Anda di halaman 1dari 6

PROGRAM FELLOWSHIP

INDONESIA HEALTHCARE FACILITY ACCREDITATION AGENCY

Nama Fellow: dr. Fathurrahman

Nama Studi Kasus:


[M4C6] Meningkatkan Mutu Layanan Kesehatan: Transformasi Puskesmas
Pelambuan dalam Survei Akreditasi LAFKI

Naskah Studi Kasus:


Di sebuah kota kecil, Puskesmas Pelambuan menghadapi tantangan besar dalam
meningkatkan mutu layanan kesehatannya. Puskesmas ini memiliki sejarah panjang
dalam memberikan pelayanan kesehatan primer, tetapi kini berada di bawah
tekanan untuk mencapai standar akreditasi LAFKI. Dengan waktu yang terbatas dan
sumber daya yang terbatas, tim Puskesmas harus merancang strategi yang efektif
untuk memenuhi standar akreditasi.

Kepala Puskesmas, Dr. Ratna, seorang dokter berpengalaman dengan dedikasi tinggi,
menghadapi dilema etis dan manajerial. Dia harus memastikan bahwa semua aspek
layanan kesehatan – dari manajemen sumber daya manusia, fasilitas dan
keselamatan, hingga pelayanan pasien – memenuhi standar yang ditetapkan. Selain
itu, Dr. Ratna juga harus mengatasi resistensi perubahan dari beberapa staf yang
sudah lama bekerja di Puskesmas tersebut.

Ditengah upaya peningkatan mutu ini, sebuah kasus darurat terjadi. Seorang pasien
datang dengan kondisi kritis, tetapi keterbatasan alat dan SDM di Puskesmas
menjadi penghalang dalam penanganan yang optimal. Kejadian ini menjadi titik balik,
memicu Dr. Ratnai dan timnya untuk melakukan introspeksi dan inovasi dalam cara
mereka menyediakan layanan kesehatan.

Dalam proses transformasinya, Puskesmas Pelambuan tidak hanya berfokus pada


pemenuhan standar akreditasi, tetapi juga pada peningkatan substansial dalam
kualitas pelayanan kepada pasien. Mereka memulai inisiatif untuk melibatkan
masyarakat dalam peningkatan layanan kesehatan, mengadakan pelatihan untuk
staf, dan mengoptimalkan penggunaan sumber daya yang ada. Dengan upaya keras
dan kolaborasi tim, Puskesmas Pelambuan berhasil mencapai standar akreditasi dan,
yang lebih penting, meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pasien.

Pertanyaan (masing-masing memerlukan jawaban sekitar 160-250 kata):


1. Bagaimana Puskesmas Pelambuan dapat mengoptimalkan manajemen SDM-nya
untuk memenuhi standar akreditasi sambil menjaga motivasi staf?
2. Dalam situasi terbatasnya sumber daya, strategi apa yang dapat diadopsi
Puskesmas Pelambuan untuk memastikan fasilitas dan keselamatan pasien
terjaga?
3. Menghadapi kasus darurat dengan keterbatasan alat, bagaimana Puskesmas
Pelambuan harus bertindak untuk memenuhi etika profesi dan standar
pelayanan pasien?
PROGRAM FELLOWSHIP
INDONESIA HEALTHCARE FACILITY ACCREDITATION AGENCY

4. Apa peranan masyarakat dalam proses peningkatan mutu layanan kesehatan di


Puskesmas Pelambuan dan bagaimana cara efektif untuk melibatkan mereka?
5. Setelah mencapai akreditasi, langkah-langkah apa yang harus diambil oleh
Puskesmas Pelambuan untuk memastikan peningkatan mutu layanan kesehatan
secara berkelanjutan?

Sitasi:
Wahyudi, A., Nurhikmah, H., Aisyah, S., & Nor, R. J. (2024). Transformation of
Puskesmas Pelambuan: Analysis of LAFKI Accreditation Survey (Case Study). Asian
Journal of Healthcare Analytics, 2(2), 335–372.
https://doi.org/10.55927/ajha.v2i2.7653

Jawaban

1. Untuk mengoptimalkan manajemen SDM di Puskesmas Pelambuan dan


memenuhi standar akreditasi sambil menjaga motivasi staf, beberapa langkah
yang bisa diambil antara lain:Penyusunan Struktur Organisasi yang Jelas:
Pastikan struktur organisasi Puskesmas Pelambuan terdefinisi dengan baik,
termasuk tugas dan tanggung jawab setiap posisi. Hal ini akan membantu
menghindari tumpang tindih tanggung jawab dan memastikan bahwa semua
pekerjaan terkelola dengan efisien.Pelatihan dan Pengembangan: Memberikan
pelatihan dan pengembangan kepada staf untuk meningkatkan keterampilan
dan pengetahuan mereka. Ini dapat dilakukan melalui pelatihan internal
maupun eksternal, serta pengembangan karir yang jelas.Peningkatan
Komunikasi: Memastikan komunikasi yang efektif antara manajemen dan staf
sangat penting. Ini bisa dilakukan melalui rapat rutin, papan pengumuman, atau
bahkan aplikasi pesan instan. Komunikasi yang baik akan membantu mencegah
munculnya kesalahpahaman dan memastikan semua staf merasa terlibat dalam
proses pengambilan keputusan.Penilaian Kinerja dan Umpan Balik: Melakukan
penilaian kinerja secara berkala dan memberikan umpan balik konstruktif
kepada staf. Ini membantu mereka untuk terus berkembang dan memperbaiki
kinerja mereka. Pastikan untuk memberikan pujian dan pengakuan kepada staf
yang bekerja keras, ini dapat meningkatkan motivasi mereka.Fasilitasi
Keseimbangan Kerja dan Kehidupan Pribadi: Membangun budaya kerja yang
mendukung keseimbangan antara kehidupan kerja dan pribadi staf. Ini bisa
dilakukan dengan menawarkan fleksibilitas jam kerja, cuti yang adil, dan
dukungan untuk kesehatan mental.Penghargaan dan Insentif: Memberikan
penghargaan dan insentif kepada staf yang berkinerja baik atau berkontribusi
secara istimewa dalam mencapai tujuan Puskesmas Pelambuan. Ini bisa berupa
bonus, sertifikat penghargaan, atau promosi.("Human Resource Management"
oleh Gary Dessler"Strategic Human Resource Management" oleh Jeffrey A.
Mello"Managing Health Services Organizations and Systems" oleh Beaufort B.
PROGRAM FELLOWSHIP
INDONESIA HEALTHCARE FACILITY ACCREDITATION AGENCY

Longest Jr. dan Kurt DarrPanduan dan peraturan resmi tentang standar
akreditasi pelayanan kesehatan dari lembaga akreditasi atau kementerian
kesehatan setempat) .

Dengan mengikuti langkah-langkah ini dan memanfaatkan referensi yang


relevan, Puskesmas Pelambuan dapat meningkatkan manajemen SDM-nya
untuk memenuhi standar akreditasi sambil menjaga motivasi staf.

2. Dalam situasi terbatasnya sumber daya, Puskesmas Pelambuan dapat mengadopsi


beberapa strategi untuk memastikan fasilitas dan keselamatan pasien tetap
terjaga. Berikut beberapa strategi yang dapat dipertimbangkan:Prioritaskan
Kebutuhan Utama: Identifikasi dan prioritaskan kebutuhan utama pasien dan
fasilitas. Pastikan sumber daya yang tersedia dialokasikan dengan efisien untuk
memenuhi kebutuhan yang paling mendesak, seperti obat-obatan dan peralatan
medis dasar.Pemeliharaan Preventif: Lakukan pemeliharaan preventif secara
teratur untuk memastikan bahwa peralatan medis dan fasilitas berfungsi dengan
baik. Pemeliharaan yang teratur dapat mencegah kegagalan peralatan yang dapat
membahayakan keselamatan pasien.Kolaborasi dengan Pihak Eksternal: Bentuk
kemitraan dengan organisasi atau lembaga lain, seperti badan amal, lembaga
pemerintah setempat, atau organisasi non-pemerintah, untuk mendapatkan
dukungan tambahan dalam hal sumber daya atau layanan kesehatan.Penggunaan
Teknologi yang Efisien: Manfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi
operasional dan pengelolaan sumber daya. Misalnya, sistem manajemen rumah
sakit berbasis komputer dapat membantu dalam pengelolaan stok obat-obatan
dan peralatan medis, serta mempermudah pemantauan pasien.Pelatihan Tenaga
Kesehatan: Berikan pelatihan kepada staf tentang penggunaan sumber daya
dengan bijak dan pemeliharaan peralatan medis. Ini dapat membantu mencegah
pemborosan sumber daya dan mengoptimalkan penggunaannya.Audit dan
Evaluasi Berkelanjutan: Lakukan audit dan evaluasi secara berkala untuk
mengidentifikasi area-area di mana efisiensi dapat ditingkatkan dan sumber daya
dapat dialokasikan dengan lebih baik."Healthcare Operations Management" oleh
Daniel B. McLaughlin dan John R. Olson"Essentials of Health Care Operations
Management" oleh Albert P. Pilnick dan John R. SchneiderPanduan dan pedoman
dari organisasi kesehatan internasional, seperti World Health Organization
(WHO), tentang manajemen fasilitas kesehatan dan pelayanan dengan sumber
daya terbatas.

3. Menghadapi kasus darurat dengan keterbatasan alat di Puskesmas Pelambuan,


penting untuk tetap memprioritaskan etika profesi dan standar pelayanan
pasien. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat diambil:Penilaian Segera:
Lakukan penilaian cepat dan akurat terhadap kondisi pasien untuk menentukan
kebutuhan prioritas dalam penanganan kasus darurat.Prioritaskan Pelayanan:
PROGRAM FELLOWSHIP
INDONESIA HEALTHCARE FACILITY ACCREDITATION AGENCY

Meskipun terdapat keterbatasan alat, pastikan bahwa pelayanan pasien tetap


menjadi prioritas utama. Berikan perawatan sesuai dengan kemampuan dan
sumber daya yang tersedia.Komunikasi dengan Pasien dan Keluarga:
Berkomunikasi secara terbuka dengan pasien dan keluarganya mengenai situasi
keterbatasan alat dan pilihan perawatan yang tersedia. Diskusikan risiko dan
manfaat dari setiap tindakan yang akan diambil.Manfaatkan Sumber Daya yang
Ada: Coba manfaatkan sumber daya yang tersedia secara kreatif untuk
memenuhi kebutuhan pasien. Misalnya, improvisasi dengan menggunakan alat
yang tersedia atau memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan staf medis
untuk memberikan perawatan yang optimal.Rujukan dan Kolaborasi: Jika
memungkinkan, pertimbangkan untuk merujuk pasien ke fasilitas kesehatan
yang lebih lengkap atau berkolaborasi dengan organisasi atau lembaga lain yang
dapat memberikan bantuan tambahan.Catat dan Evaluasi: Catat semua
tindakan yang diambil dan evaluasi proses penanganan kasus darurat tersebut.
Hal ini akan membantu dalam pembelajaran berkelanjutan dan perbaikan sistem
untuk kasus darurat di masa depan.("Medical Ethics: A Very Short Introduction"
oleh Tony Hope"Ethics and Professionalism in Healthcare: Transition and
Challenges" oleh Ranjan Roy, Anupama Roy, dan Naveen C. KumarPedoman dari
organisasi kesehatan internasional, seperti World Medical Association (WMA)
atau American Medical Association (AMA), tentang etika dalam pelayanan medis
darurat.Jurnal akademik yang membahas pengalaman dan strategi dalam
menghadapi kasus darurat dengan sumber daya terbatas.Dengan
mempertimbangkan etika profesi dan standar pelayanan pasien, serta
memanfaatkan referensi yang relevan, Puskesmas Pelambuan dapat bertindak
dengan bijaksana dalam menghadapi kasus darurat meskipun dengan
keterbatasan alat).

Dengan menerapkan strategi ini dan memanfaatkan referensi yang relevan,


Puskesmas Pelambuan dapat memastikan fasilitas dan keselamatan pasien tetap
terjaga meskipun dalam situasi terbatasnya sumber daya.

4. Peran masyarakat sangat penting dalam proses peningkatan mutu


layanan kesehatan di Puskesmas Pelambuan. Masyarakat memiliki
pemahaman yang unik tentang kebutuhan lokal, tantangan, dan harapan terkait
dengan layanan kesehatan. Melibatkan masyarakat secara aktif dapat
membantu memastikan bahwa program-program yang diterapkan relevan,
diterima dengan baik, dan efektif dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan.
Berikut beberapa cara efektif untuk melibatkan masyarakat:Pendidikan dan
Pemberdayaan: Melakukan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang
pentingnya perawatan kesehatan preventif, penggunaan layanan kesehatan
yang tepat, dan peran mereka dalam meningkatkan mutu layanan kesehatan.
Pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan pengetahuan dan keterampilan
PROGRAM FELLOWSHIP
INDONESIA HEALTHCARE FACILITY ACCREDITATION AGENCY

juga dapat membantu mereka menjadi mitra dalam proses perbaikan mutu
layanan.Partisipasi dalam Pengambilan Keputusan: Libatkan masyarakat dalam
pengambilan keputusan terkait perencanaan, implementasi, dan evaluasi
program-program kesehatan di Puskesmas Pelambuan. Ini dapat dilakukan
melalui forum-forum partisipatif, kelompok diskusi, atau komite kesehatan
masyarakat.Pengumpulan Masukan dan Umpan Balik: Berikan kesempatan
kepada masyarakat untuk memberikan masukan dan umpan balik tentang
pengalaman mereka dengan layanan kesehatan di Puskesmas Pelambuan. Ini
dapat dilakukan melalui survei kepuasan pasien, pertemuan terbuka, atau kotak
saran di fasilitas kesehatan.Kolaborasi dengan Organisasi Masyarakat: Bangun
kemitraan dengan organisasi masyarakat, seperti lembaga swadaya masyarakat
(LSM), kelompok keagamaan, atau lembaga adat setempat, untuk meningkatkan
akses dan penggunaan layanan kesehatan, serta memperkuat upaya
peningkatan mutu.Advokasi Kesehatan Masyarakat: Dukung upaya advokasi
kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan aksesibilitas,
kualitas, dan penerimaan layanan kesehatan di Puskesmas Pelambuan.
Melibatkan masyarakat dalam kampanye advokasi dapat memperkuat dukungan
masyarakat dan memengaruhi kebijakan yang mendukung peningkatan mutu
layanan kesehatan.("Community Participation in Health: The Politics of Primary
Care in Costa Rica" oleh Alaka Malwade Basu"Community Health Advocacy" oleh
Meredith MinklerPanduan dari World Health Organization (WHO) atau Centers
for Disease Control and Prevention (CDC) tentang partisipasi masyarakat dalam
perbaikan mutu layanan kesehatan.Jurnal akademik yang membahas strategi
dan hasil dari melibatkan masyarakat dalam peningkatan mutu layanan
kesehatan).

Dengan memanfaatkan referensi ini dan mengimplementasikan cara-cara efektif


untuk melibatkan masyarakat, Puskesmas Pelambuan dapat meningkatkan mutu
layanan kesehatan dan memperkuat hubungan dengan masyarakat lokal.
5. Setelah mencapai akreditasi, Puskesmas Pelambuan perlu mengambil langkah-
langkah tertentu untuk memastikan peningkatan mutu layanan kesehatan
secara berkelanjutan. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil:

1) Pemeliharaan Kepatuhan: Terus memelihara dan meningkatkan tingkat


kepatuhan terhadap standar dan prosedur yang ditetapkan dalam proses
akreditasi. Ini termasuk melakukan evaluasi rutin terhadap proses kerja,
memperbarui kebijakan dan prosedur, serta memberikan pelatihan kepada staf.
2) Pengembangan Sumber Daya Manusia: Melakukan investasi dalam
pengembangan sumber daya manusia dengan memberikan pelatihan dan
pengembangan secara berkelanjutan kepada staf. Dengan meningkatkan
keterampilan dan pengetahuan staf, Puskesmas dapat terus meningkatkan mutu
layanan kesehatan.
PROGRAM FELLOWSHIP
INDONESIA HEALTHCARE FACILITY ACCREDITATION AGENCY

3) Pengukuran Kinerja dan Umpan Balik: Terus melakukan pengukuran kinerja dan
menerima umpan balik dari pasien dan staf. Ini dapat dilakukan melalui survei
kepuasan pasien, tinjauan kinerja staf, dan evaluasi proses kerja. Pengukuran
kinerja yang terus-menerus akan membantu mengidentifikasi area di mana
perbaikan diperlukan.
4) Peningkatan Berkelanjutan: Menggunakan data yang diperoleh dari pengukuran
kinerja untuk mengidentifikasi peluang peningkatan berkelanjutan. Ini dapat
mencakup pengoptimalan proses kerja, perbaikan sistem informasi manajemen,
atau peningkatan penggunaan teknologi dalam memberikan layanan kesehatan.
5) Kemitraan dan Kolaborasi: Membangun kemitraan dan kolaborasi dengan
organisasi kesehatan lainnya, baik di tingkat lokal maupun nasional, untuk
pertukaran pengetahuan dan praktik terbaik dalam meningkatkan mutu layanan
kesehatan. Ini dapat meliputi partisipasi dalam jaringan kesehatan, pertukaran
staf, atau program penelitian bersama.
6) Pengembangan Kebudayaan Mutu: Membangun budaya organisasi yang
menekankan pada kesadaran mutu dan perbaikan berkelanjutan. Ini melibatkan
pembentukan komitmen dari seluruh staf untuk terus meningkatkan mutu
layanan kesehatan dan menciptakan lingkungan kerja yang mendukung inovasi
dan perbaikan.("Total Quality Management in Healthcare" oleh Larry E.
Fast"Quality Management in Healthcare: Principles and Methods" oleh Donald
Berwick.Panduan dan pedoman dari lembaga akreditasi pelayanan kesehatan
lokal atau nasional, seperti Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) di
Indonesia.Laporan penelitian dan artikel jurnal tentang praktik terbaik dalam
peningkatan mutu layanan kesehatan di berbagai konteks).

Dengan memanfaatkan referensi ini dan mengimplementasikan langkah-langkah


yang disebutkan di atas, Puskesmas Pelambuan dapat memastikan peningkatan
mutu layanan kesehatan secara berkelanjutan dan memberikan pelayanan yang
berkualitas kepada masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai