Anda di halaman 1dari 16

TUGAS

PENGANTAR METODE PELAKSANAAN

DAN PEMBONGKARAN KONTRUKSI

NAMA : INDAH MANURUN TANDIARA

STAMBUK : 217 213 304

KELAS :B

FAKULTAS TEKNIK
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TORAJA
2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembongkaran merupakan suatu tahapan pekerjaan dalam konstruksi bangunan.
Pembongkaran dapat di defenisikan sebagai tindakan perusakan. Ini mungkin termasuk
menghancurkan apa-apa tapi lebih sering dikaitkan dengan bangunan. Bangunan adalah
struktur dengan atap, dinding dan berdiri, ia memiliki keberadaan gubuk-gubuk yang
lebih permanen. Pembongkaran bangunan disimpulkan sebagai tindakan menghancurkan
struktur dengan atap dan dinding. Pembongkaran dapat dinyatakan sebagai tugas yang
brutal, tapi diperlukan. Pembongkaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan
kehancuran dalam cara yang terkontrol. Pembongkaran adalah merobohkan bangunan
dan struktur lainnya. Pembongkaran kontras dengan dekonstruksi, yang melibatkan
mengambil sebuah bangunan terpisah dengan hati-hati menjaga elemen berharga untuk
digunakan kembali. Pembongkaran adalah kegiatan membongkar atau merobohkan
seluruh atau sebagian bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana
dan sarananya.
B. Rumusan Masalah
Dalam makala ini membahas tentang pembongkaran bangunan terhadap kesehatan
lingkungan, rumusan masalahnya yaitu dampak yang di sebabkan pembongkaran bangun
terhadap kesehatan lingkungan.
C. Tujuan
Untuk mengetahui dampak yang di timbulkan oleh pembongkaran bangunan bagi
kesehatan lingkungan dan masyarakat sekitar.
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Pembongkaran dan Alasan Dilakukan Pembongkaran Pembongkaran

Pembongkaran merupakan suatu tahapan pekerjaan dalam konstruksi bangunan.


Pembongkaran dapat di defenisikan sebagai tindakan perusakan. Ini mungkin termasuk
menghancurkan apa-apa tapi lebih sering dikaitkan dengan bangunan. Bangunan adalah
struktur dengan atap, dinding dan berdiri, ia memiliki keberadaan gubuk-gubuk yang lebih
permanen. Pembongkaran bangunan disimpulkan sebagai tindakan menghancurkan struktur
dengan atap dan dinding. Pembongkaran dapat dinyatakan sebagai tugas yang brutal, tapi
diperlukan. Pembongkaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan kehancuran dalam
cara yang terkontrol. Pembongkaran adalah merobohkan bangunan dan struktur lainnya.
Pembongkaran kontras dengan dekonstruksi, yang melibatkan mengambil sebuah bangunan
terpisah dengan hati-hati menjaga elemen berharga untuk digunakan kembali.
Pembongkaran adalah kegiatan membongkar atau merobohkan seluruh atau sebagian
bangunan gedung, komponen, bahan bangunan, dan/atau prasarana dan sarananya. (UU RI
no.28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung). Pembongkaran bangunan adalah tindakan
merusak struktur yang sudah ada dalam rangka untuk membuat ruang untuk konstruksi baru.
Pembongkaran bangunan disimpulkan sebagai tindakan menghancurkan struktur dengan
atap dan dinding. Alasan dilakukannya pembongkaran menurut UU no.28 tahun 2002
tentang Bangunan Gedung adalah :

 bangunan gedung yang tidak layak fungsi dan tidak dapat diperbaiki lagi;
 bangunan gedung yang pemanfaatannya menimbulkan bahaya bagi pengguna,
masyarakat, dan lingkungannya; dan/atau
 bangunan gedung yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan gedung.
2.2 Proses Pembongkaran Bangunan

Ukuran bangunan menentukan apa jenis pembongkaran yang paling cocok untuk proyek
tersebut. Jenis, jumlah, dan jarak ke struktur di sekitarnya juga menentukan apa jenis teknik
pembongkaran dapat digunakan untuk menghancurkan struktur. Berdasarkan peraturan tahapan
pembongkaran terdiri dari :

 Tahap penetapan Identifikasi bangunan gedung yang akan ditetapkan untuk


dibongkar berdasarkan hasil pemeriksaan yang meliputi bangunan yang tidak
layak fungsi dan tidak dapat diperbaiki lagi, pemanfaatannya menimbulkan
bahaya bagi pengguna, masyarakat dan lingkungan, tidak memiliki izin
mendirikan gedung.
 Rencana pekerjaan pengangkutan harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum
peker-jaan pembongkaran dimulai.
 Semua instalasi, listrik, gas, air, dan uap harus dimatikan, kecuali apabila
diperlukan sepanjang tidak membahayakan.
 Semua bagian-bagian kaca, bagian-bagian yang lepas, bagian-bagian yang
mencuat harus disingkirkan sebelum pekerjaan pembongkaran dimulai.
 Pekerjaan pembongkaran harus dilakukan tingkat demi tingkat dimulai dari atap
dan seterusnya ke bawah.
 Tindakan-tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menghindarkan bahaya
rubuhnya bangunan.

Tahap pelaksanaan yaitu :

 Pembongkaran bangunan gedung dapat dilakukan oleh pemilik dan/atau pengguna


bangunan gedung dan dapat menggunakan penyedia jasa pembongkaran bangunan
gedung yang memiliki sertifikat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
 Khusus untuk pembongkaran bangunan gedung yang menggunakan peralatan berat
dan/atau bahan peledak harus dilaksanakan oleh penyedia jasa pembongkaran bangunan
gedung.
 Dalam hal pemilik dan/atau pengguna bangunan gedung yang pembongkarannya
ditetapkan dengan surat sebagaimana dimaksud dalam tidak melaksanakan
pembongkaran dalam batas waktu yang ditetapkan, surat persetujuan pembongkaran
dicabut kembali.
 Pembongkaran bangunan gedung yang pelaksanaannya dapat menimbulkan dampak
luas terhadap keselamatan umum dan lingkungan harus dilaksanakan berdasarkan
rencana teknis pembongkaran yang disusun oleh penyedia jasa perencanaan teknis yang
memiliki sertifikat sesuai dengan peraturan perundangundangan.
 Rencana teknis pembongkaran harus disetujui oleh pemerintah daerah, kecuali
bangunan gedung fungsi khusus oleh Pemerintah, setelah mendapat pertimbangan dari
tim ahli bangunan gedung.
 Dalam hal pelaksanaan pembongkaran berdampak luas terhadap keselamatan umum dan
lingkungan, pemilik dan Pemerintah dan/atau pemerintah daerah melakukan sosialisasi
dan pemberitahuan tertulis kepada masyarakat di sekitar bangunan gedung, sebelum
pelaksanaan pembongkaran.
 Pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung mengikuti prinsip-prinsip keselamatan
dan kesehatan kerja (K3).
 Dalam hal tenaga kerja atau orang lain mungkin tertimpa bahaya yang disebabkan oleh
kejatuhan bahan atau benda dari tempat kerja yang lebih tinggi, harus dilengkapi dengan
penadah yang kuat atau daerah berbahaya tersebut harus dipagar.
 Dinding-dinding tidak boleh dirubuhkan kecuali lantai dapat menahan tekanan yang
diakibatkan oleh runtuhnya dinding tersebut.
 Tenaga kerja harus dilindungi terhadap debu dan pecahan-pecahan yang berhamburan.
 Apabila tenaga kerja sedang membongkar lantai harus tersedia papan yang kuat yang
ditumpu tersendiri bebas dari lantai yang sedang dibongkar.
 Tenaga kerja dilarang melakukan pekerjaan di daerah bawah lantai yang sedang
dibongkar dan daerah tersebut harus dipagar.
 Konstruksi baja harus dibongkar bagian demi bagian sedemikian rupa sehingga terjamin
kestabilan konstruksi tersebut agar tidak membahayakan sewaktu dilepas.
 Tindakan pencegahan harus dilakukan untuk menjamin agar tenaga kerja dan orang-
orang lain tidak kejatuhan bahan-bahan atau benda-benda dari atas sewaktu cerobong-
cerobong yang tinggi dirubuhkan
Adapun tahapan-tahapan pelaksanaan pembongkaran yang digunakan secara umum sebagai
berikut:

a) Menyiapkan peralatan baik berat maupun ringan untuk pembongkaran suatu gedung
atau bangunan.
b) Mematikan seluruh aliran seperti air, listrik, gas, kabel optik dan lain-lain yang
dianggap berbahaya dan mengganggu proses pekerjaan pembongkaran.
c) Memastikan peralatan pada posisinya masing-masing.
d) Memeriksa seluruh gedung untuk memastikan tidak ada seorang pun di dalam gedung
saat proses dimulai.
e) Mengatur jarak aman (1,5 kali tinggi gedung) pada area proyek agar tidak
menimbulkan cedera maupun kerugian yang lain.
f) Memulai pembongkaran mulai dari atap hingga pondasi jika menggunakan alat berat
seperti excavator. Jika menggunakan peledak, mengatur peletakan bom/dinamit pada
gedung serta waktu peledakan agar bisa sesuai dengan yang direncanakan.
g) Memastikan pekerjaan pembongkaran dilakukan oleh yang ahli dan tidak diberikan
kepada orang yang berbeda secara bergantian acak dalam melaksanakan tugas.
h) Melakukan proses pengangkutan terhadap material sisa puing puing bangunan dan
pengangkutan dengan alat berat harus sesuai dengan SOP yang berlaku.

Pelaksanaan pembongkaran mengikuti prinsip-prinsip K3. Tahap pengawasan.

 Pengawasan pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung dilakukan oleh penyedia


jasa pengawasan yang memiliki sertifikat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
 Hasil pengawasan pelaksanaan pembongkaran bangunan gedung dilaporkan secara
berkala kepada pemerintah daerah.
 Pemerintah daerah melakukan pengawasan secara berkala atas kesesuaian laporan
pelaksanaan pembongkaran dengan rencana teknis pembongkaran.
2.3 Pembongkaran dengan Peledakan

Peledakan adalah cara yang efisien untuk menghancurkan bangunan. Metode ini
digunakan untuk bangunan besar. Biasanya menggunakan TNT, C4 nitrogliserin dan kabel
detonator. Ini memiliki keuntungan dari efisiensi dan efektivitas biaya. Tetapi memiliki banyak
bahaya. Bahan peledak ditanam di kolom dinding tiap lantai yang akan dihancurkan. Adapun
beberapa syarat pembongkaran dengan bahan peledak antara lain :

 Rencanakan jarak dari struktur yang akan dibongkar – Tentukan area aman dari sisa
puing-puing peledakan
 Tentukan zona eksklusif untuk terhindar dari bahaya peledakan

Setiap operasi peledakan harus memiliki Ahli Peledakan/”Blaster-in-Charge” (BIC).


Individu ini memiliki tanggung jawab keseluruhan untuk semua aspek dari operasi peledakan
baik sebelum peledakan, saat peledakan dan setelah peledakan, serta bahaya peledakan umum
dan spesifik lokasi dan dampak lingkungan harus didefinisikan untuk setiap lokasi ledakan.
Kualifikasi ahli peledakan diantaranya yaitu (OSHA 29 CFR Part 1926): Ada beberapa
persyaratan untuk ahli peledakan, yaitu :

a) Ahli peledakan dapat memahami dan dapat memberikan perintah tertulis dan lisan pada
saat operasi peledakan.
b) Ahli peledakan harus dalam kondisi fisik yang baik dan tidak kecanduan narkotika,
alkohol atau sejenis obat-obatan yang lain.
c) Ahli peledakan harus memenuhi kualifikasi dengan disertai pelatihan, pengetahuan
dalam penyimpanan, penanganan dan penggunaan bahan peledak. Serta mengetahui
regulasi terkait bahan peledak,
d) Ahli peledakan wajib memberikan bukti kompetensi sebagai ahli peledakan.
e) Ahli peledakan memiliki pengetahuan dan kompeten dalam penggunaan setiap jenis
metode peledakan. (Sumber : OSHA 29 CFR Part 1926 – Construction)
2.4 Flowchart tahapan peledakan

Prosedur peledakan yang benar dan aman sangatlah penting ketika kita akan melakukan
peledakan bangunan karena bahaya dari peledakan sangatlah banyak. Prosedur tersebut sebagai
berikut :

Mulai → Pembacaan Gambar Rencana →Pemasangan Peladak pada Bangunan →Pelaksanaan


Peladakan →Persiapan →Pembersihan Hasil Ledakan →Pengangkutan Hasil Ledakan→
Selesai

2.5 Pengamanan selama persiapan

Pengamanan ini lebih ditujukan kepada orang atau karyawan yang mendekati atau
melewati daerah peledakan, maka untuk itu harus diberi tanda peringatan hingga orang lain tahu
bahwa saat itu ada kegiatan persiapan peledakan. Tanda peringatan ini dapat berupa bendera
dengan warna yang mencolok dan ukuran yang cukup dapat dilihat dari jauh. Untuk jadwal
peledakan, sebaiknya hari-hari peledakan setiap minggu serta jam-jam peledakan pada hari-hari
tersebut, diatur dengan jadwal yang tetap dan semua krayawan atau orang-orang yang ada
disekitar penambangan harus mengetahui hal itu. Pengamanan bahan peledak sangatlah penting.
Setelah bahan sampai dilapangan maka secepatnya bahan peledak tersebut langsung
dibagibagikan ke dekat lubang yang telah disiapkan, sesuai dengan kebutuhan jumlah masing-
masing lubang. Demikian juga dengan detonator listrik dan primer/dinamit.

2.6 Pembuatan Primer

Primer berfungsi untuk menghentakkan (shock) ANFO atau blasting agant lainnya.
Sedangkan primer itu sendiri dihentakkan (dishock) dengan detonator atau sumbu ledak. Primer
ada yang sudah dibuat atau langsung dari pabrik, tetapi dapat dibuat sendiri dari dinamit.
Ukuran atau berat dari dinamit yang diperlukan disesuaikan dengan diameter dan dalamnya
lubang ledak. Untuk diameter lubang ledak yang kecil ( 3 cm ), primer dapat dibuat dari ½ atau
1/3 dodol dinamit, dengan berat satu dodol 200 gram, sedangkan untuk ukuran yang besar ( 10
cm ), primer dapat dibuat dari 3 atau 6 dodol yang disatukan. Dalam hal ini detonator atau
sumbu ledak hanya dimasukkan ke salah satu dari dodol dinamit. Dalam pembuatan primer baik
dengan detenator atau dengan sumbu, hal - hal seperti dibawah ini harus diperhatikan : -
Detenator atau sumbu ledak harus benar-benar masuk dalam dinamit, artinya detenator atau
sumbu bersentuhan dengan dinamit. - Detenator atau sumbu ledak harus terikat dengan dinamit
sedemikian rupa sehingga tidak mudah lepas. Pembuatan primer dengan sumbu bakar : Salah
satu ujung dodol dinamit dengan sedalam 5 – 7,5 cm dengan tongkat kecil dari kayu, ukuran
diameter tongkat sama dengan ukuran diameter detonator. Selanjutnya detenator didorong
kedalam lubang tadi sampai masuk penuh. Kemudian sumbu diikat ke dalam dodol dengan
benang. Pembuatan Primer dengan sumbu ledak : Dalam hal ini detenator tidak dibutuhkan,
hanya sumbu ledak yang melalui dodol dinamit secara memanjang dari samping. Sumbu ledak
harus diikat ke dodol dengan benang atau pita perekat. Pembuatan Primer dengan Detenator
Listrik : Detenator harus masuk dan bersentuhan dengan isi dodol dinamit. Pengikat dapat
dilakukan dengan leg wirenya sendiri. Sebelum detenator atau sumbu ledak dimasukan ke dalam
dinamit maka harus terlebih dahulu diperiksa keadaannya. Untuk detenator biasa periksa apakah
ada benda-benda kecil didalamnya. Untuk sumbu bakar, periksa keadaan ujung sumbu apakah
lembab atau tidak baik lagi. Sebiknya ujung sumbu sebelum dipakai selalu diotong sedikit.
Untuk sumbu ledak diperiksa keadaan ujung, apakah lembab atau isinya berkurang. Untuk
detenator listrik sebaiknya ditest dengan blasting ohm meter. Pada waktu pengetesan detenator
dimasukkan ke dalam lubang ledak yang masih kosong. Setelah ditest kedua ujung leg wirenya
harus diikat kembali satu sama lain. Penempatan Primer : Collar Priming adalah penempatan
primer dibagian atas atau ujung dari lubang tembak. Bottom Priming adalah penempatan primer
dibagian bawah atau ujung dalam dari lubang tembak.

2.7 Pengisian lubang ledak

 Periksa terlebih dahulu keadaan lubang. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan
pantulan sinar dari sepotong cermin atau tongkat kayu yang cukup panjang. Pada waktu
memasukkan primer ke dalam lubang harus berhati-hati sehingga detenator atau sumbu
tidak terlepas dari dalam dinamit, serta sumbu atau leg wirenya tidak terluka.
 Hindari pemakaian leg wire yang terlalu pendek, namun kalau terpaksa sambungan-
sambungan harus diisolasi dengan baik.
 Dilarang memadatkan primer (tapping).
 Diameter primer harus lebih kecil dari diameter lubang ledak. Bila waktu memasukkan
primer agak susah turunnya kedalam lubang maka dapat dibantu/didorong dengan
tongkat kayu dengan perlahanlahan.
 Setelah primer telah sampai benar-benar didasar lubang maka bahan peledak dapat
diamsukkan. Bila memakai bahan peledak ANFO maka dilarang memadatkannya
sehingga berat jenisnya bertambah.
 Pengisian bahan peledak paling banyak 2/3 dari tinggi lubang ledak. - Dilarang
memakai bahan peledak yang sudah rusak.
2.8 Stemming.
 Bahan stemming, dari tanah liat atau pasir halus. –
 Jangan memakai bahan-bahan kertas bekas pembungkus bahan peledakan atau
daun-daunan.
 Steaming harus dibuat cukup padat, untuk itu perlu dipadatkan (ditapping) dengan
tongkat kayu.
 Stemming yang baik akan mengurangi suara ledakan
2.9 Penyambungan Rangkaian.
a) Sumbu Bakar
 Bila peledakan untuk beberapa lubang sekaligus maka sumbu di permukaan
sebaiknya memakai sumbu khusus (Igniter Cord) dan untuk sambungan-
sambungan memakai penyambung khusus (Conector).
 Bila peledakan untuk beberapa lubang sekaligus tetapi tidak memakai
conector maka waktu penyalaan sumbu harus dilakukan oleh 2 orang,
dimana salah seorang adalah berfungsi sebagai pengawas.
 Penyalaan hanya diizinkan dilakukan oleh orang yang benar-benar mengerti
dan cukup pengalaman.
b) Sumbu Ledak
 Sambungan harus memenuhi persyaratan sebagaimana telah diberikan dalam
petunjuk sebelumnya.
 Rangkaian harus dapat rapih dan efektif.
 Dilarang memotong sumbu ledak dengan alat dari besi.
 Pada waktu memotong sumbu ledak sebaiknya tidak digenggam apalagi
dililitkan di tangan.
c) Detonator Listrik
 Sambungan leg wire dengan kabel pembantu harus lebih baik dan kuat.
 Penyambungan rangkaian antar semua lubang ledak harus dilaksanakan
secepatnya dan ujung rangkaian diikat satu sama lain. Sebelum dihubungkan
dengan kabel utama.
 Rangkaian harus dibuat lebih rapih dan efektif. Hindari kabel agar tidak
kusut dan terlipat.
 Sebelum rangkaian antar ledak disambung dengan kabel utama, maka
tahanan listrik dan kesinambungan arus dari rangkaian harus ditest dengan
Blasting Ohm Meter. Tahanan listrik rangkaian harus sesuai dengan
perhitungan teoritis, namun dengan toleransi 10% dapat dianggap baik. -
Secara terpisah kebel utama juga harus ditest sama seperti di atas.
2.10 Perlindungan Untuk Pemegang Ekspoder/Blansting Machine
a). Tambang Bawah Tanah
 Harus memperhitungkan arah angin/ventilasi, ambil posisi di atas angin.
 Bila peledakan memakai sumbu bakar harus dipertimbangkan lebih dahulu ke
arah mana dan dimana tempat berlindung yang lebih aman.
 Periksa keadaan sekeliling tempat berlindung terhadap kejatuhan benda atau
batuan khususnya dari batuan atap.
 Pemegang eksploder Blasting Machine harus orang yang cukup pengalaman
b). Tambang Terbuka
 Harus dipertimbangkan arah dan jarak lemparan/layangan batu dengan
mengambil posisi yang berlawanan.
 Periksakeadaan sekeliling tempat berlindung, khususnya bila ada bongkahan-
bongkahan batuan lepas yang berukuran besar disekitarnya.
 Bila keadaan lapangan sedemikian rupa sehingga tidak ada tempat
berlindung yang cukup aman maka perlindungan khusus untuk itu dapat
dibuat (sheleter).
 Pemegang exploder harus sudah cukup berpengalaman.

c). Tanda peringatan sebelum peledakan

 Sebelum dilakukan peledakan maka orang-orang disekitar daerah


pengaruh gas dan lemparan batu peledakan harus diberi aba-aba
peringatan agar berlindung atau menyingkir. Demikian juga halnya
dengan perlatan, sebelumnya sudah harus diamankan/disingkirkan.
 Aba-aba bisa berupa teriakan, sirine, pluit, sempritan atau megaphone.
 Tenggang waktu antara aba-aba peringatan dengan saat peledakan harus
cukup untuk memberi kesempatan kepada orang-orang untuk berlindung,
 Sebaiknya aba-aba dilakukan dalam beberpa tahap dan tiap tahap
mempunyai arti tersendiri dan dimengerti setiap orang khususnya
pemegang eksploder.
 Bila di dekat lapangan peledakan terdapat jalan lalu lintas utama tambang
maka jalan tersebut harus ditutup atau diblokir.
 Sebelum aba-aba yang terakhir maka mandor lapangan atau pengawas
ledakan harus memriksa daerah dan sekitar peledakan.
 Contoh Tahapan Aba-aba Peringatan dan Pengertiannya.
– Aba-aba pertama : Semua orang yang ada didekat daerah
peledakan harus menyngkir dan berlindung. Semua jalan tambang
didekat peledakan harus ditutup dan diblokir. Pada saat ini kedua
ujung kabel utama masih tetap terkait satu sama lain dan belum
disambung ke exploder.
– Aba-aba Kedua : Hal seperti diatas sudah dilaksanakan dan
mandor atau pengawas peledakan sedang melakukan pemeriksaan
terakhir. Kondensator di dalam eksploder sedang diisi dengan
arus kabel listrik dari baterainya. Kabel utama telah disambung
dengan exploder. Bila tejadi penundaan peledakan, karena
sesuatu hal yang masih aman, maka komunikasinya dapat dibuat
aba-aba khusus
– . Aba-aba ketiga (peledakan) : Peledakan dapat dilakukan.
Tombol atau tungkai pada exploder ditekan dan ledakan terjadi.

2.11 . Beberapa persyaratan sebelum peledakan dimulai:

 Menyelesaikan ijin tertulis dengan pejabat atasan langsung, pejabat konsultan terkait,
safety engineer dan lain-lain.
 Pengumuman bagi masyarakat sekeliling beberapa minggu sebelumnya dengan melalui
ijin pejabat terkait didaerah tersebut, yaitu RT, RW, Lurah, Kepala Desa, Pemuka
Masyarakat, Camat, Kapolsek dan pejabat terkait lainnya.
 Menjelang diadakan peledakan, kepala bagian peledakan melihat sekeliling secara
visual. Jika ada orang disekitar daerah area peledakan maka harus segera diperingatkan
untuk keluar dari area peledakan. Jarak aman seseorang terhadap hulu ledak ± 200 m
 500 m, tergantung besar kecilnya bahan peledak. - Daerah yang masih dianggap
berbahaya harus diberi batas yang jelas agar orang selain petugas bagian peledakan
tidak masuk ke daerah tersebut.
 Sebelum peledakan, kepala bagian peledakan harus mengadakan pemberitahuan dengan
pengeras suara pada sekeliling daerah peledakan.
 Membunyikan sirene tanda bahaya. - Peledakan dapat dimulai.

2.12. Pemeriksaan / Pengamanan Setelah Peledakan

Setelah seperempat jam ledakan terakhir, pemeriksaan dilakukan terhadap gas-gas


beracun dan peledakan mangkir. Bila ada lubang ledak yang mangkir maka harus segera
ditangani dan dilaporkan kepada atasan. Lubang ledak yang mangkir tersebut diberi tanda
dengan bendera. Bila seandainya semua meledak dengan baik dan konsebtrasi gas sudah cukup
aman maka diberi aba-aba lagi tanda peledakan telah berakhir dan keadaan aman. Tanda-tanda
lubang ledak yang mangkir :

1) Permukaan tanah di atas lubang ledak masih utuh.


2) Terdapat bongkahan-bongkahan besar yang tidak lazim dan tidak seperti bongkahan
lubang ledak yang lain.
3) Terdapat serakan bahan peledak yang masih utuh di permukaan atau di sela-sela
bongkahan.

Peledakan umumnya digunakan untuk memindahkan volume besar dari beton dengan
menempatkan bahan peledak pada lubang – lubang pada tempat yang akan diledakkan :

• Dapat digunakan diberbagai hal dan fleksibel dalan kondisi keluaran kerja
• Getaran dan letusan udara bisa merusak struktur lingkungan
• Pertimbangan keselamatan tertinggi dibutuhkan dibandingkan dengan metode
pembongkaran Pola peledakan adalah pengaturan dari lubang tembak yangmana akan
diledakkan dahulu (dalam satu baris) dan barismana meledak kemudian, yang
menentukan disini hanya pada pemakaian delay detonator nya.

Ada dua pola (cara) peledakan yang umum digunakan, yaitu :

a. Simultaneous blasting. Simultanious blasting adalah peledakan dimana seluruh lobang


tembak yang ada diledakkan secara serentak.
b. Delay blasting. Delay blasting adalah peledakan secara beruntun perbaris sesuai dengan
nomor delay yang dipakai. Untuk lobang tembak yang memakai nomor delay yang lebih
kecil akanmeledak terlebih dahulu. Jadi pengaturan delay pada lubang tembak dapat
disebut pola peledakan.

Ada beberapa keuntungan dengan menggunakan metode delay blasting yaitu :

 Arah dari lemparan batuan/material dapat dikontrol


 Adanya kemungkinan untuk mengurangi getaran-getaran dari peledakan
 Mengurangi kemungkinan terjadinya fly rock
 Mengurangi kemungkinan terjadinya toe (tonjolan-tonjolan pada permukaan akibat
hasil peledakan) Peralatan peledakan adalah semua bahan atau alat-alat yangdapat
digunakan lebih dari satu kali pemakaian dalamoperasional peledakan, antara lain :
 Blasting Machine (Exploder). Blasting Machine (Exploder) adalah mesin
ledak yang berfungsi sebagai penghasil atau penyimpanan arus listrik untuk
meledakkan detonator dan bahan peledak.
 Circuit tester (Blasting Ohmmeter). Blasting ohmmeter adalah alat yang
berfungsi untuk mengetes rangkaian peledakan.
 Leading Wire.Kabel utama yang berasal dari sumber tenaga listrik
berhubungan dengan Connecting Wirepada rangkaian peledakan
 Tongkat. Tongkat yang terbuat dari kayu dengan diameter ±3 cm dan
panjang lebih dari kedalaman lubang bor. Fungsi dari alat ini adalah untuk
membantu dalam pengontrolan lubang tembak sebelum diisi dengan bahan
peledak.

Perlengkapan peledakan adalah semua bahan atau alat-alatyang hanya dapat digunakan untuk
satu kali peledakan, antara lain :

 Detonator Listrik. Detonator listrik adalah peledak awal yang berfungsi untuk
meledakkan sumbu ledak bahan peledak. Detonator listrik dapat meledak karena adanya
arus listrik.
 Leg Wire. Leg Wire adalah kabel yang terdapat pada setiap detonator yang berfungsi
untuk menghubungkan kedua ujung rangkaian peledakan dan dihubungkan ke sumber
arus listrik pada Blasting Machine.
 Connecting Wire. Connecting wire adalah kabel penghubung yang digunakanuntuk
menyambung antara kabel detonator yang satu dengan yang lainnya dalam satu
rangkaian peledakan atau menyambung leg wire yang terlalu pendek

Rencana Gawat Darurat Peledakan/Blast Emergency Plan sebuah rencana yang bertujuan untuk
mempersiapkan personil pada saat keadaan darurat atau pada saat keadaan yang tidak diinginkan
pada saat peledakan. Berikut ini adalah hal yang dipersiapkan pada Blast Emergency Plan
diantaranya yaitu:

 Menyediakan semua telepon penting seperti pemadam kebakaran, polisi, rumah sakit,
badan pengawas dari pemerintah dan seluruh nomer telepon dari pengawas dan pekerja
peledakan.
 Blast Emergency Plan dikomunikasikan secara jelas dan dapat dipahami pada semua
personil peledakan.
 Menentukan prosedur pemberitahuan dengan waktu yang telah tersusun.
 Penyediaan lokasi dan personil Pertolongan Pertama.

Dalam menangani pelaksanaan proyek yang terpaksa menggunakan bahan peledak, perlu
memperhatikan perencanaan jadwal khusus pekerjaan peledakan ini. Terutama untuk pekerjaan
persiapannya, yaitu berupa pengurusan ijin, sosialisasi kepada masyarakat sekeliling,
pengamanan dan pelaksanaannya. Disarankan agar pengurusan ijin ini direncanakan waktunya
yang aman, karena pekerjaan non teknis seperti ini sukar diprediksi durasinya

2.13. Dampak yang di timbulkan bagi lingkungan

 Pencemaran udara
 Pencemaran air
 Sampah dari material bangunan
 Debu dari material bangunan
 Mempengaruhi kesuburan dari tanah tersebut
Kesimpulan

Pembongkaran merupakan suatu tahapan pekerjaan dalam konstruksi bangunan.


Pembongkaran dapat di defenisikan sebagai tindakan perusakan. . Dampak yang di timbulkan
bagi lingkungan :

 Pencemaran udara
 Pencemaran air
 Sampah dari material bangunan
 Debu dari material bangunan
 Mempengaruhi kesuburan dari tanah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai