Anda di halaman 1dari 18

UJIAN PRAKTEK LAPORAN HASIL LITERASI

DI SUSUN OLEH :

Nama : Sabit Albanan


Kelas : XII MIPA 1
NISN : 0052053435

DINAS PENDIDIKAN PROVINSI BANTEN


SMAN 5 KOTA SERANG
JL. AYIP USMAN NO. 26
PEMERINTAH PROVINSI BANTEN
DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SMA NEGERI 5 KOTA SERANG
JL. Ayip Usman No. 26 Kaligandu Kota Serang – Banten , Kop : 42161

LEMBAR PENGESAHAN
UJIAN PRAKTEK BAHASA INDONESIA

1. Judul Laut Atapupu


2. Identitas Penulis
a. Nama Lengkap Sabit Albanan
b. NISN 0052053435
c. Kelas/ Program XII MIPA 1
d. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia
3. Sekolah SMAN 5 KOTA SERANG
4. Tujuan Untuk melengkapi tugas ujian praktek pelajaran bahasan indonesia

Serang, Febuari 2024

Mengetahui Penulis
Dra. Juariah Sabit Albanan
NIP. 196605071997022001 NISN. 0052053435

______________ ______________

Drs. Anwar Sanusi, M.Pd.


NIP. 196510121994121001

__________________

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, karena berkat rahmat-
Nya, saya bisa menyusun dan menyajikan laporan hasil literasi Bahasa Indonesia dengan buku
yang berjudul “LAUT ATAPUPU”. Disini saya juga berterimakasih kepada :
1. Orang tua yang selalu memberikan dukungan, do’a, serta mengerahkan uang yang tak
terhingga demi kelancaran sekolah Penulis.
2. Bapak Samsul Muarif sebagai Kepala Sekolah SMAN 5 Kota Serang yang telah
memberikan dan menyediakan sarana prasarana di sekolah sehingga sangat membantu
dalam proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Bapak Anwar Sanusi selaku pembimbing dan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia yang
telah bersedia berbagi ilmu dan membimbing proses penyusunan karya tulis ilmiah.
4. Ibu Dra. Juariah sebagai wali kelas XII MIPA 1 yang telah memberikan motivasi untuk
semangat beribadah, belajar, berusaha, serta semangat dalam menggapai mimpi.
Adapun laporan ini disusun berdasarkan hasil kegiatan loterasi dan data-data yang diperoleh
selama membaca. Penulis menyadari dalam penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan,
untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun untuk dapat menyempurnakan laporan
ini.

Serang, Febuari 2024

Sabit Albanan

iii
Daftar Isi

Bab 1 Pendahuluan ..........................................................................


1.1 Latar Belakang ..........................................................................
1.2 Tujuan .......................................................................................
1.3 Manfaat......................................................................................
Bab 2 Identitas Buku .......................................................................
Bab 3 Struktur buku/ cerita .............................................................
Bab 4 Sinopsis Buku........................................................................
Bab 5 Ringkasan Isi buku/ cerita .....................................................
Bab 6 Pendapat Pembaca tentang isi buku/ cerita ...........................
Bab 7 Penutup..................................................................................
7.1 Kesimpulan................................................................................
7.2 Saran ..........................................................................................

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut KTSP 2006 (Depdiknas, 2006: 317), secara mendasar Bahasa Indonesia
merupakan pelajaran yang diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik yang
berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis,
serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan Indonesia. Karena itu, standar
kompetensi yang terdapat dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia harus dikuasai oleh peserta
didik, karena standar kompetensi merupakan persyaratan tentang kriteria yang dipersyaratkan,
ditetapkan dan disepakati bersama dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan dan
sikap bagi peserta didik.
Literasi adalah kemampuan seseorang dalam mengolah dan memahami informasi saat
melakukan proses membaca dan menulis. Dalam perkembangannya, definisi literasi selalu
berevolusi sesuai dengan tantangan zaman. Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan
membaca dan menulis. Saat ini, istilah Literasi sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih
luas. Dan sudah merambah pada praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan
politik.
Definisi baru dari literasi menunjukkan paradigma baru dalam upaya memaknai literasi
dan pembelajaran nya. Kini ungkapan literasi memiliki banyak variasi, seperti Literasi media,
literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, dan lain sebagainya. Hakikat ber-literasi
secara kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba: memahami, melibati,
menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Kesemuanya merujuk pada
kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan Ujian Praktek Bahasa Indonesia ialah :
1. Mengukur kemampuan siswa dalam menerapkan keterampilan membaca, menulis,
mendengarkan, dan berbicara secara praktis dalam konteks kehidupan sehari-hari.
2. Menambah pemahaman siswa terhadap berbagai jenis teks, kemampuan berkomunikasi, serta
penerapan keterampilan bahasa Indonesia dalam situasi nyata.
3. Membantu pembentukan dan melatih siswa-siswi untuk mandiri, berpikir kritis, kreatif,
inovatif, dan kompetitif.
4. Membantu mengidentifikasi area pengembangan dan memberikan umpan balik yang
konstruktif untuk peningkatan literasi siswa.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat Ujian Praktek Bahasa Indonesia ialah :
1. Pemahaman Mendalam: Melalui ujian praktek, pembaca dapat mendapatkan pemahaman
yang lebih mendalam tentang plot, karakter, dan tema dalam novel, serta bagaimana elemen-
elemen ini saling berinteraksi.
2. Analisis Karakter: Peserta ujian dapat mengembangkan kemampuan menganalisis karakter
dalam novel, memahami motivasi, konflik, dan perkembangan karakter sepanjang cerita.
3. Menjadikan pribadi yang gemar membaca dengan memiliki etika dan sikap dalam
pengaplikasian hal positif setelah membaca buku.

v
BAB II
IDENTITAS BUKU

Judul Buku : LAUT ATAPUPU


Nama Pengarang : Arikho Ginshu
Nama Penerbit : Metamind
Tahun Terbit : 2015
Jumlah Halaman : 250 Halaman
ISBN : 978-602-72097-3-2.

vi
BAB III
STRUKTUR ISI BUKU

PROFIL BUKU
Bab 1: Gula-Gula Kelapa Atambua
Bab 2 : Mimpi Yang Sederhana
Bab 3 : Sepasang Anak Kesayangan
Bab 4 : Daun lamtoro Tak Berteman
Bab 5 : Sekolah Laut
Bab 6 : Janji Laut Atapupu
Bab 7 : Layang-Layang Terakhir
Bab 8 : Dia Tumbuh Menjadi seorang gadis di dili
Bab 9 : Timor Timur Dalam kenangan
Bab 10 : Tangis Terakhir di Perbatasan Mota Ain
Bab 11 : Seperti Inikah Akhirnya
Bab 12 : Bapak guru dari Atapupu
Bab 13 : Seminggu Yang Sangat Melelahkan
Bab 14 : Bernadetta Nenobaaf
Bab 15 : Tanah Air ,Tanah Kelahiran
Bab 15 : Tanah Air ,Tanah Kelahiran
Bab 16: Tentang Penulis

vii
BAB IV
SINOPSIS BUKU

Mempertaruhkan Tanah Lorosae ke atas meja perundingan dalam pandanganku seperti sedang
bermain-main dan mencoba melintasi tepi jurang yang sangat curam. Bila berhasil menjaga
keseimbangan badan, kita akan selamat melewatinya. Namun, bila tidak awas dan kehilangan
keseimbangan sedikit saja, tubuh kita akan tergelincir dan terhempas ke dasar jurang yang
dalam. Hari itu pun tiba. 4 September 1999, hampir 80% rakyat Timor Timur memilih untuk
rnelepaskan diri dari Republik Indonesia. Aku terpisah dari Ade. anak perempuanku. Aku
bermaksud membawanya pulang ke Atambua. Namun, aku harus menyelesaikan urusanku dulu,
tuntutan pelanggaran yang kurasa tidak pernah kulakukan. Ade, Ayah sangat merindukanmu
bersiap-siaplah untuk kembali ke Atambua. Kita akan segera kembali ke sana.

viii
BAB V
RINGKASAN ISI BUKU

Bab 1 : Gula-Gula kelapa Atambu

Ayah ….! Ayah …! Bertenanglah,dokter akan segea tiba.” Aku menjerit wntah untuk yang
keberapa kalinya. Aku masih tetap membopongnya, tak satupun ranjang tersisa, bahkan sehelai
terpal untuk sekedar untuk membaringkannya”.
Benda kecil berwarna warni. Dipisahkan satu persatu sesuai warna kertas minyak
pembungkusnya, lalu diletakkan pada serbet putih bermotif kotak- kotak yang ia gelar
didepannya, sebelum akhirnya ia memasukannya kedalam sebuah stoples plastik berwarna keruh
kekunigan didepannya.
Suster itu merapihkan kembali peralatan medisnya, berlalu ke tikar pandan dan mengambil
stoples itu dari sana.
“Kesempatan datang kapan saja tak terduga memang sudah datang pada waktunya yang akan
bertemu, yang harus berpisah ya harus berpisah juga toh. Semua sudah ada jalannya sendiri-
sendiri, yang pentign niatnya saja, siapa tau mereka berdua kelak berojodoh, kita kan menunggu
waktunya saja.
Seperti yang ku duga hanya butuh waktu beberapa detik, mereka bertiga tertawa. Aku dan ibu
Guru hanya bisa tersenyum malu-malu.
“Mat, apakah kau sudah memikirkan dimana kita akan mengadakan pesta pernikahan mu
nantinya?” Suara martin tiba- tiba mengagetkanku, kembali mereka bertiga tertawa.
Bab 2 : Mimpi Yang Sederhana
“Mat, ibu guru itu boleh jadi milikmu sendiri tapi kalo anak-anak murid nya tidak apa-apa to?
Kalo milik kita bersama?” Jack, temanku yang berasal dari Makassar itu mulai menggodaku lagi
pagi ini”.
Kami akan bantu kamu dan martin untuk memperbaiki meja dan kursi-kursi sekolah itu,
“Temanku yang lain menimpali.
“Maaf, bapak, saya tidak mengerti perkataan bapa barusan.apa para orang tua murid lain tidak
suka dengan cara ibu guru mengajar anak-anak?” Martin mungkin sama bingungnya denganku.
Ingin rasanya aku menangis mendengarnya betapa orang-orang disini memiliki mimpi yang
besar untuk bisa hidup lebih baik dari sekarang mereka ingin anak-anak meraka dapat hidup
lebih baik nantinya, lebih pintar, dan mendapat kesempatan belajar seperti anak-anak lainnya
yang tinggal diperkantoran besar.
Aku bahagia, bahagia melihat mata mereka berbinar malu-malu disana sesaat setelah mencicipi
rasanya menjadi anak sekolah yang memakai baju seragam lengkap.
Bab 3 : Sepasang Anak Kesayangan
Hari sabtu pertama dibulan mei, tepatnya setahun setelah pertemuan kami yang pertama aku
menikahi ibu Guru Maryana.

ix
Hidup sungguh memang tidak bisa di tebak. Bahkan, dalam anganpun tak pernah terpikirkan
olehku akan menikah dan membina rumah tangga ditempat ini. Namun, itulah yang terjadi,
sesuatu yang tak pernah dipikirkan meski dalam hati.
“Kamu tahu mat, aku masih amat ingat beberapa tahun yang lalu saat kami akan menikah kedua
orang tua Eva telah lama menyetujui hubungan kami. Sudah dua kali kita megunjungi mereka di
Dili saat kami belum menikah.
Pada dasarnya tidak ada orangtua yang tidak senang bila ada anaknya bahagia, Mat, meskipun
pada awalnya sedikit kecewa akhirnya mengerti juga. Sebenarnya, aku sendiri tak keberatan
harus pindah ke Dili.
Anugrah, seperti itulah kami menerima pemberian Tuhan itu. Tujuh bulan setelah kabar baik itu
datang, Zio kini benar-benar memiliki adik perempuan. Ya, seorang adik perempuan.
Sedikit-sedikit kebiasaan kami mulai berubah. Zio kini lebih betah dirumah. Sebab, ada adik
yang sudah mulai diajak bercanda dan tertawa.
Seperti memiliki sepasang anak untuk aku dan kak Antoni, begitu juga dengan bunda dan kak
Eva. Orang- orang yang tidak begitu kenal dengan kami bahkan tak percaya bila ternyata
masing-masing kami hanya memiliki seorang anak saja dan mereka tak dapat membedakan yang
mana anakku dan yang mana anak kak Antoni.
Bab 4 : Daun Lamtoro Tak Berteman
“Zio ,cepat mandi dan pakai baju seragam. Ade sudah siap-siap sejak tadi , Nak. Sepertinya adek
ingin cepat cepat sampai sekolah hari ini.”Pagi ini mamah membangunkan ku lebih cepat dari
biasanya.”
Ajo teman sekelasku sejak kelas satu. Kami selalu duduk bersebelahan. Ajo anak yang rajin
meski tidak pernah juara kelas. Tapi menurutku Ajo cukup pintar. Dia juga selalu rajin
mengerjakan pekerjaan rumah yang di berikan bunda Guru.
Aku tertawa melihatnya. Ajo memang kadang-kadang suka bertingkah lucu. Dia punya adik tiga
dan salah satu adiknya telah duduk dikelas dua sekolah kami sekarang.
Ada beberapa teman kami yang berasal dari atapupu. Mereka harus menempuh perjalanan yang
sangat jauh untuk dapat mencicipi bangku sekolah di Atambua, perjalanan lebih dari satu jam
penuh yang cukup melelahkan. Tapi,mereka selalu semangat untuk datang belajar. Setiap hari
pulang balik kesini hanya untuk bersekolah, Sebab di atapupu tidak ada sekolah.
Dulu kami selalu menerbangkan layang- layang sendiri sendiri. Kami akan bergantian
memeganginya setelah salah satu layang- layang terbang cukup tinggi dan benangnya bisa
diletakkan sesaat dengan diganjal batu atau kayu yang cukup berat.
Setelah hari itu kami tak lagi menerbangkan dua layang- layang, cukup hanya sibiru saja.
Bab 5 : Sekolah Laut
Benarkah kita akan pergi ke laut,Bunda? ” tanya Ade . Entah telah berapa kali ia mengulanginya.
“Iya ,kita akan pergi ke pantai,sayang. ”Suara Bunda masih terdengar sama meski Ade telah
menanyakan hal itu berkali kali sejak tadi pagi.
Aku dan Ade duduk di tikar sambil menggulung benang yang baru saja di beli bapa dari took
dekat pasar. Aku menggulungnya ke sebuah kaleng bekas susu supaya bias di pegang dengan
mudah saat bermain layang-layang.

x
Aku memegang tangan Ade,lalu kami berlari menyusuri bibir pantai yang cantik itu. Kami
tertawa saat ombak datang dan membasahi tubuh kami.
Kalian tidak boleh main air dulu, Nak.Ini panas sekali.”Ayah berkata sambil berbaring di pasir.
Tapi ”kalau main di air jadi tidak kepanasan, Ayah,” jawabku.
“Tapi, kalian bisa pilek nanti. ”Mama berkata sambil melihat kita berdua.
“kita akan pergi memanah ikan,”kataku dengan cepat, mengingat kembali Ajo dan adik adiknya
yang sering pergi ke laut.
Ade cemberut dan diam. Dia tidak mungkin memanah ikan. Mama dan Bunda melarangnya
turun dari perahu saat kami main di tempat Ajo beberapa waktu yang lalu.
“Zio, sejak adikmu masuk sekolah, kalian jadi sering main di laut to,” kata Ajo, kami berdua
sedang membeli gula di warung dekat rumahnya.Tidak dekat juga, jalannya lewat bebrapa
rumahyang jarang jarang, panas sekali.
Jendral Mathias dan Jendral Antoni akan mengajak kami bermain perang perangan dan pramuka
pramukaan. Kami juga suka bermain laying laying dan sesekali memanah ikan di laut, laut yang
biru, laut kami.
Bab 6 : Janji Laut Atapupu
“Bapa, bisakah kita pergi melihat kuda lagi di lapangan jauh?”Ade bertanya pada bapa yang
sejak tadi tiduran di teras rumah kami.
“iya, kita akan pergi besok kalau hari belum terlalu sore, ya?” kata Bapa menjawab.
“kuda? Apa bapa pernah pergi lihat kuda di sana?” tanyaku penasaran.
“iya, Bapa sama adikmu pernah kelapangan jauh,” jawab Bapa.
Keesokan harinya aku baru tahu,ternyata naik kuda tidaklah mudah seperti yang selama ini
kubayangkan. Pertama tama aku di suru Bapa Arnold membawa manna, kuda berwarna coklat
kemerahan itu, berkeliling itu lapangan. Aku berjalan bersebelahan dengan mana sambil
memegang talinya dan sesekali mengelus badannya.
Bahkan, saat kami tiba dirumah Ajo saja, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari biasanya.
Tante Nansy dan teman temannya sudah berkumpul disana. Namun,mereka sedang memasak
saat kami tiba.
“Zio,mari dating kesini,kita duduk dan cerita saja,” Ajo berteriak sambil melambaikan
tangannya.
Aku datang dan duduk disampingnya, di bawah pohon cemara besar dekat pantai.
Inilah hari yang akan selalu kuingat sepanjang hidupku, hari di mana aku sangat bersedih
sekaligus sangat bahagia. Sebab,kelak akan nada yang menungguku pulang, pulang ke tanah di
mana aku telah di lahirkan dan di besarkan.
Bab 7 : Layang – Layang Terakhir
“Kenapa Ade tidak jadi guru saja seperti Bunda?” tanyaku saat Ade dan Zio sedang bermain
beberapa waktu lalu di lapangan dekat asrama. Saat itu aku sedang menemani keduanya bermain
di sana.

xi
“Ade biar jadi suster saja seperti mamah, Ade mau bantu banyak orang sakit,Ayah” jawabnya
sambil melihat ke arahku yang sedang berbaring persis di sebelahnya.
Aku menghampirinya dan mencoba untuk melihat apa yang sedang di tunjukannya. Ahhh, kecil
sekali, bahkan hanya berupa titik merah yang sangat kecil di ketinggian.
“Ayah lihat?” tanyanya sambil melihat ke arahku.
“iya,” jawabku sambil tersenyum padanya.
“itu pasti layang layang merah milik kakak Zi.
“Aku selalu membagikan kepada anak anak yang menyelesaikankan PR-nya dengan rapih dan
benar,” katanya padaku.
“Tidakkah sesekali anak anak juga ingin mencicipi gula gula yang lain?” tanyaku sore itu.
“Tidak, biarkan anak anak senang dengan apa yang dihasilkan ditananh Indonesia, biarkan
mereka mencintai negerinya seperti apa adanya,” jawabnya sambil tersenyum.
Bab 8 : Dia Tumbuh Menjadi Seorang Gadis Di Dili
Setahun setelah kami perpindahan kami ke Dili, aku melihat banyak kemajuan pada Ade, ia
sudah mulai terlihat gembira.
Tidak ada jawaban. Sepertinya putriku telah menyimpan beberapa kenangan yang menyedihkan
di rumah itu. Entah mengapa aku tiba tiba saja merasa menyesal telah menanyakan hal itu
padanya. Dili,pukul empat sore.
“Ini tentu saja sebuah hari besar untu kita,jadi kita akan merayakan nanti,”kataku pada Ade.
Ade hanya tersenyum sambil merapikan kembali bebrapa kemejaku yang berantakan di atas
tempat tidur. Aku mencoba satu persatu.Beberapa di antaranya telah lama tak terpakai sebab di
Dili aku tidak terlalu sering menghadiri acara acara pesta seperti saat Buda masih ada.
“Karena Atambua adalah tanah kelahiran Ade, disanalah kita telah menitipkan Bunda dan adik,
jadi Ade akan kembali lagi kesana.”
“Lalu, bagaimana dengan Dili, pekerjaan, apakah yang disini tak menyenangkan?” tanyaku
penasaran. Hari minngu yang cerah, Eldo dan kedua orang tuanya datang berkunjung kerumah
kami. Keduanya masih terlihat muda. Sepertinya Eldo mirip sekali dengan ayahnya, perawakan
dan wajahnya, hanya senyum nya yang mrip seperti ibunya.
“Iya, mungkin sekitar empat tahun sebelum ayah datang, bapa dan mamamu telah tinggal di
sana.Sampaikan salam ayah padanya kalau kalian bertemu lagi besok, Nak,” kataku sambil
tersenyum.
Bab 9 : Timor Timur Dalam Kenangan
Perang. Pernahkah terlintas kata kata seperti itu di benak masyarakat awam setelah puluhan
tahun negeri kita tercinta ini merdeka? Bahkan, aku yang mengabdikan diri sebagai seorang
tentara saja tidak sekalipun memikirkannya hanya sesaat.
Pagi itu, duduk kami bersama Eldo dan orang tuanya di rumah mereka.Aku bermaksud untuk
menitipkan Ade sementara disana. Sebab, meninggalkannya sendiri di rumah kami bukanlah
pilihan yang tepat, mengingat selama ini memang aku tidak pernah meninggalkannya sendiri
untuk waktu yang cukup lama.

xii
Beberapa waktu yang lalu kami memang telah membicarakan hubungan anta Eldo dan
Ade.keluarga yang membicarakan hubungan antara Eldo dan Ade. Keluarga Eldo berniat untuk
segera melamar Ade menjadi menantu mereka, tetapi berada kesibukan di kantor dan tugas dinas
diluar kota membuat pembicaraan kami sedikit tersendat dan harus di tunda dulu sepertinya.
Seorang teman pernah bercerita padaku tentang keluarga Eldo, mereka termasuk orang yang
terpandang di kota Dili. Secara garis besar keluarga ayahnya adalah pembisnis yang sukses di
sini. Ayah Eldo seorang kontraktor yang memegang sebuah perusahaan yang besar, sedangkan
ibunya aktif di bidang social.
Informasi yang kudapat di kantor, beberapa rumah di sekitar tempat tinggal Eldo telah di rusak
beberapa hari yang lalu.
Namun, rumah kami juga sepi. Tak ada tanda-tanda kalau ada orang yang baru saja pulang atau
tinggal bersama beberapa hari di kantor.
Seperti itu juga yang harus kurasakan setelah belasan kali aku kembali ke rumah Eldo dan
melihat bajuku yang ku gantungkan pada pegangan pintu. Aku ingin tahu apakah baju itu
terjatuh atau hilang dari sana karena Ade atau Eldo dan keluarganya telah menemukan dan
mengambilnya.
Kami meninggalkan kota Dili yang dulunya cantik itu dengan keadaan yang sangat
mengenaskan. Banyak bangunan yang rusak parah dan terbakar di sana, menyisakan kesedihan
yang mendalam , seperti sebuah luka yang meninggalkan bekas perut yang tak akan pernah akan
hilang. Begitulah perpisahan itu menyisakan banyak duka untuk mengalaminya.
Bab 10 : Tangisan Terakhir Di Perbatasan Mota Ain
Aku harus tetap memelihara harapan. Sekecil apapun, aku harus tetap memilikinya, tekadku
salama dalam perjalanan dari Dili menuju Atambua. Lepas tengah hari saat kami melewati Mota
Ain, sepi, karna lepas orang orang telah di tempatkan di pengungsian.
Secercah harapan mulai tumbuh di dalam hatiku. Pengungsian, mungkin di sanalah putriku itu
berada, menungguku pulang dan segera memelukku saat aku tiba.
Aku terlalu senang saat membaca siapa pengirimnya hingga aku memeluk ahmad telah
menyimpannya dengan baik selama berminggu minggu.
“Saya tidak akan mengatakan apa apa yang tidak ingin di dengarnya. Akan saya katakana kalau
bapak sednang dinas di Jakarta dan belum bisa datang. Setelah kembali, Bapak akan segera
menjemputnya pulang,” katanya sambil menatap wajahku.
Entah mengapa perpisahan ini rasanya sulit sekali untuk kami,nahkan jauh lebih sulit sekali
untuk kami dan saat pertama kalinya aku meninggalkan Ade ke Mota Ain beberapa bulan lalu.
Haruskah aku membawa putriku pulang? Tetapi, kemana aku akan membawanya, sementara saat
ini statusku saja sangat tidak jelas. Bahkan, besar kemungkinan aku akan di jebloskan kedalam
penjara.Dalam waktu yang tidak lama lagi bila ternyata tuduhan pelanggaran itu terbukti ku
lakukan, meski aku tak pernah merasa melakukannya.
“Jangan menangis, melihat satu orang anak yang sedang menangis itu sangat membuatku susah,
apalagi harus ditambah satu lagi,” Kataku sambil melepas pelukanku.
“Kami akan baik baik saja om. Saya akan menjaanya dengan baik,” Katanya sambil menyeka air
mata dipipinya.

xiii
Membayang dalam pikiranku. Mungkin Ade dan Eldo juga. Namun, saat saat terakhir sebelum
berpisah, tak ada lagi air mata yang jatuh karna terlalu banyak kami menangis selama ini.
Bab 11 : Seperti Inikah Akhirnya?
Telah lepas tengah hari saat aku kembali pulang ke Atambua. Jalanan rusak dan angat berdebu,
ditambah panas matahari yang sangat terik siang ini.
“Entahlah, Ahmad, kami telah membicarakan pernikahan mereka sebelum saya berangkat ke
Mota Ain. Eldo pemuda yang baik, begitu juga keluarganya,” kataku sambil menarik napas
panjang.
Sepanjang perjalnan aku membayangkan banyak sekali yang masih saya akan kulakukan setelah
kebali ke Atambua nanti.Aku harus segera menyelesaikan semua masalah yang sedang kuhadapi
saat ini. Bagaimanapun, Ade telah lama menungguku untuk kembali, dan aku harus cepat cepat
kembali dan membawa nya kembali. Putriku itu telah sangat banyak sangat banyak menderita
selama ini, dan sudah waktunya dia bahagia serta segera menikah dengan Eldo.
Hari ini adalah siding putusan untuk masalah yang seang kuhadapi. Aku sangat gugup, meski
telah berusaha keras untuk tenang. Keringat terus mengalir di pungguku, aku dapat
merasakannya.
Aku menangis mengingat senua mimpi dan harapan yang telah kupelihara selama berpuluh
tahun, bagai mana perasaan Ade bila mengetahui bahwa ayahnya tidak pernah menjalani masa
pension dari pekerjaannya dari seorang tentara? Pekerjaan yang sangat ku banggakan dan
kucintai selama hidupku.
Ahmad dan seluruh pasuan yang kupimpin selama bertugas di Dili telah dipindahtugaskan ke
beberapa daerah dijawa sehari sebelum putusan pemecatanku dibacakan. Selama beberapa pekan
ini tak satupun surat datang dari Dili. Ahmad selalu menanyakan nya pada petugas jaga
diperbatasan Mota Ain, tetapi belum pernah sekalipun Ade mengirim surat kesana.
Lalu, bagaimana akan pergi menemui Ade? Aku menangis dan duduk sepanjang malam
dimakanm bunda, tempat dimana tak seorang pun akan mendengar dan melihat tangisanku.
Aku sungguh tak dapat menahan tangisku di sepanjang upacara pemakaman. Sebab, tak
sekalipun menyangka semua yang terjadi sekarang, masih terasa seperti sebuah mimpi untukku.
Bab 12 : Bapak Guru Dari Atapupu
Kembali disaat yang tidak tepat, seperti itulah kira kira ungkapan yang pas untukku saat ini. Aku
duduk sendiri di makam Ayah dan Bunda, mengingat kembali apa yang baru saja terjadi
kemarin.
Lonceng sekolah yang berbentuk sperti sepotong pipa besi itu telah sagat menarik perhatianku
sejak Ayah dan Bapa mengajakku datang ke sekolah untuk membetulkan atap sekolah yang
bocor. Saat itu masa liburan sekolah, dan minggu depannya aku sudah akan duduk dikelas satu
SD itu.
Rumah itu masih tetap sama, tetapi orang-orang yang tinggal disana telah berbeda sekarang.
Keluarga yang tetap sederhana, tetapi dengan cara berfikir yang lebih maju hingga anak-anaknya
diberangkatkan sekolah keluar kota, tak satupun adik-adik Ajo tinggal dirumah.
Mota Ain ternyata tidaklah sesepi yang kubayangkan selama ini, banyak orang yang datang
kesini dan saling bertemu. Mereka datang dari wilayah Timor Leste dan dari wilayah Indonesia.

xiv
“Adikku tidak aka menderita lagi sejak kau membawanya kembali nanti. Aku pastikan itu. Sudah
cukup penderitaan dan kesedihan yang dirasakannya selama ini,” kataku kembali.
“Nama saya Eldo, kita akan bertemu lagi disini minggu depan, kak. Saya akan berjanji aka
membawa Adeke sini.”
“Saya tunggu kalian disini, Eldo” kataku padanya.
“Saya pasti kembali, kak. Saya memang sangat mencintai Ade, tetapi saya juga sangat ingin dia
bahagia,” katanya sesaat sebelum keluar dan meninggalkanku sendirian diruangan yang sempit
ini.
Bab 13 : Seminggu Yang Sangat Melelahkan
Aku tidak bisa memejamkan mata meski telah lewat tengah malam, ntah apa yang kurasakan
sekarang di dalam hatiku. Seperti mimpi bila rasanya aku kembali mengingat apa yang terjadi
tadi siang.
Hari cepatlah pagi agar aku dapat segera kembali ke Atambua. Aku akan mendatangi makam
ayah dan bunda untuk mengatakan bahwa aku akan segera menemukan Ade, adik perempuan ku.
“Bila laki laki itu tidak membawanya datang minggu depan,sepertinya kita akan pergi ke Dilidan
membawa pulang sendiri nanti, supaya laki laki itu tahu kalu Ade punya kakak- kakak yang
galak juga di sini”katanya dengan wajah yang sungguh sungguh.
“Mama harus tahu, Zio sudah menemukan adiknya,” Ajo hingga bercerita hingga habis tak
terputus. Semua yang ku ceritakan lengkap di ceritakannya kembali pada Tante Nansy dan Om
Ardo.
Yang terbaiklah yang terjadi, Nak. Meskipun dia tidak mau pulang ke sini, bukanlah kita sangat
bersyukur bila minggu depan dapat bertemu kembali dengannya?” Kata Tante Nansy sambil
tersenyum.
“Mama tidak harus menunggunya tiap hari di sini to. Zio ada di sini juga setiap hari,” kataku
sambil tersenyum.
Bapa membukanya dan memegangnya dengan kedua tangan nya, sedikit di depan mama agar
mereka bisa membacanya bersama-sama. Aku hanya diam dan melihat mereka berdua di sana.
Tidak ada suara yang mereka keluarkan, hanya air mata mereka yang berjatuhan seperti anak
sungai yang menuruni pipi.
Bab 14 : Bernadetta Nenobaaf
Namaku Bernadetta, dan aku hidup dengan bahagia, ya selalu bahagia. Hidup telah memberiku
keberuntungan, keberuntungan yang tidak di miliki semua orang. Aku memiliki seorang Mama,
seorang Bunda seorang Bapa, seorang Ayah, dan seorang kakak laki-laki.
Berpisah dengan kakak, Bapa, dan Mama, bukankah itu sangat menakutkan? Bahkan,hanya
untuk di bayangkan, itu bukanlah yang menyenangkan.
Sejak hari itu aku telah sering menangis. Hingga akhirnya aku bertemu dengan seseorang
biarawati yang berasal dari Atambua, dia pasien yang ku rawat selama dua bulan ku bekerja.
Padanya aku selalu bercerita tentang ayah, hingga saat gereja memutuskan mengembalikannya
ke Atambua, aku menitipkan sepucuk surat untuk ayah.
“iya sejak hari ini kamu harus istirahat dan makan lebih banyak lagi. Kalau kamu masih terus
sakit, bagaimana nanti kita akan menempuh perjalanan sejauh itu minggu depan?” Katanya
kembali.
xv
Lalu , aku mulai memiliki mimpi lagi. Selama beberapa hari ini aku telah membayangkan hari
yang sangat membahagiakan di Mota Ain, hari dimana aku akan bertemu ayah kembali.
Bab 15 : Tanah Air, Tanah Kelahiran
“Aku telah sangat mengkwatirkan kondisimu, Zio. ”Deo duduk di sampingku dan
membawakanku secangkir kopi di tangannya.
Aku menerimanya sambil tersenyum. Hari masih gelap dan kami berdua telah terjaga.
Sesaat setelah tiba, kita akan di tawarkan makanan pembuka dengan rasa tidak karuan seperti
kekawatiran, cemas bahkan sedikit kelelahan selama mencari kerabat atau keluarga yang akan di
temui. Lalu, sesaat setelah bertemu, menu utamanya adalah rasa bahagia, senyum, pelukan, dan
tawa yang di rindukan selama perpisahan.Lalu, beberapa jam kemudian, menu penutupnya
berupa pelukan perpisahan yang erat , tangis, haru, dan rasa nyeri di dalam hati saat akan
berpisah kembali.
“Iya, setelah bertahun tahun, kesinilah kita kembali, ke Atambua, tanah kelahiran, tempat dimana
kita di besarkan. Bahkan, Laut Atapupu ini telah melahirkan guru seperti kalian disini, tempat
dimana orang memilih untuk ke laut dari pada disekolah.
“Dan untukmu Ade, satu satunya sodara perempuan kami, selamat datang kembali keruamah.
“ Ayah, bunda, tenanglah disana, karna kami aka menjaganya dengan baik,” kata kak Zio dan
mereka bertiga memelukku disini, dilaut yang biru, laut kami.

xvi
BAB VI
PENDAPAT ISI BUKU
6.1 Kelebihan buku :
Buku yang unik, terdapat kisah-kisah untuk menyampaikan pesan mulia, penulis berhasil
mengemas ide-idenya melalui karya sastra. Kata-katanya tidak begitu indah, namun makna dan
pesan-pesannya yang penuh dengan mutiara. Jika dibaca hanyak pada bagian awal, pembaca
akan merasa bosan karena diksinya yang kurang menarik. Tapi, jika melewati bagian pertama
sudah dapat dipastikan, pembaca akan ketagihan dan tidak akan berhenti membacanya, karena
setiap akhir cerita selalu disajikan beberapa peristiwa yang membuat penasaran.
Kisah-kisah yang disajikan dalam novel ini mampu menyentuh hati setiap pembaca.
Bukan hanya perasaan senang saja yang akan berkelebat di hati sanubari, tapi perasaan bangga
dan kagum bercampur haru akan menjadi hiasan setiap adegan-adegan yang disajikan oleh
penulis. Kisah dalam novel ini juga menceritakan para tokohnya yang terpisah beberapa tahun
lamanya, tapi mereka sadar untuk kembali ke tempat mereka masing-masing terlahir dan besar.
Untuk apa? Bersatu dan hidup kembali bersama mereka yang tertinggal untuk lebih maju.
Selamat membaca dan memajukan daerah kelahiran kita masing-masing.
6.2 Kelemahan buku :
Cover pada novel ini kurang sesuai dengan isi cerita. Seharusnya, cover pada novel ini ada
beberapa orang lagi yang menggambarkan bapak zio atau bias juga gambar gambar Ade, zio, dan
temannya yang ada dilaut.

xvii
BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan
Adanya Ujian Praktek literasi buku ini, saya dapat mengambil kesimpulan bahwa kegiatan
ini sangat bermanfaat bagi seluruh siswa-siswi. Di samping kegiatan membaca, kita juga bisa
belajar membuat laporan hasil literasi yang telah kita lakukan, sehingga kita dapat mengetahui isi
buku, pesan dalam buku, kelebihan dan kelemahan dalam buku, serta menambah wawasan
pengetahuan dari buku yang telah kita baca. literasi novel ini dapat mencakup evaluasi
pemahaman terhadap unsur-unsur novel, analisis karakter, serta kemampuan menyampaikan
pesan dan tema dalam karya tersebut.
Di novel laut atapupu ini menapaktilasi perjuangan sosok prajurit ketika bertugas pada saat
referendum Timor Timur terjadi. Sebuah pengabdian yang tak hanya mengorbankan cinta dan
keluarga, tetapi nyawa menjadi taruhannya.
7.2 Saran
1. Saran kepada Sekolah, Literasi merupakan kegiatan penting yang harus dilakukan siswa
untuk meningkatkan kemampuan membaca, menulis serta bicara individu. Maka dari itu
penulis menyarankan kepada sekolah untuk membuat lebih banyak kegiatan yang
mengandung literasi untuk para siswa dan siswinya.
2. Saran kepada guru, Terlihatnya siswa dan siswi yang memiliki minat rendah terhadap
literasi maka penulis menyarankan para guru untuk mengemas kegiatan literasi lebih
menarik dan menyenangkan untuk dilaksanakan giat meningkatkan minat literasi para
siswa dan siswinya.
3. Saran untuk siswa, kemampuan literasi merupakan salah satu aspek penting untuk
meningkatkan Soft Skill terutama di bidang bahasa serta meningkatkan pemikiran yang
kritis sehingga penulis menyarankan para siswa untuk melaksanakan kegiatan Literasi
Digital dengan sungguh-sungguh dan dimulai dari kegiatan yang ia sukai.

xviii

Anda mungkin juga menyukai