Anda di halaman 1dari 4

NAME:

NIM:

CLASS:

Transformasi dan Kemanusiaan dalam Metamorfosis Gregor Samsa

Paragraf Pendahuluan

Transformasi adalah perubahan, baik fisik maupun psikologis, yang mengubah suatu
organisme hidup untuk berkembang menjadi lebih baik, namun terkadang menjadi lebih
buruk (Zuhri & Amalia, 2022). setiap orang, masa lalu, sekarang, dan masa depan, telah
melalui saat-saat tertentu dalam hidup mereka yang menjadikan mereka seperti sekarang
ini. Yang diperlukan hanyalah satu peristiwa besar untuk membantu kemajuan
transformasi lebih lanjut. Novel Franz Kafka "The Metamorphosis" adalah kisah
transformasi dan identitas yang menggugah pikiran dan meresahkan. Kisah ini
mengikuti kehidupan Gregor Samsa, seorang penjual keliling yang bangun pada suatu
pagi dan mendapati dirinya berubah menjadi serangga yang mengerikan. Melalui
metamorfosis ini, Kafka mengeksplorasi tema keterasingan, isolasi, dan kondisi
manusia. Dalam esai ini, kita akan membahas tema dan karakter utama "The
Metamorphosis" serta menganalisis bagaimana Kafka menggunakan metamorfosis
sebagai simbol transformasi Gregor. Secara struktural dan konseptual, cerita ini terdiri
dari tiga bagian, Gregor dan keluarganya menemukan transformasi dan reaksi mereka
terhadapnya, upaya untuk menemukan simpati padanya dan merasa bahwa mereka
berhutang perhatian padanya, dan akhirnya ketidakpedulian total terhadap Gregor
sampai kematiannya. Perubahan sikap terhadap dirinya lebih bersifat dinamis
dibandingkan perubahan psikologis. Namun, terlepas dari pola cerita yang umum,
hubungan Gregor dengan setiap anggota keluarga berbeda-beda, dan setelah
transformasi, semuanya berkembang dengan caranya yang unik. Jadi, dalam The
Metamorphosis (1915) karya Franz Kafka, transformasi Gregor Samsa menjadi
makhluk mirip serangga adalah metafora untuk isolasi dan kesengsaraan manusia, tetapi
fokus pada hubungan antara anggota keluarga Samsa memungkinkan pembaca untuk
memahami perampasan kemanusiaan yang dilakukan Gregor. interaksi dan konflik yang
dihadapi anggota keluarga lainnya.

Isi paragraf:

Metamorfosis menggambarkan keterasingan seseorang yang diperlakukan oleh


keluarganya hanya sebagai sumber kelangsungan hidup finansial. Memang
memperlihatkan tokoh utama Gregor Samsa yang mendapati dirinya menjelma
“menjadi serangga raksasa” secara fisik (Kafka, 29), namun secara mental tetap menjadi
manusia, Kafka menjelaskan kemampuannya dalam menjaga dan mempertahankan
nilai-nilai kemanusiaan meskipun dalam wujud manusia serangga dan memiliki
penampilan jelek yang tidak diterima oleh keluarga atau masyarakat.

Pada awalnya, setelah transformasi, dia tetap menjadi orang yang sama di dalam, namun
meskipun demikian, hubungannya dengan orang tuanya sangat terpengaruh oleh hal itu.
keluarga tersebut tidak berempati terhadap Gregor yang sengsara, yang sangat
membutuhkannya, sedangkan Gregor bersimpati kepada keluarganya, yang tidak
membutuhkan simpatinya sama sekali. Sepanjang hidupnya Gregor Samsa telah bekerja
keras untuk keluarga, lebih memperhatikan mereka daripada dirinya sendiri, berusaha
memberikan yang terbaik yang dia bisa, namun dia tidak mendapat balasan apa pun.
Akibatnya, perhatiannya yang sia-sia, cinta tanpa jawaban, dan empati yang berlebihan
terhadap keluarganya mengubahnya menjadi serangga yang tidak berdaya.

Satu-satunya harapan karakter utama adalah kesetiaan adiknya Grete yang selalu baik
dan perhatian terhadap Gregor, namun dia juga mengkhianatinya. Oleh karena itu
harapannya telah hancur dan kesetiaan telah hilang. Ilustrasi ini digunakan Kafka untuk
menggambarkan asumsi masyarakat yang mengabaikan kesetiaan ketika tidak ada
gunanya.

Terlihat bahwa Grete setia kepada Gregor sampai dia “berniat kuat untuk mengirimnya
ke Konservatorium” (Kafka, 44) dan memiliki pekerjaan yang layak di mana dia bisa
mendapatkan uang untuk memberinya kehidupan yang terhormat. Namun, dia
mengubah sikapnya secara drastis segera setelah Gregor mengalami transformasi dan
menjadi tidak berdaya dan miskin. Oleh karena itu, sungguh ironis bahwa serangga
tetap memiliki rasa kesetiaan hingga hari-hari terakhirnya, sementara masyarakat sekitar
telah melupakannya.

Bagi keluarga Samsa, mustahil mempertahankan hubungan yang mereka miliki


sebelum metamorfosis Gregor; mereka enggan bersikap bermusuhan bahkan kejam
terhadapnya, meski secara pribadi dia tidak mengalami perubahan apa pun. Di awal
cerita, setelah mengetahui metamorfosisnya, Gregor tidak takut; dia hanya khawatir
akan ketidaknyamanan keluarganya karenanya. Keberadaannya dalam wujud serangga
mengerikan tidak membuatnya lebih buruk dari kehidupannya sendiri dan pekerjaannya
sebagai salesman.

Dia membenci pekerjaannya dan hanya menyimpannya demi kesejahteraan keluarganya


dan agar saudara perempuannya mempunyai cukup uang untuk menghadiri konservatori
musik. Di sisi lain, Gregor berusaha membuktikan kepada ayahnya betapa berharganya
dia bagi keluarga. Ketika keluarga Samsa mengetahui bahwa dia tidak bangun untuk
bekerja dan tidak membukakan pintu untuk mereka, mereka mengungkapkan
kekhawatiran dan ketakutan (Kafka, 44). Namun, segera menjadi jelas bahwa mereka
kebanyakan tidak mengkhawatirkan Gregor sendiri, namun tentang fakta bahwa dia
tidak akan mampu menghidupi keluarga secara finansial di negara bagian barunya.
Emosi pertama ayahnya mengenai transformasi ini adalah kemarahan murni; dia
mencoba melemparkan Gregor kembali ke kamarnya.

Kesimpulan:

Kesimpulannya, "The Metamorphosis" adalah kisah yang kuat dan menggugah pikiran
yang mengeksplorasi tema-tema transformasi, identitas, dan kondisi manusia. Melalui
metamorfosis Gregor, Kafka memaksa pembaca untuk menghadapi kerentanan mereka
sendiri dan perjuangan yang datang dalam hidup. Kisah ini mengingatkan kita bahwa
kita semua rentan dan hidup kita dapat berubah dalam sekejap, serta mendorong kita
untuk menerima identitas kita sendiri dan peran yang kita mainkan dalam keluarga dan
masyarakat.
References

Rochmah, E. Y. (2016). Mengembangkan karakter tanggung jawab pada pembelajar


(Perspektif psikologi barat dan psikologi Islam). AL-MURABBI: Jurnal Studi
Kependidikan dan Keislaman, 3(1), 36-54.

Kafka, Franz. Metamorfosis. New York: Mahkota, 2003.

Anda mungkin juga menyukai