Pembentukan Kepribadian
Pembentukan Kepribadian
a. Unsur pengetahuan, yaitu unsur yang bersumber dari pola pikir yang rasional. Bentuknya dapat
berupam, gambaran atau pandangan diri (persepsi) seorang individu
tentang sesuatu hal atau pengamatan terhadap suatu hal secara intensif dan terfokus, serta kreativitas
untuk mengemukakan pendapat (konsep). Keseluruhan persepsi, pengamatan dan
konsep tersebut merupakan unsur-unsur pengetahuan yang dapat memengaruhi kepribadian seorang
individu.
b. Unsur perasaan, baik yang bersifat positif maupun negatif terhadap suatu hal atau keadaan yang terjadi.
Contohnya, bila terjadi penurunan produksi hasil pertanian maka bagi para penimbun atau para spekulan
dianggap sebagai pertanda baik (positif) untuk mencari keuntungan. Sedangkan bagi para konsumen
dianggap sebagai pertanda buruk (negatif) karena akan menimbulkan kenaikan harga produk-produk
pertanian.
c. Unsur naluri atau dorongan untuk memenuhi berbagai kebutuhan hidup baik
yang bersifat rohaniah maupun jasmaniah. Naluri tidak semata-mata bersumber
dari pengetahuan atau akal pikiran seorang individu, namun sudah terkandung
secara kodrati. Contohnya, naluri untuk memenuhi kebutuhan pokok makan
dan minum.
1) Rasa aman dan dianggap penting dalam kelompok sangat berguna bagi
perkembangan jiwa.
2) Perkembangan kemandirian remaja tumbuh dengan baik dalam kelompok
persahabatan.
3) Remaja mendapat tempat yang baik bagi penyaluran rasa kecewa, takut,
khawatir, gembira dan sebagainya yang mungkin tidak didapatkan di rumah.
4) Melalui interaksi dalam kelompok, remaja dapat mengembangkan keterampilan
sosial yang berguna bagi kehidupan kelak.
5) Pada umumnya kelompok persahabatan ini mempunyai pola perilaku dan
kaidah-kaidah tertentu yang mendorong remaja untuk bersikap lebih dewasa.
c. Sekolah
Sekolah merupakan media sosialisasi sekunder. Pada pendidikan tingkat dasar, peran guru sangat besar
dan bahkan dominan untuk memengaruhi dan membentuk pola perilaku anak didik. Peran guru dalam
memberi motivasi keberhasilan studi anak sangat besar, sehingga berpengaruh pada tahap pendidikan
selanjutnya. Setelah anak memasuki usia remaja peran guru terutama adalah membimbing agar siswa
mempunyai motivasi yang besar untuk menyelesaikan studinya dengan baik. Pada jenjang remaja sudah
mempunyain sikap tertentu, kepribadian mulai terbentuk menuju kemandirian. Sebagai wakil orang tua,
guru tidak hanya bertugas memberikan pengajaran namun, juga bimbingan karier kepada anak didiknya.
Siswa dibimbing agar dapat menentukan sendiri pilihan ke masa depan sesuai bakat, kemampuan serta
cita-citanya.
d. Lingkungan Kerja
Warga masyarakat yang sudah memasuki lingkungan kerja umumnya sudah berada pada tahap
kedewasaan sehingga ia dapat bertanggung jawab terhadap pola perilaku yang dilaksanakannya. Individu
bekerja dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan sendiri, bahkan kemungkinan ia harus bertanggung
jawab terhadap kebutuhan anggota keluarganya. Lingkungan kerja juga memengaruhi pembentukan
kepribadian seseorang erutama bagi individu yang bekerja di lingkungan formal, misalnya di instansi atau
lembaga tertentu di mana jenjang karier sangat ditentukan oleh kualitas serta prestasi kerja. Individu akan
berusaha secara maksimal untuk bekerja sebaik-baiknya dengan harapan jenjang karier serta
kepangkatannya akan cepat naik.
e. Media Massa
Media massa adalah sarana atau alat penyampaian informasi atau berita dari satu pihak kepada pihak yang
lain dalam lingkungan masyarakat. Media massa terdiri atas media cetak yang berupa surat kabar, buku,
majalah, dan buletin serta media elektronik yang berwujud radio, televisi, dan internet.
Komunikasi merupakan kebutuhan pokok manusia di masa kini. Media massa merupakan alat komunikasi
yang dapat menjangkau masyarakat secara luas sehingga dapat diidentifikasi sebagai media sosialisasi
yang dapat berpengaruh terhadap pola perilaku serta kepribadian warga masyarakat.
Berita serta pesan yang ditayangkan media massa terutama media elektronik dapat mengarahkan warga
masyarakat ke arah perilaku prososial maupun antisocial atau perilaku positif maupun negatif. Media
televisi dapat merangsang eksperimen dan pertumbuhan mental serta sosial anak dan memperluas
wawasan pengetahuan mereka serta dapat merangsang interaksi meskipun tidak secara langsung
penayangan film-film dan sinetron yang menonjolkan adegan kekerasan misalnya, penganiayaan,
pembunuhan serta bentukbentuk kekerasan lainnya sangat memengaruhi perilaku anak-anak yang
melihatnya. Demikian juga penayangan adegan
yang berbau pornografi misalnya pelecehan seksual dan pemerkosaan sering
dikaitkan dengan perubahan moralitas serta peningkatan pelanggaran susila dalam
masyarakat. Untuk menghindari serta menekan asusila pengaruh-pengaruh negatif dari
tayangan media elektronik, orang tua hendaknya memerhatikan dan ikut
memberikan bimbingan serta pengarahan terhadap keinginan anak untuk menonton