Disiplin dalam setiap pekerjaan sangat diperlukan untuk mencapai hasil yang
maksimal. Begitupun juga halnya dalam shalat lima waktu. Adalah salah satu ciri
orang yang bertaqwa, setiap kali adzan berkumandang maka ia segera mengambil
air wudlu dan memenuhi panggilan Allah SWT tersebut. Menegakkan shalat fardlu
lima waktu tepat pada waktunya merupakan perintah Allah SWT, hal inilah yang
dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Disiplin shalat lima waktu yaitu mengerjakan shalat wajib tepat pada
waktunya. Allah SWT sangat mencintai hamba-Nya yang mengerjakan shalat tepat
pada waktunya, serta menghapus dosa-dosanya. Rasulullah SAW bersabda:
“seorang muslim bila berwudlu dan ia baguskan wudlunya kemudian ia sahalat
lima waktu, maka bergugurlah kesalahannya seperti bergugurannya daun ini”,
kemudian beliau membaca ayat – yang artinya - sebagai berikut: “ Tegakkanlah
shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan
dari malam. Sesungguhnya perbuatan yang baik itu menghapus (dosa) perbuatan-
perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat”. (HR.
Thabrani)
Disiplin shalat lima waktu yang sesuai dengan syariat yaitu bukanlah shalat di
awal waktunya, melainkan tepat pada waktunya, karena di antara shalat wajib
ada yang disunnahkan untuk diawalkan dan ada yang disunnahkan untuk
diakhirkan. Hal tersebut dikarenakan ada sebabnya.
Shalat yang wajib dikerjakan di awal waktu yaitu shalat subuh, dzuhur, ashar
dan maghrib dikarenakan waktunya yang yang tidak terlalu panjang, terkecuali
ada sebab lain. Misalnya saja waktu shalat dzuhur yang saat itu berada pada
waktu yang sangat panas terik, Rasulullah SAW bersabda: “Apabila hari sangat
panas yang menyengat, maka tangguhkanlah shalat karena seungguhnya panas
yang menyengat itu termasuk dari bahan api neraka Jahanam.” (HR. Bukhari)
Sedangkan shalat yang baik dikerjakan diakhir waktu yaitu shalat Isya. Shalat
malam, Shalat Isya disunnahkan untuk diakhirkan hingga sepertiga malam. Waktu
Sedangkan dalam hadits lainnya berbunyi; “Dan Shalat Isya lah di antara kamu
di sepertiga malam. Jika kamu akhirkan maka hingga separuh malam dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai” (Diriwayatkan oleh Malik, Ath-
Thahawi dan Ibnu Hazm dengan sanad sahih).
Disiplin dalam mengerjakan shalat lima waktu akan membawa kita kepada
keridhoan Allah SWT. Oleh karena itu, sedapat mungkin bagi kita untuk selalu
mengerjakan shalat tepat pada waktunya. Allah SWT selalu memberi kita
kenikmatan, mengabulkan do’a dan keinginan kita setiap saat, maka inilah salah
satu bentuk dari rasa tunduk, patuh, dan syukur kita kepada Allah. Semoga
dengan ini Allah akan selalu menambahkan nikmatnya kepada kita semua.
Amiiiiiin.
1. Berdiri Tegak
Berdiri tegak dalam shalat hukumnya wajib bagi setiap orang yang
mampu dengan ketentuan:
a. Menghadapkan seluruh badan dan wajah ke arah kiblat.
b. Pandangan mata diarahkan ke tempat sujud, dan harus dijaga
jangan sekali-kali mata diarahkan ke kanan dan ke kiri atau ke atas
dan ke bawah.
c. Kedua belah kaki direnggangkan dengan jarak kira-kira satu jengkal.
Jika tidak kuat berdiri boleh dengan duduk dan jika tidak kuat
duduk maka boleh dengan berbaring.
6. I’tidal
a. Tegak berdiri dari ruku’ seraya mengangkat kedua belah tangan
seperti waktu takbiratul ihram, sekaligus membaca:
َس َع ُهللا ـَم ْن َح َد ُه
ِم ِل ِم
“Semoga Allah berkenan mendengarkan orang yang memuji-Nya”
7. Sujud
a. Dari I’tidal ke sujud membaca takbir.
b. Meletakkan kedua lutut dan jari-jemari kedua belah kaki di atas
tanah yag dihadapkan ke arah kiblat.
c. Disusul dengan meletakkan kedua telapak tangan ke tanah di
teruskan dengan merapatkan dahi dan hidung pada tanah dan
posisi kedua telapak tangan selempang pada pundak.
d. Merenggangkan kedua tangan dari lambung sedikit lebar dan siku
sedikit terangkat ke atas.
e. Bila sujud telah berada dalam keadaan sempurna kemudian
membaca tasbih sebagaimana bacaan ketika melakukan ruku’
yaitu:
f.
َّل ْغ َن َّل
ُس ْب َح ا َك ال ُه َّم َر َّب َن ا َو ِب َح ْم ِد َك ال ُه َّم ا ِف ْر ِل ى
“Maha suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu ya
Allah Tuhan kami, ampunillah aku”
َو ْح ُة
َر َم ِهللا الَّس اَل ُم َع َل ْي َك َأ ُّي َه ا الَّن ُّي، الّت َِح َّي اُت ِل ّل ِه َو الَّص َل َو اُت َو الَّط َب اُت
ِب ِّي
َل اَّل َّص ْي َن َأ ْش َه ُد َأ ْن آَّل َل اَل َل َك ُت
ِا َه ِإ هللا . الَّس ُم َع ْي َن ا َو َع ى ِع َب اِد ِهللا ال اِل ِح، َو َب َر ا ُه
َو َأ ْش َه ُد َأ َّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُل ُه
َّو آ ُم َح َّم َك َم ا َص َّل ْي َت َع َل ى ْب َر ْيَم َو آ ْب َر ْيَم َو َب ا ْك َع َل َح َا لَّل ُه َّم َص
ِر ِل ِإ ِه ِإ ِه ٍد ِل ى ُم َّم ٍد ِّل
َل ْك َك َع َل َح
. َم ا َب اَر َت َع ى ِإ ْب َر ِه ْيَم َو آِل ِإ ْب َر ِه ْيَم ِإ َّنَك َح ِم ْي ٌد َّم ِج ْي ٌد َح
َّو آِل ُم َّم ٍد ى ُم َّم ٍد
“Ya Allah, semoga engkau berkenan menambah
kesejahteraan kepada Muhammad dan keluarganya,
sebagaimana engkau telah berkenan memberi berkah
kepada Ibrahim dan keluarganya. Dan semoga engkau
berkenan memberikan berkah kepada Muhammad dan
keluarganya, seperti halnya engkau telah berkenan
memberikannya kepada Ibrahim dan keluarganya.
Sesungguhnya engkau yang Maha Terpuji lagi Maha Mulia”.
َي ْغ ُر ُّذ ُن ْو َب اَّل َأ ْنَت َف ْغ ْر َم ْغ َر ًة َا َّل ُه َّم َظ َّل ْم ُت َنْف َظَل ًم َك ْي ًر َو اَل
ا ِف ِل ى ِف ِإ ِف ال ِس ي ا ِث ا ل ِإ ِّن ى
. الَّر ِح ْيُم ِّم ْن ِع ْن ِد َك واْر َح ْم ى َّنَك َأ ْنَت اْل َغُف ْو ُر
ِن ِإ
“Ya Allah aku sudah banyak menganiaya diriku dan tiada yang
dapat mengampuni dosa, selain Engkau, maka ampunilah dan
kasihanilah aku. Sesungguhnya Engkaulah yang Maha
Pengampun dan Maha Penyayang”.
1. Pengertian
Shalat Rawatib adalah shalat sunnah yang dilakukan sebelum atau
sesudah shalat lima waktu. Shalat yang dilakukan sebelumnya disebut
shalat qabliyah, sedangkan yang dilakukan sesudahnya disebut shalat
ba’diyah.
Abu Abdillah (Bilal) bin Robbah r.a datang kepada Rasulullah SAW
untuk adzan, tiba-tiba ia ditanya-tanyai oleh Aisyah hingga lambat
adzannya, maka segera Bilal adzan lalu iqomah, sedang Rasulullah
tidak segera keluar. Kemudian setelah Nabi keluar dan segera
shalat dengan orang-orang, Bilal memberitahu padanya bahwa ia
telah ditanya-tanyai oleh Aisyah hingga pagi benar, tetapi Nabi
masih lama juga keluar. Jawab Nabi : Saya masih shalat sunnah
fajar. Kata Bilal : Sudah pagi benar ya Rasulullah. Jawab Nabi :
Kalau lebih pagi dari itu, saya tetap akan shalat shubuh
sesempurna-sempurnanya. (HR. Abu Dawud)
Keterangan: Shalat sunnah fajar tetap boleh dilakukan meskipun
bangunnya agak terlambat.
Ibnu Umar r.a berkata : Saya telah shalat bersama Nabi SAW dua
raka’at sunnah sebelum dzuhur dan sesudahnya. (HR. Bukhari,
Muslim)
Abdullah bin Assa’ib berkata : Adalah Nabi SAW tidak sempat shalat
sunnah empat raka’at sebelum dzuhur, maka dikerjakannya
sesudah dzuhur, (HR. Attirmizi)
c. Qobliyah Ashar
Ali bin Abi Thalib r.a berkata : Adalah Nabi SAW biasa shalat empat
raka’at sebelum ashar, dipisah dua salam, memberi salam kepada
para malaikat muqorrobin dan pengikut mereka dari kaum
muslimin dan mukminin. (HR. Attirmizi)
Ali bin Abi Thalib r.a berkata : Adalah Nabi SAW shalat sunnah
sebelum ashar dua raka’at. (HR. Abu Dawud)
Anas r.a berkata : Kami di masa Rasulullah SAW biasa shalat sunnah
dua raka’at sebelum terbenam matahari dan sebelum shalat
maghrib. Dan ketika ditanya : Apakah Rasulullah SAW berbuat
demikian? Jawab Anas : Adalah Nabi melihat kamu berbuat itu,
maka ia tidak menyuruh dan tidak melarang kami. (HR. Muslim)
Ibnu Umar r.a berkata : Saya telah shalat bersama Nabi SAW dua
raka’at sunnah sesudah isya.
Ibnu Umar r.a berkata : Saya shalat bersama Rasulullah SAW dua
raka’at sebelum dzuhur, dua raka’at sesudahnya, dan dua raka’at
sesudah jum’ah dan dua raka’at sesudah maghrib serta dua raka’at
sesudah isya. (HR. Bukhari, Muslim)
Ibnu Umar r.a berkata : Adalah Nabi SAW tidak shalat sunnah
jum’ah hingga pulang ke rumah, maka shalat dua raka’at di
rumahnya. (HR. Muslim)
D. Sholat Dhuha
Pengertian
Dhuha adalah nama waktu, yakni waktu selepas waktu shubuh dan
sebelum waktu dzuhur. Shalat dhuha dimulai setelah matahari naik di ufuk
timur setinggi satu tombak. Jadi, apabila anda masih tenggelam dalam
wirid sehabis shubuh pada saat matahari mulai terbit atau pada saat jarum
jam menunjuk waktu thulu’ alias terbitnya matahari (lihat di jadwal shalat),
jangan bangkit dulu untuk shalat. Tunggulah matahari bergerak ke atas
hingga ketinggiannya mencapai seukuran tombak (sekitar 20 menit).
Shalat dhuha, dari sisi fiqih, tergolong ibadah sunnah muakkada,
artinya ibadah yang sangat kuat kesunnahannya. Berarti, besar pula
pahalanya. Begitu pentingnya sehingga Nabi SAW sangat menganjurkan
pada sahabat beliau untuk menjalankannya, seperti dituturkan oleh
Sayyidina Abu Hurairah r.a berikut ini :“Kawan karibku (Rasulullah SAW)
berpesan kepadaku tiga hal : untuk berpusa tiga hari pada tiap-tiap bulan,
untuk menjalankan dua raka’at shalat Dhuha, dan untuk mengamalkan
shalat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari, Muslim)
Beliau menyebut shalat dhuha sebagai shalat para pentobat
(awwabin). Sebagai shalatnya pentobat, maka shalat dhuha sangat
mujarab untuk merontokkan dosa-dosa. Sebagaimana dalam sabda Nabi
SAW :“Barangsiapa menjaga (pelaksanaan) genapnya shalat dhuha, dosa-
dosanya akan diampuni walaupun sebanyak buih lautan.”
E. Shalat Jum’at
Keutamaan dan Adab
Allah SWT memilihkan hari Jum’at sebagai ciri khas umat Nabi
Muhammad SAW. Pada hari ini, setiap muslim dianjurkan memperbanyak
zikir kepada Allah dan membaca Al-Qur’an. Dan disunnahkan kepada
semua orang mandi dan bersuci terlebih dahulu, kemudian memakai
wewangian dan pakaian yang terbaik. Bahkan lebih disunnahkan untuk
memakai wewangian yang terbaik, agar bisa membangkitkan kesegaran
dan mengusir bau yang tidak sedap dari jamaah yang berada di masjid.
Wewangian yang paling disunnahkan adalah yang tidak terlalu menusuk
hidung baunya. Akan halnya pakaian yang dikenakan, maka yang paling
disunnahkan adalah pakaian yang berwarna putih sebagaimana tersebut
dalam hadits. Adapun memakai pakaian berwarna hitam, bukan termasuk
sunnah Nabi. Yang sangat disayangkan dan merupakan hal yang tercela,
banyak pemuda waktu shalat jum’at memakai kaos yang bertulisan tidak
karuan, bergambar artis barat dan sebagainya. Bahkan kami sekali waktu
kami shalat jum’at, tepat di depan kami berdiri seorang anak 15 tahunan
dengan memakai kaos hitam bergambar seorang artis penyanyi barat yang
berukuran hampir memenuhi kaos itu. Na’udzubillah, apakah sudah
sedemikian parah kebodohan yang melilit dan melingkari kita, sehingga hal
yang seharusnya dapat diatasi dengan menggunakan hati nurani tidak
dapat lagi dikenali.
Berpagi-pagi atau bersegera menuju shalat jum’at mempunyai pahala
yang besar. Dan untuk itu hendaknya seseorang berjalan dengan khusyu’
dan tawadhu’ kepada Allah SWT. Rasulullah SAW telah bersabda, yang
bunyinya :“Man raaha ilal jumu’ati fis saa’ati uula faka-annamaa qarraba
badanatan, wa man raaha fis saa’ati tsaaniyati faka-annamaa qarraba
baqaratan, wa man raaha fis saa’ti tsaalitsati faka-annamaa qarraba