Anda di halaman 1dari 13

UJI KUALITAS PUPUK KOMPOS SAMPAH ORGANIK RUMAH

TANGGA MENGGUNAKAN METODE AEROB Effective


Microorganisms 4 (EM4) DAN Black Soldier Fly (BSF)
Rosalina1, Rossetha Pracahyani1, Naliawati Prastiya Ningrum2
1
Politeknik AKA Bogor, Tanah Baru, Bogor, Indonesia
2
PT. Pupuk Kujang, Cikampek, Karawang, Indonesia

Abstrak
Sampah organik hijau rumah tangga merupakan sisa hasil pembuangan dari sisa aktivitas ibu rumah tangga di
dapur yang terdiri berupa sampah organik hijau (sisa sayur-sayuran dan buahan-buahan dari dapur)
Permasalahan timbulan sampah rumah tangga yang menyebabkan bau dan penyakit yang dapat dikurangi dengan
memanfaatkan sampah rumah tangga menjadi kompos yang dapat berperan untuk kesuburan tanah. Kompos
adalah hasil penguraian bahan organik yang dibantu oleh mikroorganisme pengurai dalam kondisi lingkungan
yang hangat, dan lembab. Pengomposan yang dilakukan pada percobaan ini yaitu pengomposan aerobik dengan
aktivator EM4 (Effective Microorganism 4) dan pengomposan menggunakan larva BSF (Black Soldier Fly).
Tujuan percobaan untuk menguji dan mengetahui kualitas kompos dengan metode BSF dan metode EM4.
Kualitas pupuk kompos tersebut akan dibandingkan dengan Standar Nasional Indonesia tentang Spesifikasi
Kompos dari Sampah Organik Domestik (SNI 19-7030-2004). Percobaan dibagi menjadi tiga yaitu persiapan
meliputi Persiapan larva BSF dan pembuatan larutan EM4, membuat kompos dan analisis kompos dengan
parameter pH, suhu, warna dan bau, C-organik, N-organik, ratio C.N, dan kadar air,. Berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan, hasil uji kualitas kompos BSF dan kompos aktivator EM4 sudah memenuhi parameter warna,
bau, suhu, kadar air, kadar nitrogen dan rasio C/N, sedangkan parameter yang belum memenuhi SNI 19-7030-
2004 yaitu pH dan kadar karbon. Berdasarkan parameter dan baku mutu pada SNI 19-7030-2004 dan waktu
proses pengomposan maka kompos BSF lebih baik dari kompos aktivator EM4.

Kata Kunci : EM4, BSF, Aktivator, kompos

Abstract
Household green organic waste is the residue of disposal from the remaining activities of housewives in the
kitchen which consists of green organic waste (leftover vegetables and fruits from the kitchen). The problem of
household waste generation is odor and disease which can be reduced by utilizing household green waste into
compost which can contribute to soil fertility. Compost is the result of the decomposition of organic matter
assisted by decomposing microorganisms in warm and humid environmental conditions. The composting carried
out in this experiment is aerobic composting with EM4 (Effective Microorganism 4) activator and composting
using BSF larvae (Black Soldier Fly). The aim of the experiment was to test and determine the quality of the
compost using the BSF method and the EM4 method. The quality of the compost will be compared with the
Indonesian National Standard on Specifications for Compost from Domestic Organic Waste (SNI 19-7030-
2004). The experiment was divided into three fase, namely preparation including making EM4 solution and BSF
larvae preparation, composting and compost analysis based on parameters of pH, temperature, , color, odor
organic- C, organic- N, C/N ratio and moisture content. Based on the quality test carried out, the quality of BSF
compost and EM4 activator compost has met the parameters of color, odor, temperature, moisture content,
nitrogen content and C / N ratio, while the parameters that do not meet SNI 19-7030-2004 are pH and carbon
content. So it can be concluded that BSF compost is better than EM4 activator compost.

Keyword : EM4, BSF, Activator, compos

PENDAHULUAN sampah tersebut jika dibiarkan akan

Limbah atau sampah rumah tangga menimbulkan penyakit, pencemaran udara,

yang dibuang sembarangan akan membawa tanah maupun air.

dampak buruk bagi manusia. Tumpukan

WARTA AKAB Vol. 44, No. 2 Desember 2020 9


Sampah rumah tangga merupakan pertanian baik kualitas maupun kuantitas,
hasil pembuangan dari sisa aktivitas ibu mengurangi pencemaran lingkungan dan
rumah tangga di dapur yang terdiri dari meningkatkan kualitas lahan secara
sampah organik dan sampah anorganik. berkelanjut (KALEKA, 2020). Oleh karena
Sampah organik berupa sampah organik hijau itu perlu dilakukan uji kualitas kompos
(sisa sayur-sayuran dari dapur), sampah sisa dilakukan melalui beberapa parameter yaitu
makanan seperti ikan, udang, ayam, daging, pH, suhu, warna, bau yang dilakukan 3 hari
telur dan sejenisnya (KALEKA, 2020). sekali selama 1 bulan, sedangkan kadar air,
Permasalahan timbulan sampah rumah kadar karbon, kadar nitrogen dan rasio C/N
tangga tersebut dapat dikurangi dengan dilakukan dihari ke-18 dan hari ke-30
memanfaatkan limbah atau sampah rumah Pengomposan yang dilakukan pada
tangga menjadi kompos yang dapat percobaan ini yaitu pengomposan aerobik
mengurangi pencemaran lingkungan. Kompos dengan aktivator EM4 (Effective
adalah hasil penguraian atau dekomposisi Microorganism 4) dan pengomposan
bahan organik yang dibantu oleh menggunakan larva BSF (Black Soldier Fly).
mikroorganisme pengurai dalam kondisi Penggunaan aktivator EM4 dimaksudkan agar
lingkungan yang hangat, lembab dan dalam proses pengomposan berlangsung cepat dan
keadaan aerob dan anaerob. Proses hasil kompos tersebut dapat meningkatkan
pengomposan dapat berlangsung karena kesuburan tanah. Pengomposan secara aerobik
adanya aktivitas mikroorganisme pengurai. adalah dekomposisi bahan organik yang
Mikroorganisme ini mengurai bahan organik dilakukan oleh mikroorganisme dengan
yang dimasukkan ke dalam komposter bantuan oksigen. Aktivator EM4 mengandung
menjadi kompos. Secara alami, material bakteri fermentasi dari genus Lactobacillus sp
organik seperti hewan dan tumbuhan yang dan Saccharomyces. (KALEKA, 2020).
mati akan diurai oleh bakteri pembusuk BSF (Black Soldier Fly) atau Hermetia
menjadi suatu material yang dapat Illucens adalah lalat tentara hitam yang dapat
menyuburkan tanah. Proses pengomposan mendegradasi bahan organik seperti sampah
dapat dipacu dengan pemberian bioaktivator organik rumah tangga yang mengandung
atau mikroorganisme pengurai (KALEKA, kadar air 60%-90% sehingga residunya dapat
2020). dimanfaatkan sebagai pupuk kompos
Kompos salah satu pupuk organik (GMBH, 2017). Pengomposan BSF yaitu
yang dibutuhkan tanah pertanian. Pemberian proses pengomposan bahan organik
kompos sebagai pupuk organik sangat menggunakan larva BSF hari ke–5 yang akan
bermanfaat bagi peningkatan produksi menghasilkan pupuk kompos. Penggunaan

10 WARTA AKAB Vol. 44, No.2 Desember 2020


larva BSF pada proses pengomposan ini sekitar, namun BSF akan datang disaat adanya
disebabkan karena larva BSF memiliki bau busuk sampah buah-buahan dan sayur-
kemampuan degradasi dan reduksi sampah sayuran sehingga disediakan tempat bertelur
organik dengan cepat. untuk BSF bertelur. Telur BSF akan
Percobaan ini bertujuan untuk menguji dipindahkan ke kotak yang berisi buah dan
dan mengetahui kualitas kompos metode BSF sayur-sayuran busuk sehingga telur BSF
dan metode EM4. Kualitas kompos tersebut tersebut akan menetas menjadi larva yang
akan disesuaikan dengan Standar Nasional akan digunakan pada hari ke-5, sehingga pada
Indonesia tentang Spesifikasi Kompos dari saat telur BSF menetas yang menetas menjadi
Sampah Organik Domestik (SNI 19-7030- larva langsung mendapatkan sumber makanan
2004) dari sampah.
. Tahap Persiapan Larutan EM4
METODE PENELITIAN Larutan EM4 yang digunakan pada
Bahan dan Alat percobaan ini terdiri dari beberapa bahan
Bahan yang digunakan dalam bahan yang digunakan yaitu EM4, gula pasir
percobaan ini adalah sampah organik rumah dan akuades. Perbandingan pembuatan larutan
tangga (buah–buahan dan sayur–sayuran), EM4 sebanyak 15 mL EM4, 15 gram gula
EM4, telur BSF, larva BSF hari-5, akuades, pasir dan 750 mL akuades. Larutan tersebut
gula pasir dan serbuk gergaji. menggunakan perbandingan per 5 kg sampah
Alat-alat yang digunakan dalam organik rumah tangga.
percobaaan ini adalah bak penampung, pisau,
komposter, wadah aquades, tempat bertelur Tahap komposting Sampah Organik
BSF, beaker glass, kertas saring whatman Rumah Tangga
berpori 0,45 µm, corong, termometer tanah, Bahan yang digunakan untuk
penggaris, indikator pH universal, dan pembuatan kompos aktivator EM4 dan
pengaduk kayu. kompos BSF disiapkan terlebih dahulu
sampah organik rumah tangga yang akan
Cara Kerja digunakan. Sampah organik rumah tangga
Tahap Persiapan yang digunakan yaitu sampah hijau seperti
Tahap Persiapan Larva BSF sampah sayur–sayuran dan buah–buahan.
Sebelum melakukan komposting Sampah rumah tangga sebanyak 5 kg untuk
dilakukan tahap persiapan yaitu melakukan masing- masing percobaan dicacah terlebih
persiapan larva BSF. Larva dihasilkan dari dahulu agar mempermudah dan mempercepat
telur-telur BSF. BSF tersebar dilingkungan proses degradasi.

WARTA AKAB Vol. 44, No. 2 Desember 2020 11


Komposting Konvensional Aktivator EM4 berlebihan, membantu menghancurkan
Sampah organik rumah tangga yang sampah menjadi partikel yang lebih kecil.
sudah dicacah sebanyak 5 kg dan serbuk Analisis Kualitas Kompos
gergaji sebanyak 500 gram tersebut Pengecekan pH
dimasukkan ke dalam wadah dan ditambahkan Pengecekan pH dilakukan
aktivator EM4, gula pasir, air dengan menggunakan indikator pH universal. Sampel
perbandingan 15 mL EM4, 15 gram gula 5 gram kompos dimasukkan ke dalam beaker
pasir, 750 mL akuades. Semua bahan tersebut glass dan ditambahkan 50 mL akuades lalu
diaduk hingga merata. Setiap 3 hari sekali homogenkan selama 15 menit. Setelah
akan dilakukan pengadukan, dan analisis homogen sampel akan disaring dengan kertas
parameter suhu, pH, warna, dan bau. Analisis saring. Filtratnya akan dicek menggunakan
parameter kadar karbon, kadar nitrogen, kadar indikator pH universal.
air dan rasio C/N dilakukan pada hari ke–18 Pengecekan Suhu
dan hari ke-30. Pengadukan atau pembalikan Kompos akan dilakukan pengecekan
bertujuan untuk meratakan proses suhu menggunakan termometer tanah.
dekomposisi, membuang panas yang Termometer tanah akan ditusuk kedalam
berlebihan, membantu menghancurkan kompos tersebut. Suhu kemudian akan terbaca
sampah menjadi partikel yang lebih kecil. didalam termometer tanah tersebut.
Komposting BSF Analisis Warna dan Bau
Sampah organik rumah tangga yang Untuk pengecekan parameter warna dan Bau
sudah dicacah sebanyak 5 kg dan serbuk secara visual dan menggunakan indrera
gergaji sebanyak 500 gram tersebut penciuman
dimasukkan kedalam wadah dan ditambahkan 1) Analisis Kadar C-Organik
dengan larva (maggot) BSF sebanyak 10.000 Sampel pupuk yang sudah dihaluskan
larva/15 kg sampah, sehingga larva yang ditimbang teliti 0,1 gramdan dimasukkan ke
dibutuhkan sebanyak 3.300-3.500 larva/5 kg. dalam labu takar 100 mL. K2Cr2O7 sebanyak
Setiap 3 hari sekali akan dilakukan 5 mL ditambahkan ke dalam labu takar
pengadukan, dan analisis parameter suhu, pH, tersebut, lalu dihomogenkan. H2SO4 pekat 7
ketinggian, warna, dan bau. Analisis mL ditambahkan, lalu homogenkan dan
parameter lainnya seperti kadar karbon, kadar larutan tersebut didiamkan 30 menit.
nitrogen, kadar air dan rasio C/N dilakukan Pembuatan larutan deret standar C 0,
pada hari ke–18 dan hari ke-30. Pengadukan 50, 100, 150, 200, 250 ppm yaitu larutan
atau pembalikan bertujuan untuk meratakan standar C 5000 ppm yang dipipet berturut-
proses dekomposisi, membuang panas yang turut sebanyak 0, 1, 2, 3, 4, 5 mL larutan

12 WARTA AKAB Vol. 44, No.2 Desember 2020


standar C 5000 ppm kedalam labu takar 100 dengan H2SO4 0,05 N. Titik akhir titrasi dari
mL. K2Cr2O7 ditambahkan sebanyak5 mL, warna larutan hijau menjadi merah muda.
homogenkan. Sebanyak 7 mL H2SO4 pekat 3) Analisis Kadar Air
ditambahkan, lalu larutan dhomogenkan dan Sampel pupuk kompos yang sudah
didiamkan 30 menit. Pembuatan blanko dihaluskan ditimbang teliti 5 gram dalam
digunakan sebagai standar C 0 ppm. Masing- cawan porselin dengan tutup yang sudah
masing larutan diencerkan dengan akuades diketahui bobotnya. Selanjutnya sampel
hingga volume ditepatkan hingga tanda tera dimasukkan ke dalam oven dan dikeringkan
100 mL. Larutan tersebut dihomogenkan dan selama semalaman pada suhu 150⁰C. Sampel
didiamkan semalaman lalu diukur dengan kemudian didinginkan dalam desikator lalu
spektrofotometer dengan panjang gelombang dilakukan penimbangan.
561 nm.
2) Analisis Kadar Nitrogen-organik HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel pupuk yang telah dihaluskan Sampah organik yang ada pada tanah
ditimbang teliti 0,5 gram ke dalam labu jika dibiarkan secara alami akan mengalami
kjeldhal. Selenium mixture sebanyak 0,5 gram penguraian oleh mikroorganisme pengurai dan
dan 3 mL H2SO4 pekat ditambahkan, lalu biota tanah, namun membutuhkan waktu yang
dihomogenkan selama 2-3 menit. Larutan cukup lama. Pada penelitian ini dilakukan
tersebut didestruksi hingga sempurna dengan proses pengomposan menggunakan aktivator
suhu bertahap dari 150⁰C sampai 350⁰C EM4 dan larva BSF untuk mempercepat
sehingga larutan menjadi jernih selama 3-3,5 proses pengomposan atau penguraian bahan
jam. Setelah dingin ditambahkan dengan organik tersebut yang akan menghasilkan
akuades agar tidak mengkristal. kompos.
Larutan tersebut dipindahkan kedalam Pada percobaan ini memanfaatkan
labu destilasi 250 mL, lalu ditambahkan sampah organik rumah tangga yang akan
akuades hingga volume setengah labu diubah menjadi pupuk kompos. Sampah
destilasi. Penampung destilat disiapkan organik rumah tangga yang digunakan yaitu
sebanyak 10 mL asam borat 1% dalam sayur–sayuran dan buah-buahan seperti kubis,
erlenmeyer 100 mL dan ditambahkan 3 tetes wortel, kentang, terong, tomat, jambu, apel,
indikator Conway. daun singkong, pepaya, dan lain- lain. Sampah
Proses destilasi dilakukan dengan organik rumah tangga memiliki kadar air yang
menambakan 20 mL NaOH 40%. Destilasi sangat tinggi sehingga jika tidak diolah akan
selesai bila volume larutan dalam erlenmeyer menimbulkan bau menyengat. Ada 2 jenis
sudah mencapai 75 mL. Destilat dititrasi metode pembuatan kompos aerob yang

WARTA AKAB Vol. 44, No. 2 Desember 2020 13


dilakukan yaitu kompos dengan metode tersebut dikarenakan proses dekomposisi
aktivator EM4 dan metode kompos berlangsung cepat pada kompos dengan
menggunakan larva BSF. metode BSF. Proses dekomposisi berlangsung
Faktor yang mempengaruhi proses cepat dikarenakan larva BSF yang memiliki
pengomposan adalah derajat keasaman (pH), kemampuan merombak bahan organik dengan
suhu, bau, warna, kadar karbon, kadar cepat.
nitrogen, rasio C/N, dan kadar air. Berikut Kompos aktivator EM4 mengalami
hasil analisis parameter yang dilakukan: peningkatan pH menjadi basa pada hari ke-18
Derajat Keasaman (pH) sebesar 10,2. Pada hari ke-21 hingga hari ke-
Derajat keasaman (pH) merupakan 30 mengalami penurunan pH pada rentang pH
salah satu faktor yang mempengaruhi 8–9. pH akhir kompos masih basa. Hal
pertumbuhan mikroorganisme yang terlibat tersebut dapat diartikan kandungan bahan
dalam proses pengomposan. Pengamatan pH organik yang terkandung dalam kompos tinggi
berfungsi sebagai indikator proses dan aktivitas mikroorganisme pada kompos
dekomposisi kompos dapat dilihat pada EM4 berlangsung lambat.
Gambar 1. Nilai pH pada proses pengomposan

pH merupakan hal yang sangat mempengaruhi


aktivitas mikroorganisme yang akan sangat
berpengaruh terhadap kualitas kompos yang
dihasilkan. Adanya peningkatan pH hingga
akhir pengomposan disebabkan terbentuknya
NH3 selama proses dekomposisi yang bersifat
basa. Selain itu pH yang tinggi juga
dipengaruhi oleh proses perombakan protein
yang menghasilkan NH3 yang kemudian

Gambar 1. Hasil Pengukuran pH Kompos


berikatan dengan air membentuk NH4OH
yang bersifat basa, sehingga pH meningkat
Berdasarkan Gambar 1, Kompos BSF (FIRDAUS, 2011).
mengalami peningkatan pH menjadi basa pada
Suhu (⁰C)
hari ke–9 dan pada hari ke–12 dan hari ke–15
Suhu adalah salah satu indikator kunci
mengalami penurunan, yaitu pH menjadi
didalam pembuatan kompos karena
netral kembali, tetapi pada hari ke–18 hingga
berhubungan dengan jenis mikroorganisme
hari ke-30 terus mengalami peningkatan
yang terlibat. Pengukuran perubahan suhu ini
hingga nilai pH basa yaitu rentang 8–8,5. Hal

14 WARTA AKAB Vol. 44, No.2 Desember 2020


digunakan untuk melihat kerja dan aktivitas awal tahap pengaktifan. Mikroorganisme
mikroorganisme selama proses dekomposisi tersebut memanfaatkan oksigen dan senyawa -
(DEWI, 2017). Data hasil pengukuran senyawa yang mudah terurai (KALEKA,
suhukompos dapat dilihat pada Gambar 2 . 2020).
Suhu yang tidak stabil dan tidak
tercapainya fase termofilik (45oC-60oC)
dikarenakan tumpukan bahan yang terlalu
rendah akan membuat bahan lebih cepat
kehilangan panas, sehingga temperatur yang
tinggi tidak tercapai. Temperatur yang tinggi
pada proses pengomposan sangat penting
untuk proses higienisasi yaitu untuk
membunuh bakteri patogen dan bibit gulma,
selain itu pada umumnya proses pengomposan
adalah kombinasi suhu termofilik dan
Gambar 1. Hasil Pengukuran Suhu mesofilik (SHOLIHAH et al. 2016).
Kompos
Semakin tinggi temperatur maka akan

Berdasarkan Gambar 2 menunjukkan semakin banyak konsumsi oksigen dan akan

bahwa Suhu pengomposan menggunakan BSF cepat pula proses dekomposisi. Temperatur

pada percobaan ini pada rentang 27,5oC-31oC. yang berkisar antara 30-60oCmenunjukkan

Suhu ideal larva BSF 24oC-30oC. Jika terlalu aktivitas pengomposan yang cepat. Suhu yang

panas,larva akan keluar dari sumber makanan lebih tinggidari 60oC akan membunuh

dan mencari tempat yang lebih dingin. Jika sebagian mikroba dan hanya mikroba

lingkungan dingin, metabolisme larva BSF thermofilik saja yang akan tetap bertahan
hidup (WIDARTI et al. 2015).
akan melambat. Akibatnya larva BSF akan
makan lebih sedikit dan pertumbuhan Bau
Bau merupakan satu parameter yang terdapat
berlangsung lambat (GMBH, 2017).
Aktivator EM4 mengandung bakteri dalam SNI. Sesuai dengan SNI 19-7030-2004
Tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah
Streptomycetes sp dan Lactobacillus sp yang
tergolong mikroorganisme mesofil. Organik Rumah Tangga, kompos yang sudah

Mikroorganisme mesofil adalah matang akan berbau tanah. Tabel 1 berikut

mikroorganisme yang tumbuh baik pada suhu merupakan hasil pengamatan parameter bau

20oC–45oC biasanya akan berlangsung pada yang sudah dilakukan.

WARTA AKAB Vol. 44, No. 2 Desember 2020 15


Tabel 1. Hasil pengamatan Bau gas amoniak, air dan energi panas, sehingga
*Baku
hari Bau Mutu menyebabkan bau pada perlakuan menjadi
BSF EM4 bau menyengat (ANGGARA, 2018).
Bau
Bau sampah
1 sampah Warna
Bau Bau
Bau sampah Warna kompos yang sudah matang
4 sampah Khas
Bau sampah Tanah adalah coklat kehitaman (gelap) menyerupai
Bau tanah
7 campur tanah
Bau tanah tanah. Tabel 2 berikut adalah hasil
9 Bau tanah
Bau tanah Bau tanah pengamatan parameter warna kompos.
12
15 Bau tanah Bau tanah Berdasarkan Tabel 2 terjadi perubahan
18 Bau tanah Bau tanah warna kompos metode BSF pada hari ke-4
Bau
Bau tanah Bau tanah Khas karena sudah mengalami perubahan warna
21
Bau tanah Bau tanah Tanah
24 menjadi coklat kehitaman. Perubahan warna
27 Bau tanah Bau tanah
yang cepat disebabkan oleh kemampuan larva
Bau tanah Bau tanah
30
BSF dalam dekomposisi bahan organik cepat.
*Baku Mutu berdasarkan SNI 19-7030-2004 Tentang
Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Rumah Tabel 2.Hasil Pengamatan Warna
Tangga. Warna *Baku
hari-
BSF EM4 Mutu
Asli
Berdasarkan Tabel 1, pada hari ke-7 1 Asli sampah
sampah
pada kompos BSF bau/aroma sampah tersebut 4
Coklat Hijau
kehitaman kecoklatan
sudah berubah menjadi bau khas tanah. Coklat Coklat
7
Kompos aktivator EM4 berubah bau khas kehitaman kehitaman
Coklat Coklat
tanah pada hari ke-9. Hal tersebut dapat 9
kehitaman kehitaman
Coklat Coklat
diartikan bahwa perubahan bau sampah 12
kehitaman kehitaman
menjadi bau khas tanah pada kompos BSF Coklat Coklat coklat
15
kehitaman kehitaman kehitaman
lebih cepat dari kompos aktivator EM4. Coklat Coklat
18
Bau yang dihasilkan dari proses kehitaman kehitaman
Coklat Coklat
dekomposisi merupakan suatu tanda bahwa 21
kehitaman kehitaman
Coklat Coklat
terjadi aktivitas dekomposisi bahan organik 24
kehitaman kehitaman
oleh mikroba. Bau menyengat pada Coklat Coklat
27
kehitaman kehitaman
pengomposan terjadi karena pada saat Coklat Coklat
30
perombakan bahan organik melepas gas kehitaman kehitaman
*Baku Mutu berdasarkan SNI 19-7030-2004 Tentang
berupa NH3 sedangkan aroma seperti tanah Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Rumah
Tangga.
dikarenakan sudah memasuki fase akhir
perombakan bahan organik. Reaksi ini
termasuk reaksi oksidasi yang hasilnya berupa

16 WARTA AKAB Vol. 44, No.2 Desember 2020


Kompos aktivator EM4 lebih lama Total C-Organik dalam pupuk
proses perubahan warna kompos dipengaruhi oleh kualitas bahan organik dan
dibandingkan dengan kompos BSF. Kompos aktivitas mikroorganisme yang terlibat dalam
aktivator EM4 pada hari ke-4 mengalami penguraian bahan organik tersebut. Data hasol
perubahan warna menjadi hijau kecoklatan, kadar C-Organik dijabarkan pada Gambar 3.
dan pada hari ke 7 mengalami perubahan
warna menjadi coklat kehitaman. Perubahan
warna pada kompos EM4 lebih lambat
dibandingkan dengan BSF disebabkan
kemampuan dekomposisi bahan organik yang
tidak optimal.
Perubahan warna kompos bergantung
pada bahan yang digunakan. Bahan yang
Gambar 3. Hasil Analisis Kadar C-Organik
masih segar akan mengandung kadar karbon
Berdasarkan Gambar 3, Kadar C–
dan nitrogen yang sangat tinggi, pengomposan
Organik kompos BSF pada hari ke-18 sebesar
dilakukan untuk menurunkan kadar karbon
38,68 %, sedangkan pada hari ke–30 sebesar
dan nitrogen sehingga warna yang dihasilkan
37,70 %. Kadar C-Organik BSF mengalami
akan gelap dan kadar nitrogen sudah rendah
penurunan, hal tersebut dapat diartikan bahwa
(DEWI, 2017).
bahan organik mengalami dekomposisi oleh
Perubahan warna kompos disebabkan
larva BSF.
karena mikrobia pada masing masing
Pada kompos EM4, kadar C–Organik
perlakuan berfungsi dengan baik untuk
pada hari ke–18 sebesar 33,41% dan pada hari
mendekomposisi bahan organik. Apabila
ke-30 sebesar 39,80%. Kadar C-Organik
warna kompos masih seperti aslinya maka
kompos EM4 mengalami kenaikan, hal
kompos tersebut belum matang. Kompos
tersebut dapat disebabkan oleh
yang dikatakan matang jika memiliki
mikroorganisme pada proses kompos tidak
perubahan warna menjadi semakin gelap dan
merata sehingga dekomposisi bahan organik
berbau tanah. Semakin gelap warna kompos
tidak optimal.
yang dihasilkan maka semakin kecil kadar
Pada percobaan ini kompos BSF
karbon dan nitrogen pada bahan organik atau
memiliki kadar C-Organik yang lebih besar
kompos tersebut,sehingga dapat diartikan
dari kompos BSF. Kadar C-Organik
bahan organik sudah terurai oleh
merupakan indikator telah terjadinya proses
mikroorganisme
dekomposisi dalam proses pengomposan dan
Kadar C -Organik

WARTA AKAB Vol. 44, No. 2 Desember 2020 17


kematangan kompos. Dalam proses pada proses pengomposan sangat berperan
dekomposisi kadar karbon digunakan sebagai penting dalam penurunan kadar nitrogen. Jika
sumber energi untuk menyusun bahan seluler mikroorganisme tidak aktif dalam proses
sel-sel mikroba dengan membebaskan CO2 dekomposisi maka proses pengomposan
dan bahan lain yang menguap. Penambahan berlangsung lama dan tidak meratanya proses
aktivator menyebabkan proses dekomposisi dekomposisi sehingga kadar nitrogen pada
bahan organik berjalan cepat dan menurunkan hari ke-30 naik.
kadar karbon (DEWI, 2017). Rendahnya nilai nitrogen
Kadar Nitrogen menunjukkan bahwa mikroba saat
Kadar Nitrogen saling berhubungan dengan perombakan sangat aktif sehingga nitrogen
kadar carbon. Kadar nitrogen dan carbon banyak digunakan, selain itu rendahnya
digunakan untuk menentukan rasio C/N. nitrogen juga disebabkan karena pori-pori
Gambar 4 berikut hasil analisis kadar nitrogen tumpukan yang terlalu terbuka sehingga
kompos: mengakibatkan amoniak dan nitrogen terlalu
banyak lepas (DEWI, 2017).
Kadar nitrogen yang tinggi dapat
disebabkan proses dekomposisi bahan organik
berlangsung tidak sempurna, sedangkan kadar
nitrogen yang rendah dapat disebabkan karena
bahan organik yang digunakan memiliki kadar
nitrogen yang rendah. Kadar nitrogen minimal
dalam kompos sesuai dengan SNI-19-7030-
2004 yaitu 0,40%, sehingga kompos EM4 dan
Gambar 4. Hasil Analisis kadar N-Nitrogen kompos BSF sudah memenuhi baku mutu
Berdasarkan Gambar 4, kadar nitrogen kompos.
pada kompos BSF mengalami penaikan yaitu Rasio C/N
pada hari ke –18 sebesar 0,18% dan hari ke– Berdasarkan SNI spesifikasi kompos, nilai
30 sebesar 3,22%. Hal tersebut dapat terjadi rasio C/N yaitu 10- 20. C/N rasio pada
karena proses pembalikan yang tidak merata, kompos menggambarkan tingkat kematangan
larva BSF tersebut tidak mengurai bahan dari kompos tersebut. Gambar 5 berikut
organik secara sempurna. merupakan hasil analisis kadar rasio C/N
Pada kompos aktivator EM4 kadar kompos.
nitrogen hari ke–18 sebesar 0,47% dan pada
hari ke–30 sebesar 2,72%. Mikroorganisme

18 WARTA AKAB Vol. 44, No.2 Desember 2020


semakin sedikit bagi tanaman, sebaliknya jika
rasio C/N rendah maka kandungan unsur hara
semakin tinggi bagi tanaman (TANTRI
P.T.N et al. 2016).
Kadar Air
Kadar air sangat berpengaruh dalam
proses mempercepat terjadinya perubahan dan
penguraian bahan-bahan organik dalam
pembuatan kompos. Gambar 6 berikut
Gambar 5. Hasil analisis kadar C/N Ratio
merupakan hasil analisis kadar air kompos:
Berdasarkan Gambar 5, nilai rasio C/N pada
kompos BSF pada hari ke 18 sebesar sebesar
82,30 sedangkan pada hari ke–30 rasio C/N
sebesar 11,71. Rasio C/N BSF mengalami
penurunan, hal tersebut dapat dikatakan
bahwa bahan organik pada sampah sudah
mengalami dekomposisi secara sempurna.
Kompos dengan aktivator EM4
memiliki rasio C/N pada hari ke–18 sebesar
185,6 dan pada hari ke–30 memiliki rasio C/N
Gambar 6. Hasil Analisis Kadar Air
sebesar 14,60. Penurunan rasio C/N EM4
lebih lambat. Hal tersebut disebabkan Berdasarkan Gambar 6, kompos BSF
perbedaan mikroorganisme pengurai. memiliki nilai kadar air yaitu pada hari ke–18

Kompos BSF memiliki rasio C/N sebesar 19,85% dan pada hari ke–30 memiliki
yang lebih kecil dari kompos aktivator EM4. nilai kadar air sebesar 11,35%. Penurunan

Nilai rasio C/N yang sangat tinggi dapat kadar air pada kompos BSF lebih cepat, hal
diartikan kompos belum terurai dengan tersebut dikarenakan kemampuan

sempurna, namun kadar rasio C/N dari kedua dekomposisi larva BSF yang cepat.
kompos tersebut telah memenuhi baku mutu Kompos aktivator EM4 memiliki nilai

sesuai dengan SNI 19-7030-2004 tentang kadar air pada hari ke–18 sebesar 36,46% dan
Spesifikasi Kompos dari sampah Organik nilai kadar air pada hari ke–30 sebesar
Rumah Tangga. Rasio C/N akan 12,21%. Pada hari ke-18 kadar air kompos
mempengaruhi ketersediaan unsur hara, jika aktivator EM4 masih tinggi. Hal tersebut

rasio C/N tinggi maka kandungan unsur hara dapat disebabkan mikroorganisme dalam

WARTA AKAB Vol. 44, No. 2 Desember 2020 19


kompos EM4 tidak optimal dalam DAFTAR PUSTAKA
dekomposisi bahan organik tersebut.
ANGGARA, A.Y. 2018. Efektivitas
Berdasarkan Gambar 6, kompos BSF Imbangan Berbagai Macam Bahan
dan kompos aktivator EM4 sudah memenuhi Campuran Terhadap Percepatan
Pengomposan Batang Pisang (Musa
baku mutu sesuai dengan SNI 19-7030-2004
Parodisiaca). Skripsi. Fakultas
yaitu kadar air pada kompos BSF sebesar Pertanian Universitas Muhammadiyah
19,85% dan kompos aktivator EM4 sebesar Yogyakarta.Yogyakarta.
36,46% dengan baku mutu <50%. BSN (Badan Standardisasi Nasional). 2004.
Kandungan kadar air di bawah 30% Spesifikasi Kompos dari Sampah
reaksi biologis akan berjalan lambat dan dapat Organik Rumah Tangga. SNI 19-7030-
2004.
mengakibatkan berkurangnya populasi
mikroorganisme pengurai karena terbatasnya DEWI, M. F. 2017. Pengomposan Jerami
Padi dengan Pengaturan Nilai C/N
habitat yang ada. Kandungan air yang terlalu Rasio Melalui Penambahan Azzola dan
tinggi menyebabkan ruang antar partikel Aplikasinya pada Tanaman
menjadi penuh dengan air, sehingga JagungManis (Zea Mays Saccharata
Strut). Skripsi. Fakultas Pertanian
mencegah gerakan udara dalam tumpukan dan
Universitas Muhammadiyah
menghambat aktivitas mikroba yang akan Yogyakarta. Yogyakarta.
menimbulkan bau (DEWI, 2017).
FIRDAUS, F. 2011. Kualitas Pupuk Kompos
Campuran Kotoran Ayam dan Batang
KESIMPULAN Pisang Menggunakan Bioaktivator
Mol Tapai. Skripsi. Fakultas Pertanian
Berdasarkan hasil analisis yang
Institut Pertanian Bogor. Bogor
dilakukan, sesuai dengan SNI 19-7030-2004
GMBH, L. M. 2017. Proses Pengolahan
Tentang Spesifikasi pupuk kompos dari
Sampah Organik dengan Black Soldier
Sampah Organik, uji kualitas pupuk kompos Fly (BSF). Diterjemahkan oleh Dwi
BSF dan kompos aktivator EM4 sudah Cahyani Octavianti. Eawag-Swiss
memenuhi parameter warna, bau, suhu, kadar Federal Institute Of Aquatic Science
And Technology.Switzerland.
air, kadar nitrogen dan rasio C/N, sedangkan
parameter yang belum memenuhi SNI 19- MENTARI, P. D. 2018. Karakteristik
Dekomposisi Sampah Organik Pasar
7030-2004 yaitu pH dan kadar karbon. Tradisional menggunakan Larva Black
Berdasarkan parameter dan baku mutu pada SoldierFly (Hermetia Illucens L.).
SNI 19-7030-2004 dan waktu proses Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
pengomposan maka kompos BSF lebih baik
dari kompos aktivator EM4. SHOLIHAH, S. M & M. A.
WAHYUNINGRUM. 2016.

20 WARTA AKAB Vol. 44, No.2 Desember 2020


Penggunaan Bioaktivator Kelinci pada
Pengomposan Limbah Padat Tahu.
Jurnal Ilmiah Respati Pertanian. 2: 650
– 658.

TANTRI P.T.N, T., A.A. N. SUPADMA &


I. MADE. ARTHAGAMA. 2016. Uji
Kualitas Beberapa Pupuk Kompos
yang Beredar di Kota Denpasar. E –
Jurnal Agroteknologi Tropika. 5: 52 –
62.

WARTA AKAB Vol. 44, No. 2 Desember 2020 21

Anda mungkin juga menyukai