Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

Ilmu Tauhid Konsep Teologi Bencana

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Makalah Pada Mata Kuliah
Mitigasi dan kearifan lokal

Dosen Pengampu: Mursyidul Haq Firmansyah, M. Phil

Disusun Oleh :

Fahiza Awalia Lahambu

NIM: 222060023

PROGRAM STUDI S1: AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM

FAKULTAS USHULUDIN ADAB DAN DAKWAH

UIN DATOKARAMA PALU

2022

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan


rahmat, hidayah dan inayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah
ini. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada nabi
Muhammad SAW.

Dengan selesainya makalah ini, penulis sadar bahwa ini tidak hanya merupakan
usaha penulis seorang, akan tetapi merupakan hasil dukungan dan bantuan dari
semua pihak.

Penulis sadar bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan, untuk itu
saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Selanjutnya tidak
lupa penulis haturkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan bantuannya sehingga makalah ini dapat
terselesaikan. Sebagai rasa syukur yang cukup mendalam, penulis mengucapkan
terimakasih banyak kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu.

Akhirnya penulis hanya bisa berharap dan berdo’a, semoga kebaikkan-


kebaikkan tersebut dapat menjadi amal shaleh serta mendapat balasan dari Allah
SWT, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya, dan
para pembaca pada umumnya. Amin, amin, amin Ya Rabbal ‘Alamin.

Palu, 14 Desember 2022

Penulis

Fahiza Awalia L.

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

2
Akhir-akhir ini kehidupan manusia di penjuru bumi, terutama di Indonesia banyak tertimpa
bencana. Sebagaimana bencana tanah longsor yang terjadi di Bogor Jawa Barat pada tanggal
07 September 2015, bencana banjir di Aceh barat daya pada tanggal 13 September 2015,
bencana puting beliung di kota Pekanbaru Riau pada tanggal 14 September 2015[1] dan
masih banyak bencana yang terjadi di Indonesia.

Berbagai macam bencana tersebut tidak hanya menelan korban jiwa dan kerugian finansial
yang besar, namun yang paling penting untuk diingat adalah bahwa bencana tersebut
meninggalkan duka yang sangat mendalam bagi kluarga yang masih hidup, dan trauma bagi
beberapa korban selamat.

Oleh karena itu, pada makalah ini akan dibahas tentang fungsi keimanan dan bencana untuk
memahami konsep tologi bencan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengalaman bencana yang dialami di Indonesia ?

2. Apa hubungan antara bencana dan konsep ketauhidan ?

3. Apa hubungan antara keimanan dan ketauhidan dalam menghadapi bencana ?

4. Apa dalil tentang bencana dan kerusakan alam ?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan beberapa pengalaman bencana yang dialami masyarakat Indonesia

2. Mengetahui hubungan antara bencana dan konsep ketauhidan

3. Mengetahui hubungan antara keimanan dan ketauhidan dalam menghadapi bencana.

4. Mengetahui dalil-dalil tentang bencana dan kerusakan alam.

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengalaman Bencana Yang Dialami Masyarakat Indonesia

Bencana ada dua macam, yaitu :

3
a. Bencana Alam

Bencana yang disebabkan oleh factor alam, seperti gempa, sunami, gunung meletus dan
sebagainya.

Masih teringat di ingatan megatsunami yang melanda Banda Aceh 26 Desember 2004 silam
meluluhlantakan sisi utara dan barat Negeri Serambi Mekah. Megastunami tersebut
merenggut ratusan ribu korban jiwa, puluhan ribu jiwa hilang dan kerugian hingga angka
triliun. Megatsunami Aceh menjadi bencana tsunami terparah yang pernah dialami Indonesia
akibat gempa bumi tektonik.[2]

Rabu 30 September 2009 pukul 17.16 WIB, gempa dengan kekuatan 7,6 Skala Richter (SR)
mengguncang Tanah Minang, tanah yang amat subur dan kaya dengan nilai-nilai religious,
historis sekaligus kultural. Kepiluan tersebut nyaris sempurna setelah gempa yang sama
terjadi di Jambi dua hari kemudian namun dengan skala yang lebih kecil.[3]

b. Bencana Lingkungan

Bencana yang disebabkan oleh factor lingkungan, seperti banjir, rob, tanah longsor dan
sebagainya.

Di Manado, banjir bandang dan longsor di sejumlah wilayah menyebabkan paling tidak 16
orang meninggal dan sekitar 10 orang tertimbun. Selain itu, sekitar 40.000 orang harus
mengungsi. Bencana yang ditetapkan sebagai bencana nasional oleh pemerintah tersebut,
terjadi pada tahun 2014 di Manado, Sulawesi Utara.[4]

Selain bencana-bencana tersebut diatas, masih banyak bencana yang terjadi di Indonesia yang
mengakibatkan kerugian baik kerugian materil maupun kerugian non materil. Dan dari
kejadian-kejadian tersebut, timbul banyak pertanyaan yang memenuhi pikiran masyarakat,
salah satunya adalah apakah bencana-bencana tersebut merupakan hukuman atau ujian dari
keimanan masyarakat Indonesia ?.

Hubungan antara Bencana dan Konsep Ketauhidan

Ketika membicarakan masalah relasi Tuhan dan manusia, maka teosentris (Tuhan menjadi
pusat segala kekuatan/kekuasaan dan manusia harus tunduk dan patuh dihadapan Tuhan).
Cara pandang seperti ini, menganggap bahwa agama adalah cara orang untuk bertuhan, suatu
teologi yang mengajak manusia untuk meninggalkan segala-galanya demi Tuhan. Dengan
demikian, maka Tuhan tidak hanya menciptakan manusia, tetapi juga mengintervensi,
mendatangi dan bersemayam dalam kehidupan duniawi.[5]

Alam adalah ciptaan Tuhan. Memperlakukan alam secara baik dan bertanggung jawab adalah
bentuk keimanan terhadap Tuhan merusak alam sama saja merusak hubungan kita dengan
Tuhan.[6]

Dengan meng-Esakan Allah, maka seseoorang akan menjaga alam dan semua ciptaan-Nya.
Karena seseorang akan merasa diawasi oleh Allah, maka seseorang akan hati-hati dalam
berbuat. Dan bencana sendiri biasanya dikarenakan perbuatan manusia itu sendiri. Firman
Allah dalam Al-qur’an

َ‫ض الَّ ِذى َع ِملُ ْوا لَ َعلَّ ُه ْم يَ ْر ِج ُع ْون‬ ِ ‫سبَتْ َأ ْي ِدى النَّا‬
َ ‫س لِيُ ِذ ْيقَ ُه ْم بَ ْع‬ َ َ‫ظَ َه َر ْالف‬
َ ‫سا ُد فِي ْالبَ ِّر َو ْالبَ ْح ِر بِ َما َك‬

4
Artinya : “Telah Nampak kerusakan didarat dan dilaut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka,
agar mereka kembali kejalan (yang benar)” (Qs. Ar-rum ayat 41)

Nilai tauhid bagi umat muslim harus menjadi spirit bagi setiap tindakkan atau perilakunya,
baik yang berhubungan dengan orang lain atau lingkungan hidupnya. Hal ini mengandung
makna bahwa manusia sebagai makhluk tuhan sekaligus sebagai hamba Tuhan harus
senantiasa tunduk dan patuh kepada aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh Allah swt.
Manusia bertanggung jawab atas semua tindakan yang dilakukanya, hal ini juga menyiratkan
bahwa tauhid merupakan satu-satunya sumber nilai dalam etika. Pelanggaran atau
penyangkalan terhadap nilai ketauhidan ini berarti syirik, yang merupakan perbuatan dosa
terbesar dalam islam. Oleh karena itu tauhid merupakan landasan dan acuan bagi setiap
perbuatan manusia, baik perbuatan lahir maupun perbuatan batin termasuk berfikir. Bagi
seorang muslim mukmin, tauhid harus masuk menembus kedalam seluruh aspek kehidupan
dan menjadi pandangan hidupnya.

Dengan adanya bencana, Allah ingin memberi pelajaran kepada manusia agar manusia
menjaga alam supaya tidak terjadi bencana yang diakibatkan kerusakan alam, dan kembali ke
jalan yang benar, yaitu jalan yang diridhoi Allah.

3. Hubungan antara Keimanan dan Ketauhidan dalam Menghadapi Bencana

Dalam menegakkan tauhid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep dan
pelaksanaan, fikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertauhid adalah
mengesakan tuhan dalam pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran,
membenarkan dalam hati, mengucapkan dalam lisan, dan mengamalkan dengan perbuatan.
Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa.

Seorang Mukmin dengan ketaqwaannya kepada Allah Ta’ala, memiliki kebahagiaan yang
hakiki dalam hatinya, sehingga masalah apapun yang dihadapinya di dunia ini tidak akan
membuatnya mengeluh atau stress, apalagi berputus asa. Hal ini disebabkan keimanannya
yang kuat kepada Allah membuat dia yakin bahwa apapun ketetapan yang Allah berlakukan
untuk dirinya maka itulah yang terbaik baginya.[7] Allah berfirman, yang artinya :

“Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa (seseorang kecuali dengan izin Allah; barang
siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk ke (dalam) hatinya.
Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. At-Taghabun : 11).

Sebagai seorang yang beriman sudah seharusnya khusnudzon(berprasangka baik) dalam


menghadapi bencana yang terjadi atau yang dialaminya. Karena bencana yang terjadi
merupakan atas kehendak dan izin dari Allah dan bisa jadi bencana yang terjadi karena
kesalahan manusia sendiri.

Bencana yang murni atas kehendak dan izin dari Allah ada tiga macam[8], yaitu :

a. Adakalanya merupakan bentuk hukuman

Dalam surat Al-A’raf ayat 96

ِ ‫ض َولَ ِكن َك َّذبُ ْوا فََأ َخ ْذنَ ُه ْم بِ َما َكانُوا َي ْك‬


َ‫سبُون‬ ِ ‫س َما ِء َو ْاَأل ْر‬ ٍ ‫َولَ ْو َأنَّ اَ ْه َل ْالقُ َرى َءا َمنُ ْوا َواتَّقَ ْوا لَفَت َْحنَا َعلَ ْي ِه ْم بَ َر َك‬
َّ ‫ت ِّمنَ ال‬

5
Artinya : Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-
ayat kami) itu, maka kami siksa mereka disebabkan perbuatannya. (Qs. Al-A’raf :96)

Suatu bencana bisa jadi merupakan hukuman atas perbuatan yang dilakukan manusia.
Kesalahan yang dirasa sudah melewati batas, seperti tidak lagi menjalankan perintah Allah,
mengabaikan larangan Allah, mendustakan ayat-ayat Allah, dan lain sebagainya. Maka
diturunkanlah bencana supaya mereka sadar dengan apa yang mereka perbuat.

b. Bencana sebagai teguran

Firman Allah :

‫سبَتْ َأ ْي ِد ْي ُك ْم َويَ ْعفُ ْوا عَنْ َكثِ ْي ٍر‬


َ ‫ص ْيبَ ٍة فَبِ َما َك‬ َ ‫َو َما َأ‬
ِ ‫ص‍بَ ُك ْم ِّمن ُّم‬

Artinya : dan apa saja yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu
sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu) (Qs. Asy-
syuro :30)

Bencana bisa sebagai bentuk teguran dari Allah kepada manusia, untuk mengingatkan
manusia bahwa apa saja yang terjadi termasuk bencana adalah akibat ulah manusia, dan Allah
memaafkan sebagian besar kesalahan yang diperbuat manusia dengan tidak menjadi bencana
sebagai hukuman namun sebagai teguran atau peringatan terhadap manusia, agar manusia
kembali kejalan yang benar, yaitu jalan yang diridhoi Allah SWT.

c. Kasih sayang dari Tuhan

Tidak selalu sebuah becana merupakan hukuman ataupun teguran bagi manusia, melainkan
bisa menjadi bentuk kasih sayang Tuhan terhadap hambanya. Seperti pada surat As-sajdah
ayat 21

َ‫ب ْاَأل ْكبَ ِر لَ َعلَّ ُه ْم َي ْر ِجعُون‬


ِ ‫ب ْاَأل ْدنَى د ُْونَ ْال َع َذا‬
ِ ‫َولَنُ ِذ ْيقَنَ ْهم ِّمنَ ْال َع َذا‬

Artinya : dan sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebagian azab yang dekat
(didunia) sebelum azab yang lebih besar (diakhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke
jalan yang benar) (Qs. As-sajdah ayat 21)

Dari ayat tersebut bisa dilihat kasih sayang Allah terhadap hambanya yang berbuat kesalahan,
dengan memberikan hukuman sebagian di dunia dan sebagian diakhirat. Bagaimana jika
semua azab diberikan diakhirat pasti sangatlah berat, dengan diberikan azab sebagian didunia,
manusia masih bisa meminta bantuan kepada manusia lain. Dan kembali, manusia diharapkan
kembali kejalan yang benar, Allah tidak membiarkan hambanya dalam kesesatan karena kasih
dan sayangnya Allah terhadap hambanya.

Hikmah dari terjadinya bencana diklasifikasikan menjadi dua[9], yaitu

1. Hikmah yang bersifat individual

a. Meningkatkan derajat keimanan seseorang

b. Mengingatkan dan mendekatkan manusia kepada Tuhannya

c. Agar manusia tahu bahwa Allah mencintainya

6
d. Menyeleksi kualitas keimanan seseorang

e. Agar manusia bersyukur dan tidak sombong

2. Hikmah yang bersifat social

a. Menumbuhkan rasa solidaritas diantara sesama

b. Agar manusia saling membantu

c. Agar manusia saling berkasih sayang

Keimanan seseorang sangat mempengaruhi keadaan seseorang dalam menghadapi bencana.


Tanpa iman yang kuat, seseorang yang tertimpa bencana akan dengan mudah menyalahkan
Tuhannya, berputus asa, hingga bunuh diri karena tidak kuat dengan bencana yang dihadapi
atau tidak kuat ditinggal oleh orang yang disayang yang meninggal dalam suatu bencana.

Seperti halnya keimanan, ketauhidan juga dibutuhkan seseorang dalam menghadapi bencana.
Karena seseorang harus meyakini bahwa segala bencana yang terjadi selain karena kesalahan
manusianya sendiri, tetapi juga percaya bahwa semuanya kehendak dari Allah. Dengan
meyakini hal tersebut, seseorang akan lebih menerima dengan bencana yang menimpanya.
Seseorang akan dengan mudah mengambil pelajaran dari bencana yang terjadi dan mampu
bangkit meneruskan hidupnya.

mampu bangkit meneruskan hidupnya.

4. Dalil-dalil Tentang Bencana Dan Kerusakan Alam

Banyak ayat-ayat Al-qur’an dan hadist membahas bencana dan kerusakan alam, dan
diantaranya sebagai berikut :

ü Firman Allah dalam surat Al-‘Araf ayat 56.

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan berdo’alah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan
dikabulkan), sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik”.
(QS. Al-‘Araf : 56)

ü Firman Allah dalam surat Al Hadid ayat 22

“Tiada suatu bencanapun yang menimpa dimuka bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri
melainkan telah tertulis dalam kitab Allah (lauh Al Mahfuz) sebelum Kami menciptakannya.
Dan sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah” (QS. Al- Hadid : 22)

ü Sabda Rasulullah SAW

Dari Ali bin Abi Thalib Ra berkata : Rasulullah SAW bersabda : “Apabila umatku telah
melakukan lima belas perkara, maka halal baginya (layaklah) ditimpakan kepada mereka
bencana” Ditanyakan, apakah lima belas perkara itu wahai Rasulullah ? Rasulullah SAW
bersabda : “ Apabila harta rampasan perang (maghnam) dianggap sebagai milik pribadi,
amanah (barang amanah) dijadikan sebagai harta rampasan, zakat dianggap sebagai cukai
(denda), suami menjadi budak istrinya (sampai dia), mendurhakai ibunya, mengutamakan

7
sahabatnya (sampai dia), berbuat zalim kepada ayahnya, terjadi kebisingan (suara kuat) dan
keributan didalam masjid (yang bertentangan dengan syari’ah), orang-orang hina, rendah, dan
bejat moralnya menjadi pemimpin umat (masyarakat), seseorang dihormati karena semata-
mata takut dengan kejahatannya, minuman keras (khamar) tersebar merata dan menjadi
kebiasaan, laki-laki telah memakai sutera, penyanyi dan penari wanita bermunculan dan
dianjurkan, alat-alat musik merajalela dan menjadi kebanggaan atau kesukaan, generasi akhir
umat ini mencela dan mencerca generasi pendahulunya; Apabila telah berlaku perkara-
perkara tersebut, maka tunggulah datangnya malapetaka berupa; taufan merah (kebakaran),
tenggelamnya bumi dan apa yang diatasnya kedalam bumi (gempa bumi, banjir, tanah
longsor), dan perubahab-perubahab atau penjelmaan-penjelmaan dari satu bentuk kepada
bentuk lain.” (HR. Tirmidzi, 2136)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Teologi adalah hubungan antara manusia dan Tuhan. Terjadinya suatu bencana tidak hanya
karena ada gejala alamiah, namun juga karena kehendak dari Allah SWT. Banyak bencana
yang terjadi melanda negara Indonesia, korban berjatuhan, kerugian material dan trauma bagi
korban bencana merupakan dampak dari adanya bencana. Sering bencana terjadi karena
perilaku manusia yang tak menghiaraukan perintah Allah.

Bencana yang murni atas kehendak dan izin dari Allah ada tiga macam, yaitu adakalanya
merupakan bentuk hukuman, bencana sebagai teguran dan kasih sayang dari Tuhan. Dan
manusia seharusnya bisa mengambil hikmah dari bencana yang terjadi.

8
B. Saran

Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis
menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis butuh saran dan kritik
yang membangun dari pembaca. Dan apabila terdapat kesalahan mohon dapat mema'afkan
dan memakluminya.

DAFTAR PUSTAKA

Badran, Ahmad.2012. Kaifa Tatakhllashu min Al-Qalaq. Yogyakarta: Mumtaz

http://nasional.kompas.com/read/2014/01/20/0713023/Indonesia.Darurat.Bencan.(akses
tanggal 05 Desember)

http://arifuad99.wordpress.com/2011/06/23/teologi-bencaba-sebuah-pergeseran-
paradigma- teologi-teosentris-ke-teologi-antroposentris (akses tanggal 02 Desember
2015)

http://dibi.bnpb.go.id/data-bencana (akses tanggal 04 Desember 2015)

http://bmkg.go.id/bmkg_pusat/.bmkg (akses tanggal 05 Desember 2015)

http://digilib.uin-suka.ac.id/6909 (akses tanggal 02 Desember 2015)

Ta’arifin, Ahmad.2013. Ilmu Alamiah Dasar. Pekalongan: Duta Media Utama

9
Qorib, Muhammad.2010. Solusi Islam. Jakarta: Dian Rakyat.

[1] http://dibi.bnpb.go.id/data-bencana, diakses Jum’at 04 Desember 2015, Pukul 20:30


WIB

[2] www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/., diakses Sabtu 05 Desember 2015 Pukul 09:00 WIB

[3] Muhammad Qorib, Solusi Islam, (Jakarta: Dian Rakyat, 2010), hal 155.

[4] http://nasional.kompas.com/read/2014/01/20/0713023/Indonesia.Darurat.Bencan. ,
diakses 05 Desember 2015 Pukul 21:15 WIB

[5] http://arifuad99.wordpress.com/2011/06/23/teologi-bencaba-sebuah-pergeseran
paradigma-teologi-teosentris-ke-teologi-antroposentris/ , diakses Rabu 02 Desember
2015 Pukul 08:30 WIB

[6] Ahmad Ta’arifin, Ilmu Alamiah Dasar, (Pekalongan: Duta Media Utama, 2013) hal
23.

[7] Ahmad Badran, Kaifa Tatakhllashu min Al-Qalaq,(Yogyakarta : Mumtaz, 2012) hal
203-204.

[8] http://digilib.uin-suka.ac.id/6909 , hal 131, diakses Rabu 02 Desember 2015 Pukul


09:00 WIB

[9] Ibid,. Hal 131-132

10

Anda mungkin juga menyukai