Anda di halaman 1dari 18

PANDUAN IBADAH PRAKTIS

A. DISIPLIN DALAM SHALAT LIMA WAKTU

Disiplin dalam setiap pekerjaan sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang
maksimal. Begitupun juga halnya dalam shalat lima waktu. Adalah salah satu ciri
orang yang bertaqwa, setiap kali adzan berkumandang maka ia segera mengambil
air wudlu dan memenuhi panggilan Allah SWT tersebut. Menegakkan shalat fardlu
lima waktu tepat pada waktunya merupakan perintah Allah SWT, hal inilah yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

Disiplin shalat lima waktu yaitu mengerjakan shalat wajib tepat pada
waktunya. Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang mengerjakan shalat tepat
pada waktunya, serta menghapus dosa-dosanya. Rasulullah SAW bersabda:
“seorang muslim bila berwudlu dan ia baguskan wudlunya kemudian ia sahalat
lima waktu, maka bergugurlah kesalahannya seperti bergugurannya daun ini”,
kemudian beliau membaca ayat – yang artinya - sebagai berikut: “ Tegakkanlah
shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan
dari malam. Sesungguhnya perbuatan yang baik itu menghapus (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. (HR.
Thabrani)

Disiplin shalat lima waktu yang sesuai dengan syariat yaitu bukanlah shalat di
awal waktunya, melainkan tepat pada waktunya, karena di antara shalat wajib
ada yang disunnahkan untuk diawalkan dan ada yang disunnahkan untuk
diakhirkan. Hal tersebut dikarenakan ada sebabnya.

Shalat yang wajib dikerjakan di awal waktu yaitu shalat subuh, dzuhur, ashar
dan maghrib dikarenakan waktunya yang yang tidak terlalu panjang, terkecuali
ada sebab lain. Misalnya saja waktu shalat dzuhur yang saat itu berada pada
waktu yang sangat panas terik, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila hari sangat
panas yang menyengat, maka tangguhkanlah shalat karena seungguhnya panas
yang menyengat itu termasuk dari bahan api neraka Jahanam.” (HR. Bukhari)

Sedangkan shalat yang baik dikerjakan diakhir waktu yaitu shalat Isya. Shalat
malam, Shalat Isya disunnahkan untuk diakhirkan hingga sepertiga malam. Waktu

Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018 | 1


sepertiga malam itulah yang paling baik untuk mengerjakan baik shalat wajib
(Isya) maupun shalat sunnah (tahajud, witir, dan lain-lain). Namun untuk batas
akhir shalat Isya adalah separuh malam pertengahan. Maka disunnahkan untuk
mengerjakan shalat isya pada waktu sepertiga malam yang pertama. Nabi
Muhammad SAW bersabda: “waktu shalat Isya hingga separuh malam
pertengahan...” (HR. Muslim).

Sedangkan dalam hadits lainnya berbunyi; “Dan Shalat Isya lah di antara kamu
di sepertiga malam. Jika kamu akhirkan maka hingga separuh malam dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” (Diriwayatkan oleh Malik, Ath-
Thahawi dan Ibnu Hazm dengan sanad sahih).

Meninggalkan shalat fardhu dengan sengaja merupakan sebuah dosa besar.


Apalagi bila dilakukan dengan sengaja, bisa menyebabkan orang yang
meninggalkan shalat tersebut terjerumus pada musyrik dan kufur. Nabi
Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya yang membedakan antara seorang
lelak dan kemusyrikan serta kekufuran ialah meninggalkan shalat.” (HR. Muslim)

Dari Ummu Aiman r.a bahwa sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda:


“Jangan kamu tinggalkan shalat dengan sengaja. Karena sesungguhnya barang
siapa meninggalkan shalat degan sengaja maka sungguh lepaslah darinya
perlindungan Allah ta’ala dan Rasul-Nya.” (HR. Ahmad)

Disiplin dalam mengerjakan shalat lima waktu akan membawa kita kepada
keridhoan Allah SWT. Oleh karena itu, sedapat mungkin bagi kita untuk selalu
mengerjakan shalat tepat pada waktunya. Allah SWT selalu memberi kita
kenikmatan, mengabulkan do’a dan keinginan kita setiap saat, maka inilah salah
satu bentuk dari rasa tunduk, patuh, dan syukur kita kepada Allah. Semoga
dengan ini Allah akan selalu menambahkan nikmatnya kepada kita semua.
Amiiiiiin.

B. TATA CARA SHALAT


Mengenai tata cara shalat maka Rasulullah SAW memberikan petunjuk-
petunjuk yang tegas dengan sabdanya yang telah diriwayatkan oleh imam Bukhari
dan Malik bin Huwairits r.a “Shalatlah kalian sebagimana kalian melihat aku
melakukan shalat”. Adapun tata cara shalat yang diajarkan Rasulullah SAW.

2 | Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018


Sebagaimana yang kami kutip dari Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah
(HPTM) adalah sebagai berikut:

1. Berdiri Tegak
Berdiri tegak dalam shalat hukumnya wajib bagi setiap orang yang
mampu dengan ketentuan:
a. Menghadapkan seluruh badan dan wajah ke arah kiblat.
b. Pandangan mata diarahkan ke tempat sujud, dan harus dijaga
jangan sekali-kali mata diarahkan ke kanan dan ke kiri atau ke atas
dan ke bawah.
c. Kedua belah kaki direnggangkan dengan jarak kira-kira satu jengkal.
Jika tidak kuat berdiri boleh dengan duduk dan jika tidak kuat
duduk maka boleh dengan berbaring.

2. Membaca Takbiratul Ihram


Takbiratul Ihram ialah takbir dengan mengucapkan Allahu Akbar (
‫ )هللا َأ ْك َب ُر‬untuk memulai shalat, yaitu takbir sebagai tanda mulai bahwa
dirinya mengharamkan segala sesuatu yang membatalkan shalat, seraya
berniat dalam hati dengan ikhlas semata-mata menunaikan shalat karena
Allah. Niat ini tidak perlu diucapkan secara lisan cukup dalam hati, karena
memang tidak ditentukan oleh Rasulullah SAW.
a. Bersamaan dengan Takbiratul Ihram kedua belah telapak tangan
diangkat sejurus dengan bahu dan mensejajarkan ibu jari dengan
daun telinga.
b. Diteruskan dengan meletakkan telapak tangan kanan di atas
punggung telapak tangan kiri dan keduanya berada tepat di atas
dada (ulu hati).

3. Membaca Do’a iftitah (pembuka)


‫ْل ْغ َا َّل َن‬ ‫ْل َـ ْش‬ ‫َك‬ ‫َخ َط‬ ‫َا َّل‬
‫ ل ُه َّم ِّق ِن ى‬. ‫ل ُه َّم َب اِع ْد َبْي ِن ى َو َبْي َن اَي اَي َم ا َب اَع ْد َت َبْي َن ا ـم ِر ِق َو ا ـَم ِر ِب‬
‫ْل‬ ‫َن َّد َن َا َّل ْغ َخ َط َي‬ ‫َن ْل َخ َط َي َك َنَّق َّث ْا َأل‬
‫ ل ُه َّم ا ِس ْل ا اَي ِب ا ـَم اِء‬. ‫ِم ا ا ا َم ا ُي ى ال ْو ُب ْبَيُض ِم ال ِس‬
‫َّث ْل ْل‬
. ‫َو ال ِج َو ا َب َر ِد‬
“Ya Allah jauhkan antara aku dan segala kesalahanku sebagaimana
telah Engkau jauhkan antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah

Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018 | 3


aku dari kesalahanku sebagimana dibersihkannya pakaian putih dari
kotoran. Ya Allah, cucilah kesalahanku dengan air, salju, dan embun”.

4. Membaca Ta’awwudz, Basmallah, Al-Fatihah, Surat Al-Qur’an (atau ayat-


ayat pilihannya) dan Ta’min
Setelah membaca Ta’awwudz, Basmallah, Al-Fatihah dilanjutkan
dengan membaca salah satu ayat atau surat Al-Qur’an secara perlahan-
lahan (tartil) sambil menghayati makna. Bacaan surat Al-Qur’an ini hanya
untuk raka’at pertama dan rakaat kedua saja, sedangkan untuk raka’at
berikutnya manakala lebih dari dua raka’at cukup dengan membaca Al-
Fatihah.
Pada shalat berjama’ah Shubuh, Maghrib, dan Isya, surat Al-Fatihah
dan surat Al-Qur’an harus dibaca dengan suara jelas/keras (jahar).
Sedangkan untuk sholat Dzuhur dan Ashar, surat Al-Fatihah dan surat Al-
Qur’an dibaca dengan suara tersembunyi (sir). Kemudian membaca takbir
intiqal, yaitu takbir sebagai isyarat perpindahan dari rukun (sikap) ke rukun
shalat lainnya, yaitu Allahu Akbar, kemudian ruku’.
5. Ruku’
Cara ruku’ menurut tuntunan Rasulullah SAW:
a. Membungkukkan separuh badan.
b. Punggung dan leher membentuk garis lurus.
c. Kedua telapak tangan direnggangkan diletakkan pada lutut, dengan
kedua lengan dibuat selurus mungkin.
d. Setelah dalam keadaan ruku’ membaca tasbih:
‫َّل ْغ‬ ‫َن َّل‬
‫ُس ْب َح ا َك ال ُه َّم َر َّب َن ا َو ِب َح ْم ِد َك ال ُه َّم ا ِف ْر ِل ى‬
“Maha suci Engkau Ya Allah, dan dengan memuji-Mu ya Allah
tuhan kami, ampunilah aku”.

6. I’tidal
a. Tegak berdiri dari ruku’ seraya mengangkat kedua belah tangan
seperti waktu takbiratul ihram, sekaligus membaca:
‫َس َع ُهللا ـَم ْن َح َد ُه‬
‫ِم‬ ‫ِل‬ ‫ِم‬
“Semoga Allah berkenan mendengarkan orang yang memuji-Nya”

4 | Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018


Khusus untuk shalat yang dilakukan secara berjama’ah, maka
makmum tidak perlu membaca tasmih’ (sami’allahu liman
hamidah)
b. Setelah berdiri tegak, tangan telah lurus kembali sejajar dengan
badan maka bacalah:
‫َر َّب َن ا َو َل َك اْل َح ْم ُد‬
“Ya Tuhan kami, dengan segala puji-pujian hanyalah bagi-Mu
semata”.

7. Sujud
a. Dari I’tidal ke sujud membaca takbir.
b. Meletakkan kedua lutut dan jari-jemari kedua belah kaki di atas
tanah yag dihadapkan ke arah kiblat.
c. Disusul dengan meletakkan kedua telapak tangan ke tanah di
teruskan dengan merapatkan dahi dan hidung pada tanah dan
posisi kedua telapak tangan selempang pada pundak.
d. Merenggangkan kedua tangan dari lambung sedikit lebar dan siku
sedikit terangkat ke atas.
e. Bila sujud telah berada dalam keadaan sempurna kemudian
membaca tasbih sebagaimana bacaan ketika melakukan ruku’
yaitu:
f.
‫َّل ْغ‬ ‫َن َّل‬
‫ُس ْب َح ا َك ال ُه َّم َر َّب َن ا َو ِب َح ْم ِد َك ال ُه َّم ا ِف ْر ِل ى‬
“Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu ya
Allah Tuhan kami, ampunillah aku”

8. Duduk antara Dua Sujud


a. Takbir intiqal seraya mengangkat kepala dan duduk dengan tenang
(disebut duduk iftirasy).
b. Duduk Iftirasy yaitu duduk diatas telapak kaki kiri, sedang kaki
kanan bertumpu dengan jari-jarinya yang melipat ke bawah.
c. Meletakkan kedua telapak tangan di atas lutut, seakan-akan
menggenggam lutut, kemudian membaca do’a:
‫ْق‬ ‫َا َّل ْغ‬
‫ل ُه َّم ا ِف ْر ِل ى َو اْر َح ْم ِن ى َو اْج ُب ْر ِن ى َو اْه ِد ِن ى َو اْر ُز ِن ى‬

Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018 | 5


“Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah diriku, cukupilah aku,
tunjukkanlah aku, dan berilah rizki kepadaku”.

9. Sujud yang Kedua


Untuk melaksanakan sujud kedua ini caranya sama seperti waktu
melaksanakan sujud yang pertama. Dan apabila seseorang telah
melaksanakan semua ketentuan yang di atas, maka berarti dia telah
melakukan satu raka’at , kemudian berpindah kepada raka’at yang kedua:
a. Mengangkat kepala seraya bertakbir intiqal, untuk memasuki rak’at
kedua.
b. Ke sujud yang kedua ke sikap berdiri terlebih dahulu harus duduk
iftirasy sejenak. Dan ketika akan berdiri hendaklah menekankan
kedua telapak tangan pada tanah.

10. Duduk Tasyahud Awal


Bagi shalat fardhu/wajib yang raka’at lebih dari dua raka’at maka pada
akhir raka’at yang kedua sebelum berdiri untuk melakukan raka’at yang
ketiga duduk terlebih dahulu:
a. Duduk iftirasy seraya mengacungkan telunjuk jari tangan kanan
sementara jari-jari lainnya menggenggam. Acungkan cari telunjuk
jari kanan ketika mulai duduk iftirasy.
b. Telapak tangan kiri menggenggam lutut kaki kiri.
c. Membaca do’a tasyahud:

‫َو ْح ُة‬
‫َر َم ِهللا‬ ‫ الَّس اَل ُم َع َل ْي َك َأ ُّي َه ا الَّن ُّي‬، ‫الّت َِح َّي اُت ِل ّل ِه َو الَّص َل َو اُت َو الَّط َب اُت‬
‫ِب‬ ‫ِّي‬
‫َل اَّل‬ ‫َّص ْي َن َأ ْش َه ُد َأ ْن آَّل‬ ‫َل‬ ‫اَل َل‬ ‫َك ُت‬
‫ِا َه ِإ هللا‬ . ‫ الَّس ُم َع ْي َن ا َو َع ى ِع َب اِد ِهللا ال اِل ِح‬، ‫َو َب َر ا ُه‬
‫َو َأ ْش َه ُد َأ َّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُل ُه‬

“Segala kehormatan, kebahagiaan dan kebaikan adalah kepunyaan


Allah semata.Semoga keselamatan bagi engkau wahai Nabi
Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan dari Allah.Semoga
keselamatan juga bagi kita semua hamba-hamba Allah yang
shalih.Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah, dan
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya”.

6 | Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018


d. Diteruskan dengan membaca shalawat:

‫َّو آ ُم َح َّم َك َم ا َص َّل ْي َت َع َل ى ْب َر ْيَم َو آ ْب َر ْيَم َو َب ا ْك‬ ‫َع َل َح‬ ‫َا لَّل ُه َّم َص‬
‫ِر‬ ‫ِل ِإ ِه‬ ‫ِإ ِه‬ ‫ٍد‬ ‫ِل‬ ‫ى ُم َّم ٍد‬ ‫ِّل‬
‫َل‬ ‫ْك‬ ‫َك‬ ‫َع َل َح‬
. ‫َم ا َب اَر َت َع ى ِإ ْب َر ِه ْيَم َو آِل ِإ ْب َر ِه ْيَم ِإ َّنَك َح ِم ْي ٌد َّم ِج ْي ٌد‬ ‫َح‬
‫َّو آِل ُم َّم ٍد‬ ‫ى ُم َّم ٍد‬
“Ya Allah, semoga engkau berkenan menambah
kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana engkau telah berkenan memberi berkah
kepada Ibrahim dan keluarganya. Dan semoga engkau
berkenan memberikan berkah kepada Muhammad dan
keluarganya, seperti halnya engkau telah berkenan
memberikannya kepada Ibrahim dan keluarganya.
Sesungguhnya engkau yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia”.

e. Diteruskan dengan membaca do’a:

‫َي ْغ ُر ُّذ ُن ْو َب اَّل َأ ْنَت َف ْغ ْر َم ْغ َر ًة‬ ‫َا َّل ُه َّم َظ َّل ْم ُت َنْف َظَل ًم َك ْي ًر َو اَل‬
‫ا ِف ِل ى ِف‬ ‫ِإ‬ ‫ِف ال‬ ‫ِس ي ا ِث ا‬ ‫ل ِإ ِّن ى‬
. ‫الَّر ِح ْيُم‬ ‫ِّم ْن ِع ْن ِد َك واْر َح ْم ى َّنَك َأ ْنَت اْل َغُف ْو ُر‬
‫ِن ِإ‬
“Ya Allah aku sudah banyak menganiaya diriku dan tiada yang
dapat mengampuni dosa, selain Engkau, maka ampunilah dan
kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Pengampun dan Maha Penyayang”.

f. Kemudian membaca takbir intiqal seraya berdiri, mengangkat


kedua tangannya seperti ketika takbiratul ihram, lalu meletakkan
kedua tangannya di dada untuk memulai raka’at ketiga.

11. Duduk Tasyahud Akhir


Pada raka’at terakhir, setelah sujud yang dua kemudian duduk
tawaruq untuk tasyahud akhir dan membaca salam sebagai tanda bahwa
shalat selesai dengan melakukan :
a. Duduk tawaruq, yaitu duduk dengan cara mempersilangkan kaki kiri
di atas kaki kanan sedang kaki kanan bertumpu dengan ujung kaki
yang dilipat ke bawah menghadap kiblat.

Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018 | 7


a. Mengancungkan telunjuk jari tangan seperti waktu duduk tasyahud
awal.
b. Membaca tasyahud dan shalawat sebagaimana yang dibaca
sewaktu duduk tasyahud awal.
c. Diteruskan dengan berdo’a:

‫َع َذ ا اْل َق ْب َو ِم ْن َش ِف ْتَن ِة اْل ـَم ْح َي‬ ‫َع َذ ا َج َه َّن َم َو ْن‬


‫ِم‬
‫َالَّل ُه َّم ي َا ُع ْو ُذ َك ْن‬
‫ِب ِم‬ ‫ِإ ِّن‬
‫ِّر‬ ‫ِب ِر‬ ‫ِب‬
‫ْل‬
‫َش ْتَن َم ْي‬ ‫َأ‬
‫َو اْل ـَم َم ا َو ُع ْو َك ْن‬
‫ُذ‬
. ‫الَّد َّج اِل‬ ‫ِّر ِف ِة ا ـ ِس ِح‬ ‫ِب ِم‬ ‫ِت‬
“Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahanam dan
siksa kubur, begitu juga aku berlindung kepada-Mu dari
fitnahnya hidup dan fitnahnya mati, serta dari kejahatan
fitnah Dajjal”.

12. Membaca Salam


Setelah selesai berdo’a maka ucapkanlah salam:

‫َك‬ ‫ُة‬ ‫اَل َل ُك‬


. ‫الّس ُم َع ْي ْم َو َر ْح َم ِهللا َو َب َر اُتُه‬
“Berbahagialah kamu sekalian dengan rahmat dan berkah
Allah”.

13. Tertib dan Tuma’ninah


Mengerjakan shalat harus dengan mengikuti urutan-urutan seperti
tersebut di atas. Tidak boleh diubah sama sekali, sekalipun hanya sedikit
saja. Di samping pelaksanaannya harus tertib, harus juga dengan sikap
tenang (tuma’ninah), sehingga tidak terasa sedikit pun sikap terburu-buru
atau tergesa-gesa dalam melaksanakan shalat tersebut. Apalagi kalau
sedang shalat, hakekatnya ia sedang menemui kekasihnya (Allah) yang
dicintainya.

8 | Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018


C. Shalat Sunnah Rawatib (Qobliyah dan Ba’diyah)
Shalat merupakan amalan manusia yang paling pertama yang
dipertanyakan oleh Allah SWT ketika di pengadilan akhirat nanti. Barangsiapa
yang shalatnya dikerjakan dengan baik maka beruntunglah dia, dan
sebaliknya, barangsiapa yang shalatnya dinilai kurang, maka kekurangannya
hanya bisa ditutup bila ia memiliki amalan shalat sunnah.
“Sesungguhnya hal pertama yang diperhitungkan dari seorang hamba
Allah ta’ala pada hari kiamat ialah shalatnya. Jika didapati ia sempurna maka ia
dicatat sebagai sempurna. Jika didapati terdapat kekurangan, maka dikatakan
“Coba lihat adakah ia memiliki shalat sunnah yang dapat melengkapi shalat
wajibnya?” Kemudian segenap amal perbuatannya yang lain diproses
sebagaimana shalatnya”. (HR.An Nasai)

1. Pengertian
Shalat Rawatib adalah shalat sunnah yang dilakukan sebelum atau
sesudah shalat lima waktu. Shalat yang dilakukan sebelumnya disebut
shalat qabliyah, sedangkan yang dilakukan sesudahnya disebut shalat
ba’diyah.

2. Bilangan raka’at shalat Rawatib


Jumlah raka’at shalat rawatib berbeda-beda tergantung shalat apa
yang ia iringi dan kapan (sebelum/sesudahnya) dia dilaksanakan. Untuk
lebih lengkapnya dapat dilihat pada daftar berikut.

Shalat Lima Waktu Qabliyah Ba’diyah


Shubuh 2 raka’at -
Dzuhur 2/4 raka’at 2 raka’at
Ashar 2/4 raka’at -
Magrib 2 raka’at 2 raka’at
Isya’ - 2 raka’at
Jum’at - 2 raka’at

Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018 | 9


3. Sumber Hadits
a. Qobliyah Subuh

Aisyah r.a berkata: Adalah Nabi SAW tidak pernah meninggalkan


empat raka’at sebelum dzuhur dan dua rakaat sebelum shubuh.
(HR. Bukhari)

Aisyah r.a berkata: Tiadalah kerajinan Rasulullah SAW menepati


shalat sunnah melebihi ketetapannya (kerajinannya) dalam shalat
sebelum shubuh. (HR. Bukhari, Muslim)

Aisyah r.a berkata: bersabda Rasulullah SAW : Dua raka’at sunnah


sebelum shubuh lebih baik dari dunia dan seisinya. (HR. Muslim)
Keterangan: Dalam riwayat lain : Lebih aku sukai dari dunia dan
seisinya.

Abu Abdillah (Bilal) bin Robbah r.a datang kepada Rasulullah SAW
untuk adzan, tiba-tiba ia ditanya-tanyai oleh Aisyah hingga lambat
adzannya, maka segera Bilal adzan lalu iqomah, sedang Rasulullah
tidak segera keluar. Kemudian setelah Nabi keluar dan segera
shalat dengan orang-orang, Bilal memberitahu padanya bahwa ia
telah ditanya-tanyai oleh Aisyah hingga pagi benar, tetapi Nabi
masih lama juga keluar. Jawab Nabi : Saya masih shalat sunnah
fajar. Kata Bilal : Sudah pagi benar ya Rasulullah. Jawab Nabi :
Kalau lebih pagi dari itu, saya tetap akan shalat shubuh
sesempurna-sempurnanya. (HR. Abu Dawud)
Keterangan: Shalat sunnah fajar tetap boleh dilakukan meskipun
bangunnya agak terlambat.

b. Qobliah dan Ba’diyah Dzuhur

Ibnu Umar r.a berkata : Saya telah shalat bersama Nabi SAW dua
raka’at sunnah sebelum dzuhur dan sesudahnya. (HR. Bukhari,
Muslim)

10 | Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018


Aisyah r.a berkata : Adalah Nabi SAW di rumahku sebelum dzuhur
empat raka’at, kemudian keluar ke masjid, kemudian kembali
sesudah shalat dzuhur shalat dua raka’at, dan shalat maghrib
kemudian masuk ke rumahku shalat dua raka’at, dan shalat isya
kemudian masuk ke rumahku shalat dua raka’at. (HR. Muslim)

Ummu Habibah r.a berkata: Rasulullah SAW bersabda : Siapa yang


rajin melakukan sebelum dzuhur dan sesudah dzuhur empat-empat
raka’at, Allah akan mengharamkannya dari api neraka. (HR. Abu
Dawud, Attirmizi)

Abdullah bin Assa’ib berkata : Adalah Nabi SAW tidak sempat shalat
sunnah empat raka’at sebelum dzuhur, maka dikerjakannya
sesudah dzuhur, (HR. Attirmizi)

c. Qobliyah Ashar

Ali bin Abi Thalib r.a berkata : Adalah Nabi SAW biasa shalat empat
raka’at sebelum ashar, dipisah dua salam, memberi salam kepada
para malaikat muqorrobin dan pengikut mereka dari kaum
muslimin dan mukminin. (HR. Attirmizi)

Ibnu Umar r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : Allah akan


merahmati seseorang yang shalat sunnah sebelum ashar empat
raka’at. (HR. Abu Dawud, Attirmizi)

Ali bin Abi Thalib r.a berkata : Adalah Nabi SAW shalat sunnah
sebelum ashar dua raka’at. (HR. Abu Dawud)

d. Qobliyah dan Ba’diyah Maghrib

Abdullah bin Mughaffal r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda :


Shalatlah sebelum maghrib, shalatlah sebelum maghrib, dan pada
kalimat yang ketiga di samping dengan kalimat : Bagi saiapa yang
suka mengerjakannya. (Berarti perintah sunnah). (HR. Bukhari)

Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018 | 11


Anas r.a berkata : Saya telah melihat orang-orang terkemuka dari
sahabat Nabi SAW berburu-buru menuju ke tiang-tiang masjid
untuk shalat sunnah sebelum shalat maghrib. (HR. Bukhari)

Anas r.a berkata : Kami di masa Rasulullah SAW biasa shalat sunnah
dua raka’at sebelum terbenam matahari dan sebelum shalat
maghrib. Dan ketika ditanya : Apakah Rasulullah SAW berbuat
demikian? Jawab Anas : Adalah Nabi melihat kamu berbuat itu,
maka ia tidak menyuruh dan tidak melarang kami. (HR. Muslim)

Anas r.a berkata : Kami dahulu di Madinah jika mendengar


mu’adzin adzan untuk menghrib maka orang-orang berebut tiang-
tiang masjid untuk shalat dua raka’at. Sehingga jika ada orang
ghorib datang masuk masjid menyangka bahwa orang-orang sudah
shalat maghrib, karena banyaknya orang yang mengerjakan shalat
sunnah sebelum maghrib. (HR. Muslim)

e. Qobliyah dan Ba’da Isya

Ibnu Umar r.a berkata : Saya telah shalat bersama Nabi SAW dua
raka’at sunnah sesudah isya.

Ibnu Umar r.a berkata : Saya shalat bersama Rasulullah SAW dua
raka’at sebelum dzuhur, dua raka’at sesudahnya, dan dua raka’at
sesudah jum’ah dan dua raka’at sesudah maghrib serta dua raka’at
sesudah isya. (HR. Bukhari, Muslim)

Abdullah bin Mughaffal r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : Di


antara tiap adzan dan iqomah ada shalat sunnah. Pada tiap antara
adzan dan iqomah ada shalat sunnat. Pada tiap adzan dan iqomah
ada shalat sunnah. Bagi siapa yang suka mengerjakannya. (HR.
Bukhari, Muslim)

12 | Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018


f. Ba’diyah Jum’at

Abu Hurairah r.a berkata : Rasulullah SAW bersabda : Jika telah


selesai shalat jum’ah, hendaknya shalat sunnah empat raka’at. (HR.
Muslim)

Ibnu Umar r.a berkata : Adalah Nabi SAW tidak shalat sunnah
jum’ah hingga pulang ke rumah, maka shalat dua raka’at di
rumahnya. (HR. Muslim)

D. Sholat Dhuha
Pengertian
Dhuha adalah nama waktu, yakni waktu selepas waktu shubuh dan
sebelum waktu dzuhur. Shalat dhuha dimulai setelah matahari naik di ufuk
timur setinggi satu tombak. Jadi, apabila anda masih tenggelam dalam
wirid sehabis shubuh pada saat matahari mulai terbit atau pada saat jarum
jam menunjuk waktu thulu’ alias terbitnya matahari (lihat di jadwal shalat),
jangan bangkit dulu untuk shalat. Tunggulah matahari bergerak ke atas
hingga ketinggiannya mencapai seukuran tombak (sekitar 20 menit).
Shalat dhuha, dari sisi fiqih, tergolong ibadah sunnah muakkada,
artinya ibadah yang sangat kuat kesunnahannya. Berarti, besar pula
pahalanya. Begitu pentingnya sehingga Nabi SAW sangat menganjurkan
pada sahabat beliau untuk menjalankannya, seperti dituturkan oleh
Sayyidina Abu Hurairah r.a berikut ini :“Kawan karibku (Rasulullah SAW)
berpesan kepadaku tiga hal : untuk berpusa tiga hari pada tiap-tiap bulan,
untuk menjalankan dua raka’at shalat Dhuha, dan untuk mengamalkan
shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari, Muslim)
Beliau menyebut shalat dhuha sebagai shalat para pentobat
(awwabin). Sebagai shalatnya pentobat, maka shalat dhuha sangat
mujarab untuk merontokkan dosa-dosa. Sebagaimana dalam sabda Nabi
SAW :“Barangsiapa menjaga (pelaksanaan) genapnya shalat dhuha, dosa-
dosanya akan diampuni walaupun sebanyak buih lautan.”

Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018 | 13


1. Tata Cara dan Waktu Pelaksanaan
Shalat dhuha gerakan dan bacaannya sama dengan shalat wajib, yang
membedakannya adalah bilangan rakaat dan waktu pelaksanaannya. Tata
cara pengerjaan shalat dhuha sebagai berikut:

a. Niat : Niatkanlah shalat dhuha di dalam hati dengan ikhlas semata


karena Allah.
b. Selanjutnya gerakan dan bacaan sama seperti shalat fardhu.
Disunatkan membaca surat Ad Dhuha dan Asy Syam
c. Bilangan raka’at:
 2 raka’at (berdasarkan HR. Muslim dari Abu Hurairah)
 4 raka’at (berdasarkan HR. Muslim dari Aisyah)
 8 raka’at dengan melakukan salam tiap selesai dua raka’at
(berdasarkan HR. Abu Dawud dari Ummu Hani)
 Boleh dikerjakan dengan jumlah raka’at sebanyak yang kita
inginkan. (berdasarkan HR. Muslim dari Aisyah)
 “Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata : Rasulullah mengerjakan
shalat dhuha empat raka’at dan adakalanya sesukanya” (HR.
Muslim)
d. Shalat Dhuha dapat dikerjakan secara munfarid (sendiri-sendiri)
atau berjama’ah.
e. Setelah selesai shalat dhuha dianjurkan membaca do’a shalat
dhuha sebagai berikut:
‫َالَّل ُه َّم َّن الُّض َح آَء ُض َح آُء َك َو ْا لَبَه آَء َب َه آُء َك َو ْا لَج َم اَل َج َم اُل َك َو ْا لُق َّو َة ُق َّو ُت َك‬
‫ِإ‬
‫ْل‬ ‫َأ‬ ‫َف‬ ‫َك‬ ‫َّل‬ ‫َا‬
‫ ل ُه َّم ْن اَن ْز ى ى الَّس َم آ ْن ُه َو ْن‬. ‫َو ْا لُق ْد َر ْد َر ُتَك َو ل ْص َم ْص َم ُتَك‬
‫َة‬ ‫ْا‬ ‫ُق‬ ‫َة‬
‫ِء ِز ِإ‬ ‫ِر ِق ِف‬ ‫ِإ‬ ‫ِع‬ ‫ِع‬
‫َك اَن ىْ ااَل ْر َف َأ ْخ ْج ُه َو ْن َك اَن َب ْي ًد ا َف َق ْب ُه َو ْن َك اَن ُم َعَّس ًر ا َف َي ْر ُه َو ْن‬
‫ِإ‬ ‫ِّس‬ ‫ِّر ِإ‬ ‫ِع‬ ‫ِإ‬ ‫ِر‬ ‫ِض‬ ‫ِف‬
‫َّل‬ ‫َا‬ ‫ُق‬ ‫ُق‬ ‫َط‬ ‫َف‬ ‫َك‬
‫اَن َح َر ًم ا ِّه ْر ُه ِب َح ِّق ُض َح آِء َو َب َه آِء َو َج َم اِل َك َو َّو ِت َك َو ْد َر ِت َك ل ُه َّم آِت ِن ى‬
‫َك‬ ‫َك‬
‫َأ َت‬
. ‫َم آ ْي َت ِع َب اَد َك الَّص آِل ِح ْي َن‬
ALLAHUMMA INNADH-DHUHA-A DHUHA-UKA, WAL BAHAA-A
BAHAA-UKA, WAL JAMAALA JAMALUKA, WAL QUWWATA
QUWWATUKA, WAL QUDRATA QUDRATUKA, WAL ISHMATA
ISHMATUKA, ALLAHUMMA INKAANA RIZQI FIS SAMMA-I FA
ANZILHU, WA INKAANA FIL ARDHI FA-AKHRIJHU, WA INKAANA

14 | Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018


BA’IIDAN FAQORRIBHU WA INKAANA MU’ASIRAN FAYASSIRHU,
WAINKAANA HARAAMAN FATHAHHIRHU BIHAQQI DUHAA-IKA WA
BAHAAIKA WA JAMAALIKA WA QUWWATIKA WA QUDRATIKA,
ALLAHUMMA AATINI MAA AATAITA ‘IBADAKASH SHALIHIN.

Artinya: “Wahai Tuhanku, sesungguhnya waktu dhuha adalah


waktu dhuha-Mu, keangungan adalah keagunangan-Mu,
keindahan adalah keindahan-Mu, kekuatam adalah kekuatan-Mu,
penjagaam adalah penjagaan-Mu, wahai Tuhanku, apabila rizkiku
berada di atas langit maka turunkanlah, apabila berada di dalam
bumi maka keluarkanlah, apabila sukar mudahkanlah, apabila
haram sucikanlah, apabila jauh dekatkanlah dengan kebenaran
dhuha-Mu, kekuasaan-Mu, (Wahai Tuhanku), datangkanlah
padaku apa yang Engkau datangkan kepada hamba-hamba-Mu
yang shaleh”.
f. Waktu yang dianjurkan dan diharamkan:
 Waktu anjuran yaitu setelah matahari mulai meninggi dan
berakhirnya waktu dimakhruhkannya hingga menjelang
tergelincir matahari selagi belum masuk waktu larangan
(matahari tepat di atas kepala, menurut jumhur ulama. Untuk
mudahnya: dimulai sekitar seperempat jam sejak terbit
matahari. Dan waktu afdalnya adalah diakhirkan pada saat
matahari mulai panas menyengat (“ini adalah shalat awwabin,
ketika anak-anak unta mulai kepanasan (Dhuha)” (dari Zaid
bin Arqam. HR. muslim dan Ahmad: Shohih)
 Waktu larangan: Shalat sunnah dilarang untuk dilaksanakan
pada saat matahari terbit dan pada saat matahari tenggelam.
Ini sebagaimana di tuturkan Abdullah bin Ummar r.a, Nabi
SAW bersabda :“Janganlah seorang dari kalian menyengaja
shalat, lalu dia shalat bersamaan dengan terbitnya matahari.
Tidak boleh pula shalat bersamaan dengan tenggelamnya
matahari.” (HR. Bukhari, Muslim)

Larangan untuk shalat terus berlanjut hingga matahri


meninggi sekitar satu tombak. Hal ini berdasarkan mengutip

Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018 | 15


sabda Rasulullah SAW :“Manakala telah muncul ujung
matahari, maka tundalah shalat sampai matahari meninggi.
Apabila telah tenggelam ujung matahari, maka tundalah
shalat sampai matahari meninggi. Apabila telah tenggelam
ujung matahari, tundalah shalat sampai matahari tenggelam
(seluruhnya).” (HR. Bukhari)

E. Shalat Jum’at
Keutamaan dan Adab
Allah SWT memilihkan hari Jum’at sebagai ciri khas umat Nabi
Muhammad SAW. Pada hari ini, setiap muslim dianjurkan memperbanyak
zikir kepada Allah dan membaca Al-Qur’an. Dan disunnahkan kepada
semua orang mandi dan bersuci terlebih dahulu, kemudian memakai
wewangian dan pakaian yang terbaik. Bahkan lebih disunnahkan untuk
memakai wewangian yang terbaik, agar bisa membangkitkan kesegaran
dan mengusir bau yang tidak sedap dari jamaah yang berada di masjid.
Wewangian yang paling disunnahkan adalah yang tidak terlalu menusuk
hidung baunya. Akan halnya pakaian yang dikenakan, maka yang paling
disunnahkan adalah pakaian yang berwarna putih sebagaimana tersebut
dalam hadits. Adapun memakai pakaian berwarna hitam, bukan termasuk
sunnah Nabi. Yang sangat disayangkan dan merupakan hal yang tercela,
banyak pemuda waktu shalat jum’at memakai kaos yang bertulisan tidak
karuan, bergambar artis barat dan sebagainya. Bahkan kami sekali waktu
kami shalat jum’at, tepat di depan kami berdiri seorang anak 15 tahunan
dengan memakai kaos hitam bergambar seorang artis penyanyi barat yang
berukuran hampir memenuhi kaos itu. Na’udzubillah, apakah sudah
sedemikian parah kebodohan yang melilit dan melingkari kita, sehingga hal
yang seharusnya dapat diatasi dengan menggunakan hati nurani tidak
dapat lagi dikenali.
Berpagi-pagi atau bersegera menuju shalat jum’at mempunyai pahala
yang besar. Dan untuk itu hendaknya seseorang berjalan dengan khusyu’
dan tawadhu’ kepada Allah SWT. Rasulullah SAW telah bersabda, yang
bunyinya :“Man raaha ilal jumu’ati fis saa’ati uula faka-annamaa qarraba
badanatan, wa man raaha fis saa’ati tsaaniyati faka-annamaa qarraba
baqaratan, wa man raaha fis saa’ti tsaalitsati faka-annamaa qarraba

16 | Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018


kabsyan aqrana, wa man raaha fis saa’ti raabi’ati faka-annamaa ahdaa
dajaajatan, wa man raaha fis saa’ti khamisati faka-annamaa ahda
baidhatan.”Artinya :“Barangsiapa berangkat shalat jum’at pada waktu
pertama seolah-olah ia telah berkorban seekor unta. Barang siapa
berangkat pada waktu kedua, seolah-olah ia telah berkorban seekor sapi.
Barang siapa berangkat pada waktu ketiga, seolah-olah ia telah berkoban
seekor domba yang bertanduk. Barang siapa berangkat pada waktu
keempat, seolah-olah ia telah berkorban seekor ayam betina. Dan barang
siapa berangkat pada waktu kelima, seolah-olah ia telah berkorban sebutir
telur ayam.”
Apabila imam telah naik mimbar, semua buku catatan ditutup, qalam-
qalam disimpan, Malaikat berkumpul mendengarkan zikir. Dalam shalat
Jum’at, seseorang dilarang melangkahi kepala orang lain. Ketika sedang
khutbah Jum’at Rasulullah SAW pernah melihat seorang lelaki melangkahi
kepala orang banyak hingga dia duduk di depan. Setelah selesai
melaksanakan shalat Jum’at Rasulullah SAW bertanya kepada lelaki tadi,
“Apa yang menyebabkan kamu tidak ikut shalat bersama kami?” Lelaki itu
menjawab, “Apakah tuan tidak melihat saya (shalat bersama tuan)?”
Rasulullah SAW menjawab, “Saya melihatmu datang terlambat, dan
kedatanganmu menyakiti orang lain.” Kaum Muslimin rahimakumullah.
Apabila Imam sudah naik mimbar, maka dianjurkan kepada jama’ah untuk
menghentikan pembicaraan dan agar menyibukkan diri dengan menjawab
pertanyaan adzan, kemudian mendengarkan khutbah Imam.
Dalam hal ini, banyak kalangan awam melakukan kebiasaan yang salah
yaitu shalat dua raka’at tatkala muadzin telah selesai dari adzan Jum’atnya,
sebelum khutbah dimulai. Mereka beranggapan bahwa shalat dua raka’at
itu disunnahkan, padahal tidak ada sunnah Rasul yang bisa dijadikan dalil
untuk hal itu. Bahkan dalam sebuah hadits disebutkan bahwa shalat
sunnah Jum’at dilakukan setelah shalat Jum’at selesai, yakni dua atau
empat raka’at.
Berkata-kata dan berbicara ketika khutbah itu dilarang. Disebutkan
dalam sebuah hadits, bahwa barangsiapa menegur kawannya dengan
ucapan “Diamlah” pada waktu Imam sedang khutbah, maka ia telah
melakukan kesia-siaan dan tidak mendapat pahala Jum’at. Allah SWT
berfirman, yang bunyinya: “Yaa Ayyuhallaziina aamanuu idzaa nuudiya

Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018 | 17


lishshalaati min yaumil Jumu’ati fas’u illa zikrillahi wa dzarul bai’ dzaalikum
khairul lakum in kuntum ta’lamuun.” Artinya: “Hai orang-orang yang
beriman! Apabila diseru untuk menunaikan shalat pada hari Jum’at, maka
bersegeralah kalian menuju zikir kepada Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.” (Al-
Jumu’ah 62:9)

18 | Buku Penghubung Peserta Didik 2017-2018

Anda mungkin juga menyukai