Laporan Akhir - Puskesmas Kediri I
Laporan Akhir - Puskesmas Kediri I
OLEH :
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Profesi (PKP)
Apoteker di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan, UPTD Instalasi Farmasi
Kabupaten Tabanan, dan Puskesmas Kediri I yang dilaksanakan pada 9 Maret - 5
April 2023. Laporan ini merupakan tugas akhir bagi mahasiswa Program Studi
Profesi Apoteker Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Udayana sebagai syarat untuk meraih gelar Apoteker (apt.). Penyusunan laporan ini
tentunya tidak terlepas dari bantuan, dukungan, serta bimbingan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana.
2. Bapak Dr. apt. I Gusti Ngurah Agung Dewantara Putra, S.Farm., M.Sc selaku
Koordinator Program Studi Profesi Apoteker Universitas Udayana.
3. Ibu Dr. apt. Ni Made Pitri Susanti, S.Farm., M.Si. selaku pembimbing PKPA
yang telah membimbing dan memberikan dukungan selama pelaksanaan
PKPA.
4. Bapak dr. Ida Bagus Surya Wira Andi, S.Ked. selaku Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Tabanan, beserta staff.
5. Bapak apt. I Made Abdi Gunawan, S.Farm., M.Kes selaku Kepala Seksi
Farmasi, Alat Kesehatan dan Perbekalan Farmasi Dinas Kesehatan Kabupaten
Tabanan yang telah membimbing selama kegiatan PKP Apoteker di Dinas
Kesehatan Kabupaten Tabanan,
6. Bapak Putu Antika, S. ST., M.AP selaku Kepala UPTD Instalasi Farmasi
Kabupaten Tabanan yang telah membimbing selama kegiatan PKP Apoteker
di UPTD Instalasi Farmasi Kabupaten Tabanan.
7. Ibu dr. Ni Putu Widiyanti selaku Kepala Puskesmas Kediri I yang telah
memberikan kesempatan untuk melaksanakan PKP Apoteker di Puskesmas
Kediri I.
8. Ibu apt. I Gusti Agung Ayu Devi Yanti, S. Farm. sebagai pembimbing di
Puskesmas Kediri I yang telah banyak membagi ilmu praktik dan membimbing
penulis selama pelaksanaan PKPA dan penyusunan laporan ini.
9. Ibu Jurni Sari Mansyur, A. Md. Farm., Ibu Putu Maya Puspita Dewi, A. Md.
Farm., dan Ibu Ni Nyoman Ayu Triandani, A. Md. Farm. selaku tenaga teknis
kefarmasian yang telah membimbing kami selama pelaksanaan PKPA di
Puskesmas Kediri I.
10. Seluruh staf pegawai Puskesmas Kediri I yang telah membimbing dan
membantu dalam penyusunan laporan.
11. Seluruh dosen dan staf pegawai Program Studi Profesi Apoteker Fakultas
MIPA Universitas Udayana yang telah membantu dalam penyusunan laporan.
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak luput dari kekurangan dan masih
jauh dari kata sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
iii
bersifat membangun demi penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR TABEL
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
DAFTAR SINGKATAN
ix
SIPA : Surat Izin Praktek Apoteker
TTK : Tenaga Teknis Kefarmasian
UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat
UKP : Upaya Kesehatan Perorangan
UPK : Unit Pelayanan Kesehatan
UPTD : Unit Pelayanan Terpadu Daerah
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
5
6
1. Gedung
2. Kendaraan
3. Komputer dan Printer
4. Telepon & Mesin Fax
5. Lemari Arsip
6. Kursi & Sofa
7. Sarana penyimpanan:
a. Rak
b. Pallet
c. Lemari
d. Lemari pendingin
8. Sarana Administrasi Obat dan Perbekalan Kesehatan:
a. Kartu Stok
b. Buku Barang Masuk
c. Buku Harian Pengeluaran Barang
d. Laporan Penggunaan dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)
e. Kartu Rencana Distribusi
f. Buku rekap barang yang sudah kadaluwarsa (expired) dan buku
pengembalian obat dari Puskesmas.
g. Buku rekap barang habis
h. Formularium Kabupaten
Adapun struktur organisasi di UPTD Instalasi Farmasi Kabupaten Tabanan
penting karena dapat mempengaruhi baik kualitas maupun biaya obat yang
dibutuhkan. PBF atau industri farmasi sebagai pemasok haruslah memiliki izin
PBF/industri farmasi dan memiliki sertifikat CPOB.
2.5.3 Penerimaan
Proses penerimaan merupakan rangkaian kegiatan untuk memastikan bahwa
kiriman obat atau bahan obat yang diterima benar, berasal dari pemasok yang
disetujui, tidak rusak atau tidak mengalami perubahan selama transportasi (BPOM,
2019). Penerimaan di Instalasi Farmasi Kabupaten Tabanan meliputi kegiatan
penerimaan sediaan farmasi dan perbekalan farmasi dari penyedia sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun oleh seksi kefarmasian di Dinas Kesehatan
Kabupaten Tabanan. Pada saat penerimaan harus dilakukan pemeriksaan terhadap:
1. Kebenaran nama, jenis, nomor bets, tanggal kedaluwarsa, jumlah dan kemasan
harus sesuai dengan surat pengantar/pengiriman barang dan/atau faktur
penjualan, serta Certificate of Analysis untuk bahan obat.
2. Kondisi kontainer pengiriman dan/atau kemasan termasuk segel, label dan/atau
penandaan dalam kondisi baik.
3. Kebenaran nama, jenis, jumlah dan kemasan dalam surat pengantar/pengiriman
barang dan/atau faktur penjualan harus sesuai dengan arsip surat pesanan.
(BPOM, 2019)
Selain itu, hal yang perlu diperhatian pada saat melakukan proses penerimaan
barang antara lain:
1. Obat dan/atau bahan obat tidak boleh diterima jika kedaluwarsa, atau mendekati
tanggal kedaluwarsa sehingga kemungkinan besar obat dan/atau bahan obat
telah kedaluwarsa sebelum digunakan oleh konsumen.
2. Obat dan/atau bahan obat yang memerlukan penyimpanan atau tindakan
pengamanan khusus, harus segera dipindahkan ke tempat penyimpanan yang
sesuai.
3. Nomor bets dan tanggal kedaluwarsa obat dan/atau bahan obat harus dicatat pada
saat penerimaan, untuk mempermudah penelusuran.
4. Jika ditemukan obat dan/atau bahan obat diduga palsu, bets tersebut harus segera
dipisahkan dan dilaporkan ke instansi berwenang, dan ke pemegang izin edar.
14
5. Pengiriman obat dan/atau bahan obat yang diterima dari sarana transportasi
harus diperiksa sebagai bentuk verifikasi terhadap keutuhan kontainer/sistem
penutup, fisik dan fitur kemasan serta label kemasan.
(BPOM, 2019)
Setelah pemeriksaan, apabila terdapat item obat yang tidak sesuai dengan
surat pesanan atau kondisi kemasan tidak baik maka obat tersebut harus segera
dikembalikan disertai dengan bukti retur dan surat pesanan asli serta segera
meminta bukti terima pengembalian dari pemasok (BPOM RI, 2019). Selain itu,
setiap penambahan obat-obatan harus dicatat dan dibukukan pada buku penerimaan
obat dan kartu stok. Alur Penerimaan di UPTD Instalasi Farmasi Kabupaten
Tabanan dapat dilihat pada Gambar 3.
pihak aset Pemerintah Daerah. Pemusnahan khusus untuk obat golongan narkotika
dan psikotropika dilakukan dengan mengajukan permohonan saksi dari BPOM
serta tembusan berita acara pemusnahan.
Penanganan obat rusak atau kadaluarsa secara umum bertujuan untuk
melindungi petugas, masyarakat (pasien), serta lingkungan dari terpaparnya obat
dan perbekalan kesehatan yang dapat berdampak terhadap kesehatan dan
ekosistem. Sedangkan tujuan khusus dalam penanganan obat rusak atau kadaluarsa
diantaranya adalah terlaksananya penanganan awal obat dan bahan medis habis
pakai yang rusak atau kadaluarsa secara aman dan terlaksananya teknik
pemusnahan obat dan bahan medis habis pakai secara efektif dan efisien.
Kriteria obat dan bahan medis habis pakai yang akan dimusnahkan antara lain
kadaluarsa/expired, rusak akibat perubahan warna atau bentuk, tidak tersegel lagi,
dan label yang tidak jelas atau menggunakan bahasa yang tidak dimengerti. Obat-
obat yang akan dimusnahkan terlebih dahulu dikeluarkan dari kemasan intinya,
kemudian dimasukkan ke dalam karung. Pemusnahan dilakukan menggunakan jasa
pihak ketiga dan dilakukan survei terlebih dahulu terkait jenis-jenis barang yang
akan diajukan dalam pemusnahan dan dilakukan penilaian untuk mengkategorikan
jenis obat tersebut. Adapun alur pemusnahan obat dapat dilihat pada Gambar 4.
Sediaan farmasi kadaluarsa atau rusak harus dimusnahkan sesuai dengan jenis
dan bentuk sediaan. Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi dan BMHP yang
tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Sediaan farmasi dan BMHP yang
kadaluwarsa, rusak, atau ditarik dari peredaran dikembalikan ke Instalasi Farmasi
Pemerintah dengan disertai Berita Acara Pengembalian. Penarikan sediaan farmasi
yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan perundang-undangan dilakukan
oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory
recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM (Permenkes RI, 2016).
Pemusnahan sediaan farmasi kedaluwarsa atau rusak yang mengandung
narkotika atau psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan sediaan farmasi selain narkotika dan
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain
yang memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. Pemusnahan dibuktikan
dengan berita acara pemusnahan.
2.5.9 Supervisi dan Monitoring Evaluasi
Supervisi yang dilakukan oleh petugas IFK yaitu proses pengamatan secara
terencana dari unit yang lebih tinggi (Instalasi Farmasi Kabupaten) terhadap
pelaksanaan pengelolaan obat oleh petugas pada unit yang lebih rendah
(Puskesmas/Puskesmas Pembantu). Supervisi bertujuan untuk menjaga agar
pekerjaan pengelolaan obat yang dilakukan sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Hasil supervisi dievaluasi dengan cara langsung dibahas dengan yang
bersangkutan, sehingga yang bersangkutan dapat mengetahui kondisi dari proses
pengelolaan. Adapun indikator yang digunakan untuk mengevaluasi pengelolaan
obat di kabupaten meliputi alokasi dana pengadaan obat, persentase alokasi dana
pengadaan obat, biaya obat per penduduk, ketersediaan obat sesuai kebutuhan,
pengadaan obat esensial, dan pengadaan obat generik. Indikator lainnya yaitu biaya
obat per kunjungan resep, kesesuaian item obat yang tersedia dengan DOEN,
kesesuaian ketersediaan obat dengan pola penyakit, tingkat ketersediaan obat, dan
ketepatan perencanaan. Selain itu, indikator lainnya meliputi persentase dan nilai
20
K . E. D. I. R. I
Kenyamanan : pelayanan senyaman mungkin
Etika : sopan santun dalam pelayanan
Damai : pelayanan dengan sabar dan tulus
Inovatif : pelayanan dengan pola baru dan kreatif
Ramah : melayani dengan senyum, salam dan sapa
Indah : pelayanan dengan lingkungan yang indah, asri dan sehat
e. Tata Nilai
Untuk mencapai visi Puskesmas Kediri I maka nilai dasar yang dijadikan
pedoman harus memenuhi karakteristik sebagai berikut:
1. Orientasi pelayanan
Sikap dan perilaku kerja pegawai dalam memberikan pelayanan terbaik kepada
yang dilayani antara lain meliputi masyarakat, atasan, rekan kerja, unit kerja
terkait, dan/atau instansi lain.
2. Komitmen
Kemauan dan kemampuan untuk menyelaraskan sikap dan tindakan pegawai
untuk mewujudkan tujuan organisasi dengan mengutamakan kepentingan
dinas daripada kepentingan diri sendiri, seseorang, dan/atau golongan.
3. Inisiatif kerja
Kemauan dan kemampuan untuk melahirkan ide-ide baru, cara-cara baru untuk
peningkatan kerja, kemauan untuk membantu rekan kerja yang membutuhkan
bantuan, melihat masalah sebagai peluang bukan ancaman, kemauan untuk
bekerja menjadi lebih baik setiap hari, serta penuh semangat dan antusiasme,
aspek inisiatif kerja juga termasuk inovasi yang dilakukan oleh pegawai.
4. Kerja sama
Kemauan dan kemampuan pegawai untuk bekerjasama dengan rekan kerja,
atasan, bawahan dalam unit kerjanya serta instansi lain dalam menyelesaikan
suatu tugas dan tanggung jawab yang ditentukan, sehingga mencapai daya guna
dan hasil guna yang sebesar-besarnya.
5. Kepemimpinan
23
b. Angka Kematian
Jumlah kematian Neonatus tercatat (0 – 28 hari ) : 4 bayi
Jumlah Kematian Bayi tahun tercatat ( 29 hari – 11 bln ) : 5 bayi
Jumlah Kematiam Balita tercatat (0 – 5 tahun ) : 5 Balita
Jumlah kematian anak umur 7 – 18 tahun :0
Angka Kematian Ibu melahirkan tercatat :0
25
petugas. Selain itu juga memungkinkan masuknya cahaya yang cukup. Ruang
penyimpanan yang baik perlu dilengkapi dengan rak/lemari obat, pallet,
pendingin ruangan (AC), lemari pendingin, lemari penyimpanan khusus
narkotika dan psikotropika, lemari penyimpanan Obat khusus, pengukur suhu,
dan kartu suhu.
6. Ruang Arsip
Ruang arsip dibutuhkan untuk menyimpan dokumen yang berkaitan dengan
pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan Kefarmasian
dalam jangka waktu tertentu. Ruang arsip memerlukan ruangan khusus yang
memadai dan aman untuk memelihara dan menyimpan dokumen dalam rangka
untuk menjamin penyimpanan sesuai hukum, aturan, persyaratan, dan teknik
manajemen yang baik.
setiap periode oleh Ruang Farmasi di Puskesmas. Proses seleksi sediaan farmasi
dan BMHP dilakukan dengan mempertimbangkan pola penyakit, pola konsumsi,
data mutasi sediaan farmasi, dan rencana pengembangan. Proses seleksi Sediaan
Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus
melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi,
bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
Proses perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi per tahun dilakukan secara
berjenjang (bottom-up). Puskesmas diminta menyediakan data pemakaian Obat
dengan menggunakan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO).
Selanjutnya Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota akan melakukan kompilasi dan
analisa terhadap kebutuhan Sediaan Farmasi Puskesmas di wilayah kerjanya,
menyesuaikan pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu
kekosongan Obat, buffer stock, serta menghindari stok berlebih (Kemenkes RI,
2016).
2.11.2 Pengadaan
Tujuan pengadaan sediaan farmasi dan BMHP yaitu untuk memenuhi
kebutuhan sediaan farmasi dan BMHP di Puskesmas, sesuai dengan perencanaan
kebutuhan yang telah dibuat. Pengadaan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu
mengajukan permintaan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan pengadaan
secara mandiri (BLUD).
• Pengadaan/permintaan kepada Dinas Kesehatan
Obat yang disediakan di Puskesmas harus sesuai dengan Formularium
Nasional (FORNAS), Formularium Kabupaten/Kota dan Formularium
Puskesmas. Permintaan obat puskesmas diajukan oleh kepala puskesmas
kepada kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan menggunakan format
LPLPO. Permintaan sediaan farmasi dan BMHP ke Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota diawali dengan setiap sub unit di puskesmas mengirimkan
LPLPO ke gudang farmasi kemudian gudang farmasi akan merekap dan
menyetorkan ke UPTD IFK setiap awal bulan. Permintaan terbagi atas dua
yaitu :
36
a. Permintaan rutin: dilakukan sesuai dengan jadwal yang disusun oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masing
– masing puskesmas.
b. Permintaan khusus: dilakukan diluar jadwal distribusi rutin. Proses
permintaan khusus sama dengan proses permintaan rutin. Permintaan
khusus dilakukan bila kebutuhan meningkat, terjadi kekosongan obat, ada
Kejadian Luar Biasa (KLB/Bencana).
• Pengadaan Mandiri (BLUD)
Puskesmas dapat melakukan pengadaan mandiri bila puskesmas tersebut sudah
telah berstatus BLUD. BLUD (Badan Layanan Umum Daerah) merupakan
sistem yang diterapkan oleh unit pelaksana teknis dinas/badan daerah dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat yang mempunyai fleksibilitas
dalam pola pengelolaan keuangan sebagai pengecualian dari ketentuan
pengelolaan daerah pada umumnya. BLUD bertujuan untuk memberikan
layanan umum secara lebih efektif, efisien, ekonomis, transparan dan
bertanggungjawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan
manfaat sejalan dengan Praktek Bisnis Yang Sehat, untuk membantu
pencapaian tujuan pemerintah daerah yang pengelolaannya dilakukan
berdasarkan kewenangan yang didelegasikan oleh kepala daerah (Permendagri,
2018).
2.11.3 Penerimaan
Penerimaan sediaan farmasi dan BMHP merupakan suatu kegiatan dalam
menerima sediaan farmasi dan BMHP dari Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota atau
hasil pengadaan Puskesmas secara mandiri sesuai dengan permintaan yang telah
diajukan. Kegiatan penerimaan bertujuan agar sediaan farmasi yang diterima sesuai
dengan kebutuhan berdasarkan permintaan yang diajukan oleh Puskesmas, dan
memenuhi persyaratan keamanan, khasiat, dan mutu. Tenaga Kefarmasian dalam
kegiatan pengelolaan bertanggung jawab atas ketertiban penyimpanan,
pemindahan, pemeliharaan dan penggunaan obat dan BMHP berikut kelengkapan
catatan yang menyertainya. Tenaga Kefarmasian wajib melakukan pengecekan
terhadap sediaan farmasi dan BMHP yang diserahkan, mencakup jumlah
37
kemasan/peti, jenis dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai
dengan isi dokumen LPLPO, ditandatangani oleh Tenaga Kefarmasian, dan
diketahui oleh Kepala Puskesmas. Bila tidak memenuhi syarat, maka Tenaga
Kefarmasian dapat mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan
Farmasi yang diterima disesuaikan dengan periode pengelolaan di Puskesmas
ditambah satu bulan (Kemenkes RI, 2016).
2.11.4 Penyimpanan
Penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP merupakan suatu kegiatan
pengaturan terhadap sediaan farmasi yang diterima agar aman (tidak hilang),
terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuan penyimpanan yaitu agar mutu sediaan
farmasi yang tersedia di puskesmas dapat dipertahankan sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan. Penyimpanan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
- Bentuk dan jenis sediaan
- Kondisi yang dipersyaratkan dalam penandaan di kemasan sediaan farmasi,
seperti suhu penyimpanan, cahaya, dan kelembaban
- Mudah atau tidaknya meledak/terbakar
- Narkotika dan psikotropika disimpan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
- Tempat penyimpanan sediaan farmasi tidak dipergunakan untuk penyimpanan
barang lainnya yang menyebabkan kontaminasi
(Kemenkes RI, 2016)
2.11.5 Pendistribusian
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis
Pakai secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi
Puskesmas dan jaringannya. Tujuannya adalah untuk memenuhi kebutuhan Sediaan
Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan
jenis, mutu, jumlah dan waktu yang tepat. Sub-sub unit di Puskesmas dan
jaringannya antara lain:
38
2.11.7 Pengendalian
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
kegiatan untuk memastikan tercapainya sasaran yang diinginkan sesuai dengan
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah
agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan
dasar. Pengendalian Sediaan Farmasi terdiri dari pengendalian persediaan;
pengendalian penggunaan; dan penanganan sediaan farmasi hilang, rusak, dan
kadaluwarsa (Kemenkes RI, 2016).
2.11.8 Administrasi
Administrasi meliputi pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh rangkaian
kegiatan dalam pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai, baik
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan,
didistribusikan dan digunakan di Puskesmas atau unit pelayanan lainnya. Adapun
tujuan pencatatan dan pelaporan yaitu sebagai bukti bahwa pengelolaan sediaan
farmasi dan BMHP telah dilakukan; sumber data untuk melakukan pengaturan dan
pengendalian; dan sumber data untuk pembuatan laporan (Kemenkes RI, 2016).
41
42
A. Perencanaan
Perencanaan merupakan kegiatan seleksi obat dan BMHP untuk menentukan
jumlah obat dalam rangka pemenuhan kebutuhan puskesmas. Tujuannya adalah
untuk:
▪ Memperkirakan jenis dan jumlah obat dan BMHP yang mendekati kebutuhan.
▪ Meningkatkan penggunaan obat rasional.
▪ Meningkatkan efisiensi penggunaan obat
Tahap Perencanaan dilakukan oleh Dinas Kesehatan Seksi Kefarmasian.
Perencanaan obat dan BMHP yang ditujukan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar
(PKD) menggunakan metode konsumsi berdasarkan data LPLPO. Selain itu bisa
juga menggunakan metode gabungan, yaitu metode konsumsi dan pola penyakit
berdasarkan data LPLPO dan laporan LB1 (Pengelolaan Data Kesakitan).
Sementara, perencanaan obat dan BMHP yang ditujukan untuk program kesehatan
menggunakan metode pola penyakit. Tim Perencanaan Obat Terpadu (POT) yang
terdiri atas tim dari Dinkes dan Puskesmas melakukan perhitungan dan perencanaan
obat dan meminta persetujuan kepada Kepala Dinas. Luaran dari tahap perencanaan
ini adalah Rencana Kebutuhan Obat (RKO). RKO dibuat tiap setahun sekali untuk
kebutuhan selama 18 bulan.
B. Pengadaan
Setelah perencanaan, dilakukan pengadaan. Pengadaan obat dilaksanakan
dengan menggunakan sumber dana obat dengan prioritas utama berasal dari DAK
(Dana Alokasi Khusus). Jika dana DAK kurang, ditambah dengan menggunakan
dana APBD 2. Dan jika masih kurang, ditambah menggunakan dana JKN (Jaminan
Kesehatan Nasional). JKN penggunaannya bisa langsung dilakukan di puskesmas
yang sudah memiliki apoteker. Pengadaan obat dapat dilakukan melalui e-katalog
maupun non e-katalog. Jika puskesmas memesan obat diluar e-katalog, maka
pengadaan dilakukan menggunakan sistem lelang atau penunjukan langsung. Jika
harga yang dibeli diatas 200 juta biasanya pengadaan dilakukan dengan sistem
lelang. Namun, jika harganya dibawah 200 juta, dilakukan pengadaan dengan
sistem penunjukkan langsung. Sistem lelang didahului dengan survey harga,
kemudian dilakukan penetapan HPS (Harga Perkiraan Sendiri). Kemudian HPS
46
dilempar kembali kepada penawar untuk memilih penjual yang bersedia menjual
dengan harga yang ditetapkan Dinkes dan puskesmas.
C. Penerimaan
Penerimaan adalah suatu kegiatan dalam menerima obat-obatan yang
diserahkan dari unit pengelola yang lebih tinggi kepada unit pengelola di bawahnya.
Tahap Penerimaan dilakukan oleh UPTD Intalasi Farmasi Kesehatan Dinkes
Kabupaten Tabanan yang memesan obat akan menyerahkan data pesanan kepada
UPTD IFK yang akan menerima obat tersebut. Alur penerimaan obat didahului dari
penyiapan ruang penyimpanan sebelum obat datang. Obat yang datang diterima di
Ruang Karantina. Di ruangan ini dilakukan pengecekan obat yang meliputi
pengecekan administrasi, kesesuaian jumlah dan jenis obat sesuai faktur, kondisi
kemasan, tanggal kadaluarsa, nomor bets, dan izin edar. Perlu ditekankan untuk
memeriksa tanggal kadaluarsa agar sesuai dengan yang ditetapkan. Jika ternyata
masa kadaluarsa obat dibawah dari yang ditetapkan, maka perlu melakukan
kesepakatan kepada PBF agar obat dapat diretur sebelum tanggal kadaluarsanya.
Jika telah sesuai, maka selanjutnya penandatanganan berita acara penerimaan.
Setelah itu, obat dipindahkan ke ruang penyimpanan dan dilakukan pencatatan di
kartu stok. Dinkes juga berkoordinasi dengan UPTD IFK untuk memastikan apakah
obat yang dipesannya sudah datang dengan lengkap.
Penyimpanan yang baik dan benar akan memudahkan pengambilan obat dan Bahan
Medis Habis Pakai dan juga dapat mempertahankan mutu dan stabilitas obat
(Sudarti, 2018). Berikut adalah ruang penyimpanan Bahan Medis Habis PAkai
(BMHP) :
Gambar 9. Ruang Penyimpanan Vaksin berupa Cool Room dan Cool Box Tempat
penyimpanan Vaksin
E. Pendistribusian
Alur pengiriman permintaan obat dari UPTD Intalasi Farmasi Kabupaten
Tabanan menuju Puskesmas yang berdasarkan LPLPO yang diajukan terkait
perencananaan, kemudian dari Puskesmas yang menyalurkan kepada Puskesmas
49
b. Langkah pendistribusian
▪ Tiap sub unit menyapkan LPLPO sub unit dan
mengirimkannya ke gudang farmasi setiap
bulan.
▪ Gudang farmasi meneriman LPLPO sub unit
dan menentukan jumlah obat yang akan
diberikan sesuai stok.
▪ Selanjutnya gudang farmasi akan menyiapkan
obat yang diminta oleh sub unit.
▪ Pengembalian obat dari Gudang farmasi
diambil dari sub unit sendiri.
c. Pengendalian distribusi
▪ Melakukan pengecekan terlebih dahulu obat
sebelum deserahkan pengercekannya antara
lain: jumlah obat, expired date, fisik obat,
batch, kekuatan sediaan, dan lain-lain.
▪ Obat dengan waktu ED yang dekat, umumnya
didistribusikan terlebih dahulu.
Hari/Tanggal Sabtu, 18 Maret 2023
(Alokasi Waktu)
Pasien pulang
Hari/tanggal Senin, 27 Maret 2023
(Alokasi waktu)
- Safety stok
- Sok Opnamen
- Permintaan.
Hari/Tanggal Sabtu, 1 April 2023
(Alokasi Waktu)
3.3.2 Pengelolaan Obat dan Badan Medis Habis Pakai di Puskesmas Kediri I
Tujuan dilakukan pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP yaitu untuk
menjamin kelangsungan ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan
Bahan Medis Habis Pakai yang efisien, efektif dan rasional, meningkatkan
kompetensi/kemampuan tenaga kefarmasian, mewujudkan sistem informasi
manajemen, dan melaksanakan pengendalian mutu pelayanan (Menkes RI, 2016).
Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP
sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan No.74 Tahun 2016 yaitu dimulai dari
perencanaan, permintaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian,
pengendalian, pencatatan dan pelaporan serta pemantauan dan evaluasi.
78
Gambar 12. Contoh Draft LPLPO Puskesmas Kediri I Tabanan Februari 2023
b) Pengadaan secara mandiri (BLUD)
80
kekuatan obat, tanggal kadaluwarsa, nomor bets, dan nomor registrasi obat. Setelah
pengecekan, dilanjutkan dengan penyimpanan sediaan farmasi dan BMHP dan
pencatatan pada tiap kartu stok obat.
D. Penyimpanan
Penyimpanan merupakan suatu hal penting yang perlu diperhatikan untuk
menjamin kualitas atau mutu obat dan BMHP. Kondisi penyimpanan akan
berpengaruh terhadap stabilitas dari obat. Bila kondisi penyimpanan tidak sesuai
dapat menyebabkan obat rusak sebelum waktu kadaluwarsanya. Beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi mutu obat saat penyimpanan yaitu suhu, kelembaban,
dan cahaya. Pada Gudang Farmasi dan Ruang Apotek di Puskesmas Kediri I
Tabanan sudah memperhatikan aspek-aspek tersebut seperti terdapat ventilasi dan
AC yang menyala selama 24 jam untuk menjaga ruang penyimpanan tetap kering,
tidak lembab dan mempertahankan suhu ruang; melakukan pemantauan suhu dan
kelembaban ruang dengan alat higrometer; dan pencahayaan yang cukup dengan
jendela berisi gorden seperti gambar berikut.
Gambar 13. Alat Higrometer (A) dan Ruang Gudang Farmasi yang difasilitasi
AC 24 jam dan ventilasi dengan gorden (B)
Selain memperhatikan aspek-aspek yang mempengaruhi mutu obat,
penyimpanan obat di Gudang Farmasi dan Ruang Apotek di Puskesmas Kediri I
Tabanan juga disusun secara alfabetis dan menggunakan sistem First Expired First
Out (FEFO) dan First In First Out (FIFO) yang dikeluarkan secara bertahap sesuai
dengan keperluan pelayanan. Pada Gudang Farmasi Puskesmas Kediri I Tabanan,
82
penyimpanan obat pada rak obat juga disusun berdasarkan sumber dana yang
berasal dari APBD (UPTD IFK) dan BLUD (JKN) seperti gambar dibawah ini:
Gambar 14. Rak penyimpanan obat dari UPTD IFK (A) dan rak penyimpanan
obat BLUD (B)
E. Distribusi
1. Bukti bahwa pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai telah
dilakukan
2. Sumber data untuk melakukan pengaturan dan pengendalian
3. Sumber data untuk pembuatan laporan
(Menkes RI, 2016)
Kegiatan pencatatan dan pelaporan di Puskesmas Kediri I rutin dilakukan pada saat
terjadi mutasi (penerimaan, pengeluaran, hilang, rusak/kadaluarsa) sediaan farmasi
dan BMHP. Kegiatan pencatatan tersebut dilakukan untuk memperoleh informasi
mengenai sisa stok obat, jumlah obat yang diterima melalui APBD atau BLUD, dan
jumlah obat yang rusak/hilang/kadaluwarsa. Dengan adanya pencatatan, kita dapat
mengetahui dengan cepat jumlah persediaan obat, penyusunan laporan,
perencanaan pengadaan dan distribusi, pengendalian persediaan, untuk
pertanggung-jawaban bagi petugas penyimpanan dan pendistribusian, serta sebagai
alat bantu kontrol bagi Apoteker Penanggungjawab Apotek maupun Gudang
Farmasi.
Sistem pencatatan di gudang farmasi Puskesmas Kediri I dilakukan secara
manual dengan menggunakan kartu stok dan buku catatan penerimaan/pengeluaran
obat. Stok opname dilakukan setiap satu bulan sekali pada akhir bulan oleh petugas
farmasi puskesmas. Sedangkan pemeriksaan fisik sediaan dan jumlah stok di
Apotek dilakukan setiap hari. Setelah kegiatan SO dilakukan, dilanjutkan dengan
menginput sisa stok terakhir obat di kartu stok ke dalam file excel rekapitulasi
mutasi untuk menelaah kembali apakah terjadi kelebihan/kekurangan stok. Apabila
terjadi kelebihan/kekurangan, maka pihak gudang farmasi akan melakukan
crosscheck kembali. Obat-obatan yang rusak atau sudah kedaluwarsa akan
dimusnahkan oleh pihak ketiga sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Setiap semester atau setiap 6 bulan dilakukan pembuatan neraca obat yang
memuat penerimaan, pengeluaran serta stok opname pada akhir semester. Neraca
obat yang dibuat meliputi neraca obat gudang farmasi puskesmas, neraca obat
apotek puskesmas, neraca obat sub unit puskesmas pembantu dan pusling. Tujuan
pembuatan neraca obat adalah untuk mengetahui keseimbangan antara penerimaan
serta pengeluaran obat tiap semester dari gudang farmasi puskesmas, apotek
85
puskesmas, sub unit pusling dan puskesmas pembantu. Proses pembuatan neraca
obat dimulai dengan mengumpulkan informasi mengenai harga terbaru dari
masing-masing obat dan daftar obat baru yang ada di IFK. Kemudian dilanjutkan
dengan membuat kesepakatan penerimaan dan pengeluaran dalam 1 semester dari
Gudang puskesmas, bagian farmasi puskesmas, serta sub unit pusling dan
puskesmas pembantu. Kesepakatan penerimaan dan pengeluaran jumlah obat dari
masing-masing sub unit dikalikan dengan harga obat tersebut, lalu dijumlahkan
totalnya. Neraca obat dikatakan seimbang apabila hasil penjumlahan total neraca
obat semester sebelumnya dan total penerimaan adalah sama dengan hasil
penjumlahan total pengeluaran dan neraca obat periode sekarang.
G. Penarikan dan Pemusnahan
Pada Puskesmas Kediri I Tabanan pernah melakukan penarikan sediaan sirup
pada masa penarikan sirup oleh BPOM. Sediaan sirup yang ditarik oleh Puskesmas
Kediri I Tabanan adalah sirup antasida. Sirup tersebut ditarik pada bulan-bulan
akhir tahun 2022 dan dikirimkan kembali ke IFK. Nantinya IFK akan
mengembalikan sirup tersebut ke PBF. Kegitaan pemusnahan dilakukan pada
sediaan farmasi dan BMHP yang sudah kadaluwarsa atau rusak. Adapun alur
pemusnahan sediaan farmasi dan BMHP yaitu petugas Gudang farmasi akan
memisahkan obat-obat kadaluwarsa/rusak dan disimpan ditempat yang terpisah
serta diberi tanda seperti gambar dibawah ini.
disetujui maka petugas apotek akan membuat berita acara pengembalian obat
kadaluwarsa/rusak ke UPTD IFK (Bakri dkk., 2021). Pada tahun 2022 ini,
diharapkan seluruh unit puskesmas melakukan pemusnahan sendiri. Namun,
Puskesmas kediri I Tabanan belum dapat melakukan pemusnahan sendiri karena
masih menunggu MOU dari pihak ketiga. Untuk pemusnahan resep dilakukan
setiap 5 tahun sekali.
H. Monitoring dan Evaluasi
Monitoring dan evaluasi pengelolaan obat dilakukan setiap bulan, yaitu saat
proses penyusunan laporan pengelolaan obat di Puskesmas. Semua laporan sub unit
setiap bulan direkap menjadi satu sehingga dapat langsung dievaluasi kegiatan
distribusi yang dilakukan selama satu bulan. Setelah itu, dilakukan pengecekan
hasil stok opname di gudang farmasi puskesmas. Jika ada kekeliruan maka
dilakukan penelusuran pada kartu stok, rekap pengeluaran, dan penerimaan pada
LPLPO sub unit terkait. Jika telah sesuai, maka disusun LPLPO Puskesmas yang
akan dilaporkan ke Instalasi Farmasi Kabupaten Tabanan.
Monitoring pengelolaan obat di sub unit dilaksanakan dalam bentuk supervise
terpadu yang melibatkan beberapa bidang selain kefarmasian. Proses supervise
dilaksanakan untuk mengetahui kesesuaian pengelolaan obat di sub unit dengan
standar. Supervisi dilakukan dengan cara observasi langsung ke sub unit dengan
memeriksa dokumen terkait berdasarkan checklist yang telah dibuat. Hasil dari
supervisi dibacakan langsung di lokasi dan rencana perbaikan disepakati dengan
petugas sub unit untuk dilakukan tindak lanjut.
3.3.3 Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas Kediri I
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2020
perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 74 Tahun 2016 Tentang
Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas, pelayanan farmasi klinik merupakan
bagian dari pelayanan kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada
pasien, berkaitan dengan obat dan bahan medis habis pakai dengan maksud
mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Pelayanan
farmasi klinik bertujuan untuk menjamin efektivitas, keamanan dan efisiensi obat
87
dan bahan medis habis pakai serta meningkatkan penggunaan obat secara rasional
(Permenkes RI, 2016).
untuk ditulis obat yang diperlukan oleh pasien. Resep kemudian dibawa ke Apotek
Puskesmas oleh pasien untuk mendapatkan obat. Petugas Apotek Puskesmas akan
melakukan pelayanan terhadap resep yang dibawa oleh pasien. Obat kemudian
diserahkan ke pasien disertai dengan pemberian informasi obat. Untuk pasien
dengan pembayaran mandiri akan melakukan pembayaran setelah obat diterima
oleh pasien. Sedangkan pasien dengan tanggungan JKN atau KIS, obat dapat
langsung diberikan tanpa melalui pembayaran. Pelayanan kesehatan Puskesmas
Kediri I memiliki Standar Prosedur Operasional (SOP) Pelayanan Obat yang
wajib dijalankan. SOP menjadi pedoman bagi petugas yang bekerja di apotek dalam
memberikan pelayanan resep pada pasien. Standar prosedur operasional pelayanan
resep yang dilakukan di Puskesmas Kediri I yakni:
1) Petugas menerima resep dari BP umum, gigi, KIA, KB di apotek.
2) Petugas membaca dan meneliti resep yang diterima.
3) Petugas menanyakan kembali kepada pembuat resep apabila resep yang diterima
kurang jelas atau obat yang diminta tidak tersedia.
4) Petugas meracik obat dan membuat etiket apabila resep telah jelas.
5) Petugas menaruh obat dalam kemasan dan diberikan kepada pasien.
6) Petugas menerangkan kepada pasien mengenai pemakaian obat, aturan minum
dan cara penggunaan sesuai anjuran yang tertera di resep.
7) Petugas menghitung jumlah obat yang dikeluarkan setiap harinya.
8) Petugas mencatat jumlah obat yang telah dihitung ke dalam buku pengeluaran.
Adapun pelayanan farmasi klinik yang dilaksanakan di Puskesmas Kediri I,
meliputi :
A. Pengkajian dan Pelayanan Resep
Pengkajian resep, penyiapan dan penyerahan obat disertai pemberian
informasi obat di Apotek Puskesmas merupakan bagian dari pelayanan resep.
Apoteker dan tenaga teknis kefarmasian (TTK) berhak untuk melakukan
pengkajian resep, penyiapan dan penyerahan obat disertai dengan pemberian
informasi obat. Kegiatan pengkajian resep, apoteker maupun TTK wajib melakukan
skrining resep yang meliputi skrining administrasi, skrining farmasetik, dan
skrining klinis. Skrining administrasi meliputi: Nama, umur, jenis kelamin dan
89
berat badan pasien; Nama, Surat Ijin Praktek (SIP) dan paraf dokter; Tanggal resep;
Ruangan/unit asal resep. Persyaratan farmasetik meliputi: Bentuk dan kekuatan
sediaan; Dosis dan jumlah obat; Stabilitas dan ketersediaan; Aturan dan cara
penggunaan; Inkompatibilitas (ketidakcampuran Obat). Persyaratan klinis meliputi:
Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan Obat; Duplikasi pengobatan;
Alergi, Interaksi dan Efek samping Obat; Kontra indikasi; Efek adiktif. Pengkajian
resep merupakan aspek yang sangat penting karena dapat membantu mencegah
medication error yang mungkin terjadi pada fase prescribing (error pada proses
penulisan resep).
Penyiapan obat (dispensing) dan pemberian informasi obat merupakan
kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap pengambilan obat, menyiapkan atau
meracik obat, pemberian etiket, pengecekan ulang hingga penyerahan sediaan
farmasi disertai dengan pemberian informasi obat. Hal yang perlu diperhatikan pada
saat penyiapan obat yaitu nama sediaan, kekuatan sediaan, jumlah obat, waktu
kadaluwarsa dan kondisi fisik obat. Proses compounding dan dispensing untuk
setiap sediaan berbeda-beda, diantaranya:
▪ Compounding dan dispensing sediaan Tablet, kapsul, dan kaplet.
Setelah dilakukan skrining terhadap resep yang terima, petugas apotek
kemudian mengambil obat sesuai dengan permintaan yang tertulis pada resep.
Etiket obat kemudian diisi dengan nomor resep, tanggal terima resep, nama pasien
dan signa yang sesuai dengan permintaan dokter serta aturan pakai sebelum atau
setelah makan. Sediaan Tablet, kapsul atau kaplet di apotek Puskesmas Kediri I
dikemas dalam kemasan strip dan blister.
▪ Compounding dan dispensing sediaan pulveres.
Proses compounding dan dispensing sediaan pulver dilakukan dengan bantuan
mortar dan stamper. Obat yang tertera dalam resep diambil sejumlah yang tertulis
dalam resep kemudian dimasukkan ke dalam mortir. Obat kemudian digerus
menggunakan stamper hingga tercampur secara homogen. Obat kemudian dikemas
dalam kertas pembungkus sesuai dengan jumlah puyer yang dibutuhkan dan
dimasukan ke dalam klip obat yang telah diisi tanggal, nama pasien, dan aturan
90
terjaga. UPTD Puskesmas Kediri I memiliki ruang konseling yang berguna sebagai
tempat konseling antara apoteker dan pasien. Pencatatan perkembangan konseling
dilakukan dalam formulir konseling. Tidak semua pasien harus diberikan konseling.
Berikut merupakan kriteria pasien yang harus diberikan konseling:
▪ Pasien kondisi khusus (pediatri, geriatri, gangguan fungsi ginjal, ibu hamil dan
menyusui).
▪ Pasien dengan terapi jangka panjang atau penyakit kronis (tuberkulosis, diabetes
mellitus, epilepsi, dan lain-lain).
▪ Pasien yang menggunakan obat-obatan dengan instruksi khusus (penggunaan
kortiksteroid dengan tappering down atau off).
▪ Pasien yang menggunakan obat dengan indeks terapi sempit
▪ Pasien yang menggunakan banyak obat (polifarmasi).
▪ Pasien yang mempunyai riwayat kepatuhan rendah.
93
b) Sampel pasien diambil dari resep harian, diambil satu resep setiap hari untuk
setiap diagnosis.
c) Apabila hari tersebut tidak ada pasien dengan diagnosis tersebut, maka diisi
dengan pasien pada hari berikutnya.
d) Apabila hari tersebut pasien dengan diagnosis tersebut lebih dari satu, maka
diambil pasien dengan urutan pertama.
e) Sampel pasien tersebut dikumpulkan sebanyak 25 pasien untuk setiap diagnosis
per bulan.
Capaian indikator kinerja POR adalah persentase penggunaan antibiotik pada
ISPA atas dan batuk-pilek dengan batas toleransi = 20%, sedangkan untuk
persentase penggunaan antibiotic pada diare non-spesifik dengan batas toleransi =
8% (Kemenkes RI, 2011).
Tabel 7. Laporan POR Periode Januari 2022-Agustus 2022 di UPTD Puskesmas
Kediri I
Rerata Item
Penggunaan Obat/Lembar
Penggunaan
Antibiotik Resep
Antbiotik pada
pada Diare ISPA Diare Rata-
No Bulan ISPA Atas dan
Non- Atas Non - rata
Batuk-Pilek
Spesifik dan Spesifik
(%)
(%) Batuk-
Pilek
1. Januari 0 0 5,56 8,87 7,22
2022
2. Februari 0 0 6,00 6,50 6,25
2022
3. Maret 0 0 5,27 9,06 7,17
2022
4. April 0 0 6,42 8,23 7,33
2022
95
terakhir pada bulan Mei 2022, namun mendekati akhir tahun 2022 hingga saat ini
belum dilaksanakan kembali karena terkendala SDM dan melihat mobilitas pasien
yang tinggi untuk berkunjung ke Puskesmas. Kegiatan Pemantauan Terapi Obat
(PTO) belum dilaksanakan karena keterbatasan SDM di Puskesmas Kediri I, namun
pasien yang diberikan obat dengan indeks terapi sempit sudah dikonseling oleh
apoteker sehingga pasien mengetahui dengan jelas aturan pemakaiannya. Selain itu,
pelayanan klinis seperti visite tidak bisa diaksanakan di Puskesmas karena
Puskesmas Kediri I bukan merupakan puskesmas rawat inap. Pengaduan terkait
efek samping obat belum ditemukan sehingga kegiatan Monitoring Efek Samping
Obat (MESO) belum terlaksana di Puskesmas Kediri I, apabila terdapat pengaduan
maka akan dicatat pada form kuning MESO.
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pelaksanaan Praktek Kerja Profesi Apoteker di Dinas Kesehatan
Kabupaten Tabanan, Instalasi Farmasi Kabupaten Tabanan, dan UPTD Puskesmas
Kediri I, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Tugas pokok dan fungsi apoteker di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan
khususnya Seksi Kefarmasian di Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan dan
UPTD Instalasi Farmasi Kabupaten Tabanan yaitu dalam pengelolaan sediaan
farmasi dan perbekalan kefarmasian berupa penerimaan, penyimpanan,
pemeliharaan, pendistribusian, penghapusan dan pelaporan.
2. Peran dan fungsi Apoteker di UPTD Puskesmas Puskesmas Kediri I, yaitu
menyelenggarakan pelayanan kefarmasian meliputi pengelolaan sediaan
farmasi serta pelayanan farmasi klinik.
3. Manajemen pengelolaan sediaan farmasi dan BMHP di UPTD Puskesmas
Puskesmas Kediri I meliputi perencanaan kebutuhan; permintaan; penerimaan;
penyimpanan; pendistribusian; pengendalian; pencatatan, pelaporan, dan
pengarsipan. Sistem pengadaan di Puskesmas Kediri I Tabanan dilakukan
dengan dua cara yaitu mengajukan permintaan ke UPTD IFK Tabanan dan
melakukan pengadaan sendiri (BLUD). Pengajuan permintaan sediaan farmasi
dan BMHP kepada UPTD IFK Tabanan dilakukan dengan penyetoran LPLPO
Puskesmas Kediri I Tabanan kepada UPTD IFK secara periodik setiap awal
bulan (sebelum tanggal 10).
4.2 Saran
Adanya berbagai permasalahan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Profesi
Apoteker di lingkungan pemerintahan khususnya di Puskesmas, maka diperlukan
beberapa saran untuk meningkatkan kualitas pelayanan di Puskesmas Kediri I,
diantaranya:
1. Penambahan tenaga kerja kefarmasian perlu dilakukan untuk memaksimalkan
pengelolaan obat dan perbekalan farmasi serta pelayanan farmasi klinik.
97
98
99
100
101
102
Alat pemantau suhu ruang yang Alat untuk memantau suhu pada
langsung terhubung dengan Dinas ruang penyimpanan cold chain
Kesehatan product (CCP)
104
Pencatatan resep yang datang dan Penyiapan obat sesuai dengan resep
skrining resep dan pencatatan jumlah pengambilan
obat pada kartu stok
Lampiran 6. Dokumen
Lampiran 12. Tugas Pengkajian Resep dan POR Benilda Maria Cesario De Sena
STUDI KASUS
PENGKAJIAN RESEP DAN PENGGUNAAN OBAT
RASIONAL (POR)
OLEH :
RESEP 1
123
1. Kajian Resep
Kajian
Farmasetis
Kajian
Klinis
Kajian
Administasi
a) Kajian Administrasi
Pengecekan persyaratan administrasi yang dilakukan oleh apoteker meliputi
nama pasien, umur, jenis kelamin dan berat badan; nama dokter, nomor Surat
Izin Praktek (SIP), alamat, nomor telepon, dan paraf; serta tanggal penulisan
Resep. Berikut merupakan hasil skrining persyaratan administrasi dalam contoh
resep diatas :
Keterangan
No Penggunaan
Ada Tidak Ada
1. Kelengkapan Data Pasien
Nama Pasien √
124
Alamat √
Usia √
2. Kelengkapan Data Dokter
Nama penulis resep √
Asal Resep √
Nomor SIP √
Paraf √
3. Adanya tanggal Resep √
4. Kejelasan Penulis Nama Obat √
5. Kejelasan Penulis Singa Obat √
b) Pengkajian Farmasetis
Pada aspek farmasetis dilakukan pemeriksaan yang meliputi bentuk sediaan,
kekuatan sediaan, dan rute pemberian obat. Berdasarkan resep yang diterima,
dapat dirangkum dalam tabel berikut :
Keterangan
No Penggunaan
Ada Tidak Ada
1. Bentuk Sediaan Obat √
2. Kekuatan Sediaan √
3. Rute Pemberian √
c) Pengkajian Klinis
Skrining klinis dilakukan dengan analisis penegakan anamnesis kefarmasian
secara umum dari resep yang diterima. Tujuan skrining klinis adalah untuk
menghindari terjadinya masalah terkait obat (Drug Related Problems). Pengkajian
klinis resep juga dapat berpedoman pada penggunaan obat rasional (POR). Tujuan
penggunaan obat rasional adalah untuk menjamin pasien mendapatkan pengobatan
yang sesuai dengan kebutuhannya, untuk periode waktu yang adekuat dengan harga
yang terjangkau (Kemenkes, 2011).
▪ Tepat Indikasi
Berdasarkan pada jenis obat (sediaan) pada resep diatas, dimana pasien
didiagnosis infeksi saluran kemih. Hal ini dapat dilihat pada obat-obatan yang
diresepkan, yaitu :
1. Cotrimoxazole
Cotrimoxazole merupakan obat mempunyai spektrum aktifitas luas dan efektif
terhadap gram positif dan gram negative (Korompis dkk., 2013), sehingga
Kotrimoxazol dapat digunakan sebagai terapi antibiotik untuk penggobatan
infeksi seperti pneumonia, bronchitis, infeksi saluran kemih.
2. Paracetamol
Paracetamol adalah obat paraturunan aminofenol yang menunjukkan Tindakan
analgesic dan antipiretik dan aktivitas anti-inflamasi yang lemah.
Paracetamol adalah obat untuk meredakan demam dan nyeri ringan hingga
sedang, misalnya sakit kepala, nyeri haid, atau pegal-pegal (MIMS, 2023).
3. Vitamin B Complex
Vitamin B kompleks adalah contoh terkenal nutrisi yang larut dalam air yang
mudah diserap dari usus yang sehat, dan mudah dihilangkan melalui ekskresi
ginjal. Suplementasi multivitamin yang diindikasikan untuk mengobati atau
mencegah kekurangan vitamin B, misalnya misalnya glositis, stomatitis sudut,
neuritis, dan eksim seborrhoicum. Membantu mengatasi rasa kelelahan.
Mengacu pada guideline terapi infeksi saluran kemih dapat diberikan antibiotk yang
golongan empiric, dimana pada pemberian antibitok ini diberikan secara oral. Para
126
Anamesis Kefarmasian
Anamnesis dari segi kefarmasian yang dilakukan oleh apoteker merupakan
proses dimulainya pembacaan resep obat yang ditulis oleh dokter berdasarkan
indikasi penyakit pasien dan berdasarkan obat-obat yang diresepkan serta
melakukan evaluasi dengan membandingkan antara diagnosis dokter dan informasi
yang diperoleh dari pasien sendiri (Mynarti dkk., 2015). Setelah skrining resep dan
anamnesis apoteker sudah sesuai, obat dapat diberikan kepada pasien dengan
memberikan infromasi aturan, cara, dan lama penggunaan obat yang didapat.
Berdasarkan resep, pasien akan mendapatkan obat Cotrimoxazole sebanyak 8 tablet
yang diminum sebanyak dua kali sehari sesudah makan malam, Paracetamol
sebanyak 10 tablet yang diminum sebanyak tiga kali sehari sesudah makan, dan
Vitamin B Complex sebanyak 10 tablet yang diminum sebanyak dua kali sehari
sesudah makan. Ketiga obat diminum melalui oral atau mulut dan dapat disimpan
pada suhu kamar. Ketiga obat ini diindikasikan untuk mengobati pasien dengan
127
A. Tepat Diagnosis
Penggunaan obat disebut rasional jika diberikan untuk diagnosis yang tepat.
Jika diagnosis tidak ditegakkan dengan benar, maka pemilihan obat akan terpaksa
mengacu pada diagnosis yang keliru tersebut. Akibatnya obat yang diberikan juga
tidak akan sesuai dengan indikasi yang seharusnya (Kemenkes RI, 2011). Pada
kasus ini, tidak disebutkan dan dijelaskan mengenai diagnosis ataupun data-data
pemeriksaan kondisi pasien yang mendukung sehingga tidak bisa dipastikan
ketepatan diagnosisnya. Kasus hanya menyebutkan meresepkan obat antibiotic,
obat nyeri serta vitamin. Berdasarkan hal ini, diduga kuat pasien mengidap Infeksi
saluran kemih.
1. Tepat Indikasi
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya
diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya
Setiap obat memiliki spektrum terapi yang spesifik. Antibiotik, misalnya
diindikasikan untuk infeksi bakteri. Dengan demikian, pemberian obat ini hanya
dapat dilihat pada table 1.
128
saluran kemih
sehingga dapat
dikombinasikan
dengan vitamin B
Complex, agar
tidak terjadinya
efek samping.
Vitamin B
Complex dapat
mengatasi efek
samping tersebut.
Kotrimoxazol dapat
digunakan sebagai terapi
antibiotik empiris dalam
mengatasi infeksi saluran
kemih pasien.
Paracetamol Paracetamol sebagai Paracetamol Tepat
peredahkan nyeri pada pemilihan obat
pasien.
Vit. B Complex Suplementasi Vitamin B Tepat
multivitamin yang Complex dapat Pemilihan
diindikasikan untuk mengatasi efek obat
mengobati atau mencegah samping
kekurangan vitamin B, tersebut.
misalnya misalnya
glositis, stomatitis sudut,
neuritis, dan eksim
seborrhoicum. Membantu
mengatasi rasa kelelahan
3. Tepat Dosis
Dosis, cara dan lama pemberian obat sangat berpengaruh terhadap efek terapi
obat. Pemberian dosis yang berlebihan, khususnya untuk obat yang dengan
rentang terapi yang sempit, akan sangat beresiko timbulnya efek samping.
Sebaliknya dosis yang terlalu kecil tidak akan menjamin tercapainya kadar terapi
yang diharapkan (Kemenkes RI, 2011). Analisis ketepatan dosis pada kasus
ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Ketepatan Dosis
Nama Obat Pustaka Resep Keterangan
Cotimoxazole Trimethoprim 80 Tablet Tepat dosis
mg: kotrimoksazol
sulfametoksazol 480 mg
400 mg. Dosis (trimethoprim 80
dewasa 960 mg mg :
dibagi dalam 2 dosis sulfametoksazol
sehari dapat 400 mg) 2 kali
ditingkatkan sehari 2 tablet
menjadi 2,88 gram
131
dibagi kedalam 2
dosis sehari (Pionas,
2023; MIMS, 2023)
Paracetamol Dosis Maksimum Tablet Tepat dosis
Paracetamol yaitu Paracetamol
500 mg – 1000 mg mengandung 500
setiap 4-6 jam mg 3 kali sehari 3
sesuai kebutuhan. tablet.
(MIMS, 2023)
Vit. B 1 kaplet Dosis: 1 kaplet Tepat dosis
Complex mengandung Vit B1 mengandung Vit
(thiamine B1 (thiamine
mononitrate) 10 mg, mononitrate) 10
vit B2 (riboflavin) mg, vit B2
15 mg, vit B3 (riboflavin) 15
(nicotinamide) 15 mg, vit B3
mg, vit B5 (Ca (nicotinamide) 15
pantothenate) 5 mg, mg, vit B5 (Ca
vit B6 (pyridoxine pantothenate) 5
HCl) 2 mg, vit B12 mg, vit B6
(cyanocobalamin) 2 (pyridoxine HCl)
mcg Dosis: 1-2 2 mg, vit B12
kaplet sehari (cyanocobalamin)
2 mcg Frekuensi:
2 x sehari
4. Tepat Pasien
Obat Kontraindikasi Pertimbanga Keterangan
Cotrimoxazole Gagal ginjal, Riwayat Tepat pasien
gangguan fungsi hati penyait pasien
berat dan porfiria merupakan
(Pionas, 2023) Riwayat yang
Paracetamol Gangguan hati berat sering terjadi, Tepat pasien
atau penyakit namum bentuk
hati aktif (MIMS, sediaan obat
2023).
132
Interval : 1 kali
sehari.
Lama pemberian :
30 hari.
Kesimpulan dari evaluasi penggunaan obat rasional pada pasien Ibu I Nyoman
Nuarta 50 tahun yang didiagnosa infeksi saluran kemih setelah sebagai berikut :
1. Indikasi pemberian cotrimoxazole, paracetamol, dan vitamin B complex telah
sesuai untuk mengatasi infeksi saluran kemih yang dialami pasien.
2. Pemilihan obat untuk pasien Ibu I Nyoman Nuarta sudah tepat sesuai dengan
kondisi yang dialami pasien.
3. Dosis yang diberikan untuk setiap obat sudah tepat sehingga dapat
disimpulkan telah tepat dosis.
4. Pasien merupakan kategori dewasa sehingga pemilihan obat dalam bentuk
tablet dapat sudah tepat, selain itu riwayat penyakit dan alergi yang dialami
pasien tidak disebutkan sehingga dapat disimpulkan telah tepat pasien.
134
DAFTAR PUSTAKA
STUDI KASUS
PENGKAJIAN RESEP DAN PENGGUNAAN OBAT
RASIONAL (POR)
OLEH :
RESEP 2
1. Kajian Resep
138
Kesimpulan:
Skrining administrasi dilakukan untuk melihat apakah resep yang ditulis oleh
dokter tersebut sudah memenuhi syarat atau belum. Skrining administrasi resep
terdiri dari identitas dokter penulis resep dan identitas pasien. Berdasarkan tabel
diatas, dapat diketahui bahwa resep tersebut legal karena sudah memenuhi syarat.
Namun, informasi identitas pasien seperti berat badan pasien belum ada.
B. Skrining Farmasetis
Tanda resep diawal Terdapat R/ di awal penulisan setiap
✓
penulisan resep (R/) obat
Nama obat ✓ Semua nama obat dalam resep jelas
Kekuatan obat ✓ Tidak ada
Jumlah obat ✓ Terdapat jumlah obat dengan jelas
139
C. Skrining Farmakologis
• Tepat Indikasi
No. Nama Obat Indikasi Pustaka Indikasi Resep Keterangan
1. Racikan pulveres
Ambroxol Ambroksol Berdasarkan Sudah
merupakan agen resep, pemberian sesuai
mukolitik yang ambroxol kepada
dapat pasien bertujuan
meningkatkan untuk meredakan
sekresi saluran batuk dan
pernapasan membantu
dengan mengeluarkan
meningkatkan dahak yang
produksi diderita pasien.
surfaktan paru
dan merangsang
aktivits silia.
Aktivitas tersebut
dapat
menghasilkan
peningkatan
klirens mukosiliar
140
dan
meningkatkan
sekresi cairan
sehingga
memfasilitasi
ekpektoran dan
meredakan batuk
(MIMS, 2023).
Cetirizin Cetirizin Berdasarkan Sudah
merupakan obat resep, pemberian sesuai
golongan cetirizin kepada
antagonis pasien bertujuan
reseptor untuk membantu
histaminn H1 meredakan gejala
yang berfungsi pilek pada pasien.
untuk mengatasi
rhinitis alergi,
meredakan gejala
pilek, reaksi
anafilaksis,
pruritus, dan
konjungtivitis
alergi (Medscape,
2023).
Metil Metil prednisolon Berdasarkan Sudah
prednisolon digunakan untuk resep, pemberian sesuai
meredakan metilprednisolon
peradangan dan kepada pasien
mengobati bertujuan untuk
berbagai macam mengatasi radang
141
menghambat
sintesis
prostaglandin di
SSP (Medscape,
2023).
Kesimpulan : Berdasarkan racikan pulveres dan sirup pada resep pasien
sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien didiagnosa mengalami gejala
faringitis akut.
3. Gentamisin Gentamisin Berdasarkan Sudah
tetes mata merupakan resep, pemberian sesuai
antibiotik yang gentamisin tetes
termasuk dalam mata kepada
golongan pasien bertujuan
aminoglikosida. untuk mengobati
Obat ini mata pasien yang
digunakan untuk terinfeksi bakteri.
mengobati infeksi
bakteri (seperti
blepharitis,
konjungtivitis)
pada mata dan
kulit di sekitar
mata (seperti
kelopak mata)
(Medscape,
2023).
• Tepat Obat
Nama Obat Aspek Keterangan
1. Racikan Pulveres Manfaat Sudah memenuhi
- Ambroxol aspek indikasi
143
• Tepat Dosis
Nama Obat Aspek Keterangan
1. Racikan Pulveres Tepat Dosis - Ambroxol 30 mg :
- Ambroxol 30 Dosis ambroksol maksimum
mg untuk orang dewasa adalah
- Cetirizin 10 mg 120 mg/hari (MIMS, 2023).
- Metil Perhitungan dosis sesuai
prednisolon 4 umur pasien :
mg Dosis anak = 12/20 x 120
mg = 72 mg/hari
Dosis dalam resep :
Dosis 3 tablet ambroksol 30
mg = 90 mg; dibuat menjadi
10 pulveres sehingga
dosisnya menjadi 90 mg/10
= 9 mg. Berdasarkan aturan
pakai, digunakan 3x sehari
sehingga dosis harian:
9 mg x 3 = 27 mg.
- Cetirizin 10 mg :
Dosis untuk anak usia 6-12
tahun : 5 mg (2x sehari)
(MIMS, 2023).
Dosis dalam resep :
Dosis 3 tablet cetirizin 10
mg = 30 mg; dibuat menjadi
10 pulveres sehingga
dosisnya menjadi 30 mg/10
= 3 mg. Berdasarkan aturan
146
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Medscape. 2023. Acetaminophen (OTC). Diakses pada 28 Maret 2023.
https://reference.medscape.com/drug/tylenol-acetaminophen-343346#10.
Medscape. 2023. Cetirizine. Diakses pada 28 Maret 2023.
https://reference.medscape.com/drug/quzyttir-zyrtec-cetirizine-343384#0.
Medscape. 2023. Gentamicin Ophthalmic. Diakses pada 28 Maret 2023.
https://reference.medscape.com/drug/garamycin-gentak-gentamicin-
ophthalmic-343577#91.
MIMS. 2023. Ambroxol. Diakses pada 28 Maret 2023.
https://www.mims.com/india/drug/info/ambroxol?type=full&mtype=generic
.
MIMS. 2023. Methylprednisolone-Oral. Diakses pada 28 Maret 2023.
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/methylprednisolone/patientmed
icine/methylprednisolone+-+oral.
MIMS. 2023. Parasetamol. Diakses pada 29 Maret 2023.
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/pamol?type=brief&lang=id.
153
Lampiran 14. Tugas Pengkajian Resep dan POR Diah Jenari Asih
STUDI KASUS
PENGKAJIAN RESEP DAN PENGGUNAAN OBAT RASIONAL (POR)
OLEH :
meningkatkan
produksi surfaktan
paru dan merangsang
aktivitas silia.
Aktivitas ini
menghasilkan
peningkatan klirens
mukosiliar dan
peningkatan sekresi
cairan yang
memfasilitasi
ekspektorasi dan
meredakan batuk
(MIMS, 2023). Selain
itu ambroxol
diindikasikan untuk
terapi sekretolitik
pada penyakit
bronkopneumonia
dengan sekresi dan
transpor mukus yang
abnormal, sehingga
memungkinkan
lendir lebih mudah
dibersihkan dan
memudahkan
pernapasan bagi
pasien (DrugBank,
2023)
159
B. Tepat Obat
Nama Obat Aspek Keterangan
Manfaat Sudah memenuhi aspek indikasi
sehingga
manfaat dari obat ini telah sesuai
Keamanan Obat yang digunakan dalam
kondisi baik dan tidak mengalami
kadaluwarsa
Puyer Mutu Obat sirup masih tertutup rapat dan
Parasetamol dikemas dalam botol kaca gelap
serta telah diberikan dengan
volume yang tepat
Harga Obat yang diberikan merupakan
obat generik sehingga memenuhi
aspek harga yang terjangkau dan
sudah tercover oleh JKN BPJS.
Manfaat Sudah memenuhi aspek indikasi
sehingga manfaat dari obat ini
telah sesuai
Keamanan Obat yang digunakan dalam
kondisi baik dan tidak mengalami
kadaluwarsa
Mutu Obat yang diresepkan telah diracik
Puyer menjadi 1 bungkus pulveres dan
Racikan dijadikan satu pada klip obat
161
C. Tepat Pasien
Ketiga obat yang diberikan merupakan obat untuk anak dengan usia 8 tahun
berat badan 24 kg. Dikarenakan pasien masih berusia di bawah 12 tahun,
penggunaan obat tablet akan lebih susah. Sehingga pemberian obat dengan bentuk
sediaan sirup dan pulveres sudah tepat pasien.
162
D. Tepat Dosis
Nama Obat Aspek Keterangan
Berdasarkan Farmakope Indonesia
III untuk dosis parasetamol anak
usia 5-10 tahun untuk sehari
pemakaian yaitu 400 mg – 800 mg.
Untuk pasien pada resep berusia 8
tahun, dan dosis yang diberikan
yaitu 500 mg dengan jumlah tablet
yang digunakan sebanyak 5 tablet
dan dibuat menjadi pulveres yang
diberikan sebanyak 10 bungkus.
Tepat Jumlah
Berdasarkan perhitungan :
500 mg x 5 tablet = 2.500 mg
2.500 mg : 10 = 250
Puyer
Sehingga 1 bungkus puyer tersebut
Parasetamol
mengandung 250 mg dan dalam
sehari dosis maksimal yang
dikonsumsi sebesar 750 mg. Jadi
dapat dikatakan untuk pemberian
dosis sehari untuk pasien usia 8
tahun SUDAH TEPAT
Pulveres merupakan serbuk bagi
sehingga penggunannya diminum
setelah makan dan dapat dilarutkan
Tepat Cara
menggunakan air terlebih dahulu
Pemberian
dan dicampurkan pada sendok atau
dapat pula dicampurkan dengan
perisa.
163
- Dexametason 0,5 mg :
Jumlah pulveres yang diberikan
sebanyak 10 bungkus sehingga
dapat dikonsumsi selama 3 hari
• Dosis seharusnya berdasarkan
perhitungan dosis dengan
berat badan :
24 kg x 2,205/150 x (0,5-10
mg) = (0,176 mg – 3,5 mg)
• Yang Diberikan:
0,5 mg x 5/10 = 0,25 mg
Untuk pemakaian sehari :
0,25 mg x 3 = 0,75 (TEPAT
DOSIS)
- Ambroxol 30 mg :
Dosis ambroksol maksimum
untuk orang dewasa adalah 120
mg/hari (MIMS, 2023).
Perhitungan dosis sesuai
umur pasien :
Dosis anak = 8/20 x 120 mg =
72 mg/hari
Dosis dalam resep :
Dosis 5 tablet ambroksol 30 mg
= 150 mg; dibuat menjadi 10
pulveres sehingga dosisnya
menjadi 150 mg/10 = 15 mg.
Berdasarkan aturan pakai,
165
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
DrugBank. 2023. Ambroxol. Diakses pada 29 Maret 2023. Tersedia pada:
https://go.drugbank.com/drugs/DB06742.
Khairunisa, R., Hajrah., R. Rusli. 2016. Profil Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
ISPA di Beberapa Puskesmas Kota Samarinda. Prosiding Seminar Nasional
Kefarmasian. 4: 319-321.
Medscape. 2023. Acetaminophen (OTC). Diakses pada 28 Maret 2023.
https://reference.medscape.com/drug/tylenol-acetaminophen-343346#10.
Medscape. 2023. Cetirizine. Diakses pada 28 Maret 2023.
https://reference.medscape.com/drug/quzyttir-zyrtec-cetirizine-343384#0.
Medscape. 2023. Dexamethasone. Diakses pada 29 Maret 2023. Tersedia pada:
https://reference.medscape.com/drug/decadron-dexamethasone-intensol-
dexamethasone-342741.
MIMS. 2023. Ambroxol. Diakses pada 28 Maret 2023.
https://www.mims.com/india/drug/info/ambroxol?type=full&mtype=generic.
MIMS. 2023. Amoxicillin. Diakses pada 29 Maret 2023. Tersedia pada:
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/amoxicillin?mtype=generic.
MIMS. 2023. Parasetamol. Diakses pada 29 Maret 2023. Tersedia pada:
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/pamol?type=brief&lang=id.
Palandeng, A. C. T., Tumbel, R. E. C., Dehoop, J. 2014. Penderita Tonsilitis di
Poliklinik THT-KL BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Januari
2010-Desember 2012. Jurnal e-CliniC. 2(2): 1-5.