2. Rantai Tropik
Pada tingkatan rantai tropik sendiri agroekosistem memiliki suatu rantai yang
lebih sederhana. Ryanto dkk (1985) menyatakan, diversitas organisme sangat
diperkecil untuk memaksimumkan hasil bahan makanan atau produk lainnya.
Meningkatnya diversitas pada agrosistem dapat berarti sebuah keburukan dari sistem
tanam. Contohnya saja timbulnya gulma, jamur ataupun serangga baik OPT maupun
non OPT pengganggu tanaman pokok yang dibudidayakan. Dengan begitu juga dapat
meningkatkan potensi penurunan suatu tujuan utama dari agroekosistem. Dengan
pembatasan atau penekanan diversitas organisme yang ada pada agroekosistem
menjadi hanya beberapa organisme mutualisme pada agroekosistem mampu
membantu di dalam siklus agroekosiste itu sendiri menjadi lebih baik.
Kemudian untuk ekosistem, tidak terjadi penekanan diversitas organisme.
Dalam ekosistem, organisme dalam komunitas berkembang bersama-sama dengan
lingkungan fisik sebagai suatu sistem. Organisme akan beradaptasi dengan
lingkungan fisik, sebaliknya organisme juga memengaruhi lingkungan fisik untuk
keperluan hidup (Campbell NA dan Reece JB, 2009). Tidak adanya penekanan
diveersitas terhadap kepentingan produk tertentu juga mengakibatkan rantai-rantai
makanan atau tropik serta siklus yang terjadi pada ekosistem alami menjaadi semakin
kompleks.
Campbell NA, Reece JB. 2009. Biology. USA: Pearson Benjamin Cummings. Page.
415-419.
Ryanto,dkk.1985. Ekologi Dasar 1. Badan kerjasama perguruan tinggi Negeri
Indonesia Bagian Timur. Ujung pandang
Flint M.L. dan P.Gouveia. 2001. IPM in Practice: Principles and Methods of
Integrated Pest Management. University of California, 296p.
Lovelock, James. 2000. The ages of Gaia: a biography of our living Earth. Oxford
University Press. hlm. 213–216.
7. Energi hilang sebagai panas (Entropi) pada agroekosistem tinggi dan ekosistem
rendah.
Entropi adalah ukuran keacakan atau selang ketidakteraturan dalam suatu
sistem. Apabila dihubungkna dengan lingkungan secara nyata, antara ekosistem-
ekosistem yang ada selama ini yang erat kaitannya dengan tingginya entropi yaitu
pada ekosistem-ekosistem yang dieksploitasi. Hubungannya denga ekosistem yang
terexploitasi adalah dengan agroekosistem, mengingat agroekosistem mendapatkan
intervensi manusia untuk dikelola sebagai lahan kepentingan tertentu untuk produksi
suatu barang dan jasa selama ini. Pengelolaan pada agroekosistem memungkinkan
tidak berjalannya siklus yang secara semestinya merupakan sesuatu yang penting
dalam suatu lingkungan ekosistem. Penekanan terhadap diversitas daripada
agroekosistem menjadi lebih homogen (seragam) menunjukkan salah satu bukti
ketidak teraturan agroekosistem itu sendiri. Pensuplaian unsur hara yang berupa
pupuk yang dilakukan secara konstan juga merupakan salah satu bukti dari pada tidak
adanya pengembalian komponen yang diambil dalam suatu siklus yang juga
menunjukkan ketidak stabilan lingkungan agroekosistem sendiri. Di dalam tulisannya,
Boy Macklin (2011) menerangkan bahwa entropi sistem meningkat ketika suatu
keadaan yang teratur, tersusun dan terencana menjadi lebih tidak teratur, tersebar dan
tidak terencana. Hal ini sama halnya menjelaskan bahwa semakin tidak teratur,
semakin tinggi pula entropinya. Dan apabila dibandingkan dengan ketidak teraturan
daripada lingkungan agroekosistem sekarang ini, sangatlah sesuai jika agroekosistem
memiliki tingkat entropi yang tinggi.
Perbandingan tingkat entropi pada agroekosistem yang tinggi akibat ketidak
teraturan dan ketidak stabilan daripada agroekosistem itu sendiri sangatlah berbanding
terbalik dengan kondisi lingkungan ekosistem secara alami. Sebuah proses alami yang
bermula di dalam satu keadaan kesetimbangan dan berakhir di dalam satu keadaan
kesetimbangan lain akan bergerak di dalam arah yang menyebabkan entropi dari
sistem dan lingkungannya semakin besar (Boy Macklin, 2011). Berbeda halnya
dengan ekosistem yang secara alami tidak ada penekanan homogenitas daripada
komponen-komponen penyusunnya mengakibatkan terjaganya diversitas daripada
ekosistem itu sendiri. Salah satu indikasi daripada keteraturan dari ekosistem alami
antara lain kebalikan dari kebutuhan nutrisi pertumbuhan komponen penyusunnya
yang berupa vegetasi-vegetasi yang mampu dihasilkan sendiri tanpa harus diberikan
nutrisi tambahan (pupuk) oleh pihak lain, dan hal ini juga menunjukkan bahwa terjadi
siklus yang kompleks yang mana terjadi keseimbangan antara komponen yang
diambil komponen lain dalam ekosistem dikembalikan dalam proporsi yang seimbang
sehingga entropi pada ekosistem dapat ditekan.
TUGAS II
Sifat Agroekosistem
Keanekarag Kepermane Stabilitas Tingkat
Tipe Agroekosistem aman nan Iklim Isolasi
vegetasi tanaman -----> ------>
------> ------>
1. Hutan tropis yang telah **** ***** ***** *
dimodifikasi
2. Pertanian subsisten didaerah *** **** **** **
tropis dan tempirit
3. Area pertanian yang telah ** *** ** ***
berkembang
4. Area pertanian beririgasi ** ** ** ****
5. Tanaman semusim monokultur * * * *****
6. Produk simpanan * * *** ******
7. Rumah kaca * ** ***** ******
6. Produk simpanan
Di dalam agroekosistem, produk simpanan sendiri lebih terfokuskan pada sistem
pertanian yang memproduksi bahan-bahan simpanan seperti halnya pada hutan produksi yang
menanam tanaman utama berupa pepohonan kayu (jati, sengon dsb.). kadar karbon yang
terkandung dalam tanaman kayu tersebut dimungkinkan merupakan suatu produk simpanan
dari agroekosistem yang berupa hutan produksi tersebut. Berbeda halnya dengan hutan
termodifikasi, pada hutan produksi ini pengelolaan daripada komponennya telah banyak
tergantung oleh keikut sertaan manusia di dalamnya untuk mengelola. Dengan adanya
kepentingan dalam hutan produksi tersebut, tentunya terdapat penekanan terhadap
keragaman-keragaman di dalamnya agar terjadi suatu tingkat produksi yang tinggi dan
seragam pada produksinya.
7. Rumah kaca
Rumah kaca dalam tipe agroekosistem lebih mengacu pada maksut rumah kaca dalam
arti sempit yakni pada bagian pertanian saja seperti halnya glass house dan green house yang
banyak memiliki komponen penyususn berupa kaca. Apabila melihat dari fungsinya sendiri
rumah kaca lebih dominan ke arah penelitian, termasuk di dalamnya meliputi kegiatan
penangkaran, karantina dan aklimatisasi tanaman hasil dari kultur jaringan. Berdasarkan
tujuannya tersebut dapat dikaitkan dengan macam atau jenis daripada tanaman yang masuk
dalam kegiatan penelitian. Kegiatan penelitian sendiri biasanya dan kebanyakan lebih tertuju
pada satu jenis tanaman saja seperti halnya kegiatan kultur jaringan yang pada suatu project
kegiatannya hanya satu jenis, dan begitu juga pada kegiatan aklimatisasinya yang dilakukan
serempak (sejenis) pada rumah kaca meskipun nantinya ada pergiliran jenis tanaman yang
dikulturkan. Dengan dialakukannya hal tersebut tentunya tipe agroekosistem dalam rumah
kaca sangatlah terbatas sehingga memilik keragaman yang sangat terbatas.
Kemudian dari enam perbandingan tipe agroekosistem dari segi keragaman
vegetasinya dapat diketahui dan disimpulakan bahwa keragaman pada hutan tropis memiliki
tingkatan tertinggi, kemudian keragaman pada tanaman semusism monokultur, produk
simpanan dan rumah kaca memiliki tingkatan yang setara (sama).
Kepermanenan tanaman
6. Produk simpanan
Produk simpanan sendiri dapat dikatakan sebagai hasil produksi dari kegiatan
budidaya yang berada pada luar suatu lahan tanam yang membentuk ekosistem
tersendiri dalam suatu tempat dimana produk itu berada selanjutnya. Produk simpanan
ini merupakan hasil utama yang akan dimanfaatkan secara luas, sehingga akan terjadi
ketidak tetapan tempat dimana produk simpanan itu berada sampai produk itu
digunakan. Perpindahan yang mungkin terjadi secara berkelanjutan ini menunjukkan
tingkat kepermanen yang sama rendahnya ketika hasil produk kegiatan budidaya ini
diproduksi dalam bentuk pertanaman monokultur.
7. Rumah kaca
Rumah kaca yang notabenya digunakan untuk kegiatan-kegiatan research
(penelitian) tertentu terkhusus pada tanaman. Sebagai contohnya ketika dilakukan uji
ketahanan suatu tanaman terhadap kedaan lingkunga yang tidak mendukung
pertumbuhan tanaman tersebut pada keadaan sebelumnya. Tanaman selanjutnya akan
dipermanenkan dalam rumah kaca tersebut dalam suatu keadaan sebagai indikator
penguji sampai bebrapa waktu tertentu ketika tanaman tersebut menunjukkan respon
terhadapa apa yang diberikan. Tanaman yang ada pada rumah kaca ini akan berada
menetap sampai akhirnya diketahui hasil dari tujuan dilakukan penempatannya dalam
rumah kaca sebelum nantinya dilepas secara meluas. Sehingga dapat dikatakan
kepermanenan tanaman pada rumah kaca cukup rendah.
Dari beberapa tipe agroekosistem yang ada yang diperbandingkan antara tipe
agroekosistem satu dengan tipe agroekosistem lain, diketahui bahwa tipe
agroekosistem hutan tropis yang telah termodifikasi masih memiliki tingkat
kepermanen yang paling tinggi dan kemudian tingkat kepermanenan yang terendah
ada pada tanaman semusim monokultur dan produk simpanan yang mana dikelola
dengan intensif.
Stabilitas Iklim
1. Hutan tropis yang di modifikasi
Dimana pada dasarnya hutan hujan tropis merupakan hutan yang kelebatan
permukaannya tinggi,dan juga di cirikan dengan tingkat intensitas hujannya
tinggi,oleh karena itu tingkat kestabililan iklimnya pun masih tinggi.Hutan hujan
tropis masih menyimpan banyak tanaman-tanaman besar di mana sangat membantu
dalam keasrian hutan tersebut,meskipun hutan hujan tropis sekarang telah banyak di
jadikan sebagai lahan pertanian,tetapi pohon-pohon atau pun tanaman-tanaman besar
masih tetap di pertahankan.
6. Produk simpanan
Produk simpanan di sini tingkat intensitas iklimnya sedang di karena produk
simpanan akan mengalami kerusakan apabila intensitas iklimnya tinngi sebaliknya
apabila intensitas iklimnya rendah juga akan mengalami kerusakan oleh karena hal ini
maka intensitas iklimnya harus di jaga dengan iklim rendah agar menghasilkan
produk simpanan yang berkualitas.
7. Rumah kaca
Rumah kaca sangat di kaitkan dengan kegiatan penangkaran, karantina dan
aklimatisasi tanaman hasil dari kultur jaringan.Di mana pada kegiatan-kegiatan
tersebut sangat di butuhkan tingkat ke optimalan suhu atau iklim yang sesuai dengan
kebutuhan,oleh karena itu tingkat intensitas iklimnya tinggi.di sesuaikan dengan
kebutuhan kegiatannya.karena iklim sangat berperan penting dengan kelancaran
kegiatan yang akan di lakukan.
Tingkat Isolasi
1. Hutan tropis yang telah dimodifikasi
Tingkat isolasinya sangat rendah di karenakan tidak adanya aktifitas alih
lahan,di mana hutan tropis di jaga kelestariannya,karena peran hutan yang menjaga
kestabilan iklim di dunia,oleh karena itu kegiatan alih lahan pun tidak terlalu di
perbolehkan.
6. Produk simpanan
Produk simpanan tingkat isolasi nya tinggi di karenakn untuk menghindari
kejenuhan atau pun kebosannya akan tingkat konsumsi konsumen akan jenis
produk.oleh karena itu setiap musim atau pun tahun nya pasti mengalami pergantian.
7. Rumah kaca
Rumah kaca tingkat isolasinya sangat tinggi di karenakan kegunaan dari
rumah kaca sendiri yang hanya di gunakan sebagai tempat penelitian atau pun
kegiatan pengaturan iklim terhadap iklim yang tidak menyentuh.
Tugas III
Jelaskan !
1.Pertanian subsisten
Pertanian subsisten merupakan kondisi pertanian yang sedang mengalami keterpurukan
khusunya dalam luasan lahan yang di miliki petani,modal dan lapangan pekerjaan di
luar,serta yidak adanya pola memikirkan kehidupan dalam jangka waktu panjang,yang di
fikirkan hanya pada bagaimana mereka bisa makan esok hari.Pola pertaniannya sama dengan
pola pertanian yang di lakukan pada system pertanian tradisional.
Dari segi fungsi dasar ekonominya system pertanian subsisten ini hamper sama dengan
system pertanian tradisional di mana masih belum adanya teknologi yang berkembang,tenga
kerja yang masih banyak di gunakan,modal yang di pakai hanya sedikit,dan hasil produksinya
yang kurang terjangkau (di mana biasanya masih menggunakan prinsip barter).
Lalu dari segi fungsi ekologinya juga masih alami di mana pelestarian alam yang masih
terjamin dan terus berkembang,tidak adanya kerusakan ataupun pencemaran yang terjadi.
Untuk fungsi sosialnya system pertanian subsisten masih menggunakan prinsip
kekeluargaan yaitu bergotong royong dan juga tolong menolong.
2.Pertanian Tradisional
Sistem pertanian tradisional adalah sistem pertanian yang masih bersifat ekstensif dan
tidak memaksimalkan input yang ada. Sistem pertanian tradisional salah satu contohnya
adalah sistem ladang berpindah. Sistem ladang berpindah telah tidak sejalan lagi dengan
kebutuhan lahan yang semakin meningkat akibat bertambahnya penduduk.
Pertanian tradisional bersifat tak menentu. Keadaan ini bisa dibuktikan dengan
kenyataan bahwa manusia seolah-olah hidup di atas tonggak. Pada daerah-daerah yang lahan
pertaniannya sempit dan penanaman hanya tergantung pada curah hujan yang tak dapat
dipastikan, produk rata-rata akan menjadi sangat rendah, dan dalam keadaan tahun-tahun
yang buruk, para petani dan keluarganya akan mengalami bahaya kelaparan yang sangat
mencekam. Dalam keadaan yang demikian, kekuatan motivasi utama dalam kehidupan para
petani ini barangkali bukanlah meningkatkan penghasilan, tetapi berusaha untuk bisa
mempertahankan kehidupan keluarganya.
Pada Pertanian tradisional biasanya lebih ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidup
para petani dan tidak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi petani, sehingga hasil keuntungan
petani dari hasil pertanian tradisional tidak tinggi , bahkan ada yang sama sekali tidak ada
dalam hasil produksi pertanian.
Sebenarnya pertanian tradisional merupakan pertanian yang akrab lingkungan karena
tidak memakai pestisida. Akan tetapi produksinya tidak mampu mengimbangi kebutuhan
pangan penduduk yang jumlahnya terus bertambah. Untuk mengimbangi kebutuhan pangan
tersebut, perlu diupayakan peningkatan produksi yang kemudian berkembang sistem
pertanian konvensional.
Selanjutnya untuk system pertanian tradisional berdasarkan fungsi dasar ekonomi yaitu
Dalam pertanian tradisional biasanya menggunakan prinsip yang mana pertaniaan tradisional
hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam hidupnya sekarang, misalnya pada masyarakat
bercocok tanam tanaman padi yang mana hasil padi yang telah di produksi dan diolah
menjadi beras kemudian di konsumsi oleh keluarganya, sehingga terus berjalan kelangsungan
hidupnya.
Kemudian ciri dari pertanian tradisional yaitu masih berpaku dan berharap pada alam
yang mana ketika masyarakat menanam suatu tanaman dengan pertanain tradisional maka
hasilnya akan tergantung pada proses alam.
Pada sistem pertanian terdapat beberapa evaluasi terhadap aspek ekonomi. Pertanian
tradisional jika dilihat dari aspek ekonomi antara lain:
Penggunaan teknologi yang belum berkembang.
Dalam hal ini biasanya pada pertanian tradisional menggunakan alat atau teknologi
yang masih rendah atau belum berkembang.Yang mana hal ini dapat memperlambat hasil
yang di produksi dan akan membuang waktu dlaam proses bercocok tanam. Misalnya pada
sistem tradisional masyarakat untuk membajak sawah masih menggunakan kerbau hal ini
masih kurang efisiensi dalam pemanfaatan waktu dan tenaga.Akan tetapi dari sektor
ekonominya lebih rendah dan minim pengularan untuk mengelolah lahan untuk menghasilkan
produk.
Tenaga kerja yang masih banyak di gunakan
Untuk pertanian tradisional biasanya diguanakan lebih banyak dalam menggelolah
lahan pertanian untuk menghasilkan produksi. hal ini dikarenakan masih minimnya teknologi
yang ada sehingga pelaksanaan menggunakan SDM (sumber daya manusia) yang ada.
Sebagai contoh dalam hal panen tanaman tebu yang mana digunakan tenaga kerja manusia
dalam proses penebangan,kemudian contoh lain proses perontokan helai padi yang masih
menggunakan tenaga manusia untuk melakukan walaupun saat ini mulai ada teknologi yang
membantu merontokan helai padi. Hal ini mencerminkan bahwa pertanian tradisional masih
tergantung dengan Sumber Tenaga Manusia yang ada,akan tetapi dari sektor ekonominya
lebih murah.
Modal yang dipakai masih sedikit
Dalam hal ini modal dalam pengelolahan produksi pertanian masih sedikit karena
kebutuhan yang dibuat tidak terlalu membutuhkan modal lebih .Biasanya juga hanya butuh
modal untuk pembayaran tenaga kerja dan lain-lain yang rata-rata minim.
Hasil produksi yang masih kurang terjangkau
Dalam pertanian tradisional sering hasil yang di produksi hanya sebatas untuk di
konsumsi keluarga maupun masyarakat golongan.Hal ini dikarenakan masih minimnya cara
budidaya tanaman sehingga produk yang dihasilkan masih rendah.
Lalu system pertanian tradisional berdasarkan fungsi dasar ekologinya yaitu Dalam
pertanian tradisional untuk mengolah hasil produk pertanian masih tergantung dengan
alam/ekologi sekitar. Dikarenakan dalam proses pertanian tradisional produknya hanya untuk
memeunhi konsumsi petaninya,bukan untuk mencari keuntungan besar.
Adapun dampak positif yang terjadi dari pertanian tradisional yaitu:
Pelestarian alam yang masih terjamin dan terus berkembang.
Yang mana pelestarian alam terus berjalan karena proses ini berjalan dan akan bisa
memproduksi dengan rata-rata konstan untuk musim-musim kedepannya.
Tidak adanya kerusakan ataupun pencemaran yang terjadi .
Proses pertanian tradisional terjadi tampa adaya perusakan ekosistem yang ada sekitar
maupun tampa pencemaran yang bisa mengakibatkan penurunan hasil produktivitas
pengolahan pertanian.
Dan untuk yang terakhir yaitu funsi system pertanian berdasarkan fungsi dasar
sosialnya Dalam pertanian tradisional terjadi hubungan yang erat antar sesama dikarenakan
dalam proses pertanian tradisional menjunjung tinggi tolong menolong dan gotong royong,
apalagi dengan sistem tradisional yang menyebakan antar petani salaing membutuhkan dan
membantu untuk menghasilkan produktivitas pertanian yang telah di olah.
3. Pertanian Konvensional
Keadaan atau gambaran umum dari semua pertanian modern adalah titik beratnya pada
salah satu jenis tanaman tertentu, menggunakan intensifikasi modal dan pada umumnya
berproduksi dengan teknologi yang hemat tenaga kerja serta memperhatikan skala ekonomis
yang efisien (economies of scale) yaitu dengan cara meminimumkan biaya untuk
mendapatkan keuntungan tertentu. Untuk mencapai semua tujuan, pertanian modern praktis
tidak berbeda dalam konsep atau operasinya dengan perusahaan industri yang besar. Sistem
pertanian modern yang demikian itu sekarang ini dikenal dengan agri-bisnis.
Intensif merupakan cara bertani yang memanfaatkan inovasi teknologi dengan
penggunaan input yang banyak dengan tujuan memperoleh output yang lebih tinggi dalam
kurun waktu yang relatif singkat. Pertanian intensif dapat disebut sebagai pertanian modern.
Ciri Pertanian Modern (Intensif) adalah penggunaan bibit unggul, aplikasi pupuk buatan,
pestisida, penerapan mekanisasi pertanian dan pemanfaatan air irigasi. Sistem pertanian ini
mengkonsumsi sumberdaya alam yang tak terbaharui dalamjumlah besar seperti minyak dan
gas bumi, fosfat dan lain-lain, sehingga butuh modal yang besar pula. Sistem pertanian
seperti ini telah berkembang sedemikian rupa di berbagai belahan dunia termasuk Indonesia
dan dirasakan sangat bermanfaat dalam rangka peningkatan produksi berbagai komoditas
pertanian guna memenuhi kebutuhan manusia. Hasil kemajuan teknologi melalui pertanian
modern begitu spektakuler dan mengesankan, sehingga fenomena tersebut dipandang sebagai
“Revolusi Hijau”.
Selanjutnya untuk system pertanian secara konvensional berdasarkan fungsi
ekonominya Dalam pertanian modern (spesialisasi), pengadaan pangan untuk kebutuhan
sendiri dan jumlah surplus yang bisa dijual, bukan lagi merupakan tujuan pokok. Keuntungan
(profit) komersial murni merupakan ukuran keberhasilan dan hasil maksimum per hektar dari
hasil upaya manusia (irigasi, pupuk, pertisida, bibit unggul, dan lain-lain) dan sumber daya
alam merupakan tujuan kegiatan pertanian.
Pada sistem pertanian konvensional terdapat beberapa evaluasi terhadap aspek
ekonomi. Pertanian konvensional jika dilihat dari aspek ekonomi antara lain:
Penurunan lapangan kerja dan peningkatan pengangguran
Dalam sistem pertanian konvensional digunakan teknologi dan bahan-bahan yang
berkualitas tinggi. Dengan digunakannya teknologi, kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan
oleh petani digantikan oleh mesin yang berteknologi tinggi. Sehingga para petani lambat laun
mulai banyak yang kehilangan pekerjaan. Banyaknya petani yang tidak bekerja dapat
meningkatkan angka pengangguran. Lapangan pekerjaan untuk petanipun berkurang karena
semua kegiatan bertani dapat dilakukan oleh mesin.
4.Pertanian Berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan bertujuan untuk memutus ketergantungan petani terhadap input
eksternal dan penguasa pasar yang mendominasi sumber daya agraria. Pertanian
berkelanjutan merupakan tahapan penting dalam menata ulang struktur agraria dan
membangun sistem ekonomi pertanian yang sinergis antara produksi dan distribusi dalam
kerangka pembaruan agraria.
Pelaksanaan pertanian berkelanjutan bersumber dari tradisi pertanian keluarga yang
menghargai, menjamin dan melindungi keberlanjutan alam untuk mewujudkan kembali
budaya pertanian sebagai kehidupan. Oleh karena itu, SPI mengistilahkannya sebagai
“Pertanian berkelanjutan berbasis keluarga petani”, untuk membedakannya dengan konsep
pertanian organik berhaluan agribisnis. Pertanian berkelanjutan merupakan tulang punggung
bagi terwujudnya kedaulatan pangan.
Pertanian berkelanjutan meliputi komponen-komponen fisik, biologi dan sosioekonomi.
Pertanian berkelanjutan direpresentasikan dengan sistem pertanian yang melaksanakan
pengurangan input bahan-bahan kimia, mengendalikan erosi tanah dan gulma, serta
memelihara kesuburan tanah.
Pertanian berkelanjutan memiliki konsep dasar yaitu mempertahankan ekosistem alami
lahan pertanian yang sehat, bebas dari bahan-bahan kimia yang meracuni lingkungan. Dalam
pertanian keberlanjutan terdapat komponen dasar agroekosistem baik untuk jangka pendek
maupun jangka panjang, dimana komponen dasar agroekosistem tersebut memadukan antara
produktivitas (productivity), stabilitas (Stability), Pemerataan (equlity).
Pertanian berkelanjutan merupakan suatu ajakan moral untuk berbuat kebijakan pada
lingkungan Sumber Daya Alam dalam usaha pertanian dengan mempertimbangkan 3 aspek,
yaitu:
1. Kesadaran Lingkungan (Ecologically Sound), sistem budidaya pertanian tidak boleh
menyimpang dari sistem ekologis yang ada. Keseimbangan lingkungan adalah indikator
adanya harmonisasi dari sistem ekologis yang mekanismenya dikendalikan oleh hukum alam.
2. Bernilai ekonomis (Economic Valueable), sistem budidaya pertanian harus mengacu pada
pertimbangan untung rugi, baik bagi diri sendiri dan orang lain, untuk jangka pandek dan
jangka panjang, serta bagi organisme dalam sistem ekologi maupun diluar sistem ekologi.
Sumber daya alam terlanjutkan (tidak tereksploitasi).
3. Berwatak sosial atau kemasyarakatan (Socially Just), sistem pertanian harus selaras dengan
norma-noma sosial dan budaya yang dianut dan di junjung tinggi oleh masyarakat setempat.
Untuk fungsi berdasarkan dasar ekonominya system pertanian berkelanjutan yaitu
Penerapan pertanian organik, memberikan manfaat bagi masyarakat dalam upaya
pemberdayaan ekonomi rakyat antara lain :
Produksi pertanian organik jauh dibawah hasil produksi sistem konvensional
Adanya perbedaan hasil ini mencerminkan adanya perbedaan teknik bercocok tanam dan
pengalaman petani. Industri pangan organik berkembang sangat cepat sementara petani
belum mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk menerapkan sistem
pertanian organik yang benar. Perbedaan hasil juga seringkali bergantung pada jenis tanaman
yang diusahakan. Beberapa hasil penelitian di kawasan Timur Canada menunjukkan bahwa
hasil gandum organik adalah 75% lebih rendah dibanding dengan gandum konvensional.
Pada kasus cuaca yang tidak normal, misalnya musim kering yang panjang, maka
produktivitas pertanian organik biasanya lebih tinggi dibanding pertanian konvensional. Di
samping itu, pertanian organik juga relative lebih tahan terhadap gangguan hama dan
penyakit.
Minimnya akses transportasi pada lokasi-lokasi yang memenuhi syarat untuk budidaya
pertanian organik
Minimnya akses transportasi disebabkan karena daerah yang memenuhi syarat untuk
budidaya pertanian organik adalah daerah yang minim pencemaran lingkungan. Hal ini
menimbulkan beberapa implikasi lanjutan antara lain : (a). sulitnya mendistribusikan bahan
input atau sarana produksi pertanian seperti pupuk dan pestisida organik, benih, dan peralatan
kerja; (b). sulitnya membawa hasil/produk pertanian organik dari lahan ke pasar; (c).
mahalnya biaya untuk transportasi dari dan ke lokasi budidaya pertanian organik.
Pertanian berkelanjutan memerlukan biaya produksi relatif lebih rendah dibandingkan
pertanian konvensional.
Khususnya untuk penyediaan input produksi pertanian konvensional memiliki biaya
produksi lebih tinggi daripada pertanian berkelanjutan. Dalam pertanian berkelanjutan
pembelian pupuk dan pestisida sintetis tidak diperlukan lagi. pengendalian gulma dilakukan
secara mekanis. Pengolahan tanah untuk pengendalian gulma setelah tanaman tumbuh
dilakukan dengan cara minimal. Banyak orang berpendapat bahwa pengendalian gulma akan
meningkatkan frekuensi pengolahan tanah dan juga biaya. Dalam prakteknya, ternyata
tidaklah demikian. Dengan perbaikan struktur tanah dan praktek pengelolaan yang baik,
pertanian berkelanjutan justru meminimalkan pengolahan tanah, atau lebih sedikit, dibanding
pertanian konvensional.
Pendapatan petani bertkelanjutan sedikit lebih besar dibanding dengan petani konvensional.
Secara umum, biaya produksi lebih rendah dan pendapatan lebih besar (karena premium
price). Industri organik berubah sangat cepat sehingga mempengaruhi ketidakstabilan harga.
Sebagai contoh, adanya harga tinggi pada satu jenis komoditi telah mendorong banyak petani
menanam komoditi yang sama secara bersamaan. Ini menyebabkan harga turun ketika musim
panen. Banyak orang berpendapat bahwa sejalan dengan waktu premium price akan stabil.
Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan petani, sebagai contoh biaya pembelian pupuk organik lebih murah dari biaya
pembelian pupuk kimia;Harga jual hasil pertanian organik seringkali lebih mahal. Contoh,
harga beras organik saat ini Rp. 8.000 – 13.000,-/kg sedang beras biasa Rp. 5.500 –
7.000,-/kg;Petani dan peternak bisa mendapatkan tambahan pendapatan dari penjualan jerami
dan kotoran ternaknya;Bagi peternak, biaya pembelian pakan ternak dari hasil fermentasi
bahan organik lebih murah dari pakan ternak konvensional; Pengembangan pertanian organik
berarti memacu daya saing produk agribisnis Indonesia untuk memenuhi permintaan pasar
internasional akan produk pertanian organik yang terus meningkat. Ini berarti akan
mendatangkan devisa bagi pemerintah daerah yang pada akhirnya akan meningkatkan
kesejahteraan petani.
Menciptakan lapangan kerja baru dan keharmonisan kehidupan sosial di pedesaan.
Pertanian berkelanjutan akan merangsang hadirnya industri kompos rakyat yang berarti
adanya lapangan kerja baru bagi masyarakat pedesaan. Disamping itu, penerapan pertanian
berkelanjutan juga akan merangsang adanya kerjasama kemitraan antara petani peternak-
pekebun untuk menerapkan sistem pertanian terpadu. Dalam hubungan ini, peternak
mendapatkan bahan makanan ternak dari limbah pertanian (jerami dan dedak, misalnya) dari
petani, sedangkan petani mendapatkan kotoran hewan dari peternak sebagai bahan kompos
untuk usaha pertanian organiknya. Hal ini secara langsung akan menciptakan keharmonisan
kehidupan sosial di pedesaan.
Lalu system pertanian berkelanjutan berdasarkan fungsi ekologi yaitu Prinsip ekologi
dalam penerapan pertanian organik dapat dipilahkan sebagai berikut:
Memperbaiki kondisi tanah
Dengan menggunakan sistem pertanian berkelanjutan, tanah yang rusak dapat diperbaiki
sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman, terutama pengelolaan bahan organik dan
meningkatkan kehidupan biologi tanah.
Optimalisasi ketersediaan dan keseimbangan daur hara
Jika menggunakan sistem pertanian berkelanjutan ketersediaan dan keseimbangan daur
hara dapat dioptimalisasi melalui fiksasi nitrogen, penyerapan hara, penambahan dan daur
pupuk dari luar usaha tani.
Membatasi kehilangan hasil panen akibat aliran panas, udara dan air dengan cara
mengelola iklim mikro, pengelolaan air dan pencegahan erosi.
Membatasi terjadinya kehilangan hasil panen akibat hama dan penyakit dengan
melaksanakan usaha preventif melalui perlakuan yang aman.
Pemanfaatan sumber genetika (plasma nutfah) yang saling mendukung dan bersifat
sinergisme dengan cara mngkombinasikan fungsi keragaman sistem pertanian terpadu.
Menghasilkan bahan pangan yang aman bagi kesehatan produsen dan konsumennya serta
tidak merusak lingkungan
Kualitas SDA dipertahankan
Ramah lingkungan karena menggunakan pupuk kompos, ataupun pupuk kandang yang
keseluruhannya berasal dari alam,
Meminimalkan semua bentuk polusi yang dihasilkan dari kegiatan pertanian.
Menjaga sifat fisik, kimia dan biologi tanah
Dalam pertanian berkelanjutan diutamakan cara pengelolaan tanah yang meminimalkan
erosi, meningkatkan kandungan bahan organik tanah serta mendorong kuantitas dan
diversitas biologi tanah. Dalam pertanian organik peningkatan kesuburan tanah dilakukan
tanpa menggunakan pupuk kimia sintetis. Sebagai gantinya digunakan teknik-teknik seperti
rotasi tanaman secara tepat, mixed cropping dan integrasi tanaman dengan ternak,
meminimalkan pengolahan tanah yang mengganggu aktivitas biota tanah,menggunakan
tanaman dalam strip dan tumpang sari.
Penghematan energi
Hasil studi menunjukkan bahwa sistem produksi organik hanya menggunakan 50–80%
energi minyak untuk menghasilkan setiap unit pangan dibandingkan dengan sistem produksi
pertanian konvensional. Namun demikian, ini tidak berlaku untuk semua sistem produksi
sayuran dan buah-buahan.
Tidak mencemari air
Penjagaan kualitas air merupakan upaya yang sangat penting dalam sistem pertanian
lestari (sustainable agriculture system). Kenyataan menunjukkan bahwa polusi air tanah
(groundwater) dan air muka tanah (surface water) oleh nitrat dan fosfat menjadi hal yang
umum terjadi di kawasan pertanian. Residu pupuk dan pestisida sintetis serta bakteri
penyebab penyakit seperti Escherichia Coli juga seringkali terdeteksi di sistem perairan.
Pada areal pertanian organik, sumber air dijaga dengan menghindari praktek-praktek
pertanian yang menyebabkan erosi tanah dan pencucian nutrisi, pencemaran air akibat
penggunaan bahan kimia. Kotoran hewan yang akan digunakan untuk pupuk organik selalu
dikelola dengan hati-hati dan dikomposkan sebelum digunakan. Di samping itu, penggunaan
pupuk kimia dan pestisida sintetis juga dilarang dalam sistem pertanian organik.
Tidak mencemari udara
Pertanian berkelanjutan terbukti mampu meminimalkan perubahan iklim global karena
emisi gas rumah kaca (greenhouse gas emission) pada pertanian organik lebih rendah
dibandingkan pertanian konvensional. Dalam pertanian organik tidak menggunakan pupuk
nitrogen sintetis sehingga tidak ada emisi nitrogen oksida dari pupuk buatan tersebut.
Penggunaan minyak bumi juga lebih rendah sehingga menurunkan emisi gas karbon dioksida.
Lebih penting lagi, pertanian organik menyediakan penampungan (sink) untuk karbon
dioksida melalui peningkatan kandungan bahan organik di tanah serta penutupan permukaan
tanah dengan tanaman penutup tanah.
Dapat memanfaatkan limbah
Praktek pertanian berkelanjutan mengurangi jumlah limbah melalui daur ulang limbah
menjadi pupuk organik. Kotoran ternak, jerami dan limbah pertanian lainnya yang selama ini
dianggap limbah, justru menjadi bahan yang mempunyai nilai sebagai sumber nutrisi dan
bahan organik bagi pertanian organik.
Menciptakan keanekaragaman hayati
Pertanian organik tidak hanya menghindari penggunaan pestisida sintetis, namun juga
mampu menciptakan keanekaragaman hayati. Praktek seperti rotasi pertanaman, tumpang sari
serta pengolahan tanah konservasi merupakan hal-hal yang mampu meningkatkan
keanekaragaman hayati dengan menyediakan habitat yang sehat bagi banyak spesies mulai
dari jamur mikroskopis hingga binatang besar. Pertanian organik tidak menggunakan
organisme hasil rekayasa genetika (Genetic Enggineering Organism) atau organisme
transgenik (Genetically Modified Organism) serta produknya karena alasan keamanan
lingkungan, kesehatan dan sosial. Produk-produk seperti ini tidak dibutuhkan karena
mungkin menyebabkan resiko yang tidak dapat diterima pada integritas spesies.
Dan untuk yang terakhir yaitu system pertanian berkelanjutan di lihat dari fungsi
sosialnya yaitu Menghasilkan makanan yang cukup, aman dan bergizi sehingga
meningkatkan kesehatan masyarakat.
Pada sistem pertanian berkelanjutan, tidak digunakan pupuk kimia secara berlebihan
sehingga produk-produk yang dihasilkan layak konsumsi dan aman serta bergizi bagi
masyarakat.
Kebutuhan dasar seluruh masyarakat terpenuhi
Dengan menerapkan sistem pertanian berkelanjutan, hasil produksi yang di dapat stabil
sehingga seluruh kebutuhan dasar masyarakat dapat terpenuhi.
Segala bentuk kehidupan dihargai
Manusia hidup di dunia tidak sendiri, melainkan berdampingan dengan hewaan dan
tumbuhan. Dengan menerapkannya sistem pertanian berkelanjutan, manusia, hewan, dan
tumbuhan dan bekerjasama dengan baik dan semua berperan dalam menghadapi hidup.
Sehingga semua bentuk kehidupan dapat dihargai.
Menciptakan lingkungan kerja yang aman dan sehat bagi petani.
Dengan digunakannya sistem pertanian berkelanjutan dapat menciptakan lingkungan
kerja yang aman dan sehat bagi petani. Hal ini dikarenakan petani akan terhindar dari paparan
(exposure) polusi yang diakibatkan oleh digunakannya bahan kimia sintetik dalam produksi
pertanian.
Dari semua system pertanian di atas dapat kita simpulkan bahwa semua system pertanian
tujuan utamanya adalah untuk tujuan yang sama yaitu untuk kesejahteraan masyarakat dan
juga di peruntukan untuk memenuhi kehidupan masyarakat.Yang membedakan antara 4
sistem pertanian ini hanyalah pada pola yang di terapkan ,serta system dan juga pola fikir
pada setiap masing-masing petani.Serta dampak negative dan juga dampak positif yang di
timbulkan dengan pola maupun system pertanian yang ada,yaitu system pertanian
subsisten,system pertanian tradisional,system pertanian konvensional dan juga system
pertanian berkelanjutan.