Bab 2 Revisi Lagi
Bab 2 Revisi Lagi
PEMIKIRAN
2.1.1 Metafora
pembanding.
(2014: 257) memberikan contoh tenor dan wahana seperti pada kata
memiliki struktur utama yan terdiri dari tiga struktur (1) topik yang
dibicarakan, (2) citra atau topik kedua, dan (3) titik kemiripan atau
kesamaan.
2004: 119). Pergeseran makna terjadi akibat adanya sikap dan penilaian
yaitu nilai makna suatu kata danggap rendah atau memiliki konotasi
kamar” dan elevasi atau ameliorasi yaitu makna suatu kata memiliki
nilai atau konotasi lebih dari makna kata sebelumnya, contohnya kata
imajinasi”.
Metafora adalah salah satu dari banyak alat penting yang dapat
Dalam hubungan kiasan, hal ini dapat dicapai dengan memeriksa ciri-
frasa lain pada objek atau konsep lain, misalnya kaki gunung dan kaki
hanya pada konsep, tetapi juga pada aspek-aspek tertentu dari konsep
tersebut dan memiliki tujuan yang lebih estetis, 3) metafora itu sendiri
Apabila hal yang dibatasi oleh metafora merupakan aspek penting dari
pengalaman, metafora itu sendiri dapat mengasumsikan keadaan saat ini
didasarkan pada efek sanksi dan pertimbangan yang masuk akal, serta
kurang atau belum adanya satu kata yang secara mutlak bisa mewakili,
bertentangan dan kurang sesuai menjadi kata yang selaras dan padat
berupa (1) metafora antropomorfis (2) metafora binatang (3) metafora dari
1) Metafora Antropomorfis
mahluk hidup yang lainnya semisal hewan. Metafora jenis ini memiliki
manusia lalu dialihkan ke benda yang tidak bernyawa, tetapi bisa pula
istilah bola mata, gendang telinga, buah dada, atau tali pusar, namun
antropomorfis yang berasal dari cara ini (yaitu dari manusia ke benda
2) Metafora Binatang
binatang. Metafora jenis ini bergerak dalam dua arah utama, sebagian
tumbuhan lidah buaya, kumis kucing, jambu monyet, dan cocor bebek.
membebek, membabi buta dengan awalan me- dalam arti “berbuat atau
menyengat, truk itu menyeruduk mobil dari belakang, dan generasi muda
sinar, cahaya, atau lampu yang termasuk hal konkret tetapi banyak
4) Metafora Sinaestetik
Menurut Leech (dalam Tobing, Mulyani dan Rahayu, 2013: 17) fungsi
diantaranya adalah:
a) Fungsi Informasi
keberanian
b) Fungsi Ekspresif
Fungsi ekpresif adalah penyampaian penggunaan tuturan
c) Fungsi Direktif
d) Fungsi Fatik
2.1.4 Cerpen
Cerita pendek atau cerpen adalah karya sastra berbentuk prosa dengan
struktur alur, tokoh, dan latar, yang lebih sempit daripada novel. Cerita yang
disajikan dalam cerpen terbatas hanya memiliki satu kisah karena bentuknya
merupakan salah satu bentuk karya sastra yang sekaligus disebut fiksi. Edgar
kira-kira berkisar antara setengah sampai dua jam suatu hal yang kiranya
tidak mungkin dilakukan untuk sebuah novel kelebihan cerpen yang khas
menyajikan cerita secara singkat, jelas, dan padat. Sejalan dengan pendapat
Sumarjo dan Saini (dalam Rahman, 2013: 172) ciri hakiki cerpen terletak
pada tujuannya, yaitu untuk memberikan gambaran yang tajam dan jelas,
dalam bentuk tunggal, utuh dan mencapai efek tunggal pula bagi
dan diharuskan memiliki alur cerita yang jelas dan tajam agar mampu
suatu kesan yang hidup dari fragmen kehidupan manusia yang di dalamnya
tidak dituntut terjadinya suatu perubahan nasib dari para pelakunya. Kisahan
diambil dari suatu kehidupan manusia yang terjadi pada suatu kesatuan
waktu.
Secara garis besarnya cerpen dibangun oleh dua unsur yaitu: (1) unsur
luar (ekstrinsik) dan (2) unsur intrinsik. Unsur luar fiksi adalah segala
macam yang berbeda di luar karya fiksi yang ikut mempengaruhi kehadiran
keagamaan, dan tata nilai yang dianut masyarakat. Sedangkan struktur dalam
fiksi adalah unsur yang membentuk fiksi tersebut seperti perwatakan, tema,
plot/alur pusat pengisahan, latar, dan gaya bahasa (Rahman, 2013: 172).
secara faktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra. Jadi, jika
ingin mengetahui lebih banyak tentang unsur yang ada di dalam karya
senada dengan pendapat Esten (2000: 20), bahwa segi (unsur) instrinsik
adalah segi (unsur) yang membangun cipta sastra itu dari dalam.Misalnya,
sastra khususnya cerpen tidak dapat berdiri sendiri tanpa ada yang
menopang di dalamnya.
beberapa unsur instrinsik dalam cerpen, yaitu judul , tokoh, watak dan
tema, latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-
lain. Sejalan dengan pendapat di atas, Esten (2000: 20) menyebutkan unsur
cerpen meliputi: (1) tema, (2) alur /plot, (3) penokohan dan perwatakan,
(4) latar/setting, (5) sudut pandang pengarang/ point of view, (6) gaya, dan
1) Tema
adalah: makna khusus yang mana yang dapat dinyatakan sebagai tema
2) Alur /plot
suatu cerita yang dihadirkan oleh para pelaku dalam suatu cerita.
2008: 159), alur (plot) ialah rangakaian cerita yang dibentuk oleh
cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya
awal cerita secara logika), tetapi mungkin dari tahap tengah atau
157).
tokoh dalam sebuah cerita. Hal ini, memberi penguatan bahwa watak
cerita dan peranan serta fungsinya dalam cerita karena tokoh yang
hidup di dalam cerita tidak akan statis pada satu watak saja. Maka
atau dua figur tokoh protagonis utama, yaitu dibantu oleh tokoh-
4) Latar/Setting
diungkapkan oleh Aziez dan Hasim (2010: 74), istilah ini (setting atau
menjalankan perannya.
Fiksi latar dibedakan dalam tiga macam, yaitu latar tempat, waktu
dimana peristiwa itu terjadi, di desa apa, kota apa, dan sebagainya.
a) Latar Tempat
Latar tempat menyaran pada lokasi terjadinya peristiwa yang
sungguh ada dan terjadi, yaitu di tempat (dan waktu) seperti yang
b) Latar Waktu
berdasarkan acuan waktu yang diketahui yang berasal dari luiar cerita
yang bersangkutan.
c) Latar Sosial
cara berfikir dan bersikap, dan lain-lain yang tergolong latar spiritual
sebuah karya fiksi kepada pembaca. Artinya bahwa sudut pandang cara
pengarang dalam cerita. Dalam hal ini, ada beberapa jenis pusat
“aku” sebagai tokoh utama dan “aku” tambahan atau sebagai saksi,
6) Gaya/Bahasa
membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan benda atau hal
yang lain yang lebih umum. (Tarigan, 2009: 4). Menurut Tarigan
dan koreksio.
anadiplos.
7) Amanat
dan sopan santun pergaulan (A. Teew dalam Ilham 2019: 27)
sastra itu dari luar atau latar belakang dari penciptaan cipta sastra itu.
unsur yang berada di luar karya sastra itu, tetapi secara tidak
mencapai satu atau lebih kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi
dan dijabarkan dalam silabus yang memiliki ruang lingkup paling luas satu
kompetensi dasar yaitu beberapa indicator untuk satu kali pertemun. Sama
untuk satu kali atau beberapa kali pertemuan dan fungsi RPP untuk fungsi
merupakan proses rangkaian situasi belajar (yang terdiri dari ruang kelas,
belajar (Mulyasa, 2007). Selain itu, tujuan dibuat RPP juga untuk
guru. Alokasi
6. Teknis penilaian atau kolom penilaian berisi tes tulis atau tes lisan
data.
(Mardalis, 2004: 41). Sebagai dasar pemikiran dalam penelitian ini maka
masalah yang dibahas. Penelitian ini akan membahas tiga teori yaitu metafora,
cerpen, dan rencana pelaksanaan pebelajaran. pada penelitian ini teori yang
akan menjadi acuan peneliti dalam melakukan penelitian adalah teori Ullman
(2014) untuk metafora, teori Nurgiantoro (2012) untuk cerpen dan teori
Sastra Metafora
Metafora Dalam
Kumpulan Cerpen
Transit Karya Seno Metafora Metafora Metafora Dari Metafora
Gumira Ajidarma Antropomorfis Binatang Konkret Sinaestet
Keabstrak
DAFTAR PUSTAKA
Akbar, Muhammad Rizal. 2016. Metafora Lakoff Dan Johnson Dalam Surat Kabar
Bild. Jurnal UNESA, Volume V Nomor 03.
Allobua, Wanti. Dahlan, Dahri. Wahyuni, Ian. 2022. Metafora Dalam Kumpulan
Cerpen Kenang-Kenangan Seorang Wanita Pemalu Karya W.S. Rendra. Ilmu
budaya. Volume 6 Nomor 2, hal. 426-438.
Aminuddin, 2004. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: Sinar Baru Algensindo
Bandung.
Esten, Mursal. 2000. Kesusastraan Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Gustiansyah, Kasna et all. 2020. Pentingnya Penyusunan RPP untuk Meningkatkan
Keaktifan Siswa dalam Belajar Mengajar di Kelas. Jurnal DAROTUNA, Volume
1 Nomor 02
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
J. Lahay, Srisna. 2022. Metafora Dalam Kajian Linguistik, Sastra,
Dan Terjemahan: Sebuah Pengantar. Dialektika.
Keraf, Gorys. 2010. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lakoff, George. Mark, Johnson. 2003. Metaphors We Live By. London: The University
of Chicago Press, Ltd.
Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya offset.
Nurgiyantoro, Burhan. 2012. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press
Parera, J.D. 2004. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga.
Rahman. 2013. Seluk Beluk Bahasa dan Sastra Indonesia. Surakarta: Romiz Aisy
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sidiq, Umar. Choiri, Miftachul. 2019. Metode Penelitian Kualitatif di Bidang
Pendidikan. Ponorogo:CV Nata Karya
Ullmann, Stephen. 2014. Pengantar Semantik. Tejemahan Sumarsono. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
.