Do'a

Anda mungkin juga menyukai

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 13

DOA

TUJUAN MATERI
Melalui materi ini, peserta dapat:
1. Memahami makna doa.
2. Berusaha selalu berdoa kepada Allah SWT.

INTISARI MATERI
Pada pembahasan materi ini, kita akan mempelajari dan membahas tentang makna doa,
waktu yang mustajab dikabulkannya doa, manfaat berdoa, adab-adab berdoa, serta kisah-kisah
doa yang dikabulkan.

MODUL
Layaknya sebuah jembatan, doa secara tidak langsung menjadi penghubung antara
manusia dengan Allah SWT. Oleh karena itu, untuk membangun kedekatan antara manusia
dengan Tuhannya, alangkah lebih baiknya bagi manusia untuk bersungguh-sungguh dalam
berdoa. Kualitas kehidupan kita sangat dipengaruhi oleh doa. Doa tidak akan sampai apabila
manusia tidak membangun hubungan yang baik antara dirinya dengan Tuhannya.
Doa tidak hanya berlandaskan prinsip fiqih amaliyah semata. Akan tetapi, doa juga
memiliki kedalaman rohani terhadap nilai nilai ketauhidan dan aqidah islam yang kuat. Doa
merupakan penjabaran tauhid dalam manusia. Hal inilah yang menjadikan kita akhirnya paham
bahwa doa merupakan perkara besar. Doa tidak hanya dipandang dari sudut pandang fiqih, tetapi
juga doa merupakan bagian dari aqidah.

1. Makna Doa
Secara bahasa, kata doa berasal dari bahasa Arab yang terdiri dari dua akar kata.
Pertama berasal dari da‟a yad‟u d‟watan berarti menyeru, memanggil, mengajak, dan
menjamu. Kedua, berasal dari da‟a yad‟u du‟aan atau da‟wa berarti memanggil, mendoa,
dan memohon. Secara istilah, doa dalam pandangan al-Qadhi Iyadh adalah ibadah yang
hakiki karena menunjukkan kepasrahan diri kepada Allah SWT dan berpaling dari selain-
Nya.
Secara keseluruhan, kata doa dalam Al-Qur‟an beserta turunannya terulang
sebanyak 213 kali dalam 55 surah. Hal tersebut menandakan bahwa kata doa merupakan
kata yang populer dan sering digunakan dalam kehidupan bermasyarakat oleh bangsa
Arab. Di dalam Al-Qur‟an, paling tidak ada enam makna doa yang berbeda.
Makna pertama, doa bermakna ibadah. Ketika seseorang berdoa maka dia telah
mengakui kehambaan dirinya di hadapan Tuhannya. Allah berfirman,
“Sesungguhnya berhala-berhala yang kamu seru selain Allah itu adalah makhluk
(yang lemah) yang serupa juga dengan kamu. Maka serulah berhala-berhala itu lalu
biarkanlah mereka memperkenankan permintaanmu, jika kamu memang orang-orang
yang benar.” (al-A’raf: 194)
Ibnu Manzur sebagaimana dikutip oleh Baiquni berpandangan bahwa doa dalam
ayat tersebut adalah ibadah. Allah SWT menentang orang-orang musyrik yang
menyembah selain Allah SWT. Itu karena berhala-berhala yang mereka sembah tidak
dapat memberi manfaat apa pun dan tidak mampu memperkenankan permintaan siapa
pun.
Makna kedua, doa bermakna seruan. Ketika seseorang berdoa maka dia telah
menyeru Tuhannya untuk menyukseskan hajat yang dimilikinya. Allah SWT berfirman,
“Dan jika kamu (hai orang-orang musyrik) menyerunya (berhala) untuk memberi
petunjuk kepadamu, tidaklah berhala-berhala itu dapat memperkenankan seruanmu;
sama saja (hasilnya) buat kamu menyeru mereka ataupun kamu herdiam diri.” (al-A’raf:
193)
Thahir bin Asyur berpandangan bahwa doa pada ayat tersebut adalah seruan yang
ditujukan kepada kaum Muslimin. Seandainya kaum Muslimin mengajak para
penyembah berhala menuju jalan Allah SWT, beriman, serta beramal saleh, dia yakin
bahwa sebagian penyembah berhala enggan mengikuti seruan kaum Muslim, terlepas dari
mengajak ataupun tidak mengajaknya.
Makna ketiga, doa bermakna dakwah. Ketika seseorang berdoa maka dia telah
mengajak kepada kebaikan yang dituju dalam doa. Allah SWT berfirman,
“Nuh berkata, „Ya Tuhanku Sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan
siang, maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari (dari kebenaran). Dan
Sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka (kepada iman) agar Engkau mengampuni
mereka, mereka memasukkan anak jari mereka ke dalam telinganya dan menutupkan
bajunya (kemukanya) dan mereka tetap (mengingkari) dan menyombongkan diri dengan
sangat. Kemudian sesungguhnya aku telah menyeru mereka (kepada iman) dengan cara
terang-terangan.‟” (Nuh: 5-8)
Hamka dalam karyanya, Tafsir al-Azhar, berpandangan bahwa doa pada ayat
tersebut adalah dakwah Nabi Nuh as. Dakwah tersebut dilakukan pada waktu pagi, siang,
malam dengan susah payah dan tidak sedikit pun merasa bosan mengajak kaumnya untuk
kembali ke jalan yang benar. Walaupun respon kaumnya sama sekali tidak mengenakkan.
Bahkan mereka menutup telinga pertanda tidak mau mendengarkan. Mereka juga
menutup mata pertanda tidak mau melihat. Akan tetapi, dakwah yang dilakukan Nabi
Nuh as dilakukan dengan cara terang-terangan.
Makna keempat, doa bermakna istighasah (minta tolong). Ketika seseorang
berdoa maka dia meminta pertolongan kepada yang dituju dalam berdoa. Allah SWT
berfirman,
“Dikatakan (kepada mereka), „Serulah olehmu sekutu-sekutu kamu‟, lalu mereka
menyerunya, maka sekutu-sekutu itu tidak memperkenankan (seruan) mereka, dan
mereka melihat azab. (mereka ketika itu berkeinginan) kiranya mereka dahulu menerima
petunjuk.” (al-Qashash: 64)
Ibnu Katsir dalam karyanya, Tafsir Al-Qur‟an al-Adzim, berpandangan bahwa doa
pada ayat tersebut adalah seruan untuk meminta pertolongan. Dalam arti agar sekutu-
sekutu tersebut dapat menyelesaikan urusan yang dihadapi, layaknya mereka berharap di
kehidupan dunia lalu mereka menyerunya. Namun, mereka enggan memperkenankan
seruan dalam hal petunjuk. Baru setelah mereka melihat azab neraka dengan mata kepala
sendiri, lalu mereka berteriak dan berseru meminta pertolongan. Andaikata mereka
termasuk orang-orang yang menerima petunjuk dikehidupan dunia pastilah seruan
pertolongan mereka akan diperkenankan.
Makna kelima, doa bermakna nida (panggilan). Ketika seseorang berdoa maka dia
memanggil yang dituju dalam berdoa. Kebanyakan orang yang berdoa memakai adatun-
nida (kata panggilan) seperti Allahumma (ya Allah), Ya Allah (wahai Allah), Ya
Rabbi (wahai Tuhanku), dan lain sebagainya. Allah berfirman,
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah berdirinya langit dan bumi
dengan iradat-Nya. kemudian apabila Dia memanggil kamu sekali panggil dari bumi,
seketika itu (juga) kamu keluar (dari kubur).” (ar-Ruum: 25)
Al-Qurtubi dalam tafsirnya, Aljami‟ Liahkamil Qur‟an berpandangan bahwa doa
pada ayat tersebut adalah panggilan. Dalam arti panggilan Tuhan membangkitkan
manusia dari kubur. Layaknya seorang atasan memanggil bawahannya, seketika itu juga
bawahannya harus menjawab panggilan atasannya.
Makna keenam, doa bermakna permohonan. Ketika seseorang yang berdoa maka
dia memohon kepada yang dituju dalam berdoa untuk mengabulkan permohonannya.
Allah SWT berfirman,
“Dan Tuhanmu berfirman, „Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina.‟” (al-Mu’min: 60)
Ibnu Katsir dalam karyanya, Tafsir al-Qur‟an al-Adzim, berpandangan bahwa doa
pada ayat tersebut adalah permohonan. Allah SWT menganjurkan pada para hamba-Nya
untuk senantiasa berdoa kepada-Nya. Hal itu karena Allah SWT menjamin bahwa doa
para hamba-Nya akan dikabulkan.
Sebagaimana dikatakan Sufyan al-Tsauri, “Wahai Dzat yang mencintai hamba
yang banyak memohon kepada-Nya, wahai Dzat yang membenci hamba yang tidak mau
memohon kepada-Nya, tidak ada satu pun yang demikian selain-Mu wahai Tuhanku.”
Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra, dia berkata “Rasulullah saw
bersabda, „Barangsiapa yang tidak berdoa kepada Allah, maka Allah akan murka
kepadanya.‟”
Setelah melihat beberapa istilah mengenai penggunaan makna doa dalam Al-
Qur‟an tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa istilah doa dapat digunakan dalam
berbagai macam pengertian. Sementara itu, perihal penggunaannya dapat disesuaikan
dengan konteks yang ada. Dengan demikian, dapat diketahui perbedaan antara maksud
dan tujuan doa dipanjatkan. Dalam beberapa makna, doa dapat digunakan untuk ibadah,
seruan, dakwah, minta tolong, panggilan, permohonan.

2. Waktu-Waktu yang Mustajab Dikabulkannya Doa


Ketika kita hendak berdoa, walaupun pada dasarnya semua waktu bisa digunakan
untuk berdoa, ada waktu-waktu tertentu atau spesial yang Insya Allah doa kita akan
dikabulkan Allah SWT jika berdoa pada waktu itu.
Di antara waktu-waktu yang mustajab dikabulkannya doa berikut ini.
a. Lailatul Qadar (Malam Kemuliaan)
Diriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Sesungguhnya bulan ini (Ramadhan) telah datang kepadamu, dan di
dalamnya terdapat suatu malam yang lebih baik daripada seribu bulan. Barangsiapa
yang terhalangi darinya maka sungguh ia telah terhalangi dari semua kebaikan, dan
tidaklah terhalangi dari kebaikan kecuali orang yang tidak mendapatkan rezeki.”
(HR Ibnu Majah)

b. Pertengahan malam yang terakhir dan waktu sahur


Waktu pertengahan malam yang terakhir dan waktu sahur adalah waktu yang
sangat spesial untuk berdoa. Banyak hadits Rasulullah saw yang menyebutkan
tentang keutamaan waktu ini. Waktu sepertiga malam terakhir adalah waktu rahmat,
ampunan, dan kasih sayang Allah SWT terlimpah kepada siapa pun yang mau
beribadah dan bemunajat kepada-Nya. Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya Allah menangguhkan, hingga ketika datang sepertiga malam
yang terakhir. Dia turun ke langit dunia kemudian berseru, „Apakah ada orang yang
meminta ampun? Apakah ada orang yang bertaubat? Apakah ada orang yang
meminta? Apakah ada orang yang berdoa?‟ hingga fajar terbit.” (HR Muslim,
Ahmad, Ibnu Abi Syaibah, Abu Ya’la, dan Ibnu Khuzaimah)

c. Di setiap penghujung shalat fardhu


Diriwayatkan Abu Umamah ra, dia berkata, “Seseorang pernah bertanya,
„Wahai Rasulullah, doa yang bagaimana lebih dikabulkan?‟ Rasulullah saw
menjawab, „(Doa) di tengah malam terakhir dan di setiap penghujung shalat
fardhu.‟” (HR at-Tirmidzi dan an-Nasa’i)
d. Waktu di antara adzan dan iqamah
Diriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah saw bersabda,
“Doa tidak tertolak diantara adzan dan iqamah.” (HR Ahmad, Abu Dawud,
at-Tirmidzi, an-Nasa’i, dan Ibnu Hibban)

e. Saat turun hujan


“Ada dua doa yang tidak tertolak, yakni ketika adzan dan ketika turun
hujan.” (HR al-Hakim dan al-Baihaqi)

3. Adab-Adab Berdoa
Berikut ini sepuluh adab saat berdoa seperti yang disebutkan oleh Imam an-
Nawawi dalam kitab al-Adzkar dikutip dari kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Ghazali.
a. Memperhatikan waktu
Dalam minta permohonan atau berdoa, dianjurkan memilih waktu yang
mustajab seperti yang telah disebutkan pada bagian kedua, yaitu tentang waktu-
waktu mustajab terkabul doa.

b. Dalam keadaan yang istimewa


Makna dari keadan istimewa ini yaitu ketika sujud, saat dua pasukan
berhadap-hadapan siap tempur, ketika turun hujan, serta ketika iqamah shalat dan
sesudahnya.

c. Menghadap kiblat, mengadahkan kedua tangan, dan mengusap wajah sesudah berdoa
Hal tersebut akan semakin membuat doa yang dipanjatkan lebih sempurna
secara etika. Selain itu, cara tersebut juga untuk membedakan cara berdoa umat Islam
dengan umat lain.

d. Mengatur volume suara


Maksudnya ketika berdoa alangkah lebih baik jika tidak terlalu keras dan
tidak terlalu rendah, serta mengharap sepenuh hati.
e. Tidak berlebihan menggunakan kata-kata
Artinya ketika berdoa jangan berkata, “Aku telah berdoa, tetapi tidak di
perkenankan Allah SWT”. Berdoa tidak harus dengan kata-kata yang puitis, tetapi
cukup makna doa jelas.

f. Khusyuk, takut, dan tunduk kepada Allah SWT


Tiga sifat ini merupakan cara untuk membuktikan penghambaan diri kita
kepada Allah SWT.

g. Mantap dan yakin


Maksudnya ketika kita berdoa hendaknya yakin bahwa doa yang dipanjatkan
diterima, serta yakin bahwa semua yang diberikan Allah SWT merupakan yang
terbaik buat kita.

h. Istiqamah
Terkabulnya doa sangat misterius. Kadang bisa cepat, kadang kala bisa
lambat. Hal ini untuk menguji seberapa besar usaha manusia dalam mewujudkan
keinginannya. Jika lambat, itu pertanda kita diminta menjadi hamba-Nya yang sabar.
Sebaliknya apabila cepat diijabah, itu pertanda kita diminta bersyukur.

i. Membuka doa dengan dzikir


Akan lebih baik apabila didahului dengan pujian-pujian kepada Allah SWT
serta bershalawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw.

j. Taubat
Ini merupakan hal yang paling penting bahwa merasa diri penuh dosa dan
memohon ampunan kepada-Nya insyaAllah akan semakin mempercepat
terkabulnya doa.
4. Manfaat dan Keutamaan Berdoa
Selain bagian dari inti ibadah, berdoa juga memberikan banyak manfaat untuk
bagi seseorang baik lahir maupun batin. Memanjatkan doa tentunya mampu memperkuat
kepercayaan manusia kepada Allah SWT. Dengan demikian, rasa tenang dan bahagia bisa
didapatkan setelahnya. Berikut ini manfaat dari berdoa.
a. Meraih Rahmat Allah SWT
Berdoa merupakan salah satu langkah untuk mendapatkan rahmat dari Allah
SWT. Namun, jangan lupa, panjatkan doa dengan sikap yang baik dan penuh sopan
santun. Allah berfirman,
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan
janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya
dan Berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan
(akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah Amat dekat kepada orang-orang
yang berbuat baik.” (al-A’raf: 55-56)

b. Mendapatkan Apa yang Diinginkan


Berdoa merupakan sebuah cara terindah untuk menyampaikan isi hati
manusia kepada Sang Pencipta. Bahkan Allah SWT sudah mempersilakan hamba-
Nya agar memohon segalanya kepada Allah SWT melalui cara berdoa.

c. Melancarkan Segala Urusan


Allah SWT adalah sumber pemberi segalanya dalam kehidupan, termasuk
jalan keluar dari berbagai permasalahan. Berdoalah. Allah SWT menjanjikan
kemudahan untuk hamba-Nya yang bersungguh-sungguh. Allah SWT berfirman,
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu” (al-Mu’min:
60)
d. Memberikan Ketenangan
Rasa tenang adalah kemewahan yang sulit untuk didapatkan sekalipun
dengan uang. Namun, Allah SWT adalah pemberi segala rasa nikmat secara lahir dan
batin. Allah SWT berfirman,
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan berdoalah untuk mereka. Sesungguhnya
doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (at-Taubah: 103)

e. Mendapatkan Pengampunan Dosa


Setiap waktu manusia sulit luput dari kesalahan dan dosa. Oleh karena itu,
memohonlah ampun kepada Allah SWT agar dibersihkan dari dosa-dosa. Dalam
hadits qudsi disebutkan Rasulullah saw bersabda,
“Allah SWT berfirman, „Hai anak Adam, sesungguhnya selama kamu berdoa
kepada-Ku dan kamu mengharapkan kepada-Ku, Aku ampuni kamu bagaimanapun
keadaanmu sebelumnya, Aku tidak peduli. Hai anak Adam, sekiranya dosa-dosamu
mencapai awan di langit, kemudian kamu minta ampun kepada-Ku, Aku ampuni
kamu dan Aku tidak peduli. Hai anak Adam, sekiranya kamu mendatangi Aku dengan
membawa kesalahan-kesalahan yang hampir memenuhi bumi, kalau kamu bertemu
Aku nanti dan tidak menyekutukan Aku dengan sesuatu, pasti Aku mendatangi kamu
dengan membawa ampunan yang hampir memenuhi bumi pula.‟” (HR at-
Tirmidzi)”

f. Diangkat Derajatnya oleh Allah SWT


Memiliki derajat yang tinggi di sisi Allah SWT adalah salah satu
keistimewaan yang didambakan banyak orang. Salah satu cara untuk
mendapatkannya adalah dengan berdoa.

g. Menjauhkan dari Kesulitan


Kesulitan, halangan, serta tantangan menjadi bagian dari hidup manusia.
Ketika situasi itu tiba, datanglah kepada Allah SWT dan berdoa dengan sungguh-
sungguh.

h. Mendekatkan Diri pada Allah SWT


Selain sebagai bentuk komunikasi terhadap Allah SWT, berdoa juga
sekaligus mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Allah SWT berfirman,
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka
(jawablah), bahwasanya aku adalah dekat. aku mengabulkan permohonan orang
yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi
(segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu
berada dalam kebenaran.” (al-Baqarah: 186)

5. Kisah-Kisah Orang yang Doanya Dikabulkan


Dalam kitab al-Du‟aa al-Ma‟tsuuraat wa Aadaabuhu wa Maa Yajibu „alaa al-
Daa‟ii Ittibaa‟uhu wa Ijtinaabuhu, Imam Abu Bakr at-Thurthusyi mencatat beberapa
riwayat tentang doa yang dikabulkan. Berikut beberapa riwayatnya untuk dijadikan
pelajaran.
Riwayat pertama menceritakan Sayyidina Uqbah bin Nafi yang sembuh dari
kebutaan setelah diajarkan doa dalam mimpinya. Dia adalah kemenakan Amr bin Ash
dan seorang jenderal yang bertugas sejak era Khalifah Umar bin Khaththab sampai
Daulah Umayyah. Dia lahir di Mekah tahun 1 H dan wafat di Aljazair tahun 63 H.
Berikut ini adalah kisahnya. Diceritakan dari al-Laits bin Sa‟d, dia berkata, “Aku
melihat Uqbah bin Nafi dalam keadaan buta, kemudian aku melihatnya (sudah bisa)
melihat (kembali).” Aku bertanya kepadanya, “Dengan apa Allah SWT mengembalikan
penglihatanmu?” Dia menjawab, “Aku bermimpi dan dikatakan kepadaku, ‘Ucapkanlah
Ya qariib, ya mujiib, ya samii‟ad du‟aa, ya lathiif li maa yasyaa‟u, rudda „alayya
basharii (Wahai Tuhan Yang Maha Dekat, Wahai Yang Maha Mengabulkan, Wahai
Yang Maha Mendengarkan Doa, Wahai Yang Maha Lembut atas apa-apa yang
dikehendaki-Nya, kembalikanlah penglihatanku). Kemudian aku mengucapkan doa
tersebut dan Allah SWT mengembalikan penglihatanku.”
Riwayat kedua menceritakan Imam Abdul Malik bin Habib al-Qurthubi (174-238
H), seorang ulama madzhab Maliki dari Cordova, Andalusia. Ketika itu dia sedang dalam
perjalanan menggunakan perahu dan air laut bergelombang sangat besar.
Diriwayatkan dari Abu Muhammad bin Abu Zaid bahwa Abdul Malik bin Habib,
seorang ahli ilmu dari Andalusia, (pernah) dikabulkan doanya. Ketika itu terjadi ombak
laut yang sangat besar. Kemudian Abdul Malik bin Habib berwudhu dan mengadahkan
kedua tangannya ke langit. Dia berucap, “Ya Allah, azab apa ini yang ditimpakan kepada
kami dan qudrah (kehendak) apa ini? Ya Allah, kiranya Engkau tahu bahwa
sesungguhnya perjalananku ini semata-mata untuk (mengharapkan ridha)-Mu dan untuk
menghidupkan sunnah Rasul-Mu, maka hilangkanlah kesusahan ini dari kami serta
perlihatkanlah rahmat-Mu kepada kami sebagaimana Engkau telah memperlihatkan azab-
Mu.” Kemudian Allah SWT menghilangkan kesusahan mereka seketika itu juga dengan
kemahalembutan-Nya.
Riwayat ketiga menceritakan mimpi Imam Ibnu Khuzaimah tentang Imam Ahmad
bin Hanbal, pendiri madzhab Hanbali. Imam Ibnu Khuzaimah (223-311 H) adalah
seorang ahli hadits dan fiqih dari madzhab Syafi‟i. Dia terkenal dengan kitab kumpulan
haditsnya, Shahiih Ibnu Khuzaimah. Berikut riwayatnya. Diceritakan dari Ibnu
Khuzaimah, dia berkata, “Ketika Ahmad bin Hanbal meninggal, aku sedang berada di
Iskandariah. Aku pun bersedih. Lalu aku melihat Ahmad bin Hanbal dalam mimpi. Dia
berjalan dengan gaya yang menawan. Aku pun bertanya, „Wahai Abu Abdillah, jalan
macam apa ini?‟ Ahmad bin Hanbal menjawab, „Jalannya para pelayan di rumah
keselamatan.‟ Aku bertanya lagi, „Apa yang diperbuat Allah SWT kepadamu?‟ Dia
menjawab, „Allah SWT telah mengampuniku, memahkotaiku, dan memakaikan kepadaku
dua sandal dari emas.‟ Allah SWT berfirman, „Wahai Ahmad, (anugerah-Ku) ini karena
perkataanmu bahwa Al-Qur‟an adalah kalam-Ku.‟ kemudian Allah SWT berfirman lagi,
„Wahai Ahmad, berdoalah kepada-Ku dengan doa yang telah disampaikan Sufyan al-
Tsauri kepadamu.‟ Aku pun berdoa dengan doa-doa tersebut di kehidupan dunia (ketika
aku masih hidup). Aku berdoa, „Yaa rabbi kulli syai‟in, bi qudratika „alaa kulli syai‟in,
ighfir lii kalla syai‟in wa laa tas‟alanii „an syai‟in (Wahai Tuhan segala sesuatu, dengan
kuasa-Mu atas segala sesuatu, ampunilah aku (dari) segala sesuatu (dosa dan kesalahan)
dan jangan Kau tanyakan sesuatu pun kepadaku.‟ Lalu Allah SWT berfirman, „Wahai
Ahmad, surga ini, masuklah kau ke dalamnya, maka aku pun memasukinya.‟”

Tiga riwayat tersebut menunjukkan bahwa doa harus diperankan dalam kehidupan
kita. Hal itu Karena doa tidak hanya sekadar bentuk formal untuk memohon sesuatu
kepada Allah SWT, tetapi juga bentuk pengakuan atas kelemahan kita sebagai manusia
sekaligus pengakuan akan kemahakuasaan Allah SWT sebagai Tuhan semesta alam.
Dengan berdoa, kita bisa merendahkan kesombongan kita. Perlahan-lahan hal itu
akan membangun kesadaran kita bahwa sebaik apa pun usaha manusia, usaha itu akan
bertambah kebaikannya dengan memasrahkan sepenuhnya kepada Allah SWT.

KESIMPULAN
Dari materi Doa dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini.

1. Kualitas kehidupan kita sangat dipengaruhi oleh doa. Doa tidak akan sampai apabila
manusia tidak membangun hubungan yang baik antara dirinya dengan Tuhannya.
2. Doa adalah inti dari ibadah. Karena itu, saat orang beribadah, tetapi tidak diiringi dengan
doa maka ibadahnya tidak sempurna.
3. Doa mustajab memiliki waktu dan tempat tertentu. Setiap hamba dapat berdoa kepada
Allah SWT kapan dan di mana saja, tetapi sangat afdhal (utama) saat akan berdoa
memperhatikan waktu dan tempatnya.
4. Dengan berdoa, seorang hamba bisa merendahkan kesombongan dan perlahan-lahan
mampu membangun kesadaran bahwa sebaik apa pun usaha manusia, usaha itu akan
bertambah kebaikannya dengan memasrahkan sepenuhnya kepada Allah SWT.

EVALUASI
1. Apa makna doa secara bahasa dan istilah?
2. Sebutkanlah tiga waktu yang mustajab terkabulnya doa!
3. Sebutkanlah tiga manfaat dan kegunaan doa!
4. Jelaskanlah salah satu perkara dari adab berdoa!
KOMITMEN
1. Berusaha untuk menjadi pribadi taat dan patuh pada perintah Allah SWT dan menjauhi
larangan-Nya sehingga mustajab doanya.
2. Berusaha untuk menjadi pribadi yang komitmen dalam menjaga adab-adab berdoa.
3. Berusaha untuk menjadi pribadi yang senantiasa berdoa hanya kepada Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai