Kandungan Surat Al Fatihah Paling Pokok
Kandungan Surat Al Fatihah Paling Pokok
Sebagai surat pembuka dalam Al-Quran, Al Fatihah memiliki beberapa kandungan luar biasa
yang harus kita ketahui. Berikut empat kandungan yang ada dalam surat Al Fatihah.
1. Ilmu Sejarah
Di dalam Surat Al Fatihah terkandung kisah-kisah terdahulu yang bisa kita jadikan pelajaran di
kehidupan saat ini. Kalimat yang membuktikan adanya sebuah kisah terdahulu yakni dalam lafal
“an‘amta ‘alaihim” ([orang-orang] mereka yang Kauberi anugerah).
Ilmu sejarah di sini maksudnya adalah ilmu qashash atau cerita-cerita mengenai umat terdahulu.
Para nabi dan mereka yang berbahagia, yaitu kelompok yang dijanjikan sebagai penghuni surga
tercatat dalam kalimat “an‘amta ‘alaihim”.
Adapun orang-orang kafir dan mereka yang akan celaka, yaitu kelompok yang dijanjikan sebagai
penghuni neraka terangkum dalam kalimat “ghairil maghdhūbi ‘alaihim wa lad dhāllīn” atau
“bukan mereka yang dimurka dan bukan juga mereka yang tersesat.
2. Ilmu Tahshilil Kamlat (ilmu akhlaq)
Ilmu akhlaq dalam Surah Al Fatihah merupakan sebuah jalan menuju kesempurnaan tentang
nilai-nilai luhur. Jalan lurus ini diungkapkan melalui kalimat “iyyaaka nasta‘iin” (hanya kepada-
Mu kami memohon pertolongan). Selanjutnya, norma-norma syariat juga tertuang dalam kalimat
“as-shiraathal mustaqiim” (jalan yang lurus).
3. Ilmu Ushul (prinsip agama)
Prinsip-prinsip agama yang terkandung dalam Surah Al-Fatihah ini menyangkut tentang
keimanan yang meliputi ketuhanan, kenabian dan hari kebangkitan (hari akhir).
4. Ilmu furu' (cabang-cabang agama)
Turunan dari ilmu ushul adalah ilmu furu' atau yang biasa disebut dengan istilah ilmu syariat.
Dalam ilmu syariat lebih rinci lagi membahas mengenai praktik-praktik ibadah mulai dari ibadah
mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah (muamalah).
Materi paling agung dalam syariat adalah ibadah, baik ibadah sosial melalui harta yang kita
punya (māliyyah) maupun ibadah individual (badaniyyah). Kedua jenis ibadah ini memiliki
turunan berbeda dalam masalah kehidupan, yaitu masalah muamalah dan masalah perkawinan.
Ibadah ini memiliki hukum berupa syarat dan ketentuan sesuai tuntutan perintah dan larangan.
Kandungan ilmul furu’ tertuang dalam kalimat “iyyāka na‘budu” atau “hanya kepada-Mu kami
menyembah.”(ANG)
, Makna, dan Kandungannya Surat Al Falaq menerangkan perlindungan Allah pada umat Islam
dari berbagai kejahatan dan keburukan. Terdapat beberapa perbedaan pendapat dalam menfasir
makna surat Al Falaq
ANTARAFOTO/RAHMAD Sejumlah warga membaca Al-quran dengan penerangan lampu
yang tersalur dengan jaringan listrik melalui program listrik masuk wilayah desa tertinggal di
Dusun Jabal Antara, Aceh Utara. Surat Al Falaq merupakan surat ke-113 dalam Al-Qur'an yang
terdiri dari lima ayat. Al Falaq artinya “waktu subuh”. Surat Al Falaq diturunkan di Kota
Makkah sehingga termasuk golongan surat Makiyah. Namun, ada perbedaan pendapat tentang
kota di mana surat Al Falaq diturunkan. Menurut buku Surah al-Falaq oleh Ariffin Omar,
pendapat Al-Hasan, Ikrimah, Ata dan Jabir menyatakan surat Al Falaq tergolong surat Makiyah
karena terdapat hadis yang diriwayatkan Uqbah bin Amir. Sedangkan pendapat Qatadah dan Ibn
Abbas mengatakan surat Al Falaq tergolong surat Madaniyah karena terdapat hadis yang
diriwayatkan Aisyah r.a. Terlepas dari perbedaan pendapat tersebut, surat Al Falaq memiliki
makna menyadarkan diri dan memohon perlindungan hanya kepada Allah Swt. dalam
menghadapi berbagai kejahatan. Surat Al Falaq dan Artinya Berikut bacaan surat Al Falaq dalam
tulisan Arab, Latin dan terjemahan Bahasa Indonesia. Advertisement ُقْل َاُع ْو ُذ ِبَر ِّب اْلَفَلِۙقQul a’uzu
birabbil-falaq 1. Katakanlah, “Aku berlindung kepada Tuhan yang menguasai subuh (fajar), ِم ْن
َش ِّر َم ا َخ َلَۙقMin syarri ma khalaq 2. dari kejahatan (makhluk yang) Dia ciptakan, َوِم ْن َش ِّر َغاِس ٍق ِاَذ ا
َو َقَۙبWa min syarri gasiqin iza waqab 3. dan dari kejahatan malam apabila telah gelap gulita, َوِم ْن
َش ِّر الَّنّٰف ٰث ِت ِفى اْلُع َقِۙدWa min syarrin-naffatsaati fil-‘uqad 4. dan dari kejahatan (perempuan-
perempuan) penyihir yang meniup pada buhul-buhul (talinya), َوِم ْن َش ِّر َح اِسٍد ِاَذ ا َح َس َدWa min syarri
khaasidin iza hasad 5. dan dari kejahatan orang yang dengki apabila dia dengki Makna Surat Al
Falaq Menurut M. Khalilurrahman Al Mahfani dalam Juz Amma Tajwid Berwarna &
Terjemahannya, kata Al Falaq secara etimologi berasal dari kata kerja falaqa yang artinya
memecah, membelah, dan menyingsingkan. Abu Al-Farj Ibn Al-Jauzi dalam kitab Zadul Masir
fir Ilmi at Tafsir menjelaskan beberapa pendapat tentang makna Al Falaq, yaitu: Waktu subuh.
Menurut riwayat Al-Afi dari Ibnu Abbas, Sid bin Jabir, Mujahid, Qatadah, Al-Qurzhi, Ibnu Zaid,
dan para ahli bahasa, mereka menyimpulkan makna ini yang paling jelas. Ciptaan atau makhluk.
Pendapat ini dikemukakan Al-Walabi dari Ibnu Abbas dan Ad-Dahhak bahwa al falaq berarti
makhluk atau ciptaan. Al-Falaq adalah penjara di dalam neraka, menurut riwayat Ibnu Abbas.
Wahab dan As-Sadiy, Al-Falaq adalah sumur yang sangat dalam atau kolam di neraka Jahanam.
Ibnu As-Saib berpendapat Al-Falaq adalah lembah dalam neraka Jahanam. Al Falaq adalah
pohon dalam neraka, menurut pendapat Abdullah bin Amr. Al Falaq adalah sebutan dari segala
sesuatu yang terbelah, seperti waktu subuh, biji, dan lain-lain, menurut pendapat Al-Hasan. Az-
Zujaj berkata, segala makhluk atau ciptaan berasal dari sesuatu yang terbelah atau terpecah.
Misalnya, terbelahnya tanah lalu muncul tanaman dan turunnya hujan dari awan. Dari berbagai
pendapat tersebut, makna Al Falaq yang paling banyak digunakan dalam penafsiran adalah
“waktu subuh”. BACA JUGA Surat Maryam Ayat 1-11 Beserta Terjemahan dan Tafsirnya
Kandungan Surat Al Falaq Menurut tafsir Kementerian Agama, kandungan surat Al Falaq ayat
satu menjelaskan perintah Allah kepada Nabi Muhammad dan seluruh umat Islam supaya selalu
berlindung kepada-Nya. Allah adalah tempat berlindung semua makhluk agar terpelihara dari
segala macam kejahatan dan akibatnya yang ditimbulkan oleh makhluk-makhluk yang telah
diciptakan-Nya. Ayat kedua mengandung permohonan untuk perlindungan dari keburukan
makhluk ciptaan Allah. Baik yang datang dari diri sendiri, maupun dari makhluk lainnya.
Perlindungan yang diharapkan untuk kejadian yang sudah dan belum dialami. BACA JUGA
Surat Al Kafirun dan Artinya dalam Bahasa Indonesia dan Arab Ayat ketiga mengandung
permohonan untuk memohon perlindungan Allah Swt. dari kejahatan yang terjadi pada malam
yang gelap. Allah menerangkan bahwa sebagian makhluk-Nya sering menimbulkan kejahatan
pada waktu malam bila segala sesuatu telah diliputi oleh kegelapan. Kondisi malam yang gelap
gulita dapat menimbulkan rasa takut dan gelisah, seolah ada sesuatu yang tersembunyi dalam
kegelapan dan menyakiti. Akan tetapi, malam juga merupakan saat yang terbaik untuk
mendekatkan diri kepada Allah. Beribadah saat malam hari telah dijelaskan dalam Surah Al Isra
ayat 79, “Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan
bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji.” Ditegaskan pula
dalam surat Al Muzammil ayat dua, tiga, dan empat, “Bangunlah (untuk salat) pada malam hari,
kecuali sebagian kecil, (yaitu) separuhnya atau kurang sedikit dari itu, atau lebih dari (seperdua)
itu, dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan.” BACA JUGA Bacaan Surat An-Nas
Lengkap dengan Terjemahannya Beribadah saat malam hari dianjurkan oleh Allah. Melalui surat
Al Falaq, Allah juga menjelaskan bahaya keadaan malam, sehingga umat Islam sebaiknya
meminta perlindungan dengan beribadah. Allah menjelaskan waktu malam adalah waktu
istirahat, sebagaimana tercantum dalam surat Al Furqan ayat 47, “Dan Dialah yang menjadikan
malam untukmu (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk
bangkit berusaha.” Kemudian pada ayat keempat, Allah memerintahkan agar manusia berlindung
kepada-Nya dari kejahatan tukang sihir yang meniupkan mantra-mantra. Tujuannya adalah
memutuskan tali kasih sayang dan mengoyak-ngoyak ikatan persaudaraan, seperti ikatan nikah
dan lain-lain. Menurut H. Sakib Machmud dalam Mutiara Juz'amma, pada waktu ayat ini
diturunkan, terdapat banyak wanita yang menjadi tukang sihir di Kota Makkah. Mereka
membaca mantra sambil mengikat tali. Saat selesai, mereka meniup ikatan tersebut. Maka,
melalui surat Al Falaq, umat Islam dapat memohon perlindungan Allah agar dihindarkan dari
bencana yang ditimbulkan para tukang sihir. Tukang sihir dapat pula ditafsirkan sebagai tukang
fitnah yang menyebarkan kebohongan tentang Rasul dan umat Islam. BACA JUGA Surat Al
Waqiah: Bacaan, Arti, dan Keutamaannya Kemudian pada ayat terakhir, Allah memerintahkan
untuk berlindung kepada-Nya dari kejahatan orang-orang yang dengki dan mengadakan jebakan
untuk menjerumuskan orang agar jatuh ke dalam kemudaratan. Syamsuddin Ar-Razi dalam
Menyelami Spiritualitas Islam: Jalan Menemukan Jati Diri menjelaskan bahwa Nabi Muhammad
bersabda, "Ada tiga sifat yang merupakan sumber segala kesalahan, waspadai dan hindari hal-hal
tersebut: sombong, sebab ia menghalangi iblis dari sujud kepada Adam; ambisi yang berlebihan,
sebab ia yang mendorong Adam untuk memakan buah terlarang; dan dengki, sebab ia yang
menggiring Qabil membunuh Habil." Surat Al Falaq menerangkan perlindungan Allah pada
umat-Nya agar terhindar dari dengki atau hasad. Pendengki akan merasa sakit hati melihat
nikmat yang dianugerahkan Allah kepada seseorang padahal ia tidak dirugikan oleh pemberian
Allah tersebut. Umat Islam dapat membaca surat Al Falaq untuk meminta perlindungan kepada
Allah dari sifat dengki, kejahatan, keburukan, sihir, dan ancaman lain. Karena Allah Maha
Melindungi, sesuai salah satu nama dalam asmaul husna, yaitu Al Waliyy
Para pakar antropologi yang menganut filsafat materialisme memandang bahwa hakikat manusia
adalah semata makhluk materi. Ia merupakan jasad yang tersusun oleh bahan-bahan material dari
dunia anorganik. Para pakar biologi yang lahir dari dunia filsafat materialisme ini juga
berpendapat bahwa manusia adalah badan yang hidup. Pandangan yang berbeda dari kedua
pakar itu disampaikan oleh kalangan pakar antropologi yang dibesarkan oleh filsafat idealisme.
Mereka beranggapan bahwa manusia merupakan makhluk yang memiliki kehidupan spiritual-
intelektual yang intrinsik dan tidak tergantung pada materi. Berbagai pandangan ini nampaknya
hanya berkutat pada satu sisi rumpun ilmu yang ditekuninya sehingga gambaran yang
disampaikannya belumlah menggambarkan sosok manusia secara holistik dan integral. Dalam
tulisan ini, kita ingin mengungkap bagaimana Kitab Suci Al-Qur’an memberikan penjelasan
tentang bagaimanakah gambaran tentang manusia itu. Kendati kajian ini bersifat sederhana,
semoga bermanfaat dalam membuka tabir bagi pengetahuan kita semua. ADVERTISEMENT
Perlu diketahui bahwa di dalam Kitab Suci Al-Qurân, “manusia” disebut dalam beragam
sebutan, antara lain sebagai بني آدم, عبد, بشر, إنسان, أناس, إنس,ناس, dan ذرية آدم. Bagaimana pun, setiap
sebutan pasti menyimpan makna kekhususan dan terdapat maziyyah di dalamnya, mengingat Al-
Qurân merupakan kitab suci yang diturunkan sebagai mu’jizat kepada Baginda Nabi Muhammad
shallalaahu ‘alaihi wasallam dan memiliki nilai kesusastraan yang tinggi dari sisi balaghah,
manthiqy dan lughawynya. Karena ketinggian tingkat bahasa yang digunakan itu, maka setiap
aspek pilihan lafadh yang dipergunakan oleh Al-Qurân sudah barang tentu memiliki fungsi
tertentu pula. Kadang konteks bahasa Al-Qurân merujuk pada makna melemahkan (i’jaz)
terhadap argumen dan keyakinan kaum kâfir, munâfiq dan fâsiq, namun kadang pula menjadi
kabar penggembira bagi kaum yang beriman dan taat kepada Nabi. ADVERTISEMENT Pilihan
kalimat Al-Qur’an dalam menyebut manusia dengan beragam istilah di atas, sudah barang tentu
juga memiliki maksud dan tujuan tertentu pula dari Allah Dzat Yang Maha Pencipta. Setidaknya
gambaran itu bisa diketahui dari beberapa penyandaran latar belakang suatu istilah disebutkan.
Kita coba untuk menguraikannya secara global dalam tulisan singkat ini khususnya terhadap
makna an-nâs. Perlu diketahui bahwa, ada hampir 169 ayat dalam Al-Qur’an yang menyebut
manusia dengan menggunakan diksi an-nâs ()الناس. Dari keseluruhan diksi itu, secara umum
penggunaan diksi an-nâs memiliki menunjuk pada beberapa fungsi. Berikut kami sajikan garis
besar dari fungsi tersebut. Pertama, Perintah Menjalin Relasi Sosial Contoh ayat yang
menggunakan diksi an-nâs ini adalah: َيا َأُّيَها الَّناُس اَّتُقوا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم ِم ْن َنْفٍس َو اِحَدٍة َو َخ َلَق ِم ْنَها َز ْو َجَها َو َبَّث
ِم ْنُهَم ا ِر َج ااًل َك ِثيًرا َو ِنَس اًء َو اَّتُقوا َهَّللا اَّلِذ ي َتَس اَء ُلوَن ِبِه َو اَأْلْر َح اَم ِإَّن َهَّللا َك اَن َع َلْيُك ْم َرِقيًباArtinya, “Hai sekalian
manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan
daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahim. Sungguh Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (Surat An-Nisâ ayat 1). Di
dalam ayat ini, setelah lafadh an-nâs dipergunakan di depan yang disertai huruf nida’, pada
bagian tengah ayat ditunjukkan tuntunan bermuamalah dengan sesama. Bermuamalah ini
merupakan ciri dari relasi sosial. Kedua, Perintah Ibadah Contoh dari penggunaan diksi adalah
pada: َيا َأُّيَها الَّناُس اْع ُبُدوا َر َّبُك ُم اَّلِذ ي َخ َلَقُك ْم َو اَّلِذ يَن ِم ْن َقْبِلُك ْم َلَع َّلُك ْم َتَّتُقوَنArtinya, “Hai manusia, sembahlah
Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu agar kamu bertakwa”
(Surat Al-Baqarah ayat 21). Dapat dilihat pada ayat, bahwa lafal an-nâs disebut dengan iringan
perintah menyembah. Menyembah merupakan realitas dari ibadah. Ketiga, Perintah Tunduk dan
Patuh kepada Allah SWT serta Menauhidkan-Nya. Contoh dari penggunaan diksi ini adalah
sebagai berikut: قل أعوذ برب الناس ملك الناس إله الناسArtinya, “Katakanlah (Muhammad)! Aku
berlindung kepada Tuhan manusia, Dzat yang memiliki Manusia, Tuhan Manusia,” (Surat An-
Nâs ayat 1-2) Keempat, Tahdid (menakut-nakuti) Ayat yang diawali dengan huruf nida’ dan an-
nâs umumnya adalah ayat-ayat yang masuk kelompok Makkiyah. Contoh dari penerapan fungsi
ini adalah penggunaan diksi an-nâs di dalam Surat At-Tahrîm ayat 6. ٰۤی َاُّیَہا اَّلِذ ۡی َن ٰا َم ُنۡو ا ُقۤۡو ا َاۡن ُفَس ُک ۡم َو َاۡہ ِلۡی ُک ۡم
َناًرا َّو ُقۡو ُد َہا الَّناُس َو اۡل ِح َج اَر ُۃ َع َلۡی َہا َم ٰٓلِئَک ٌۃ ِغ اَل ٌظ ِش َداٌد اَّل َیۡع ُص ۡو َن َہّٰللا َم ۤا َاَم َر ُہۡم َو َیۡف َع ُلۡو َن َم ايؤمرونArtinya, “Hai orang-
orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan
apa yang diperintahkan.” (Surat At-Tahrîm ayat 6). Walhasil penyebutan diksi an-nâs di dalam
Al-Qur’an seolah menunjuk pada empat fungsi. Fungsi-fungsi ini penulis rangkum dari
mencermati konteks ayat berbicara. Adapun bagaimana jabaran dari masing-masing fungsi
tersebut kiranya perlu merujuk pada kitab tafsir yang lebih luas. Wallahu a’lam bis shawab.
Surat Al Kafirun menjadi salah satu surat dalam Al Quran yang perlu kita pahami
kandungannya. Surat ini merupakan surat ke-109 dalam susunan mushaf Al Quran dan
diturunkan di Mekkah setelah surat Al Maun.
Tepatnya, saat sebelum Nabi Muhammad SAW melakukan hijrah ke Madinah. Sebab itu surat
Al Kafirun tergolong dalam surat Makkiyah.
Nama Al Kafirun ( )الكافرونdiambil dari permulaan surat ini. Dinamakan Al Kafirun karena surat
ini berkaitan dengan seruan kepada orang-orang kafir. Al Kafirun artinya orang-orang kafir.
Melansir dari tafsir Ibnu Katsir, pada dasarnya isi kandungan surat Al Kafirun berisi tentang
perintah Allah SWT kepada umat Islam untuk menjauhkan diri dari segala bentuk kemusyrikan.
Atau menyerupai bentuk peribadahan dari orang-orang kafir.
Isi Kandungan Surat Al Kafirun
Allah hendak menjelaskan bahwa terdapat perbedaan besar antara sifat-sifat Tuhan yang
disembah oleh umatnya Nabi Muhammad SAW dan Tuhan yang disembah oleh orang-orang
kafir. Sebab Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Esa dan tidak beranak maupun diperanakkan.
Berkaitan dengan perbedaan sifat Tuhan dari keduanya, hal ini pun menjelaskan bahwa adanya
perbedaan dalam bentuk pelaksanaan ibadah.
Melalui surat Al Kafirun, Allah SWT menekankan perihal toleransi antar umat beragama. Hal ini
dilakukan melalui pengerjaan ibadah sesuai dengan ketentuan agama masing-masing tanpa
mencampur adukkan urusan keduanya.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini bacaan Arab, latin, dan terjemahan dari surat Al Kafirun ayat 1-
6.
Baca juga:
Golongan Surat At Tin, Pengingat untuk Beramal Sholeh
Rasulullah SAW berkata, "Aku akan menanti apa yang diturunkan oleh Tuhanku untukku." Lalu,
Allah SWT pun menurunkan firman-Nya: "Katakanlah (Muhammad). "Wahai orang-orang
kafir." sampai akhir ayat surat Al Falaq.
Dalam riwayat lain, sebagaimana diriwayatkan Abdurrazaq dari Wahab, ia berkata, "Orang-
orang kafir Quraisy berkata kepada Nabi SAW, "Jika engkau berkenan, ikutilah kami satu tahun
dan kami akan kembali kepada agamamu satu tahun."
Muhammad adalah satu-satunya orang yang berhasil meraih keberhasilan luar biasa baik dalam
hal spiritual maupun kemasyarakatan. Muhammad mampu mengelola bangsa yang awalnya
egoistis, barbar, terbelakang dan terpecah belah oleh sentimen kesukuan, menjadi bangsa yang
maju dalam bidang ekonomi, kebudayaan dan kemiliteran dan bahkan sanggup mengalahkan
pasukan Romawi yang saat itu merupakan kekuatan militer terdepan di dunia.
Berikut kami sampaikan sejarah Nabi kita Nabi Muhammad SAW secara singkatnya diambil
dari
berbagai sumber :
Pada zaman sebelum kelahiran Nabi Muhammad, ada hal-hal yang terlihat berbeda bila
dibandingkan dengan setelah kelahirannya. kemudian ditandai pula dengan perisitiwa yang luar
biasa terjadi pada
saat waktu-waktu kelahiran dari Muhammad. Itulah salah satu point dari keistimewanya beliau.
Nama ini diberikan oleh kakeknya Abdul Muthalib yang saat itu nama ini terdengar asing di
kalangan Bani Quraisy. arti dari Muhammad adalah Orang yang terpuji. Alasan kakeknya
memberikan nama ini tentu dengan harapan kelak orang - orang banyak akan memuliakan dan
memuji Muhammad dan selalu berada didalam kemuliaan.
Kata Muhammad apabila kita renungkan lebih dalam lagi dapat diartikan secara lahiriah maupun
secara batiniah, yaitu :
Pertama ,Muhammad secara lahiriah adalah menunjuk kepada satu sosok seorang manusia
biasa yang mempunyai sifat terpuji dan diutus oleh Allah untuk menyampaikan seruan atau
ajaran Tauhid kepada seluruh umat manusia.
Katakanlah : “sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Maha Esa….”
(QS Al Kahfi 18 : 110).
Kedua ,Muhammad secara batiniah adalah suatu anasir Yang Bersifat Terpuji, yang telah
dimiliki oleh setiap manusia tanpa kecuali. Tetapi yang sangat disayangkan adalah bahwa tidak
semua umat manusia yang menyadari keberadaan anasir tersebut, apalagi menumbuhkannya
dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga tidaklah mengherankan apabila banyak orang yang
mengaku umat Muhammad atau umat yang sangat terpuji, justru banyak melakukan perbuatan
tercela. Hal ini diakibatkan karena mereka belum dapat meneyerap Muhammad dalam arti nilai-
nilai keterpujian, di setiap aktivitas hidupnya dalam bermasyarakat. Padahal setiap harinya
mereka selalu mengatakan : “Aku telah menyaksikan bahwa tiada Tuhan kecuali Allah dan aku
telah menyaksikan bahwa Muhammad adalah Utusan Allah”. Kalimat Syahadat tersebut
mempunyai makna yang sangat dalam sekali, yaitu saksinya seorang pesaksi yang menyaksikan
kepada siapa dia bersaksi. Secara hakikat, makna simbolis dari “wa asyhadu an la Muhammad
Rasulullah” adalah sebuah pengakuan bahwa setiap diri telah ditempati oleh anasir Terpuji yaitu
Nur Muhammad, yang harus diimani dan diikuti sesuai dengan firman Allah dalam Al Qur’an
dan juga sabda Nabi Muhammad SAW :
“Dan ketahuilah bahwa sesungguhnya di dalam dirimu ada Rasulullah …” (QS Al Hujurot 49 :
7).
Pada masa remajanya Nabi Muhammad biasa menggembala Kambing dan pada usia 25 th
menjalankan barang dagangan milik Khadijah ke Syam. Nabi Muhammad SAW dipercaya untuk
berdagang dan ditemani oleh Maisyarah. Dalam berdagang nabi SAW jujur dan amanah serta
keuntungannya melimpah ruah.
Peristiwa tentang cara dagangnya nabi SAW itu diceritakan Maisyarah ke Khadijah. Lantas
Khadijah tertarik dan mengutus Nufaisah Binti Mun-ya untuk menemui Nabi agar mau menikah
dengan Khadijah.
Setelah ketertarikan khotijah itu , kemudian Nabi memusyawarahkan kepada pamannya dan
disetujuinya sampai akhirnya Khadijah menikah dengan Nabi Muhammad SAW dengan mas
kawin 20 ekor Onta Muda.
Usia Khadijah waktu itu 40 th dan Nabi Muhammad SAW 25 th. Dalam perkawinannya Nabi
dianugerahi 6 putra-putri yaitu Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqayah, Ummu Kulsum dan Fatimah.
Semua anak laki-laki nabi wafat waktu masih kecil dan anak perempuannya yang masih hidup
sampai nabi wafat adalah Fatimah.
Awal Kerasulan
Menjelang usianya yang keempat puluh, Muhammad SAW terbiasa memisahkan diri dari
pergaulan masyarakat umum, untuk berkontemplasi di Gua Hira, beberapa kilometer di Utara
Mekah..
Di gua tersebut, nabi mula-mula hanya berjam-jam saja, kemudian berhari-hari bertafakur.
Pada tanggal 17 Ramadhan tahun 611 M, Muhammad SAW mendapatkan wahyu pertama dari
Allah melalui Malaikat Jibril.
Pada saat beliau tidur dan terbangun dengan tiba-tiba pada malam itu di gua bernama Hira,
dalam ketakutan yang luar biasa, seluruh tubuhnya, seluruh diri bathinnya, dicengkeram oleh
sebuah kekuatan yang sangat besar, seolah-olah seorang malaikat telah mencengkeram beliau
dalam pelukan yang menakutkan yang seakan mencabut kehidupan dan napas darinya. Ketika
beliau berbaring di sana, remuk redam, beliau mendengar perintah, “Bacalah!” beliau tidak dapat
melakukan ini beliau bukan penyair terdidik, bukan peramal, bukan penyair dengan seribu
kalimat yang tersusun dengan baik yang siap dibibir beliau. Ketika itu beliau protes bahwa beliau
adalah buta huruf, malaikat itu merangkulnya lagi dengan kekuatan yang begitu rupa, hingga
turunlah ayat yang pertama yaitu ayat 1 sampai 5 dalam surat Al-‘Alaq :
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,
1. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
2. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah,
3. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam,
4. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dia merasa ketakutan karena belum pernah mendengar dan mengalaminya. Dengan turunnya
wahyu yang pertama itu, berarti Muhammad SAW telah dipilih Allah sebagai nabi. Dalam
wahyu pertama ini, dia belum diperintahkan untuk menyeru manusia kepada suatu agama.
Peristiwa turunnya wahyu itu menandakan telah diangkatnya Muhammad SAW sebagai seorang
nabi penerima wahyu di tanah Arab. Malam terjadinya peristiwa itu kemudian dikenal sebagai
“Malam Penuh Keagungan” (Laylah al-qadar), dan menurut sebagian riwayat terjadi menjelang
akhir bulan Ramadhan. Setelah wahyu pertama turun, yang menandai masa awal kenabian,
berlangsung masa kekosongan, atau masa jeda (fatrah).
Ketika hati Muhammad SAW diliputi kegelisahan yang sangat dan merasakan beban emosi yang
menghimpit, dia pulang ke rumah dengan perasaan waswas, dan meminta istrinya untuk
menyelimutinya. Saat itulah turun wahyu yang kedua yang berbunyi :
“Wahai kau yang berselimut! Bangkit dan berilah peringatan!!
Dan seterusnya, yaitu surat al-Muddatstsir: 1-7. Wahyu yang telah, dan kemudian turun
sepanjang hidup Muhammad SAW, muncul dalam bentuk suara-suara yang berbeda-beda. Tapi
pada periode akhir kenabiannya, wahyu surah-surah Madaniyah turun dalam satu suara.
Pengetahuan Kerasulan
Setelah beberapa lama dakwah Nabi Muhammad SAW tersebut dilaksanakan secara individual,
turunlah perintah agar nabi menjalankan dakwah secara terbuka. Mula-mula beliau mengundang
dan menyeru kerabat karibnya dan Bani Abdul Muthalib. Beliau mengatakan di tengah-tengah
mereka, “Saya tidak melihat seorang pun di kalangan Arab yang dapat membawa sesuatu ke
tengah-tengah mereka lebih baik dari apa yang saya bawa kepada kalian. Kubawakan kepada
kalian dunia dan akhirat yang terbaik. Tuhan memerintahkan saya mengajak kalian semua.
Siapakah diantara kalian yang mau mendukung saya dalam hal ini?”. Mereka semua menolak
kecuali Ali bin Abi Thalib.
Pada permulaan dakwah ini orang yang pertama-tama merima dakwah nabi yaitu dengan masuk
Islam adalah, dari pihak laki-laki dewasa adalah Abu Bakar Ash-Shiddiq, dari pihak perempuan
adalah isteri nabi SAW yaitu Khadijah, dan dari pihak anak-anak adalah Ali bin Abi Thalib ra.
Dalam memulai dakwah nabi banyak mendapat halangan dari pihak kafir quraisy mekah dan
berbagai bujuk rayu yang dilakukan kaum Quraisy untuk menghentikan dakwah Nabi gagal,
tindakan-tindakan kekerasan secara fisik yang sebelumnya sudah dilakukan semakin
ditingkatkan. Kekejaman yang dilakukan oleh penduduk Mekah terhadap kaum muslimin itu,
mendorong Nabi Muhammad SAW untuk mengungsikan sahabat-sahabatnya ke luar Mekah.
Pada tahun kelima kerasulannya, nabi menetapkan Habsyah (Ethiopia) sebagi negeri tempat
pengungsian.
Usaha orang-orang Quraisy untuk menghalangi hijrah ke Habsyah ini, termasuk
membujuk Negus (Raja) agar menolak kehadiran umat Islam di sana, gagal. Bahkan, di tengah
meningkatnya kekejaman itu, dua orang Quraisy masuk Islam, Hamzah dan Umar ibn Khathab.
Dengan masuk Islamnya dua tokoh besar ini posisi Islam semakin kuat. Tatkala banyaknya
tekanan dari berbagai pihak Nabi SAW mengalami kesedihan yang mendalam yaitu wafat nya
seorang paman yaitu Abu Thalib sebagai pelindung dan isteri tercinta yang setia menemani hari-
hari beliau yaitu Khadijah binti Khuwailid, sehingga Allah menghibur hati baginda Rasul SAW
dengan terjadinya Isra’ dan Mi’rajnya Nabi Muhammad SAW. diriwayatkan pada suatu malam
ketika Nabi SAW ada di Masjidil Haram di Mekkah, datanglah Jibril as. Dan beserta malaikat
yang lain, lalu dibawanya dengan mengendarai Buroq ke Masjidil Aqsa di negeri Syam,
kemudian Nabi SAW dinaikkan ke langit untuk diperlihatkan kepada Nabi SAW tanda-tanda
kebesaran dan kekayaan Allah SWT, pada malam itu juga Nabi SAW kembali kenegeri Mekkah.
Perjalanan dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqso dinamakan Isra, dan dinaikkannya Nabi SAW
dari Masjidil Aqso ke langit disebut Mi’raj. Pada malam inilah mulai di wajibkan Shalat Fardlu 5
kali dalam sehari.
Tatkala banyaknya tekanan dari berbagai pihak Nabi SAW mengalami kesedihan yang
Setelah peristiwa Isra’ dan Mi’raj, suatu perkembangan besar bagi kemajuan dakwah Islam
muncul. Perkembangan itu diantaranya datang dari sejumlah penduduk Yatsrib yang berhaji ke
Mekah.
Mereka, yang terdiri dari suku ‘Aus dan Khazraj, masuk Islam dalam tiga gelombang.
Pertama, pada tahun kesepuluh kenabian, beberapa orang Khazraj menemui Muhammad SAW
untuk masuk Islam, dan mengharapkan agar ajaran Islam dapat mendamaikan permusauhan suku
‘Aus dan Khazraj. Kedua, pada tahun keduabelas kenabian, delegasi Yatsrib terdiri dari sepuluh
orang Khazraj dan dua orang ‘Aus serta seorang wanita menemui Muhammad SAW di tempat
bernama Aqabah
Mereka menyatakan ikrar kesetiaan. Ikrar ini dinamakan dengan perjanjian “Aqabah Pertama”.
Ketiga, pada musim haji berikutnya, jama’ah haji yang datang dari Yatsrib berjumlah 73 orang.
Atas nama penduduk Yatsrib, mereka meminta Muhammad SAW dan Muslimin Makkah agar
berkenan pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji akan membelanya dari segala ancaman. Perjanjian
ini dinamakan dengan perjanjian “Aqabah Kedua”.
Dalam perjalanan ke Yatsrib nabi ditemani oleh Abu Bakar Ash-Shiddiq. Ketika di Quba, sebuah
desa yang jaraknya sekitar lima kilometer dari Yatsrib, nabi istirahat beberapa hari lamanya. Dia
menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Di halaman rumah ini nabi membangun sebuah mesjid.
Inilah mesjid pertama yang dibangun nabi, sebagai pusat peribadatan. Tak lama kemudian, Ali
bin Abi Thalib menyusul nabi, setelah menyelesaikan segala urusan di Mekah
Sementara itu, penduduk Yatsrib menunggu-nunggu kedatanganya. Waktu yang mereka tunggu-
tunggu itu tiba, mereka menyambut nabi dan kedua sahabatnya dengan penuh kegembiraan.
Sejak itu, sebagai penghormatan terhadap nabi, nama kota Yatsrib diubah menjadi Madinatun
Nabi (Kota Nabi) atau sering disebut Madinatul Munawwarah (Kota yang bercahaya), karena
dari sanalah sinar Islam memancar keseluruh dunia
Kejadian itu disebut dengan “hijrah” bukan sepenuhnya sebuah “pelarian”, tetapi merupakan
rencana perpindahan yang telah dipertimbangkan secara seksama selama sekitar dua tahun
sebelumnya. Tujuh belas tahun kemudian, Khalifah Umar bin Khattab menetapkan saat
terjadinya peristiwa hijrah sebagai awal tahun Islam, atau tahun qamariyah
Akhir Masa Kerosulan
Pembentukan Negra Madinah
Setelah tiba dan diterima penduduk Yatsrib (Madinah), Nabi Muhammad SAW resmi sebagai
pemimpin penduduk kota itu. Babak baru dalam sejarah Islam pun dimulai. Berbeda dengan
periode Mekah, pada periode Madinah, Islam merupakan kekuatan politik. Ajaran Islam yang
berkenaan dengan kehidupan masyarakat banyak turun di Madinah. Nabi Muhammad SAW
mempunyai kedudukan, bukan saja sebagai kepala agama, tetapi juga sebagai kepala negara.
Dengan kata lain, dalam diri nabi terkumpul dua kekuasaan, kekuasaam spiritual dan kekuasaan
duniawi.
Kedudukannya sebagai rasul secara otomatis merupakan kepala Negara.
Dengan terbentuknya Negara Madinah, Islam makin bertambah kuat. Perkembangan Islam yang
pesat itu membuat orang-orang Mekah dan musuh-musuh Islam lainnya menjadi risau. Kerisauan
ini akan mendorong orang-orang Quraisy berbuat apa saja. Untuk menghadapi kemungkinan-
kemungkinan gangguan dari musuh, nabi, sebagi kepala pemerintahan, mengatur siasat dan
membentuk pasukan tentara. Umat Islam diijinkan berperang dangan dua alasan:
(1) untuk mempertahankan diri dan melindungi hak miliknya, dan
(2) menjaga keselamatan dalam penyebaran kepercayaan dan mempertahankannya dari orang-
orang yang menghalang-halanginya.
Dalam sejarah Madinah ini memang banyak terjadi peperangan sebagai upaya kaum muslimin
mempertahankan diri dari serangan musuh. Nabi sendiri, di awal pemerintahannya, mengadakan
beberapa ekspedisi ke luar kota sebagai aksi siaga melatih kemampuan calon pasukan yang
memang mutlak diperlukan untuk melindungi dan mempertahankan negara yang baru dibentuk.
Perjanjian damai dengan berbagai kabilah di sekitar Madinah juga diadakan dengan maksud
memperkuat kedudukan Madinah.
Pada tahun 9 dan 10 Hijriyah (630-632 M) banyak suku dari pelosok Arab mengutus delegasinya
kepada Nabi Muhammad SAW menyatakan ketundukan mereka. Masuknya orang Mekah ke
dalam agama Islam rupanya mempunyai pengaruh yang amat besar pada penduduk padang pasir
yang liar itu. Tahun itu disebut dengan tahun perutusan. Persatuan bangsa Arab telah terwujud;
peperangan antara suku yang berlangsung sebelumnya telah berubah menjadi persaudaraan
seagama.
Setelah itu, Nabi Muhammad SAW segera kembali ke Madinah. Beliau mengatur organisasi
masyarakat kabilah yang telah memeluk agama Islam. Petugas keagamaan dan para dai’ dikirim
ke berbagai daerah dan kabilah untuk mengajarkan ajaran-ajaran Islam, mengatur peradilan, dan
memungut zakat. Dua bulan setelah itu, Nabi menderita sakit demam. Tenaganya dengan cepat
berkurang. Pada hari senin tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H/ 8 Juni 632 M., Nabi Muhammad
SAW wafat di rumah istrinya Aisyah.
Di dalam HR Bukhari dan Muslim disebutkan nama dan gelar Nabi Muhammad SAW, antara
lain :
– Ahmad
– Al-Mahi
– Al-Hasyir
– Al-‘Aqib
– Muqaffi
– Nabiyyuttaubah
– Nabiyyurrahmah.
Ahmad : yang paling terpuji karena akhlak karimahnya, dan paling banyak memuji Allah.
Al-Mahi ( pengikis/penghapus) : karena Allah mengikis kekufuran dengan mengutusnya,
Al-Hasyir (penghimpun) : sebab nanti di hari kiamat seluruh manusia berhimpun di hadapan
beliau, ada yang mengatakan di bawah perintah beliau.
Al-‘Aqib (penutup) : karena beliaulah nabi dan rasul penutup.
Muqaffi (yang mengikuti) : maksudnya mengikuti dan melanjutkan jejak risalah para nabi.
Nabiyyuttaubah (nabi taubat) : meski beliau sudah ma’shum dalam artian bersih dari dosa,
namun beliau banyak bertaubat. Dalam satu riwayat beliau bertaubat hingga 70 kali sehari,
dan dalam riwayat lain hingga 100 kali.
Nabiyyurrahmah (nabi ramhat) : beliau adalah seorang nabi yang penuh kasih hatta dalam
peperangan pun, diutusnya beliau ke bumi ini adalah sebagai rahmat bagi semesta alam.
Nama-nama tersebut berdasarkan penuturan beliau sendiri. Dan kita tahu bahwa setiap sabda
beliau adalah berdasarkan wahyu. Jadi bisa disimpulkan bahwa yang memberi nama/gelar
tersebut adalah Allah Swt.
Sejak kecil Muhammad Saw jauh dari tradisi-tradisi jahiliyah dan tidak pernah melakukan
penyembahan terhadap tuhan berhala. Namun demikian beliau tetaplah seorang yang santun dan
jujur, karenanya beliau terkenal dengan gelar Al-Amien (orang yang terpercaya).
Turunnya wahyu pertama QS. Al-A’la: 1-5 di gua Hira pada hari Senin di bulan Ramadan pada
usia yang ke 40 menjadi awal kerasulan Muhammad saw. Wahyu pertama tersebut berisi: “1)
Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan, 2) Yang menciptakan manusia dari segumpal
darah, 3) Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Mahamulia, 4) Yang mengajari (manusia) dengan
pena, 5) Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.”
Setelah menerima wahyu tersebut, Muhammad saw pulang menemui Khadijah dan
mengungkapkan kekhawatirannya terhadap dirinya. Khadijah menenangkan: “Bergembiralah!
Demi Allah, Dia tidak akan pernah menyia-nyiakanmu. Demi Allah, engkau ini menghubungkan
shilaturrahim (hubungan kerabat), berkata jujur, menanggung beban orang lemah, membantu
orang yang tidak punya, memuliakan tamu, menolong orang-orang yang ditimpa bencana.”
Khadijah lalu mempertemukannya dengan anak pamannya Waraqah bin Naufal, seorang pendeta
Nasrani. Setelah menjelaskan peristiwa yang baru dialaminya di gua Hira, Waraqah menjelaskan
bahwa yang datang kepada Muhammad saw itu adalah malaikat yang pernah datang kepada nabi
Musa As.
“Andai kata aku masih hidup dan kuat di saat engkau diusir oleh kaummu” kata Waraqah.
“Apakah mereka akan mengusirku?” Tanya Muhammad Saw. “Ya…,” jawabnya. (lihat HR
Bukhari dan Muslim).
Allah SWT menggambarkan akhlak nabi Muhammad secara umum di dalam QS. Al-Qalam ayat
4: “Dan sesungguhnya engkau benar-benar berbudi pekerti yang luhur”
a. Kesabaran Nabi Muhammad Saw
Tidak sedikit beban yang ditanggung oleh nabi Muhammad saw dalam menyebarkan dakwah
ajaran yang dibawanya. Ejekan, makian, perlakuan kasar dan ancaman pembunuhan diterimanya
dari orang-orang musyrik Makkah. Namun itu semuanya tak membuat kesabarannya luntur.
Dalam riwayat Imam Bukhari dan Muslim diceritakan bahwa Uqbah bin Abu Mu’ith pernah
mencampakkan kotoran onta kepada Rasulullah Muhammad saw sementara beliau dalam
keadaan sujud. Beliau terus sujud hingga putrinya Fathimah datang membuangnya.
Perlakuan kasar kaum Quraisy semakin bertambah setelah pamannya Abu Thalib dan isterinya
Khadijah meninggal dunia pada tahun 10 kerasulan. Karenanya beliau hijrah ke wilayah Thaif.
Namun ternyata disini juga beliau tidak diterima, malah penduduk setempat menyuruh anak-
anaknya untuk melemparinya dengan batu.
Ibrahim mendekati ayahnya dengan sikap dan sopan santun yang harus
ditunjukkan seorang anak kepada orang tuanya dan melalui kata-kata halus untuk
menyampaikan bahwa ia diutus oleh Tuhan sebagai nabi dan rasul dan diilhami
oleh pengetahuan, pengetahuan yang tidak dimiliki oleh sang ayah. Ibrahim
dengan lembut bertanya kepada ayahnya, lalu bertanya mengapa umatnya
menyembah berhala meskipun faktanya berhala itu tidak berguna dan tidak
mampu membawa keuntungan bagi para penyembahnya atau mencegah nasib
buruk. Selain itu, ayahnya diberitahu bahwa penyembahan berhala hanyalah ajaran
Setan, yang telah menjadi musuh umat manusia sejak Adam dikirim ke bumi. Dia
menasihati ayahnya untuk merenungkan dan mempertimbangkan nasihat dan
nasihat untuk meninggalkan penyembahan berhala, sehingga ayahnya kembali
menyembah Tuhan, Yang menciptakan manusia dan semua makhluk hidup, Yang
memberikan rezeki dan kenikmatan hidup, dan Yang mempercayakan manusia
dengan bumi dan semua itu ada di atasnya.
Foto : Pinterest
Setiap Hari besar Idul Adha, umat Islam yang memiliki harta berlebih biasanya melakukan
anjuran berkurban. Hari raya yang diperingati oleh umat muslim di seluruh dunia ini berawal
dari Nabi Ismail.
Hari besar keagamaan bagi umat muslim ini jika dalam kalender Islam diperingati setiap tanggal
10 Zulhijjah. Idul Adha atau juga biasa disebut Idul Kurban tentunya juga memilih sejarah
panjang dimana dikisahkan pada zaman Nabi Ibrahim AS saat akan menyembelih putranya,
Ismail, sebelum akhirnya diganti dengan seekor kibas (domba) oleh Allah SWT.
Sebelum masuk ke sejarah kurban, Ibadah kurban bisa dimaknai dengan sebuah bentuk
kepasrahan seorang hamba kepada Allah untuk mendekatkan diri kepada-Nya. Perintah untuk
berkurban ini telah digariskan oleh Allah SWT dalam Alquran dan tertuang dalam Al-Quran
surat Al-Kautsar ayat 1-2.
“Sesungguhnya Kami telah memberikan nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu dan berkurbanlah.” (QS Al-Kautsar (108) : 1-2).
Perayaan hari raya Idul Adha tidak lepas dari pemotongan hewan kurban. Asal mula kurban
berawal dari lahirnya nabi Ismail A.S. Pada saat itu dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim A.S tidak
memiliki anak hingga di masa tuanya, lalu beliau berdoa kepada Allah.
“Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang
saleh.” (QS Ash-Shafaat (37) : 100).
Sewaktu Nabi Ismail A.S mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim A.S mendapat mimpi bahwa ia
harus menyembelih Ismail putranya. Mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara turunnya
wahyu Allah SWT, maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh
Nabi Ibrahim A.S. Nabi Ibrahim A.S pun akhirnya menyampaikan isi mimpinya kepada Ismail
untuk melaksanakan perintah Allah SWT untuk menyembelih Ismail.
Ibrahim berkata : “Hai anakkku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu “maka fikirkanlah apa pendapatmu? Ismail menjawab: Wahai Bapakku
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. InsyaAllah engkau akan mendapatiku termasuk
orang yang sabar.” (QS Ash-Shafaat: 102)
Nabi Ismail meminta ayahnya untuk mengerjakan apa yang Allah perintahkan. Dan beliau
berjanji kepada ayahnya akan menjadi seorang yang sabar dalam menjalani perintah itu.
Sungguh mulia sifat Nabi Ismail A.S. Allah memujinya di dalam Al-Qur’an:
“Dan ceritakanlah (Hai Muhammad kepada mereka) kisah Ismail (yang tersebut) di dalam Al
Qur’an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang benar janjinya, dan dia adalah seorang rasul
dan nabi.” (QS Maryam (19) : 54)
Nabi Ibrahim lalu membaringkan anaknya dan bersiap melakukan penyembelihan. Nabi Ismail
A.S pun siap menaati instruksi ayahnya. Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Ismail A.S nampak
menunjukkan keteguhan, ketaatan dan kesabaran mereka dalam menjalankan perintah itu.
Saat Nabi Ibrahim A.S hendak mengayunkan parang, Allah SWT lalu menggantikan tubuh Nabi
Ismail A.S dengan sembelihan besar, yakni berupa domba jantan dari Surga, yang berwarna
putih, bermata bagus, bertanduk.
“Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu sesungguhnya demikianlah
Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar
suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS
Ash-Shafaat (37) : 104:107).
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah
pengorbanan Nabi Ismail A.S itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim A.S dan Nabi Ismail
sampai sejauh mana cinta dan ketaatan Mereka kepada Allah SWT. Ternyata keduanya telah
lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim A.S telah menunjukkan kesetiaan yang
tulus dengan pengorbanan putranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah SWT.
Sedangkan Nabi Ismail A.S tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam menjalankan perintah
Allah SWT dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan kepada orang tuanya. Dari
sinilah asal permulaan sunah berkurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Idul
Adha di seluruh pelosok dunia.
Awal Mula Sejarah Air Zamzam
Setelah beberapa waktu dari kelahiran Ismail, Allah Ta’ala memerintahkan Ibrahim pergi
membawa Hajar dan Ismail ke Makkah, maka Nabi Ibrahim memenuhi perintah itu dan ia pun
pergi membawa keduanya ke Makkah di dekat tempat yang nantinya akan dibangunkan Kabah.
Tidak lama setelah sampai di sana, Nabi Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail di tempat
tersebut dan ingin kembali ke Syam. Ketika Hajar melihat Nabi Ibrahim pulang, maka Hajar
segera mengejarnya dan memegang bajunya sambil berkata, “Wahai Ibrahim, kamu mau pergi
kemana? Apakah kamu (tega) meninggalkan kami di lembah yang tidak ada seorang manusia
dan tidak ada sesuatu apa pun ini?” Hajar terus saja mengulang-ulang pertanyaannya berkali-kali
hingga akhirnya Ibrahim tidak menoleh lagi kepadanya. Akhirnya Hajar bertanya, “Apakah
Allah yang memerintahkan kamu atas semua ini?” Ibrahim menjawab, “Ya.” Hajar berkata,
ِإَذْن َال ُيَض ِّيُعَنا
“Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami.”
Setelah Nabi Ibrahim pergi, lama kelamaan air susu Siti Hajar mengering akibat dirinya kurang
asupan makan dan minum. Nabi Ismail yang masih bayi itupun mulai rewel karena merasa lapar
dan haus.
Kemudian, Siti Hajar mendatangi bukit Shafa, gunung yang paling dekat dengannya. Namun di
sana ia tak menemukan air ataupun orang yang dapat dimintai bantuan. Lalu ia turun dari bukit
Shafa dan menuju lembah hingga sampailah di bukit kedua yang disebut Marwah. Karena tidak
mendapatkan apapun, Siti Hajar kemudian kembali ke Bukti Shafa lalu kembali lagi ke bukit
Marwah. Hal itu ia lakukan sebanyak 7 kali. Inilah sejarah dari salah satu rukun dalam
melaksanakan ibadah umroh dan haji yang disebut Sa’i.
Diriwayatkan, bahwa selagi Hajar berada dalam keadaan tidak berdaya dan hampir berputus asa,
Allah mengirimkan pertolongan-Nya melalui malaikat Jibril.
”Siapakah sebenarnya engkau ini?” Tanya Malaikat Jibril kepada Siti Hajar.
” Aku adalah hamba sahaya Ibrahim” Jawab Hajar.
” Kepada siapa engkau dititipkan di sini?” tanya Jibril.
” Hanya kepada Allah” jawab Hajar. Kemudian Jibril berkata
“Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat Yang Maha Pemurah Lagi Maha
Pengasih, yang akan melindungimu, mencukupi keperluan hidupmu dan tidak akan mensia-
siakan kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya.”
Setelah itu, Malaikat Jibril mengajak Siti Hajar ke suatu tempat dan kemudian Malaikat Jibril
menginjakkan telapak kakinya kuat-kuat di atas tanah, maka memancurlah air dari tempat
tersebut. Itulah air Zamzam yang hingga kini tidak pernah habis meski selalu digunakan oleh
seluruh umat Muslim di dunia saat berhaji.
Keluarnya air tersebut telah membuat burung-burung berterbangan. Hal itu menjadi perhatian
dari sekelompok bangsa Arab dari suku Jurhum yang merantau dan sedang berkemah di sekitar
Makkah.
Mereka mengetahui, jika ada burung di udara, pasti di bawahnya ada sumber air. Kemudian
beberapa orang dari Suku Jurhum datang untuk melihat ke lokasi tersebut.
Setelah mereka melihat kebenaran akan adanya air, maka Suku Jurhum memindahkan
perkemahannya di sekitar Zamzam. Kedatangan mereka disambut baik oleh Siti Hajar. Adanya
Suku Jurhum membuat kesepian yang dirasakan oleh Siti Hajar sirna. Kisah Nabi Ismail inilah
yang menjadi awal mulanya munculnya kehidupan di Makkah.
Begitulah kisah Nabi Ismail yang sangat menginspirasi. Kepatuhan Nabi Ismail patut untuk
ditiru oleh kita semua. Semoga mendapat pelajaran yang bisa diambil dari kisah ini