filter yang sudah diketahui beratnya (menggunakan pinset) pada
saringan (filter holder) dengan tepat, pasang kembali bingkai penjepit dan
kuatkan dengan cara memutar bautnya
5. Pasang filter holder pada tripot dengan ketinggian 1,5 meter dari permukaan
tanah
6. Pasang slang pada filter holder dan dihubungkan dengan inlet pada vacum pump
7. Vacum pump dihidupkan dengan mengatur tombol power ke posisi on (selama
30 menit)
8. Atur kecepatan aliran udara (flowmeter) sesuai kebutuhan :
9. 10 liter/menit : untuk menghisap partikel > 7 mikron
10. 20 liter/menit : untuk menghisap partikel > 10 mikron
11. Selama sampling dilaksanakan sekaligus dilakukan pengukuran iklim seperti
suhu, kelembaban dan kecepatan angin
12. Setelah waktu sampling selesai, vacum pump dimatikan dengan mengatur
tombol ke posisi off
13. Keluarkan filter yang telah terisi dengan sampel debu dari filter holder (
menggunakan pinset)
14. Kemudian masukkan kedalam petridish dan beri label

Rumus perhitungan LVAS :

Kadar Partikel Debu = (W2-W1)


Volume Udara (m3)

11
C. HVAS
1) Alat dan bahan
No. Alat Jumlah Gambar Keterangan
1. HVAS 1 Alat pengambil sampel
partikulat di udara
ambien yang memiliki
prinsip kerja menghisap
udara lingkungan
sekitar

2. Pinset 1 Alat pengambil sampel


partikulat di udara
ambien yang memiliki
prinsip kerja menghisap
udara lingkungan
sekitar
3. Glass fiber 3 Media filtrasi berserat
filter selulosa yang digunakan untuk
penyaring debu.

4. Timbangan 1 Mengukur berat suatu


analitik zat atau bahan kimia
dalam jumlah sangat
kecil.

2) Prekondisi
a. Ambil kertas saring, lalu lipat dan masukkan ke dalam petridis

12
b. Setelah itu, timbang kertas saring pada neraca analitik untuk mengetahui berat
awal dari kertas saring
c. Lalu masukkan petridis yang berisi kertas saring ke dalam oven selama 15
menit
d. Setelah 15 menit keluarkan pteridis yang berisi kertas saring dari oven, lalu
masukkan ke dalam desikator
3) Postkondisi
a. Keluarkan petridis yang berisi kertas saring dari desikator
b. Persiapkan semua alat dan bahan. Sambungkan alat HVAS ke sumber listrik
c. Buka sangkar HVAS, dan pasangkan dengan kertas saring yang telah di
prekondisi dengan posisi selulosa menghadap ke atas
d. Pemindahan kertas saring tersebut harus menggunakan pinset
e. Atur flowrate HVAS dengan range 300-2.400 liter/menit
f. Lakukan pengambilan sampel selama kurang lebih 1 jam di titik atau lokasi
sampling
g. Setelah sampling selesai, matikan alat selanjutnya semua alat dan bahan di
bawa ke laboratorium
h. Kemudian timbang kembali berat fiber glass tersebut, lalu lakukan analisa
partikel debu dengan metoda gravimetri
Rumus pehitungan HVAS :
(W2 − W1) × 106
𝑉
Keterangan : W1 = berat filter awal (g)
W2 = berat filter akhir (g)
V = volum contoh uji udara (m3)
106 = konversi g ke μg

13
D. PDS
1) Alat dan bahan
No. Nama Jumlah Gambar Fungsi
1. PDS 1 Alat untuk mengambil
sampel partikulat di
udara pada seseorang

2. Pinset 1 Untuk menjepit glass


fiber filter.

3. Glass fiber 1 Media filtrasi berserat


filter yang digunakan untuk
selulosa penyaring debu.

4. Timbangan 1 Mengukur berat suatu


analitik zat atau bahan kimia
dalam jumlah sangat
kecil.

5. Oven 1 Digunakan untuk


memanaskan dan
mengeringkan sampel

14
6. Desikator 1 Menghilangkan air dan
kristal hasil pemurnian.

2) Prekondisi
1. Mengambil kertas filter dengan pinset, kemudian masukkan ke dalam
timbangan analitik
2. Melihat pada display berapa berat filter awal atau disebut filter kosong,
kemudian mencatatnya
3. Mengambil filter tersebut dari timbangan analitik, kemudian memasukkannya
ke desikator
3) Sampling
1. Mengambil kertas filter dengan pinset, kemudian masukkan ke dalam
timbangan analitik
2. Melihat pada display berapa berat filter awal atau disebut filter kosong,
kemudian mencatatnya
3. Mengambil filter tersebut dari timbangan analitik, kemudian memasukkannya
ke desikator
4) Postkondisi
1. Mengambil kertas filter dengan pinset, kemudian masukkan ke dalam
timbangan analitik
2. Melihat pada display berapa berat filter awal atau disebut filter kosong,
kemudian mencatatnya
3. Mengambil filter tersebut dari timbangan analitik, kemudian memasukkannya
ke desikator
4. PDS di-on-kan dengan flow meter berada pada posisi 2 liter/menit
5. Memasang holder pada kerah baju pekerja yang akan diperiksa, kemudian
menunggu sampai 3 jam 27 menit
6. Mematikan PDS setelah batas waktu telah selesai

15
7. Mengambil filter dengan pinset, kemudian menimbangnya pada timbangan
analitik kembali
8. Melihat pada display berapa berat filter setelah proses pengukuran
9. Menghitung selisih antara berat filter sesudah dengan sebelum pengukuran
debu di tempat tersebut
10. Memasukkan selisih yang diketahui ke dalam rumur gravimetri untuk
mengetahi kadar debu nya
11. Menganalisis dan membuat laporan.
Rumus perhitungan PDS :
filter terisi − filter kosong
flow rate × waktu
E. Dust Fall Collector
1) Alat dan bahan
No Nama Jumlah Gambar Keterangan
.
1. Dust fall 1 Alat pengambil sampel
partikulat debu jatuh

2. Petridis 1 Sebagai wadah untuk


meletakkan fiber glass

16
3. Botol 1 Sebagai pengumpul
pengumpul cairan

4. Timbangan 1 Mebgukur berat suatu


analitik zat atau bahan kimia
dalam jumlah sangat
kecil

5. Spatula 1 Alat untuk mengambil


proyek

6. Aquadest Secukup Sebagai pelarut pada


nya saat melarutkan
senyawa

7. CuSO4 Secukup Untuk mencegah


nya deregen berlumut

17
2) Cara Pengambilan Sampel Partikel Dengan Dust Fall Collector
a) Pembuatan reagen
1. Timbang CuSO4 sebanyak 0,5 mg dengan neraca analitik
2. Tuang ke dalam gelas kimia dan larutkan dengan aquadest
3. Aduk dengan batang pengaduk
4. Masukkan ke dalam labu ukur 500 ml dan paskan dengan aquadest sampai
tanda garis
5. Tutup dan bolak balik untuk menghomogenkan sebanyak 12 kali
b) Sampling
1. Masukkan 500 ml larutan CuSO4 ke dalam botol pengumpul yang sudah di
beri label
2. Pasang alat-alat dustfall, kemudian letakkan pada lokasi yang debunya akan
di ukur
3. Masukkan botol pengumpul ke dalam kotak dustfall
4. Gembok kotak dustfall kemudian beri label
5. Biarkan selama satu bulan dengan melakukan pengamatan setiap hari
6. Ambil botol pengumpul, kemudian letakkan ke dalam lemari pendingin
Bongkar semua alat dustfall, kemudian letakkanke dalam tempatnya.
c) Analisa
a. Analisis fraksi terlarut
1. Pindahkan filtrat ke dalam cawan penguap yang telah diketahui
beratnya (Ci1) sebanyak 250 ml
2. Uapkan cawan beserta isinya sampai airnya habis dan tinggal
residunya yang lembab

3. Teruskan penguapan dalam oven dengan suhu 105°C selama 1 jam

dan masukkan kedalam desikator


4. Setelah dinginkan ditimbang dengan teliti
5. Hitung fraksi yang terlarut F1 dengan rumus :
(C2 − C1) × V
F1 =
𝐴 × T × 0,250 × V1

18
b. Analisis debu total
1. Masukkan gelas kimia ke dalam oven 100°C selama60 menit,
kemudian dinginkan dalma desikator selama 15 menit
2. Timbang gelas kimia dengan menggunakan neraca analitik, kemudian
catat (Wo).
3. Panaskan kompor
4. Ukur sampel dustfall dengan mengguanakan gelas ukur, tuangkan
pada gelas kimia sebanyak 250 ml
5. Panaskan gelas kimia di atas kompor hingga terbentuk residu
6. Masukkan ke dalam desikator selama 15 menit
7. Kemudian timbang gelas kimia dengan neraca analitik
8. Kemudian catat (W1) dan masukkan ke dalam rumus
(W1 − W0) × 30 × V
Debu =
A × T × 0,025 L
F. Pengukuran Suhu Dan Kelembaban Dengan Humiditymeter
1) Alat
No Nama Jumlah Gambar Keterangan
.
1. Humiditymeter 1 Untuk
mengukur suhu
dan kelembapan

2) Cara kerja
1. Persiapan alat
2. Cek kondisi alat, apakah masih bagus atau tidak
3. Letakkan alat dengan ketinggian 1,2-1,5 meter
4. Hidupkan alat dengan menekan tombol power
5. Catat hasil pengukuran suhu dan kelembaban yang tertera pada monitoring dengan
menekan tombol hold
6. Lalu tekan kembali tombol hold untuk pengukuran selanjutnya
7. Catat hasil pengukuran dan matikan alat dengan menekan tombol power

19
G. Pengukuran kecepatan udara dengan Anemometer
1) Alat
No. Nama Jumlah Gambar Keterangan
1. Anemometer 1 Untuk
mengukur
kecepatan angin

2) Cara kerja
1. Persiapkan alat
2. Cek kondisi alat, apakah masih bagus atau tidak.
3. Bawa alat ke titik sampling, arahkan rotor pada alat berlawanan arah angin.
4. Letakkan alat dengan ketinggian 1,2-1,5 meter dari permukaan tanah dan ditempat
melakukan sampel dengan posisi mendatar.
5. Hidupkan alat dengan menggeser tombol power.
6. Catat hasil pengukuran kecepatan angin pada monitor.
7. Skala yang ditunjukkan pada alat anemometer adalah hasil dari kecepatan angin
dalam satuan m/s.
8. Catat kecepatan angin, dan lakukan pengukuran setiap 5 menit.
9. Hitung rata-rata kecepatan angin dari beberapa kali pengukuran.
10. Matikan alat dengan menggeser lagi tombol power

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Praktikum

Hasil pratikum yang telah di lakukan kelompok 1 Penyehatan Udara A didapatkan


hasil sebagai berikut :

20
1. HVAS

W1 = 3,908 gr

W2 = 3,923 gr

Flowmeter = 1.200 l/m

t = 30 menit

Volume Udara = flowmeter (l/m) × t (waktu)


= 1.200 l/m × 30 menit

= 36.000 l/m

= 36.000 m³

Masa Partikel Tersuspensi = (W2-W1) × 106

= (3,923-3,908) × 106

36.000

= 0,015 x 106
36.000
𝜇𝑔
= 0,416 ⁄𝑚3

Dari hasil penelitian masa partikel tersuspensi diperoleh sebesar 0,416 µg/m3

2. LVAS
W1 = 0,1050 gr = 105 mg
W2 = 0,1051 gr = 105,1 mg
Flowmeter= 20 l/m
t = 30 menit

Volume Udara = flowmeter (l/m) × t (waktu)


= 20 l/m× 30 menit
= 600 l/m = 0,6 m3

21
Kadar Partikel Debu = (W2-W1)
Volume Udara (m3)
= (105,1 mg - 105 mg)
0,6 m3
= 0,1 mg
0,6
= 0,166 mg/m3

Dari hasil penelitian kadar partikel debu dengan menggunakan LVAS diperoleh
sebesar 0,166 mg/m3

3. Kecepatan angin dan Suhu

Waktu Kecepatan Angin (m/s) Suhu (ºC)

Menit 1 1,19 33,4 ºC

Menit 2 1,42 33,1 ºC

Menit 3 1,62 33,2 ºC

Menit 4 0,68 33,7 ºC

Menit 5 1,70 33,0 ºC

Menit 6 0,87 34,4 ºC

Menit 7 0,57 34,2 ºC

Menit 8 1,26 34,9 ºC

Menit 9 1,19 34,3 ºC

Menit 10 1,09 34,3 ºC

Menit 11 1,29 34,5 ºC

Menit 12 1,00 33,6 ºC

22
Menit 13 1,32 33,6 ºC

Menit 14 1,08 34,3 ºC

Menit 15 0,90 34,7 ºC

Rata-rata suhu =

33,4+33,1+33,2+33,7+33+33,4+34,2+34,9+34,3+34,3+34,5+33,6+33,6+34,3+34,7
15

508,6
= 33,90°C
15

Jadi, dari hasil pengukuran rata-rata suhu luar ruangan yang dilakukan oleh

kelompok 1 diperoleh hasil yaitu 33,90°C.

Rata-rata kecepatan angin =


1,19+1,42+1,62+0,68+1,70+0,87+0,57+1,26+1,19+1,09+1,29+1,00+1,32+1,08+0,90
15

17,18
= 1,14 m/s
15

Jadi, dari hasil pengukuran rata-rata kecepatan angin yang dilakukan oleh
kelompok 1 diperoleh hasil yaitu 1,14 m/s

B. Pembahasan

Pemeriksaan kualitas udara dilakukan dalam beberapa tahapan yaitu,


mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, melakukan prekondisi kertas
saring (fiber glass selulosa), memeriksa alat, pengambilan sampel debu di udara
serta pemeriksaan sampel debu udara.

23
Pengambilan sampel debu pada alat HVAS dan LVAS dilakukan dengan cara
sambungkan alat ke sumber listrik, pasangkan kertas saring yang sudah di
prekondisi dengan posisi selulosa menghadap ke atas, pindahkan menggunakan
pinset. Hidupkan alat dengan menekan tombol on/off pada digital HVAS maupun
LVAS. Pengambilan sampel debu dilakukan selama 30 menit.

Pemeriksaan iklim untuk mengetahui kecepatan angin dan suhu dilakukan dengan
menggunakan alat humitymeter dan anemometer dilakukan dengan cara cek kondisi
alat, apakah masih bagus atau tidak. Untuk anemometer, bawa alat ke titik
sampling, arahkan rotor pada alat berlawanan dengan arah angin. Letakkan dengan
ketinggian 1,2-1,5 meter. Hidupkan tombol power dan catat hasil pengukuran suhu
dan kecepatan angin satu kali satu menit. Pemeriksaan iklim dilakukan selama 15
menit.

Dari hasil penelitian kadar partikel debu dengan menggunakan HVAS diperoleh
sebesar 0,416 μg⁄m3. Dan dari hasil penelitian kadar partikel debu dengan
menggunakan LVAS diperoleh sebesar 0,166 mg/m3. Pada PP No. 22 Tahun 2021,
standar baku mutu untuk HVAS adalah 230 µg/m3 dan untuk LVAS adalah 55
mg/m3. Jadi, dapat disimpulkan bahwa HVAS maupun LVAS memenuhi standar
baku mutu.

Berdasarkan data diatas bahwa kecepatan angin di lapangan parkiran kampus yang
dilakukan oleh kelompok 1 diperoleh hasil yaitu 1,14 m/s. Dari data yang telah
dihasilkan diketahui bahwa hasil tersebut telah memenuhi syarat karena nilai yang
dihasilkan lebih kecil dari baku mutu maksimal yang telah ditetapkan 1,14 m/s < 6
m/s. Serta hasil pengukuran rata-rata suhu luar ruangan yang dilakukan oleh
kelompok 1 diperoleh hasil yaitu 33,90°C.

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil praktikum, dapat disimpulkan bahwa :

24
1. Alat-alat labor yang digunakan untuk pengambilan dan pemeriksaan kualitas
udara adalah HVAS, LVAS, Dust Fall Collector, PDS, Petridish, Pinset, Fiber
Glass, tripod, timbangan analitik, oven, desikator, anemometer, selang plastik,
kertas label.
2. Bahan-bahan yang digunakan untuk pengambilan dan pemeriksaan kualitas udara
adalah aquadest dan CuSO4.
3. Cara kerja pengambilan dan pemeriksaan kualitas udara adalah melakukan
prekondisi terlebih dahulu untuk kertas fiber glass, kemudian mengikuti langkah-
langkah yang sudah dijelaskan sebelumnya pada alat seperti HVAS, LVAS, Dust
Fall Collector dan PDS.
4. Dari hasil perhitungan bahwa pada HVAS diperoleh masa partikel tersuspensi
sebesar 0,416 µg/m3 dan pada LVAS diperoleh kadar partikel debu 0,166 µg/ m3.
5. Berdasarkan data diatas bahwa kecepatan angin di lapangan parkiran kampus yang
dilakukan oleh kelompok 1 diperoleh hasil yaitu 1,14 m/s. Dari data yang telah
dihasilkan diketahui bahwa hasil tersebut telah memenuhi syarat karena nilai yang
dihasilkan lebih kecil dari baku mutu maksimal yang telah ditetapkan 1,14 m/s <
6 m/s. Serta hasil pengukuran rata-rata suhu luar ruangan yang dilakukan oleh
kelompok 1 diperoleh hasil yaitu 33,90°C.
B. Saran

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan, prosedur pengambilan dan


pemeriksaan kualitas udara dengan menggunakan HVAS, LVAS, Dust Fall, dan PDS
harus dilakukan dengan ketelitian tinggi agar kita dapat memahami alat dan bahan,
langkah kerja serta analisa dari praktikum tersebut.

25
DAFTAR PUSTAKA

Vatonah, A., & Hasbiah, A. W. (2018). Pemeriksaan Kualitas Udara di Stasiun Geofisika Kelas
I Bandung.

Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1204/
MENKES/SK/X/2004 Tentang Standar/Pelayanan Kesehatan Lingkungan Rumah
Sakit. Jakarta: Sekertariat Negara.

Mukono, H.J., 1997. Pencemaran Udara dan Pengaruhnya Terhadap Gangguan

Republik Indonesia. 1999. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara. Lembaran Negara RI Tahun 1999, No. 86. Sekretariat Negara.
Jakarta.
LAMPIRAN

No Gambar Keterangan
1. Pemanasan di dalam oven

2. Pendinginan di desikator

3. Penimbangan kertas saring

4. Mengukur jumlah partikel yang tersuspensi selama 30


menit
5. Menghitung kecepatan angin dan suhu

6. Menghitung kelembaban

7. Panaskan kertas saring yang telah tersuspensi ke dalam


oven
8. Kertas saring yang didinginkan kembali di desikator

9. Penimbangan kertas saring

Anda mungkin juga menyukai