Anda di halaman 1dari 29

Aktivitas 3.

Pengantar Alur Pembelajaran


– Konsep Dasar Pendidikan Inklusif
Kegiatan pada topik Konsep Dasar Pendidikan Inklusif ini, Anda diminta melakukan
serangkaian kegiatan yang akan membantu Anda dalam memahami hakikat pendidikan
inklusif, sekolah ramah anak, dan mekanisme layanan PDBK di sekolah penyelnggara
pendidikan inklusif. Kegiatan pada topik ini penting bagi Anda, karena akan menjadi
dasar bagi Anda dalam memahami konsep materi selanjutnya yang lebih mendalam
tentang pendidikan inklusif.
Untuk lebih memahami materi yang akan Anda pelajari pada topik ini, Anda diharapkan
dapat mempelajari setiap tahapan dengan seksama. Sehingga, dalam kegiatan tersebut
terjadi transfer pengetahuan yang akan memperkaya pemahaman Anda terkait dengan
hakikat pendidikan inklusif, sekolah ramah anak, dan mekanisme layanan PDBK di
sekolah inklusif.

Alur kegiatan setiap topik digambarkan melalui diagram berikut:

Aktivitas 4. Hakikat Pendidikan Inklusif


Pendidikan inklusif merupakan pendekatan untuk mengubah sistem pendidikan agar dapat
mengakomodasi peserta didik yang sangat beragam. Tujuannya, agar guru maupun peserta
didik merasa nyaman dengan adanya perbedaan dan memandangnya sebagai tantangan dan
pengayaan dalam lingkungan belajar, dan bukan menganggapnya sebagai masalah. Sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif menyediakan program pendidikan yang layak, menantang,
tetapi sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan setiap peserta didik maupun bantuan dan
dukungan yang dapat diberikan oleh para guru agar peserta didik berhasil. Lebih dari itu,
sekolah penyelenggara pendidikan inklusif juga merupakan tempat setiap anak dapat diterima,
menjadi bagian dari kelas tersebut, dan saling membantu dengan guru dan teman sebayanya,
maupun anggota masyarakat lainnya agar kebutuhan individunya terpenuhi.
Aktivitas 5. Sekolah Ramah Anak
Konsep Sekolah Ramah Anak didefinisikan sebagai program untuk mewujudkan kondisi
aman, bersih, sehat, peduli, dan berbudaya lingkungan hidup, yang mampu menjamin
pemenuhan hak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan
salah lainnya, selama anak berada di satuan pendidikan, serta mendukung partisipasi
anak terutama dalam perencanaan, kebijakan, pembelajaran dan pengawasan. Prinsip
utama sekolah ramah anak adalah bahwa anak mempunyai hak untuk dapat hidup
tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapatkan perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Aktivitas 6. Mekanisme Layanan PDBK
Layanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan khusus dapat dilakukan dengan
mengimplementasikan sistem pendidikan inklusif. Saat ini Pemerintah telah mengakomodasi
penyelenggaraan pendidikan inklusif dengan menerbitkan Permendiknas Nomor 70 Tahun 2009
tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi
kecerdasan dan/atau bakat istimewa. Kedudukan peserta didik berkebutuhan khusus juga
dikuatkan dengan Undang-Undang nomor 8 tahun 2016 tentang penyandang disabilitas.
Penerimaan peserta didik berkebutuhan khusus seyogyanya melibatkan berbagai unit terkait,
antara lain orang tua peserta didik, sekolah, rumah sakit atau puskesmas, dan dinas pendidikan
setempat.
Aktivitas 1. Pendahuluan – Sistem
Layanan Pembelajaran
Pernahkah Anda merasa ada sesuatu hal yang berbeda dari sikap atau tingkah laku peserta didik
anda? Misal,sikapnya dalam kelas atau hasil belajar peserta didik yang tidak seperti peserta
didik kebanyakan. Hal tersebut mungkin membuat anda penasaran dan bertanya ada apa dengan
peserta didik ini? Peristiwa ini boleh disebut identifikasi. Lalu apa itu identifikasi? Secara garis
besar, identifikasi adalah menemukenali keberadaan peserta didik berkebutuhan khusus.

Cukupkah guru hanya menemukenali, menandai peserta didiknya yang berbeda dari peserta didik
yang lain? Tentu saja jawabannya tidak, guru dituntut untuk memberikan layanan terhadap
peserta didik tanpa mendiskriminasikan. Lalu apa yang harus guru lakukan setelah melakukan
identifikasi sebelum menentukan program bagi peserta didik berkebutuhan khusus? Langkah
selanjutnya adalah guru harus melakukan asesmen dan planning matrix. Apa itu asesmen, apa itu
planning matrix?

Selanjutnya untuk data hasil asesmen yang dipetakan dalam planning matrik dapat dimanfaatkan
untuk apa? Anda pasti harus menyiapkan kegiatan belajar mengajar melalui perencanan
pelaksanan pembelajaran (RPP) bagi kelas dengan melakukan analisis kurikulum 2013 atau yang
diberlakukan tahap selanjutnya adalah bagaimana mengakomodir atau akomodasi kurikulum
bagi peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK)? Selanjutnya tentu harus disiapkan perencanaan
pembelajaran individual (PPI) bagi PDBK, apa hakikat atau konsep PPI bagi pelayanan PDBK
dalam pembelajaran?

Sebelum mempelajari materi Identifikasi, Asesmen dan Planning Matrix, Akomodasi Kurikulum
dan PPI mari kita saksikan bersama video berikut ini:

Setelah Anda menyaksikan video tersebut. Dalam pikiran Anda akan lebih jelas bahwa
bagaimana Anda dapat melakukan identifikasi, asesmen dan planning matrix, akomodasi
kurikulum dan PPI.

Previous Lesson
Aktivitas 4 Asesmen dan Planning Matrix
Asesmen sering didefinisikan dengan berbagai macam cara, tergantung dari sudut pandang
yang digunakan. Ada definisi yang menyatakan bahwa asesmen adalah suatu proses
pengumpulan informasi tentang seorang anak, untuk selanjutnya informasi tersebut digunakan
untuk membuat keputusan bagi anak tersebut. Asesmen dipergunakan sebagai dasar
pembuatan program bagi peserta didik. Namun sebelum pembuatan program bagi peserta didik
dituangkan dahulu dalam planning matrix untuk mengetahui baseline peserta didik. Planning
matrix merupakan simpulan dari hasil asesmen. Planning matrix adalah mapping deskripsi
tentang kondisi ABK secara individu yang menggambarkan tentang kondisi aktual hambatan
karakteristiknya, dampak, strategi layanan dan media yang diperlukan dalam intervensi.

Aktivitas 5 Akomodasi Kurikulum


Pengembangan kurikulum dalam bentuk akomodasi kurikulum merupakan program
pembelajaran bagi PDBK dapat dikatakan sebagai sebuah kebutuhan. Dikatakan sebagai
sebuah kebutuhan dikarenakan pembelajaran bagi PDBK memiliki keunikan dibandingkan
dengan pembelajaran dalam setting kelas peserta didik reguler. Ketika guru bagi PDBK
melaksanakan pembelajaran, maka dalam praktiknya tidak cukup berpijak pada dokumen
kurikulum yang disediakan secara standar nasional, misalnya hanya melihat KI-KD dan SKL,
tetapi harus memanfaatkan hasil analisis asesmen.
Hal ini dikarenakan PDBK memiliki keunikan individu atau dengan kata lain, PDBK di
dalamnya rentan terhadap perbedaan individual. Oleh karena itu, guru bagi PDBK
harus memiliki keterampilan dalam melaksanakan pengembangan kurikulum. Paparan
di bawah menguraikan konsep dasar yang harus dipahami guru dalam
mengembangkan kurikulum bagi PDBK. Menurut Abdullah Idi (2007 dalam Yulianti,
2010), prinsip-prinsip pengembangan terdiri dari; relevansi, fleksibilitas, kontinuitas,
efektivitas, efisiensi, prinsip berorientasi tujuan, prinsip model perkembangan kurikulum,
prinsip keseimbangan, prinsip keterpaduan dan prinsip mutu. model pengembangan
kurikulum untuk PDBK, sebagai berikut : 1) Model Kurikulum Reguler Penuh; 2) Model
Kurikulum Reguler dengan Modifikasi ; 3) Model Kurikulum PPI; 4) Model Adaptasi.

Pengembangan kurikulum model adaptasi dapat dikembangkan dengan cara duplikasi,


modifikasi, subtitusi, dan omisi.
Selain keempat model adaptasi kurikulum di atas, terdapat dua model adaptasi kurikulum
lainnya yaitu eskalasi dan adisi. Model eskalasi adalah upaya meningkatkan tujuan, isi, proses,
dan penilaian untuk memenuhi kebutuhan peserta didik yang memiliki kapasitas intelektual di
atas rata-rata. Model adisi adalah upaya untuk menambah pengalaman belajar peserta didik
yang berkaitan dengan tujuan, isi, proses dan penilaian.

Aktivitas 6 Program Pembelajaran


Individual (PPI)
Program Pembelajaran Individual dikenal dengan The Individualized Education
Program (IEP) yang diprakarsai oleh SAMUEL GRIDLEY HOWE tahun 1971, yang
merupakan salah satu bentuk layanan pendidikan bagi peserta didik berkebutuhan
khusus (PDBK). Bentuk pembelajaran ini sudah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun
1992, yang merupakan satu rancangan pembelajaran bagi peserta didik berkebutuhan
khusus (PDBK) agar mereka mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhannya dengan
lebih memfokuskan pada kemampuan dan kelemahan kompetensi peserta didik
berkebutuhan khusus (PDBK). MERCER and MERCER (1989) mengemukakan bahwa
“program pembelajaran individual menunjuk pada suatu program pembelajaran dimana
peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) bekerja dengan tugas-tugas yang sesuai
dengan kondisi dan motivasinya”. Hal ini disebabkan karena perbedaan antara individu
pada peserta didik berkebutuhan khusus (PDBK) sangat beragam, sehingga layanan
pendidikannya lebih diarahkan pada layanan yang bersifat individual, walaupun
demikian layanan yang bersifat klasikal dalam batas tertentu masih diperlukan.
Program Pembelajaran Individual harus merupakan program yang dinamis, artinya
sensitif terhadap berbagai perubahan dan kemajuan peserta didik berkebutuhan khusus
(PDBK), yang diarahkan pada hasil akhir yaitu kemandirian yang sangat berguna bagi
kehidupannya, mampu berperilaku sesuai dengan lingkungannya atau berperilaku
adaptif.

Perlu dipahami, PPI merupakan fungsi mata rantai terpadu antara asesmen dan
pengajaran; jadi pengembangan PPI tergantung pada pengumpulan data asesmen. PPI
memberi tekanan pada keterbatasan minimal, kesesuaian penempatan dan garis besar
program pengajaran. Untuk itu PPI harus dievaluasi kemudian ditulis ulang dalam
jangka waktu satu tahun, sepanjang layanan masih dibutuhkan. Secara garis besar
komponen Program Pembelajaran Individual meliputi:

a) Deskripsi tingkat kemampuan saat ini (performance level) adalah kemampuan yang
diketahui setelah dilakukannya asesmen, sehingga guru kelas dapat mengetahui
kekuatan, kelemahan, dan kebutuhan pembelajaran PDBK yang bersangkutan.
Informasi ini umumnya berkaitan dengan kemampuan akademik, pola perilaku khusus,
keterampilan menolong diri, bakat vokasional, dan kemampuan berkomunikasi. b)
Sasaran program tahunan atau tujuan pengajaran tahunan (long range or annual goals)
merupakan kunci pembelajaran karena dapat memperkirakan program jangka panjang
selama kegiatan sekolah dan dapat dipecah-pecah menjadi beberapa sasaran.
Kerjasama antara guru dan orangtua perlu dilakukan sehingga tujuan pembelajaran
lebih realistis.
Merumuskan tujuan PPI harus memperhatikan empat kriteria yaitu: 1) dapat diukur ->
pernyataan harus menggunakan kata kerja operasional (menyebutkan , menjelaskan,
mendefinisikan,mengidentifikasi, menulis) dan tidak menimbulkan penafsiran ganda
(memahami, mengetahui, mengerti); 2) positif -> tujuan itu harus membawa perubahan
ke arah positif (misal “PDBK dapat merespon waktu dengan tepat” bukan “PDBK dapat
bertahan menutup mulut”; 3) orientasi pada PDBK > merumuskan apa yang dipelajari
bukan apa yang PDBK pikirkan (misal: siswa dapat menanggapi secara lisan
pertanyaan dengan dua-tiga prase); 4) relevan -> sesuai dengan kebutuhan individu. c)
Sasaran belajar jangka pendek (short term objectives) Sasaran belajar jangka pendek
atau tujuan jangka pendek harus dikonsep dan dikembangkan melalui analisis tugas,
dipakai sebagai acuan dalam proses pembelajaran guna mencapai kemampuan yang
lebih spesifik. Sasaran belajar ini harus dapat diamati, dapat diukur, berpusat pada
PDBK, positif, dan hendaknya mencerminkan pengajaran antara tingkat kecakapan dan
tujuan akhir. Tujuan khusus mempunyai beberapa komponen yaitu ABCD (Audience –
Behavior – Condition – Degree). 4) Deskripsi pelayanan (description of services)
meliputi: guru yang mengajar, isi program pengajaran dan kegiatan pembelajaran, alat
yang dipergunakan. 5) Tanggal pelayanan (dates of service) dalam PPI harus terdapat
tanggal kapan pengajaran mulai dilaksanakan dan antisipasi lamanya pelayanan. 6)
Penilaian (evaluation) yaitu menilai keberhasilan PDBK dalam mencapai tujuan jangka
pendek yang telah ditetapkan.

Anda mungkin juga menyukai