Anda di halaman 1dari 4

BUKUJAWABANTUGASMATAKULIAH

TUGAS 1

NamaMahasiswa :Ni gusti ayu kade tata anindya purwatama

Nomor IndukMahasiswa/NIM : 050312703

Kode/NamaMataKuliah : HKUM4403/Ilmu Perundang-Undangan

Kode/NamaUTDaerah :78/Mataram

MasaUjian :2023/2024Genap(2024.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI


UNIVERSITASTERBUKA
Jawaban

1. A. Sejalan dengan teorinya, dalam Pasal 1 angka 2 UU


15/2019 menjelaskan definisi peraturan perundang-undangan adalah
peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang mengikat secara umum
dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara atau pejabat yang
berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-
undangan.

UU 12/2011 kemudian juga memberikan contoh yang termasuk dalam peraturan


perundang-undangan mulai dari UUD 1945 hingga peraturan daerah
kabupaten/kota serta peraturan perundang-undangan lainnya.

Di sisi lain, berdasarkan Pasal 1 angka 9 UU 5/1986 mendefinisikan Keputusan


Tata Usaha Negara (“KTUN”) adalah penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh
badan atau pejabat TUN yang berisi tindakan hukum TUN yang berdasarkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang bersifat konkret, individual,
dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang atau badan hukum
perdata.

Lebih lanjut, Pasal 2 UU 9/2004 mengecualikan beberapa keputusan berikut


sebagai KTUN:

a. KTUN yang merupakan perbuatan hukum perdata;


b. KTUN yang merupakan pengaturan yang bersifat umum;
c. KTUN yang masih memerlukan persetujuan;
d. KTUN yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan KUHP dan KUHAP atau
peraturan perundang-undangan lain yang bersifat hukum pidana;
e. KTUN yang dikeluarkan atas dasar hasil pemeriksaan badan peradilan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
f. KTUN mengenai tata usaha TNI;
g. Keputusan KPU baik di pusat maupun di daerah mengenai hasil pemilihan
umum.

Akan tetapi, hal yang menjadi catatan bahwa hukum positif tidak menjelaskan
secara detail apakah putusan pengadilan termasuk dalam konteks keputusan
atau tidak. UU 5/1986 hanya berfokus menegaskan bahwa keputusan yang diatur
dalam UU ini adalah hanya dalam ranah eksekutif, padahal secara teori putusan
pengadilan juga dapat dimasukkan ke dalam kategori keputusan karena sifatnya
individual (hanya para pihak bersengketa), konkret (hanya satu peristiwa hukum
saja), dan sekali selesai (hanya untuk satu perkara).

Selain perbedaan di atas, terdapat satu perbedaan tambahan yaitu konsekuensi


pengujian peraturannya berbeda. Peraturan perundang-undangan diuji langsung
kepada Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi, sedangkan KTUN diuji
terlebih dahulu kepada PTUN.
B. Menteri Dalam Negeri (Mendagri) mengeluarkan surat keputusan (SK)
nomor 131.75-3846 Tahun 2020 untuk memberhentikan sementara Darwis
Moridu dari jabatannya sebagai Bupati Boalemo. SK tersebut didasari oleh
pertimbangan surat registrasi perkara dari Pengadilan Negeri Gorontalo dan
Surat Gubernur Gorontalo yang berisi pemberitahuan. Dalam SK tersebut,
Mendagri memutuskan untuk memberhentikan sementara Bupati Boalemo
hingga proses hukum yang bersangkutan selesai dan memiliki kekuatan
hukum tetap. Wakil Bupati Boalemo, Anas Jusuf, ditunjuk sebagai pelaksana
tugas Bupati Boalemo. SK ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan berlaku
surut sejak 7 September 2020.
Dalam hal ini, produk hukum yang dikeluarkan oleh Mendagri adalah surat
keputusan (SK) yang merupakan perintah tertulis yang mengikat secara
langsung. SK tersebut memberikan dasar hukum bagi pemberhentian
sementara Bupati Boalemo berdasarkan pertimbangan hukum dan fakta yang
ada. Selain itu, penunjukan Wakil Bupati sebagai pelaksana tugas Bupati
Boalemo juga merupakan bagian dari produk hukum tersebut.
1. Menurut Hon Roza, tujuan raperda tersebut adalah mencegah dan
memberantas praktik perzinaan dan pelacuran di Kota Padang dan
mewujudkan kehidupan masyarakat yang agamais serta Pancasilais. Selain itu,
raperda juga bertujuan melindungi masyarakat akibat perzinaan dan
pelacuran, menjaga kesakralan lembaga pernikahan, dan meningkatkan
partisipasi serta sinergi komponen masyarakat dalam pemberantasan
perzinaan dan pelacuran.
2. Menurut Bagir Manan (Indrati S.,dkk,2021:1.6) berikut ini merupakan
gambaran umum terkait pengertian ilmu perundang-undangan:
1.Merupakan keputusan tertulis yang bersifat mengikat umum dan berisi
aturan tingkah laku yang dikeluarkan oleh pejabat atau lingkungan jabatan
yang berwenang.
2.Merupakan aturan-aturan tingkah laku yang didalamnya terdapat
ketentuan-ketentuan mengenai hak, kewajiban, fungsi, status, atau tatanan.
3.Merupakan peraturan yang tidak mengatur atau tidak ditujukan pada objek,
peristiwa atau gejala konkret tertentu, hal tersebut merupakan ciri-ciri umum-
abstrak atau abstrak. Jenis dan hierarki peraturan perundang-undangan di
Indonesia sebagaimana disebutkan dalam Pasal 7 Ayat (1) UU No.12 Tahun
2011 tentang Pembentukan Perundang-Undangan, adalah sebagai berikut:
a.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;
b.Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;
c.Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
d.Peraturan Pemerintah;
e.Peraturan Presiden;
f.Peraturan Daerah Provinsi; dan
g.Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.
Dan Pasal 8 Ayat (1) dan (2) undang-undang tersebut berbunyi sebagai
berikut:
1)Jenis Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan
Daerah, Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa
Keuangan, Komisi Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga, atau
komisi yang setingkat yang dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah
atas perintah Undang-Undang, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi,
Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota,
Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat.
2)Peraturan Perundang-undangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diakui
keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum mengikat sepanjang
diperintahkan oleh Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi atau
dibentuk berdasarkan kewenangan. Materi muatan setiap peraturan yang
disebutkan di atas berbeda-beda. Semakin ke bawah suatu peraturan maka
materi muatan peraturan masing-masing makin mengerucut. Undang-undang
berisi hal-hal yang mengatur lebih lanjut terhadap ketentuan dalam UUD
1945, selain itu materi undang-undang bisa juga berupa perintah dari undang-
undang lain. Materi muatan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
(Perpu) sama dengan materi muatan undang-undang. Materi muatan
Peraturan Pemerintah (PP) berisi materi untuk menjalankan undang-undang
sebagaimana mestinya. Materi muatan Peraturan Presiden (Perpres) berisi
materi yang diperintahkan oleh undang-undang atau materi untuk
melaksanakan peraturan pemerintah. Sedangkan materi muatan Peraturan
Daerah (Perda) adalah seluruh materi muatan dalam rangka penyelenggaraan
otonomi daerah dan tugas pembatuan, dan menampung kondisi khusus
daerah serta penjabaran lebih lanjut peraturan Perundang-undangan yang
lebih tinggi (Indrati S.,dkk, 2021 : 1.34)
Akan tetapi, jika kita melihat jenis dan hierarki peraturan perundang-
undangan sebagaimana disebutkan di atas, Peraturan Desa tidak termasuk di
dalamnya. H. Abdul Latief kemudian mengemukakan bahwa Peraturan Daerah
meliputi:
1. Peraturan Daerah Provinsi dibuat oleh Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Provinsi bersama dengan Kepala Daerah (Gubernur);
2. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota dibuat oleh Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah Kabupaten/Kota bersama Bupati/Walikota; dan
3. Peraturan Desa/Peraturan yang setingkat, dibuat oleh Badan
Perwakilan Desa atau nama lainnya bersama dengan Kepala Desa
atau nama lainnya. (Indrati S.,dkk,2021:1.35

Anda mungkin juga menyukai