PENDAHULUAN
Lingkungan Abiotik
Lingkungan suboptimum
1
– Faktor abiotik di luar kisaran optimum
– Faktor abiotik berpotensi menjadi cekaman
2
1. penurunan hasil panen
2. kematian jaringan/tanaman
YIELD POTENTIAL
Hasil yang dapat dicapai oleh suatu kultivar pada lingkungan
dimana dia beradaptasi dan saat semua faktor pembatas (air,
hara, iklim) berada pada kondisi optimum dan serangan hama
dapat dikendalikan.
3
1. Lingkungan dan faktor yang tidak dapat dipindahkan (non-
tansferable)
2. Perbedaan budidaya (input dan budidaya suboptimum)
2. 2. PEMULIAAN
UNTUK LINGKUNGAN
BERCEKAMAN
4
– Pada lingkungan bercekaman, hasil dapat
dipertahankan dengan merakit varietas dengan yield potential
yang lebih tinggi.
– dapat memberikan hasil lebih baik dibanding varietas
toleran cekaman.
– sumber keragaman unt pemuliaan lingkungan spesifik
5
– Perbaikan yield potensial (smp 25%) dapat dicapai
dengan perbaikan ideotype padi
6
– Memerlukan deskripsi akurat karakter untuk adaptasi
terhadap cekaman tunggal dan ganda
– Seleksi untuk karakter-karakter adaptasi spesifik.
Mendefinisikan Toleransi
1. Toleransi terhadap kekeringan (Bidinger, 2002)
Genotipe yang toleran kekeringan:
1. Mampu mempertahankan hasil dalam keadaan tercekam
2. Mampu mempertahankan pertumbuhan pada keadaan
tercekam
7
3. Mempunyai mekanisme biologi untuk mempertahankan
proses pertumbuhan dalam keadaan tercekam kekeringan
4. Mempunyai alel atau lokus yang mengendalikan proses
fisiologi adaptasi
Karakter
8
Hara P yang diberikan (Ns)
Efisiensi penggunaan = Total Bobot kering tajuk (Gw)
Total hara P tajuk (Nt)
2.2. Kendala yang Dihadapi
Pengaruh Genetic X Environment :
Jika sejumlah genotipe diuji di berbagai lingkungan,
penampilan relatif mereka tidak akan sama.
Interaksi G x E : Perubahan penampilan relatif dari genotipe-
genotipe tersebut pada berbagai lingkungan
Bentuk interaksi :
1. tidak ada interaksi : jika penampilan genotipe-genotipe
relatif konstan pada berbagai lingkungan.
2. Kuantitatif G x E : penampilan relatif genotipe-
genotipe tersebut berbeda tapi tidak ada perubahan
ranking dari genotipe-genotipe tersebut.
3. kualitatif G x E : penampilan relatif dari genotipe-
genotipe berbeda sehingga menyebabkan perubahan
ranking dari genotipe-genotipe tersebut.
Pengaruh G x E
1. Pengaruh terhadap pendekatan pemuliaan
2. Pada interaksi G x E kuantitatif masih dapat digunakan
varietas unggul hasil seleksi di lingkungan optimum
3. Pada tipe interaksi G x E kualitatif harus digunakan varietas
toleran yang memiliki gen-gen adaptasi terhadap
lingkungan cekaman lingkungan abiotik
b.Pengaruh terhadap pemilihan lingkungan seleksi
Lingkungan Seleksi : Optimum vs Bercekaman
Lewis and Christiansen (1983).
(1). Indirect breeding
– Seleksi untuk maximum yield di ling. optimum.
– UDHP di ling. dengan tingkat cekaman berbeda
– Genotipe-genotipe dengan tingkat toleransi yang
berbeda tergantung dari lingkungan pengujian.
(2). Direct Breeding
9
– Seleksi di lingkungan bercekaman sesuai dengan
lingkungan targetnya.
– Lingkungan yang dapat membedakan genotipe yang
toleran dari yang peka
(3). Lingkungan Terkendali
– Seleksi di Lab /rumah kaca
– Mengurangi pengaruh lingkungan di luar faktor yang
diinginkan.
– Taraf cekaman dapat diatur sesuai kebutuhan
– Tidak selalu berkorelasi dengan penampilan genotipe
di lapang
Menurut Ceccarelli (1994) : lingkungan seleksi = lingkungan
target untuk menghasilkan varietas yang sesuai untuk tipe
interaksi G x E kualitatif
Tabel 1 : Hasil (t/ha) dari galur-galur barley yang diseleksi di
ling. Bercekaman dan lingkungan optimum
10
1992 0.90 4.63 1.31 1.03 4.80 5.79
– S = lingkungan seleksi
bercekaman
– NS = lingkungan seleksi tanpa
cekaman /optimum
– LYE = lingkungan produksi
bercekaman
– HYE = lingkungan produksi
optimum
– Gs = galur hasil seleksi di
lingkungan bercekaman
– Gns = galur hasil seleksi di
lingkungan tanpa cekaman
Karakter Heritabilitas
Hasil 0.28
11
Jumlah malai bernas 0.36
12
Rx = direct response to selection
CRx = correlated response to selection
rG = genetic correlation
h2y = akar dari heritabilitas karakter A di lingkungan y
h2x = akar dari heritabiitas karakter A di lingkungan x
– jika h2y = h2x, nilai maximum dari Crx/Rx = 1, jika rG =
1 (0-1)
– jika hy tidak sama dengan hx, Crx/Rx ??
– Jika rG < 1 (mis 0.1-0.2) , nilai h2y dibanding h2x ??
Upaya untuk Memaksimalkan Kemajuan Seleksi
(1). Pemilihan karakter seleksi
(2). Pemilihan plasma nutfah
(1). Pemilihan Karakter Seleksi
G x E berpengaruh terhadap pemilihan karakter untuk seleksi
karena x E akan mempengaruhi nilai heritabilitas
Karakter h2bs
13
Jumlah polong hampa 0.77
Trait-based selection :
Syarat Karakter Seleksi
1. Karakter harus lebih mudah diamati dan lebih awal
terekspresi dari hasil
2. Mudah idamati pada jumlah genotipe yang besar
3. Terdapat keragaman yang tinggi untuk karakter tersebut.
4. Mempunyai heritabilitas yang lebih tinggi dari daya hasil
pada keadaan tercekam
5. Terdapat korelasi genetik yang nyata dengan daya hasil
dalam keadaan tercekam
6. Karakter tsb mempunyai pengaruh terhadap daya hasil
Heritabilitas Arti luas dan korelasi dengan hasil pada keadaan
tercekam (+/-) pada gandum
Hasil 0.28
Jumlah malai
+ 0.36
bernas
14
Umur berbunga – 0.93
Karakter Deskripsi
Karakter toleransi
o Dari studi fisiologi
o Tidak semua karakter ketahanan sesuai untuk kriteria
seleksi
o Beberapa karakter bersifat ‘growth specific’ tidak integratif
o Beberapa karakter dapat pleiotropik dengan karakter lain
(harus diamati karakter lainnya).
15
Memilih Kriteria Seleksi
16
ix = intensitas seleksi untuk karakter utama
hy = akar dari heritabilitas arti sempit karakter sekunder
hx = akar dari heritabilitas arti sempit karakter primer
Ø Memilah karakter toleransi
contoh : toleransi terhadap kekeringan
17
1. Karakter adaptasi
– Karakter yang dikendalikan oleh gen-gen yang
terekspresi sebagai respons terhadap cekaman baik spesifik
atau non-spesifik meliputi
–
(1). Compatible solutes
– berperan dalam menjaga turgor dan melindungi organel
(manitol, sorbitol, inositol, fructan)
– berperan besar dalam toleransi kekeringan
– sangat tergantung waktu cekaman
(2). Senyawa antioksidan
(3). Heat shock protein
– mempertahankan turgor/status air sangat penting dalam
toleransi kekeringan
– kemampuan ini dapat dikendalikan oleh karakter
konstitutif (LAI, perakaran dalam, permukaan daun)
– karakter konstitutif diduga secara kuantitati lebih besar
perannya dalam toleransi terhadap kekeringan dibanding
karakter adaptasi
Ø Implikasi bagi seleksi
1. Karakter konstitutif dapat diseleksi pada lingkungan tanpa
cekaman dan mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi
2. Perbedaan genotipe untuk karakter adaptasi harus
dibandingkan pada status air jaringan yang sama
Bagaimana dengan toleransi terhadap cekaman lain ????
(2) . Pemilihan Plasma Nutfah
Di lingkungan bercekaman, varietas lokal memberikan
penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan HYV
Tabel 1 : Hasil di dua lingkungan dari barley berdasarkan tipe
plasma nutfah
18
bercekaman
Pembanding
717 4147
terbaik
Lingkunga
Karakter Landrace HYV Beda
n
LS 29 27 2 ns
Indeks
LNS 0.48 0.51 -0.03 ns
Panen
Kerebahan
LNS 100 0 100**
(%)
LS 0 0 0 ns
19
Umur
105 106 1 ns
berbunga
20
3. Teradapat keragaman lingkungan produksi yang tidak
dapat dijangkau oleh program pemuliaan formal
21
1. memanfaatkan pengetahuan breeder tentang pemuliaan
dan materi genetik yang digunakan
2. memanfaatkan pengetahuan petani tentang lingkungan
dan kendala yang ada
3. seleksi di lingkungan target
4. seleksi berdasarkan penampilan di lingkungan Target
bukan lingkungan di Seleksi saja.
Kapan PPB diperlukan
1. Formal Plant breeding dilaksanakan bila :
– Di wilayah dimana lahan pertanaman luas, seragam
secara agroekologi
– Di wilayah dimana petani mudah mendapat akses ke
input
– Di wilayah dimana konsumen akhir cenderung seragam
1. Participatory plant breeding dilaksanakan bila:
– Di wilayah dimana petanian bukan usaha berlahan luas
– Di Wilayah dengan lahan marginal/tidak optimum
– Di wilayah dimana pertanian dikendala banyak risiko,
tumpang sari, dan bermasukan rendah
Tingkat Partisipasi
Tingkat partisipasi pemulia dan petani (Sperling et al, 2001)
1. Tahap partisipasi
2. Derajat partisipasi
ad 1. Tahapan partisipasi
22
Pemulia terlibat dalam kelima tahapan sedangkan petani pada
tahapan 1 sampai 4 dengan derajat yang berbeda.
ad 2. Derajat partisipasi
No Metode Penggunaan
24
Generasi awal (F2) di lahan petani.
1 Generasi selanjutnya di kebun Lokasi spesifik saja
percobaan oleh pemulia
NO Kegiatan Hasil
terpilih tetua
Participatory varietal selection untuk
1 Kalinga III, IR36,
memilih tetua
IR64 dan Vandana
25
persilangan terbatas hanya antar
varietas yang beradaptasi ( Kalinga Kalinga III x
III) dengan tetua berdaya hasil tinggi Vandana
yang terpillih
Partisipasi kolaborasi
petani diberi benih F4 bulk dan terpilih galur
a
ditanam di lahan petani. petani Ashoka 200 F
melakukan seleksi
Partisipasi konsultasi
terpilih galur
petani diundang ke kebun percobaan
b Ashoka 228 dan
untuk mengevaluasi populasi
Ashoka 238
pedigree- bulk F4
Varietas Birsa
Vika Dhan 109
(dari Ashoka
Pada tahun 2001 dilepas varietas
6 200F) dan
baru
Varietas Birsa
Vikas Dhan 109
(dari Ashoka 228)
26
RANCANGAN PERCOBAAN
Rancangan percobaan diperlukan untuk
1) Mengkuantifikasi hasil pengamatan di lahan petani
2) Menduga ragam dan heritabilitas dari karakter yang dipilih
3) Menggabungkan informasi dari petani dan dari pemulia
Rancangan : Mother and baby trial
1. Mother trial :
– percobaan yang dirancang dan dikelola oleh pemulia
– percobaan berulangan untuk mengevaluasi genotipe
– dapat on-farm atau di kebun percobaan yang dekat
lahan petani
2. Baby trials :
– percobaan di lahan petani dan dikelola petani
– mengevaluasi suatu subset dari percobaan mother trials
– setiap baby trial merupakan satu ulangan
Data
1. data kuantitatif dianalisa sebagai RCBD
2. data kualitatif (skor, biner, ranking)
Tahapan Perancangan dan Pelaksanaan Mother-baby trial
1. studi pustaka
2. pemilihan lokasi penellitian
1
3. pertemuan dengan stake holder
4. pertemuan dengan kelompok tani
27
1. Pelaksanaan percobaan tahun ke dua dan survey
petani
2. Analisa data
3
3. Pertemuan dengan kelompok tani dan masyarakat
desa
4. pertemuan dengan stake holder
KRITERIA SELEKSI
Kriteria seleksi untuk PPB tidak selalu harus hasil, tetapi lebih
pada adaptasi dan karakter lain seperti kualitas yang diinginkan
oleh petani
Kriteria seleksi pada PPB
1. kriteria seleksi dapat sama atau berbeda antar petani dan
pemulia
2. kriteria seleksi ditentukan sebelumnya (dapat berubah)
Kriteria yang digunakan petani dan pemulia yang menghasilkan
galur diatas rata-rata populasi
Kriteria seleksi
Ling Seleksi
1 2 3 4 5 6 7 8
onfarm PETANI X X X X X
pemulia X X X X
pemulia X X X X
Breda PETANI X X X X X
pemulia X X
28
Keterangan :
1 = tanaman tinggi 4 = biomasa
2 = biji besar 5 = tahan rebah
3 = hasil panen 6 = vigor awal
7 = jumlah anakan 8 = panjang malai
Kriteria seleksi yang digunakan petani umumnya berubah dari
kesepakatan semula.
Hasil panen galur-galur barley yang diseleksi oleh petani dan
pemulia
29
* p<0.05, ** p< 0.01, *** p<0.001 dibanding nilai tengah
populasi
Frekuensi galur
Strategi seleksi
berdaya hasil tinggi
Iklan
30