Anda di halaman 1dari 3

Jenis permasalahan sosial emosional yang sering Saya temukan pada anak didik Saya antra lain

adalah:

1. Maladjustment, dimana anak gagal atau kurang mampu untuk menyesuaikan diri dalam
kelasnya secara khusus dan di sekolah pada umumnya.
2. Egosentrisme, dimana anak mau menang sendiri, harus keinginannya yang dituruti.
Dalam kegiatan bermain harus idenyalah yang dipakai dalam permainan tersebut.
3. Anak yang terisolasi, dimana anak biasanya memiliki kekurangan seperti cadel, fisik
kurang sempurna, ataupun mempunyai keterlambatan dalam belajar
4. Agresif, Negativisme, anak memiliki kecenderungan bersifat agresf seperti suka
mendorong, memukul teman sampai mengejek teman-temannya
5. kekurangan afeksi, dimana anak merasa kekurangan kasih sayang, terkhusus dari
keluarga/orang tua dimana kedua orang tua sibuk dengan pekerjaannya, atau bahkan
orang tua mengalami permasalahan dalam pernikahan, berpisah/bercerai, anak dititip
kepada kelaurga lain (nenek/paman)
6. cemas, dimana anak mudah cemas terhadap sesuatu hal, misalnya jika ditinggal sendiri,
anak akam merasa takut, pergi ke kamar mandi sendiri merasa takut.
7. hipersensitivas, gampang merasa tersinggung terhadap suatu perilaku, candaan, atau
perkataan temannya sehingga cepat bereaksi secara negatif.
8. fobia, anak merasa takut berlebihan terhadap sesuatu, misalnya tempat sempit, tempat
gelap, terhadap serangga/binatang seperti kecoa, tikus, laba-laba daln lain-lain

1. Mencari akar penyebabnya


Anak yang mengalami gangguan emosional dan sosial bisa terpicu jika ada suatu hal
yang mengusiknya. Untuk itu saya perlu memastikan benar mengenai penyebab yang
dapat membuat anak mengalami tantrum, dan menghindarkannya dari sang anak. Agar
dapat mengetahui penyebabnya dengan pasti, maka perlu dilakukan pengamatan yang jeli
dan teliti dalam setiap aktivitas anak..
2. Membuat anak merasa aman
Saya dan guru lain akan berusaha membuat anak merasa aman sebagai cara mengatasi
gangguan sosial emosional anak usia dini. Hal tersebut dapat ditunjukkan dengan
bersikap tenang dan menerima kondisi anak, bukannya menambah beban psikologis pada
anak dengan menggunakan ancaman, menakut – nakuti atau memarahi anak ketika ia
sedang membutuhkan kenyamanan. Saya dan gurunya yang lain tetap menyayangi anak
walaupun ia sedang meluapkan emosi, sehingga anak akan merasa aman.

3. Membantu anak mengatasi kecemasannya


Saya Bersama dengan orang tua akan berusaha membantu anak mengatasi kecemasannya
dengan mencari tahu apa sumber yang menyebabkan kecemasannya itu.
4. Mengalihkan anak dengan kegiatan lain
Saya berusaha mengalihkan fokus anak yang sedang emosional kepada hal yang lebih
produktif. Pengalihan tersebut untuk membantu anak menyalurkan energinya dan juga
menghabiskan waktunya sehingga ia tidak akan fokus kepada masalahnya tersebut.
Dengan kegiatan tersebut, anak juga akan dapat menyalurkan minat dan vitalitasnya
terlebih lagi jika dilakukan bersama orang tua, yang juga dapat mempererat hubungan
orang tua dan anak.
5. Melakukan hal yang membuat anak tenang
Jika anak sedang tantrum, cara mengatasi gangguan sosial emosional anak usia dini
adalah dengan mengajaknya melakukan kegiatan yang dapat menenangkannya. Misalnya,
Saya bisa memutarkan musik kesukaannya, membacakan dongeng yang ia sukai,
mengajak anak berjalan – jalan, dan kegiatan apapun yang dapat menurunkan emosi
anak.

6. Mengajak anak berdiskusi tentang perasaannya


Salah satu penyebab anak mengalami tantrum adalah karena ia tidak tahu bagaimana cara
mengekspresikan perasaannya. Jika anak normal saja terkadang kesulitan untuk
melakukan hal tersebut, bayangkan bagaimana reaksi anak yang memiliki gangguan
emosional dan sosial jika ia tidak dapat menyalurkan perasaannya sendiri. Dalam hal ini,
cara mengatasi gangguan sosial emosional anak usia dini adalah saya mengajak anak
berbicara mengenai perasaannya akan suatu hal yang dirasanya mengganggu.Saya akan
menggunakan kalimat yang asertif dan tidak terkesan menghakimi agar anak merasa
nyaman untuk mengutarakan perasaannya.

7. Melindungi anak dari kemungkinan cedera


Ketika sedang emosional, anak yang mengalami gangguan biasanya dapat menyakiti
dirinya sendiri dengan membenturkan kepala atau membanting – banting tubuhnya. Jika
itu terjadi, orang tua atau guru dapat melindungi anak dengan memakaikan pelindung
kepala, menjauhkan benda – benda berbahaya dari anak, termasuk benda tajam dan
apapun yang dapat digunakan untuk melukai. Memberi penghalang di tempat tidur anak
dan semua tempat berbahaya seperti jendela, tangga, lemari, lemari es dan lain
sebagainya bisa juga dilakukan untuk melindungi anak.

8. Jangan memberi reward


Ada kalanya orang tua merasa bersalah karena menyebabkan anak tantrum atau tidak
dapat membantu anak mengatasi ledakan emosionalnya. Pemberian reward bukanlah cara
terbaik untuk menebus atau menghilangkan rasa bersalah tersebut, apalagi untuk cara
mengatasi gangguan sosial emosional anak usia dini karena tidak akan mengatasi akar
masalah yang membuat anak mengalami gangguan pada emosinya. Dengan demikian,
orang tua juga akan menunjukkan bahwa tidak semua keinginan anak bisa dituruti begitu
saja, bahwa ada hal – hal yang dapat menjadi prioritas dan ada yang tidak perlu dilakukan
berdasarkan manfaat dan kepentingan lainnya.

9. Mengenali kebiasaan anak


Saya akan memperhatikan kebiasaan anaknya secara mendetil setiap hari dapat
memperkirakan kapan waktunya anak akan mengalami tantrum atau akan mengalami ciri
– ciri emosi dalam psikologi. Anak yang mengalami gangguan emosi seringkali akan
mengekspresikan ketidak senangan mereka dengan berlebihan, sehingga kemampuan
orang lain untuk memprediksi kapan anak akan meledak dalam emosi merupakan suatu
hal yang sangat penting untuk dilakukan. Dengan demikian, akan lebih mudah mengatur
pola asuh dan pola mendidik anak yang baik sesuai dengan kondisi anak.
10. Menjaga asupan makanan anak
Ada kalanya anak yang mengalami gangguan emosional dan sosial dapat terpicu dari
jenis makanan atau minuman yang masuk ke tubuh mereka. Saya dan orang tua perlu
memperhatikan dan mendiskusikan makanan jenis apa yang dapat memperburuk kondisi
anak. Makanan atau minuman yang mengandung zat adiktif, pewarna, penyedap, juga
gula dapat memancing anak untuk mengalami salah satu ledakan emosinya, terutama
pada anak yang hiperaktif. Berikan makanan atau minuman yang bergizi dan sehat agar
anak juga tidak bereaksi merugikan akibat mengonsumsi makanan – minuman tersebut
dan mencegah gangguan emosi pada anak berkebutuhan khusus.

Anda mungkin juga menyukai