Anda di halaman 1dari 8

Kelompok 1 :

1. Aminah Khoiriyah
2. Kiki Fanisah
3. Lonni Bubdah
4. Sriyani
5. Tri Irama Setiadi

Kelas : PPG Prajabatan PGSD 2


Mata Kuliah : Filosofi Pendidikan Indonesia

Topik 1 : 01.01.2-T1-4. Ruang Kolaborasi - Argumen Kritis Perjalanan Pendidikan

Nasional

1. praktik Pendidikan saat ini yang ‘membelenggu’ kemerdekaan peserta didik dalam
belajar dengan melihat Perjalanan Pendidikan Nasional sebelum kemerdekaan dan
sesudah kemerdekaaan?
Jawab :
a. Praktik Pendidikan yang Membelenggu Kemerdekaan Peserta Didik Sebelum
Kemerdekaan

Pendidikan adalah fondasi penting bagi perkembangan individu dan


masyarakat secara keseluruhan. Di setiap tahap perjalanan sejarah pendidikan
nasional, ada berbagai praktik pendidikan yang telah memainkan peran penting dalam
membentuk kemerdekaan peserta didik dalam belajar. Namun, tidak dapat disangkal
bahwa beberapa praktik pendidikan saat ini masih "membelenggu" kemerdekaan
peserta didik, baik sebelum maupun setelah kemerdekaan.

Membelenggu yang dikaitkan dengan Pendidikan merupakan suatu proses


kegiatan yang menyebabkan anak didik merasa tidak bebas beraktivitas sehingga anak
didik tidak mandiri dan tidak bebas berkreasi. Sebelum kemerdekaan, pendidikan di
banyak negara seringkali terbatas pada kalangan elit atau kelompok sosial tertentu. Ini
mengakibatkan kurangnya akses ke pendidikan bagi banyak orang. Salah satu praktik
yang membentuk pendidikan pada saat itu adalah eksklusivitas. Pendidikan hanya
tersedia bagi mereka yang memiliki status sosial atau finansial yang tinggi. Ini jelas
membatasi kemerdekaan peserta didik untuk mengakses pengetahuan dan peluang
pendidikan.
Selain itu, kurikulum pada masa itu seringkali didominasi oleh pelajaran-
pelajaran yang mematuhi norma-norma sosial dan agama yang ada, yang dapat
membatasi pemikiran bebas dan kreativitas. Peserta didik biasanya tidak memiliki
banyak pilihan dalam memilih mata pelajaran atau minat mereka, dan itu dapat
menghambat kemampuan mereka untuk mengembangkan potensi pribadi mereka.

Praktik pendidikan yang membelenggu kemerdekaan peserta didik dalam


belajar dapat dilihat dari praktik pendidikan yang diterapkan pada zaman kolonialisme
Belanda melalui sekolah Bumi Putera yang didirikan oleh Belanda pada tahun 1854
untuk para pribumi. Dimana sekolah ini rakyat pribumi diajarkan hanya sebatas
membaca, menulis dan berhitung seadanya, semua hanya bertujuan supaya membantu
usaha dagang pemerintah Hindia Belanda. Praktik pendidikan ini dimata Ki Hajar
Dewantara Pendidikan yang tidak mencerdaskan, melainkan mendidik manusia untuk
tergantung pada nasib dan bersikap pasif. Di masa ini pendidikan merupakan pabrik
yang tak berjiwa di mana sekolah hanya menghasilkan orang-orang yang pintar tetapi
tidak memiliki karakter sebagai bangsa Indonesia serta tidak menjadikan peserta
didiknya sebagai manusia yang merdeka.

b. Praktik Pendidikan yang Membelenggu Peserta Didik Setelah Kemerdekaan

Semua rakyat indonesia berhak dan telah mendapatkan pendidikan namun


kualitas pendidikan belum merata masih ada ketimpangan pendidikan di pedalaman
dan perkotaan sarana prasarana fasilitas akses dan kualitas tenaga pendidik menjadi
faktor ketidak meratanya kependidikan di Indonesia.

Karena banyaknya aturan dalam pendidikan hal ini menyebabkan hanya masyarakat
tertentu saja yang mampu mengenyam pendidikan, mulai dari peraturan lokal dalam
jenjang pendidikan sendiri sampai kepada peraturan pemerintah yang dianggap kurang
melihat keadaan masyarakatnya. Padahal sudah ditetapkan dalam Undang-Undang dan
Peraturan Pemerintah tentang pendidikan tahun 2003 pasal 13 bahwa “Jalur
pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal dan informal yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya”. Tetapi dalam pengaplikasian di Indonesia belum
sempurna.

Adapun diantaranya contoh praktik pendidikan yang ‘membelenggu’, yaitu:

 Terbatas nya pendidik di daerah terpencil, sarana dan prasarana, serta kesejahteraan
pendidik yang masih rendah
 UN (Ujian Nasional)
 Peraturan yang diterapkan di sekolah
 Kecenderungan orang tua memilih sekolah yang lebih murah dari sekolah yang
mahal, ketimbang sekolah yang berkualitas.
 Mengikuti kurikulum yang telah ditetapkan. Pendekatan kurikulum yang terlalu
terpusat dalam menguasai materi dan ujian standar yang membatasi kreativitas dan
kebebasan peserta didik untuk mengeksplor bakat dan minat mereka.
 Metode pengajaran yang hanya berfokus pada pemberian informasi secara pasif,
contohnya dengan cara ceramah.
 Penilaian yang kurang menyeluruh, dimana penilaian hanya fokus pada tes tertulis
dan angka-angka, mengabaikan aspek-aspek penting lainnya seperti keterampilan
sosial, kreativitas, dan kemampuan memecahkan masalah. Hal ini membuat siswa
lebih fokus pada pencapaian nilai tinggi dibandingkan pemahaman konsep.
2. Adakah model-model Pendidikan saat ini yang Anda lihat dapat melepaskan
‘belenggu’ yang belum memerdekakan peserta didik?
Jawab :

Pada Kondisi Pendidikan di Indonesia adalah pemerintah sudah mengusahakan


menyediakan sautu sistem dalam pendidikan yang ideal tentunya sesuai dengan tuntutan
pada abad 21. Pada abad ini pembelajaran dilakukan dengan nilai-nilai profil pelajar
pancasila. dengan adanya nilau-nilai pancasila menjadikan pembelajaran tanpa
melupakan jati diri bangsa. Pada pembelajaran Kurikulum merdeka menggunakan prinsip
pembelajaran paradigma baru yang mana guru akan diberikan kebebasakan untuk
merumuskan perencanaan belajar, pelaksanaan pembelajaaran dan asesmen dalam
mengukur hasil belajar peserta didik. Kebebasan meteri diartikan dalam esinsial, strategi,
serta media yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran berlangsung.

Dalam pembelajaran ini peseta didik tidak dipaksa dapam mengusai semua meteri
yang dipelajari, hal tersebut dikarenakan pembelajaran difokuskan pada kemampuan,
minat, dan kebutuhan peserta didik. Artinya peserta didik diberikan kebebasan dalam
menentukan proses belajar namun, pada pembelajaran berlangsung tetap mengacu pada
profil nilai-nilai pancasila sehingga dapat menjadi panduan dalam kebijakan dan
pembaharuan pada sistem Pendidikan di Indonesia. Meskipun, faktanya permsalahan
dalam pembelajaran di Indonesia masih terbatas pada fasilitas yaitu sarana dan prasana
yang menunjang proses pembelajaran, baik pada sekolah dikota ataupun pelosok desa.
Dalam pembelajaran tentunya ada komponen-komponen pendidikan yang menjadi
pelengkap antaranya, sekolah, Pendidik, peserta didik dan wali murid. Pada semua
komponen ini masih sering terjadi miskomunikasi sehingga dalam proses belum baiknya
dalam bekerjasama. Pada proses pembelajaran tentunya ada model pembelejaran yang
diterapkan, model pembelajaran yang masih digunakan adalah model ceramah dan
pemebelajaran satu arah sehingga peserta didik akan mendapatka tugas dalam materi
yang sama. Pada pembelajaran semua bab dalam meteri harus diajarkan, hal ini membuat
pendidik harus memperhitungkan waktu dalam menyelesaikan pembelajaran.

Pada era perubahan dan tantangan yang terus berkembang, sangat penting bagi
sistem pendidikan agar terus beradaptasi dalam membebaskan peserta didik dari
keterbatasan yang mungkin ada. Sebuah pendidikan diartikan sebagai fondasi masa depan
, model-model pendidikan saat ini sedang berusaha untuk memberikan kebebasan kepada
peserta didik. Salah satu upaya besar dalam hal ini adalah kurikulum merdeka belajar
yang saat ini sedang diterapkan di Indonesia. Kurikulum 2013 tentunya memiliki
perbedaan dengan kurikulum merdeka. Berikut Perbedaan kurikulum 2013 dan
kurikulum merdeka :

a. Dalam mengembangkan profil karakter siswa pancasila melalui pembelajaran berbasis


proyek yang digunakan oleh struktur kurikulum dengan jam kerja 20-30%
b. Hasi dalam belajar disusun berjenjang antara 2-3 tahun sebagai pengganti kompetensi
Inti (KI) & Kompetensi Dasar (KD) agar guru dan sekolah lebih fleksibel untuk
merencanakan inovasi kurikulum dan pembelajaran.
c. Jam belajar ditaur setiap tahun
d. Matapelajaran informatika menjadi mata pelajaran wajib (Kemedikbudristek, 2022).

Kurikulum merdeka memiliki beebrapa kelebihan yaitu :

 Mengembangkan minat dan bakatnya, serta memperoleh pemahaman yang lebih


mendalam melalui eksplorasi dan penemuan sendiri.
 Mendorong siswa untuk aktif, kreatif dan mandiri dalam belajar.
 Meningkatkan motivasi siswa karena mereka memiliki control lebih besar atas
pembelajaran mereka (Labudasari, et al, 2023).

Selain memiliki kelebihan kurikulum merdeka memiliki kelemahan antara lain :

 Kebutuhan akan tenaga kependidikan yang terlatih dan kompeten


 Perlu adanya fasilitas dan prasarana yang memadai
 Penerapan kurikulum merdeka yang memerlukan waktu cukup lama untuk
memberikan manfaat yang optimal bagi siswa.
 Penerapan kurikulum merdeka dibeberapa sekolah mungkin mengalami kesulitan
karena masih beberapa presepsi negative terhadap kurikulum merdeka dimasyarakat
(Fahana, 2022).

3. Apa yang Anda tawarkan sebagai model Pendidikan yang dapat melepaskan
belenggu dan memerdekakan peserta didik?

Jawab :

Model pendidikan adalah cara atau tekhnik yang digunakan oleh guru dalam
menyajikan materi pembelajaran dalam sebuah proses pembelajaran agar tujuan
pembelajaran yang sudah dirancang dapat tercapai (Sya’roni,2021). Sebagai model
pendidikan yang berfokus pada pembebasan dan pemberdayaan peserta didik, pendekatan
yang paling efektif adalah dengan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa.
Ini adalah cara yang kuat untuk menghilangkan belenggu tradisional dalam pendidikan
dan memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk mengambil peran aktif dalam
proses pembelajaran mereka. Daripada hanya menjadi penerima pasif informasi, siswa
menjadi penggerak utama dalam proses pembelajaran mereka. Dalam pendekatan ini, saya
selaku guru bertindak lebih sebagai fasilitator daripada sebagai sumber utama
pengetahuan. Salah satu aspek penting dari pendekatan ini adalah penggunaan metode
pengajaran yang beragam. Saya menyediakan berbagai sumber daya, termasuk bahan
bacaan, video, permainan, dan proyek-proyek kreatif, sehingga siswa memiliki
fleksibilitas dalam memilih cara belajar mereka yang paling efektif.

Dalam konteks pembelajaran berpusat pada siswa, penilaian juga berubah. Bukan
hanya mengandalkan ujian tertulis, penilaian sekarang mencakup berbagai cara untuk
mengukur pemahaman dan prestasi siswa. Siswa diajak untuk bekerja sama dalam
proyek-proyek kelompok, berbagi ide, dan belajar satu sama lain. Ini memerdekakan
mereka dari keterpencilan yang sering terjadi dalam metode pengajaran tradisional.
Dengan menerapkan pendekatan ini, saya percaya bahwa saya dapat membantu siswa
menjadi pembelajar mandiri yang memiliki pemahaman yang lebih mendalam,
keterampilan kritis yang kuat, dan rasa percaya diri untuk menghadapi tantangan di dunia
nyata. Pendidikan berpusat pada siswa adalah kunci untuk melepaskan belenggu
pembelajaran konvensional dan memerdekakan peserta didik agar mereka dapat menjadi
pemimpin masa depan yang kompeten dan berpikiran bebas.

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tahun 2013
menjelaskan bahwa pembelajaran perlu menggunakan prinsip berikut ini :

a. Berpusat pada peserta didik.


b. Mengembangkan kreativitas peserta didik.
c. Menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang.
d. Bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika.
e. Menyediakan pengalaman belajar yang beragam.

Adapun keunggulan pembelajaran berpusat pada siswa (Rao, 2020) sebagai berikut.:

 Siswa mengembangkan pembelajaran dan keterampilan lain dan memperoleh


pengetahuan yang berarti yang akan membantu mereka sepanjang hidup.
 Siswa dapat membantu membangun keterampilan sosial dan harga diri.
 Siswa mendapatkan lebih banyak dukungan emosional dan kognitif dari rekan-rekan
mereka.
 Hubungan antara hak dan kewajiban dipelajari.
 Siswa menemukan bahwa belajar itu menarik dan menyenangkan.
 Guru memiliki lebih sedikit pekerjaan tradisional yang harus dilakukan.
 Keluhan tentang ketidakrelevanan dan ketidakadilan berkurang.
 Siswa lebih perhatian dan mau berpartisipasi di kelas.
 Siswa memiliki lebih banyak peran aktif untuk bermain dalam pembelajaran mereka.
 Siswa dapat menyesuaikan cara mereka belajar, untuk membuat studi mereka lebih
efektif.
 Siswa secara aktif membantu dan memotivasi semangat untuk sukses bersama.
 Berperan aktif sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok.
 Interaksi antar siswa dengan meningkatkan kemampuan berpendapat

Berikut terdapat beberapa model pembelajaran yang cocok digunakan untuk bersamaan
dengan model pendidikan yang berpusat pada siswa, yaitu :

a. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning mengemukakan bahwa


pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian strategi
yang khusus dirancang untuk memberi dorongan kepada siswa agar bekerja sama
selama proses pembelajaran.
b. Model pembelajaran kooperatif yaitu Student Teams Achievement Division (STAD);
menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4-
5 orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin dan suku.
Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim mereka
memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut untuk
berdiskusi (Slavin, 1995).
c. Model pembelajaran STEAM; model pembelajaran terpadu yang mendorong peserta
didik untuk berpikir lebih luas tentang masalah-masalah yang terjadi di dunia nyata.
d. Model Environmental Learning; model pembelajaran yang berbasis lingkungan yang
dikembangkan agar peserta didik memperoleh pengalaman lebih berkaitan dengan
lingkungan.
e. Model pembelajaran PjBL (Project Based Learning); pembelajaran yang melibatkan
peserta didik dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu produk.
f. Model pembelajaran PBL (Problem Based Learning); pembelajaran yang menuntun
peserta didik untuk memecahkan masalah dalam memperoleh materi yang dipelajari.
Daftar Pustaka

Fanaha, Ika. 2022. Merdekakan Pikiran Dengan Kurikulum Merdeka : Memahami Konsep
Hingga Penulisan Praktik Baik Pembelajaran dikelas. Bogor : Lidan Bestari.

Fauzi, M. (2023, Oktober 26). Apa Praktik Pendidikan Saat Ini yang 'Membelenggu'
Kemerdekaan Peserta Didik dalam Belajar.

Kemendikbudristek. 2022. Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan


Pembelajaran. Jakarta : Kementrian Pendidikan Nasional dan Kebudayaan.

Labudasari, Erna. rochmah, Eliya. 2023. Kurikulum Merdeka Teori dan Praktik disekolah.
Bandung : Indonesia Emas Group.

Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 81A Tahun 2013
tentang Implementasi Kurikulum, 1 (2013).

Satir, S. (2016). Pendidikan Yang Membelenggu, Membebaskan Dan Memperdayakan. Al-


Riwayah: Jurnal Kependidikan, 195-212.

Sya’roni, Agus. 2021. Model Pendidikan Islam Bercorak Teknologi di Daar En-Nisa Islamic
School. Jurnal Ilmu Islam

Suastika, M. (2018). Ki Hajar Dewantara Pelopor Pendidikan Nasional. Jurnal Pendidikan,


2(2), 23-31.

Anda mungkin juga menyukai