Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mineral merupakan penyusun penyusun dari sebuah batuan, dengan
katalain batuan itu sendiri tersusun dari berbagai macam mineral, akan tetapi
ada juga batuan yang tersusun dari satu mineral batu kapur, yaitu
penyusunnya hanya CaCO3 Dalam sebuah gunung api terdapat aktifitas
magma didalamnya, dimana aktifitas magma tersebut dapat terbentuk batuan,
dimana saat magma yang mengalami penurunan suhu dan membeku menjadi
batuan, selain didalam gunung api, saat terjadi intrusif secara eksplosif mapun
efusi magma dapat keluar menuju permukaan dan membeku diluar
permukaan menjadi batuan. Selain magma yang berada didalam gunung api,
magma yang berada dibawahnya atau dibagian kerak bumi juga dapat
menjadi batuan, yang dimana batuan adalah benda alam yang menjadi
penyusun utama bumi ini. Magma yang membeku dapat menjadi batuan beku
dan kemudian terlapukan lalu tertransportkan dan mengalami pengendapan,
pengendapan hasill lapukan batuan beku ini dapat menjadi batuan sedimen.

Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk di permukaan bumi pada


kondisi temperatur dan tekanan yang rendah. Batuan ini berasal dari batuan
yang lebih dahulu terbentuk, yang mengalami pelapukan, erosi, dan kemudian
lapukannya diangkut oleh air, udara, atau es, yang selanjutnya diendapkan
dan berakumulasi di dalam cekungan pengendapan, membentuk sedimen.
Material-material sedimen itu kemudian terkompaksi, mengeras, mengalami
litifikasi, dan terbentuklah batuan sedimen

Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari material atau


bahan-bahan yang dihasilkan oleh suatu lelehan atau erupsi gunungapi
sehingga batuannya sering pula disebut batuan vulkanik (ditinjau dari
genesanya). Piroklastik adalah batuan yang dihasilkan dari proses litifikasi
bahan-bahan yang dihembuskan dari pusat vulkanik selama masa erupsi yang
memiliki sifat eksplosif. Dimana nantinya bahan-bahan tersebut akan jatuh ke
permukaan bumi yang kemudian akan mengalami litifikasi baik itu sebelum
di transport maupun hasil dari reworking. Menurut Williams, Turner dan
Guillbert pada tahun 1954, batuan ini merupakan batuan yang tersusun atas
fragmen-fragmen hasil dari erupsi vulkanik.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari praktikum ini, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan batuan Piroklastik?
2. Bagaimana proses terbentuknya batuan Piroklastik ?
3. Apa saja mineal pembentuk batuan Piroklastik ?
4. Apa saja sifat fisik batuan Piroklastik ?
5. Bagaimana cara paengklasifikasian batuan Piroklastik?

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dari praktikum ini adalah untuk menambah ilmu dan
untuk mengetahui serta mengidentifikasi batuan sedimen piroklastik. Dan
tujuan dari pratikum acara ini yaitu :
1. Untuk mengetahui apa itu batuan Piroklastik
2. Untuk mengetahui proses pembentukan batuan Piroklastik
3. Untuk mengetahui mineral pembentuk batuan piroklastik
4. Untuk mengetahui sifat fisik batuan piroklastik
5. Untuk mengetahui cara pengklasifikasian batuan Piroklastik
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Batuan Piroklastik


Batuan piroklastik adalah batuan vulkanik klastik yang dihasilkan oleh
serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunungapi. Material
penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan/terkonsolidasikan sebelum
mengalami transportasi (reworked) oleh air atau es (Williams, 1982). Pada
kenyataannya batuan hasil kegiatan gunung api dapat berupa aliran lava
sebagaimana diklasifikasikan dalam batuan beku atau berupa produk
ledakan/eksplorasi dari material yang bersifat padat, cair, ataupun gas yang
terdapat dalam perut gunung.
Aliran piroklastik adalah salah satu hasil letusan gunung berapi yang
bergerak dengan cepat dan terdiri dari gas panas, abu vulkanik, dan bebatuan
(diketahui sebagai tefra). Aliran ini dapat bergerak dari gunung berapi dengan
kecepatan 700 km/h. Gas dapat mencapai temperatur di atas 1000 derajat
Celsius. Mineral penyusun batuan piroklastik hampir sama dengan mineral
pembentuk batuan beku. Hal ini disebabkan karena zat yang terkandung
dalam mineral penyusunnya sama, yaitu tersusun dari magma ( baca : Proses
Terjadinya Magma). Untuk membedakannya maka dapat dilihat dari bentuk
butirannya, pada batuan beku butirannya merupakan campuran dari beberapa
butir sedangkan pada batuan piroklastik butirannya merupakan gabungan dari
butiran.
Pembentukan (genesa) batuan piroklastik akan selalu dimulai dari aliran
lava. Umumnya aliran lava yang terjadi adalah lava basaltik dengan
penyebaran luas ataupun bentuk lidah. Ada 2 mekanisme pengendapan bahan
piroklastik yaitu Fall Deposits dan Flow Deposits. Fall deposits merupakan
endapan piroklastik yang terbentuk oleh jatuhan material halus yang terbawa
oleh angin. Sedangkan flow deposits dengan media pengangkut berupa air
dimana terjadi percampuran dari segala macam ukuran butiran.

2.2 Proses Terbentuknya Piroklastik


Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari material atau bahan-
bahan yang dihasilkan oleh suatu lelehan atau erupsi gunungapi sehingga
batuannya sering pula disebut batuan vulkanik (ditinjau dari genesanya)
Pembentukan (genesa) batuan piroklastik akan selalu dimulai dari aliran lava.
Umumnya aliran lava yang terjadi adalah lava basaltik dengan penyebaran
luas ataupun bentuk lidah. Tekstur piroklastik akan selalu memperlihatkan
bentuk permukaan batuannya seperti ini:
 Halus
 Berkerut seperti bentuk tali yang disebut dengan pahoehoe lava atau ropy
lava
 Kasar, berbentuk blok-blok dengan tepi yang tajam, disebut dengan blok
lava atau aa lava
Aliran dari aa lava biasanya berbentuk tebal dan dingin, kecepatan aliran
sekitar 5 sampai 50 m/jam. Blok lava ini terjadi karena bagian luar lava
yang relatif cepat membeku, tetapi di dalamnya relatif masih cair dan terus
mengalir.
Akibat aliran lava di bagian dalam ini akan menyebabkan bagian luar yang
sudah membeku terpengaruh oleh aliran ini sehingga mengalami retakan
dan membentuk blok-blok. Selain pada permukaannya juga terbentuk
lubang-lubang bekas keluarnya gas.
Partikel-partikel yang berukuran sangat halus disebut debu vulkanik
(volcanic ash). Material ini terbentuk bila lava banyak mengandung
banyak gas di dalamnya. Bila debu volkanik yang panas ini jatuh di
permukaan bumi, akan membentuk welded tuff.
Partikel yang berukuran seperti kacang disebut lapilli, sedang partikel atau
material piroklastik yang berukuran lebih besar dari lapilli disebut block
bila dikeluarkan dari gunung api dalam keadaan padat, bentuknya
meruncing, Sedang bila dikeluarkan dalam keadaan setengah padat
bentuknya relatif membundar disebut bomb. Ada 2 mekanisme
pengendapan bahan piroklastik yaitu Fall Deposits dan Flow Deposits. Fall
deposits merupakan endapan piroklastik yang terbentuk oleh jatuhan
material halus yang terbawa oleh angin. Sedangkan flow deposits dengan
media pengangkut berupa air dimana terjadi percampuran dari segala
macam ukuran butiran.

2.2.1 Mineral Pembentuk Batuan Piroklastik


1. Mineral Sialis
Kuarsa (SiO2) yang hanya ditemukan pada batuan gunungapi yang
kaya akan kandungan atau bersifat asam (riolit-dasitik).
Feldspar merupakan mineral penyusun penting di dalam batuan
gunungapi, terdiri dari K-Feldspar atau alkali feldspar yaitu ; ortoklas,
mikroklin, sanidin, adularia dan anortoklas. Serta Na-Ca-Feldspar atau
lebih dikenal dengan plagioklas.
Perlu diketahui bahwa tidak semua kelompok mineral feldspar
ditemukan pada batuan ini, karena ada mineral-mineral yang hanya
terjadi pada kondisi temperatur tinggi. Feldspatoid merupakan kelompok
mineral yang terjadi jika kondisi larutan magma dalam keadaan tidak atau
kurang jenuh akan kandungan silika, sehingga terbentuk feldspar yang
miskin akan silika seperti: leusit, nefelin, sodalit, nosean, hauin dan
kankrinit.

2. Mineral Ferromagnesia
Adalah Kelompok mineral yang kaya akan kandungan ikatan Fe-Mg
silikat dan kadang-kadang disusul dengan Ca-silikat. Mineral-mineral
ferromagnesia hadir berupa kelompok mineral seperti:Piroksin;
merupakan mineral penting di dalam batuan gunungapi.
Olivin; merupakan mineral yang terjadi pada batuan gunungapi yang
kaya besi dan magnesium, tetapi sangat miskin akan silika.Melilit; yang
sebenarnya termasuk kelompok mineral-mineral feldspatoid yang hanya
dijumpai pada batuan gunungapi sangat miskin akan kandungan silika
tetapi sangat kaya akan Ca sebagai substitusi untuk feldspar kaya silika
serta piroksin.

3. Mineral Tambahan
Umumnya berupa : magnetit, ilmenit, dan apatit. Mineral-mineral
tersebut merupakan hasil proses pemisahan darai cairan pada kondisi
temperatur rendah setelah zat-zat terbangnya hilang. Tetapi pada proses
pembekuan yang lebih cepat akan menghasilkan gelas atau obsidian,
batuapung dan scoria.
Mineral-mineral tambahan lainnya yang sering hadir: Hornblende yang
merupakan mineral dengan rantai senyawa kimia yang cukup panjang dan
kompleks, termasuk juga anggota dari kelompok amfibol secara
keseluruhan yang mengandung Na dan Ti yakni riebekit dan kataferit.
Selain itu biasa hadir mineral biotit yang merupakan kelompok mineral
mika berwarna hitam. Lalu hipersten yang merupakan bentuk piroksin
ortorombik yang mengandung gugus hidroksil akan tetapi hanya dapat
terbentuk pada magma di bawah tekanan cukup tinggi dan kaya akan unsur
volatil.

2.2.2 Jenis-Jenis Batuan Piroklastik


1. Endapan jatuhan piroklastik (pyroclastic fall deposits), dihasilkan dari
letusan eksplosif yang melemparkan material-material vulkanik dari
lubang vulkanik ke atmosfer dan jatuh ke bawah dan terkumpul di sekitar
gunung api. Endapan ini semakin jauh dari pusat erupsi maka akan
semakin menipis dan ukuran butir menghalus karena tereliminasi oleh
angin, sebarannya mengikuti bentukan topografi, pemilahannya baik,
struktur gradded bedding normal & reverse, komposisi pumis, scoria, abu,
sedikit lapili dan fragmen litik, komposisi pumis lebih besar daripada litik.
2. Endapan aliran piroklastik (pyroclastic flow deposits), kalau orang umum
biasa dibilang "awan panas" atau "wedhus gembel". Endapan ini terbentuk
oleh proses aliran permukaan dengan mekanisme aliran debris piroklastik
yang mengalir dengan campuran partikel padat dan gas konsentrasi tinggi
yang panas. Endapan ini umumnya pemilahannya buruk, mungkin
menunjukan grading normal fragmen litik dan butiran litik yang padat,
yang semakin berkurang menjauhi pusat erupsi, sortasi buruk dan butiran
menyudut, sebaran tidak merata dan menebal di bagian lembah. Mekanisme
yang membentuk piroklastik aliran dapat terbentuk dengan beberapa cara,
yaitu:
- Berasosiasi dengan ekstrusi kubah lava dan aliran lava.
- Runtuhnya kolom letusan vertikal.
- Dihasilkan langsung dari lubang akibat semburan gas dengan material
piroklastik.
3. Endapan seruakan piroklastik (pyroclastic surge deposits), endapan
piroklastik seruakan (surge) adalah endapan piroklastik yang terbentuk
melalui mekanisme semburan, hembusan, seruakan secara lateral. Ada 3
jenis endapan seruakan piroklastika yaitu seruakan pangkal (base surge),
seruakan dasar (ground surge) dan seruakan abu cendawan (ash cloud
surge). Endapan seruakan pangkal dicirikan oleh material berukuran abu-
lapili, umumnya mengandung pumis, litik atau skoria, dan kristal mineral,
struktur pengendapan slump hingga laminasi silang dan selalu menumpang
di atas endapan jatuhan piroklastika. Endapan seruakan dasar dan seruakan
abu cendawan berasosiasi dengan endapan aliran piroklastika dan masing-
masing sebagai endapan zona batas bawah dan zona batas atas aliran.
Endapan seruakan juga bisa dijadikan sebagai batas penyebaran dari
endapan aliran piroklastik. Endapan seruakan dasar dicirikan oleh
komposisinya abu vulkanik, skoria (berukuran lapili) dan bom, namun di
daerah distal bom tersebut sangat jarang ditemukan.
2.3 Karakteristik Batuan Piroklastik

Pada karakteristik piroklastik sendiri ditentukan dari beberapa endapan


fragmen yang ditemui diantaranya, Fragmen dari lava baru atau disebut
fragmen juvenil, berupa material padat tidak mempunyai vesikuler sampai
fragmen lava yang banyak vesikulernya. Kristal individu, yang dihasilkan dari
fenokris yang lepas dalam lava juvenil sebagai hasil fragmentasi. Fragmen litik,
termasuk batuan yang lebih tua dalam endapan piroklastik, tetapi sering terdiri
dari lava yang lebih tua.

Batuan piroklstik juga bisa dibedakan berdasarkan jenis material


penyusunnya, jika lebih banyak mengandung rock fragments maka
disebut lithic tuff, lebih banyak crystal maka disebut crystal tuff dan jika lebih
banyak glass nya maka disebut vitric tuff. Tetapi dilihat dari ukuran
fragmennya juga, jika lebih dari 2 mm maka udah jadi lapili dan breksi
piroklastik atau aglomerat.

2.4 Sifat fisik batuan Piroklastik


1. Jenis Batuan
Dalam jenis batuan sudah pasti batuan piroklastik tapi lebih baik jika
ditambahkan dengan proses transportasinya/mekanisme transportasi seperti
piroklastik jatuhan, aliran.
2. Warna
Ada warna segar dan warna lapuk. Menentukan warna sesuai kenampakan
mata masing-masing.
3. Struktur
Bisa struktur dari batuan beku (vesikuler, skoria) bisa juga struktur pada
batuan sedimen (masif atau gradasi, berlapis, dll). Seperti halnya batuan
volkanik lainnya, batuan piroklastik mempunyai struktur vesikuler, scoria
dan amigdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan keudara dan kemudia
terendapkan dalam kondisi masih panas, berkecenderungan mengalami
pengelasa antara klastika satu dengan lainnya. Struktur tersebut dikenal
dengan pengelasan atau welded. Struktur Batuan Piroklastik yang lain adalah
:
1. Masif : Batuan masif bila tidak menunjukan struktur dalam.
2. Laminasi : Perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai ketebalan
kurang dari 1 cm.
3. Perlapisan : Perlapisan dan struktur sedimen yang mempunyai
ketebalan lebih dari 1 cm.
4. Foliasi : Adanya penjajaran mineral-mineral penyusun batuan.
4. Tekstur
Cara pendiskripsian tekstur batuan piroklastik hampir sama dengan batuan
sedimen klastik, tetapi yang membedakan adalah Ukuran Butir yang
disesuaikan untuk mencari nama batuan piroklastik tersebut.
 Ukuran Butir,Ukuran butir pada piroklastika tersebut merupakan salah satu
criteria untuk menamai batuan piroklastik tanpa mempertimbangkan cara
terjadi endapan piroklastik tersebut. kejadian endapan piroklastik. Piroklastik
jatuhan adalah Pengendapan yang dikarenakan gaya beratnya dikenal dengan.
Jenis piroklastik ini biasanya terjadi disetiap gunung api. Struktur dan
teksturnya menyerupai batuan endapan. Piroklastik aliran dan piroklastik
hembusan adalah kelompok piroklastik yang lain adalah.
 Derajat Pembundaran, Kebundaran adalah nilai membulat atau
meruncingnya bagian tepi butiran pada batuan sedimen klastik sedang sampai
kasar. Kebundaran dibagi menjadi :

a. Membundar sempurna (well rounded), hampir semua permukaan cembung.

b. Membundar (rounded), pada umumnya memiliki permukaan bundar, ujung-


ujung dan tepi butiran cekung.

c. Agak membundar (subrounded), permukaan umumnya datar dengan ujung-


ujung yang memmbundar.

d. Agak menyudut (subangular), permukaan datar dengan ujung-ujung yang


tajam.

e. Menyudut (angular), permukaan kasar dengan ujung-ujung butir runcing


dan tajam.
 Derajat Pemilahan, Pemilahan adalah keseragaman ukuran besar butir
penyusun batuan endapan / sedimen. Dalam pemilahan dipergunakan
pengelompokan sebagai berikut :

a. Terpilah baik (well sorted). Kenampakan ini diperlihatkan oleh ukuran


besar butir yang seragam pada semua komponen batuan sedimen.

b.Terpilah buruk (poorly sorted). Merupakan kenampakan pada batuan


sedimen yang memiliki besar butir yang beragam dimulai dari lempung
hingga kerikil atau bahkan bongkah.

c. Selain dua pengelompokan tersebut adakalanya seorang peneliti


menggunakan pemilahan sedang untuk mewakili kenampakan yang agak
seragam.

 Kemas, hubungan antar butir. Ada kemas terbuka dan tertutup. Kemas
terbuka didukung oleh matriks (matriks supported) yang sebagian besar
butirannya terpisah satu dengan yang lain. Kemas tertutup didukung oleh
butiran (grain supported) yang sebagian besar butirannya saling
bersinggungan.
- Kemas terbuka : Butiran tidak saling bersentuhan
- Kemas tertutup : Butiran saling bersentuhan satu dengan yang
lainnya.
5. Komposisi Mineral
 Mineral Sialis, sama seperti mineral felsic pada batuan beku seperti
kuarsa, feldspar, felspatoid.
 Mineral ferromagnesian, sama seperti mineral mafic pada batuan beku.
 Material Tambahan, seperti debu halus/kasar.
 Mineral Ubahan, mineral hasil ubahan dari mineral-mineral sebelumnya
yang biasa muncul saat batuan terlapukkan atau terkena alterasi
hidrotermal.
6. Nama Batuan
Pada batuan piroklastik menentukannya dengan melihat ukuran butir
dan strukturnya, contoh: tuff memiliki struktur perlapisan
sedangkan pumice/batuapung memiliki struktur vesikuler/skoria.
2.3 Klasifikasi Batuan Sedimen Piroklastik
Berdasarkan ukuran butir klastikanya, sebagai bahan lepas (endapan) dan
setelah menjadi batuan piroklastika, penamaannya seperti pada Tabel 1. Bom
gunungapi adalah klastika batuan gunungapi yang mempunyai struktur-
struktur pendinginan yang terjadi pada saat magma dilontarkan dan membeku
secara cepat di udara atau air dan di permukaan bumi. Salah satu struktur
yang sangat khas adalah struktur kerak roti (bread crust structure). Bom ini
pada umumnya mempunyai bentuk membulat, tetapi hal ini sangat tergantung
dari keenceran magma pada saat dilontarkan. Semakin encer magma yang
dilontarkan, maka material itu juga terpengaruh efek puntiran pada saat
dilontarkan, sehingga bentuknya dapat bervariasi. Selain itu, karena adanya
pengeluaran gas dari dalam material magmatik panas tersebut serta
pendinginan yang sangat cepat maka pada bom gunungapi juga terbentuk
struktur vesikuler serta tekstur gelasan dan kasar pada permukaannya. Bom
gunungapi berstruktur vesikuler di dalamnya berserat kaca dan sifatnya
ringan disebut batuapung (pumice). Batuapung ini umumnya berwarna putih
terang atau kekuningan, tetapi ada juga yang merah daging dan bahkan coklat
sampai hitam. Batuapung umumnya dihasilkan oleh letusan besar atau kuat
suatu gunungapi dengan magma berkomposisi asam hingga menengah, serta
relatif kental. Bom gunungapi yang juga berstruktur vesikuler tetapi di
dalamnya tidak terdapat serat kaca, bentuk lubang melingkar, elip atau seperti
rumah lebah disebut skoria (scoria). Bom gunungapi jenis ini warnanya
merah, coklat sampai hitam, sifatnya lebih berat daripada batuapung dan
dihasilkan oleh letusan gunungapi lemah berkomposisi basa serta relatif
encer. Bom gunungapi berwarna hitam, struktur masif, sangat khas bertekstur
gelasan, kilap kaca, permukaan halus, pecahan konkoidal (seperti botol
pecah) dinamakan obsidian. Blok atau bongkah gunungapi dapat merupakan
bom gunungapi yang bentuknya meruncing, permukaan halus gelasan sampai
hipokristalin dan tidak terlihat adanya struktur-struktur pendinginan. Dengan
demikian blok dapat merupakan pecahan daripada bom gunungapi, yang
hancur pada saat jatuh di permukaan tanah/batu. Bom dan blok gunungapi
yang berasal dari pendinginan magma secara langsung tersebut disebut bahan
magmatik primer, material esensial atau juvenile). Blok juga dapat berasal
dari pecahan batuan dinding (batuan gunungapi yang telah terbentuk lebih
dulu, sering disebut bahan aksesori), atau fragmen non-gunungapi yang ikut
terlontar pada saat letusan (bahan aksidental).
Berdasarkan komposisi penyusunnya, tuf dapat dibagi menjadi tuf gelas,
tuf kristal dan tuf litik, apabila komponen yang dominan masing-masing
berupa gelas/kaca, kristal dan fragmen batuan. Tuf juga dapat dibagi menjadi
tuf basal, tuf andesit, tuf dasit dan tuf riolit, sesuai klasifikasi batuan beku.
Apabila klastikanya tersusun oleh fragmen batuapung atau skoria dapat juga
disebut tuf batuapung atau tuf skoria. Demikian pula untuk aglomerat
batuapung, aglomerat skoria, breksi batuapung, breksi skoria, batulapili
batuapung dan batulapili skoria.

2.3.1 Tipe Endapan Piroklastik


A. Endapan Piroklastik Tak Terkonsolidasi (Unconsolidated)
1.Bom Gunung Api
Bom Gunungapi adalah gumpalan-gumpalan lava yang mempunyai ukuran
lebih besar dari 64mm. Daerah ini sebagian atau semuanya berujud plastik
pada waktu tererupsi. Beberapa bomb mempunyai ukuran yang sangat
besar.
2. Blok Gunung Api
Blok Gunung api merupakan batuan piroklastik yang dihasilkan oleh
erupsi eksplosive dari fragmen batuan yang sudah memadat lebih dulu
dengan ukuran lebih besar dari 64 mm. Blok-blok ini selalu menyudut
bentuknya atau equidimensional.
3. Lapili
Lapili berasal bahasa latin lapillus, yaitu nama untuk hasil erupsi eksplosif
gunung api yang berukuruan 2mm-64mm. Selain dari fragmen batuan ,
kadang-kadang terdiri dari mineral-mineral augti, olivine, plagioklas.
4. Debu Gunung Api
Debu gunung api adalah batuan piroklastik yang berukuran 2mm-
1/256mm yang dihasilkan oleh pelemparan dari magma akibat erupsi
eksplosif. Namun ada juga debu gunung berapi yang terjadi karena
proses penggesekan pada waktu erupsi gunung api. Debu gunung api
masih dalam keadaan belum terkonsolidasi, ( Endarto, Danang, 2005 ).
B. Endapan Piroklastik yang Terkonsolidasi (consolidated)
1.Breksi piroklastik
Breksi piroklastik adalah batuan yang disusun oleh block-block gunung
api yang telah mengalami konsolidasi dalam jumlah lebih 50% serta
mengandung lebih kurang 25 % lapili dan abu.
2. Aglomerat
Aglomerat adalah batuan yang dibentuk oleh konsolidasi material –
material dengan kandungan yang didominasi oleh bomb gunung api
dimana kandungan lapili dan abu kurang dari 25 %
3. Batu lapilli
Batu lapili adalah batuan yang dominant terdiri dari fragmen lapili dengan
ukuran 2 – 64 mm
4. Tuff
Tuff adalah endapan dari gunung api yang telah mengalami konsolidasi,
dengan kandungan abu mencapai 75 %. Macamnya : tuff lapili, tuff
aglomerat, tuff breksi piroklastik
BAB III
METODOLOGI

3.1 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam pratikum ini yaitu :
NO Alat Kegunaan

Untuk mengamati objek batuan dengan


1 Loop
bantuan lensa pada lup
Sebagai lembar pendeskripsian
2 Lembar Kerja
dari hasil pengamatan
Untuk pengambilan dokumen/foto dari
3 Kamera
sampel batuan
4 Alat Tulis Sebagai alat untuk menulis deskripsi
Komperator Sebagai bahan pembanding batuan
5
Bantuan Beku

3.2 Langkah Kerja


Adapun langkah kerja dari praktikum ini, yaitu :
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Mengamati sampel batuan yang diberikan oleh asisten
3. Mengamati petrofisik pada batuan sedimen klastik
4. Mengamati komposisi mineral dari batuan dengan menggunakan lup
5. Mendeskripsi sampel yang telah di amati dengan bantuan
komperatorbatuan beku dan buku penuntun praktikum
petrologi
6. Menuliskan hasil deskripsi dilembar kerja
7. Lengkapi hasil deskripsi
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan
Pada hasil pembahasan ini, sampel yang kami telah perolah dalam bentuk
deskripsi dapat di interpretasikan sebagai berikut :

1. Pada sampel 01, kami mendapatkan jenis batuan piroklastik dengan warna
segar putih dan warna lapuk hijau kekuningan, dan memiliki tekstur ukuran
butir 1/256 mm (Tuff Halus), kebundaran Rounded - Angular , memiliki
sortasi buruk, dan memiliki kemas tertutup. Batuan ini mempunyai struktur
Masif, dan mempunyai komposisi jenis fragmen kristal 50%, fragmenitik
10%, gelas 40%, dan memiliki fragmen vulkanik bom 35%, lapili 60%, dan
ash 5%. Nama batuan ini adalah Breksi Tuff (FISHER 1984) ,Tuff kristal
(SCHIMD 1968).

2. Pada sampel 02, kami mendapatkan jenis batuan piroklastik dengan warna
segar merah dan warna lapuk merah kecoklatan, dan memiliki tekstur
ukuran butir 1/256 tuff halus, kebundaran Sub-Rounded, memiliki sortasi
buruk, dan memiliki kemas tertutup. Batuan ini mempunyai struktur Masif,
dan mempunyai komposisi jenis fragmen, fragmenitik 65% dan gelas 35%,
dan memiliki fragmen vulkanik lapili 25%, dan ash 75%. Nama batuan ini
adalah Lapili tuff (FISHER 1984) ,Tuff Lithik.

3. Pada sampel 03, kami mendapatkan jenis batuan piroklastik dengan warna
segar merah dan warna lapuk kecoklatan, dan memiliki tekstur ukuran butir
64 mm, Bom (Aglomerat), kebundaran Rounded, memiliki sortasi baik, dan
memiliki kemas tertutup. Batuan ini mempunyai struktur Masif, dan
mempunyai komposisi jenis fragmen kristal 45% dan gelas 65%, dan
memiliki fragmen vulkanik bom 85%, lapili 10%, dan ash 5%. Nama
batuan ini adalah Aglomerat (FISHER 1984), Tuff Vitrik( SCHIMD 1968)

4. Pada sampel 04, kami mendapatkan jenis batuan piroklastik dengan warna
segar putih dan warna lapuk coklat kekuningan, dan memiliki tekstur
ukuran butir < 2 mm (Lapilli), kebundaran Rounded - Angular , memiliki
sortasi baik, dan memiliki kemas terbuka. Batuan ini mempunyai struktur
Masif, dan mempunyai komposisi jenis fragmen kristal 5%, fragmenitik
85%, gelas 10%, dan memiliki fragmen vulkanik bom 10%, lapili 70%, dan
ash 20%. Nama batuan ini adalah Tuff lapili (FISHER 1984) ,Tuff lithik
(SCHIMD 1968)
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Batuan piroklastik adalah batuan yang terbentuk dari material atau bahan-
bahan yang dihasilkan oleh suatu lelehan atau erupsi gunungapi sehingga
batuannya sering pula disebut batuan vulkanik (ditinjau dari genesanya).
2. Batuan piroklastik merupakan batuan yang tercipta akibat letusan gunung
berapi. Batuan piroklastik ini terbentuk akibat diawalinya dengan letusan -
letusan dari gunung berapi, yang kemudian gunung berapi tersebut akan
mengeluarkan magma atau menyemburkan magma yang bersuhu kurang
lebih 850°C.
3. Sifat fisik batuan piroklastik antara lain ada jenis batuan, warna, struktur,
tekstur, dan komposisi mineral
4. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan didapat empat sampel batuan
piroklastik yaitu, Tuf Lapili, Breksi, Tuf, dan Aglomerat.

5.2 Saran
Saran saya untuk praktikum ini adalah saya harap praktikan lebih taktis
lagi dalam mendeskripsikan batuan, dan saya harap kepada praktikan dan
asisten lebih aktif lagi dalam saling bertanya, agar dalam penyusunan laporan
tidak terjadi miskomunikasi.

Anda mungkin juga menyukai