Mochammad Abdul Kholiq - Fuf
Mochammad Abdul Kholiq - Fuf
SKRIPSI
Oleh :
Skripsi
Dittukan untuk Memenuhi PcFSyaratan Memperoleh
C)lch:
Mochammad AbdulIQ01iq
NIM。 1111034000109
Di bawah bimbingan
Pembilnbing
NIP。 196504241995031001
ll■ lelm凛 幾 hl要舞 詭 攀 mS協 曲 Sa無 (Sl)評 山 F喫押 撻 釦 戯 i詭隠 ぉIく T'詭 d腱
T識計。
Sidang Mttnaqa軸
■ Lilik協 面 劇 tsum.血
ゝIIP,197110031999032001 181999『 32∞ 1
PttiI
Dr Htt A.Sdd、 MA
NIP_198202212009011024 NIP_197804242015031001
Kuttnttma,MA.,Ph(De
NIP.196504241995031001
LEMBAR PERNYATAAN
1' Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang alaiukan untuk
rnemenuhi
salah satu persyaratan mernperoleh gelar strata 1 di uIN syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan daiam penulisan ini telah
saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di
uIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3' Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya
asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya
bersedia
menerima sanksi yang berraku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
i
PEDOMAN TRANSLITERASI
1. Konsonan
ii
N En
W We
H Ha
` Apostrof
Y Ye
2. Vokal Tunggal
Vokal dalam bahasa Arab, seperti vocal bahasa Indonesia, terdiri dari vocal
tunggal atau monoftong dan vocal rangkap atau diftong. Untuk vocal tunggal alih
3. Vokal panjang
4. Kata Sandang
Kata sandang yang dalam sistem aksara Arab dilambangkan dengan huruf,
yaitu alif dan lam, dialihaksarakan menjadi huruf /l/, baik diikuti huruf
iii
syamsiyyah maupun qamariyyah. Contoh: al-syamsiyyah bukan asy-syamsiyyah,
5. Tasydīd
Huruf yang ber-tasydīd ditulis dengan dua huruf serupa secara berturut-
6. Ta marbūṯ ah
Jika ta marbūṯ ah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf
7. Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam Ejaan
Yang Disempurnakan (EYD). Jika nama didahulukan oleh kata sandang, maka
yang ditulis dengan huruf capital tetap huruf awal nama diri tersebut, bukan huruf
iv
KATA PENGANTAR
ﺏﺱﻡ اهللﺍﻝﺭﺡﻡﻥﺍﻝﺭﺡﻱﻡ
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke-hadirat Allah SWT atas segala
menjadikan al-Qur`an sebagai obat penyakit hati, petunjuk dan rahmat bagi orang-
―
Humanisme dalam al-Qur‘an; Studi Penafsiran Murtada Mutahhari‖ ini,
selalu tercurahkan untuk baginda Muẖ ammad Saw. Sebagai karya tulis yang
jauh dari kata sempurna, tentunya di dalam skripsi ini masih terdapat banyak
kekurangan dan kekeliruan. Segala kesalahan tersebut tak lain adalah bukti
menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bimbingan,
bantuan, arahan, motivasi dan kontrubusi dari banyak pihak. Ucapan terima kasih
yang tulus dan penulis haturkan kepada para dosen, keluarga, para sahabat dan
itu, pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
v
1. Segenap Civitas Akademika Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta: Bapak Prof. Dede Rosyada, MA. Selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta beserta jajarannya dan Bapak Prof. Dr. Masri Mansoer, MA. Selaku
Dekan Fakultas Ushuluddin, Ibu Dr. Lilik Ummi Kultsum, MA. Selaku Ketua
Jurusan Ilmu al-Qur`an dan Tafsir dan Ibu Dra. Banun Binaningrum, M.Pd.
2. Bapak Kusmana, M.A., Ph. D. selaku dosen pembimbing penulis yang telah
memberikan arahan, saran dan dukungan kepada penulis, sehingga skripsi ini
bimbingan penulis banyak merepotkan. Semoga bapak selalu sehat dan diberikan
3. Bapak Dr. Abdul Moqsith, M.Ag. selaku dosen pembimbing akademik yang
al-Qur`an dan Tafsir atas segala motivasi, ilmu pengetahuan, bimbingan wawasan
dan pengalaman yang telah diberikan. Kepada seluruh staf dan karyawan Fakultas
vi
7. Kedua orang tua terkasih, Ayahanda Suwoto dan Ibunda Munasih yang
lupa do‘a dan harapan penulis haturkan untuk adik Melinda Lailatun Nisfah
Jawa Tengah. Tanpa mengurangi rasa hormat karena penulis tidak bisa
menyebutkan satu demi satu. KH. Najib Suyuthi, KH. Faruq Suyuthi, Kyai
Supirso dan seluruh pihak yang mendermakan waktunya untuk pesantren, semoga
9. Seluruh pihak yang selama ini menjadi tempat penulis untuk mencurahkan
isi pikiran. Ikatan Keluarga Alumni Madrasah Raudlatul Ulum (Ikamaru Jakarta
10. Teman-teman seperjuangan Jurusan Ilmu al-Qur‘an dan Tafsir UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta angkatan 2011. Terima kasih sudah menjadi teman diskusi
dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi penulis selama ini.
11. Segenap pihak yang banyak membantu dalam proses mengejar gelar
sarjana. Terima kasih pada Basit Zein, Hilman Maulana, Ahmad Zaim, Faqih Nur
Sofyan, Khoirul Umam, Irfan Sanusi, Rumadi, Said Nur Rahmatullah, Darwin
Nursyam, Ali Bazdawie, Anis Ummah, Siti Heni Rohamna, Syaifa Rodliah, Kyai
Purnomo dan handai taulan yang tidak bisa penulis sebutkan satu demi satu.
vii
12. Ucapan terima kasih tak lupa penulis haturkan pada Majelis Rajin dan
beberapa guru kinasih penulis. KH. Humaidi, KH. Ruhani, Kyai Susilo Ali
Shodiqin, Gus Sahaluddin, Bib Rosyid Basyaiban. Serta segenap Pengurus Besar
Majelis Dzikir Hubbul Wathon (PB MDHW) dan Monitor Indonesia, terima kasih
atas dukungannya teruntuk KH. Musthofa Aqil Siraj, Bapak Hery Haryanto
Azumi, Bapak Ngasiman Djoyonegoro, Bapak Ali Rif‘an, Bapak Nilmada Azmi,
13. Terima kasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu
persatu atas bantuan moril, materil dan doa sehingga saya dapat menyelesaikan
viii
DAFTAR ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK ..................................................................................................... i
2. Batasan Masalah....................................................................... 9
MUTAHHARI ................................................................................................ 16
ix
2. Jejak-jejak Ruhani ................................................................... 21
1. Agama ..................................................................................... 27
2. Seksual .................................................................................... 29
3. Fitrah ....................................................................................... 31
A. Definisi Humanisme....................................................................... 33
x
C. Penyimpangan Seksual Menurut Murtada Mutahhari.................... 70
A. Kesimpulan .................................................................................... 82
xi
BAB I
PENDAHULUAN
nas), para mufassir berpandangan bahwa al-Qur‘an adalah kitab suci yang tidak
lagi dipahami sebagai sesuatu yang mati, tapi sebagai kitab suci yang hidup.
umat manusia yang tidak hampa budaya. Pemikiran tersebut menguat sejak
memasuki era modern, salah satu diantranya Nasr Hamid Abu Zayd (1942 M).
Dia menganggap bahwa al-Qur‘an diwahyukan dalam struktur budaya Arab abad
ketujuh selama lebih dari dua puluh tahun.1 Lebih lanjut, dia mengatakan
Statement Nasr Hamid Abu Zayd ini kemudian mempunyai tiga pengertian,
pertama al-Qur‘an adalah sebuah teks, terutama sebuah teks linguistik, dan pasti
bahasa tidak bisa dipisahkan dari budaya dan sejarah. Pada tataran ini, al-Qur‘an
1
Musholli Ready, ― Arus Baru Kecenderungan Penafsiran Kontemporer,‖ Journal of
Qur‟an and Hadith Studies (Vol. 1, No. 1, 2012), hal. 86.
2
Terj ―
Cara memahami teks al-Qur‘an dalam bahasa Arab yang menjadi kajian orang
Muslim, Kristen dan Atheis sekalipun‖.
3
Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita (Jakarta: The Wahid Institute, 2006),
hal. 127.
1
2
naturalisasi makna simbol dan mitos dan penafsiran historis. Filologi fokus pada
Dengan kata lain filologi mencoba mengungkap kembali apa yang sebenarnya
penafsiran subyektif.4
mengutip pendapat Fazlur Rahman dalam Islam and Modernity (1982) bahwa
pemahaman ayat-ayat secara individual dan terpisah dalam berbagai situasi akan
menyesatkan, seperti yang dilakukan oleh para da‘i dan intelektual Muslim. Cara
seperti inilah yang disebut sebagai pendekatan parsial dan ad hoc terhadap
4
Kusmana, “Hermeneutika Modern; Sebuah Pengenalan Awal,‖ Jurnal Refleksi (Vol. 7,
No. 3, 2005), hal. 224.
5
Ahmad Syafi‘i Ma‘arif, Fazlur Rahman, Islam dan Pemikiran Islam (Bandung: Penerbit
Pustaka), hal. 8-9.
3
membuktikan bahwa sekian banyak yang berhasil menjadi pakar dan rujukan
dalam bidang al-Qur‘an dan bahasa Arab, meskipun budaya dan bahasa ibu yang
bersangkutan bukanlah bahasa Arab. Itu dikarenakan mereka mau belajar dan
―Sung guh Kami bersumpah bahwa Kami telah mempermudah al-Qur‘an untuk
menjadi pelajaran, maka adakah yang ingin bersungguh-sungguh mengambil
pelajaran sehingga Allah SWT melimpahkan karunia dan membantunya
memahami kitab suci itu? (QS. Al-Qamar, 54)"
masyarakat Islam terbentuk dalam realitas sejarah kala itu. Substansi al-Qur‘an
terdiri dari dimensi moral, keagamaan dan aturan sosial kemasyarakatan. Lebih
secara hukum menerima perbudakan karena tak ada alternatif lain waktu itu,
bisa diselesaikan. Tetapi pada waktu yang sama setiap usaha moral dan hukum
6
Musholli Ready, ― Arus Baru Kecenderungan Penafsiran Kontemporer,‖ Journal of Qur‟an
and Hadith Studies (Vol. 1, No. 1, 2012), hal. 86.
7
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Tangerang: Penerbit Lentera Hati), hal. 2-3.
8
Ahmad Syukri, ― Metodologi Tafsir al-Qur‘an Kontemporer dalam Pemikiran Fazlur
Rahman,‖Jurnal Pendidikan Sosial Keagamaan (Vol. 20, N0. 1, 2005), hal. 55.
9
Fazlur Rahman, Islam (Bandung: Penerbit Pustaka, 2010), hal. 44.
4
tidak hanya dipuji sebagai suatu kebajikan, tetapi berkonotasi pula pada pilar
demikian, Islam dapat berkembang sesuai dengan perubahan tempat dan waktu
Kembali pada tesis awal Nasr Hamid Abu Zayd yang mengatakan bahwa al-
Qur‘an adalah kitab suci yang hidup, statement tersebut berimplikasi pada
sistem pemikiran yang berdasarkan pada berbagai nilai, karakteristik dan tindak
tanduk yang dipercaya terbaik bagi manusia, bukannya pada otoritas supernatural
manapun.13
10
Anwar WMK, ― Kanopi Kebudayaan,” Jurnal Bayan (Vol. IV, No. 2, 2015), hal. 41.
11
Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita (Jakarta: The Wahid Institute,
2006), hal. 126.
12
Jean Paul Sartre, Eksistensialisme dan Humanisme, Terj. Yudhi Murtanto (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2002), hal. 103.
13
The Encyclopaedia Britannica, Vol. 13 (New York: The Incyclopaedia Britannica, Inc.,
1911), hal. 872.
5
kaitannya dengan komitmen memilih jalan dengan sudut pandang yang objektif,
melemahkan daya krativitas dan otoritas manusia sebagai pusat alam semesta.16
mengarah pada ateisme, tetapi secara prinsipil humanisme –sebagai anak kandung
Humanisme pada tataran ini, disinyalir mampu menumpas mitologi yang dinilai
Terj. Komitmen yang tinggi pada takhayul yang tengah terjadi saat ini tentang ‗pendirian
14
kehadiran Tuhan (sesuatu yang supranatural) ada dalam diri setiap insan. Hal
Islam.
17
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur‟an, Tafsir Tematik atas Perbagai Persoalan Umat
(Bandung: Mizan Pustaka, 1996), hal. 17.
18
Muhammad Iqbal, Reconstruction of Religious Thought in Islam (Lahore: Asyraf
Publication, 1971), hal. 154.
7
dari ikatan manusia dengan Pencipta, atau suatu perjanjian primordial antara
itu, manusia akan sulit membedakan aspek-aspek keagamaan yang kekal (al-
humanisme Islam dalam tiga tema besar tadi (kebebasan, persaudaraan dan
masyarakat Indonesia yang beragam, baik dalam segi agama, ras maupun budaya
disuarakan.
Dalam konteks Indonesia, polarisasi antara filsafat Barat dan Timur terjadi
misalnya saat isu undang-undang lesbi, guy, biseksual dan transgender (LGBT)
dari al-Qur‘an dan hal yang berkaitan dengan penafsirannya. Untuk itu, perlu
19
Nurcholish Madjid, The Islamic Concept of Man and Its Implications for the Muslims‟
Appreciation of the Civil and Political Right, seminar on Enriching the Universalities of Human
Rights: Islamic Perspectives on the Universal Declaration of Human Right, (Geneva, 9-10
November 1998), hal. 4.
Abdullah Saeed, al-Qur‟an Abad 21, (Bandung: Mizan, 2016), hal. 94.
20
8
ahli dalam perkembangan ilmu filsafat. Untuk itu, pemahaman seorang filosuf
Muslim dari Iran Mutahhari penting untuk dikaji. Hal ini dikarenakan Mutahhari
buku filsafat. Kebanyakan bukunya berupa kritikan terhadap egoisitas Barat yang
dari sudut pandang al-Qur‘an. Belum adanya penelitian yang mengangkat ayat-
ayat humanistik dari sudut pandang Mutahhari juga menjadi alasan penelitian ini
cenderung memandang buruk golongan Syi‘ah menjadi salah satu urgensi penulis
1. Identifikasi Masalah
untuk dikaji dan ditelisik lebih dalam. Bahkan, ada sebagian masyarakat
menganggap bahwa ajaran atau dogma Syi‘ah sudah keluar dari ajaran yang
pemikir Barat hingga lesbi, guy, biseksual dan transgender (LGBT) pernah dan
yang terus menerus terjadi di Indonesia merupakan hasil aplikasi dari nilai
humanisme, kebebasan dan hak asasi manusia (HAM). Sehingga dengan begitu,
2. Batasan Masalah
Humanisme yang dimaksud dalam tulisan ini merupakan humanisme Islam yang
10
skripsi ini adalah suatu teori yang disampaikan oleh Nurcholish Madjid bahwa
dasar humanisme Islam bertolak dari ikatan manusia dengan Sang Pencipta, atau
Dalam hal ini, penulis akan meneliti karya-karya Mutahhari yang berjudul;
Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci. Bedah Tuntas Fitrah: Mengenal
Jati Diri, Hakikat dan Potensi Kita. Etika Seksual dalam Islam. Filsafat Agama
Materialisme: Kritik Filsafat Islam Tentang Tuhan, Sejarah dan Konsep Tentang
C. Rumusan Masalah
Dengan membatasi kajian dalam teori dan prinsip diatas, maka masalah
al-Qur‘an?
manusia).
Islam.
2. Menyelesaikan studi dan mendapatkan gelar strata (1) satu UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
E. Tinjauan Pustaka
belum ada. Hal demikian wajar mengingat Mutahhari bukan beranjak dari seorang
mufassir.
12
Islam, diantaranya;
memperoleh gelar magister pada program studi ilmu keislaman konsentrasi Tafsir
tentang nilai kemanusiaan. Untuk itu, penting kiranya dilakukan studi yang cukup
tengah masyarakat.
F. Metodologi Penelitian
Sementara, buku yang menjadi rujukan utama atau sumber primer dalam
“Filsafat Materialisme: Kritik Filsafat Islam tentang Tuhan, Sejarah dan Konsep
tentang Sosial Politik”, “Etika Seksual dalam Islam” dan”Filsafat Moral Islam”,
Kaitannya dengan humanisme dan metode penafsiran al-Qur‘an, nantinya studi ini
akan menggunakan dua teori. Pertama, teori humanisme sebagai bagian dari
kajian ilmu sosial dan filsafat. Konsep humanisme Islam yang dijadikan bangunan
dalam skripsi ini merupakan konsep humanisme Islam Nurcholish Madjid, bahwa
dasar humanisme Islam bertolak dari ikatan manusia dengan Sang Pencipta, atau
demikian tidak disebut Tafsir bi al-Ra‟y. Quraish Shihab sendiri membagi Tafsir
nalar yang terpuji) dan Tafsir bi al-Ra‟y al-Mazmum (berdasarkan nalar yang
tercela).23
G. Sistematika Penulisan
Secara garis besar, penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, setiap bab akan
masalah, pembatasan dan rumusan masalah, tinjauan pustaka, tujuan dan manfaat
umum sesuai dengan pemahaman para pemikir Barat maupun Timur, sejarah
modern.
M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir (Tangerang: Penerbit Lentera Hati, 2013), hal. 368.
23
15
dengan masalah yang sedang dibahas. Sehingga benang merah antara satu variabel
Fariman, suatu dusun di Kota Praja yang terletak sekitar 60 km dari Marsyhad
(pusat belajar dan ziarah kaum Syiria di Iran Timur). Mutahhari kecil berguru
dengan ayahnya sendiri yaitu Muhammad Husein Mutahhari, seorang ulama yang
alim yang dihormati banyak kalangan. Dari embrio keilmuan Muhammad Husein
Sang ayah tekun menggeluti karya-karya pakar hadist kondang, seperti Mulla
mengagumi Mulla Shadra, seorang diantara ulama kenamaan masa lalu yang
16
17
al-Asfar al-Arba‟ah.24
filsafat semakin terasah. Guru utama Mutahhari dalam bidang filsafat adalah
Allamah Thabathabai, meskipun secara langsung Mutahhari juga belajar dari dua
orang ayatullah: Boroujerdi dan Khomeini sejak usia 12 di Qum. Tak ayal
Sartre. Bahkan, dikemudian hari Mutahhari terlibat aktif dalam Revolusi Islam di
menarik banyak audiens dari luar maupun dalam lembaga pengajar agama
―K etika aku pindah ke Qum, aku menemukan objek keinginanku pada sesosok
pribadi yang memiliki seluruh sifat Mirza Mahdi (Syahidi Razavi) disamping
lain-lainnya yang secara istimewa ia miliki. Aku menyadari bahwa dahaga
jiwaku akan terpuaskan tahap-tahap pendahuluan dari studi-studiku dan belum
memenuhi syarat untuk naik ke jenjang studi ilmu-ilmu rasional (ma‘qulat),
tetapi aku sudah bisa merasakan kuliah-kuliah tentang etika yang diberikannya.
Kuliah yang disampaikan oleh pribadi tercinta itu, pada setiap Kamis dan
Jum‘at, tidak terbatas pada etika dalam pengertian kering dan akademik, tapi
menyentuh masalah ‗irfan‘ dan pengetahuan-pengetahuan spiritual yang lebih
mendalam. Dan bagiku, kuliah-kuliah seperti itu sungguh membuatku lebih
bersemangat. Tanpa melebih-lebihkan dapat kukatakan bahwa kuliah (Kamis
dan Jum‘at) itu menimbulkan sedemikian besar kegairahanku sehingga efeknya
masih tetap kurasakan sampai hari Senin atau Selasa. (Terus terang) suatu
bagian penting dari kepribadian intelektual dan spiritualku terbentuk dibawah
24
Irman Abdurrahman, ― Sekali Lagi, Belajar pada Ustadz Mutahhari,‖ Jurnal Bayan (Vol.
II, No. 1, Th. 2012), hal. 139
18
pengaruh kuliah-kuliah itu dan pelajaran-pelajaran lain yang aku ikuti selama
dua belas tahun bersama ustadz tersebut (Ayatullah Khomeini)‖25
buku-buku lainnya yang ditulis oleh Will Durant. Ia menelaah tulisan Sigmund
Freud, Bertrand Russel, Albert Einstein, Erich Fromm, Alexis Carrel dan pemikir-
pesantren yang mempelajari Barat karena rasa rendah diri—lalu bersuara lantang
perlu dipertanyakan lagi, khususnya dari serangan orientalis Barat yang cenderung
memojokkan Islam. Pemahaman Islam yang luas dalam kajian ilmu seperti Fiqh,
al-Ushul, al-Irfan, ilmu kalam, logika, filsafat serta keahliannya membaca kritik
Orientalisme.
Perjuangan Mutahhari bukan saja melalui pena dan lidahnya, namun ia aktif
dalam Revolusi Islam di Iran hingga pada tahun 1963. Murtada Mutahhari
25
Irman Abdurrahman, ― Sekali Lagi, Belajar pada Ustadz Mutahhari”, 141-142.
26
Jalaluddin Rachmat, Mutahhari: Sebuah Model Buat Para Ulama (Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2007), hal. 13.
19
Irsyad inilah kemudian lahir intelektual yang progresif, sebut saja diantaranya
Saat meletus Revolusi Islam di Iran pada 1978-1979 yang dikomandoi oleh
oleh anggota Furqon. Kelompok Furqon sendiri merupakan ekstrimis kiri yang
27
Jalaluddin Rachmat, ―
Mutahhari: Sebuah Model Buat Para Ulama‖, hal. 13.
28
Murtada Mutahhari, Kritik Islam terhadap Materialisme, terj. Ahmad Kamil, (Jakarta: al-
Huda, 2001), hal. 9.
20
Teror, intimidasi dan ancaman sudah terlebih dulu disampaikan melalui publikasi-
Selepas pertemuan itu bersama insinyur Katira‘i, Mutahhari pulang sekitar pukul
sendirian melewati sebuah gang untuk menghampiri mobilnya, tiba-tiba ada suara
yang memanggil namanya dari sudut sudut sempit gang. Tiba-tiba sebutir peluru
Selang beberapa jam setelah kejadian tersebut, tepatnya pada Kamis, 3 Mei
Abdulkarim Ha‘iri.30
Jalaluddin Rachmat, ―
Mutahhari: Sebuah Model Buat Para Ulama‖, hal. 14.
29
30
Irman Abdurrahman, ― Sekali Lagi, Belajar pada Ustadz Mutahhari‖, hal. 151.
21
dalam bahasa Inggris, Arab, Urdu, Persia hingga Indonesia. Artinya sosok
Murtada Mutahhari telah diakui dalam ruang lingkup yang luas, tidak hanya di
Dalam buku ini, Mutahhari ingin menggugat moral modern terkait gaya
pertemuan umum sampai dalam hal berjabat tangan antara laki-laki dan
2. Jejak-jejak Ruhani
Subandi tahun 1996, penerbit Pustaka Hidayah Bandung. Buku ini Murtada
manusia.
31
Murtada Mutahhari, Hijab Gaya Hidup Wanita Islam, (Bandung: Mizan Pustaka, 1988),
hal. 4.
22
Meskipun begitu, memberi nasihat dan menerima nasihat pada orang lain
bukanlah sesuatu yang mudah. Pertama, nasihat yang disampaikan pasti berisi
nasihat harus yang benar dengan penuh keikhlasan supaya apa yang disampaikan
Buku ini diterjemahkan dari buku berbahasa Persi Falsafe Akhlaq karya
Dhiya pada Oktober 1995 dan diterbitkan oleh Pustaka Hidayah Bandung.
bangunan yang kokoh karena didasarkan pada kemuliaan diri serta pengenalan
Tuhan.33
32
Al-Qur‟an al-Karim, (Bandung: PT. Sygma Examedia Arkanleema), hal. 601.
33
Murtada Mutahhari, Filsafat Akhlak, (Yogyakarta: Rausyanfikr Institute, 2005), hal. 7.
23
Mutahhari terbitan ―
World Organization of Islamic Sewics‖ (Wofis) di Teheran
pada 1981. Kemudian diterjemahkan oleh M. Hasen dan diterbitkan oleh Lentera
Unsur yang terkandung dalam buku ini mengatakan tentang latar belakang
serta falsafah dibalik aturan Islam tentang perempuan, diantaranya terkait hukum
warisan, lamaran, mahar, nafkah, poligami dan lain sebagainya. Konklusi yang
kodrat dan martabat manusia. Lebih lanjut, gagasan Barat dianggap hanyalah
Teheran. Menjadi judul buku dengan Etika Seksual dalam Islam diterjemahkan
oleh M. Hashem, cetakan I pada tahun 1982 dan diterbitkan oleh Penerbit Lentera
Jakarta.
etika kebebasan seksual.35 Russell sendiri misalnya mengakui bahwa cinta sama
34
Murtada Mutahhari, Hak-hak Wanita dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Lentera, 2001), hal.
5.
Murtada Mutahhari, Etika Seksual dalam Islam, (Jakarta: Penerbit Lentera, 1993), hal.
35
10.
24
sekali tidak bisa disamakan dengan nafsu untuk melakukan hubungan seks
semata; cinta mempunyai ideal-ideal serta standar moralnya sendiri, yang kabur
memiliki dua cabang, yang satu mengacu pada manusia dan satunya mengacu
pada Tuhan. Sementara itu di sisi lain, ia merupakan pusat kajian yang cukup
dan Hadist.36
Mutahhari bahkan sampai mempelajari sejarah kosa kata fitrah dan makna
36
Murtada Mutahhari, Bedah Tuntas Fitrah, (Yogyakarta: Penerbit Citra, 2011), hal. 1.
25
7. Filsafat Materialisme
Tendencies in The West‖ (I of IV) karya Mutahhari. Alih bahasa Indonesia oleh
Arif Mulyadi dan diterbitkan oleh Rausyanfikr Institute pada 2014 di Yogyakarta.
beriman pada Tuhan merupakan sesuatu yang sifatnya natural, sama halnya
dengan kesehatan. Orang tak pernah bertanya tentang alasan kesehatan, karena
hal. 12.
26
Sebuah karya yang diterjemahkan dari buku berbahasa Arab dan Inggris
karya Mutahhari terbitan Free Islamic Literatures, Houston, Texas. Haidar Bagir
Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci yang diterbitkan oleh Mizan
diantaranya; agama adalah produk rasa takut, rasa takut manusia dari alam, dari
gelegar suara guruh yang menggetarkan, dari luasnya lautan dan debur ombaknya
mengetahui sebab-sebab dan hukum-hukum yang berlaku atas alam ini serta
memperkirakan bahwa motivasi keterikatan antara agama dan manusia tak lain
hipotesis kaum Marxis, Marxisme percaya bahwa agama diwujudkan agar kelas
Agama sebagai hipotesa Freud, jadi faktor yang mendorong timbulnya agama
Suci‖.
atas, masih banyak lagi karya lainnya seperti; Keadilan Ilahi, Filsafat Kenabian,
Pengantar Menuju Logika, Masyarakat dan Sejarah Kritik Islam atas Marxisme.
Namun, meskipun begitu masih banyak lagi karya Murtada Mutahhari yang tidak
Menariknya, narasi yang dibangun Mutahhari tidak melulu lewat legitimasi kitab
suci, namun banyak juga nalar edukasi yang sifatnya kritik terhadap pemikir
1. Agama
Murtada Mutahhari, Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci, (Bandung: Mizan
38
seorang kafir di dunia ini seperti seorang manusia yang hidup di suatu negeri yang
Mutahhari beranggapan bahwa tidak ada sesuatu yang lain melebihi agama
Murtada Mutahhari, Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci, (Bandung: Mizan
39
beriman tahu bahwa segala sesuatu di dunia ini berada dalam pola tertentu, jika ia
bereaksi terhadap suatu kepahitan secara tepat, Allah yang Mahakuasa akan
Mutahhari terhadap anggapan pemikir Barat yang menyebut bahwa agama telah
2. Seksual
cenderung berasumsi cinta bebas bukan saja sesuatu yang baik tetapi juga patut
dihormati. Bahkan, cinta bebas telah mulai memperoleh preferensi dan dorongan
untuk tumbuh dan meluas ke seluruh dunia. Untuk itu, Murtada Mutahhari
pertumbuhan alami seksualitas sebagai bagian dari naluri dan potensi bawaan
41
Murtada Mutahhari, Agama dan Manusia: Membumikan Kitab Suci, (Bandung: Mizan
Pustaka, 2007), hal. 97-103.
42
Muhammad Anis, ― Spiritualitas di Tengah Modernitas Perkotaan,‖ Jurnal Bayan (Vol. II,
No. 4, 2013), hal. 144.
30
upaya mencegah pertumbuhan naluri dan potensi individu yang alami secara
harmonis.
Dalam cinta, sebagaimana beberapa hal lain, orang Barat dan orang Timur
berbeda dalam pendekatan intelektual mereka. Seorang Barat yang tipikal sering
tidak mampu memupuk cinta dalam kerangka yang abstrak di luar proses mekanis
yang menyangkut masalah kehidupan yang rutin. Karena itu, sulit baginya untuk
membedakan cinta dan hawa nafsu, dan untuk percaya pada penghayatan dan
Bagi orang Barat, cinta datang sebagai bakat yang alami dan praktis yang
kehidupan. Sementara, orang Timur tipikal yang berusaha memupuk cinta di luar
karena pemenuhan nafsu seksual saja tidaklah cukup untuk memelihara kehidupan
Cinta kasih dan ketulusan timbal balik, juga kasih sayang dan kelembutan
suami istri, dalam konteks interaksi timbal balik dan sosial mereka. Sifat-sifat
31
demikian sering terlihat dalam masyarakat yang diatur oleh moral Islami. Dalam
3. Fitrah
keinginan dan dorongan yang ada dalam diri manusia. Pada hakikatnya, apa yang
dicari dan diusahakan oleh manusia dengan fitrahnya itu adalah ajaran yang
Salah satu yang tidak dapat diragukan adalah bahwa masalah fitrah betul-
betul dibicarakan dalam Islam. Hanya saja, para ulama terkadang berbeda dalam
mengungkapkan pengertian dan maksud fitrah tersebut. Akan tetapi, prinsip yang
mengatakan adanya fitrah dan bahwasanya Islam adalah agama fitrah, dan
seterusnya fitrah dan tauhid adalah bagian dari watak manusia, suatu prinsip yang
Murtada Mutahhari mendifinisikan fitrah itu ada dua, dan tidak ada satupun
yang dapat mencegah penyatuannya. Pertama adalah fitrah menalar (al-fitrah al-
Fitrah menalar bisa diasumsikan bahwa agama atau tauhid dilihat dari
penalaran pemikiran merupakan sesuatu yang bersifat fitrah pada diri manusia.
Dia adalah konsep yang bisa diterima oleh akal manusia. Artinya, untuk
43
Murtada Mutahhari, Etika Seksual dalam Islam (Jakarta: Penerbit Lentera, 1982), hal. 56-
57.
Murtada Mutahhari, Bedah Tuntas Fitrah, (Yogyakarta: Penerbit Citra, 2011), hal. 182.
44
32
pendidikan di sekolah-sekolah.
diri pada Allah SWT dan agama dengan perasaan-perasaan dan kesadaran-
mengetahui Allah SWT dengan fitrahnya,‖ dan pada kesempatan lain kita
mengatakan bahwa manusia cenderung pada Allah SWT dan tertarik kepadaNya.
fitrah agama dan tauhid dalam ayat-ayat al-Qur‘an, sunnah Rasul, dan ucapan-
ucapan para Imam atau ulama adalah fitrah menalar dan fitrah merasa.
BAB III
AYAT HUMANISME
A. Difinisi Humanisme
pergaulan hidup yang lebih baik. Humanisme suatu paham yang menganggap
manusia sebagai objek studi terpenting. Berkaitan dengan suatu zaman atau masa,
(dalam bahasa latin dan Yunani) sebagai dasar seluruh peradaban manusia.45
„Ilm al-Adab, „Ilm al-„Arab, „Ilm al-„Arabiya, al-Ulum al-„Arabiya, „Ilm al-Lisan.
aturan).46
sistem pemikiran yang berdasarkan pada berbagai nilai, karakteristik dan tindak
https://kbbi.web.id/humanisme
45
46
George Makdisi, The Rise of Humanism in Classical Islam and the Christian West,
(Edinburgh : Edinburgh University Press, 1990), hal. 89.
33
34
tanduk yang dipercaya terbaik bagi manusia, bukannya pada otoritas supernatural
manapun‖.47
kaitannya dengan komitmen memilih jalan dengan sudut pandang yang objektif,
―Hum anism for Said was always dialectical concept, generating oppositions it
could neither absorb nor avoid.50‖51
kritik dari pihak oposisi. Hal itulah yang memungkinkan humanisme diterima di
47
The Encyclopaedia Britannica, Vol. 13 (New York: The Incyclopaedia Britannica, Inc.,
1911), hal. 872.
Terj. Komitmen yang tinggi pada takhayul yang tengah terjadi saat ini tentang ‗pendirian
48
"Humanism shows a double face. It is, in the one hand, the capacious learning,
the extended intelligence that provides the materials and archives for human
self-knowledge, but, on the other hand, it can be a stuffy, sterile antiquarianism,
a sentimental, hollow piety about the human a development that has in turn
produced various shallow antihumanism and posthumanism”.52
manusia itu sendiri sebagai makhluk yang diamanahi akal pikiran oleh Tuhan.
B. Sejarah Humanisme
Rahman Ibn Khaldun yang lahir di Tunis, Afrika Utara pada 27 Mei 1332.
Terj. Humanisme memperlihatkan dua sisi yang berbeda. Pertama, yang dijadikan
52
masyarakat primitif dan masyarakat modern. Ibn Khaldun seperti sarjana pada
proffesor yang menulis tentang Paradigm Regained: Pluralism and the Practice
essensialisme Aristoteles.
―In the Western tradition, there is a line of subject metter, as well as a disparate
assortment of doctrines, beliefs, attitudes, and ends, that has been associated
with humanism in the broadest sense. In one or another conceptions of the term,
humanism stretches from Hellenistic Greece (in the skeptical and relativistic
views of Protagoras, in the Transcendentally significant Forms Plato, in the
intrinsic and essential properties of metter in Aristoteles, and so on)54‖55
53
George Ritzer, Teori Sosiologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hal. 6.
Terj. Dalam konteks tradisi Barat, ada sebuah permasalahan yang harus digarisbawahi,
54
seperti banyaknya doktrin yang beredar, kepercayaan, etika, dan yang terakhir, semua itu
diasosiasi dengan pengertian paling luas. Menurut konsep lainnya, humanisme termasuk bagian
dari Helenisme yang berasal dari Yunani (seperti sikap skeptis dan teori relativitas menurut
pemahaman Protagoras, yang sangat sulit dipahami, dibentuk oleh Plato, dalam unsur intrinsik dan
perlu menjadi bahan diskusi lanjutan oleh Aristoteles, dan lainnya.
55
James L. Battersby, ― The Inescapability of Humanism,‖ College English (Vol.58, No. 5,
1996), hal. 556.
37
dipandang melemahkan daya krativitas dan otoritas manusia sebagai pusat alam
semesta.56
mengarah pada ateisme, tetapi secara prinsipil humanisme –sebagai anak kandung
Humanisme pada tataran ini, disinyalir mampu menumpas mitologi yang dinilai
diwakili oleh Humanisme Renaisans (abad XIV-XVII) di Italia bagian selatan dan
Beberapa sarjana Barat seperti Paul M. Laporte dan Alan Gowans dalam
interpretasi dari orang yang memandang humanisme dari satu sudut pandang.
itu sendiri.
―Irealize that the world humanist in the minds of many scholars stems from the
time of the Renaissance and that in this case i have given it a personal
interpretation.57”58
Kembali lagi pada humanisme Renaisans di Italia, ciri umum yang bisa
elite literasi aristokrat yang berperan sebagai penjaga khazanah pengetahuan (bagi
Jadi kesan yang terlihat adalah bagaimana aktor humanisme tersebut mencoba
pendidikan untuk menciptakan pribadi yang utuh dan berjiwa merdeka. Kendati
begitu, Humanisme Renaisans masih berlatar elitis dan terbatas bagi kaum
bangsawan.59
dan intelektual untuk menjawab bahaya ekspansionisme Barat. Hal ini bermula
Terj. Saya meyakini, dunia humanis dalam konteks pemimkiran para sarjana muncul
57
sejak masa Renaisans, pada konteks ini saya juga memiliki intrepretasi sendiri.
58
Paul M. Laporte and Alan Gowans, ― A-Humanism,‖ College Art Journal (Vol. 12, No. 1,
1952), hal. 76.
59
A. Ferry T. Indratno, Penziarahan Panjang Humanisme Mangunwijaya, (Jakarta: Kompas
Media Nusantara, 2009), hal. 5-6.
39
(1839-1897 M), seorang modernis Muslim pertama yang konsen terhadap isu-isu
kemajuan Islam.
secara umum. Tujuan puncaknya adalah untuk memperkuat dunia Islam secara
Afghani pada level politik, suatu warisan yang telah merupakan faktor yang kuat
dengan akal dan ilmu pengetahuan, maka tugas membuktikan pernyataan tersebut
dilakukan oleh Muhammad Abduh dari Mesir dan Sayyid Ahmad Khan dari India.
Kedua tokoh ini mengakui bahwa Islam sebagaimana yang diyakini oleh
pemikiran dan ilmu pengetahuan. Sayyid Ahmad Khan pernah berujar sebagai
berikut;
60
Fazlur Rahman, Islam, (Bandung: Penerbit Pustaka, 2010), hal. 316-317.
40
yang sedang dibangun umat manusia, khususnya Islam. Jalaluddin Rumi misalnya
mendiskripsikan peradaban bukanlah zona netral yang steril dari kehadiran pesan
Tuhan semata, namun bisa jadi adanya kehadiran Iblis. Humanisme bisa jadi pada
―Suchenvy, such evil imaginings and dark thoughts in your heart, such
drawing, such tasting, such munificence by him!61‖62
cahaya terang Ilahiah bagi eksistensi umat manusia. Namun, jika sebatas
merendahkan manusia lain, maka peradaban berupa humanisme hadir hanya untuk
buruknya. 63
C. Teori Humanisme
keterkaitan yang bisa dibilang cukup banyak dan sangat mencolok. Setidaknya,
tokoh-tokoh dari kedua belah pihak (Kristen dan Islam) banyak yang memiliki
perkembangan sastra.
Terj. Sangat iri, sangat jahat perilakunya dan memiliki firasat hati yang buruk, sangat
61
terekam langsung dalam al-Qur‘an. Jadi menurut al-Qur‘an pun ilmu itu bukannya
dua macam, kauniyah (ilmu-ilmu alam, nomotetic) dan qauliyah (ilmu-ilmu al-
Qur‘an, theological) seperti yang biasa dipersepsikan selama ini. Namun, yang
ketiga itu nafsiyah yang berkenaan dengan makna, nilai dan kesadaran. Ilmu
hermeneutical).
Terj. Representasi humanisme dalam kedua lingkungan dibagi menjadi amatir dan
64
profesional, dalam tingkat yang sama, fungsi dan jabatannya: sekretaris, kedutaan, tutor, sales,
dlsb. Penempatan posisi tersebut diatur oleh al-Qadi ‗I-Fadil al-Baisani di pengadilan Saladin yang
nantinya akan ditempati oleh Piero della Vigna, di pengadilan Frederick II. Kedua, sekretaris
negara memiliki hubungan yang sama dengan rajanya, dan memiliki peran yang sama, Baisani
berharap memiliki kunci bagian tengah dari Saladin, seperti yang pernah diucapkan Dante kepada
Piero bahwa dirinya menginginkan kunci bagian tengah dari Frederick II. Frederick II dan raja
pengadilannya, dengan Kamil dan raja pengadilannya telah diketahui memiliki hubungan yang
baik.
65
George Makdisi, The Rise of Humanism in Classical Islam and the Christian West,
(Edinburgh : Edinburgh University Press, 1990), hal. 351.
42
hegemoni Barat atas Islam, terbukti dalam buku Edward Said, Orientalism
ada, yang sudah menjadi paradigma (normal science) sedang mengalami krisis,
lalu timbul apa yang disebut revolusi ilmu. Selanjutnya ilmu yang memberontak
itu menjadi sebuah paradigma baru. Hal ini pula yang terjadi dalam konsep
(anthropocentric humanism).67
pemikir Barat pada saat itu, saat kecenderungan rasionalisme para tokoh Barat
66
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu : Epistimologi, Metodologi dan Etika (Jakarta: Penerbit
Teraju, 2004), hal. 27.
67
Jaquet Maritain, Integral Humanism: Temporal And Spiritual Problem of a New Christen
Don, terj. Joseph W. Evan (USA: University of Rorte Dome, 1973), hal. 37.
43
bersumber dari ajaran Islam. Nurcholish Madjid menilai dasar humanisme Islam
bertolak dari ikatan manusia dengan Sang Pencipta, atau suatu perjanjian
68
M.M. Sharif (ed.), A History of Muslim Philosophy: With Short Accounts of Other
Disciplines and the Modern Renaissance in Muslims Lands, Vol II, (Weisbaden: Otto Harrasowitz,
1966), hal. 1625.
69
Muhammad Anis, ― Spiritualitas di Tengah Modernitas Perkotaan”, hal. 144.
44
merupakan inti ajaran Islam. Selanjutnya Iqbal menjelaskan bahwa intisari tauhid
alam ini. Dalam hal ini manusia diangkat Tuhan sebagai khalifah-Nya di muka
sebagai pusat segala sesuatu bahkan tidak meyakini kekuatan lain selain manusia
itu sendiri.
memiliki tugas untuk membangun kembali gambaran ilmiah dari realitas obyektif.
Terlebih untuk ikut campur didalamnya dan menciptakan suatu tatanan moral
Struktur ilmiah kaitannya dengan hal ini sama seperti ungkapan bahwa „aql
(penalaran ilmiah) tanpa „isyq (kretivitas moral positif) adalah perbuatan setan
yang sesat (pemikir Barat banyak yang terjerumus ke dalam hal tersebut).
Sementara „isyq tanpa „aql bukan hanya merupakan sesuatu yang steril tetapi
bahkan sesuatu yang jelas sekali merupakan penipuan terhadap diri sendiri (orang
―K ami tawarkan amanat ini kepada langit bumi dan gunung-gunung tetapi
mereka enggan memikulnya dan enggan melakukannya karena takut, tetapi
manusia memikulnya –sesungguhnya ia teramat bodoh‖ (QS. Al-Ahzab, 33 :
72)
yang diyakini Fazlur Rahman, tentang karakter al-Qur‘an yang memiliki dimensi
Untuk itu, satu hal yang juga perlu dijelaskan adalah bagaimana
antara humanisme Barat dan humanisme Islam akan banyak membantu pembaca
agar tidak memiliki pandangan yang eksklusif –menganggap semua yang berasal
73
Taufiq Adnan Amal, Metode dan Alternatif Neomodernisme Islam Fazlur
Rahman(Bandung: Penerbit Mizan, 1994), hal. 82.
74
Abdullah Saeed, al-Qur‟an Abad 21, Tafsir Kontekstual (Bandung, Penerbit Mizan,
2016), hal. 92.
46
dari ilmu pengetahuan (khususnya ilmu yang berkembang dari Barat) sebagai
meliputi Ilmu Sosial Barat yang digugat oleh Marxisme Ortodoks, Marxisme
Ortodoks digugat oleh Marxisme Barat (Italia, Prancis, Jerman). Sementara itu,
akal pikiran yang mengarah pada etika humanisme melalui proses sejarah
dari wahyu dan akal pikiran, mengarahkan etika humanisme teosentris secara
integralistik.
sebagai perjanjian primordial antara makhluk dan Tuhannya. Untuk itu, akan
dipaparkan tafsir dari Ibn Katsir dan Tafsir al-Misbah tentang nilai-nilai
humanisme yang terdapat pada (Surat al-A‘raf ayat 172, Surat al-Ahzaab ayat 72,
Surat al-Luqman ayat 25, Surat Fushilat ayat 53, Surat ad-Dzaariyaat ayat 20-21
ْك ِيٍْ ّبَُِي آ َدوَ ِيٍْ ظُهُىزِ ِهىْ ذُزِّيَحَ ُهىْ وََأشْ َهدَ ُهىْ عَهَى أََْ ُفسِ ِهىْ أََنسْثُ ّبِسَّبِكُى
َ وَِإذْ َأخَرَ زَ ُّب
dari tulang sulbi dan dalam keadaan bersaksi bahwa Allah adalah Rabb dan
“Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. –dalam riwayat lain
disebutkan: ‗Dalam keadaan memeluk agama ini.‘—Maka kedua orang
tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,Nasrani atau Majusi. Sebagaimana
seekor binatang dilahirkan dalam keadaan utuh (sempurna), apakah kalian
mendapatinya dalam keadaan terpotong (cacat)?‖
Sementara itu dalam Shahih Muslim dari ‗Iyadh bin Himar berkata bahwa
Ada pula hadits tentang keturunan manusia dari tulang sulbi Adam as. yang
atau Surga dan golongan kiri atau Neraka). Dalam Shahih al-Bukhori dan Shahih
Muslim misalnya:
―Ditanyakan kepada salah seorang penghuni Neraka pada hari Kiamat kelak:
‗Bagaimana pendapatmu jika engkau mempunyai sesuatu di atas bumi, apakah
engkau bersedia untuk menjadikannya sebagai tebusan?‘ maka ia menjawab:
‗Ya, bersedia.‘ Kemudian Allah berfirman: Sesungguhnya Aku telah
menghendaki darimu, sesuatu yang lebih ringan dari itu. Aku telah mengambil
perjanjian darimu ketika masih berada di punggung Adam, yaitu agar engkau
tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu pun, tetapi engkau menolak, dan tetap
mempersekutukan-Ku.‖
tauhid.76
ٍَْإََِب عَ َسضَُْب انْؤَيَب َةَ عَهَى انسًََبوَاتِ وَانْؤَزْضِ وَا ْنجِبَبلِ فَؤَّبَ ْيٍَ َأٌْ َّيحًِْهَُْهَب وََأشْفَم
―
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh.‖ (QS. Al-Ahzaab, 33 :
72)
merupakan ketaatan yang kemudian diterima oleh Adam. Ali bin Abi Thalhah
76
Abdullah bin Abdurrahman Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir min Ibni Katsiir, Jil. III (Jakarta
: Pustaka Imam Asy-Syafi‘i, 2008), hal. 475-478.
49
kewajiban-kewajiban yang ditawarkan oleh Allah SWT dan diterima oleh Adam
as.77
Sementara itu, Malik meriwayatkan bahwa Zaid bin Aslam berkata: Amanat
Saw. bersabda:
―Em pat hal, jika ada pada dirimu, maka tidak membahayakanmu dunia yang
luput darimu; menjaga amanat, jujur dalam tutur kata, berakhlak baik dan
menjaga diri dalamkesucian.‖
وَنَ ِئٍْ سَؤَنْحَ ُهىْ َيٍْ خَهَكَ انسًََبوَاتِ وَانْؤَزْضَ نَيَمُىُنٍَ انهَهُ لُمِ ا ْنحَ ًْدُ نِهَهِ ّبَمْ َأكْثَسُ ُهىْ نَب
ٌََّيعْهًَُى
Dalam ayat ini Allah SWT mengabarkan pada orang-orang musyrik bahwa
sebenarnya mereka mengetahui Allah pencipta langit dan bumi Yang Mahaesa,
memilikinya.78
ُك أَ َه
َ ك أَوََنىْ َّيكْفِ ّبِسَ ِّب
ُ ٍَ نَ ُه ْى أَ َ ُه ا ْنح
َ سَ ُسِّي ِه ْى آّيَبجَُِب فِي انْآفَبقِ وَفِي أََْ ُفسِ ِهىْ حَحَى ّيَحَبَ َي
77
Alu Syaikh, ―
Lubaabut Tafsir min Ibni Katsiir”, Jil. VII, hal. 347-349.
78
Alu Syaikh, ―
Lubaabut Tafsir min Ibni Katsiir”, Jil. VII, hal. 214.
50
lainnya yang menampakkan pertolongan Allah kepada Muhammad Saw. dan para
dimaksud dalam ayat tersebut merupakan kondisi fisik manusia, struktur dan
Mahapencipta.
Demikian pula akhlak-akhlak yang saling berbeda yang tercipta dalam diri
mereka, berupa baik atau buruk, seluruh aktivitas yang berada dalam ketentuan
takdir yang tidak mampu dilakukan dengan kemampuan, kekuatan, kehebatan dan
kekhawatirannya.
79
Abdullah bin Abdurrahman Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir min Ibni Katsiir, Jil. VIII
(Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi‘i, 2008), hal. 265-267.
51
sungai, lautan dan berbagai macam bahasa dan warna kulit umat manusia, serta
sesuatu yang telah ditakdirkan berupa keinginan dan kekuatan. Dan apa yang
terdapat dalam anatomi tubuh mereka, yaitu dalam menempatkan setiap anggota
tubuh dari keseluruhan tubuh mereka pada tempat yang benar-benar mereka
perlukan.
beribadah.80
ٌٍعدُ ٌو يُبِي
َ ٌْ إِ َ ُه َن ُكى
َ ٌ نَب َجعْ ُبدُوا انّشَ ْيطَب
ْ أََن ْى َأعْ َه ْد إِنَ ْي ُكىْ ّيَب ّبَُِي آ َد َو َأ
“Bukankah Aku telah mengikat janji dengan kalian, wahai anak Adam bahwa
kalian tidak akan menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh
yang nyata bagi kalian.‖ (QS. Yasin, 36 : 60)
Ayat ini merupakan ejekan dari Allah Ta‘ala pada orang-orang kafir dari
golongan Bani Adam yang mentaati setan. Padahal setan itu adalah musuh yang
80
Abdullah bin Abdurrahman Alu Syaikh, Lubaabut Tafsir min Ibni Katsiir, Jil. IX (Jakarta
: Pustaka Imam Asy-Syafi‘i, 2008), hal. 146.
52
nyata bagi mereka, serta bermaksiat pada Allah Yang Mahapemurah. Dia-lah
2. Tafsir al-Misbah
ْك ِيٍْ ّبَُِي آ َدوَ ِيٍْ ظُهُىزِ ِهىْ ذُزِّيَحَ ُهىْ وََأشْ َهدَ ُهىْ عَهَى أََْ ُفسِ ِهىْ أََنسْثُ ّبِسَّبِكُى
َ خرَ زَ ُّب
َ وَِإذْ َأ
erat yang terdapat di sini adalah pengingkaran janji dan penyampaian tuntutan
sifatnya khusus bagi Bani Israil. Sementara masih ada perjanjian-perjanjian yang
sifatnya umum yang mencakup seluruh putra-putri Adam. Perjanjian khusus Bani
Israil diantaranya ketika diingatkan bahwa Allah telah mengangkat bukit ke atas
Adam dari tulang punggung atau sulbi orang tua mereka. Hal demikian agar
keesaan Tuhan.
sesuatu sehingga yang diambil itu terpisah dari asalnya, serta menunjukkan
melalui potensi yang mereka miliki serta bukti-bukti keesaan yang Dia
hamparkan.82
ٍَْإََِب عَ َسضَُْب انْؤَيَب َةَ عَهَى انسًََبوَاتِ وَانْؤَزْضِ وَا ْنجِبَبلِ فَؤَّبَ ْيٍَ َأٌْ َّيحًِْهَُْهَب وََأشْفَم
ilustrasi berupa tawaran Tuhan yang bukan suatu pemaaksaan. Tentu saja yang
ditawari itu dinilai mampu untuk mengemban tugas. Sebagian ulama menganggap
bahwa Tuhan yang menawarkan pada langit, bumi dan gunung-gunung itu
Ibn ‗Asyur cenderung memahami kata amanah pada ayat tersebut dalam arti
hakiki, yakni apa yang diserahkan kepada seseorang untuk dipelihara dan
82
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. V (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 292-294.
54
dengan amant, ia pada hakikatnya adalah sesuatu yang dititipkan kepada orang
lain untuk dipelihara dan kemudian dikembalikan pada penitipnya. Berarti Allah
وَنَ ِئٍْ سَؤَنْحَ ُهىْ َيٍْ خَهَكَ انسًََبوَاتِ وَانْؤَزْضَ نَيَمُىُنٍَ انهَهُ لُمِ ا ْنحَ ًْدُ نِهَهِ ّبَمْ َأكْثَسُ ُهىْ نَب
ٌََّيعْهًَُى
kaum musyrikin. Anehnya, ketika mereka ditanya siapa yang menciptakan langit
dalam arti pujian atas hidayah-Nya, sehingga nabi umat Islam mengesakan Allah
ُك أَ َه
َ ك أَوََنىْ َّيكْفِ ّبِسَ ِّب
ُ ٍَ نَ ُه ْى أَ َ ُه ا ْنح
َ سَ ُسِّي ِه ْى آّيَبجَُِب فِي انْآفَبقِ وَفِي أََْ ُفسِ ِهىْ حَحَى ّيَحَبَ َي
83
Shihab, ―
Tafsir al-Misbah”, Vol.XI, hal. 331-333.
84
Shihab, ―
Tafsir al-Misbah”, Vol.XI, hal. 148-149.
55
bagi pendurhaka yang mengingkari kebenaran al-Qur‘an. Bahkan, lewat ayat itu
memahami bukti-bukti yang terdapat dalam al-Qur‘an sendiri dan apakah belum
Pada masa Nabi Muhammad Saw. termasuk ayat-ayat yang dijanjikan oleh
ayat ini untuk dipelihara antara lain peristiwa kemenangan dalam peperangan
Sementara itu, ayat-ayat dari segala ufuk dan dari mereka yang
Nya. Sayyid Quthub memilih bahwa Allah telah membuktikan kebenaran janji-
empat belas abad sejak penyampaian janji. Dia telah mengungkap ayat-ayat-Nya
yang terdapat pada diri manusia dan hingga kini Allah masih mengungkapnya
karena setiap saat lahir suatu penemuan hakikat baru yang belumdikenal
sebelumnya.
56
menunjukkan pada Allah mengisyaratkan keterlibatan selain Allah dalam hal yang
dibicarakan. 85
Allah telah bersumpah demi langit serta hal-hal yang ada dilangit sebagai
bukti kuasa-Nya. Disamping itu ada pula tanda-tanda kuasa Allah pada diri
manusia itu sendiri, maka tidakkah manusia melihat ayat-ayat itu dengan mata
dugaan kebetulan. Kesemuanya terjadi dengan teratur dan konsisten. Tafsir al-
Misbah juga menyebutkan jika saja Tuhan ada dua, maka keharmonisan dan
Bukti lainnya adalah kejadian manusia yang sangat unik dan organ-organ
tubuhnya yang demikian serasi tapi kompleks. Tingkah laku yang sangat rumit
yang hingga kini masih menimbulkan banyak tanda tanya tentang manusia.
85
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. XII (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 440-
441.
57
―
Hai manusia engkau mengira dirimu benda yang kecil, padahal dalam
dirimu terkandung alam yang amat besar‖, demikian diungkapkan sastrawan Arab
ٌٍعدُ ٌو يُبِي
َ ٌْ إِ َ ُه َن ُكى
َ ٌ نَب َجعْ ُبدُوا انّشَ ْيطَب
ْ أََن ْى َأعْ َه ْد إِنَ ْي ُكىْ ّيَب ّبَُِي آ َد َو َأ
―Buk ankah Aku telah mengikat janji dengan kalian, wahai anak Adam bahwa
kalian tidak akan menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh
yang nyata bagi kalian.‖ (QS. Yasin, 36 : 60)
meskipun begitu dalam ayat itu menggunakan nama putra-putri Adam. Suatu hal
yang dimaksudkan untuk mengingatkan pesan yang telah ditujukan sejak dahulu,
setan dengan manusia telah mengakar jauh, sehingga tidak mungkin akan sirna
atau berkurang. Allah telah mengingatkan manusia dalam Surat al-‗A‘raf ayat
172.
Tampak jelas permusuhan setan pada manusia. Hal itu bisa disadari oleh
siapapun yang memperhatikan dampak buruk dari rayuan dan bisikannya. Semua
yang dilarang Allah lalu dilakukan oleh manusia, maka di sana akan ditemukan
rayuan setan. Padahal, semua yang dilarang Allah membawa dampak buruk bagi
manusia.
86
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol. XIII (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hal. 334-
335.
58
pun yang berfikir bahwa memang setan musuh yang sangat jelas.87
87
M.Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah, Vol.XI (Jakarta: Lentera Hati, 2002), 562.
BAB IV
MUTAHHARI
Diantara sekian banyak karya Mutahhari yang bisa dijadikan rujukan dalam
Suci. Bedah Tuntas Fitrah: Mengenal Jati Diri, Hakikat dan Potensi Kita. Etika
Seksual dalam Islam. Filsafat Agama dan Kemanusiaan: Perspektif al-Qur‘an dan
Sejarah dan Konsep Tentang Sosial Politik, serta Filsafat Moral Islam.
dalam perspektif Mutahhari akan penulis paparkan satu demi satu, diantara
ْك ِيٍْ ّبَُِي آ َدوَ ِيٍْ ظُهُىزِ ِهىْ ذُزِّيَحَ ُهىْ وََأشْ َهدَ ُهىْ عَهَى أََْ ُفسِ ِهىْ أََنسْثُ ّبِسَّبِكُى
َ خرَ زَ ُّب
َ وَِإذْ َأ
59
60
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Allah)‖ (QS. Al-‗A‘raf, 7 : 172)
seorang filosof termasyhur asal Amerika dan ahli psikologi abad kedua puluh
William James memiliki ungkapan lain, suatu susunan alami yang berbeda di
William James sebagai pusat dari serangkaian bakat dan kecenderungan potensial
Sementara itu, terkait ayat 172 Surat al-‗A‘raf tersebut, Mutahhari pernah
agama muncul dari kelemahan dan ketidakberdayaan manusia, yaitu dari rasa
takut.
88
Murtada Mutahhari, Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci, (Bandung: Mizan
Pustaka, 2007), hal. 95.
89
Mutahhari, ― Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci‖, hal. 97.
61
Lantas, jika logika telah cukup mengantarkan pada Tuhan, penyakit apa
yang menyebabkan orang harus melakukan analisis dan interpretasi lagi?
Mutahhari mengibaratkan dengan orang yang berada dalam sebuah ruangan dan
semua pintu terbuka, dengan kondisi seperti itu tidak mungkin mengatakan, ―
ia
turun dari atap‖.
Mutahhari, ―
Bedah Tuntas Fitrah : Mengenal Jati Diri, Hakikat dan Potensi Diri Kita‖,
90
hal. 135.
62
ٍَْإََِب عَ َسضَُْب انْؤَيَب َةَ عَهَى انسًََبوَاتِ وَانْؤَزْضِ وَا ْنجِبَبلِ فَؤَّبَ ْيٍَ َأٌْ َّيحًِْهَُْهَب وََأشْفَم
―
Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan
gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka
khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zhalim dan amat bodoh.‖ (QS. Al-Ahzaab, 33 :
72)
dalam peribadatan. Itu menjelaskan keyakinan umum yang berlaku pada kaum
yang keliru itu menyekutukan Allah, bahkan dalam hal menciptakan sesuatu.
Pertama, Rasulullah Saw. bersabda: Setiap bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah,
91
Murtada Mutahhari, Filsafat Agama dan Kemanusiaan : Perspektif al-Qur‟an dan
Rasionalisme Islam (Yogyakarta: Rausyan Fikr Institute, 2013), hal. 70.
63
yang telah mereka lupakan; serta agar mereka (para rasul dan nabi) dapat berhujah
Sementara itu, mengapa Allah mengutus para rasul secara estafet satu demi
satu? Mutahhari mengatakan justru itulah letaknya hubungan dua teori yang
disebutkan. Yaitu, apakah rasul itu diutus Allah untuk menyampaikan sesuatu
untuk pertama kalinya, ataukah datang untuk mengingatkan manusia akan janji
Tentang fitrah dalam khutbah Imam Ali tersebut diartikan bahwa para rasul
Dengan demikian Mutahhari beranggapan para nabi tidak memulai tugas dari
tempat kosong, melainkan dengan menyalakan sesuatu yang telah ada dalam diri
manusia.
fitrah manusia. Meskipun nabi juga memiliki tugas sebagai pengajar dalam al-
64
Imam Ali as sebagai upaya para nabi yang diutus Allah untuk memperlihatkan
kepada manusia bahwa didalam pendaman (atau simpanan) roh dan akal mereka
terdapat ―
harta kekayaan‖ yang telah mereka (manusia) lupakan.
―
Membangkitkan pendaman-pendaman akan mereka‖ berarti membongkar harta
yang terdalam itu dan membangkitkan keheranan dalam diri mereka akan adanya
Dalam hal itu Mutahhari menafsirkan ungkapan Imam Ali as dari kata
―
pendaman-pendaman‖ atau dafa‟in sebagai harta yang dipendam dalam tanah,
bukan dengan maksud agar harta itu rusak, melainkan agar tidak dilihat orang.
Pemiliknya menutupinya dengan tanah agar orang lain yang melewatinya tidak
mengetahuinya.93
independen dan merdeka. Sebagai khalifah (wakil) yang diangkat Tuhan sehingga
memiliki misi dan tanggung jawab. Untuk itu, manusia dituntut untuk
memperbaiki bumi dengan cara dan prakarsanya. Manusia juga diberi kebebasan
92
Mutahhari, ―
Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci‖, hal. 131.
93
Mutahhari, ―Bedah Tuntas Fitrah : Mengenal Jati Diri, Hakikat dan Potensi Diri Kita‖,
hal. 177-179
94
Mutahhari, ―Filsafat Agama dan Kemanusiaan : Perspektif al-Qur‘an dan Rasionalisme
Islam‖, hal. 71-72.
65
ُك أَ َه
َ ك أَوََنىْ َّيكْفِ ّبِسَ ِّب
ُ ٍَ نَ ُه ْى أَ َ ُه ا ْنح
َ سَ ُسِّي ِه ْى آّيَبجَُِب فِي انْآفَبقِ وَفِي أََْ ُفسِ ِهىْ حَحَى ّيَحَبَ َي
afaqiyah, merupakan ayat yang berbicara tentang hal-hal yang berada di luar diri
kalbu dan batin manusia. Mutahhari beranggapan bahwa ayat-ayat anfusiyah lebih
al-ayat dan dunia intenal sebagai jiwa. Mutahhari menyebut Surat Fushilat ayat 53
95
Mutahhari, ―
Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci‖, hal. 125.
66
keajaiban yang senantiasa bertambah dan yang semakin sering menarik pikiran ke
arahnya: langit yang bertabur bintang di atasku dan hukum moral dalam diriku.‖
atas risalah Allah yang telah melengkapi mereka dengan pengetahuan, sehingga
kelak mereka tidak memiliki alasan (jika ditanyakan tentang risalah yang
disampaikan para rasul). Dua ayat diatas, Mutahhari menegaskan risalah yang
disampaikan para rasul itu terkait erat dengan sesuatu yang berada dalam diri
ٌٍعدُ ٌو يُبِي
َ ٌْ إِ َ ُه َن ُكى
َ ٌ نَب َجعْ ُبدُوا انّشَ ْيطَب
ْ أََن ْى َأعْ َه ْد إِنَ ْي ُكىْ ّيَب ّبَُِي آ َد َو َأ
―Buk ankah Aku telah mengikat janji dengan kalian, wahai anak Adam bahwa
kalian tidak akan menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh
yang nyata bagi kalian.‖ (QS. Yasin, 36 : 60)
dengan anak Adam, perjanjian dengan seluruh umat manusia. Allah meminta janji
seluruh umat manusia bahwa mereka tidak akan menyembah setan. Menyembah
setan yang dimaksud tentunya adalah tidak mengikuti jalan setan, sehingga
dimana posisi kebebasan manusia dan kehendak bebas? Apakah qadha dan qadar
ilahi menjadi umum dan mencakup semuanya dan bagi manusia memiliki peran
bebas disaat yang sama? Jawabannya adalah, iya. Dari sudut pandang Islam, iman
dan kepercayaan pada Tuhan itu setara dengan kebebasan manusia dan kehendak
―Buk anlah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu
belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? Sesungguhnya Kami telah
menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak
mengujinya, karena itu kami jadikan dia mendengar dan melihat. Sesungguhnya
Kami telah menunjukkan jalan yang lurus, ada yang bersyukur dan ada pula
yang kafir. (QS. Al-Insaan, 76 :1-3)‖
sehingga menolak Tuhan. Sartre berkata: Karena saya percaya dan beriman pada
kebebasan, saya tidak bisa percaya dan beriman kepada Tuhan, karena jika saya
menerima Tuhan, saya elalu harus menerima nasib, dan jika saya menerima nasib,
saya tidak bisa menerima kebebasan individu, dan karena saya ingin menerima
kebebasan dan saya menyukainya dan mengimaninya, saya tidak bisa beriman
kepada Tuhan.98
bahwa mereka bisa bebas jika menolak Tuhan. Dalam kasus ini, mereka
memutuskan hubungan kehendak dari masa lalu dan masa kini. Padahal,
Murtada Mutahhari, Filsafat Materialisme : Kritik Filsafat Islam tentang Tuhan, Sejarah
98
dan Konsep tentang Sosial Politik (Yogyakarta: Rausyanfikr Institute, 2016), hal. 100.
68
memungkinkan peran aktif dan bebas bagi kehendak manusia. Mutahhari juga
Russell yang disinyalir membentuk area konflik antara sains dan agama. Russell
melalui bukunya The Scientific Outlook di bawah judul Science and Religion
―M emang benar bahwa kita tidak dapat memprediksi tindakan manusia secara
lengkap, tetapi sangat cukup dihitung dengan kerumitan mekanisme dan sama
sekali tidak menuntut hipotesis ketidakpatuhan pada hukum sepenuhnya, yang
ditemukan salah bilamana dapat diuji dengan hati-hati. Mereka yang
menginginkan ketidakpastian di dunia fisik tampaknya bagi saya telah gagal
untuk menyadari apa yang akan terlibat dalam hukum sebab-akibat ini. Segala
kesimpulan sehubungan dengan jalannya alam adalah saling terkait. Seandainya
alam tidak tunduk pada hukum sebab-akibat, segala penyimpulan semacam ini
pasti gagal. Kita tidak bisa, dalam kasus itu, mengetahui apa pun di luar
pengalaman pribadi kita; sesungguhnya, tegasnya, kita hanya bisa mengetahui
pengalaman kita pada saat ini, karena semua memori tergantung pada hukum
kasual. Jika kita tidak bisa menyimpulkan eksistensi orang lain, atau bahkan
dari masa lalu kita sendiri, bagaiman kita bisa menyimpulkan (adanya) Tuhan,
atau apapun lainnyayang para teolog inginkan...
Pada kenyataannya, tidak ada alasan baik apapun untuk berpandangan bahwa
perilaku atom tidak tunduk pada hukum. Hanya baru-baru ini bahwa metode
eksperimental telah mampu menerangkan perilaku atom-atom individu, dan tak
heran jika hukum perilaku ini belum ditemukan‖.
99
Murtada Mutahhari, Filsafat Materialisme : Kritik Filsafat Islam tentang Tuhan, Sejarah
dan Konsep tentang Sosial Politik (Yogyakarta: Rausyanfikr Institute, 2016), hal. 99-102.
69
keselarasan antara sebab dan akibat merupakan bagian dari inti metafisika itu
sendiri.
dalam keadaan yang mendukung bertindak dengan cara yang sama‖. Russell tidak
dan eksperimen itu sendiri bergantung pada prinsip sebab-akibat. Jika hukum
sebab-akibat tidak ada, kita tidak akan sampai pada sesuatu apapun.
Sejarah dan Konsep tentang Sosial Politik (Yogyakarta: Rausyanfikr Institute, 2016), hal. 107.
70
karakteristik spiritual dan moral. Dan keempat adalah faktor sejarah dan waktu
manusia dalam membentuk wataknya. Secara umum, ada mata rantai antara setiap
wujud sekarang dan wujud dahulu sebagai proses yang berkesinambungan. 101
kebebasan melalui kesadaran moral untuk membedakan yang baik dan yang
buruk. Inspirasi tersebut merupakan fitrah atau bawaan yang ada pada manusia.102
negatif seksual tersebut didasarkan pada nilai dan prinsip diantaranya; Pertama,
kebebasan pribadi setiap individu, tanpa pandang bulu haruslah dihormati dan
dilindungi selama kebebasan itu tidak melanggar kebebasan pribadi orang lain.
Dengan kata lain, kebebasan seorang individu tidaklah dibatasi oleh pertimbangan
kecenderungan yang alami ini dirintangi, maka hal itu akan membawa kepada
egoisme dan gangguan kepribadian, yang timbul terutama dari frustasi seksual.
Naluri dan dorongan itu akan menjadi salah tingkah apabila tidak dipenuhi dan
dipuaskan.
nafsu manusia akan menyebabkan naluri dan nafsu tersebut semakin meningkat
dipandang oleh penganut kebebasan seksual baru sebagai jalan yang benar, yakni
memfrustasikannya.
103
Murtada Mutahhari, Etika Seksual dalam Islam (Jakarta: Penerbit Lentera, 1996), hal.
41-42.
72
hawa nafsu bisa memunculkan sikap yang berlebihan. Padahal, sikap berlebihan
sosiologi hak-hak manusia. Namun, yang tidak terpikirkan dari moralitas baru
lingkup yang terbatas. Misalnya, seorang istri hanya boleh melahirkan anak dari
yang berkenaan dengan kesucian dan kesetiaan yang selama ini dihormati.
tidak dapat dibatasi kecuali oleh kebebasan pribadi orang lain dan perlunya
menghormati kebebasan pribadi orang lain. Dan implikasi lainnya berupa klaim
104
Mutahhari, ―Fils
afat Agama dan Kemanusiaan : Perspektif al-Qur‘an dan Rasionalisme
Islam‖, hal. 93.
73
keterpautan anak yang mungkin lahir dari hubungan tersebut tidak melibatkan
hubungan lebih lanjut apapun dengan masyarakat, kehidupan umum dan hak-hak
prerogatif masyarakat.
kehendak diri dan hasrat harus dihormati selama ia menghormati hak orang lain
lebih merupakan gagasan yang menyesatkan. Adalah perlu bagi setiap masyarakat
untuk mengakui bahwa kepentingan yang lebih tinggi dan besar dari seseorang
tuntutan moral dapat memperparah kerusakan pada konsep dasar moralitas itu
sendiri.
Mutahhari, ―
Etika Seksual dalam Islam‖, hal. 44.
105
74
membela cita kebebasan dan hak kaum tertindas. Ironisnya, filsafat moralnya
beranggapan kontradiksi seperti ini biasa ditemui dalam filsafat Barat, sehingga
nampak apa yang digaungkan didepan khalayak tidak sesuai dengan yang
dipraktikkan.106
lain sebagainya?
Islam mengajarkan kenikmatan timbal balik suami istri yang dibatasi dalam
diperkenankan.
Dalam dunia Timur yang notabene pemeluk agama Islam, cinta merupakan
Mutahhari, ―
Etika Seksual dalam Islam‖, hal. 49.
106
75
Sementara itu, masyarakat Barat nampak jelas lebih memilih alternatif yang
abstrak di luar proses mekanis menyangkut masalah kehidupan yang rutin. Oleh
karenanya sulit bagi orang Barat membedakan cinta dan hawa nafsu, serta untuk
percaya terhadap penghayatan dan harmonitas spiritual yang bisa lahir darinya.
tidak mendorong cinta ke arah yang bermanfaat seperti pandangan filosof dan
sosiolog, dalam batasan efeknya yang mendalam, sangat responsif dan tidak
egois.
yang baik, menjadikan persepsi yang terang dan tajam, mampu menanamkan rasa
107
Mutahhari, ―
Etika Seksual dalam Islam‖, hal. 45-49.
76
Pada tataran ini, cinta seperti yang digambarkan dalam kesusastraan dunia
penuh dengan sifatnya yang luhur, termasuk sebagai katalisator, guru dan pemberi
Penyair Parsi lain yang kesohor, Hafizh juga melantunkan puisinya yang
disapa Gus Dur dalam beberapa kesempatan misalnya mengatakan bahwa politik
Mutahhari, ―
Etika Seksual dalam Islam‖, hal. 91.
108
Abdurrahman Wahid, Islamku Islam Anda Islam Kita (Jakarta: The Wahid Institute,
109
keluar.
Diantara isu humanisme yang berkembang di media massa ada yang berupa
wacana dan opini. Pergulatan opini dan wacana tersebut menarik untuk ditelisik
Transhumanisme‖110. Indra
Katolik Indonesia Atma Jaya misalnya menulis opini ―
sebagai Direktur Pascasarjana Ilmu Politik Unas dan Pengurus Pusat HIPIIS
Merayakan Kemanusiaan‖112.
menulis masalah humanisme dengan judul ―
satu disiplin ilmu tertentu. Para akademisi, politisi, sastrawan hingga budayawan
Isu yang menarik untuk dikaji dalam humanisme sendiri adalah konsep
seperti hubungan seksual dan lain sebagainya. Bahkan, tak jarang kebebasan
110
A Prasetyantoko, ―Transhumanisme.‖ Kompas, 21 Februari 2018
111
Indra Trenggono, ―Mengakhiri Dehumanisasi.‖ Kompas, 16 April 2018
112
M. Alfan Alfian, ―
Merayakan Kemanusiaan.‖ Kompas, 20 Juni 2018
78
tertentu yang melekat pada diri manusia berupa hasrah-hasrah dan pesona-pesona
spiritual khas yang tidak dimiliki makhluk hidup lainnya. Sehingga dengan begitu,
Murtada Mutahhari, Filsafat Moral Islam (Jakarta: al-Huda, 2004), hal. 194.
113
79
hidup lain. Ini membekali mereka dengan kemampuan untuk memperluas ruang
gerak mereka ke luar batas alam materi, dan membimbing geraknya ke arah
Kerajaan Agung.‖114
kebebasan lainnya.
Mutahhari menilai nafsu dan keinginan suatu pertalian antara manusia dan
makin lemah tujuan mereka. Namun, intelek dan kuasa-iradah merupakan daya
internal yang membangun karakter sejati manusia. Jika manusia mampu bersandar
pada keduanya, maka mereka akan mampu menguasai potensi-potensi yang ada,
Mutahhari, ―
Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci‖, hal. 145.
114
80
―
merdeka‖. Sehingga dengan begitu, manusia akan memiliki dirinya sendiri,
kemerdekaan spiritual‖.116
utama ajaran Islam adalah ―
spiritual dan hilangnya akhlak. Lebih lanjut, krisis yang datangnya dari eksternal
meskipun seolah tidak datang dari spiritual, namun jika ditelisik akan kembali
― Satu-satunya krisis dunia yang masih melanda dunia kita saat ini adalah krisis spiritual
yang menggerogoti hati manusia. Adakalanya sebagian krisis yang tampak dari luar
tidak berkaitan dengan spiritualitas manusia, namun akhirnya akan kembali juga kepada
sebab-sebab spiritual.‖
mental dan jiwa, kebrutalan dan kenakalan remaja, pudarnya kasih sayang,
bangsa-bangsa di dunia pasrah total pada Tuhan agar keluar dari beragam krisis
yang sedang terjadi. Lebih lanjut, Mutahhari melihat krisis tersebut memiliki akar
Mutahhari, ―
Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci‖, hal. 146.
115
Mutahhari, ―
Manusia dan Agama: Membumikan Kitab Suci‖, hal. 145-146.
116
Murtada Mutahhari, Filsafat Moral Islam (Jakarta: al-Huda, 2004), hal. 194-201.
117
81
tidak akan mampu mengangkat derajat seseorang tanpa ilmu pengetahuan, bahkan
Penaklukan tersebut dalam disiplin ilmu akhlak disebut jihad akbar. Penamaannya
sendiri beranjak dari hadis yang diakui banyak kalangan diantaranya sunni dan
nafsu.‖118
Bahwa untuk menanggulangi krisis yang terjadi dalam masyarakat Indonesia saat
ini diperlukan keimanan dan keilmuan. Keduanya penting agar manusia mampu
Mutahhari, ―
Filsafat Moral Islam‖, hal. 210.
118
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mutahhari tidak bisa dilepaskan dari perjanjian fitrah manusia dengan Tuhannya.
Untuk itu Mutahhari sejalan dengan khutbah Imam Ali yang menyebut akal
Barat yang tidak bertentangan dengan nilai luhur Islam. Lebih dari itu, seperti
kebanyakan pemikir Syi‘ah lainnya, ia juga mengutip pendapat Imam Ali untuk
dalam sebuah ruangan dan semua pintu terbuka, dengan kondisi seperti itu tidak
82
83
prinsip itu berkenaan tentang filsafat, pendidikan dan psikologi manusia. Prinsip
sesungguhnya adalah dasar dari realisasi sosiologi hak-hak manusia. Namun, yang
tidak terpikirkan dari moralitas baru Barat terkait kebebasan individu tersebut
pada umumnya haruslah lebih menghargai al-Qur‘an sebagai wahyu agung. Hal
dalam konstruksi sosial. Konstruksi sosial tentu tidak bisa dilepaskan dari
manifestasi filsafat dan ilmu pengetahuan harus sesuai dan selaras dengan nilai
individu di Barat. Ia mengatakan di Eropa rasa keadilan sangat besar, namun rasa
84
Mengapa demikian? Mutahhari menganggap hal tersebut akibat rasa cinta dan
yang sehat bagi anak oleh keluarga yang benar-benar saling mencintai satu sama
lain.
secara efektif memelihara sifat semacam itu. Hal demikian bisa dilihat dari
Mutahhari, untuk itu layak kiranya pemikiran Mutahhari dijadikan sebagai kritik
memprioritaskan satu diantara lainnya untuk menemukan jati diri manusia yang
sesungguhnya.
yang berimplikasi pada kebebasan individu seksual adalah bahwa kebebasan atau
Alu Syaikh, Abdullah bin Abdurrahman.Lubaabut Tafsir min Ibni Katsiir, Jil.
V,VII,VIII, XI, XII, XIII, Jakarta : Pustaka Imam Asy-Syafi‘i, 2008.
85
86
Mutahhari, Murtada . Bedah Tuntas Fitrah : Mengenal Jati Diri, Hakikat dan
Potensi Diri Kita. Yogyakarta : Penerbit Citra, 2012.
Mutahhari, Murtada . Etika Seksual dalam Islam. Jakarta: Penerbit Lentera, 1982.
Mutahhari, Murtada . Hijab Gaya Hidup Wanita Islam. Bandung: Mizan Pustaka,
1988.
R. Rafton, Harold. ―Humanism.‖ The Scientific Monthly (Vol. 64, No. 1, Inc.,
1947): 88-91.
Ready, Musholli. ―
Arus Baru Kecenderungan Penafsiran Kontemporer.” Journal
of Qur‟an and Hadith Studies (Vol. 1, No. 1, 2012): 85-117.
Syafi‘i Ma‘arif, Ahmad. Fazlur Rahman, Islam dan Pemikiran Islam. Bandung:
Penerbit Pustaka, 2017.
The Encyclopaedia Britannica, Vol. 13. New York: The Incyclopaedia Britannica,
Inc., 1911.
Wahid, Abdurrahman. Islamku Islam Anda Islam Kita. Jakarta: The Wahid
Institute, 2006.
WMK, Anwar. ―
Kanopi Kebudayaan.‖ Jurnal Bayan (Vol. IV, No. 2, 2015): 39-
62.