Anda di halaman 1dari 2

Nama : Tri Irama Setiadi

Kelas : PGSD 2

Argumentasi kritis tentang gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan


pendidikan sebelum dan sesudah kemerdekaan;

Gerakan Transformasi Ki Hajar Dewantara dalam Perkembangan Pendidikan Sebelum


dan Sesudah Kemerdekaan

Sejarah pendidikan di Indonesia sudah dimulai sejak zaman penjajahan. Pada abad ke
16 bangsa portugis datang ke Indonesia untuk berdagang, namun mereka juga memiliki misi
3G yaitu, gold (kekayaan), glory (kejayaan), dan gospel (agama). Awal mula berdirinya
sekolah yaitu untuk melaksanakan misi gospel (agama) dengan tujuan untuk menyebarkan
agama Katolik. Kemudian disusul dengan kedatangan bangsa Belanda ke indonesia dengan
tujuan yang sama yaitu dengan misi 3G. Kedatangan Belanda ini menghentikan aktivitas
pendidikan yang didirikan oleh portugis, karena bangsa belanda juga mendirikan sekolah
untuk menyebarkan agama Protestan. Setelah bangsa Belanda mendominasi di Indonesia,
pada tahun 1854 terbentuklah sekolah yang bernama “sekolah kabupaten Bumiputera” yang
diinisiasi oleh beberapa Bupati. Tidak semua orang bisa masuk ke sekolah ini, dan yang bisa
masuk kesekolah ini yaitu anak pejabat seperti bupati dan keturunan ningrat (darah biru) yang
menjabat dalam jajahan Belanda. Meskipun begitu, orang-orang yang bersekolah hanya
memperoleh kemampuan membaca, menulis dan berhitung seperlunya saja. Yang menjadi
guru di sekolah tersebut berasal dari orang Belanda, kemudian digantikan oleh orang pribumi
yang sebelumnya sudah dididik di Belanda. Selain untuk menyebarkan agama Protestan,
kolonial Belanda juga mendidik orang-orang dengan tujuan untuk menghasilkan pegawai
administrasi rendahan di pemerintahan dan di gereja. Selain itu,orang-orang yang lulus dari
sekolah tersebut juga dipekerjakan sebagai pembantu dalam mendukung usaha dagang
kolonial belanda (VOC).
Seiring berjalannya waktu pihak pemerintahan Belanda memberikan kelonggaran
kepada doktor-doktor jawa untuk mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang lebih.
Sehingga pada tahun 1920 lahirlah cita-cita baru untuk perubahan radikal dalam pendidikan
dan pengajaran oleh Ki Hajar Dewantara untuk pendidikan anak di indonesia. Cita-cita baru
tersebut seakan-akan merupakan gabungan kesadaran kultural (sosial budaya bangsa
indonesia) dan kebangkitan politik. Mengidam-idaman kemerdekaan nusa dan bangsa sebagai
jaminan kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa. Kemudian pada tahun 1922 lahirlah
Taman Siswa di Yogyakarta yang didirikan oleh Ki Hajar Dewantara. Taman Siswa lahir
sebagai gerbang emas Kemerdekaan dan kebebasan kebudayaan bangsa. Perguruan taman
siswa ini didirikan untuk semua kalangan mulai dari buruh hingga pejabat pemerintahan
dengan tujuan untuk memberikan kebebasan jiwa dan merdeka bagi mereka yang ingin
meraih pendidikan. Kelahiran perguruan ini menjadi saingan bagi sekolah milik pemerintahan
Belanda. Pengajaran di Perguruan ini sangat menekankan pada pendidikan rasa kebangsaan
kepada para murid agar mereka mencintai bangsa dan tanah air dan berjuang untuk
memperoleh kemerdekaan. Kondisi ini tentunya menjadi ancaman bagi pemerintahan
Belanda karena semakin banyak rakyat pribumi yang belajar ke perguruan taman siswa, maka
bemakin banyak lulusan generasi indonesia yang membangkang dan melawan kebijakan
politik pemerintahan Belanda. Hal ini menandakan bahwa semakin banyak generasi yang siap
menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri maupun kelompok seperti berdirinya partai politik
PNI yang berdiri pada tahun 1927.
Kemudian di zaman penjajahan jepang, sistem pendidikan Belanda digantikan oleh
sistem pendidikan Jepang yang menyediakan sekolah rakyat sebagai pendidikan dasar,
sekolah menengah, dan sekolah kejuruan. Sistem pendidikan jepang diperuntukkan untuk
semua kalangan, dan salah satu kebijakan yang dilakukan yaitu melarang bahasa Belanda
dalam pendidikan, lalu digantikan dengan bahasa indonesia sebagai bahasa utama dan bahasa
jepang sebagai bahasa kedua. Pemerintahan jepang membentuk Kelompok yang dinamakan
Pusat Tenaga Rakyat (Putera) pada tahun 1943, dan Ki Hajar Dewantara ditunjuk menjadi
salah satu pimpinan disamping Ir. Soekarno, Drs. Muhammad Hatta, dan K.H. Mas Mansur.
Kemudian setelah kemerdekaan pola pendidikan sangat berpengaruh terhadap kondisi sosial
politik yang tidak stabil pada zaman itu dimana terdapat banyak perubahan dan orientasi
pendidikan yang lebih mengarah pada upaya penanaman jiwa / semangat juang patriotisme.
Bertepatan dengan hal ini kemudian Ki Hajar Dewantara menjabat sebagai Menteri
Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan (PPK) yang pertama.

Anda mungkin juga menyukai