Anda di halaman 1dari 33

PERTEMUAN 9

TEKNIK SUNGAI
PENGENDALIAN BANJIR

OLEH :

Ir. DWI PRIYANTORO, MS.


NIP. 19580502 198503 1 001

JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
TAHUN 2021
TEKNIK SUNGAI Th.2020

DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................... i
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii

BAB I BANGUNAN UKUR


1. Umum ................................................................................................... 1
2. Bangunan Pengendali Banjir ................................................................ 3
2.1. Bendungan/waduk (dam).......................................................... 3
2.2. Kolam Retensi/Penampungan (Retention Basin) ..................... 6
2.3. Retarding Basin ........................................................................ 7
2.4. Pembuatan polder .................................................................... 8
3. Sistem Perbaikan dan Pengaturan Sungai ............................................ 10
3.1. River Improvement ................................................................... 10
3.2. Tanggul ..................................................................................... 11
3.2.1. Bentuk Tipikal Penampang Melintang Tanggul ...... 11
3.2.2. Tipe Tanggul ................................................................ 12
3.2.3. Tinggi Jagaan (Freeboard)...................................... 13
3.2.4. Lebar Puncak Tanggul ............................................ 14
3.2.5. Jalan Inspeksi ............................................................... 15
3.2.6. Teras Tanggul ........................................................ 15
3.2.7. Gradien/Kemiringan Tanggul .................................. 16
3.2.8. Bagian Tanggul yang Dipengaruhi Air Pasang ........ 16
3.2.9. Tanggul Di Tepi Danau dan Tanggul Pasang .......... 16
3.2.10. Tanggul Khusus ...................................................... 17
3.2.11. Tanggul Pelimpah/Terbuka ..................................... 18
3.2.12. Tanggul Pemisah .................................................... 18
3.3. Sudetan (by pass/short cut) ...................................................... 19
3.4. Floodway ................................................................................. 21
3.5. Sistem drainase khusus ............................................................. 23
4. Contoh Perencanaan Tanggul............................................................... 24

Ir. Dwi Priyantoro, MS. i


TEKNIK SUNGAI Th.2020

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar nilai tinggi jagaan untuk beberapa debit banjir rencana .... 13
Tabel 2. Debit banjir rencana - lebar puncak tanggul ................................. 15

Ir. Dwi Priyantoro, MS. ii


TEKNIK SUNGAI Th.2020

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Pengendalian banjir metode struktur & non-struktur ......................... 2


Gambar 2. Contoh Gambar Bendungan ............................................................... 3
Gambar 3. Contoh retarding basin ...................................................................... 7
Gambar 4. Contoh polder depan Stasiun Tawang Semarang............................... 9
Gambar 5. Contoh manfaat lain polder untuk wisata........................................... 9
Gambar 6. Contoh bentuk tipikal penampang melintang tanggul lengkap .... 11
Gambar 7. Rencana trase tanggul dari Aliran sungai berbelok-belok
tajam (meandering) ........................................................................... 12
Gambar 8. Beberapa cara peningkatan tanggul ................................................. 12
Gambar 9. Penetapan elevasi puncak tanggul
(sket penampang melintang tanggul) ............................................. 12
Gambar 10. Ilustrasi tinggi jagaan tanggul pada anak sungai pada pertemuan
dengan sungai utama ................................................................... 13
Gambar 11. Ilustrasi tinggi jagaan tanggul pada anak sungai pada pertemuan dengan
sungai utama yang terpengaruh aliran balik (reverse flow) ......... 14
Gambar 12. Penjelasan tentang dasar penetapan tinggi jagaan ....................... 14
Gambar 13. Penjelasan tentang penetapan lebar puncak tanggul .................... 15
Gambar 14. Penempatan teras tanggul ........................................................... 16
Gambar 15. Ilustrasi tinggi jagaan tanggul dan lebar pada tanggul khusus ..... 16
Gambar 16. Konstruksi tembok penahan-berdiri sendiri/self standing
(ilustrasi pada tanggul khusus) .................................................... 17
Gambar 17. Sungai yang bermeander .................................................................... 21
Gambar 18. Hidrograf sungai dalam Gambar 17 ................................................... 21
Gambar 19. Parameter penghitungan tinggi endapan ....................................... 24
Gambar 20. Penampang sungai lahar .................................................................... 25
Gambar 21. Penampang melintang tanggul ........................................................... 27
Gambar 22. Dibuat 8 - 9 pias ( sudah cukup teliti )............................................ 28

Ir. Dwi Priyantoro, MS. iii


TEKNIK SUNGAI Th.2020

PENGENDALIAN BANJIR

1. Umum
Pada hakekatnya pengendalian banjir merupakan suatu yang kompleks. Dimensi
rekayasanya (engineering) melibatkan banyak disiplin ilmu teknik antara lain:
hidrologi, hidraulika, erosi DAS, teknik sungai, morfologi & sedimentasi sungai,
rekayasa sistem pengendalian banjir, sistem drainase kota, bangunan air dll. Di
samping itu suksesnya program pengendalian banjir juga tergantung dari aspek lainnya
yang menyangkut sosial, ekonomi, lingkungan, institusi, kelembagaan, hukum dan
lainnya. Politik juga merupakan aspek yang penting, bahkan kadang menjadi paling
penting. Dukungan politik yang kuat dari berbagai instansi baik eksekutif (Pemerintah),
legislatif dan yudikatif akan sangat bepengaruh kepada solusi banjir kota.
Pada dasarnya kegiatan pengendalian banjir adalah suatu kegiatan yang meliputi
aktivitas sebagai berikut:
a. Mengenali besarnya debit banjir.
b. Mengisolasi daerah genangan banjir.
c. Mengurangi tinggi elevasi air banjir.

Pengendalian banjir pada dasarnya dapat dilakukan dengan berbagai cara, namun yang
penting adalah dipertimbangkan secara keseluruhan dan dicari sistem yang paling
optimal. Kegiatan pengendalian banjir menurut lokasi/daerah pengendaliannya dapat
dikelompokkan menjadi dua:
a. Bagian hulu: yaitu dengan membangun dam pengendali banjir yang dapat
memperlambat waktu tiba banjir dan menurunkan besarnya debit banjir, pembuatan
waduk lapangan yang dapat merubah pola hidrograf banjir dan penghijauan di
Daerah Aliran Sungai.
b. Bagian hilir: yaitu dengan melakukan perbaikan alur sungai dan tanggul, sudetan
pada alur yang kritis, pembuatan alur pengendali banjir atau flood way,
pemanfaatan daerah genangan untuk retarding basin dsb.

Sedangkan menurut teknis penanganan pengendalian banjir dapat dibedakan


menjadi dua yaitu:
a. Pengendalian banjir secara teknis (metode struktur).
b. Pengendalian banjir secara non teknis (metode non-struktur).
Ir. Dwi Priyantoro, MS. 1
TEKNIK SUNGAI Th.2020

Penjelasan metode struktur dan metode non-struktur ditunjukkan dalam Gambar 1


berikut :

Pengendalian Banjir

Metode Struktur Metode Non-Struktur

1. 2. Sistem Perbaikan & Diantaranya


Pengendali Banjir, m Pe r Sungai, m
a. Bendungan (dam)/waduk a. Pengelolaan DAS
a. River improvement b. Pengaturan tata guna lahan
b. Kolam retensi/penampungan (perbaikan/peningkatan
c. Pembuatan check dam sungai) c. Pengendalian erosi
d. Pengembangan dan
(penangkap sedimen) b. Tanggul pengaturan daerah banjir
d. Bangunan pengurang c. Sudetan (by pass/short-cut) e. Penanganan kondisi darurat
kemiringan sungai: d. Floodway
- Groundsill f. Peramalan Dan Sistem
e. Sistem drainase khusus Peringatan Banjir
- Drop structure
e. Retarding basin g. Law enforcement
f. Pembuatan polder h. Penyuluhan pada masyarakat
i. Asuransi

Gambar 1. Pengendalian banjir metode struktur & non-struktur

Semua kegiatan tersebut dilakukan pada prinsipnya dengan tujuan:


a. Menurunkan serta memperlambatdebit banjir di hulu, sehingga tidak
mengganggu daerah-daerah peruntukan di sepanjang sungai.
b. Mengalirkan debit banjir ke laut secepat mungkin dengan kapasitas cukup di bagian
hilir.
c. Menambah atau memperbesar dimensi tampang alur sungai.
d. Memperkecil nilai kekasaran alur sungai.
e. Pelurusan atau pemendekan alur sungai pada sungai berbelok atau ber- meander.
Pelurusan ini harus sangat hati-hati dan minimal harus mempertimbangkan
geomorfologi sungai.
f. Pengendalian transpor sedimen.

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 2


TEKNIK SUNGAI Th.2020

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan jenis bangunan pengendalian


banjir adalah sebagai berikut:
a. Pengaruh regim sungai terutama erosi dan sedimentasi (degradasi dan agradasi
sungai) dan hubungannya dengan biaya pemeliharaan.
b. Kebutuhan perlindungan erosi di daerah kritis.
c. Pengaruh bangunan terhadap lingkungan.
d. Perkembangan pembangunan daerah.
e. Pengaruh bangunan terhadap kondisi aliran di sebelah hulu dan sebelah hilirnya.

2. Bangunan Pengendali Banjir


2.1. Bendungan/waduk (dam)
Bendungan adalah bangunan yang berupa urugan tanah, urugan batu, beton,
dan/atau pasangan batu yang dibangun selain untuk menahan dan menampung air,
dapat pula dibangun untuk menahan dan menampung limbah tambang (tailing),
atau menampung lumpur sehingga terbentuk waduk (PP No 37 Tahun 2010).
Definisi lain bendungan atau dam adalah konstruksi yang dibangun untuk menahan
laju air menjadi waduk, danau, atau tempat rekreasi termasuk di antaranya menahan
laju sedimentasi yang ditampung dalam tampungan mati/dead storage.
Contoh bendungan dapat dilhat dalam Gambar 2 berikut ini :

Gambar 2. Contoh Gambar Bendungan

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 3


TEKNIK SUNGAI Th.2020

Fungsi bendungan diantaranya adalah:


a. Untuk menampung air sungai.
b. Mengelola dan mengatur air dalam waduk.
c. Pengelolaan sumber daya air.
d. Penyediaan air baku (raw water).
e. Salah satu sumber untuk penyediaan air bersih dan air minum.
f. Penyediaan air irigasi.
g. Pengendalian banjir.
h. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Suatu bendungan bila mempunyai semua fungsi-fungsi tersebut disebut sebagai


bendungan multi-fungsi/serbaguna atau multi-purpose dam. Kebanyakan dam juga
memiliki bagian yang disebut pintu air atau bangunan pelimpah (spillway) untuk
membuang air yang tidak diinginkan secara bertahap atau berkelanjutan.
Faktor-faktor yang digunakan dalam pemilihan lokasi bendungan adalah sebagai
berikut:
a. Lokasi mudah dicapai.
b. Topografi daerah memadai, dengan membentuk tampungan yang besar.
c. Kondisi geologi tanah.
d. Ketersediaan bahan bangunan.
e. Tujuan serbaguna.
f. Pengaruh bendungan terhadap lingkungan.
g. Umumnya bendungan terletak di sebelah hulu daerah yang dilindungi.

Secara teknis perencanaan untuk dam pengendalian banjir adalah sebagai berikut:
1) Metode pengaturan banjir
Debit banjir akan diatur secara alamiah oleh pelimpah dari dam yang tanpa
menggunakan pintu pengatur, dengan tujuan memudahkan operasi, untuk
menekan biaya operasi dan pemeliharaan dimasa mendatang. Sedangkan untuk
mendapatkan pengaruh pengaturan terhadap pengendalian banjir yang lebih
besar, dapat digunakan waduk yang dilengkapi pintu pengendali banjir.

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 4


TEKNIK SUNGAI Th.2020

2) Ratio penurunan debit banjir pada dam pengendali banjir


Pada dam pengendali banjir terdapat alokasi volume untuk pengendalian banjir
dan volume untuk memenuhi kebutuhan air. Alokasi volume waduk untuk
pengendalian banjir, akan menentukan pola hidrograf banjir yang dilepas
waduk ke hilir dan ratio penurunan debit banjir.
3) Alokasi kapasitas untuk pengendalian banjir
- Bila kapasitas untuk pengendalian banjir dan biaya konstruksi dam naik,
maka debit rencana dan biaya perbaikan sungai akan menurun.
- Kapasitas pengendalian banjir ditentukan oleh biaya total minimum dari
perbaikan sungai dan biaya konstruksi dam.

Waduk adalah wadah buatan yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya


bendungan (PP No 37 Tahun 2010). Waduk pada umumnya dibangun untuk
pengembangan sumber daya air sungai, dengan menampung air pada waktu musim
hujan untuk memperbaiki kondisi aliran sungai terutama pada musim kemarau. Hal
ini untuk mengantisipasi kebutuhan air yang meningkat terutama pada musim
kemarau. Di samping itu waduk biasanya dibangun untuk beberapa manfaat yang
disebut multi guna atau multi purpose dam, misalnya untuk irigasi, penyediaan air
baku (air minum), pembangkit listrik tenaga air, dsb.

Waduk yang mempunyai faktor tampungan atau dapat menampung air, mempunyai
efek terhadap aliran air di hilir waduk. Dengan kata lain waduk dapat merubah pola
inflow-outflow hidrograf. Perubahan outflow hidrograf di hilir waduk biasanya
menguntungkan terhadap pengendalian banjir, dengan adanya debit banjir yang
lebih kecil dan perlambatan waktu banjir.

Pengendalian banjir dengan waduk hanya dapat dilakukan pada bagian hulu dan
biasanya dikaitkan dengan pengembangan sumber daya air. Yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian banjir dengan waduk adalah perlambatan waktu
tiba banjir, penurunan debit banjir yang dilepas ke hilir dan rasio alokasi volume
waduk untuk pengendalian banjir terhadap volume untuk pengembangan dan
pengelolaan sumber daya air.

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 5


TEKNIK SUNGAI Th.2020

2.2. Kolam Retensi/Penampungan (Retention Basin)


Seperti halnya bendungan, kolam penampungan (retention basin) berfungsi untuk
menyimpan sementara debit sungai sehingga puncak banjir dapat dikurangi,
retention berarti penyimpanan. Tingkat pengurangan banjir tergantung pada
karakteristik hidrograf banjir, volume kolam dan dinamika beberapa bangunan
outlet. Wilayah yang digunakan untuk kolam penampungan biasanya di daerah
dataran rendah atau rawa. Dengan perencanaan dan pelaksanaan tataguna lahan
yang baik, kolam penampungan dapat digunakan untuk pertanian. Untuk strategi
pengendalian yang andal diperlukan:
a. Pengontrolan yang memadai untuk menjamin ketepatan peramalan banjir.
b. Peramalan banjir yang andal dan tepat waktu untuk perlindungan atau
evakuasi.
c. Sistem drainase yang baik untuk mengosongkan air dari daerah tampungan
secepatnya setelah banjir reda.

Dengan manajemen yang tepat, penanggulangan sementara dapat berakibat positif


dari segi pertanian, seperti berikut ini:
a. Melunakkan tanah.
b. Mencuci tanah dari unsur racun.
c. Mengendapkan lumpur yang kaya akan unsur hara

Selain retention basin ada juga detention basin dan retarding basin. Perbedaannya
adalah sebagai berikut:
a. Retention basin berarti menyimpan air di suatu cekungan dan dibiarkan sampai
airnya habis karena infiltrasi atau penguapan sering disebut wet pond.
b. Detention basin adalah menyimpan air di suatu cekungan saat banjir lalu setelah
hujan reda air dialirkan ke sungai atau saluran untuk membantu keberadaan air
di sungai sering disebut dry pond.
c. Retarding basin adalah menyimpan air saat banjir dan lebih dominan
penundaan (delay) air masuk ke sungai. Sehingga pada waktu hujan banjir
sungai bisa berkurang karena dibantu dengan retarding basin.

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 6


TEKNIK SUNGAI Th.2020

2.3. Retarding Basin


Retarding basin adalah suatu kawasan (cekungan) yang didesain dan
dioperasikan untuk tampungan (storage) sementara sehingga bisa mengurangi
puncak banjir dari suatu sungai. Dapat dikatakan pula suatu tampungan
(reservoir) yang mengurangi puncak banjir melalui simpanan sementara.
Retard berarti memperlambat. Contoh retarding basin ditunjukkan dalam gambar
berikut :

Gambar 3. Contoh retarding basin

Dalam cara ini daerah depresi (daerah rendah) sangat diperlukan untuk menampung
volume air banjir yang datang dari hulu, untuk sementara waktu dan dilepaskan
kembali pada waktu banjir surut. Dengan demikian kondisi lapangan sangat
menentukan dan berdasarkan survei lapangan, peta topografi dan foto udara dapat
diidentifikasi lokasi untuk retarding basin. Biasanya retarding basin (pond/kolam)
dibuat pada bagian hilir pada suatu daerah sungai. Sedangkan daerah
cekungan/depresi yang dapat dipergunakan untuk kolam banjir adalah dengan
memperhatikan:
a. Pemanfaatan retarding basin untuk mengendalikan banjir dan bermanfaat
efektif untuk daerah yang ada di bagian hilirnya.
b. Daerah tersebut mempunyai potensi dan efektif untuk dijadikan kolam
penampungan banjir sementara.
c. Daerah tersebut mempunyai head/energi yang cukup (perbedaan muka air
banjir antara di sungai dan muka air banjir di kolam).

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 7


TEKNIK SUNGAI Th.2020

d. Daerah tersebut mempunyai area ataupun volume tampungan yang besar


untuk banjir.

Langkah-langkah atau pertimbangan teknis yang harus diperhatikan adalah:


a. Pola hidrograf inflow dan outflow banjir dengan adanya retarding basin.
b. Daerah cekungan/depresi yang akan dipakai kolam penampungan banjir
sementara.
c. Tanggul kolam penampungan banjir sementara.
d. Bangunan pintu banjir sementara.

2.4. Pembuatan polder

Polder adalah sebidang tanah yang rendah, dikelilingi oleh embankment baik bisa
berupa tanah urugan/timbunan atau tanggul pasangan beton atau batu kali yang
membentuk semacam kesatuan hidrologis buatan, yang berarti tidak ada kontak
dengan air dari daerah luar polder selain yang dialirkan melalui saluran buatan
manusia bisa berupa saluran terbuka atau pipa.

Polder berfungsi sementara untuk menampung aliran banjir ketika sungai atau
saluran tak bisa mengalir ke hilir secara gravitasi karena di sungai tersebut terjadi
banjir dan ada air pasang di laut untuk daerah pantai. Bila mana polder penuh
maka dipakai pompa untuk mengeluarkan air di dalam polder tersebut sehingga
daerah yang dilindungi tidak kebanjiran.

Untuk daerah rendah namun bila mempunyai nilai ekonomi tinggi polder cukup
efektif (misal perumahan elit) dibuat karena biaya operasional pompa cukup
besar. Namun untuk pemukiman padat dengan penghasilan penduduk rendah
pemerintah setempat perlu memberi subsidi untuk operasional pompa. Contoh
polder ditunjukkan dalam Gambar 4 dan 5.

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 8


TEKNIK SUNGAI Th.2020

Gambar 4. Contoh polder depan Stasiun Tawang Semarang

Gambar 5. Contoh manfaat lain polder untuk wisata

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 9


TEKNIK SUNGAI Th.2020

3. Sistem Perbaikan dan Pengaturan Sungai


Metode struktur pengendalian banjir untuk sistem jaringan sungai diantaranya
adalah:
a. River improvement (perbaikan/peningkatan sungai),
b. Tanggul,
c. Sudetan (by pass/short-cut),
d. Floodway,
e. Sistem Drainase Khusus.

3.1. River Improvement


River improvement dilakukan terutama berkaitan erat dengan pengendalian banjir,
yang merupakan usaha untuk memperbesar kapasitas pengaliran sungai. Hal ini
dimaksudkan untuk menampung debit banjir yang terjadi untuk dialirkan ke hilir
atau laut, sehingga tidak terjadi limpasan. Pekerjaan ini pada dasarnya dapat
meliputi kegiatan antara lain:
a. Perbaikan bentuk penampang melintang.
b. Mengatur penampang memanjang sungai.
c. Menurunkan angka kekasaran dinding alur sungai.
d. Melakukan sudetan pada alur sungai meander.
e. Melakukan rekonstruksi bangunan di sepanjang sungai yang tidak sesuai
dan mengganggu pengaliran banjir.
f. Menstabilkan alur sungai.
g. Pembuatan tanggul banjir.

Sistem pengerukan alur saluran bertujuan untuk memperbesar kapasitas tampungan


sungai dan memperlancar aliran sungai. Analisis yang harus diperhitungkan adalah
analisis hidrologi, analisis hidraulika dan analisis sedimentasi. Analisis perhitungan
perlu dilakukan dengan cermat mengingat kemungkinan kembalinya sungai ke
bentuk semula sangat besar. Pengerukan juga merupakan kegiatan-kegiatan
melebarkan sungai, mengarahkan alur sungai dan memperdalam sungai. Untuk
mengarahkan sungai dan melebarkan penampangnya sering diperlukan pembebasan
lahan. Oleh karena itu dalam kajiannya harus juga memperhitungkan aspek ekonomi
(ganti rugi) dan aspek

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 10


TEKNIK SUNGAI Th.2020

sosial terutama bagi masyarakat atau stakeholders lainnya yang merasa


dirugikan akibat lahannya berkurang.
Hal-hal penting dalam river improvement diantaranya adalah:
a. Perencanaan penampang melintang sungai,
b. Hidrologi dan hidraulika banjir,
c. Elevasi, talud dan lebar tanggul,
d. Stabilitas terhadap erosi dan longsoran,
e. Perkuatan tebing sungai (revetment),
f. Efek pengaruh back water akibat bangunan dan pasang surut.

3.2. Tanggul
3.2.1. Bentuk Tipikal Penampang Melintang Tanggul
Tanggul yang lengkap adalah tanggul dengan ketinggian dan bentuk tampang yang
dibutuhkan untuk melindungi terhadap tinggi banjir rencana dan dilengkapi dengan
konstruksi perkuatan lereng (revetment) dan perlindungan kaki tanggul, yang
dibangun sesuai kebutuhan.
Perbedaan antara elevasi puncak tanggul dan elevasi muka air banjir rencana
disebut tinggi jagaan (free board).

Gambar 6. Contoh bentuk tipikal penampang melintang tanggul lengkap

Dalam menentukan arah trase tanggul agar diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Supaya dipilih suatu penampang basah sungai yang paling efektif dengan
kapasitas pengaliran maksimum.
b. Agar trase tanggul searah dengan arah arus sungai dan dihindarkan terjadinya
belokan yang tajam.
c. Pada sungai-sungai yang arusnya tidak deras, diusahakan agar kurva alirannya
stabil.
d. Diusahakan agar arah trase tanggul kiri dan tanggul kanan separalel mungkin
dengan alur sungai, dihindarkan adanya perubahan lebar sungai yang

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 11


TEKNIK SUNGAI Th.2020

mendadak. Diusahakan agar bantaran cukup lebar, sehingga jarak antara tepi
alur sungai dan kaki tanggul cukup jauh.

Gambar 7. Rencana trase tanggul dari Aliran sungai berbelok-belok tajam


(meandering)

3.2.2. Tipe Tanggul


Bila dibangun tanggul baru, agar dihindari pada tempat dengan tanah dasar pondasi
yang tidak stabil seperti lapisan sub soil yang lemah. Bila harus memperbesar
tanggul lama, maka perbesaran harus diupayakan dibuat di sisi daratan.
Bila harus dibuat disisi air (disebabkan karena kondisi alinyemen tanggul yang ada
atau bila memerlukan alur cukup luas untuk muka air tinggi/banjir), maka hal ini
dapat dilakukan pada kondisi sungai cukup lebar.

Gambar 8. Beberapa cara peningkatan tanggul

A. Elevasi Puncak Tanggul


Elevasi (ketinggian) puncak tanggul harus ditentukan berdasar elevasi muka air
banjir rencana ditambah tinggi jagaan (freeboard).
Besarnya tinggi jagaan mengikuti ketentuan/pedoman yang berlaku

Gambar 9. Penetapan elevasi puncak tanggul (sket penampang melintang tanggul)

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 12


TEKNIK SUNGAI Th.2020

Keterangan :
HWL = High Water Level atau
MAT = Muka air Tinggi/Muka Air Banjir
Elevasi puncak tanggul = Elevasi maka air banjir rencana + tinggi jagaan

3.2.3. Tinggi Jagaan (Freeboard)


Tinggi jagaan dari tanggul tidak boleh kurang dari nilai yang diberikan dalam tabel
2.1, sesuai dengan debit banjir rencana. Oleh karena itu, bila tinggi tanah di daratan
pada tempat dimana tanggul akan dibuat lebih tinggi dari tinggi banjir rencana dan
bila kondisi topografi tidak terdapat kesulitan untuk pengendalian banjir yang
terjadi, tinggi jagaan dapat 0,6 m atau lebih meskipun debit banjir rencana sampai
200 m3/detik atau lebih.

Untuk bagian anak sungai yang terkena pengaruh back-water (pengaruh muka air
pada sungai induk), tinggi tanggul tidak boleh kurang dari tinggi tanggul sungai
induk. Hal ini juga berlaku bila tidak ada bangunan fasilitas pengendalian aliran
balik.
Tabel 1. Daftar nilai tinggi jagaan untuk beberapa debit banjir rencana
3
Debit Banjir Rencana (m /detik) Tinggi Jagaan (m)

Kurang dari 200 0,60

200 - 500 0,80


500 - 2.000 1,00
2.000 - 5.000 1,20
5.000 - 10.000 1,50

Gambar 10. Ilustrasi tinggi jagaan tanggul pada anak sungai pada pertemuan dengan
sungai utama

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 13


TEKNIK SUNGAI Th.2020

Gambar 11. Ilustrasi tinggi jagaan tanggul pada anak sungai pada pertemuan dengan
sungai utama yang terpengaruh aliran balik (reverse flow)

Gambar 12. Penjelasan tentang dasar penetapan tinggi jagaan

3.2.4. Lebar Puncak Tanggul


Lebar puncak tanggul disesuaikan dengan debit banjir rencana, dan tidak boleh
kurang dari nilai yang diberikan pada Tabel 2. Bila tanah daratan lebih tinggi dari
tinggi muka air banjir rencana dan bila keadaan topografi cukup baik untuk
pengendalian banjir, lebar puncak dapat dibuat 3 m atau lebih dengan tetap
memperhatikan debit banjir rencana.

Pada bagian di anak sungai yang terpengaruh oleh backwater, lebar puncak tanggul
ditentukan tidak boleh lebih sempit dari lebar puncak tanggul sungai utama : Lebar
ini juga dipakai bila fasilitas pengendali aliran tersedia, jika tinggi tanggul dari
tanah kurang dari 0,6 m dan hal-hal tertentu yang tidak dapat dihindari karena
alasan topografi, dsb.

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 14


TEKNIK SUNGAI Th.2020

Tabel 2. Debit banjir rencana - lebar puncak tanggul


Debit Banjir Rencana Lebar Puncak Tanggul
3
(m /detik) (m)
Kurang dari 500 3
500 - 2.000 4
2.000 - 5.000 5
5.000 - 10.000 6
> 10.000 7

Gambar 13. Penjelasan tentang penetapan lebar puncak tanggul

3.2.5. Jalan Inspeksi


Tanggul hendaknya dilengkapi dengan jalan inspeksi dengan struktur seperti
tersebut di bawah, untuk mengontrol sungai, aktivitas penanggulangan banjir pada
saat banjir :
a. Bila terdapat jalan pengganti, jalan inspeksi tidak perlu dibuat.
b. Bila tanggul dari beton atau sheet pile baja atau dari material sejenisnya,
tersedia seluruhnya atau sebagian, atau bila perbedaan tinggi antara tanggul dan
permukaan tanah daratan kurang dari 0,6 m :
1. Lebar minimal 3 m
2. Tinggi bersih 4,5 m atau lebih

3.2.6. Teras Tanggul


1. Teras tanggul harus disediakan di tengah tanggul, bila tidak mungkin dihindari
karena keadaan topografi dan alasan khusus lainnya.
2. Teras tanggul disediakan tiap 3 m - 5 m dari puncak pada sisi yang
berhubungan dengan air bila tinggi tanggul 6 m atau lebih, dan setiap 2 m - 3 m
dari puncak di sisi daratan bila tinggi tanggul 4 m atau lebih.
3. Lebar minimal 3 m.

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 15


TEKNIK SUNGAI Th.2020

Gambar 14. Penempatan teras tanggul

Gambar 15. Ilustrasi tinggi jagaan tanggul dan lebar pada tanggul khusus

3.2.7. Gradien/Kemiringan Tanggul


Gradien kemiringan tanggul harus merupakan gradien yang landai sebesar 20 %
atau kurang. Hal ini tidak selalu diperlukan bila permukaan ditutup dengan beton
ataupun material sejenis.

3.2.8. Bagian Tanggul yang Dipengaruhi Air Pasang


Elevasi bagian tanggul yang di pengaruhi air pasang (dibagian pada tempat dimana
elevasi muka air pasang lebih tinggi dari banjir rencana) harus lebih tinggi dari :
a. Elevasi (ketinggian) yang disebut pada Tabel 1, atau
b. Elevasi dari ketinggian muka air pasang rencana ditambah kenaikan tinggi
uprush (karena gelombang) yang dipakai sebagai bahan pertimbangan.
Lebar puncak di tentukan dengan mempertimbangkan struktur dari tanggul, dan
lebar puncak yang telah diuraikan sebelumnya.

3.2.9. Tanggul Di Tepi Danau dan Tanggul Pasang


Tanggul tepi danau dibangun di sekeliling danau atau rawa-rawa dan tanggul
pasang dibangun di muara sungai yang dipengaruhi oleh pasang-surut air laut.
Kedua jenis tanggul tersebut diperhitungkan juga daya tahannya terhadap gaya-
gaya hempasan ombak baik dari danau maupun dari laut.

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 16


TEKNIK SUNGAI Th.2020

Tinggi dan lebar puncak tanggul ditepi danau harus di spesifikasikan seperti di
bawah ini, terlepas dari spesifikasi pada Tabel 1, dan Tabel 2. di atas.
a. Tinggi ditentukan dengan pertimbangan tinggi banjir rencana, uprush, tiupan
angin, dan sebagainya.
b. Lebar puncak di tentukan dengan pertimbangan tinggi tanggul dan kondisi
daerah sekitarnya.

3.2.10. Tanggul Khusus


Pada pemukiman yang padat penduduknya, biasanya biaya pembebasan tanah untuk
pembangunan tanggul sangat tinggi. Dalam keadaan demikian untuk mengurangi
areal tanah yang harus dibebaskan, biasanya tanggul dibuat berupa dinding
pasangan atau dinding beton.

Bila spesifikasi pada uraian sebelumnya sukar sekali diterapkan (karena kondisi
topografi atau alasan khusus lainnya), struktur berikut ini dapat digunakan, di luar
spesifikasi tersebut.

Struktur harus mempunyai tembok penahan dengan pasangan pada puncak tanggul
yang lebar puncaknya dispesifikasikan pada pada Tabel 2 pada bab ini, pada
ketinggian muka air banjir rencana (elevasi diatas elevasi muka air pasang rencana
untuk bagian tanggul yang dipengaruhi oleh air pasang). Apabila masih tetap sulit,
maka digunakan struktur serupa yang berdiri sendiri, menggunakan beton, sheet
piles baja dan sebagainya.

Gambar 16. Konstruksi tembok penahan-berdiri sendiri/self standing (ilustrasi pada


tanggul khusus)

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 17


TEKNIK SUNGAI Th.2020

3.2.11. Tanggul Pelimpah/Terbuka


Tanggul dengan tujuan khusus, seperti tanggul pelimpah, tanggul pengantar, tanggul
pembagi, dan lain sebagainya harus direncanakan menurut fungsinya.

Pada sungai-sungai yang deras arusnya, biasanya dapat dibangun tanggul-tanggul


yang tidak menerus, tetapi terputus-putus disebut sebagai tanggul pelimpah/terbuka.
Dengan demikian puncak banjir yang tinggi tetapi periode waktunya pendek dapat
dipotong, karena sebagian banjir mengalir keluar melalui celah-celah antara
tanggul-tanggul tersebut memasuki areal-areal di belakang tanggul yang dipersiap-
kan untuk penampungan banjir sementara.

Biasanya areal-areal penampungan tersebut dikelilingi tanggul-tanggul pula.


Setelah banjir mereda, maka air yang tertampung tersebut, kemudian mengalir
kembali ke dalam sungai melalui celah-celah ini. Jadi tidak diperlukan adanya
pintu-pintu atau pelimpah serta bangunan pelengkap lainnya.

3.2.12. Tanggul Pemisah


Tanggul semacam ini dibangun di antara dua buah sungai yang berdekatan, agar
arus sungai pada muara kedua sungai tersebut tidak saling mengganggu, terutama
pada sungai-sungai yang kemiringannya dan kondisi hidrologinya berbeda. Selain
itu pada sungai-sungai yang banyak mengandung sedimen dapat dihindarkan
terjadinya pengendapan pada pertemuan kedua sungai tersebut dan perbedaan
permukaan air di muara masing-masing sungai dapat disesuaikan secara individual.

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 18


TEKNIK SUNGAI Th.2020

3.3. Sudetan (by pass/short cut)


Sudetan (by pass) adalah saluran yang digunakan untuk mengalihkan sebagian atau
seluruh aliran air banjir dalam rangka mengurangi debit banjir pada daerah yang
dilindungi. Faktor-faktor yang penting sebagai pertimbangan dalam desain saluran
by pass adalah sebagai berikut:
a. Biaya pelaksanaan yang relatif mahal.
b. Kondisi topografi dari rute alur baru.
c. Bangunan terjunan mungkin diperlukan di saluran by pass untuk mengontrol
kecepatan air dan erosi.
d. Kendala-kendala geologi timbul sepanjang alur by pass (contoh: membuat
saluran sampai batuan dasar sungai).
e. Penyediaan air dengan program pengembangan daerah sekitar sungai.
f. Kebutuhan air harus tercukupi sepanjang aliran sungai asli di bagian hilir
dari lokasi percabangan.
g. Pembagian air akan berpengaruh pada sifat alami daerah hilir mulai dari
lokasi percabangan by pass.

Perbaikan alur sungai biasanya termasuk perbaikan alignment atau jalur sungai,
melalui pekerjaan sudetan. Pada alur sungai yang berbelok-belok sangat kritis,
sebaiknya dilakukan sudetan, agar air banjir dapat mencapai bagian hilir atau laut
dengan cepat, dengan mempertimbangkan alur sungai stabil. Hal ini dikarenakan
jarak yang ditempuh oleh aliran air banjir tersebut lebih pendek, kemiringan
sungai lebih curam dan kapasitas pengaliran bertambah atau akan mengalami
perubahan hidrograf banjir.

Namun juga perlu memperhatikan dampak negatif sudetan. Yaitu bila suatu sungai
disudet tidak akan menimbulkan problem banjir di tempat lain. Dengan adanya
perubahan bentuk hidrograf banjir setelah adanya sudetan akan berdampak
terhadap peningkatan debit pengaliran dan waktu tiba banjir dari hidrograf lebih
pendek. Hal tersebut akan menurunkan muka air banjir di sebelah hulu dan
menambah banjir di sebelah hilir atau berpengaruh baik di hulu dan berpengaruh
jelek di hilir. Pada pekerjaan sudetan perlu dilakukan perbaikan alur sungai di hulu
dari daerah yang dilindungi dari banjir dan juga diimbangi dperbaikan alur sungai
di sebelah hilir sudetan.

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 19


TEKNIK SUNGAI Th.2020

Sudetan pada alur sungai aluvial yang bermeander dapat terjadi secara alamiah
karena adanya pergerakan/pergeseran meander. Namun sudetan dapat juga dibuat
oleh manusia, sebagai salah satu usaha pengaturan sungai untuk tujuan tertentu.
Dalam hal ini diperlukan kesadaran dan pengertian bagi para perencana,
mengingat dengan dilakukannya sudetan berarti mengganggu keseimbangan yang
ada, sehingga secara alamiah alur sungai cenderung kembali pada kondisi semula.
Pada masa mencari atau mencapai keseimbangan baru tersebut, biasanya disertai
dengan kerusakan-kerusakan yang tidak diinginkan dan diperkirakan sebelumnya.
Hal ini terjadi pada sudetan yang tidak disertai dengan perencanaan alur sungai
stabil dan mempertimbangkan segala proses yang akan timbul. Hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam sudetan adalah:
a. Tujuan dilakukan sudetan.
b. Arah alur sungai sudetan (kondisi meander yang ada).
c. Penampang sungai sudetan.
d. Usaha mempertahankan fungsi dari sudetan.
e. Pengaruh sudetan terhadap sungai secara keseluruhan, bangunan-bangunan
pemanfaatan sumber daya air maupun bangunan fasilitas.
f. Pengaruh penurunan muka air di sebelah hulu sudetan terhadap lingkungan.
g. Pengaruh berkurangnya fungsi retensi banjir.
h. Tinjauan terhadap sosial ekonomi.

Di samping itu alasan melakukan sudetan dalam kaitan dengan pengendalian banjir
adalah:
a. Sungai yang berkelok-berkelok atau bermeander kritis, adalah merupakan alur
yang relatif tidak stabil, dengan adanya sudetan akan lebih baik.
b. Dengan adanya sudetan akan terjadi bentuk hidrograf banjir antara di bagian
hulu dan hilir sudetan, sehingga akan menguntungkan daerah di bagian
hulunya.

Bentuk sungai yang disudet dan hidrograf banjir sebelum dan sesudah sudetan
ditunjukkan dalam Gambar 17 dan 18

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 20


TEKNIK SUNGAI Th.2020

Gambar 17. Sungai yang bermeander

Keterangan:
V1 adalah kecepatan air di I sebelum sungai disudet V2 adalah kecepatan air di I setelah
sungai disudet
A. Hidrograf banjir di I
B. Hidrograf banjir di O sebelum sudetan
C. Hidrograf banjir di O sesudah sudetan

Gambar 18. Hidrograf sungai dalam Gambar 17

Pertimbangan teknis dalam perencanaan sudetan:


a. Daerah sudetan (meander kritis)
b. Perbaikan arah alur sungai di daerah sudetan
c. Perbaikan penampang sudetan (penampang memanjang dan melintang)
d. Bangunan perkuatan/pengatur yang diperlukan

3.4. Floodway
Pembuatan floodway dimaksudkan untuk mengurangi debit banjir pada alur sungai
lama, dan mengalirkan sebagian debit tersebut banjir melalui floodway. Hal ini
dapat dilakukan apabila kondisi setempat sangat mendukung untuk membuat

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 21


TEKNIK SUNGAI Th.2020

floodway. Apabila kondisi lapangan tidak menguntungkan, misalnya sungai untuk


jalur floodway tidak ada, maka pembuatan floodway kurang layak untuk
dilaksanakan.

Floodway berfungsi untuk mengalirkan sebagian debit banjir pada waktu banjir,
sehingga debit banjir pada alur sungai lama akan berkurang dan akan menurunkan
tingkat resiko banjir. Kondisi pada umumnya, bahwa alur lama melewati kota,
sehingga menjadi rawan banjir. Sedangkan lahan pada kawasan pemukiman di kota
sangat mahal dan sulit untuk pembebasan lahan, sehingga perbaikan alur sungai
untuk memenuhi debit mengalami kesulitan.
Untuk mengatasi banjir dengan floodway, di samping aspek rekayasa/engineering,
aspek non teknis juga perlu dipertimbangkan. Jadi sebagian banjir akan dilewatkan
melalui floodway sebelum masuk daerah yang dilindungi atau daerah kota dan bisa
langsung dialirkan ke laut. Perubahan aliran banjir lewat floodway tersebut, jangan
sampai menimbulkan masalah sosial ekonomi di masa mendatang terutama dari
masyarakat yang dilalui floodway tersebut. Beberapa faktor yang harus menjadi
perhatian dalam pembuatan floodway adalah:
a. Alur lama yang melewati kota sulit untuk diperbaiki sesuai dengan debit
desain, karena kesulitan lahan yang sudah penuh pemukiman.
b. Alur lama berbelok-belok terlalu jauh, untuk menuju ke laut, sehingga dari
segi hidrolis tidak menguntungkan.
c. Terdapat jalur untuk alur baru yang menguntungkan (lebih pendek), dengan
menggunakan sungai kecil yang ada.
d. Pembebasan lahan pada alur floodway tidak mengalami kesulitan.
e. Tidak mengganggu pemanfaatan sumber daya air yang ada.
f. Dampak negatif (sosial ekonomi) diupayakan sekecil mungkin.

Bila perbaikan alur terletak di daerah dengan kepadatan penduduk yang tinggi,
maka perlu ada kajian dan evaluasi mengenai lahan yang ada, pembebasan tanah
serta dampak sosial yang akan timbul. Sedangkan untuk pembuatan floodway yang
melewati di daerah yang kepadatan penduduknya rendah ataupun daerah
persawahan dan tambak, kemungkinan pembebasan lahan lebih murah dan ringan
serta persoalan sosial bisa lebih kecil. Maka dalam desain, kemungkinan dapat
menggunakan/memperlebar alur sungai yang ada ke kanan dan (atau) ke kiri

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 22


TEKNIK SUNGAI Th.2020

untuk memenuhi kapasitas pengaliran yang ada menjadi konsideran yang penting
sebelum penentuan atau perencanaan jalur floodway.
Dalam perencanaan floodway, kajian rekayasanya setidak-tidaknya meliputi antara
lain:
a. Debit banjir rencana,
b. Jalur floodway,
c. Perencanaan alur floodway yang meliputi penampang memanjang dan
melintangnya,
d. Bangunan pembagi banjir.

3.5. Sistem drainase khusus


Sistem drainase khusus sering diperlukan untuk memindahkan air dari daerah
rawan banjir karena drainase yang buruk secara alami atau karena ulah manusia.
Sistem khusus tipe gravitasi dapat terdiri dari saluran-saluran alami. Alternatif
dengan pemompaan mungkin diperlukan untuk daerah buangan dengan elevasi
air di bagian hilir yang terlalu tinggi. Sistem drainase khusus biasanya digunakan
untuk situasi berikut:
a. Daerah perkotaan dimana drainase alami tidak memadai.
b. Digunakan untuk melindungi daerah pantai dari pengaruh gelombang.
c. Daerah genangan/bantaran banjir dengan bangunan flood wall/dinding
penahan banjir.
Desain dari sistem drainase khusus berdasarkan pertimbangan berikut:
a. Topografi, karakteristik infiltrasi dan luas daerah yang akan dilindungi.
b. Kecepatan dan waktu hujan serta aliran permukaan.
c. Volume dari air yang ditahan.
d. Periode banjir.

Adapun kriteria yang digunakan dalam pemilihan bangunan adalah:


a. Apabila elevasi air buangan lebih rendah dari elevasi daerah yang dilindungi,
dapat digunakan outlet sederhana.
b. Apabila fluktuasi perubahan elevasi air berubah-ubah diperlukan pintu-pintu
otomatis.
c. Stasiun pompa diperlukan apabila elevasi air buangan lebih tinggi dari
daerah yang dilindungi.
Ir. Dwi Priyantoro, MS. 23
TEKNIK SUNGAI Th.2020

4. Contoh Perencanaan Tanggul


A. Perhitungan Tinggi Tanggul

Diketahui :
Debit banjir Q50 = 158 m3/dt
Catchment area A = 40 Km2
Void ratio λ = 0,4
Kemiringan dasar sungai lahar Io = 0.125 = tan θ
Kemiringan rencana endapan sedimen Ip = 0.087
Tinggi main dam Hd = 10 m
Konsentrasi sedimen C = 20%
Gravitasi g = 9,8 2
m/dt
Sudut datang aliran lahar β = 60 derajat
Konsentrasi sedimen di dasar sungai C* = 0,6
Rapat masa sedimen ρs = 2,6 ton/m )
3

Rapat masa air, ρw = 1 3


ton/m )
Konstanta experiment, k = 0,85
Sudut geser statis, φ = 35 derajat
Diameter butiran rata-rata, d = 0,04 m

Perhitungan :

1. Tinggi endapan (hd)

Gambar 19. Parameter penghitungan tinggi endapan

Titik tinjauan dari BPS, x = 260 m.

Pada titik tersebut tinggi endapan :


hd = (Io - Ip) . (L-x)
= (0,125 - 0,087) (263,16 - 260) = 0.12 m

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 24


TEKNIK SUNGAI Th.2020

2. Tinggi aliran lahar (hs) dan Tinggi air loncat (hu)


Qp = (1+C) x Q50
= 1,20 x 158 m3/dt = 189,60 m3/dt.

Gambar 20. Penampang sungai lahar

kw = 4 (Tabel B.4. Koefisien lebar sungai)


1/2
Br = k w x Qp
1/2
= 4 x 189,60
= 55,08 diambil 55,00 m (lebar rata-rata dari B1 dan B2)

Menentukan jenis aliran :


Aliran termasuk hiperkonsentrasi, maka dalam perhitungan digunakan rumus
untuk aliran hiperkonsentrasi.

Berikut ini perhitungan hs dengan trial and error :


Misal nilai asumsi awal, hs = 0.75 m.
Kontrol : Qp = 189,60 m3/dt
Kecepatan aliran lahar, U :

Debit aliran lahar, Q :


5/2
Q = U . Br . h s

= 189,65 m /dt ≈ Qp
5/2 3
Q = 7,15 x 55 x 0,755

Jadi hs = 0,75 m

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 25


TEKNIK SUNGAI Th.2020

Penghitungan tinggi air loncat, hu :

3. Tinggi jagaan (hf)


h f = 0,60 (Tabel Tinggi Jagaan)

4. Tinggi tanggul (h)


h = hd + hs + hu + h f

h = 0,12 + 0,75 + 1,50 + 0,60 = 2,97 m


Untuk memudahkan pekerjaan diambil tinggi tanggul 3,00 m.

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 26


TEKNIK SUNGAI Th.2020

B. Perhitungan Stabilitas Geser


Diketahui :
Tinggi tanggul, h = 3,00 m
Lebar puncak tanggul,B = 4,00 m
Kemiringan lereng tanggul = 1 : 1,5
φs = 35 o

Ns = 1,2

Perhitungan :

Gambar 21. Penampang melintang tanggul

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 27


TEKNIK SUNGAI Th.2020

C. Perhitungan Stabilitas Geser

Diketahui : Dibuat 8 - 9 pias ( sudah cukup teliti )

Sudut geser dalam bahan timbunan (φ) = 35o


Kohesi (c) = 0,00 ton/m2
Berat isi kering (γd) = 1,70 ton/m3.
Berat isi air (γw) = 1,00 ton/m3.
Tekanan air tanah (Hu) = 0; 0,1; 0,13; 0,30; 0,25; 0,12; 0,06; 0,02 m

Penghitungan :
Untuk menghitung stabilitas lereng dapat juga digunakan beberapa metode
antara lain : pias, elemen hingga, Janbu, dan Felenius.
Sebagai contoh penghitungan digunakan metode pias.

Berikut ini tabel penghitungan stabilitas lereng untuk bidang gelincir paling kritis:

Wd= Ww= Wtot=


Pias γd Hu Cosα Sinα
γd .h.b γw u Wd+Ww W W w u

1,7 0,7 0,625 0,744 1 0,00 0,000 0,744 0,670 0,740 0,498 0,550 0,00
1,7 1,0 0,625 1,063 1 0,10 0,063 1,125 0,770 0,640 0,866 0,720 0,10
1,7 1,5 0,625 1,594 1 0,13 0,081 1,675 0,850 0,530 1,424 0,888 0,13
1,7 1,6 0,625 1,700 1 0,30 0,188 1,888 0,910 0,400 1,718 0,755 0,30
1,7 1,3 0,625 1,381 1 0,25 0,156 1,538 0,960 0,280 1,476 0,431 0,25
1,7 1,2 0,625 1,275 1 0,12 0,075 1,350 0,980 0,170 1,323 0,230 0,12
1,7 1,1 0,625 1,169 1 0,06 0,038 1,206 1,000 0,030 1,206 0,036 0,06
1,7 0,8 0,625 0,850 1 0,02 0,013 0,863 -0,990 -0,100 -0,854 -0,086 0,02

7,657 3,523 0,98

Bidang gelincir paling kritis diperoleh dengan cara trial and error pada beberapa titik O
yang berbeda sehingga diperoleh nilai SF paling kritis.

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 28


TEKNIK SUNGAI Th.2020

SF = 1,32 > 1,2 (memenuhi syarat keamanan )

Dari beberapa penghitungan untuk berbagai bidang gelincir yang berbeda


diperoleh suatu nilai SF paling kritis untuk tanggul dengan kondisi di atas, yaitu
1,32 yang lebih besar dari angka keamanan minimum 1,2 berarti tanggul
aman terhadap longsor.

Ir. Dwi Priyantoro, MS. 29

Anda mungkin juga menyukai