Anda di halaman 1dari 6

Menu

Twitter

Facebook

Google

Rss

Linkedin

Dribbble

Pinterest

MUHAMMAD IBNU SOIM

SELAMAT DATANG DI BLOG SAYA (MUHAMMAD IBNU SOIM) BLOG REVERENSI MAKALAH
PERGURUAN TINGGI SE-INDONESIA

Menu

Text to search...

Search

Friday, 4 May 2012

TEORI PENGOLAH INFORMASI DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN (by ibnu soim)

BAB I

PENDAHULUAN

Pengolahan informasi mengandung pengertian tentang bagaimana individu mempersepsi,


mengorganisasi, dan mengingat sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan.
Pengolahan informasi merupakan perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif. Psikologi
kognitif sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur cara berpikirnya orang
(Anderson, 1980). Perbedaan antara teori belajar dan teori pengolahan informasi adalah pada
derajat penekanan pada soal belajar.

Teori pengolahan informasi tidak memperlukan belajar sebagai titik pusat penelitian yang utama.
Belajar itu hanyalah merupakan salah satu proses yang diselidiki dan antara kegiatan belajar dan sub-
sub ranah lain dari psikologi kognitif tetap tidak jelas (Anderson, 1980). Namun, demikian, penelitian
pengolahan informasi memberikan sumbangan atas pengertian proses belajar.
BAB II

PEMBAHASAN

TEORI PENGOLAH INFORMASI DAN APLIKASINYA DALAM PEMBELAJARAN

A. SISTEM MEMORI MANUSIA

Konsepsi lama tentang memori manusia adalah bahwa memori itu semata-mata hanya tempat
penyimpan informasi dalam waktu yang lama. Jadi, memori adalah koleksi potongan-potongan kecil
informasi yang terlepas-lepas dan tidak saling berkaitan. Mulai tahun 1960-an memori manusia
dipandang sebagai suatu struktur yang rumit untuk mengolah dan mengorganisasi semua
pengetahuan (Naisser, 1967).

Memori merupakan suatu organisasi dan bukan merupakan gudang yang pasif, tetapi merupakan
suatu yang aktif memiliki data penginderaan mana yang akan diolahnya, mengubah data menjadi
informasi yang bermakna dan menyimpan informasi itu untuk digunakan di waktu kemudian.
Memori merupakan suatu system yang rumit degnan banyak tahapannya dan saling berinteraksi.

Sebagaian besar model-model yang dikembangkan tahun 1960-an mengajukan tiga struktur memori
yaitu sebagai berikut:

1. Pencatat penginderaan

2. Penyimpanan jangka pendek

3. Penyimpanan jangka panjang.

Model umum system struktur memori seperti disajikan sebagai berikut ini:

Simpanan Jangka Panjang

Data yang sudah diubah atau disandikan menjadi bagian dari system pengetahuan
Data yang hilang dari system

Gambar diadaptasi dari Gredler, Margaret E. Bell (1991)

Gambar diatas, dapat dijelaskan bahwa informasi di oleh dalam tahap-tahap yang berurutan, dan
tiap tahap terjadi dalam struktur tertentu dalam system memori. Pencatatan indera khususnya visual
dan pendengaran, menerima isyarat-isyarat yang luas sekali macamnya dari lingkungan. Beberapa
informasi disimpan sebenatar (0,5 sampai 2,0 detik) saja di dalam pencatat indera. Informasi yang
telah dipilih untuk diolah lebih lanjut masuk ke dalam memori jangka pendek atau memori kerja.

Sedangkan informasi yang tidak diakomodir untuk diolah lebih lanjut selanjutnya akan hilang dari
system. Dalam memori kerja atau memori jangka pendek informasi tersebut selanjutnya disandikan
menjadi wujud yang bermakna dan dikirim ke memori jangka panjang untuk disimpan secara tetap.
Proses penyandian informasi dan pengiriman ke memori jangka panjang merupakan fase inti dari
belajar. Asumsi pokok yang melandasi teori-teori pengolahan informasi adalah bahwa informasi
adalah organizer dan prosesor informasi yang aktif, dan rumit.

B. KOMPONEN BELAJAR

Penerapan teori pengolahan informasi dalam belajar ada tiga tahapan yaitu sebagai berikut:

1. Perhatian ke Stimulus

Pengolahan system informasi dalam memori manusia di awali ketika isyarat fisik diterima pencatat
sensor melalui indera (Visual, audio, maupun kenestetik). Isyarat fisik ini, disimpan sebentar untuk
diolah dalam system memori.

2. Mengkode Stimulus

Apakah stimulus akan diolah sebagai informasi aktif atau akan lebih lanjut atau tidak sampai memori
jangka panjang sebagai memori inaktif, maka diperlukan pengolahan lebih lanjut. Proses inilah yang
disebut dengan pengkodean yaitu mengubah stimulus sehingga dapat disimpan sehingga pada waktu
lain dapat di munculkan kembali dengan mudah.

3. Penyimpanan dan Retrival


Pengkodean dimaksudkan untuk menyimpan informasi guna disimpan dalam memori jangka panjang
untuk dapat diingat sewaktu-waktu diperlukan. Untuk proses ini, sangat bergantung pada bagaimana
informasi itu disimpan dan bagaimana hubungan informasi itu dengan informasi sebelumnya dari
memori jangka panjang.

C. PEMBELAJARAN BERDASARKAN TEORI PENGOLAH INFORMASI

Penerapan teori pengolah informasi dalam pembelajaran berasal dari asumsi bahwa memori
manusia itu suatu system yang aktif, yang menyeleksi, mengorganisasi dan mengubah menjadi sandi
informasi dan keterampilan bagi penyimpannya untuk dipelajari. Para ahli teori kognitif berasumsi
bahwa belajar yang berhasil sangat bergantung pada tindakan belajar daripada hal-hal yang ada
dilingkungan.

Komponen belajar menurut teori pengolah informasi seperti dipaparkan bada bagain awal bahwa
komponen belajar adalah sebagai berikut:

1. Perhatian ditujukan pada stimulus

2. Pengkodean stimulus

3. Penyimpanan dan mendapatkan kembali (retrival).

Atas dasar komponen komponen belajar tersebut selanjutnya hal yang esensial dari pembelajaran
yang dapat dilakukan adalah:

a. Membimbing peserta didik dalam penerimaan stimulus

System memori manusia dapat melakukan proses seleksi atas stimulus-stimulus yang akan
diperhatikannya. Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan berkaitan dengan memberikan
bimbingan perhatian peserta didik terhadap penerimaan stimulus antara lain:

1) Memusatkan perhatian ke stimulus-stimulus tertentu yang dipilih

2) Mengenali secara awal stimulus dengan kode-kode tertentu.

b. Memperlancar Mengkode

Selama belajar, fungsi pengkodean adalah untuk menyiapakn informasi baru untuk disimpan ke
dalam memori jangka panjang. Proses ini, menghendaki transformasi informasi menjadi kode ringan
untuk memudahkan mengingat kembali diwaktu kemudian. Ada dua rancangan yang berbeda yang
dapat memudahkan pengkodean yaitu dengan memberkan pengisyarat, elaborasi, dan cara titian
ingatan (mneumonik) sebagai pembantu untuk menyusun sandi, ancangan ini disebut bantuan
berbasis pembelajaran.

Ancangan yang lain adalah untuk memberikan kesempatan bagi terjadinya elaborasi yang dihasilkan
peserta didik, ancangan ini disebut bantuan berbasis peserta didik. Bantuan berbasis pembelajaran
misalnya penggunaan sinonim untuk kata-kata yang sulit, ihtisar bab, pertanyaan ulangan, dan
akronim untuk belajar asosiasi yang sembarang sifatnya. Teknik yang kurang dikenal yang bisa
memudahkan pengkodean dari buku pelajaran ialah memberikan tanda petunjuk. Tanda-tanda
petunjuk misalnya, judul paragraph, priview, kata-kata petunjuk seperti “ayangnya, “yang penting”
dan seterusnya.
Bantuan yang berbasis peserta didik, pengisarat baik visual maupun verbal yang berasal dari peserta
didik itu sendiri dapat membantunya memperoleh asosiasi yang sembarang saja sifatnyas misalnya
sebuah daftar, metode loci dan sebagainya.

Penerapan khusus pengisarat dari peserta didik disebut metode kata penting atau kata kunci untuk
belajar bahasa asing. Metode katas-kata penting berguna untuk informasi yang kurang inheren
organisasi atau asosiasinya, tetapi elaborasi oleh peserta didik dapat juga memudahkan pengkodean
untuk materi-materi pembelajaran, misalnya menggaris bawahi bacaan dan membuat catatan.

b. Memperlancar penyimpanan dan retrival

Siasat pengkodean penting karena dapat meningkatkan kemampuan mengingat kembali kelak. Irama
bunyi, akronim, sajak, kata-kata pokok, citra visual, semuanya memberikan pengisaratan untuk
maksud retrival bagi peserta didik dalam belajar. Elaborasi berbasis pembelajaran dan elaborasi
basis peserta didik kedua memberikan sumbangan dalam mengingat kembali.

Proses pemunculan kembali apa yang telah disimpan dalam ingatan dianalogikan dengan
mekanisme penelusuran. Norman dan Bobrow (dalam Degeng 1989) Mengemukakan dau tahap
dalam melaksanakan penelusuran. Tahapan pertama adalah untuk menetapkan informasi yang
diinginkan (yang ingin dimunculkan dari dalam ingatan). Tahapan kedua adalah untuk penelusuran
yang sebenarnya, yaitu mencakup tindakan peninjauan kembali struktur ingatan sebenarnya, yaitu
yang mencakup tindakan peninjauan kembali struktur ingatan dan informasi-informasi yang terkati di
dalamnya, sampai informasi yang diinginkan didapatkan.

Asumsi yang dipakai dalam penelusuran informasi dalam ingatan adalah bahwa ingatan terdiri dari
struktur informasi yang terorganisasi dan proses penelusurannya bergerak secra hirarkis, dari
informasi yang paling umum dan inklusif ke informasi yang umum dan rinci, sampai informasi yang
diinginkan diperoleh.

BAB III

KESIMPULAN

Dari pembahasan makalah diatas, maka dapat kami simpulkan bahwa Pengolahan informasi
mengandung pengertian tentang bagaimana individu mempersepsi, mengorganisasi, dan mengingat
sejumlah besar informasi yang diterima individu dari lingkungan. Pengolahan informasi merupakan
perluasan dari bidang kajian ranah psikologi kognitif.

Psikologi kognitif sebagai upaya untuk memahami mekanisme dasar yang mengatur cara berpikirnya
orang (Anderson, 1980). Perbedaan antara teori belajar dan teori pengolahan informasi adalah pada
derajat penekanan pada soal belajar.
DAFTAR PUSTAKA

Anderson, 1980. Cognitive Psychology and Its Implication. San Francisco: W.H. Freeman.

Ausubel, D.P. 1968, Education Psychology: A Cognitive View. New York: Holt, Renehart and Winston.

Karwono, Heni Mularsih,2010. Belajar dan Pembelajaran Serta Pemanfaatan Sumber Belajar.Jakarta:
Cerdas Jaya.

Unknown

Share

1 KOMENTAR:

Ya29 May 2014 at 09:18

Saya mengajukan sebuah pertanyaan

Hak apa yang melandasi lahirnya teori pengolahan informasi

Silahkan di jawab

Reply

‹›

Home

View web version

Populars

Comments

Archive

MUHAMMAD IBNU SOIM © 2013. All Rights Reserved.

Blogger Theme By Safetricks.com Powered by Blogger

Anda mungkin juga menyukai