Anda di halaman 1dari 67

ADAB SEHARI HARI

Adab bangun tidur


1.duduk dan mengusap wajah
Dari Ibnu abas RA berkata ‘kemudian ketika sudah masuk pertengahan malam rosulullah saw
bangun kemudian beliau duduk lalu mengusap bekas kantuk yang ada di wajahnya dengan tangannya
HR. Ahmad.

2.membaca do’a
Bahwa nabi saw Ketika bangun tidur beliau membaca do’a bangun tidur (HR.bukhori)

3.membaca 10 ayat trakhir surat ali imron

‘’Ibnu abas berkata beliau duduk lalu mengusap bekas kantuknya yang ada di wajahnya dengan
tangannya kemudian beliau membaca 10 ayat trakhir surat ali imron’’(HR.bukhori)

4.mencuci tangan
Dari abu hurairoh RA rosulullah saw besabda ‘’apabila kalian bangun tidur maka janganlah dia
mencelupkan tangnnya kedalam wadah sebelum dia mencucinya 3x karna dia tidak mengetahui
dimana tangannya sebalam brada(HR.buhori dan muslim)

5.membersihkan hidung
Dari abu hurairoh RA rosulullah saw bersabda ‘’apabila kalian bangun tidur maka bersihkandalam
hidung 3x karna setan ber malam di rongga hidungnnya (HR.buhori dan muslim)

6.bersiwak/menggosok gigi
Nabi saw apabila bangun maka beliau membersihkan mulutnya dengan bersiwak (HARI>buhori dan
muslim)

7.berwudhu
Dari abu hurairoh RA rosulullah saw bersabda’’setan mengikat tengkuk kepala seseorang di antara
kalian ketika sedang tidur dengan 3 ikatan pada setiap ikatannya dia mengatakan ‘’malammu masih
panjang truslah tidur’’.maka jika orang tersebut bangunkemudian ia berdzikir kepada allah
terbukalah satu ikatan. Kemudian jika ia berwudhu terbukalah satu ikatan lagi kemudian jika ia sholat
maka terbukalah seluruh ikatan.sehingga iapun bangun dalam keadaan bersemangat dan baik
jiwanya.lamun jika melakukan demikian, maka ia biasanya akan bangun dalam keadaan buruk
jiwanya dan malas(HARI.buhori dan muslim)

Adam masuk kamar mandi

1.membaca do’a masuk kamar mandi

2.masuk dan melangkahkan kaki kiri terlebih dahulu baru kaki kanan saat kekamar mandi.

3.tidak menghadap ke arah kiblat

4.tidak membuang air kecil/besar sembarangan/di lantai toilet


5.buang air kecil/besar harus di tempat kakus yang telah tersediam.

Adab ketika pagi hari


1.dzikir pagi hari

2.saat pagi hari,biasakan hati untuk selalu mengingat allah.rasakan bahwa allah senan tiasa hadir
dalam kehidupan kita dengan kenikmatan darinya

3.setelah membaca 10 ayat trakhir surat ali imroh berangkatlah kemasjid untuk sholat subuh
berjama’ah

4.jangan tidur lagi setelah sholat subuh,karna bisa menghalangi rezeki allah dan juga tidak baik
untuk kesehatan badan.

5.cobalah lari-lari pagi atau senam ringan hal ini sangat baik untuk peregangan otot

6.cobalah hirup udara pagi yang bersih dengan senan tiasa menghadirkan kenikmatan allah yang
tiada tara.tarik nafas pelan-pelan dan rasakan bahwa allah sedang menghidupkan kita

7.lakukan aktivitas fisik seperti menyapu halaman,membersihkan rumah dsb

8.segeralah mandi sampai bersih.karna pada pagi hari bagus untuk kesehatan dan menghilangkan
rasa malas

9.jika masih ada senggang waktu isilah dengan membaca al qur’ah,berdzikir,atau membaca buku

10.jangan habiskan waktu pagi dengan berlama-Lama di depan televisi,kecuali membawa kebaikan
atau untuk mencari informasi penting.berlama-lama menonton TV akan membuat malas untuk
beraktivitas
11.ketika sudah waktu dhuha laksanakanlah sholat dhuha

Adab membaca al qur’an( waktu dhuha )

1.bwersuci sebelum menyentuh dan membaca al qur’an

Ada baiknya untuk bersuci terlebih dahulu ketika hendak membaca al qur’an karna ialah kitab suci
yang berisi kalam allah swt.selain itu apabila muslim akan menyentuh mushaf al qur’an,juga ia
sepatutnya bersuci seperti firman allah dalam surat waqi’ah ayat 79: ‘’tidak ada yang
menyentuhnya,kecuali para hamba(allah) yang di sucikan.

2.membersihkan mulut dengan siwak sebelum membaca al qur’an

Tergolong adab yang baik saat membaca al qur’an membersihkan mulutnya agar harum dan
bersih.membersihkan mulut di sini bisa memakai siwak atau apa saja yang membuat mulut bersih
lagi wangi.

3.membaca isti’adzah sebelum membaca al qur’an

Yakni membaca ta’awudz untuk memohon perlindungan dari allah swt dari setan.sebagai mana
firmannya dalam surat an-nahl ayat 98’’apabila engkau hendak membaca al qur’an memohonlah
perlindungan kepada allah dari setan yang terkutuk’’

4.membaca basmalah sebelum membaca al qur’an


Merupakan sunah nabi nabi saw dengan melapalkan bismilah ‘’bismillahirohmanirohin’’sebelum
membaca al qur’an.anas bin malik meriwayatkan,’’pada suatu hari tatkala rosulullah saw bersama
kami tiba-tiba beliau pingsan.lalu menengadahkan kepala beliau ke langit dan tersenyum.kami
bertanya’’apa yang membuat engkau tersenyum wahai rasullulah?beliau menjawab’’barusan di
turunkan kepadaku surat’’

Anas berkata lalu rosullulah saw membaca ‘’bismilahirahmanirahim’’sesungguhnya kami telah


memberikan kepada kamu nikmat ynang banyak.maka dirikanlah sholat karna tuhanmu dan
berkorbanlah sesungguhnya orang yang membenci kamu dialah yang terputus (at-takasur 1-3)

5. membaca al qur’an dengan tartil

Tartil atau perlahan ketika membaca dan jelas tanpa kelewat batas,di perintahkan allah swt dalam
membaca al qur’an .sesuai surat al-muzzamil atat 4’’bacalah al qur’an itu dengan perlahan-lahan

6.memanjangkan bacaan

Memanjangkan Ayat al qur’an sesuai tajwidnya ini termuat dari riwayat anas bin malik.anas pernah
di tanya tentang bagaimana bacaan nabi SAW,anas menjawab’’bacaannya mad atau panjang.beliau
membaca’bismilahirahmanirrahim’dengan memanjangkan lafadz ‘bismilah’,dan memanjangkan
lafadz ‘ar-rhman’,dan memanjangkan lafadz’ar-rahim.(H.Rbuhori)

7.mengindahkan suara ketika membaca

Mengindahkan suara dalam membaca al-qur’an di sini,tidak dengan nada yang berliku atau nada
yang menyerupai laguatau nyanyian.anjuran memerdukan suara termasuk sunah,sebagai mana
yang di katakan al bara,’’aku mendengar rasulullah saw membaca’wattiini wazzaituun’ketika sholat
isya,dan aku tidak mendengar seseorang yang bersuara indah atau bacaan selain itu”(H.Rbuhori)

8.menangis ketika membaca dan mendengarkan al quran

Abdullah bin asy-syakhir berkata,’’aku mendatangi nabi saw dan beliau shalat.dan pada
krongkongannya ada suara seperti suara air di periuk yang mendidih.yakni beliau menangis’’(H.R
tirmizi,abu daud,Ahmad dan nasa’i)

9.terdapat batas waktu yang di anjurkan untuk mengkhotamkan al qur’an

Abdullah bin umar meriwayatkan,’’rasulullah saw bersabda kepadaku,’bacalah al-qur’an dalam satu
bulan.’aku berkata’sesungguhnya aku masih mampu.sehingga beliau bersabda’khatamkanlah dalam
7 hari.jangan kurang dari itu.’’(H.Rbukhori)

10.berhenti membaca ketika sangat mengantuk

Nabi saw bersabda dalam riwayat abu hurairah,’’jika salah seorang dari kalian melaksanakan shalat
malam,kemudian lidahnya kaku untuk membaca al qur’an karna mengantuk dan dia tidak
mengetahui apa yang sedaing ia baca maka tidurlah.’’(H.R muslim)

11.ikhlas saat memplajari dan membaca al qur’an

Imam nawawi berkata dalam kitab al-adzkar,’’maka pertama kali yang di perintahkan kepada
seseorang pembaca al qur’an adalah ikhlas ketika membacanya.dan hanya mengharap pahala dari
allah swt.dan tidak ada motivasi lain dalam bacaan selain itu.’’

12.wajib memperhatikan al qur’an


Maksudnya yakni memikirkan setiap makna dan isi kandungan tiap ayatnya,karna di dalam al-qur’an
terdapat banyak sekali pengeahuan yang merupakan kuci ilmu.dengan mendalami al-qur’an juga
akan terbuka jalan kebenaran kepadanya.

13.mengamalkan al-qur’an

Dengan mengamal kan ayat ayat allah swt, yang apabila di perintah melaksanakan sesuatu maka di
laksanakan,tidak melanggar,hingga menghalalkan apa yang di halalkan dan mengharamkan apa
yang di haramkannya.’’

14.mengingat al-qur’an dan mengulang menbacanya

Yakni dengan senantiasa mengulang al-qur’an dengan membacanya, serta kalau bisa sekaligus
menghafalnya.dan setelah menghafal al-qur’an,kemudian terus di ulang krmbali agar tidak cepat
lupa

15.boleh membaca al qur’an sambil berdiri,berjalan atau berkendara

Allah swt berfirman’’(yaitu) orang-orang yang mengingat allah sambil berdiri,duduk atau dalam
keadaan berbaring.’’(Q.S ali imran:191)

Juga sejumlah hadits,di antaranya riwayat dari abdullah bin mughaffal,’’aku melihat rasulullah saw
pada hari penaklukan makkah,dan beliau membaca surat al-fath di atas kendaraannya’’(mutaffaqun
alaih).

Itulah sejumlah adab dalam membaca al-qur’an,

9 Adab safar
1. Pergi pada Hari Kamis
‫ َو َك اَن ُيِحُّب َأْن‬، ‫ َأَّن الَّن ِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َخ َر َج ِفي َغ ْز َو ِة َت ُبْو َك َي ْو َم اْلَخ ِمْي ِس‬: ‫َع ْن َك ْع ِب ْب ِن َم الك َر ِض َي ُهللا َع ْن ُه‬
‫َي ْخ ُر َج َي ْو َم اْلَخ ِمْي ِس‬
Artinya: "Dari Ka'ab bin Malik, bahwa Nabi SAW berangkat perang Tabuk pada hari Kamis.
Dan beliau suka berangkat pada hari Kamis." (Muttafaq Alaih)

Juga Rasul SAW mendoakan umatnya di pagi hari melalui riwayat Shakhr bin Wada'ah Al-
Ghamidi Ash-Shahabi. Beliau SAW bersabda:

‫الَّلُهَّم َب اِر ْك ُأِلَّمِتي ِفي ُبُك وِر َه ا‬

Artinya: "Ya Allah berkahilah bagi umatku pada pagi hari." (HR Abu Dawud & Tirmidzi)

2. Mendirikan Sholat Sunnah Sebelum Perjalanan


‫َم ا َخ َّلَف َأَح ٌد ِع ْن َد َأْه ِلِه َأْف َضَل ِمْن َر ْك َع َت ْي ِن َي ْر َك ُعُهَم ا ِع ْن َد ُه ْم ِحْي َن ُيْر ْيُد َس َفًر ا‬

Artinya: "Tiada seseorang meninggalkan hal yang lebih baik kepada keluarganya daripada
melakukan shalat dua rakaat ketika hendak bepergian." (HR Thabrani, dari Muth'im bin Al-
Miqdam)

3. Mencari Teman saat Bepergian (Tidak Sendirian)


‫ َم ا َس اَر‬،‫ َلْو َأَّن الَّن اَس َي ْع َلُمْو َن ِمَن اْلَو ْح َد ِة َم ا َأْع َلُم‬: ‫ َقاَل َر ُسْو ُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬: ‫َع ِن اْب ِن ُع َمَر َر ِض َي ُهَّللا َع ْن ُهَم ا َقاَل‬
‫َر اِك ٌب ِبَلْي ِل َو ْح َد ُه‬
Artinya: "Dari Ibnu Umar, ia berkata, 'Rasulullah SAW bersabda, "Jika semua orang
mengetahui kesendirian dalam bepergian sebagaimana yang aku ketahui, maka tidak akan
ada satu orang penunggang pada malam hari seorang diri." (HR Bukhari)

4. Meminta Nasihat dari Orang Baik


Abu Hurairah meriwayatkan, seseorang berucap, "Wahai Rasulullah SAW, sesungguhnya
aku hendak bepergian maka berilah aku nasihat." Maka beliau berkata: "Bertakwalah
kepada Allah dan bertakbirlah di setiap tanjakan (dataran tinggi)."

Ketika orang tersebut telah pergi, Rasulullah SAW berdoa, "Ya Allah, dekatkanlah dan
mudahkanlah perjalanannya." (HR Tirmidzi & Ibnu Majah)

5. Berdoa ketika Meninggalkan Rumah


Dengan doa:

‫ِبْس ِم ِهللا َت َو َّك ْلُت َع َلى ِهَّللا َو اَل َح ْو َل َو اَل ُقَّو َة ِإاَّل ِباِهلل الَّلُهَّم ِإِّن ي َأُعْو ُذ ِبَك َأْن َأِض َّل َأْو َأِض َّل َأْو َأِز َّل َأْو َأِز َّل‬

Latin: Bismillaahi tawakkaltu 'alallaah wa laa hawla wa laa quwwata illa billaahi Allahumma
innii a'uudzu bika an adhilla aw adhilla aw azilla aw azilla

Artinya: "Dengan nama Allah, aku bertawakal kepada Allah. Tidak ada daya upaya atau pun
kekuatan selain dengan Allah. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari menjadi sesat atau
disesatkan, atau tergelincir atau digelincirkan, atau menjadi bodoh atau dibodohi."

6. Berdoa ketika Berkendara


Diriwayatkan Ibnu Umar, "Apabila Rasul SAW di atas punggung untanya untuk bepergian,
beliau bertakbir tiga kali, kemudian mengucapkan doa:

‫ُسْب ٰح َن اَّلِذْي َس َّخ َر َلَن ا ٰه َذ ا َو َم ا ُكَّن ا َلٗه ُم ْق ِر ِنْي َن َو ِاَّن ٓا ِاٰل ى َر ِّب َن ا َلُم ْن َقِلُبْو َن‬

Latin: Subhaanalladzii sakhkhara lanaa haadzaa wa maa kunna lahu muqriniina wa innaa
ilaa rabbinaa lamunqalibuun

Artinya: "Mahasuci Zat yang telah menundukkan (semua) ini bagi kami, padahal kami
sebelumnya tidak mampu menguasainya. Sesungguhnya kami pasti akan kembali kepada
Tuhan kami." (HR Muslim)

7. Bertakbir saat Menanjak dan Bertasbih kala Menurun


‫ُكَّن ا ِإَذ ا َصِع ْد َن ا َك َّبْر َن ا َو ِإَذ ا َنَز ْلَن ا َس ّبْح َن ا‬

Artinya: Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: "Ketika kami bepergian, kami bertakbir bila
berjalan menanjak, dan bertasbih apabila berjalan menurun." (HR Bukhari)

8. Senantiasa Berdoa dalam Perjalanan


Nabi SAW Karena doa orang yang bepergian, insya Allah dikabulkan. Sebagaimana sabda:
"Tiga doa yang dikabulkan dan tidak perlu disangsikan lagi adalah doa orang yang
didzhalimi, doa musafir (orang yang bepergian), dan kutukan orang tua terhadap anaknya."
(HR Ahmad)

9. Perempuan yang Bepergian Jauh Harus Disertai Mahram


Rasulullah SAW menuturkan, "Tidak boleh seorang perempuan melakukan safar
yang jarak tempuhnya sehari semalam, kecuali jika bersama mahramnya." (Muttafaq
Alaih

10. Berdoa saat Kembali dari Bepergian

Diriwayatkan Anas bin Malik, ia berkata, "Kami tiba bersama Nabi SAW, yaitu aku,
Abu Thalhah, dan Shafiyyah yang membonceng Rasulullah SAW, hingga ketika
kami mendekati Madinah beliau mengucapkan:

'Kita semua adalah orang-orang yang kembali, orang-orang yang bertaubat, dan orang-
orang yang beribadah serta memuji kepada Allah.; Beliau senantiasa mengucapkannya
hingga kami sampai di Madinah.' (HR Muslim, An-Nasa'i, & Ahmad) .

10 Adab Makan dan Minum Sesuai Anjuran


Rasulullah SAW

1.Mencuci Tangan

Adab makan dalam Islam yang pertama, yaitu mencuci kedua tangan. Umat Muslim dianjurkan
untuk mencuci kedua tangan terlebih dahulu. Adapun anjuran ini sebagaimana disebutkan dalam
sebuah hadis, artinya:

"Rasulullah SAW jika beliau ingin tidur dalam keadaan junub, beliau berwudhu dahulu. Dan
ketika beliau ingin makan atau minum beliau mencuci kedua tangannya, baru setelah itu beliau
makan atau minum." (HR. Abu Daud no.222, An Nasa'i no.257, dishahihkan Al Albani dalam
Shahih An Nasa'i)

2.Membaca Basmalah dan Berdoa

Adab makan dan minum sesuai anjuran Rasulullah SAW yang pertama yaitu berdoa sebelum
makan dan minum. Imam Ahmad mengatakan, “Bahwa jika dalam satu makanan terkumpul
empat hal, maka makanan tersebut adalah makanan yang sempurna. Empat hal tersebut adalah
menyebut nama Allah saat mulai makan, memuji Allah di akhir makan, banyaknya orang yang
turut makan, dan berasal dari sumber yang halal.

Hal ini dikuatkan dengan sabda Rasulullah saw. dalam sebuah hadisnya, yang artinya:

“Apabila salah seorang di antara kalian makan, hendaklah ia membaca ‘Bismillah’ (dengan
menyebut nama Allah). Jika ia lupa membacanya sebelum makan maka ucapkanlah ‘Bismillaahi
fii awwalihi wa aakhirihi.” (HR. At-Tirmidzi)

Berikut doa sebelum makan:


“Allahumma baarik lanaa fiimaa rozaqtanaa wa qinaa 'adzaa bannaar”

Artinya:

“Ya Allah, semoga Engkau berkenan memberikan berkah (kemanfaatan) kepada kami atas apa
yang telah Engkau anugerahkan kepada kami dan semoga Engaku berkenan menjaga kami dari
siksa api neraka yang menyakitkan.”

3.Menggunakan Tangan Kanan

Menggunakan tangan kanan merupakan salah satu adab makan dan minum sesuai anjuran
Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda Rasulullah saw bersabda, yang artinya:

“Apabila salah seorang dari kalian makan, maka hendaklah makan dengan tangan kanan dan
apabila dia minum, minumlah dengan tangan kanan. Karena setan apabila dia makan, makan
dengan tangan kiri dan apabila minum, minum dengan tangan kiri.” (HR. Muslim)

4.Mengambil Makanan yang Dekat

Adab makan dan minum sesuai anjuran Rasulullah SAW berikutnya yaitu mengambil makanan
yang dekat. Anjuran Nabi Muhammad SAW terkait makan adalah dianjurkan makan dari arah
pinggir atau tepi dan memakan apa yang ada disekitarnya (yang terdekat) sesuai sabdanya, yang
artinya:

“Jika makanan diletakkan, maka mulailah dari pinggirnya dan jauhi (memulai) dari tengahnya,
karena sesungguhnya barakah itu turun di tengah-tengah makanan.

Jika dipetik hikmahnya, maka larangan mengambil makanan yang ada di hadapan orang lain
adalah agar terhindar dari perbuatan kurang sopan, karena boleh jadi orang lain akan merasa
terganggu dan bahkan merasa jijik dengan perbuatan tersebut

5.Larangan Makan dan Minum Sambil Berdiri

hadis Nabi Muhammad SAW terkait dengan larangan makan dan minum sambil berdiri, yaitu
sebagai berikut: “Dari Abi said al-Khudri sesungguhnya Rasulullah SAW melarang minum
sambil berdiri”.

Secara umum Rasulullah SAW dalam praktiknya lebih sering minum sambil duduk. Bahkan
dapat dikatakan selalu minum dalam keadaaan duduk, kecuali dalam kondisi tertentu di mana
Nabi terpaksa minum sambil berdiri, seperti jika tempatnya sempit atau karena tempat minum
yang tergantung.
Adab makan dan minum sesuai anjuran Rasulullah SAW ini penting dipraktikkan setiap harinya
karena juga berkaitan dengan kesehatan. Ketika makan hendaknya kamu duduk karena pada saat
makan dengan posisi berdiri organ dalam tubuh tidak berfungsi dengan baik, yang meliputi usus
lambung dan ginjal.

6. Makan dengan Tiga Jari dan Menjilat Jari Jemari

Makan dengan tiga jari dan menjilat jari jemari merupakan adab makan dan minum sesuai
anjuran Rasulullah SAW berikutnya. Hal ini disebutkan dalam suatu hadis, yang artinya:

“Dahulu Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam makan dengan tiga jari dan menjilati tangannya
setelah makan sebelum beliau bersihkan.” (HR. Muslim)

Adab ini juga berdasarkan pada hadis riwayat Bukhari, oleh Ibnu Abbas radhiyallahu
‘anhu, Rasulullah SAW bersabda:

”Jika salah satu di antara kalian makan, maka janganlah ia bersihkan tangannya sehingga

7.Tidak Bernapas dalam Wadah ketika Minum

Adab makan dan minum sesuai anjuran Rasulullah SAW berikutnya yaitu tidak bernapas di
dalam wadah ketika minum dan bernapas di luar wadah. Hadis Nabi saw. berkenaan dengan
larangan tersebut adalah sebagai berikut:

Dari Abdullah bin Abi Qatadah dari ayahnya berkata, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila
seseorang di antara kamu minum maka janganlah dia bernapas di dalam wadah, dan apabila dia
mendatangi kakus (istinja di tempat buang air) maka janganlah ia menyentuhLarangan meniup
dalam wadah, sabda Nabi Muhammad SAW:

Abi Sa’id al-Khudri sesungguhnya ia berkata, Rasulullah saw. melarang minum sambil
memecahkan lubang wadah air dan dilarang meniup air minum

8.Larangan Makan Terlalu

Saat merasa sudah cukup kenyang maka berhentilah untuk memaksa makan karena dapat
berpotensi membuat perut sakit. Organ pencernaan belum tentu bisa mencerna banyaknya
makanan yang masuk. Hal ini termasuk dalam adab makan dan minum sesuai anjuran Rasulullah
SAW.

Nabi Muhammad SAW bersabda:


“Tidaklah anak Adam memenuhi wadah yang lebih buruk dari perut. Cukuplah bagi anak Adam
memakan beberapa suapan untuk menegakkan punggungnya. Namun jika ia harus
(melebihkannya), hendaknya sepertiga perutnya (diisi) untuk makanan, sepertiga untuk minuman
dan sepertiga lagi untuk bernapas”

9.Segera Makan Hidangan yang Telah Disiapkan

Nabi Muhammad SAW sangat menganjurkan untuk segera makan hidangan yang telah tersedia di
depan mata. Bahkan saat sudah terdengar adzan lebih baik mendahulukan makan, dan apabila
telah selesai makan baru melaksanakan sholat.

Hal ini ternyata merupakan alasan yang sangat masuk akal, karena apabila salat dalam keadaan
makanan sudah dihidangkan dan perut sedang lapar, maka akan membuat salat menjadi tidak
tenang karena memikirkan makanan tersebut.

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘’

Jika makan malam sudah disajikan dan Iqamah salat dikumandangkan, maka dahulukanlah
makan malam.” (HR. Bukhari )

10. Berdoa Selesai Makan dan Minum

Setelah diawali dengan doa, maka ditutup juga dengan doa. Adab makan dan minum sesuai
anjuran Rasulullah SAW ini tentu sebagai ucapan syukur terhadap makanan yang telah disantap.

Doa setelah makan yaitu:

“Alhamdu lillaahil ladzii ath'amanaa wa saqoonaa wa ja'alnaa muslimiin”

Artinya:

“Segala puji bagi Allah Ta'ala yang telah memberikan makanan dan minuman ini serta jadikan

kami sebagai orang-orang islam.”

Adab Turun Hujan


Ketika turunnya hujan.
Ketika turun hujan Nabi mengajarkan kita sebuah doa untuk dibaca sebagai
kesyukuran terhadap turunnya hujan. “Allahumma Shoyyiban Naafi’an (Ya Allah,
turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat).”
1. Turunnya hujan adalah kesempatan terbaik untuk berdoa.
Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menyebutkan dalam salah satu hadisnya bahwa
ada tiga doa yang mustajab pada tiga keadaan, di antaranya adalah doa di saat
hujan.
2. Ketika hujan lebat.
Nabi mengajarkan kita sebuah doa ketika hujan turun lebat, “Allahumma
haawalaina wa laa ’alaina. Allahumma ’alal aakami wal jibaali, wazh zhiroobi, wa
buthunil awdiyati, wa manaabitisy syajari [Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar
kami, bukan untuk merusak kami. Ya Allah, turukanlah hujan ke dataran tinggi,
gunung-gunung, bukit-bukit, perut lembah dan tempat tumbuhnya pepohonan).”
3. Mengambil berkah ketika hujan.
Kebiasaan Nabi dan sahabat lainnya ketika hujan mereka menyingkap bajunya
untuk terkena air hujan. Imam An-nawawi juga menyebutkan bahwa ulama Asy-
syafi’iyah menganjurkan menyingkap sebagian badan (selain aurat) agar terguyur
air hujan. (Syarh Muslim, 6/196).
4. Jangan mencela hujan.
Hujan turun atas perintah Allah, maka ibaratnya ketika mencaci hujan kita juga
mencaci pemberi perintah kepadanya, yaitu Allah.
5. Berdoa setelah hujan mulai reda.Nabi mengajarkan kita sebuah doa ketika hujan
telah selesai, “Muthirna bi fadhlillahi wa rohmatih’ (Kita diberi hujan karena karunia
dan rahmat Allah).”

Adapun adab-adab puasa


1. Sahur di Akhir Waktu

Untuk menyipkan energi berpuasa seharian, tentu kita memerlukan asupan makanan. Oleh karena itu
sahabat jangan sampai melewatkan sahur. Apalagi terdapat keberkahan dalam waktu sahur. Dan
betapa baiknya Allah swt yang menjadikan sahur di penghunjung waktu sebagai sebuah keutamaann.
Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam yang diriwayatkan dari Anas bin
Malik radhiyallahu’anhu sebagai berikut:

‫ َو َأِّخ ُرْو ا الَّسُحْو َر‬، ‫َب ِّك ُرْو ا ِباإلْفَط اِر‬

Artinya:“Segerakanlah berbuka dan akhirkanlah sahur.” Sementara untuk makanan sahur sebaik-
baiknya adalah kurma. Sahur merupakan pembeda kita ummat muslim dengan ahli Kitab. "Dan
sebaik-baik makanan sahur adalah kurma". (HR. Abu Dawud, no. 2345) .

2. Segerakan Berbuka

Untuk sahur memang dianjurkan diakhirkan, tapi untuk bebuka puasa lebih utama disegerakan. Oleh
karena itu, segeralah sahabat berbuka bila telah datang waktunya karena Rasulullah Saw bersabda :

"orang-orang senantiasa tetap dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka". (HR. Bukhari,
jilid 4, hal 198).

Rasulullah Saw biasa berbuka dengan melakukan sholat, dengan makan beberapa biji kurma mengkal
atau kurma matang, dan beberapa teguk air minum (HR. Tirmidzi, jilid 3, hal 79). Sunahnya
memakan kurma terlebih dahulu dengan mengucapkan bismillah barulah meminum air. Dan
membaca
‫ َو َثَبَت اَألْج ُر ِإْن َش اَء ُهللا‬،‫َذ َهَب الَّظَم ُأ َو اْبَتَّلِت اْلُعُروُق‬

Artinya: "Telah hilang rasa haus, dan urat-urat telah basah serta pahala telah tetap, insya Allah. (HR.
Abu Dawud, jilid 2, hal 765) .

3. Hindari Pembicaraan yang sia-sia

Hindarilah pembicaraan yang sia-sia karena Rasulullah Saw bersabda "pada hari seseorang diantara
kalian sedang berpuasa maka janganlah diantaran Kalian berbicara serono, berbicara sia-sia". (HR.
Bukhari, No. 1904). hal Ini bisa bermakna jatuh pada perbuatan maksiat, seperti menggunjing, gibah,
berkata jorok, dan dusta. karena perbuatan-perbuatan tersebut dapat menghapus seluruh perbuatan
puasanya

4. Membentengi diri dari hawa nafsu

Meaki yang membatalkan puasa adalah makan dan minum, namun sejatinya puasa jugalah tentang
menahan hawa nafsu. Usahakanlah untuk menghindari perbuatan yang membuat pertengkaran, dan
bila ada yang hendak menyerang atau memaki katakanlah jika sahabat sedang berpuasa. Karena
Rasulullah Saw bersabda "Dan jika seseorang menyerangnya atau memakinya maka hendaklah ia
menghindari perbuatan tersebut, dan berkata, "aku sedang puasa, aku sedang puasa". (HR. Bukhari
No.1894)

5.Tidak Makan Berlebihan

dan tidak menuruti hawa nafsu. Sebaiknya kita juga berhenti sebelum perut terasa Saat berpuasa
memang terasa semua makanan dan minuman yang berseliwuran terlihat nikmat. Seringkali hal ini
membuat kita kalap membeli ini itu dan ingin mencicipi banyak makanan. Rasulullah Saw bersabda
"tidak ada bejana dipenuhi oleh manusia yang lebih buruk dari pada perutnya". (HR. Tirmidzi, No
2380). Sahabat usahakan mengonsumsi makanan yang cukup kenyang.

6. Dermawan, gemar berbagi

Salah satu yang dianjurkan saat berpuasa adalah perbanyak ibadah. Salah satu ibadah yang bisa
sahabat lakuka adalah dengan memberi makan orang yang berpuasa atau berbagi satu sama lain

Rasulullah Saw bersabda "sesungguhnya di surga itu ada kamar-kamar yang bagian dari luarnya
terlihat dari dalam, dan bagian luarnya tampak dari luar, yang disediakan oleh orang-orang yang
memberi makan, memperlembut pembicaraan, senang berpuasa dan sholat di malam hari diwaktu
manusia tertidur pulas". (HR. Ahmad, jilid 5, hal 343).

Insya Allah ada kamar-kamar yang disediakan di surga untuk merka yang memberi makan orang lain
Sahabat, itulah beberapa hal yang perlu kita perhatikan saat berpuasa. Jangan sampai kita berpuasa
hanya mendapatkan rasa haus dan lapar saja..

Adab hari jum’at dan sunahnya


1. Mandi sebelum Salat Jumat..
Abu Bakar Jabir Al-Jazairi mengatakan, orang yang hendak menghadiri salat Jumat
dianjurkan mandi. Hal ini merujuk pada sabda nabi saw

‫ُغ ْس ُل َي ْو ِم الُجُم َع ِة َو اِج ٌب َع َلى ُك ِّل ُمْح َت ِلٍم‬


artinya: "Mandi Jumat wajib dilaksanakan oleh setiap orang yang sudah baligh." (H.R
muslim dan abu daud)

2. Mengenakan Pakaian Bersih dan Wewangian

Adab lainnya adalah mengenakan pakaian yang bersih dan menggunakan wewangian.
Rasulullah SAW bersabda,

"Setiap muslim wajib mandi pada hari Jumat dan mengenakan pakaian terbaiknya. Apabila
dia memiliki wewangian, hendaklah dia menggunakannya." (HR Ahmad)

3. Bergegas ke Masjid untuk Salat Jumat

Bagi laki-laki dianjurkan untuk bergegas menghadiri salat Jumat, yakni datang lebih awal
sebelum masuk waktunya. Hal ini bersandar pada sabda Nabi SAW,

"Barang siapa mandi pada hari Jumat seperti mandi junub kemudian berangkat di waktu
awal, seakan-akan dia bersedekah seekor unta. Barang siapa berangkat di waktu yang
kedua, seakan-akan dia bersedekah seekor sapi. Barang siapa berangkat di waktu yang
ketiga, seakan-akan dia bersedekah seekor kambing. Barang siapa berangkat di waktu yang
keempat, seakan-akan dia bersedekah seekor ayam. Barang siapa berangkat di waktu yang
kelima, seakan-akan dia bersedekah sebutir telur. Jika imam telah keluar (untuk berkhutbah)
maka malaikat datang mendengarkan khutbah." (HR Malik, Bukhari, dan At-Tirmidzi)

4. Salat Sunnah ketika Masuk Masjid

Adab lainnya adalah mendirikan salat sunnah ketika masuk masjid sebanyak empat rakaat
atau lebih, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda,

"Seseorang yang mandi pada hari Jumat, kemudian bersuci semampunya, meminyaki
rambutnya, atau menggunakan wewangian, kemudian menuju masjid dan tidak memisahkan
antara dua orang (yang melangkahi leher keduanya), kemudian melaksanakan salat
semampunya, lalu diam ketika imam berkhutbah, niscaya dosanya antara Jumat ke Jumat
diampuni, kecuali dosa besar." (HR Bukhari dan Ahmad)

5.Berhenti Bicara ketika Imam Salat Jumat Tiba

Umat Islam khususnya jemaah salat Jumat hendaknya berhenti berbicara atau bermain
ketika imam telah tiba. Hal ini bersandar pada sabda Nabi SAW,

"Seandainya engkau berkata, 'Diamlah! kepada temanmu pada hari Jumat ketika imam
tengah berkhutbah, berarti salat Jumatmu sia-sia." (HR Muslim dan Ahmad)

6. Cukup Salat Tahiyatul Masjid saat Imam Khutbah

Abu Bakar Jabir Al-Jazairi menyebut, apabila seseorang memasuki masjid ketika imam
tengah berkhutbah, maka dia cukup salat tahiyatul masjid secara ringan. Sebagaimana
Rasulullah SAW bersabda,

"Apabila masing-masing kalian memasuki masjid pada hari Jumat ketika imam sedang
berkhutbah, hendaklah dia salat dua rakaat dengan ringan." (HR Muslim dan Ahmad)

7. Makruh Melangkahi atau Menyela Jemaah

Disebutkan lebih lanjut, makruh hukumnya melangkahi antara leher dua orang yang duduk
ataupun menyela-nyela di antara barisan mereka. Nabi SAW pernah bersabda,
"Katakanlah kepada orang yang melangkahi leher orang-orang, 'Duduklah! Engkau telah
menyakiti mereka.'" Begitu pula sabdanya, "Dan, tidak melangkahi antara dua orang." (HR
Abu Dawud dan Ibnu Majah)

8. Tidak Melakukan Jual Beli ketika Sudah Azan

Adab hari Jumat lainnya adalah tidak melangsungkan praktik jual beli ketika azan sudah
dikumandangkan. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi mengatakannya haram, sebagaimana firman
Allah SWT,

9. Disunnahkan Membaca Surah Al Kahfi

Amalan yang bisa dikerjakan umat Islam sebagaimana sunnah nabi adalah membaca surah
Al Kahfi pada malam atau siang harinya. Rasulullah SAW bersabda,

‫َم ْن َق َر َأ ُسوَر َة اْلَك ْهِف ِفى َي ْو ِم اْلُجُم َع ِة َأَض اَء َلُه ِمَن الُّن وِر َم ا َب ْي َن اْلُجُم َع َت ْي ِن‬

Artinya: "Barang siapa membaca surah Al Kahfi pada hari Jumat, niscaya Allah
meneranginya dengan cahaya di antara dua Jumat." (HR Al-Hakim dan dinilai shahih)

10. Memperbanyak Sholawat Nabi

Adab dan amalan yang bisa dikerjakan umat Islam lainnya pada hari Jumat adalah
memperbanyak sholawat serta salam bagi Rasulullah SAW. Hal ini bersandar pada sabda
Nabi SAW,

"Perbanyaklah bersholawat untukku pada hari Jumat dan malam Jumat. Barang siapa
melakukannya, niscaya aku menjadi saksi dan pemberi syafaat baginya pada hari kiamat."
(HR Al-Hakim dan Al-Baihaqi. Sanad hadits ini hasan)

11. Memperbanyak Doa pada Siang Hari

Adab hari Jumat lainnya adalah memperbanyak doa pada siang hari karena ada waktu yang
mustajab di dalamnya. Abu Bakar Jabir Al-Jazairi mengatakan, barang siapa beruntung
mendapatinya, niscaya Allah SWT mengabulkan doanya dan memberikan apa yang diminta.
Rasulullah SAW bersabda,

"Sesungguhnya, pada hari Jumat ada waktu yang apabila seorang hamba muslim
memohonkan suatu kebaikan kepada Allah Azza Wa Jalla, niscaya Dia memberikannya."
(HR Muslim dan Ahmad) Kumpulan Adab ketika Menghadiri Majelis

Adab berada di mesjis

1. Makruh Menyuruh Orang Bangun dari Tempatnya Duduk

Rasulullah SAW bersabda, "Apabila kalian bangun dan pada hadits Abu Uwanah: 'Siapa
yang bangun dari tempat duduknya, kemudian dia kembali ke tempatnya itu, maka dia lebih
berhak terhadap tempat duduknya." (HR Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ad
Darimi)

2.Berbisik kepada Dua Orang Tanpa Melibatkan Orang Ketiga

Maksud dari adab ini ialah Larangan menghindari rasa sedih ketika dua orang
berbisik namun orang ketiga tidak mengetahuinya. Dalam sebuah hadits, Nabi SAW
bersabda:

"Janganlah saling berbisik antara dua orang tanpa melibatkan yang ketiga, karena itu akan
membuatnya bersedih." (HR Bukhari)

3. Mengucapkan Salam ketika Datang atau Pulang

Mengucapkan salam tidak wajib, namun menjadi adab yang termasuk sunnah. Abu Hurairah
RA meriwayatkan bahwaRasulullah SAW bersabda:

"Jika salah seorang dari kalian datang ke majelis, maka ucapkanlah salam, jika dia hendak
duduk, maka duduklah. Kemudian bila bangun, maka ucapkanlah salam. Salam yang
pertama tidaklah lebih layak dari salam yang terakhir." (HR Abu Dawud dan At Tirmidzi)
4. Berzikir kepada Allah

Rasulullah SAW bersabda,

"Tidak ada sekelompok orang yang bangun dari sebuah majelis yang tidak disebut nama
Allah di dalamnya, kecuali mereka bangun dari bangkai keledai, dan mereka akan
menyesal." (HR Abu Dawud, Ahmad, dan At Tirmidzi) 5. Tidak Boleh Memisahkan Antar Dua
Orang kecuali dengan Izin Keduanya

Terkait hal ini, Rasulullah SAW bersabda,

"Seorang lelaki tidak boleh memisahkan antara dua orang kecuali dengan seizin keduanya."
(HR Abu Dawud, Ahmad, At Tirmidzi)

Alasan dari pelarangan ini dikhawatirkan antara keduanya ada rahasia yang sedang
dibicarakan atau amanat yang sedang didiskusikan.

6. Duduk di Tempat yang Masih Tersedia

Adab ini adalah amalan yang dilakukan para sahabat Rasulullah SAW dan beliau akui. Dari
Jabir bin Samurah RA bahwa iamengatakan,

"Kami apabila mendatangi Rasulullah SAW, kami duduk di tempat yang masih tersedia."

7. Memilih Teman Majelis

Teman adalah orang yang berpengaruh pada kualitas hidup seorang muslim. Hal ini sesuai
dengan sabda Rasulullah SAW:

"Seseorang itu dapat terpengaruh karena agama temannya, maka salah seorang dari kalian
hendaklah melihat siapa yang menjadi temannya." (HR Abu Dawud, Ahmad, dan At Tirmidzi)

Adab dalam Berdoa


1. Memilih Kalimat Singkat, Padat, dan Berisi
Ketika berdoa, hendaknya seseorang memilih kalimat yang singkat, padat, serta berisi.
Tidak perlu bertele-tele agar permohonan dapat tersampaikan dengan baik.

Dalam surat Al Baqarah ayat 201, dijelaskan bahwa Nabi Muhammad SAW berdoa dengan
kalimat demikian,

‫َو ِم ْن ُهم َّمن َي ُقوُل َر َّب َن ٓا َءاِتَن ا ِفى ٱلُّد ْن َي ا َح َس َن ًة َو ِفى ٱْل َء اِخَر ِة َح َس َن ًة َو ِقَن ا َع َذ اَب ٱلَّن اِر‬

Arab latin: Wa min-hum may yaqụlu rabbanā ātinā fid-dun-yā ḥasanataw wa fil-ākhirati
ḥasanataw wa qinā 'ażāban-nār

Artinya: "Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: "Ya Tuhan kami, berilah kami
kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka."

2. Tidak Berdoa untuk Keburukan

Adab kedua yang harus diperhatikan ketika berdoa pada Allah SWT ialah tidak untuk
memohon keburukan. Baik itu ditujukan kepada keluarga, diri sendiri, harta, maupun
kerabatnya. Dari Jabir RA,Nabi SAW bersabda:

"Janganlah kalian berdoa buruk atas kalian, jangan berdoa buruk atas anak-anak kalian,
jangan berdoa buruk atas pelayan-pelayan kalian, dan janganlah berdoa buruk atas harta
kalian; kalian tidak tahu saat mana Allah SWT akan mengabulkan doa kalian." (HR Muslim)

3. Ulangi Doa Sebanyak 3 Kali

Mengulangi doa sebanyak 3 kali juga menjadi adab yang dapat diterapkan seorang muslim
ketika berdoa. Dari Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah SAW menyukai (mengulangi) doa
sebanyak 3 kali dan beristighfar 3 kali. Hadits ini berdasarkan riwayat Ahmad dan lainnya.

4. Merasa Yakin Doanya Pasti Dikabulkan

Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:


"Janganlah salah seorang dari kalian berkata, 'Ya Allah ampunilah aku, jika Engkau
berkenan; ya Allah kasihilah aku, jika Engkau berkenan.' Tetapi hendaklah dia yakin bahwa
doanya akan dikabulkan, karena tidak ada yang dapat memaksa kepada-Nya." (HR Bukhari
dan Muslim)

5. Menghadap Kiblat

Imam Al-Ghazali dalam Ihya 'Ulumuddin menjelaskan bahwa ketika seorang muslim berdoa
hendaknya menghadap kiblat. Hal ini tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 149-150,

١٤٩ - ‫َو ِمْن َح ْي ُث َخ َر ْج َت َف َو ِّل َو ْج َهَك َش ْط َر اْلَم ْس ِج ِد اْلَح َر اِم ۗ َو ِاَّن ٗه َلْلَح ُّق ِمْن َّر ِّب َك ۗ َو َم ا ُهّٰللا ِبَغ اِفٍل َع َّما َت ْع َم ُلْو َن‬

Artinya: "Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, hadapkanlah wajahmu ke arah
Masjidil haram, sesungguhnya itu benar-benar ketentuan dari Tuhanmu. Allah tidak lengah
terhadap apa yang kamu kerjakan."

‫َو ِمْن َح ْي ُث َخ َر ْج َت َف َو ِّل َو ْج َهَك َش ْط َر اْلَم ْس ِج ِد اْلَح َر اِم ۗ َو َح ْي ُث َم ا ُكْنُتْم َف َو ُّلْو ا ُو ُجْو َه ُك ْم َش ْط َر ٗه ۙ ِلَئ اَّل َي ُك ْو َن ِللَّن اِس َع َلْي ُك ْم ُحَّج ٌة ِااَّل اَّل ِذْي َن َظ َل‬
١٥٠ - ‫ُمْو ا ِم ْن ُهْم َف اَل َت ْخ َش ْو ُه ْم َو اْخ َش ْو ِنْي َو ُاِلِتَّم ِنْع َم ِتْي َع َلْي ُك ْم َو َلَع َّلُك ْم َت ْه َت ُدْو َۙن‬

Artinya: "Dan dari manapun engkau (Muhammad) keluar, maka hadapkanlah wajahmu ke
arah Masjidil haram. Dan di mana saja kamu berada, maka hadapkanlah wajahmu ke arah
itu, agar tidak ada alasan bagi manusia (untuk menentangmu), kecuali orang-orang yang
zalim di antara mereka. Janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku,
agar Aku sempurnakan nikmat-Ku kepadamu, dan agar kamu mendapat petunjuk." ADAB
BERPAKAIAN MENURUT ISLAM

Di Bulan April ini, kaum perempuan Indonesia memperingati Hari Kartini. Karena Ibu
Kartini sudah dinobatkan Negara Indonesia menjadi pahlawan, berkat jasanya , buah
pikirannya, yang memberi inspirasi untuk meningkatkan harkat dan martabat kaum
perempuan. Sayangnya, di Republik yang mayoritas penduduknya beragama Islam ini,
masih banyak ditemui kaum perempuan yang tidak malu mempertontonkan auratnya, tidak
berpakaian sopan selayaknya budaya ketimuran kita yang sarat makna kesopanan dan
beretika.

Sewajarnya seseorang itu memakai pakaian yang sesuai karena pakaian sopan dan
menutup aurat adalah cermin seseorang itu Muslim yang sebenarnya. Islam tidak
menetapkan bentuk atau warna pakaian untuk dipakai, baik ketika beribadah atau di luar
ibadat. Islam hanya menetapkan bahawa pakaian itu mestilah bersih, menutup aurat, sopan
dan sesuai dengan akhlak seorang Muslim.

Adab berpakayan
1. Menutup aurat

Aurat lelaki menurut ahli hukum ialah daripada pusat hingga ke lutut. Aurat wanita pula ialah
seluruh anggota badannya, kecuali wajah, tapak tangan dan tapak kakinya. Rasulullah SAW
bersabda bermaksud: "Paha itu adalah aurat." (HR.Bukhari).

2. Tidak menampakkan tubuh

Pakaian yang jarang sehingga menampakkan aurat tidak memenuhi syarat menutup aurat.
Pakaian jarang bukan saja menampak warna kulit, malah boleh merangsang nafsu orang
yang melihatnya.

Rasulullah SAW bersabda yang artinya: "Dua golongan ahli neraka yang belum pernah aku
lihat ialah, satu golongan memegang cemeti seperti ekor lembu yang digunakan bagi
memukul manusia dan satu golongan lagi wanita yang memakai pakaian tetapi telanjang
dan meliuk-liukkan badan juga kepalanya seperti bonggol unta yang tunduk.Mereka tidak
masuk syurga dan tidak dapat mencium baunya walaupun bau syurga itu dapat dicium
daripada jarak yang jauh." (HR.Muslim)

3. Pakaian tidak ketat.


Tujuannya adalah supaya tidak kelihatan bentuk tubuh badan yang merangsang lawan jenis
untuk bermaksiat.

4. Tidak menimbulkan perasaan riya.

Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Siapa yang melabuhkan pakaiannya kerana


perasaan sombong, Allah SWT tidak akan memandangnya pada hari kiamat." Dalam hadis
lain, Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Siapa yang memakai pakaian yang berlebih-
lebihan, maka Allah akan memberikan pakaian kehinaan pada hari akhirat nanti." (Ahmad,
Abu Daud, an-Nasa'iy dan Ibnu Majah).

5. Lelaki, dan wanita berbeda.

Maksudnya pakaian yang khusus untuk lelaki tidak boleh dipakai oleh wanita, begitu juga
sebaliknya. Rasulullah SAW mengingatkan hal ini dengan tegas sabdanya yang artinya:
"Allah mengutuk wanita yang meniru pakaian dan sikap lelaki, dan lelaki yang meniru
pakaian dan sikap perempuan." (Bukhari dan Muslim).

Beliau SAW juga bersabda: "Allah melaknat lelaki berpakaian wanita dan wanita berpakaian
lelaki." ?(Abu Daud dan Al-Hakim).

6. Larangan pakai sutera.

ISLAM mengharamkan kaum lelaki memakai sutera. Rasulullah SAW bersabda bermaksud:
"Janganlah kamu memakai sutera, sesungguhnya orang yang memakainya di dunia tidak
dapat memakainya di akhirat." (Muttafaq 'alaih).

7. Memanjangkan pakaian.

Contohnya seperti tudung yang seharusnya dipakai sesuai kehendak syarak yaitu bagi
menutupi kepala dan rambut, tengkuk atau leher dan juga dada. Allah berfirman bermaksud:
"Wahai Nabi, katakanlah (suruhlah) isteri-isteri dan anak-anak perempuanmu serta
perempuan-perempuan beriman, supaya mereka memanjangkan pakaiannya bagi menutup
seluruh tubuhnya (ketika mereka keluar rumah); cara yang demikian lebih sesuai untuk
mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak
diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang." ?(al-
Ahzab:59).

8. Memilih warna sesuai.

Contohnya warna-warna lembut termasuk putih kerana ia nampak bersih dan warna ini
sangat disenangi dan sering menjadi pilihan Rasulullah SAW. Baginda bersabda
bermaksud: "Pakailah pakaian putih kerana ia lebih baik, dan kafankan mayat kamu
dengannya (kain putih)." (an-Nasa'ie dan al-Hakim).

9. Larangan memakai emas.

Termasuk dalam etika berpakaian di dalam Islam ialah barang-barang perhiasan emas
seperti rantai, cincin dan sebagainya.

Bentuk perhiasan seperti ini umumnya dikaitkan dengan wanita namun pada hari ini ramai
antara para lelaki cenderung untuk berhias seperti wanita sehingga ada yang sanggup
bersubang dan berantai.

Semua ini amat bertentangan dengan hukum Islam. Rasulullah s.a.w. bersabda bermaksud:
"Haram kaum lelaki memakai sutera dan emas, dan dihalalkan (memakainya) kepada
wanita."

10. Mulakan sebelah kanan.

Apabila memakai baju,celana atau seumpamanya, mulailah sebelah kanan. Imam Muslim
meriwayatkan daripada Saidatina Aisyah bermaksud: "Rasulullah suka sebelah kanan dalam
segala keadaan, seperti memakai sandal,sepatu, berjalan kaki dan bersuci."Apabila
memakai sepatu atau seumpamanya, mulai dengan sebelah kanan dan apabila
menanggalkannya, mulai dengan sebelah kiri.

Rasulullah SAW bersabda bermaksud: "Apabila seseorang memakai sendal, mulakan


dengan sebelah kanan, dan apabila menanggalkannya, mulai dengan sebelah kiri supaya
yang kanan menjadi yang pertama memakai sendal dan yang terakhir menanggalkannya."
(Riwayat Muslim).
11. Selepas beli pakaian

Apabila memakai pakaian baru dibeli, ucapkanlah seperti yang diriwayatkan oleh Abu Daud
dan At-Tarmizi yang bermaksud:

"Ya Allah, segala puji bagi-Mu, Engkau yang memakainya kepadaku, aku memohon
kebaikannya dan kebaikan apa-apa yang dibuat baginya, aku mohon perlindungan kepada-
Mu daripada kejahatannya dan kejahatan apa-apa yang diperbuat untuknya. Demikian itu
telah datang daripada Rasulullah".

12. Berdoa.

Ketika menanggalkan pakaian, lafaz- kanlah: "Pujian kepada Allah yang mengurniakan
pakaian ini untuk menutupi auratku dan dapat mengindahkan diri dalam kehidupanku,
dengan nama Allah yang tiada Tuhan melainkan Dia. Sebagai seorang Islam, sewajarnya
seseorang itu memakai pakaian yang sesuai menurut tuntutan agamanya.Karena
sesungguhnya pakaian yang sopan dan menutup aurat adalah cermin seorang Muslim yang
sebenarnya.

Adab kepada orang tua


1. Tidak Meninggikan Suara

Ketika sedang berbicara dengan orang tua, jangan meninggikan suara. Merendahkan suara
dan tidak memandang tajam tergolong sebagai akhlak yang mulia dan sikap penghormatan
yang sangat layak untuk diterapkan.

2. Tidak Mendahului dalam Berkata-kata

Mempersilakan serta membiarkan orang tua untuk berkata-kata terlebih dahulu dapat
menyenangkan hati orang tua. Hal ini dicontohkan dalam hadits riwayat Abdullah bin Umar
RA, ia berkata:

"Kami pernah bersama Nabi SAW di Jummar, kemudian Nabi bersabda: 'Ada sebuah pohon
yang ia merupakan permisalan seorang muslim' Ibnu Umar berkata: 'Sebetulnya aku ingin
menjawab pohon kurma. Namun karena aku yang paling muda disini maka aku diam,' Lalu
Nabi SAW pun memberi tahu jawabannya (kepada orang-orang): 'ia adalah pohon kurma"
(HR Bukhari)

Ibnu Umar RA melakukan hal tersebut karena adanya sahabat lain usianya lebih tua meski
bukan orang tuanya.

3. Taat kepada Kedua Orang Tua

Seorang muslim harus taat kepada kedua orang tua yang membesarkannya selama mereka
tidak mendurhakai Allah SWT. Bahkan, hukum menaati kedua orang tua menjadi kewajiban
bagi seorang muslim.

4. Tidak Duduk di Hadapan Kedua Orang Tua yang Sedang Berdiri

Larangan ini terdapat dalam sebuah hadits dari Jabir. Ia mengatakan,

"Nabi SAW sedang sakit. Lalu kami salat di belakang beliau, sedang beliau salat sambil
duduk dan Abu Bakar mengeraskan bacaan takbirnya. Lalu beliau SAW menoleh kepada
kamu. Beliau melihat kami salat sambil berdiri. Lalu beliau berisyarat, kemudian kami salat
sambil duduk.

Tatkala salam, beliau SAW mengatakan: "Jika kalian baru saja bermaksud buruk, tentu
kalian melakukan seperti yang dilakukan oleh orang Persia dan Romawi. Mereka selalu
berdiri untuk memuliakan raja-raja mereka, sedangkan mereka dalam keadaan duduk.
Ikutilah imam-imam kalian. Jika imam tersebut salat sambil berdiri, maka salatlah kalian
sambil berdiri. Dan jika imam tersebut salat sambil duduk, maka salatlah kalian sambil
duduk," (HR Muslim)

5. Selalu Mendoakan

Sebagai seorang anak, hendaknya kita selalu mendoakan orang tua sebagaimana yang
telah diajarkan Allah melalui Al-Qur'an. Jasa mereka yang besar tentu tidak dapat diukur
dengan materi.
6. Menjaga Silaturahmi

Meskipun suatu saat nanti kita telah dewasa dan berkeluarga, tetaplah menyambung tali
silaturahmi dengan orang tua. Dari Asma' binti Abu Bakar berkata,

"Ibuku pernah datang kepadaku dalam keadaan musyrik di masa Quraisy ketika beliau
mengadakan perjanjian (damai) dengan mereka, lalu aku meminta fatwa kepada Rasulullah
SAW, aku berakta, "Wahai Rasulullah, ibuku datang kepadaku karena berharap (bertemu)
denganku. Bolehkah aku sambung (hubungan) dengan ibuku?" beliau menjawab, "Ya.
Sambunglah (hubungan) dengan ibumu," (HR Muslim)

5 Adab Buang Hajat dalam Islam


1. Tidak Menghadap Kiblat atau Membelakanginya

Ketika buang hajat, jangan menghadap ke kiblat dan tidak pula membelakanginya. Ini sesuai
dengan sabda Rasulullah SAW yang berbunyi:

"Jika kalian mendatangi jamban, maka janganlah kalian menghadap kiblat dan
membelakanginya," (HR Bukhari dan Muslim).

2. Jangan Buang Hajat di Jalan dan Tempat yang Selalu Disinggahi

Nabi Muhammad SAW melarang umatnya membuang hajat di tempat yang sering dilalui
oleh orang-orang, berikut sabdanya. "Hati-hatilah dengan al la'nain (orang yang dilaknat oleh
manusia)!" Para sahabatnya lantas bertanya, "Siapa itu al la'nain wahai Rasulullah?" Beliau
bersabda, "Mereka adalah orang yang buang hajat di jalan dan tempat bernaungnya
manusia," (HR Muslim).

3. Tidak Buang Hajat di Air yang Tergenang

Adab buang hajat lainnya ialah tidak buang air di tempat yang airnya tergenang. Hal
tersebut sesuai dengan hadits Jabir bin 'Abdillah, beliau berkata:
"Rasulullah melarang kencing di air tergenang," (HR Muslim).

4. Buang Hajat di Tempat Tertutup

Membuang hajat di tempat tertutup diajarkan oleh Rasulullah agar tidak terlihat oleh
manusia lain. Dari Jabir bin 'Abdillah RA, beliau berkata:

"Kami pernah keluar bersama Rasulullah SAW ketika safar, beliau tidak menunaikan
hajatnya di daerah terbuka, namun beliau pergi ke tempat yang jauh sampai tidak nampak
dan terlihat,"

5. Larangan Memegang Kemaluan dengan Tangan Kanan

Selanjutnya ialah dilarang memegang kemaluan dengan tangan kanan saat buang air.
Mengutip dari buku Fiqih Ibadah tulisan Wismanto Abu Hasan, Rasulullah SAW bersabda:

"Jika salah seorang dari kalian kencing maka janganlah ia memegang kemaluannya dengan
tangan kanan, jangan beristinja dengan tangan kanan dan jangan bernafas dalam gelas
saat minum," (HR Bukhari)

Adab berolahraga yang di contohkan


rosulullah

1.Niat Ibadah dan Taat kepada Allah Swt.

Niat merupakan dasar dari setiap tingkah laku kita. Dengan niat yang baik dan niatibadah
kepada Allah dan selalu taat kepada Allah Swt. merupakan niat yang harus menjadi
landasan dalam setiap perbuatan kita. Dengan demikian, olah raga yang baik adalah olah
raga yang diniatkan untuk menjamin kesehatan kita, sehingga kita bisa meningkatkan
ibadah kepada-Nya.

Banyak sekali saat ini kita menemukan sebagian besar orang hanya menjadikan olah raga
untuk kesehatan belaka, bahkan hanya hiburan, tanpa adanya niat yang tulus untuk
menambah kualitas ibadah serta takut kita kepada Allah Swt. Sejatinya, setiap perbuatan
berlabuh pada niat ibadah kepada-Nya, karena tidak artinya perbuatan jika tidak dilandasi
dengan niat tersebut.

2. Bersemangat

Olah raga haruslah bersemangat , olah raga yang dilakukan dalam keadaan yang kurang
semangat, tidak akan menambah kualitas apa pun, hanya membuang waktu. Kita akan
tergolong orang-orang yang sangat rugi jika melakukan sesuatu tanpa makna apa pun yang
bisa kita raih. Dengan demikian, salah satu adab yang dianjurkan oleh Rasulullah Saw.
dalam berolah raga harus mempunyai semangat yang baik.

Rasulullah Saw. melakukan olah raga dengan penuh semangat sehingga beliau bisa
memetik hasil dari semangat tersebut. Pada saat beliau berjalan kaki atau lari pagi, bahkan
naik kendaraan, seperti unta, terlihat begitu besar semangatnya, dan tidak dapat
disangsikan lagi, beliau mampu menuai hasil yang baik dalam pekerjaannya.

3. Berpakaian yang Baik

Berpakaianyang baik bukan berarti berpakaian yang mahal, tetapi pakaian yang bisa
menjamin pemakainya nyaman, serta tidak melanggar norma-norma, baik norma sosial
maupun norma agama. Dalam norma masyarakat, kita mendapatkan standar pakaian yang
layak, begitu juga dalam norma agama. Dalam norma agama, pakaian yang baik adalah
pakaian yang menutup aurat pemakainya.

Rasulullah Saw. melakukan olah raga sangat memperhatikan pakaian, dengan prinsip
nyaman dan tidak melanggar aturan agama. Kenyataan saat ini, banyak menggunakan olah
raga sebagai sebuah sarana untuk pamer aurat, bahkan tidak jarang olah raga yang
dilakukan tidak pernah mengindahkan norma masyarakat maupun agama, sehingga olah
raga yang mestinya menyehatkan, justru semakin membuat kita sakit secara mental. Oleh
karena itu, olah raga dari Rasulullah Saw. merupakan anjuran, maka kita juga harus siap
melakukannya dengan beberapa adab yang juga dianjurkan agar kita mendapatkan kualitas
olah raga tersebut.
4. Tidak Melalaikan Dzikir kepada Allah Swt.

Dalam kondisi apa pun, tidak melalaikan dzikir kepada Allah SWT , dzikir harus menjadi
pegangan kita sebagai umat Rasulullah Saw. Sebab, dengan dzikir, menunjukkan bahwa
kita melakukan sesuatu masih dalam haluan yang benar. Tidak berarti pada saat olah raga
kita sambil membaca bacaan dzikir, tetapi kita mesti berusaha untuk menjadikan dzikir
sebagai bagian dari olah raga kita, sehingga nilai olah raga tidak terputus dari rahmat Allah
Swt.

5. Tidak Mengganggu Kenyamanan Orang Lain

Coba perhatikan, dari olah raga yang dilakukan oleh Rasulullah Saw., tidak satu pun yang
dilakukan mengganggu orang lain. Hal ini menunjukkan bahwa olah raga merupakan hak
setiap orang lain, namun harus dilakukan dengan cara yang tidak mengganggu orang lain.
Sebab, olah raga tidak akan bernilai apa-apa, bahkan cenderung menuai masalah baru jika
kita melakukannya tanpa memperhatikan ketenangan dan kenyamanan orang lain.

Adab menyisir rambut


1.Mendahulukan Menyisir Rambut Sebelah Kanan

Rasulullah SAW sangat menyukai melakukan sesuatu dengan mengutamakan kanan


terlebih dahulu. Contohnya makan dengan tangan kanan atau menggunakan sandal dengan
mendahulukan kaki kanan. Lalu berwudhu dengan mendahulukan anggota tubuh sebelah
kanan dan lain sebagainya.

Imam Nawawi juga menjelaskan mengutamakan kanan di semua perbuatan baik hukumnya
sunnah. Sebaliknya, hukumnya sunnah mendahulukan kiri untuk berbagai perbuatan yang
bersifat hina. Contohnya yaitu ketika hendak membuang sampah, istinja, masuk kamar
mandi, dan lainnya.
Sunnah menyisir rambut menurut Rasulullah dengan mendahulukan sebelah kanan terlebih
dahulu. Artinya yaitu dengan menyisir bagian kepala sebelah kanan setelah itu baru menyisir
sebelah kiri. Kita pun bisa mengikuti kebiasaan tersebut dengan menyisir sebelah kanan
baru kiri.

2.Tidak Boleh Berlebihan dan Menyisir Rambut

Terdapat hadis riwayat Imam at-Tirmidzi yang memuat larangan menyisir setiap hari.
Larangan dalam menyisir tersebut bahkan juga terdapat dalam kitab sunan Imam An-Nasai.
Lalu apakah menyisir rambut setiap hari termasuk haram dan bisa menimbulkan dosa?
Hadits larangan menyisir setiap hari tersebut sebenarnya memiliki maksud tersendiri.
Maksudnya yaitu larangan untuk berlebihan dalam kemewahan dan mempercantik diri
sendiri. Jadi larangan ini bukan tentang menyisir setiap hari namun berlebihan dalam
mempercantik diri.

Karena itu, sunnah menyisir rambut selanjutnya yaitu tidak boleh terlalu berlebihan.
Rasulullah SAW pun tidak pernah berlebihan dalam menyisir maupun menata rambutnya.
Bahkan Rasulullah menyisir dengan cara sehari menyisir dan sehari setelahnya tidak
menyisir.

Berlebihan dalam menyisir bisa memberikan dampak buruk untuk perempuan maupun laki-
laki. Misalnya yaitu memungkinkan seseorang berpaling dari mengurus perkara yang lebih
penting. Bahkan dampaknya yang lebih parah juga bisa membuat seseorang melalaikannya
dari berdzikir.

Bagi orang yang sering ke salon untuk mengurus rambut juga bisa menjadi sikap berlebih-
lebihan. Selain itu sering ke salon juga bisa menjadi tindakan membuang uang secara
mubazir. Saat pergi ke salon pun memungkinkan wanita untuk memperlihatkan rambutnya
pada laki-laki asing.
3.Sunnah Menyisir Rambut Menggunakan Minyak Rambut

Rasulullah SAW selalu berpenampilan baik dan menata rambutnya agar tetap terlihat rapi.
Untuk itu Rasulullah SAW juga menggunakan minyak rambut untuk menata rambutnya.
Karena itu sunnah selanjutnya yaitu dengan menggunakan minyak rambut namun tidak
perlu berlebihan.

Menggunakan minyak rambut tentunya bisa membuat rambut lebih rapi dan mudah diatur.
Kini pun sudah tersedia banyak sekali produk minyak rambut yang tersedia di pasaran.
Setiap produk bahkan menawarkan berbagai manfaat tersendiri yang bagus untuk
kesehatan rambut.

Misalnya yaitu minyak rambut mampu mencegah dan mengatasi ketombe di kulit kepala.
Lalu bisa melindungi rambut dari kerusakan akibat panas, meningkatkan kekuatan rambut.
Melawan rambut kusut, mengurangi produksi sebum di kulit kepala, membuat rambut
berkilau, dan lainnya.

Adab memakai sendal dan sepatu


1.Diawali dengan Membaca Basmallah dan doa sebelum memakai sandal.

Adapun doa sebelum memakai sandal adalah sebagai berikut;

‫بسم هللا اللهم صل على سيدنا محمج وعلى ال سيدنا محمد ووطئ قدمي في الدنيا واالخرة وثبتهما على الصراط يوم تزل االقدام‬

Bismillaah. Allohumma sholli ‘ala sayyidina muhammadin wa ‘ali sayyidina muhammadin, wa


waththi’ qodamayya fid dunya wal akhiroh wa tsabbithuma ‘alash shirothi yauma tazillul
aqdam.
Artinya: “Dengan menyebut nama Allah. Ya Allah, limpahkan shalawat kepada junjungan
kami Nabi Muhammad dan keluarganya. Semoga Engkau menginjakkan kedua kakiku di
dunia dan akhirat, lalu menetapkan keduanya pada shirat di hari kaki-kaki manusia
tergelincir di dalamnya.”

2. Dahulukan memakai sandal/sepatu dengan kaki sebelah kanan

Dalam sebuah hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anhā dalam Ash-Sahihain, beliau berkata:

‫ َو ِفي َش ْأِنِه ُك ِّلِه‬،‫ َو ُط ُهوِر ِه‬،‫ َو َت َر ُّج ِلِه‬،‫ ِفي َتَن ُّعِلِه‬، ‫»َك اَن الَّن ِبُّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم «ُيْع ِج ُبُه الَّت َي ُّمُن‬

“Bahwasanya Rasulullah ‫ ﷺ‬senang mendahulukan bagian kanan dalam memakai sandal,


menyisir rambut, bersuci dan dalam segala perkara.”HR. Bukhari no. 168 dan 5926.

3.Tidak memakai sandal atau sepatu dengan berdiri

Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma mengatakan:

‫َن َه ى َر ُسوُل ِهللا َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َأْن َي ْن َت ِعَل الَّر ُجُل َق اِئًما‬

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang seseorang memakai sandal dalam


keadaan berdiri.” [H.R. Abu Dawud dan yang lainnya, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani
dalam Ash Shahihah].

4.Tidak berjalan dengan memakai satu sandal saja.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

‫اَل َيْمِش ي َأَح ُد ُك ْم ِفي َن ْع ٍل َو اِحَد ٍة ِلُيْح ِفِه َم ا َج ِميًع ا َأْو ِلُيْن ِع ْلُهَم ا َج ِميًع ا‬
“Janganlah kalian berjalan memakai satu sandal. Lepas semua sekalian, atau pakai semua.”
[H.R. Al Bukhari dan Muslim dari sahabat Abu Hurairah]. Adab Berbeda Pendapat

[1]. Ample Dada Menerima Kritik Yang Sampaikan Kepada Anda Untuk Memperbaiki Kesalahan, Dan
Perlu Anda Ketahui Bahwa Ini Adalah Nasehat Yang Diberikan Oleh Rekan Seiman Anda.Temukan!
Bahwa penolakanmu terhadap kebenaran dan kemarahanmu karena membela diri adalah
kesombongan - A'aadzanallah. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda."Artinya: Sombong
adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain".[Hadits Riwayat Muslim]

[2]. Hendaklah Memilih Ucapan Yang Terbaik Dan Terbagus Dalam Berdiskusi Dengan Sesama
Saudara Muslim.

[3]. Hendaklah Diskusi Yang Dilakukan Terhadap Saudara Sesama Muslim, Dengan Cara-Cara Yang
Bagus Untuk Menuju Suatu Yang Lebih Lurus.

Akhirnya melalui hadits ini kita dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

[1] Perbedaan pendapat, walaupun sudah menjadi suatu hal yang ditakdirkan oleh Allah, namun
wajib bagi kita untuk menjauhinya dan tidak ada keinginan untuk berbeda pendapat terhadap suatu
hal yang mungkin dilakukan selama kita masih mempunyai cara untuk menghindarinya.

[2] Perkara-perkara yang diperbolehkan ijtihad padanya, memiliki beberapa syarat dan ketentuan-
ketentuan yang diatur oleh ilmu dan keikhlasan bukan diatur oleh perkiraan dan kemauan hawa
nafsu.
[3] Ahlu Sunnah mempunyai metode dalam memahami perbedaan yang diambil dari Al-Qur'an dan
Sunnah. Diantara adabnya adalah dengan mengikuti akhlak salaf yang shaleh dalam bersosialisasi
dengan orang lain ketika terjadi perselisihan

[4] Tidak boleh seseorang yang beriman kepada Tuhan dan Hari Akhir menuduh saudaranya
menyimpang dari metode Ahlus Sunnah kecuali berdasarkan ilmu dan keadilan, bukan berdasarkan
kebodohan dan kekejaman.

[5] Jangan mencampuradukkan masalah ijtihadiyah dengan masalah iftiraq (berpisah) sebagaimana
halnya tidak boleh mencampuradukkan orang yang membuat juz'iyah bid'ah dengan orang yang
meninggalkan sunnah dengan kulliyah bid'ah.

Adab Meminjam
• Niat meminjam untuk mengembalikan, bukan untuk melupakan.

• Ada akad dalam utang piutang beserta kapan waktu pelunasannya.

• Adanya saksi dalam akad utang piutang.

• Mengembalikan pinjaman tepat waktu, sesuai kesepakatan dengan pihak yang dipinjamkan.

• Tidak meminjam dengan maksud meminta-minta.

• Memberikan kabar jika tidak dapat melunasi pinjaman sesuai dengan kesepakatan.

Memberikan jaminan kepada pihak yang memberikan utang sebagai bentuk komitmen untuk
mengembalikan utangnya.

• Jika sudah memiliki uang dan jatuh tempo, segera lunasi utangnya.

Adab bersin
1. Menutup Mulut dan Mengecilkan Suara

2. Membaca Doa Ketika Bersin

3. Menjawab Doa Bersin

Dari Abu Hurairah Radliyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hak
seorang muslim terhadap sesama muslim ada enam, yaitu ketika bertemu dengannya memberi
salam; ketika dia memanggilmu, menjawab; ketika dia memintamu nasehat, menasihatinya; ketika
dia bersin dan mengucapkan Alhamdulillah bacalah yarhamukallah (artinya semoga Allah
memberikan rahmat kepadamu; jika dia sakit, jenguklah dia dan jika dia meninggal, kirimkan dia
(jenazahnya);(HR.Muslim).

Jika orang yang bersin jumlahnya lebih dari tiga kali lipat, maka tidak perlu dijawab dengan kata
yarhamukallah.

Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang artinya, “Apabila salah
seorang di antara kalian bersin, maka orang yang duduk di dekatnya (setelah mendengarkan
alhamdulillaah) menyikapinya dengan kata yarhamukallah, jika ia bersin lebih dari tiga kali. kali itu
berarti dia terkena flu dan tidak memberi jawaban yarhamukallah setelah bersin sebanyak tiga kali.”

Adab bersendawa Adab Menguap


Ketika ingin menguap, dianjurkan untuk menahannya. Dengan cara tetap mengatupkan kedua bibir
atau menahannya

1. Menutup Mulut

Saat bersendawa, hendaknya menutup mulut dengan tangan atau sapu tangan untuk menghindari
penyebaran bau dan mengurangi gangguan kepada orang lain yang berada di sekitar.

2. Membatasi Suara
Sebisa mungkin, cobalah untuk mengendalikan suara saat bersendawa.

Jangan bersendawa dengan keras dan mencolok karena hal ini dapat mengganggu kenyamanan
orang di sekitar.

Coba lepaskan gas secara perlahan dari perut untuk mengurangi suara bersendawa.

Apabila Anda tidak bisa menghindari bersendawa di tempat umum atau di hadapan orang lain,
segera ucapkan permintaan maaf. Ucapkan "maaf" atau "permisi" dengan sopan dan bijaksana.

Adab Meludah
berdahak.

Abdullah bin Umar pernah bercerita, satu ketika Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melihat ada
air ludah pada sisi arah kiblat dalam sebuah masjid. Rasulullah pun mengambil kayu atau tongkat,
kemudian mengerok tempat ludahan tersebut lalu beliau bersabda:

Artinya: “Jika salah seorang diantara kalian shalat, maka hendaklah ia tidak meludah ke arah kiblat.
Karena orang yang shalat adalah orang yang berdoa kepada Allah tabâraka wa ta'âla.” (Musnad
Ahmad : 4645)

Dengan sikap Baginda Nabi yang hanya mengikis air liur tanpa mensucikannya dengan air seperti di
atas, maka al-Khatthâbi dalam Ma'âlimus Sunan jilid 1 halaman 144 menyatakan bahwa air liur itu
suci. Pendapat ini sama dengan perkataan para ulama kecuali Ibrahim an-Nakhai yang
menganggapnya najis.

Pesan Rasulullah yang perlu digarisbawahi, adab meludah ketika shalat tidak boleh ke arah kiblat.
Selain ke arah kiblat, masih bisa ditoleransi, asalkan shalatnya tidak di dalam masjid. Jika shalat di
masjid dan menyebabkan kotor, dalam syarah al- Muhadzab dikatakan, ini haram. Apabila ingin
meludah, hendaknya meludah ke arah pakaian yang dikenakan semisal pada bagian kerah baju yang
kiri.
Dalam satu hadits riwayat Abu Hurairah diceritakan, Rasulullah pernah berpesan untuk orang yang
shalat, kalau mau meludah hendaknya menghindari arah kiblat, karena iasedang bermunajat kepada
Allah. Sedangkan ke arah kanan perlu dihindari sebab ada malaikat (pencatat amal kebaikan) di sana.

Lalu bagaimanakah adab meludah jika di luar shalat?

Imam Syhabuddin al-Qalyubi dan Umairah dalam Hâsyiyatan menjelaskan adab meludah di luar
shalat sebagai berikut:

Tidak disukai meludah di luar salat, langsung di depan wajah, menghadap kiblat, dan juga
menghadap ke kanan.

Artinya: “Dilarang meludah di luar shalat ke arah depan diri sendiri secara mutlak, ke arah kiblat, dan
ke arah kanan.”

(Shihabuddin Ahmad al-Qalyubi dan Umairah, Hâsyiyatân, Aleppo, 1956 M/1375 H, vol. 1, halaman
194)

Selain itu, masih dalam kitab yang sama disebutkan, hukum meludahi harta orang lain adalah haram.

Dilarang meludah jika bersentuhan dengan orang lain selain pemiliknya.

Artinya: “Dilarang meludah jika menyentuh sesuatu yang bukan miliknya.” (Shihabuddin Ahmad al-
Qalyubi dan Umairah, Hâsyiyatân, Aleppo, 1956 M/1375 H, vol. 1, halaman 194)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa meludah dalam shalat adalah makruh searah kiblat dan
kanan. Adapun shalat di luar, makruhnya meludah ke arah depan, kiblat, dan kanan. Padahal
meludah yang mengotori masjid atau barang milik orang lain adalah haram. Wallahua'lam. (Ahmed

Mundzir) Adab Menerima Tamu


1. Menjawab Salam dan Memberikan Sambutan yang Baik
Senyum ceria merupakan ekspresi bahwa kita senang menyambut kedatangannya. "Senyummu di
hadapan saudaramu adalah sedekah", demikian sabda Nabi SAW. Selain itu, dalam menyambut tamu
kamu juga perlu memperhatikan pakaian. Pakailah pakaian yang bersih, rapi, dan sopan agar tamu
nyaman.

2. Menampilkan Wajah Bahagia

Abdullah bin Al Harits bin Jaz`i berkata; “Aku belum pernah melihat orang yang paling banyak
tersenyum selain Rasulullah SAW.” (HR. Tirmidzi no 3574).

Senyum yang kamu berikan melapangkan hati tamu dan membuat mereka merasa terhormat dan
dihargai. Bahkan, dikatakan dalam pepatah bahwa menunjukkan wajah gembira lebih baik dari
memberi suguhan yang tidak disertai wajah gembira. Sapaan yang hangat juga dapat mencairkan
suasana sehingga pertemuan menjadi lebih hangat dan akrab.

3. Mengajak Ngobrol yang Baik-Baik dan Menemani Tamu

4. Menyiapkan Makanan untuk Tamu

Adab menerima tamu dalam Islam berikutnya yaitu dengan menyediakan hidangan. Dari Abu Suraih
Al Ka'bi bahwa Rasulullah SAW bersabda: "Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir,
hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam.” (HR Bukhari dan Muslim
dari ‘Aisyah). Nabi Muhammad SAW sendiri suka memberikan makanan kepada tamunya.

Dari Al-Mughirah bin Syu'bah beliau berkata: “Pada suatu malam aku menjadi tamu Nabi SAW. Lalu
beliau menyuruh untuk mengambil sepotong daging kambing yang berukuran besar. Setelah
dipanggang, beliau mengambil pisau, kemudian beliau memotongnya untuk aku dengan pisaunya.”
(HR. Abu Daud no. 160).

5. Mengiringi Tamu Ketika Pulang


Mendampingi tamu merupakan salah satu adab menerima tamu dalam Islam yang wajib diketahui.
Ketika para tamu sudah menikmati jamuan yang disajikan, memenuhi keinginannya, dan berpamitan
untuk pulang, sebaiknya ucapkan kata perpisahan yang menyenangkan, ucapkan terima kasih atas
kunjungannya, dan tunjukkan wajah berseri.

Untuk menunjukkan keakraban, antarkan tamu hingga halaman rumah, dan pandanglah hingga ia
telah keluar dari halaman rumah.

Adab Berbicara
1. Jaga lisan

Hal penting yang harus diperhatikan oleh seorang muslim adalah menjaga lidahnya dengan sangat
hati-hati. Hendaknya ia bisa menjaga lidahnya dari perkataan bohong, kebohongan, ghibah, ghibah,
kata-kata kotor, dan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT dan Rasul-Nya.Rasulullah SAW telah
memberitakan hal itu dengan sabdanya berikut ini:

“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat yang tidak terpikirkan sebelumnya, Dia akan
masuk neraka lebih jauh dari apapun yang ada di timur tengah.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan
Ahmad)

2. Katakan sesuatu yang baik atau diam

Berkata yang baik atau diam merupakan salah satu adab berbicara yang diajarkan oleh Nabi
Muhammad SAW. Karenanya, umat Islam diperintahkan untuk memperhatikan segala ucapannya,
seperti berpikir dahulu sebelum berbicara.

Intinya, bila bermanfaat bagi orang lain, katakan saja. Namun jika apa yang disampaikan tidak
bermaksud dan merugikan orang lain, lebih baik diam saja. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu,
beliau bersabda, Nabi SAW bersabda:
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka ia tidak boleh menyakiti tetangganya.
Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Hari Akhir, maka hormatilah tamunya. " (HR. Al-Bukhari,
Muslim, dan Ahmad)

3. Sedikit berbicara dalam setiap perkataan

Ada beberapa hadits yang menganjurkan untuk sedikit berbicara kecuali dibutuhkan dan ditanya.
Sebab, terlalu banyak berbicara merupakan salah satu penyebab jatuhnya seseorang ke dalam dosa.

Oleh karena itu, Islam menganjurkan umat Muslim untuk sedikit berbicara, apalagi untuk hal-hal
yang lebih banyak mudharatnya. Al-Mughirah bin Syu'bah RA meriwayatkan dari Rasulullah SAW
bahwa beliau bersabda:

"Sesungguhnya Allah mengharamkan kalian dari durhaka kepada orangtua, mengharamkan bakhil
dan rakus, memakruhkan katanya dan katanya (isu), banyak bertanya, dan mengamburkan harta."
(HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ad- Darimi)

4. Jauhi kata-kata palsu

Kebohongan adalah mengatakan sesuatu yang berbeda dari kebenaran. Tentu saja hal ini dilarang
oleh Allah SWT dan Rasulullah SAW. Sebab, berbohong akan membawa seseorang ke dalam dosa dan
neraka. Sebagaimana dijelaskan dalam sabda Nabi SAW dalam hadits berikut:

“Sesungguhnya kejujuran membawa kepada kebaikan dan kebaikan membawa ke surga, dan
sesungguhnya orang yang berkata jujur di sisi Allah menjadi orang yang ikhlas. Dan sesungguhnya,
dusta membawa seseorang kepada dosa, dan dosa membawa ke neraka. kebohongan sampai dicatat
di sisi Allah sebagai pembohong.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, dan Ahmad)

5. Dilarang mengucapkan kata-kata kotor


Rasulullah SAW melarang umat Muslim berkata yang tidak baik seperti mengutuk, perkataan kotor,
dan ucapan- ucapan bathil lainnya. Seorang Muslim harus senantiasa bebicara dengan tata cara yang
baik, lemah lembut, dan penuh dengan kesopanan.

Ibnu Mas’ud meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda, “Tidaklah mukmin sempurna yang suka
mengumpat, memaki, berbuat, dan berkata kotor.” (HR. Al-Bukhari, Ahmad, dan At-Tirmidzi)

6. Jangan senang berdebat meski benar

Kecenderungan orang yang suka berdebat adalah mengomentari setiap perkataan orang lain dari sisi
lemah atau salahnya. Komentar tersebut biasanya berupa celaan dan kritikan yang dapat
mengundang pertikaian. Seseorang yang senang berdebat akan terjerumus ke dalam dosa dan
kesesatan.

Oleh karena itu, hendaknya seorang muslim menghindari perdebatan dengan orang lain meskipun
hal tersebut benar. Dari Abu Umamah RA, beliau berkata, Nabi SAW bersabda:

"Aku akan menjamin sebuah istana di sekitar surga bai orang yang meninggalkan perdebatan
meskipun dia benar. Dan aku menjamin sebuah istana di tengah-tengah surga bagi orang yang tidak
berdusta meskipun bercanda. Dan aku menjamin istana di atas surga bagi orang yang berakhlak
mulia." (HR. Abu Dawud, At-Tirmidzi, dan Ibnu Majah)

7. Larangan membuat pendengar tertawa dengan sesuatu yang dusta

Banyak orang yang dengan sengaja berbohong dan mengada-ada agar pendengarnya tertawa. Jelas
ini adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam. Bahkan Rasullah SAW menjelaskan dalam sabdanya
bahwa celakalah bagi seseorang yang berbicara untuk membuat sekelompok orang tertawa dengan
suatu kebohongan.
Mua’awiyah bin Haidah RA berkata, Nabi SAW bersabda, “Celakalah orang yang berbicara dan
berbohong sehingga membuat sekelompok orang tertawa. Celakalah dia, celakalah dia.” (HR. Abu
Dawud, Ahmad, dan Tirmidzi)

Adab Bercanda
1. Tidak membawa nama Allah SWT

Dalam bercanda sebaiknya tidak membawa atau melibatkan nama Allah SWT. Dalam Al- Qur'an surat
At-Taubah ayat 65-66 dijelaskan tentang candaan dan senda gurau yang dilarang:

‫َو َلِئن َس َأْلَت ُه ْم َلَيُق وُلَّن ِإَّنَم ا ُك َّن ا َنُخ وُض َو َنْل َع ُب ُق ْل َأِبالَّلِه َو َع اَيِتِه َو َرُس وِلِه ُكنُت ْم َتْس َتْه ِزُع و‬
‫َن‬

Artinya: Dan jika kamu tanyakan kepada

mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan menjawab, "Sesungguhnya
kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-
ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok?"

2. Jangan Berbohong

Bohong merupakan perbuatan tercela. Rasulullah SAW pernah bersabda tentang larangan
melontarkan kalimat bohong saat bercanda.

Diriwayatkan Abu Dawud. Rasulullah SAW bersabda:

"Celakalah orang yang berbicara lalu mengarang cerita dusta agar orang lain tertawa. Celaka baginya,
celaka baginya."

3. Saling menjelekkan
Dalam bercanda juga dilarang untuk saling menjelekkan satu sama lain. Perbuatan ini dapat
mengundang perasaan sakit hati.

Allah SWT berfirman dalam surat Al-Hujurat Ayat 11:

‫َيْأ ُّيَه ا اَّلِذ يَن َء اَم ُن وا اَل َيْس َخ ْر َق ْو ٌم ِّم ن َقْوٍم َع َس ى َأن َيُكوُنوا َخ ْي ًر ا ِّم ْن ُه ْم َواَل ِنَس اٌء ِّم ن ِّنَس اٍء‬
‫َع َس ى َأن َيُك َّن َخ ْي ًر ا ِّم ْن ُه َّن َواَل َتْلِم ُز وا َأنُفَس ُك ْم َو اَل َتَناَبُز وا ِباَأْلْلَقِب ِبْئ َس ااِل ْس ُم اْلُفُس وُق‬
‫َبْعَد اِإْل يَم ِن َوَم ن َّلْم َيُت ْب َف ُأْو َلِئَك ُه ُم الَّظِلُم وَن‬

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan
kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula
sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik.
Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung
ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang
tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

4. Tertawa berlebihan

Ajaran Islam tidak melarang umatnya untuk tertawa namun secara secukupnya dan tidak berlebihan.
Terkadang candaan membuat orang tertawa tapi sebaiknya tetap terkontrol.

Rasulullah SAW bersabda: "Janganlah engkau sering tertawa, karena sering tertawa akan mematikan
hati." (Shahih Sunan Ibnu Majah no 3400).

Dalam riwayat lain, Aisyah RA berkata:

"Aku belum pernah melihat Rasulullah tertawa terbahak-bahak hingga kelihatan lidahnya, namun
beliau hanya tersenyum."

5. Tidak berkata buruk

Adab bercanda lainnya yakni tidak berkata dengan kalimat yang buruk. Bagaimanapun juga candaan
merupakan cara berkomunikasi antara sesama. Sudah sepatutnya dijaga agar tidak menimbulkan
kesalahpahaman.
Itulah adab bercanda dalam ajaran Islam. Tujuan dari bercanda adalah menyenangkan hati jadi
sebaiknya tetap dilakukan dengan hati-hati agar tidak ada yang tersakiti.

Jenis dan Tingkatan

Tertawa

Tertawa adalah salah satu perbuatan yang sering dilakukan manusia untuk menghilangkan stress dan
penat setelah bekerja seharian. Selain itu juga punya banyak manfaat seperti membuat awet muda
dan memperpanjang umur. Namun ternyata dalam tertawa memiliki jenis tertawa mulai dari yang
baik dan yang buruk, sebagaimana berikut.

Jenis dan tingkatan tertawa

a. Tabassum (tersenyum); yaitu tingkatan dibawah tertawa dan merupakan tertawa yang paling baik.

b. Tertawa terbahak-bahak.

c. Tertawa yang apabila ditampakkan berupa dengungan.

d. Tertawa terbahak-bahak yang paling buruk.

e. Tertawa yang melengking

f. Tertawa yang lebih dari tersenyum, sebagian orang Arab menkhususkan yang satu ini dengan
tertawanya para wanita.

Oleh sebab itu sebagai muslim haruslah kita menjaga tertawa kita dan jangan terlalu berlebihan
karena seperti yang disampaikan Rasulullah - shallallahu 'alaihi wasallam- bahwa tertawa yang
berlebihan akan mematikan hati. Rasulullah - Shallallahu 'alaihi wasallam- pernah memberikan
beberapa nasihat kepada Abu Hurairah - radhiyallahu'anhu-, di antara nasihat tersebut adalah
perkataan beliau:

‫َو اَل ُتْك ِثُر الَّضِح َك َف ِإْن َك ثَر َة الَّضِحِك ُتِم يُت اْلَق ْلَب‬
Artinya: "Janganlah banyak tertawa, sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati."

(HR.ahmad) Adab Ketika Marah


1.Membaca Kalimat Ta'awudz.

Dari sahabat Sulaiman bin Surd, beliau berkata, “Pada suatu hari aku sedang duduk bersama
Rasulullah. Saat itu ada dua orang yang sedang saling mengumpat. Salah satunya mukanya merah
dan urat lehernya menonjol. Lalu Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya aku mengetahui bahwa ada
sebuah kalimat, jika dibaca oleh orang tersebut maka amarahnya akan hilang. Jika dia membaca
ta'awudz: A-'uudzu billahi minas shaithanir rajiim, maka amarahnya akan hilang". (HR. Al-Bukhari dan
Muslim).

2. Berusaha Diam dan Jaga Lisan.

Diam merupakan perbuatan mulia dan salah satu cara untuk mengantisipasi muncul luapan amarah.
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: "Jika kalian marah, diamlah." (HR. Ahmad dan Syuaib Al-
Arnauth menilai Hasan lighairih).

Rasulullah juga mengingatkan, "Sesungguhnya ada hamba yang mengucapkan satu kalimat, yang dia
tidak terlalu memikirkan dampaknya, namun menggelincirkannya ke neraka yang dalamnya sejauh
timur dan barat." (HR. AI- Bukhari dan Muslim)

3. Mengambil Posisi Lebih Rendah.

Kecenderungan orang yang sedang marah adalah selalu menginginkan yang lebih tinggi, dan lebih
tinggi lagi. Semakin ditaati, semakin dia ingin menjadi lebih tinggi. Dengan jabatan yang lebih tinggi,
ia bisa melampiaskan amarahnya sepuasnya. Rasulullah bersabda: “Kalau sedang marah, dan dia
dalam posisi berdiri, hendaknya dia duduk. Karena dengan begitu amarahnya bisa hilang. Kalau
belum hilang, sebaiknya dia mengambil posisi tidur.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan perawinya dianggap
shahih oleh Shuaib Al-Arnauth).

4. Ingatlah Hadits Ini Saat Marah. Dari Muadz bin Anas Al-Juhani, Nabi SAW bersabda: “Barangsiapa
yang berusaha menahan amarahnya, padahal ia mampu mengungkapkannya, maka Allah akan
memanggilnya di hadapan seluruh makhluk pada hari kiamat, hingga Allah memberitahukannya. dia
untuk memilih malaikat yang dia inginkan." (HR. Abu Daud, Turmudzi)

5. Segera Berwudhu atau Mandi.

Kemarahan berasal dari Setan dan Setan diciptakan dari api. Maka orang yang sedang marah
disarankan untuk berwudhu atau mandi untuk memadamkan amarahnya. Dari Urwah As-Sa'di, Nabi
SAW bersabda: “Sesungguhnya amarah itu berasal dari setan, dan setan itu tercipta dari api, dan api
dapat dipadamkan dengan air. Jika sedang marah hendaknya dia berwudhu.” (HR.Ahmad dan Abu
Daud).

Adab Memberi Nasihat


1. Ikhlas karena Allah dalam menasehati

Seorang yang ingin menasehati hendaklah memiliki niat semata-semata untuk mendapatkan ridha
Allah Ta'ala. Karena amalan kebaikan tidak diterima dan tidak dianggap sebagai amalan shalih kecuali
jika dengan niat yang ikhlas.

Dari Umar bin Khattab, Nabi SAW bersabda,

“Sesungguhnya setiap amal kebaikan bergantung pada niatnya dan sesungguhnya setiap orang hanya
akan mendapatkan sesuai dengan niatnya. (HR. Bukhari dan Muslim)

2. Menasehati sesuai syariat

Selain niat yang harus ikhlas, cara memberikan nasehat juga harus benar dan sesuai dengan syariat.

Dalam hadits Abu Sa'id Khudhri, Nabi SAW memberikan tingkatan perintah dalam mengingkari
kejahatan. Dia berkata:

“Barangsiapa di antara kalian yang melihat keburukan, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa,
ubahlah dengan lidahmu. Jika tidak bisa, ingkari dengan hatimu, dan itulah paling lemah imannya.”
(HR.Muslim)
3. Menasehati dengan lembut

Ketika seseorang datang dan meminta nasihat, hendaknya ia disambut dengan lemah lembut.
Seseorang yang ingin memberi nasehat harus mempunyai sikap lemah lembut, peka, dan beradab
dalam memberikan nasehat.

Nabi SAW bersabda,

“Setiap kelembutan yang ada pada sesuatu, niscaya akan menghiasinya. Dan tidak akan dihilangkan
dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya. (HR. Muslim)

4. Menasihati secara rahasia

Sebaik-baik nasehat adalah yang dilakukan secara empat mata tanpa diketahui siapa pun, bahkan
kalau perlu diberitahukan secara rahasia. Hendaknya memberi nasehat kepada orang lain tidak
dihadapan pada orang banyak sehingga tujuan dari nasehat akan tercapai.

Menasehati seseorang di tengah keramaian juga akan membuat orang tersebut malu.

Imam Asy Syafi'i rahimahullah berkata:

"Berilah aku nasehat ketika aku sendirian. Hindarilah memberi nasehat di tengah keramaian.
Memang nasihat di tengah orang adalah salah satu bentuk cacian yang tidak suka saya dengarkan.
Jika Anda tidak setuju dan menolak saran saya. Maka jangan marah jika aku tidak mengikuti
perkataanmu” (Diwan Asy Syafi’i, hal. 56).

5. Jangan memaksa agar nasehat diterima

Salah satu kewajiban seorang muslim adalah menasehati saudaranya tatkala melakukan keburukan.
Sementara seorang pemberi nasehat hanyalah sebagai orang yang menunjukkan jalan, bukan
memerintahkan orang lain untuk mengerjakannya.

Ketika memberikan nasihat pada seseorang, jangan pernah memaksa orang tersebut menerima
nasehat secara langsung. Dalam memberikan nasehat diperlukan hati yang lapang bila nasehat yang
telah diucapkan ternyata tidak diindahkan oleh orang tersebut.
6. Mencari waktu yang tepat

Setiap orang tidak selalu dalam keadaan siap untuk menerima nasihat, terkadang ada kondisi jiwanya
sedang gundah, marah, sedih, atau hal lain yang menghalanginya untuk merenungi atau bahkan
menolak nasehat tersebut. Pemilihan waktu yang tepat ini sekaligus menjadi penentu seseorang
menerima nasihat.

Ibnu Mas’ud pernah berkata: “Sesungguhnya hati kadang bergairah dan reseptif, dan kadang hati
lesu dan mudah menolak. Maka doronglah hati ketika sedang ingin dan mudah menerima, dan
tinggalkan ketika sedang malas dan mudah menolak.” (Al Adab Asy Syar’iyyah, Ibnu Muflih)

Adab Menyapa Dalam Islam


1. Memulai Salam ketika Berjumpa

Saat bertemu sanak saudara, hendaknya seorang muslim mengucapkan salam terlebih dahulu. Hal ini
sesuai dengan sabda Nabi SAW,

“Jika seseorang bertemu dengan saudaranya yang beragama Islam, hendaknya ia mengucapkan:
Assalaamu'alaikum warrahmatullaah (semoga keselamatan dan rahmat Allah SWT tercurah
padamu),” (HR Ahmad)

2. Menebarkan Salam

Seorang muslim yang selalu menebar salam niscaya akan masuk surga dan memperoleh keselamatan
dunia dan akhirat. Nabi SAW bersabda,

“Sebarkan salam, beri makan, jalin tali silaturahmi, doakan malam saat manusia tidur dan masuk
surga dengan selamat,” (HR Ahmad).

3. Tidak Memulai Ucapan Salam kepada Ahlul Kitab dan Orang-orang Musyrik
Adab selanjutnya yaitu tidak mengucap salam kepada orang-orang non-Muslim. Meski dengan alasan
untuk menghargai, hal itu tidak dibenarkan dalam Islam.

4. Mengucap Salam ketika Mendatangi dan Meninggalkan Majelis

Majelis yang dimaksud adalah majelis ilmu. Anjuran memberi salam saat masuk dan keluar majelis
sesuai dengan sabda Nabi SAW yang berbunyi,

“Jika salah seorang di antara kalian datang ke majelis hendaknya mengucapkan salam. Demikian pula
jika ingin bangun hendaknya mengucapkan salam. Salam pertama lebih utama dari salam terakhir,”
(HR Ahmad, Abu Daud, dan Tirmidzi ).

5. Tidak Mengucap Salam ketika Buang Hajat

Adab lainnya dalam mengucap salam yaitu tidak sedang dalam keadaan buang hajat.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh seorang laki-laki, ia pernah memberi salam kepada Nabi
SAW ketika sedang buang air besar. Nabi tidak menjawab salam tersebut dan berkata, “Saya tidak
suka menyebut nama Allah kecuali dalam keadaan suci,”

6. Melirihkan Suara ketika Mengucap Salam saat Mendatangi Orang-orang yang Tengah Tertidur

Suatu ketika, Rasulullah pernah datang pada malam hari kemudian beliau mengucapkan salam
dengan melirihkan suara. Karenanya, orang yang sedang bangun dapat mendengar suara beliau
namun tidak mengganggu orang yang tertidur.

7. Mengucapkan Salam Sebanyak 3 Kali Jika Tidak Terdengar

Jika salam kita tidak terdengar, maka ulangi sampai 3 kali. Apalagi jika orang yang disapa berada jauh
dari kita. Adab Menyampaikan dan Menerima Kabar

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُن وا ِإْن َج اَء ُك ْم َف اِس ٌق ِبَن َبا‬

"Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang yang fäsiq membawa berita. "
Apa yang Allah perintahkan ?

‫فَتَبَّيُن وا‬

"Periksalah terlebih dahulu."

Periksalah terlebih dahulu kebenarannya. Supaya apa ?

‫أْن ُتِص يُبوا َق ْو ًم ا ِبَجَه اَلٍة‬

"Supaya kalian tidak merugikan suatu kaum (tidak merugikan sebagian orang dengan sebuah berita),
dengan sebuah berbuatan yang bodoh, (karena telah menyebarkan berita yang belum pasti
kebenarannya)."

‫َف ُت ْص ِبُح وا َع َلى َم ا َف َع ْلُت ْم َناِدِم يَن‬

"Sehingga kalian akan menyesali apa yang kalian perbuat."

Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada kaum mukminin dengan memanggilnya terlebih dahulu.

‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُن وا‬

"Wahai orang-orang yang beriman."

Ibnu Mas'ūd radhiyallāhu ta'āla 'anhu, seorang shahābat yang bacaan Al Qur'annya sama dengan
bacaan Al Qur'an malaikat Jibril mengatakan:

Jika ada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "WaDan terkadang media itu bisa merubah sesuatu yang
benar menjadi salah atau sesuatu yang salah menjadi benar.

Sesuatu yang harusnya A, bisa berubah menjadi B, yang B bisa menjadi A.

Seorang yang teraniaya bisa menjadi penganiaya, dan penganiaya bisa menjadi teraniaya, itulah
media zaman ini.hai orang-orang yang beriman," maka pasanglah telinga dan perhatian, karena akan
ada kebaikan yang diperintahkan atau akan ada kejelekan yang dilarang.
Oleh karena itu, mari kita mencoba untuk membahas sebentar tentang firman Allah Ta'āla ini.

Dalam ayat ini Allah Subhānahu wa Ta'ala

memerintahkan sesuatu yang sangat penting.

‫إْن َج اَء ُك ْم َف اِس ٌق ِبَنَبٍإ َف َتَبَّيُن وا‬

"Jika datang kepadamu seorang yang fāsiq membawa berita, periksalah terlebih dahulu
kebenarannya."

Pada perintah Allah di atas sangat pantas untuk kita renungkan lalu kita amalkan pada masa sekarang
ini. Karena pada zaman yang serba canggih ini, perkataan, tulisan, komentar dan yang semisalnya,
sangat mudah sekali untuk tersebar.

Oleh karena itu, dahulu Rasūlullāh shallallahu 'alayhi wa sallam pernah bersabda dalam hadīts
riwayat Muslim:

‫كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع‬

"Cukupkan seorang itu telah berbuat dusta, jika ia memiliki kebiasaan selalu menyampaikan kepada
orang lain segala hal yang ia dengar."

Dalam riwayat lain yang dishahīhkan oleh Syaikh Albāniy dalam Silsilah Ash Shahīhain nomor 2025.
Hadītsnya berbunyi:

‫كفى بالمرء إثما أن يحدث بكل ما سمع‬

"Cukuplah seorang itu telah berbuat dosa, jika ia selalu membicarakan atau menyampaikan apa yang
telah ia dengar."

Dua hadīts ini memberikan peringatan kepada agar hati-hati dalam menyampaikan kabar, dalam
meyakini sesuatu, kita harus kritis:

Apakah kabar itu benar?


Siapa yang mengatakan?

Dari mana pemikiran tersebut?

Dan pertanyan-pertanyaan kritis lainnya.

Jika itu masalah agama, kita bertanya:

Apa dasarnya?

Apa dalīlnya dari kitāb dan sunnah ?

Kemudian, dari mana orang yang mengatakannya dahulu belajarnya?

Dari siapa dia mengambil ilmu?

Dan lain sebagainya.

Semuanya butuh dengan kroscek, terutama pada masa ini. Supaya kita tidak menyesal karena telah
mengabarkan hal yang berlawanan dengan kebenaran, sehingga ada orang yang akan terzhālimi.

Oleh karena itu Allāh berfirman dalam ayat tadi:

‫أن ُتِص يُبوا َقْو ًم ا ِبَجَه اَلٍة َفُت ْص ِبُح وا َع َلى َم ا َف َع ْلُت ْم َناِدِم يَن‬

"Supaya kalian tidak merugikan suatu kaum, sehingga kalian akan menyesali apa yang kalian
perbuat."

Dengan kroscek terlebih dahulu, seorang tidak akan menyesal jika telah menyebarkan kabar atau
berita atau ilmu yang telah ia telaah.

Itulah adab kita dalam menerima dan menyebarkan berita.

Semoga Allah Subhānahu wa Ta'ala memudahkan kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap saat dan
waktu, sehingga kita bukan menjadi seorang yang suka mengabarkan kepada orang lain segala hal
yang kita dengar kecuali setelah kita kroscek, telah kita pastikan kebenarannya terlebih dahulu.
Semoga bermanfaat.

Adab Memberikan Hadiah


Saling memberi hadiah hukumnya sunnah. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallahu 'alaihi wa
sallam yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu sebagai berikut:

‫تهادوا تحابوا‬

Artinya: "Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai." (HR al- Bukhari). Adab
Menyampaikan dan Menerima Kabar

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُن وا ِإْن َج اَء ُك ْم َف اِس ٌق ِبَن َبا‬

"Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu seorang yang fäsiq membawa berita. "

Apa yang Allah perintahkan ?

‫فَتَبَّيُن وا‬

"Periksalah terlebih dahulu."

Periksalah terlebih dahulu kebenarannya. Supaya apa ?

‫أْن ُتِص يُبوا َق ْو ًم ا ِبَجَه اَلٍة‬

"Supaya kalian tidak merugikan suatu kaum (tidak merugikan sebagian orang dengan sebuah berita),
dengan sebuah berbuatan yang bodoh, (karena telah menyebarkan berita yang belum pasti
kebenarannya)."

‫َف ُت ْص ِبُح وا َع َلى َم ا َف َع ْلُت ْم َناِدِم يَن‬


"Sehingga kalian akan menyesali apa yang kalian perbuat."

Pada ayat ini, Allah memerintahkan kepada kaum mukminin dengan memanggilnya terlebih dahulu.

‫َيا َأُّيَه ا اَّلِذ يَن آَم ُن وا‬

"Wahai orang-orang yang beriman."

Ibnu Mas'ūd radhiyallāhu ta'āla 'anhu, seorang shahābat yang bacaan Al Qur'annya sama dengan
bacaan Al Qur'an malaikat Jibril mengatakan:

Jika ada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala, "WaDan terkadang media itu bisa merubah sesuatu yang
benar menjadi salah atau sesuatu yang salah menjadi benar.

Sesuatu yang harusnya A, bisa berubah menjadi B, yang B bisa menjadi A.

Seorang yang teraniaya bisa menjadi penganiaya, dan penganiaya bisa menjadi teraniaya, itulah
media zaman ini.hai orang-orang yang beriman," maka pasanglah telinga dan perhatian, karena akan
ada kebaikan yang diperintahkan atau akan ada kejelekan yang dilarang.

Oleh karena itu, mari kita mencoba untuk membahas sebentar tentang firman Allah Ta'āla ini.

Dalam ayat ini Allah Subhānahu wa Ta'ala

memerintahkan sesuatu yang sangat penting.

‫إْن َج اَء ُك ْم َف اِس ٌق ِبَنَبٍإ َف َتَبَّيُن وا‬

"Jika datang kepadamu seorang yang fāsiq membawa berita, periksalah terlebih dahulu
kebenarannya."

Pada perintah Allah di atas sangat pantas untuk kita renungkan lalu kita amalkan pada masa sekarang
ini. Karena pada zaman yang serba canggih ini, perkataan, tulisan, komentar dan yang semisalnya,
sangat mudah sekali untuk tersebar.
Oleh karena itu, dahulu Rasūlullāh shallallahu 'alayhi wa sallam pernah bersabda dalam hadīts
riwayat Muslim:

‫كفى بالمرء كذبا أن يحدث بكل ما سمع‬

"Cukupkan seorang itu telah berbuat dusta, jika ia memiliki kebiasaan selalu menyampaikan kepada
orang lain segala hal yang ia dengar."

Dalam riwayat lain yang dishahīhkan oleh Syaikh Albāniy dalam Silsilah Ash Shahīhain nomor 2025.
Hadītsnya berbunyi:

‫كفى بالمرء إثما أن يحدث بكل ما سمع‬

"Cukuplah seorang itu telah berbuat dosa, jika ia selalu membicarakan atau menyampaikan apa yang
telah ia dengar."

Dua hadīts ini memberikan peringatan kepada agar hati-hati dalam menyampaikan kabar, dalam
meyakini sesuatu, kita harus kritis:

Apakah kabar itu benar?

Siapa yang mengatakan?

Dari mana pemikiran tersebut?

Dan pertanyan-pertanyaan kritis lainnya.

Jika itu masalah agama, kita bertanya:

Apa dasarnya?

Apa dalīlnya dari kitāb dan sunnah ?

Kemudian, dari mana orang yang mengatakannya dahulu belajarnya?

Dari siapa dia mengambil ilmu?


Dan lain sebagainya.

Semuanya butuh dengan kroscek, terutama pada masa ini. Supaya kita tidak menyesal karena telah
mengabarkan hal yang berlawanan dengan kebenaran, sehingga ada orang yang akan terzhālimi.

Oleh karena itu Allāh berfirman dalam ayat tadi:

‫أن ُتِص يُبوا َقْو ًم ا ِبَجَه اَلٍة َفُت ْص ِبُح وا َع َلى َم ا َف َع ْلُت ْم َناِدِم يَن‬

"Supaya kalian tidak merugikan suatu kaum, sehingga kalian akan menyesali apa yang kalian
perbuat."

Dengan kroscek terlebih dahulu, seorang tidak akan menyesal jika telah menyebarkan kabar atau
berita atau ilmu yang telah ia telaah.

Itulah adab kita dalam menerima dan menyebarkan berita.

Semoga Allah Subhānahu wa Ta'ala memudahkan kita untuk selalu berhati-hati dalam setiap saat dan
waktu, sehingga kita bukan menjadi seorang yang suka mengabarkan kepada orang lain segala hal
yang kita dengar kecuali setelah kita kroscek, telah kita pastikan kebenarannya terlebih dahulu.

Semoga bermanfaat.

Adab Memberikan Hadiah

Saling memberi hadiah hukumnya sunnah. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallahu 'alaihi wa
sallam yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallahu 'anhu sebagai berikut:

‫تهادوا تحابوا‬

Artinya: "Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai." (HR al- Bukhari).
Saling memberi hadiah berarti ada pihak pemberi dan ada pula penerima. Pihak yang semula
memberi pada gilirannya bisa menjadi penerima. Demikian pula sebaliknya. Atau pihak penerima
akan memberikan hadiahnya kepada pihak lain lagi yang sebelumnya tidak memberinya hadiah.

Pertama, menampakkan rasa gembira walaupun hadiahnya sedikit. Seberapa pun nilai hadiah yang
diberikan harus diterima dengan senang hati. Pihak penerima tidak sebaiknya menampakkan
kekecewaan atau bahkan tersinggung karena nilai hadiah yang diterimanya sedikit atau tidak
berharga menurut ukurannya. Apalagi jika hadiah itu kemudian ditolaknya, tentu saja hal ini sangat
tidak baik karena tidak saja bisa menyinggung perasaan pihak pemberi tetapi juga tidak
menunjukkan sikap berterima kasih kepada pihak pemberi dan rasa syukur kepada Allah.

Kedua, segera mendoakan kebaikan atas diri pemberi ketika ia sudah pergi. Mendoakan yang baik-ba

ik untuk pihak pemberi tanpa mempersoalkan nilainya, adalah baik, Doa itu, misalnya sebagai
berikut:

‫جزاكم هللا احسن الجزاء‬

Artinya: "Semoga Allah membalas Anda dengan balasan yang sebaik-baiknya."

Doa seperti itu sudah umum di mana pihak yang didoakan mendengar dan mengetahuinya. Namun
sebetulnya mendoakan tanpa kehadiran pihak yang didoakan atau mendoakannya secara pelan (sirr)
lebih baik. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai berikut:

‫إذا دعا المسلم ألخيه بظهر الغيب قال الملك آمين ولك بمثله‬

Artinya: "Apabila seorang Muslim mendoakan bagi saudaranya sesama Muslim di luar kehadirannya,
malaikat akan menimpali dengan ucapan "Amin" dan semoga Anda memperoleh semacam itu" (HR
Muslim).

Ketiga, menampakkan keceriaan saat berhadapan dengan sang pemberi. Poin ketiga ini terkait erat
dengan poin pertama. Poin pertama lebih mewakili suasana di dalam hati. Poin ketiga merupakan
ungkapan kegembiraan di dalam hati itu melalui wajah yang ceria. Dengan kata lain pihak penerima
harus menunjukkan rasa ridha lahir dan batin.
Keempat, membalas jika mampu. Tidak setiap penerima hadiah adalah orang yang mampu
membalas karena alasan tertentu, semisal, sudah tua dan tidak bekerja. Oleh karena itu, jika
memang tidak mampu, penerima hadiah tidak perlu merasa bersalah apalagi memaksakan diri untuk
membalasnya sebab anjuran membalas ini bersifat kondisional.

Kelima, memujinya jika mungkin. Pihak penerima hadiah dianjurkan untuk memuji pihak pemberi
secara wajar. Itu saja jika dipandang perlu. Misalnya pujian itu berbunyi, "Anda memang baik hati"
Artinya pujian itu tidak perlu berlebihan atau terkesan menjilat agar pemberi memberinya hadiah
lagi. Tentu ini menunjukkan ketamakan yang sudah pasti tidak terpuji.

Keenam, tidak tunduk kepadanya. Tidak diperbolehkan seseorang menjadi tunduk kepada orang lain
hanya karena hadiah yang diterimanya. Artinya hadiah berupa apapun tidak boleh mempengaruhi
sikap penerima terhadap pemberi sehingga ia menjadi tunduk dan menuruti kemauannya yang tidak
bisa dibenarkan. Contoh dalam masalah ini adalah gratifikasi yang menjurus kepada suap. Suap
merupakan perbuatan terlarang berdasarkan hadits Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang
diriwayatkan dari Abdullah bin Umar radhiallahu 'anhuma sebagai berikut:

‫ الَّراِش ي َو اْلُمْر َتِش َي‬:‫ صلى هللا عليه وسل‬- ‫َلَع َن َرُس وُل الَّلِه‬

Adab sore hari


Membaca

‫ َلُه اْلُم ْلُك َو َلُه اْل‬، ‫ اَل ِإَلَه ِإَّال ُهللا َوْح َد ُه َال َش ِريَك َلُه‬، ‫ َو اْلَحْمُد ِهلل‬، ‫َأْمَس ْي َن ا َو َأْمَس ى اْلُم ْلُك ِهلل‬
‫ َو َأُع و‬،‫ َرِّب َأْس َأُلَك َخ ْي َر َم ا ِفي َه ِذِه الَّلْي َلِة َوَخ ْي َر َم ا َبْعَد َه ا‬،‫ َوُه َو َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد يٌر‬، ‫َحْمُد‬
‫ َرِّب‬،‫ َرِّب َأُع وُذ ِبَك ِمَن اْلَكَس ِل َو ُس وِء اْلِكَبِر‬،‫ُذ ِبَك ِم ْن َش ِّر َم ا ِفي َه ِذِه الَّلْي َلِة َوَش ِّر َم ا َبْعَد َه ا‬
‫َأُع وُذ ِبَك ِم ْن َع َذ اٍب ِفي الَّن اِر َو َع َذ اٍب ِفي اْلَق ْبِر‬

Amsaynaa wa amsal mulku lillah walhamdulillah, laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah,
lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-in qodir. Robbi as-aluka khoiro maa fii
hadzihil lailah wa khoiro maa ba’dahaa, wa a’udzu bika min syarri maa fii hadzihil lailah wa
syarri maa ba’dahaa. Robbi a’udzu bika minal kasali wa suu-il kibar. Robbi a’udzu bika min
‘adzabin fin naari wa ‘adzabin fil qobri.

Artinya:

“Kami telah memasuki waktu petang dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah.
Tidak ada ilah (yang berhak disembah) kecuali Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Milik
Allah kerajaan dan bagi-Nya pujian. Dia-lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.Wahai
Rabbku, aku mohon kepada-Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku
berlindung kepadaMu dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabbku,
aku berlindung kepadaMu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabbku, aku
berlindung kepada-Mu dari siksaan di neraka dan siksaan di kubur.” (Dibaca 1 x)

Faedah: Meminta pada Allah kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya, juga agar
terhindar dari kejelekan di malam ini dan kejelekan sesudahnya. Di dalamnya berisi pula
permintaan agar terhindar dari rasa malas padahal mampu untuk beramal, juga agar
terhindar dari kejelekan di masa tua. Di dalamnya juga berisi permintaan agar terselamatkan
dari siksa kubur dan siksa neraka yang merupakan siksa terberat di hari kiamat kelak.
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫ َوِإَلْيَك اْلَم ِص ْي ُر‬، ‫ َوِبَك َنُم وُت‬،‫َوِبَك َنْح َيا‬،‫ َوِبَك ْصَبْح َن ا‬،‫الَّلُهَّم ِبَك ْمَس ْيَن ا‬

Allahumma bika amsaynaa wa bika ash-bahnaa wa bika nahyaa wa bika namuutu wa ilaikal
mashiir.

Artinya:

“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu petang, dan dengan
rahmat dan pertolongan-Mu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan
pertolonganMu kami hidup dan dengan kehendakMu kami mati. Dan kepada-Mu tempat
kembali (bagi semua makhluk).” (Dibaca 1 x) .
‫ َأُع ْو ُذ ِبَك ِم ْن‬، ‫ َوَأَنا َع َلى َع ْه ِد َك َوَوْع ِد َك َم ا اْس َتَطْع ُت‬، ‫ َخ َلْق َتِنْي َوَأَنا َع ْبُد َك‬، ‫َالَّلُهَّم َأْنَت َرِّبْي َال ِإَلـَه ِإَّال َأْنَت‬
‫ َوَأُبْو ُء ِبَذ ْنِبْي َف اْغ ِف ْر ِلْي َف ِإَّنُه َال َيْغِف ُر الُّذ ُنْوَب ِإَّال َأْنَت‬، ‫ َأُبْو ُء َلَك ِبِنْعَم ِتَك َع َلَّي‬، ‫َش ِّر َم ا َصَنْع ُت‬
Allahumma anta robbii laa ilaha illa anta, kholaqtanii wa anaa ‘abduka wa anaa ‘ala ‘ahdika
wa wa’dika mas-tatho’tu. A’udzu bika min syarri maa shona’tu. Abu-u laka bi ni’matika
‘alayya wa abu-u bi dzambii. Fagh-firlii fainnahu laa yagh-firudz dzunuuba illa anta.

Artinya:

“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau,
Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-Mu. Aku akan setia pada perjanjianku
pada-Mu (yaitu aku akan mentauhidkan-Mu) semampuku dan aku yakin akan janji-Mu
(berupa surga untukku). Aku berlindung kepada-Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku
mengakui nikmat-Mu kepadaku dan aku mengakui dosaku. Oleh karena itu, ampunilah aku.
Sesungguhnya tiada yang mengampuni dosa kecuali Engkau.” (Dibaca 1 x)

Faedah: Barangsiapa mengucapkan dzikir ini di siang hari dalam keadaan penuh keyakinan,
lalu ia mati pada hari tersebut sebelum petang hari, maka ia termasuk penghuni surga.
Barangsiapa yang mengucapkannya di malam hari dalam keadaan penuh keyakinan, lalu ia
mati sebelum pagi, maka ia termasuk penghuni surga.
‫ َأَّنَك َأْنَت ُهللا َال ِإَلـَه ِإَّال َأْن‬، ‫ َوَم َالِئَك َتَك َوَج ِم ْي َع َخ ْلِق َك‬، ‫َالَّلُه َّم ِإِّنْي َأْمَس ْيُت ُأْش ِهُد َك َو ُأْش ِهُد َحَم َلَة َع ْر ِش َك‬
‫ َوَأَّن ُمَحَّم ًد ا َع ْبُد َك َوَرُس ْو ُلَك‬، ‫َت َوْح َدَك َال َش ِرْيَك َلَك‬

Allahumma inni amsaytu usy-hiduka wa usy-hidu hamalata ‘arsyika wa malaa-ikatak wa


jami’a kholqik, annaka antallahu laa ilaha illa anta wahdaka laa syariika lak, wa anna
Muhammadan ‘abduka wa rosuuluk.

Artinya:

“Ya Allah, sesungguhnya aku di waktu petang ini mempersaksikan Engkau, malaikat yang
memikul ‘Arys-Mu, malaikat-malaikat dan seluruh makhluk-Mu, bahwa sesungguhnya
Engkau adalah Allah, tiada ilah yang berhak disembah kecuali Engkau semata, tiada sekutu
bagi-Mu dan sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan utusan-Mu.” (Dibaca 4 x)

Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir ini ketika pagi dan petang hari sebanyak
empat kali, maka Allah akan membebaskan dirinya dari siksa neraka.
‫ َالَّلُهَّم ِإِّنْي َأْس َأُلَك اْلَع ْفَو َواْلَع اِفَيَة ِفي ِد ْيِنْي َوُد ْنَيا‬، ‫َالَّلُهَّم ِإِّنْي َأْس َأُلَك اْلَع ْفَو َواْلَع اِفَيَة ِفي الُّد ْنَيا َوْاآلِخ َرِة‬
‫ َوَع ْن‬، ‫ َوِم ْن َخ ْلِف ْي‬، ‫ َالَّلُهَّم اْح َف ْظِنْي ِم ْن َبْي ِن َيَدَّي‬.‫َي َوَأْه ِلْي َوَم اِلْي الَّلُهَّم اْس ُتْر َع ْوَراِتى َوآِم ْن َرْو َع اِتى‬
‫ َوَأُع ْو ُذ ِبَع َظَم ِتَك َأْن ُأْغ َت اَل ِم ْن َتْح ِتْي‬، ‫ َوِم ْن َفْو ِقْي‬، ‫َيِم ْي ِنْي َوَع ْن ِش َم اِلْي‬

Allahumma innii as-alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fid dunyaa wal aakhiroh. Allahumma innii as-
alukal ‘afwa wal ‘aafiyah fii diinii wa dun-yaaya wa ahlii wa maalii. Allahumas-tur ‘awrootii
wa aamin row’aatii. Allahummahfazh-nii mim bayni yadayya wa min kholfii wa ‘an yamiinii
wa ‘an syimaalii wa min fawqii wa a’udzu bi ‘azhomatik an ugh-taala min tahtii.

Artinya:

“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya
Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia,
keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat
orang) dan tenteramkanlah aku dari rasa takut. Ya Allah, peliharalah aku dari muka,
belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu, agar aku tidak
disambar dari bawahku (oleh ular atau tenggelam dalam bumi dan lain-lain yang membuat
aku jatuh).” (Dibaca 1 x)

Faedah: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah pernah meninggalkan do’a ini di pagi
dan petang hari. Di dalamnya berisi perlindungan dan keselamatan pada agama, dunia,
keluarga dan harta dari berbagai macam gangguan yang datang dari berbagai arah.

، ‫ َأْش َه ُد َأْن َال ِإَلـَه ِإَّال َأْنَت‬، ‫ َرَّب ُك ِّل َش ْي ٍء َوَم ِلْي َكُه‬،‫َالَّلُهَّم َع اِلَم اْلَغ ْي ِب َوالَّش َه اَدِة َف اِط َر الَّس َم اَواِت َوْاَألْرِض‬
‫ َو َأْن َأْق َت ِرَف َع َلى َنْف ِس ْي ُس ْو ًء ا َأْو َأُج َّر ُه ِإَلى ُم‬، ‫ َو ِم ْن َش ِّر الَّش ْي َطاِن َو ِش ْر ِكِه‬، ‫َأُع ْو ُذ ِبَك ِم ْن َش ِّر َنْف ِس ْي‬
‫ْس ِلٍم‬

Allahumma ‘aalimal ghoybi wasy-syahaadah faathiros samaawaati wal ardh. Robba kulli syai-
in wa maliikah. Asyhadu alla ilaha illa anta. A’udzu bika min syarri nafsii wa min syarrisy-
syaythooni wa syirkihi, wa an aqtarifa ‘alaa nafsii suu-an aw ajurrohu ilaa muslim.

Artinya:
“Ya Allah, Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, wahai Rabb pencipta langit
dan bumi, Rabb segala sesuatu dan yang merajainya. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang
berhak disembah kecuali Engkau. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan diriku, setan dan
balatentaranya (godaan untuk berbuat syirik pada Allah), dan aku (berlindung kepada-Mu)
dari berbuat kejelekan terhadap diriku atau menyeretnya kepada seorang muslim.” (Dibaca 1
x)

Faedah: Do’a ini diajarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Abu Bakr Ash
Shiddiq untuk dibaca pada pagi, petang dan saat beranjak tidur.
‫ِبْس ِم الَّلِه اَّلِذ ى َال َيُضُّر َم َع اْس ِمِه َش ْى ٌء ِفى اَألْرِض َوَال ِفى الَّس َم اِء َوُهَو الَّس ِم يُع اْلَعِليُم‬

Bismillahilladzi laa yadhurru ma’asmihi syai-un fil ardhi wa laa fis samaa’ wa huwas samii’ul
‘aliim.

Artinya:

“Dengan nama Allah yang bila disebut, segala sesuatu di bumi dan langit tidak akan
berbahaya, Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Dibaca 3 x)

Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan dzikir tersebut sebanyak tiga kali di pagi hari dan
tiga kali di petang hari, maka tidak akan ada bahaya yang tiba-tiba yang memudaratkannya.
‫ َوِبُمَحَّم ٍد َصَّلى ُهللا َع َلْي ِه َوَس َّلَم َنِبًّيا‬،‫ َوِبْاِإل ْس َالِم ِد ْيًن ا‬،‫َر ِض ْيُت ِباِهلل َرًّبا‬

Rodhiitu billaahi robbaa wa bil-islaami diinaa, wa bi-muhammadin shallallaahu ‘alaihi wa


sallama nabiyyaa.

Artinya:

“Aku ridha Allah sebagai Rabb, Islam sebagai agama dan Muhammad shallallahu ‘alaihi wa
sallam sebagai nabi.” (Dibaca 3 x)

Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan hadits ini sebanyak tiga kali di pagi hari dan tiga kali
di petang hari, maka pantas baginya mendapatkan ridha Allah.

‫ َوَأْص ِلْح ِلْي َش ْأ ِنْي ُك َّلُه َوَال َتِكْلِنْي ِإَلى َنْف ِس ْي َطْر َف َة َع ْي ٍن َأَبًد ا‬، ‫َيا َح ُّي َيا َقُّيْو ُم ِبَرْح َم ِتَك َأْس َتِغ ْيُث‬
Yaa Hayyu Yaa Qoyyum, bi-rohmatika as-taghiits, wa ash-lih lii sya’nii kullahu wa laa takilnii
ilaa nafsii thorfata ‘ainin abadan.

Artinya:

“Wahai Rabb Yang Maha Hidup, wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala
sesuatu), dengan rahmat-Mu aku minta pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan
diserahkan kepadaku sekali pun sekejap mata (tanpa mendapat pertolongan dariMu).”
(Dibaca 1 x)

Faedah: Dzikir ini diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada Fathimah supaya
diamalkan pagi dan petang.

‫ُس ْب َح اَن ِهللا َوِبَحْم ِدِه‬

Subhanallah wa bi-hamdih.

Artinya:

“Maha suci Allah, aku memuji-Nya.” (Dibaca 100 x)

Faedah: Barangsiapa yang mengucapkan kalimat ‘subhanallah wa bi hamdih’ di pagi dan


petang hari sebanyak 100 x, maka tidak ada yang datang pada hari kiamat yang lebih baik
dari yang ia lakukan kecuali orang yang mengucapkan semisal atau lebih dari itu.

‫ َلُه اْلُم ْلُك َو َلُه اْلَحْم ُد َوُهَو َع َلى ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيُر‬، ‫َال ِإَلـَه ِإَّال ُهللا َوْح َدُه َال َش ِرْيَك َلُه‬

Laa ilaha illallah wahdahu laa syarika lah, lahul mulku walahul hamdu wa huwa ‘ala kulli syai-
in qodiirr

Artinya:

“Tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya. Bagi-
Nya kerajaan dan segala pujian. Dia-lah yang berkuasa atas segala sesuatu.” (Dibaca 1o x)
Faedah: Barangsiapa yang membaca dzikir tersebut di pagi hari sebanyak sepuluh kali, Allah
akan mencatatkan baginya 10 kebaikan, menghapuskan baginya 10 kesalahan, ia juga
mendapatkan kebaikan semisal memerdekakan 10 budak, Allah akan melindunginya dari
gangguan setan hingg petang hari. Siapa yang mengucapkannya di petang hari, ia akan
mendapatkan keutamaan semisal itu pula.

‫َأُع ْو ُذ ِبَكِلَم اِت ِهللا الَّت اَّم اِت ِم ْن َش ِّر َم ا َخ َلَق‬

A’udzu bikalimaatillahit-taammaati min syarri maa kholaq.

Artinya:

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan makhluk yang
diciptakanNya.” (Dibaca 3 x pada waktu petang)

Faedah: Siapa yang mengucapkannya di petang hari, niscaya tidak ada racun atau binatang
(seperti: kalajengking) yang mencelakakannya di malam itu.

Adab Sebelum Tidur bagi Kaum Muslimin


1. Mengevaluasi Diri Sejenak

Sebelum tidur, hendaknya seorang muslim mengevaluasi dirinya sejanak tentang


perbuatannya di siang hari. Jika ia mendapat kebaikan hendaknya memuji Allah SWT,
sebaliknya jika melakukan amalan buruk maka mohonlah ampunan kepada-Nya.

2. Tidur Diawal Malam

Adab selanjutnya yang harus diperhatikan seorang muslim ialah tidur di awal malam.
Berdasarkan hadits AIsya RA, diceritakan Rasulullah SAW tidur pada awal malam dan bagun
di akhir malam untuk menunaikan salat.
3. Berwudhu Sebelum Tidur

Melakukan wudhu sebelum tidur termasuk ke dalam sunnah yang dapat dipraktikkan oleh
kaum muslimin. Dari Barra bin Azib, Nabi SAW bersabda: "Jika kamu mendatangi tempat
pembaringanmu, maka berwudhulah seperti wudhu salatmu, kemudian bersandarlah pada
sebelah kanan anggota badanmu." (HR Bukhari)

4. Mengibaskan Tempat Tidur

Sebelum tidur, seorang muslim bisa mengibaskan tempat tidurnya sebanyak 3 kali. Dari Abu
Hurairah, Rasulullah SAW bersabda:

"Jika salah satu dari kalian ingin ke tempat tidur, maka kibaslah kasurnya hingga ke dalam
kain sarungnya, karena sesungguhnya ia tidak mengetahui apa yang akan diakibatkan
setelahnya." (HR Bukhari)

5. Makruh Tidur Telungkup

Terkait hal ini, Rasulullah SAW bersabda dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dzar RA. Ia
berkata,

"Nabi SAW pernah melewatiku saat saya sedang berbaring di atas perutku (telungkup) maka
beliau menggerakkanku dengan kakinya dan beliau bersabda: "Wahai Junaidab,
sesungguhnya seperti ini adalah pembaringan penduduk neraka." (HR Ibnu Majah)

6. Menutup Pintu, Mematikan Api dan Lampu Sebelum Tidur

Dalam hadits Jabir RA, Nabi Muhammad bersabda:

"Matikanlah lampu-lampu di malam hari jika akan tidur, tutuplah pintu-pintu, tutuplah bejana
minuman, tutuplah makanan dan minuman." (Muttafaq alaih)

Demikian sejumlah adab yang dapat dipraktikkan sebelum tidur.

Anda mungkin juga menyukai