Anda di halaman 1dari 7

RESUME MKWK AGAMA BUDDHA

BAB 8: POLITIK

Dibuat Oleh:

Jason Sanjaya (231401066)


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
1. Pengertian Politik dan Ilmu Politik.................................................................................3
2. Sutta-Sutta Terkait Dengan Penguasa dan Politik..........................................................3
2.1. Cakkavattisihanada Sutta.........................................................................................3
2.2. Kutadanta Sutta........................................................................................................4
2.3. Maha Parinibbana Sutta...........................................................................................4
2.4. Sigalovada Sutta......................................................................................................5
2.5. Dasa Raja Dhamma.................................................................................................6
1. Pengertian Politik dan Ilmu Politik

Pengertian politik berasal dari akar kata Yunani "polis", yang merujuk pada
suatu kota yang merupakan entitas negara atau kota-negara. Secara historis, politik
mengacu pada proses interaksi antarindividu untuk mencapai kebaikan bersama.
KBBI mendefinisikan politik sebagai pengetahuan tentang ketatanegaraan, mencakup
sistem dan dasar pemerintahan. Namun, politik juga mencakup segala urusan dan
tindakan terkait kebijakan dan pemerintahan suatu negara.
Politik adalah cara individu membuat keputusan dalam konteks kehidupan
berkelompok, yang melibatkan pembuatan kesepakatan untuk hidup berdampingan
dalam masyarakat. Ilmu politik membantu memahami konsep penentuan tujuan
politik, mencapai tujuan tersebut, dan konsekuensinya. Selain mempelajari berbagai
bentuk pemerintahan, ilmu politik juga mencakup aspek teoritis dan praktis.
Awalnya merupakan cabang filsafat, ilmu politik kini lebih dianggap sebagai
ilmu sosial. Dalam ruang lingkupnya, ilmu politik mencakup berbagai cabang seperti
filsafat politik, ekonomi politik, sejarah pemerintahan, hak asasi manusia, politik
komparatif, administrasi publik, komunikasi politik, dan proses konflik.

2. Sutta-Sutta Terkait Dengan Penguasa dan Politik

2.1. Cakkavattisihanada Sutta

Dalam Cakkavatti Sihanada Sutta, Buddha menyampaikan bahwa kejahatan


seperti pencurian, pemalsuan, dan kekerasan sering kali timbul dari kondisi
kemiskinan. Meskipun pemerintah bisa saja menggunakan kekuatan untuk
menekan kejahatan melalui hukuman, namun upaya semacam itu tidak akan
secara efektif menghapuskan akar masalah tersebut. Sebaliknya, Sang Buddha
menekankan pentingnya sebuah pemerintahan yang bijaksana dan adil dalam
menjaga ketertiban dan keadilan dalam masyarakat.
Sutta ini juga menggambarkan konsep "Cakkavatti", atau raja universal, yang
dianggap sebagai pemimpin yang sempurna yang mampu mengatur dunia dengan
kebijaksanaan dan keadilan. Cakkavatti diharapkan dapat memastikan kedamaian
dan kesejahteraan bagi semua makhluk di bawah pemerintahannya. Namun,
Buddha juga mengajarkan bahwa kehadiran seorang Cakkavatti bukanlah solusi
absolut untuk semua masalah dunia, karena manusia juga terikat oleh karma
mereka sendiri.
Dalam Cakkavattisihanada Sutta, ditemukan bahwa ketika pemerintahan dan
masyarakat tidak diatur dengan baik, akan timbul kekacauan dan ketidakadilan.
Sebaliknya, jika pemerintah dan masyarakat diperintah dengan bijaksana dan adil,
maka kedamaian dan kesejahteraan akan terwujud di antara mereka. Ini
menunjukkan bahwa pemerintahan yang baik adalah kunci untuk memastikan
kestabilan dan keadilan dalam masyarakat.

2.2. Kutadanta Sutta

Kutadanta Sutta, yang termuat dalam Digha Nikaya, mengisahkan dialog


antara Sang Buddha dengan seorang brahmana bernama Kutadanta. Brahmana
tersebut mengajukan pertanyaan tentang bagaimana cara mengadakan upacara
korban untuk memperoleh keberkahan bagi kerajaannya. Sang Buddha menolak
pendekatan tradisional yang melibatkan pengorbanan hewan, menggarisbawahi
bahwa keberkahan dan kesuburan sejati bukanlah hasil dari tindakan semacam itu,
melainkan berasal dari perilaku yang baik, keadilan, dan kedamaian. Prinsip-
prinsip moral yang ditekankan Sang Buddha mencakup kebijaksanaan, keadilan,
dan kasih sayang kepada semua makhluk.
Kutadanta Sutta mengajarkan bahwa upacara korban yang sejati adalah
melalui praktik-praktik yang mempromosikan kebaikan dan kesejahteraan bagi
semua makhluk, bukan dengan pengorbanan hewan. Sutta ini menegaskan
pentingnya tindakan-tindakan yang bermoral dan beretika dalam mencapai
keberkahan dan kesuburan yang sejati. Selain itu, dalam konteks politik dan
pemerintahan, Buddha menyarankan pengembangan ekonomi sebagai alternatif
untuk mengurangi kejahatan, dan bahwa pemerintah harus menggunakan sumber
daya negara untuk memperbaiki kondisi ekonomi negara, sesuai ajaran yang
termaktub dalam Kutadanta Sutta dan sutta-sutta lainnya yang berkaitan dengan
politik dan kepemimpinan.

2.3. Maha Parinibbana Sutta

Maha Parinibbana Sutta, terdapat dalam Digha Nikaya, merupakan narasi penting
tentang perjalanan terakhir Sang Buddha sebelum mencapai Parinibbana atau
nirwana yang sempurna. Sutta ini mencatat perjalanan Sang Buddha dari Rajagaha
ke Vesali, serta kunjungan ke tempat-tempat suci lainnya, seperti Pava dan
Kusinara, di mana beliau mengalami sakit yang parah.
Selama kunjungannya ke Vesali, Sang Buddha memberikan ajaran penting kepada
para bhikkhu tentang praktik-praktik spiritual dan etika. Maha Parinibbana Sutta
merekam momen-momen terakhir Sang Buddha, termasuk ajaran-ajaran terakhir
dan pesan-pesan penting yang disampaikan kepada para pengikutnya. Sutta ini
juga mencatat pertemuan-pertemuan emosional Sang Buddha dengan para
pengikutnya dan kata-kata terakhir beliau sebelum mencapai Parinibbana.

Secara keseluruhan, Maha Parinibbana Sutta memberikan gambaran tentang


perjalanan spiritual terakhir Sang Buddha, memberikan wawasan yang mendalam
tentang ajaran-ajaran terakhir, dan menyoroti pentingnya kesadaran akan kematian
serta praktik spiritual dalam mencapai pembebasan akhir. Sutta ini menjadi
penting karena mencatat momen-momen krusial dalam kehidupan dan ajaran Sang
Buddha sebelum beliau meninggalkan dunia ini.

2.4. Sigalovada Sutta

Sigalovada Sutta, ditemukan dalam Digha Nikaya, adalah pengajaran yang


diberikan oleh Sang Buddha kepada seorang pemuda bernama Sigalovada. Dalam
sutta ini, Sang Buddha berdialog dengan Sigalovada tentang prinsip-prinsip hidup
yang benar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam sutta tersebut, Sang Buddha memberikan pedoman kepada Sigalovada
mengenai berbagai kewajiban sosial yang harus dipatuhi oleh berbagai anggota
masyarakat, seperti hubungan antara orang tua dan anak, suami dan istri, guru dan
murid, majikan dan karyawan, serta hubungan antara teman dan tetangga.
Sang Buddha menekankan pentingnya menjalankan kewajiban-kewajiban
tersebut dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab, serta untuk menghindari
perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain. Beliau juga memberikan
nasihat tentang bagaimana menjaga keseimbangan dalam hidup, termasuk dalam
pengelolaan kekayaan, menjaga kesehatan, dan mengembangkan aspek spiritual
dalam diri.
Secara keseluruhan, Sigalovada Sutta mengajarkan tentang pentingnya
menjalani kehidupan dengan bijaksana, bertanggung jawab, dan memperhatikan
kesejahteraan diri sendiri serta orang lain. Sutta ini memberikan panduan praktis
bagi individu untuk menciptakan harmoni dalam hubungan sosial dan mencapai
kebahagiaan dalam kehidupan sehari-hari.

2.5. Dasa Raja Dhamma

Dasa Raja Dharma, yang terdiri dari 10 peraturan bagi pemerintah yang baik,
adalah ajaran yang mengatur prinsip-prinsip moral dan etika bagi para pemimpin.
Ajaran ini ditemukan dalam berbagai sutta yang berkaitan dengan politik dan
penguasa.
1. Kedermawanan (dana): Pemerintah bertanggung jawab untuk menjaga dan
meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan memberikan bantuan dan
dukungan finansial yang memadai.
2. Memelihara sifat moral luhur (sila): Pemerintah harus memelihara nilai-nilai
moral yang tinggi dalam tindakan dan kebijakan mereka.
3. Kesediaan untuk mengorbankan kepentingan diri demi kesejahteraan warga
Negara (pariccaga): Pemerintah harus bersedia mengorbankan kepentingan
pribadi demi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat.
4. Jujur dan memelihara ketulusan hati (ajjava): Pemerintah harus bertindak
dengan jujur dan menunjukkan integritas dalam semua aspek kehidupan
mereka.
5. Baik dan lemah lembut (maddava): Para pemimpin harus memperlihatkan
sikap baik dan lemah lembut dalam berinteraksi dengan rakyat dan rekan kerja
mereka.
6. Menjalani hidup sederhana agar diteladani warga Negara (tapa): Pemerintah
harus hidup dengan sederhana dan menghindari perilaku yang mewah atau
boros.
7. Bebas dari kebencian/amarah apapun (akkhoda): Para pemimpin harus bebas
dari perasaan kebencian atau amarah terhadap siapa pun, dan harus bertindak
dengan penuh kasih sayang.
8. Menerapkan prinsip tanpa kekerasan (avihimsa): Pemerintah harus
mengutamakan penyelesaian masalah dengan cara yang damai dan tanpa
kekerasan.
9. Memiliki kesabaran (khanti): Para pemimpin harus memiliki kesabaran dalam
menghadapi tantangan dan kesulitan dalam memimpin.
10. Menghormati pendapat rakyat untuk memajukan perdamaian dan keselarasan
(avirodhana): Pemerintah harus menghargai pendapat rakyat dan bekerja untuk
memajukan perdamaian dan keselarasan di dalam masyarakat.
Ajaran Dasaraja Dhamma menekankan pentingnya moralitas, kebijaksanaan,
dan empati dalam kepemimpinan politik, sejalan dengan nilai-nilai yang
ditekankan dalam berbagai sutta yang membahas politik dan pemerintahan.

Anda mungkin juga menyukai