Anda di halaman 1dari 4

Nomer 1

tahapan perbaikan patching pada perkerasan lunak pada jalan :

yang pertama Gunakan perlengkapan keselamatan bagi setiap pekerja dan Pasang (6) lampu
atau genset jika pengerjaan perbaikan dilakukan pada malam hari, dilanjut melengkapi area
perbaikan jalan dengan (5) alat bantu dan rambu peringatan atau barikade dibantu oleh (1)
crane truck di sekitar lokasi pekerjaan. kemudian Beri tanda batas berbentuk bujur sangkar atau
empat persegi panjang bagian permukaan perkerasan yang akan ditambal menggunakan cat
atau kapur, salah satu sisi tanda batas harus sejajar dengan sumbu jalan, lalu potong perkerasan
sesuai dengan tanda batas yang sudah ditentukan, selanjutnya Bongkar perkerasan beraspal
secara manual dengan menggunakan alat bantu, apabila tambalan cukup luas, pembongkaran
dapat dilakukan dengan menggunakan motor grader. Tuangkan agregat tertentu ke dalam
lubang segera setelah selesai penggalian. Lakukan pemadatan setiap lapis agregat sampai
benar-benar padat menggunakan alat pemadat seperti combination vibratory roller atau (3)
Baby Roller,Kepadatan lapisan agregat harus sesuai dengan spesifikasi teknis pekerjaan.
Kemudian Semprotkan lapis resap pengikat (prime coat) dengan menggunakan (2) air
compressor dan (4) asphalt sprayer secara merata pada permukaan agregat. Hamparkan
campuran aspal di atas permukaan yang telah dilapis dengan resap pengikat (prime coat)baik
menggunakan alat penghampar atau secara manual, campuran aspal yang ditebarkan harus
sama atau setara dengan lapisan aspal di sekitar lokasi penambalan (patching) kecuali
diperintahkan berbeda oleh direksi pekerjaan. selanjutnya Padatkan campuran aspal dengan
baby roller atau dengat alat lain yang disetujui. tahap terakhir setelah selesai pekerjaan
perbaikan, Bersihkan tempat pekerjaan dari sisa-sisa pekerjaan agar tidak mengganggu atau
membahayakan para pengguna jalan. dan demobilisasi alat kerja, juga lampu dan rambu yang
sebelumnya telah digunakan.

Nomer 2

faktor yang diperhitungkan dalam menentukan metode kerja yaitu biaya, mutu, ketersediaan
alat, ketersediaan tenaga kerja, kondisi lapangan, mobilisasi alat, K3, dampak lingkungan,
kemudahan pelaksanaan, dan waktu pelaksanaan.

Tahap konstruksi sendiri nantinya akan terbagi dalam 2 tahapan besar. Pertama adalah proses
perencanaan yang meliputi analisis tanah, perizinan, dan desain. Kedua, baru tahap konstruksi
yang meliputi persiapan pekerjaan, pondasi, struktur, dan yang terakhir adalah finishing

Beberapa daftar dari kriteria performa untuk dioptimalkan dalam JobSequencing adalah sebagai
berikut:
• Rata-rata waktu produksi.

• Waktu menganggur dari mesin

• Rata-rata perbedaan antara waktu selesai dengan waktu pengiriman.

• Rata-rata pekerjaan yang selesai sebelum waktunya.

• Rata-rata pekerjaan yang selesai melewati waktunya.

• Rata-rata waktu menunggu

• Rata-rata pekerjaan di dalam system.

• Persentase dari jumlah pekerjaan yang memiliki perbedaan antara waktuselesai dengan
waktu pengiriman.Beberapafaktoryangdideskripsikan dandiklarifikasikan sebagaipermasalahan
dalam penjadwalan

• Jumlah pekerjaan yang harus dijadwalkan

• Jumlah mesin.

• Tipe manufaktur (Flow Shop atau Job Shop).

• Aturan datangnya pekerjaan (Statis atau Dinamis).

• Kriteria dimana alternatif jadwal lain akan dievaluasi

Nomer 3

Dikutip dari dasar-dasar teknik perbaikan tanah oleh Prof. Darwis Panguriseng, proses stabilisasi
tanah terdapat beragam metode alternatif yang bisa dilakukan, berikut penjelasan macam-
macam perbaikan tanah:

1. Menaburkan Semen di Tanah (Soil Cement)

Caranya yaitu dengan mencampur tanah asli dengan semen, kemudian dipadatkan. Namun
karena metode ini membutuhkan banyak sekali pencampuran semen yang juga mahal, cara ini
jarang dilakukan saat ini.

2. Pencampuran Tanah dengan Kapur (Soil Lime)


Cara ini dilakukan pada jenis tanah lunak, dengan mencampur bubuk kapur dengan tujuan
untuk stablisasi tanah yang lebih baik. Karena keterbatasan material kapur saat ini, metode ini
tidak direkomendasikan.

3. Mencampur Tanah dengan Abu (Soil Ash)

Metode ini digunakan dengan mencampur tanah dengan material beragam jenis abu antara lain
abu sekam, abu terbang dan abu batu. Kekurangan metode ini yaitu sangat sulit untuk mencari
material abu bahkan jarang sekali produsen abu saat ini.

4. Pencampuran Larutan Kimia (Solvent Stabilization)

Mencampurkan cairan kimia merupakan salah satu metode untuk meningkatkan parameter
tanah. Lautan kimia yang biasa digunakan antara lain soda kaustik, asam sulfat dan lainnya.
Penggunaan bahan kimia ini terlalu berisiko terhadap bahaya pencemaran lingkungan.

5. Stabilisasi Tanah dengan Pelapisan dan Pemadatan

Metode pelapisan dan pemadatan tanah merupakan solusi yang paling mudah dilakukan dan
ekonomis. Pada proses pemadatan tanah dasar (subgrade) dan tanah timbunan diperlukan
material pelapis yaitu berbagai jenis material geosintetik diantaranya geotextile woven dan non
woven, geomembrane, geogrid, geocell dan lainnya.

6. Metode Konsolidasi untuk Stabilisasi

Konsolidasi merupakan metode yang dilakukan guna mendapatkan stabilisasi tanah dengan
cara memberikan bebas statis diatas lapisan tanah. Namun metode ini memerlukan biaya yang
besar dan proses yang lama.

7. Metode Perbaikan Dengan Dewatering

Dewatering merupakan metode stabilisasi tanah dengan cara pengeringan tanah atau
pengurangan kadar air didalam tanah. Jenis perbaikan ini membutuhkan biaya dan peralatan
yang mahal dan prosesnya juga lama.

Tujuan Stabilisasi Tanah

- Meningkatkan daya dukung tanah

- Meingkatkan kuat geser tanah

- Memperkecil kompresilitas dan penurunan tanah

- Memperkecil dan memperbesar permeabilitas tanah


- Memperkecil potensi kembang-susut pada tanah

- Menjamin kelestarian dan keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan.

Nomer 4

total hamparan agregat base kelas B (30cm) dan kapasitas dump truck sebear (7,5 m2)

maka, satu tumpahan dump truck maksimal daerah seluas = (7,5/0,30 = 25 m2) luas area 1
tumpukan

luas jalan 100x12 = 1200 m2 = (1200/25 = 48) jadi, untuk jumlah tupukan agregat yang
diperlukan untuk memenuhi subgrade jalan tersebut adalah, 48 tumpukan

Nomer 5

Titik penyidikan dapat mewakili bentuk permukaan dan macam tanah, sebagai contoh gambar
diatas daerah cekungan rawa minimal dilakukan 3 titik penyidikan yakni 2 titik didaerah tepi dan
1 titik di tengah rawa/ cekungan

Jarak titik penyidikan

- rekomendasi ahli geoteknik kurang lebih 50 meter

- pada daerah transisi lunak sampai keras kurang lebih 25 meter

Kedalaman titik penyidikan

- kedalaman bidang runtuh yang mungkin terjadi

- minimum 5 meter dibawah lapisan lunak

- minimum 5 meter dibawah ujung perkiraan rencana tiang

Anda mungkin juga menyukai