Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

KONSEKUENSI HIDUP

Disusun Guna Memenuhi Tugas Etos Kerja Muslim

Dosen Pengampu : Aizzatun Nisak, M.Ag.

Disusun Oleh :

Nur Khoirrudin (2140310069)

Moh Dani Andriyanto (2140310070)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua berupa ilmu dan amal. Berkat rahmat dan
karunia-Nya pula, penulis dapat menyelesaikan pula makalah yang berjudul
Konsekuensi Hidup

Terimakasih penulis ucapkan kepada bapak Aizzatun Nisak, M.Ag. selaku


pengampu Mata Etos Kerja Muslim. Yang telah memberikan arahan terkait tugas
makalah ini. Tanpa bimbingan dari beliau, mungkin penulis tudak akan dapat
menyelesaikan tugas ini sesuai format yang telah ditentukan.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca demi kesempurnaan makalah untuk
ledepannya. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi peneliti dan pembaca.

Kudus, 20 Mei 2022

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................................................

BAB 1 ..............................................................................................................................................

PENDAHULUAN ..............................................................................................................

A. Latar Belakang...............................................................................................................

B. Rumusan Masalah..........................................................................................................

C. Tujuan............................................................................................................................

BAB 2 .................................................................................................................................

PEMBAHASAN..................................................................................................................

1. Pengertian Kunsekuensi Hidup…………………………………………………...


2. Konsekuensi dalam muslim...................................................
3. Macam – Macam Konsekuensi dalam Bekerja.............................................

BAB 3……………………………………………………………………………………..

PENUTUPAN………………………………………………………………...........……..

Kesimpulan…………………………………………………………......................

DAFTAR PUSTAKA………………………………………..............................................

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manusia dan lingkungan hidup memiliki hubungan yang sangat erat. Keduanya
saling mempengaruhi satu sama lain. Manusia memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan sumber daya alam yang terkandung di dalamnya. Dan apa yang
terjadi di alam, baik secara langsung mapun tidak langsung akan terasa

3
pengaruhnya bagi kehidupan manusia. Pada dasarnya, Tuhan menciptakan bumi
dan isinya untuk kemakmuran bagi umat manusia. Pemanfaatan sumber daya
alam oleh manusia bertujuan untuk memanjukan kesejahteraan umat manusia.
Dalam pemanfaatan sumber daya alam, manusia harus memperhatikan
pelestarian terhadap alam ini sehingga lingkungan tetap seimbang untuk
menunjang perkembangan yang berkesinambungan.
Perilaku manusia terhadap lingkungan dapat dilihat dari kehidupan manusia
sebelum peradaban hingga peradaban modern pada saat ini yang semakin
didukung oleh teknologi yang canggih. Akan tetapi, dengan peradaban yang
semakin modern membuat umat manusia kurang arif dalam menjaga
lingkungannya. Kualitas lingkungan hidup sekarang dari tahun ke tahun
mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara
pemanfaatan dan penjagaan terhadap lingkungan tersebut. Peningkatan
kendaraan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang tinggi. Sehingga,
menyebabkan penurunan kualitas udara segar terutama di kota-kota besar.

B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Konsekuensi Hidup
2. Konsekuensi dalam Muslim
3. Macam – Macam Konsekuensi dalam Bekerja

C. Tujuan
1. Mengetahui Arti Konsekuensi Hidup
2. Mengetahui Konsekuensi dalam Muslim
3. Mengetahui macam – macam konsekuensi dalam Bekerja

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsekuensi Hidup


Konsekuensi adalah  istilah yang tentunya sudah tidak asing lagi bagi
kebanyakan orang. Istilah konsekuensi ini merujuk pada akibat dari perbuatan
atau tindakan seseorang. Setiap hal yang dilakukan seseorang tentunya memiliki
konsekuensi.
Konsekuensi merujuk pada semua akibat atau hasil dari suatu perbuatan. Baik
akibat atau hasil tersebut bersifat positif maupun negatif. Penggunaannya sering
kali dikaitkan dengan suatu akibat yang harus ditanggung seseorang atas
perbuatannya.

5
Konsekuensi adalah adalah akibat dari suatu perbuatan atau pendirian. Istilah
konsekuensi ini sering kali disamakan dengan hukuman, padahal keduanya
memiliki makna yang berbeda.
B. Konsekuensi Dalam Muslim
Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda,
"Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka berkatalah yang baik
atau sebaiknya diam. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka
muliakanlah tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir
maka muliakanlah tamunya." (HR Bukhari dan Muslim).
Dalam hadis ini, Rasulullah hanya menyebut dua paket keimanan, yaitu iman
kepada Allah dan iman pada hari akhir. Alasannya, iman kepada Allah dan hari
akhir tidak memiliki bentuk nyata seperti malaikat yang pernah menjelma
sebagai manusia, ketika bertamu pada Nabi Muhammad SAW mengajarkan arti
Islam, iman, dan ihsan.

Tidak seperti para nabi atau rasul yang kehadirannya bisa dirasakan langsung
oleh umatnya. Tidak seperti kitab-kitab Allah yang isinya bisa dibaca dan
ajarannya bisa dipraktikkan langsung oleh umat manusia. Pun tidak seperti
qadha dan qadar yang dampak ketentuannya bisa dirasakan langsung oleh
manusia. Sehingga, ketika seseorang sudah beriman kepada keduanya, yakni
iman kepada Allah dan hari akhir maka akan sangat mudah untuk percaya atau
beriman pada paket keimanan yang lain.
Ketika seseorang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir, ia harus
membuktikan keimanannya tersebut dalam kehidupan nyata. Pertama, berkata
hal-hal yang baik dan kalau tidak bisa maka sebaiknya diam. Orang yang
beriman kepada Allah semestinya selalu sadar bahwa setiap perkataan yang
keluar dari lisannya tidak pernah luput dari pantauan Allah SWT, baik isi
maupun motif mengapa perkataan itu muncul.
Sementara keimanan pada hari akhir akan membuat orang itu sadar bahwa
setiap perkataan yang keluar dari lisannya akan dimintai
pertanggungjawabannya nanti di akhirat. Sehingga, keimanan kepada Allah dan
hari akhir akan membuat seseorang berhati-hati dalam berbicara karena merasa
dipantau oleh Allah dan merasa bahwa semua perkataannya itu akan dimintai

6
pertanggungjawaban nanti di akhirat. Alhasil, orang itu akan selalu berkata baik
dan meninggalkan perkataan yang buruk.
Kedua, memuliakan tetangga. Memuliakan artinya, di samping tidak menyakiti
juga menghormati atau memuliakan para tetangga, yaitu orang-orang yang ada
di sekitar tempat tinggalnya. Hal ini juga termasuk bukti keimanan seseorang
kepada Allah dan hari akhir.

Orang yang beriman kepada Allah akan merasa bahwa semua perkataan, sikap,
dan perbuatan yang ia tujukan kepada para tetangganya tidak pernah lepas dari
perhitungan Allah, dan juga tidak akan pernah sia-sia karena di akhirat nanti
akan ada balasannya.
Ketiga, memuliakan tamu. Tamu adalah setiap orang yang datang berkunjung
ke rumah kita, baik karena hubungan famili, pertemanan, bertetangga, maupun
orang asing yang hendak bersilaturahim ke rumah kita.
Ketika ada orang bersilaturahim ke rumah kita, setidaknya mereka telah
mengurangi kesempatan kita untuk bersua dengan keluarga, mengurangi waktu
istirahat kita, bahkan bisa mengusik ketenangan kita. Oleh karena itu, tuan
rumah yang bisa mengorbankan itu semua dan memuliakan orang yang datang
ke rumahnya, menjadi bukti keimanannya kepada Allah dan hari akhir.
C. Macam - Macam Konsekuensi Dalam Bekerja
Suka gak suka, pekerjaan memang menjadi bagian dari identitas orang dewasa.
Kalau kamu punya pekerjaan yang bagus, itu akan sangat meningkatkan rasa
hormat orang padamu. Meski tentu saja, sikapmu juga berpengaruh. Jika
pekerjaan bagus tetapi sikapmu buruk, orang juga gak akan respek. Di usia
muda, ada dua kemungkinan yang akan terjadi. Kamu rajin bekerja karena sadar
betapa pentingnya itu bagi hidupmu atau justru bermalas-malasan karena
sebagian besar kebutuhanmu masih ditanggung orangtua. Resiko jika bermalas -
malasan atau tidak konsisten dalam bekerja.

7
1. Kurang kompeten dalam bekerja
Konsisten bisa membuatmu fokus dalam bekerja. Apapun hasilnya, kamu
tidak peduli. Terpenting adalah melakukan yang terbaik pada pekerjaan.
Sementara jika tidak konsisten, kamu tidak akan pernah menjadi karyawan
yang kompeten di bidang pekerjaanmu. Apalagi menjadi ahli atau pakarnya,
tidak akan sama sekali.
Untuk menghadapi kesulitan atau kendala di dalam pekerjaan sehari-hari
saja tidak mampu, terlebih untuk tugas baru. Karena kamu tidak
mengupayakannya sedari awal.
2. Karier Tidak Berkembang
Akibat tiada konsisten dalam bekerja, kamu tidak mencapai prestasi
apapun. Jadi karyawan biasa-biasa saja. Tidak ada yang spesial, level standar
terus.
Dengan kinerja demikian, berharap naik jabatan atau gaji? Tidak mungkin.
Otomatis, karier kamu bakal mentok. Bersyukur tidak dipecat atau PHK.

3. Mengurusi Hal Yang Tidak Penting


Tidak konsisten berarti tidak fokus dalam bekerja. Lalu apa yang menjadi
perhatian orang-orang model seperti ini?
Tentunya perhatian mereka lebih banyak untuk mengurusi hal-hal yang
tidak penting di luar pekerjaan. Misalnya tim sedang membahas projek
terbaru, tetapi kamu malah sibuk belanja online, nonton drama korea sambil
pura-pura mendengarkan.

Sesuatu yang tidak ada manfaatnya. Justru ketika ditanya atasan terkait ide
projek, kamu tak mampu memberikannya. Hal ini yang akan membuat
penilaian kamu buruk di mata atasan. Kinerja bukannya membaik, malah
semakin menurun.
4. Buang - Buang Waktu
Tugas yang dikerjaan setengah hati, tidak totalitas akan membuatmu
keteteran. Padahal tidak banyak pekerjaan, namun terasa sulit dan butuh
lebih banyak waktu untuk menyelesaikannya.

8
Ini karena kamu tidak benar-benar menguasai bidang pekerjaan secara
keseluruhan meski sudah bertahun-tahun memegang pekerjaan tersebut. Jadi,
lebih banyak buang waktu percuma.
5. Membuat BosBos Jengkel dan Jengah
Satu atau dua kali tidak konsisten dan berpengaruh pada kinerja, mungkin
bisa dimaafkan. Tetapi bagaimana jika dilakukan terus menerus, bahkan
sudah mandarah daging?
Pasti akan membuat bos jengkel dan jengah dengan perilaku kamu tersebut.
Bos yang tidak tegaan, bisa saja menutupi kesalahan dan membiarkanmu
tetap bekerja di perusahaan karena alasan kasihan.
Namun buat bos yang tidak kenal ampun, siap-siap mendapat teguran,
surat peringatan, atau langsung pecat. Untuk apa mempekerjakan orang yang
tidak sungguh-sungguh dalam bekerja, sementara di luar sana, banyak orang
berkompeten dengan sikap konsisten yang sudah teruji.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Bahwa seorang di dunia memiliki konsekuensi hidupnya masing-masing baik
itu dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat, di dalam sebuah pekerjaan pun
sama Salah satu kunci sukses adalah menekuni apa yang sudah dimulai sesuai
keinginan. Dengan kata lain adalah konsisten. Konsisten dengan apa yang dipilih
dan dilakukan.

9
Daftar Pustaka

Agripa Fernando Tarigan. (2011). Analisis Faktor - Faktor yang Mempengaruhi


Kinerja Pegawai Dalam Organisasi Sektor Publik (Studi pada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Semarang Tengah Satu). Universitas Diponegoro.
Artha Tri Hastutiningsih. (2018). Pengaruh Beban Kerja dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Dimediasi Stres Kerja (Studi Pada PT. MSV
Pictures Yogyakarta) (Universitas Islam Indonesia Yogyakarta).
Aslian, M. Y. (2019). Dampak Persepsi Beban Kerja dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Karyawan Divisi SDM dan Umum PT. Swabina Gatra. Jurnal
Ilmu Manajemen, 7(3), 680–687.

10

Anda mungkin juga menyukai