Menurut tuntunan Rasulullah saw., tata cara dan tata urutan dalam
melaksanakan wudlu adalah sebagai berikut:
Tata cara shalat yang dituntunkan Rasulullah saw. adalah sebagai berikut :
A. Rakaat Pertama
1. Berdiri tegak (bagi yang mampu), jika tidak mampu boleh dengan duduk
atau dengan cara berbaring. Adapun ketika berdiri yang harus diperhatikan
adalah:
a. Menghadapkan seluruh badan dan wajah ke arah kiblat.
b. Pandangan diarahkan pada tempat sujud.
c. Kedua belah kaki direnggangkan dengan jarak kira-kira satu jengkal.
2. Takbiratul ihram (takbir tanda dimulainya shalat) Mengangkat kedua tangan
menghadap ke arah sejurus dengan bahu (dan menyejajarkan ibu jari pada
telinga) kemudian membaca "Allahu Akbar" seraya menurunkan tangan
dengan siap meletakkan tangan pada punggung telapak tangan, pergelangan
dan lengan tangan kiri di atas dada (bersedekap).
3. Membaca do'a iftitah (pembukaan):
َ ََاَىيٌََََٖبَبعَذََبًٍََََََْٗبٍََََِخَطَبٌَبيََمَََبَبَبعَذَثََبٍََََِاىَََشَشَقَََٗاىَََغَشَة
َ ََاَىيٌََََّٖقًٍَََََََِْاىَخَطَبٌَبَمَََبٌََْقَىَاىزََ٘ةََالَبٍََطٍَََََِاىذَّس
.َاَىيٌََََٖاغَسَوََخَطَبٌَبيََبَبىَََبءَََٗاىَفَيَجَََٗاىَبَشَد
"Ya Allah, jauhkanlah antaraku dan antara segala kesalahanku sebagaimana Kau
telah jauhkan antara Timur dan Barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari
kesalahan sebagaimana dibersihkannya pakaian putih dari kotoran. Ya Allah,
cucilah segala kesalahanku dengan air, salju dan embun."
4. Membaca ta'awudz
ٌٍَََأَعََ٘رََبَبللٍَََََِاىشٍََطَبََُاىشَج
"Aku berlindung kepada Allah dari godaan syetan yang terkutuk"
"Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala
puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang
menguasai di hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya
kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan. Tunjukilah Kami jalan yang lurus,
(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan
(jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."
ًََسَبَحَبّلََاىيٌََََٖسَبَْبََٗبَحَََذَكََاىيٌََََٖاغَفَشَى
"Mahasuci Engkau ya Allah Tuhan kami, dan dengan memuji Engkau ya Allah,
aku memohon ampun."
Atau membaca :
۳ × ٌٍََََسَبَحَبََُسَبًَََاىَعَظ
Mahasuci Tuhan Yang Maha Agung.
9. I'tidal: bangkit dari ruku' dengan mengangkat kedua belah tangan sampai
berdiri tegak lurus seraya membaca doa :
ََسَبَْبََٗىَلََاىَحَََذ,َََٓسَََعََللاََىَََََِحَََذ
"Semoga Allah mendengar orang yang memuji-Nya", Tuhanku, dan segala puji itu
hanyalah bagi Engkau."
10. Sujud pertama: meletakkan lutut terlebih dahulu baru telapak tangan, kedua
telapak tangan dengan jari-jari terbuka, kedua lutut, dahi, hidung dan kedua
jari-jari kaki menyentuh pada tempat shalat dan jari-jari ditekuk menghadap
kiblat, serta merenggangkan tangan dari lambung. Bacaan yang dibaca
seperti berikut:
ًََسَبَحَبّلََاىيٌََََٖسَبَْبََٗبَحَََذَكََاىيٌََََٖاغَفَشَى
"Mahasuci Engkau ya Allah Tuhan kami, dan dengan memuji Engkau ya Allah,
aku memohon ampun."
Atau membaca :
سَبَحَبََُسَبًَََالَعَيَى
"Mahasuci Tuhan Yang Maha Tinggi"
11. Duduk antara dua sujud: pinggul di atas telapak kaki kiri, telapak kaki tegak,
dan jari-jari kanan ditekuk menghadap kiblat (duduk iftirasy). Bacaan yang
dibaca seperti berikut:
ًََْاَىيٌََََٖاغَفَشََىًَََٗاسَحًََََََْٗاجَبَشًََََّٗإَذًََََّٗاسَصَق
"Ya Allah ampunilah aku, kasihanilah aku, cukupilah aku, tunjukkanlah aku dan
berilah aku rizki".
12. Sujud kedua: cara dan bacaan yang dibaca sama dengan sujud pertama.
Sujud kedua ini mengakhiri rakaat pertama.
B. Rakaat Kedua
1. Berdiri (qiyam). Rakaat kedua dimulai dengan berdiri (qiyam) setelah sujud
kedua dalam rakaat pertama. Gerakan dan bacaan yang dibaca secara umum
sama dengan rakaat pertama. Akan tetapi, pada rakaat kedua do'a iftitah
tidak perlu dibaca.
2. Ruku', i'tidal, sujud pertama, duduk antara dua sujud, dan sujud kedua:
Gerakan dan bacaan sama dengan rakaat pertama.
3. Duduk awal: pinggul di atas telapak kaki kiri, telapak kaki tegak, dan jari-
jari kanan ditekuk menghadap kiblat (duduk iftirasy). Tangan kanan di atas
paha kanan, jari-jari menggenggam (kecuali telunjuk). Tangan kiri di atas
paha kiri, jarijari terbuka dan rapi.
4. Membaca tasyahud awal:
َََاَىسَلًَََعَيٍََلََأٌَََٖبَاىَْبًََََٗسَحَََتََللا,َاَىخَحٍََبثََلِلَََٗاىصَيََ٘اثَََٗاىطٍََبَبث
َ،َأَشََٖذََأَََُلََإَىَََٔإَلََللا. ٍََََِاَىسَلًَََعَيٍََْبََٗعَيَىَعَبَبدََللاََاىصَبىَح،َََٔٗبَشَمَبح
.َََٔٗأَشََٖذََأٍََََُحَََذَاَعَبَذََََٓٗسَسََ٘ى
"segala kehormatan, kebahagiaan, dan kebaikan adalah kepunyaan Allah. Semoga
keselamatan bagi engkau ya Muhammad bersama rahmat dan berkat allah. Semoga
keselamatan pula bagi kami dan hamba-hamba Allah yang baik-baik. Aku bersaksi
tiada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba dan
pesuruh-Nya."
َ,ٌٍََََٕمَََبَصَيٍََجََعَيَىَإَبَشَإٌٍَََََٗآهََإَبَشَا،َاَىيٌََََٖصَوََعَيَىٍََحَََذَََٗعَيَىَآهٍَََحَََذ
َََٗبَبسَكََعَيَىٍََحَََذَََٗآهٍَََحَََذََمَََبَبَبسَمَجََعَيَىَإَبَشَإٌٍَََََٗآهََإَبَشَإٌٍََََإََّلََحٍََََذ
ٍََجٍََذ
"Ya Allah, semoga Engkau menambah rahmat kebahagiaan kepada Nabi
Muhammad dan keluarganya, sebagaimana yang telah Engkau berikan kepada
Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan berikanlah keberkahan atas Nabi Muhammad
dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberikannya kepada Nabi Ibrahim
dan keluarganya. Sesungguhnya hanya Engkaulah Yang Maha Terpuji lagi
Mahamulia."
َ
َ
ََاَىيٌََََٖإًَََّظَيَََجََّفَسًََظَيَََبَمَزٍََشَاََٗلٌَََغَفَشََاىزَََّ٘ةََإَلََأََّجََفَبغَفَشََىًٍَََغَفَشَة
ٌٍٍََََََِعََْذَكَََٗاسَحًَََََْإََّلََاىَغَفََ٘سََاىشَح
"Ya Allah, sungguh aku sudah banyak menganiaya diriku dan tidak ada yang dapat
mengampuni segala dosa, selain Engkau. Maka ampunilah aku dengan ampunan
dari sisi Mu, dan kasih sayangilah aku karena Engkau Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang."
C. Rakaat ketiga
1. Berdiri (qiyam). Rakaat ketiga dimulai dengan berdiri (qiyam) setelah
tasyahud awal dalam rakaat kedua. Gerakan dan bacaan yang dibaca secara
umum sama dengan rakaat pertama. Akan tetapi, pada rakaat ketiga tidak
perlu membaca ayat atau surat lain (hanya membaca surat al-Fatihah saja).
2. Ruku', i'tidal, sujud pertama, duduk antara dua sujud, dan sujud kedua.
Gerakan dan bacaan sama dengan raka pertama dan kedua.
3. Duduk akhir: pinggul menduduki tempat shalat, kaki kiri keluar dari bawah
kaki kanan, telapak kaki kanan ditegakkan, jari-jari ditekuk menghadap
kiblat (duduk tawaruk). Tangan kanan di atas paha kanan, jari-jari
menggenggam (kecuali telunjuk). Tangan kiri di atas paha kiri, jari-jari
terbuka dan rapi. Membaca tasyahud dan sholawat seperti pada rakaat
kedua, kemudian membaca do'a:
َاَىيٌََََٖإًَََّأَعََ٘رََبَلٍَََََِعَزَاةََجٌٍَََََََََِْٖٗعَزَاةََاىَقَبَشٍََََََِٗفَخَْتََاىَََحٍََب
ََٗاىَََََبثٍََََََِٗششََفَخَْتََاىَََسٍََحََاىذَجَبه
"Ya Allah, aku berlindung kepada Engkau dari siksa jahannam, dari siksa kubur,
demikian pula dari fitnah hidup dan mati, serta dari kejahatan fitnah Dajjal."
Tata cara shalat yang dijelaskan di depan adalah tata cara shalat Magrib
yang terdiri atas tiga rakaat. Untuk shalat Isya', Dhuhur dan Asar, pada rakaat
ketiga setelah sujud kedua yang dilakukan berdiri lagi untuk rakaat yang keempat.
Pada saat berdiri dalam rakaat keempat, bacaan yang dibaca hanya surat al-
Fatihah saja, tapa membaca surat atau ayat alQur'an lain.
BACAAN DZIKIR DAN DOA SETELAH SHALAT FARDLU.
ََأَسَخَغَفَشََللا،َََأَسَخَغَفَشََللا،ََأَسَخَغَفَشََللا
"Aku mohon ampunan kepada Allah, Aku mohon ampunan kepada Allah, Aku
mohon ampunan kepada Allah".
ًَاَىيٌََََٖأََّجََاىسَلًٍََََََْٗلََاىسَلًَََحَبَبسَمَجٌَََبَرَاَاىَجَلَهَََٗالَمَشَا
"Ya Allah, Engkau lah Yang Maha Damai, dan dari-Mujua (datang) kedamaian;
Maha Banyak berkah-Mu wahai Tuhan Pemilik keagungan dan kemuliaan".
ََلََإَىَََٔإَلََللاَََٗحَذَََٓلََشَشٌََلََىَََٔىَََٔاىَََيَلَََٗىَََٔاىَحَََذََََََٕٗ٘عَيَىَمَوََشًََءََقَذٌََش
ََلَحََ٘هَََٗلََقََ٘ةََإَلََبَبللََلََإَىَََٔإَلََللاَََٗلَََّعَبَذََإَلََإٌََبَََٓٗىَََٔاىَْعَََتَََٗىَََٔاىَفَعَو
.ََََُٗٗىَََٔاىزَْبءََاىَحَسَََِلََإَىَََٔإَلََللاٍَََخَيَصٍَََِ ىَََٔاىذٌَََََِٗىَََ٘مَشَََٓاىَنَبفَش
"Tiada Tuhan selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang memiliki
segala kekuasaan, dan Dia pula yang memiliki segala pujian, dan Dia Maha Kuasa
atas segala sesuatu. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya Allah. Dialah
yang memiliki nikmat dan Dia pula yang memiliki segala keutamaan, dan Dia yang
memiliki segala pujian yang indah. Tiada Tuhan selain Allah dengan
mengikhlaskan agama kepada-Nya, walaupun orangorang kafir membenci".
َاَىيٌََََٖلٍَََبَّعََىَََبَأَعَطٍََجَََٗلٍَََعَطًَََىَََبٍََْعَجَََٗلٌََََْفَعََرَا اىَجَذٍََََْلََاىَجَذ
5. Membaca ayat kursi.
َ
َللاََلََإَىَََٔإَلَََََٕ٘اىَحًَََاىَقًٍَََََ٘لََحَأَخَزَََٓسَْتَََٗلًَََََّ٘ىٍََََٔبَفًََاىسَََبَٗاثٍََََٗب
ََفًََالَسَضٍَََََِرَاَاىَزَيٌََشَفَعََعََْذَََٓإَلََبَئَرٌَََََّٔعَيٌٍََََبَبٍََََِأٌََذٌٌٍَََََََٖٗبَخَيَفٌَََََٖٗل
ٌَََحٍََطََََُ٘بَشًََءٍَََََِعَئَََََإَلََبَََبَشَبءَََٗسَعََمَشَسٍََََٔاىسَََبَٗاثَََٗالَسَضَََٗل
ٌٌٍََََئََ٘دَََٓحَفَظََََٖبَََََٕٗ٘اىَعَيًَََاىَعَظ
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia yang Hidup kekal
lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengantuk dan tidak tidur.
Kepunyaan-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Tiada yang memberi syafaat
di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetaui segala sesuatu yang ada dihadapan
dan di belakang mereka da mereka tidak mengetahui sedikit pun dari ilmu Allah,
melainkan apa yang dikehendaki-Nya. "Kursi” Allah meliputi langit dan bumi.
Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya dan Allah Maha Tinggi lagi
Maha Besar."
َاَىيٌََََٖأَعًَََْعَيَىَرَمَشَكَََٗشَنَشَكَََٗحَسَََِعَبَبدَحَل
"Ya Allah tolonglah aku dalam mengingat kepada-Mu, dalam bersyukur kepada-
Mu, dan melakukan ibadah yang baik kepadaMu".
7. Membaca tasbih 33 kali, tahmid 33 kali dan takbir 33 kali, serta laa ilaaha
illallaahu wahdahuu laa syariikalah... Subhanallah (33 x). "Maha Suci Allah"
Al hamdulillah (33 X) "segala puji bagi Allah" Allahu akbar (33 X) "Allah
Maha Besar" Dilanjutkan membaca
َلََإَىَََٔإَلََللاَََٗحَذَََٓلََشَشٌََلََىَََٔىَََٔاىَََيَلَََٗىَََٔاىَحَََذََََََٕٗ٘عَيَى مَوََشًََءََقَذٌََش
"Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu
bagiNya. BagiNya puji dan bagi-Nya kerajaan. Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu."
Hukum mengurus jenazah muslim ini adalah fardlu kifayah, artinya jika
sebagian kaum muslimin sudah ada yang melaksanakan pengurusan jenazah, maka
orang Islam yang lain tidak terkena dosa. Tetapi apabila tidak ada yang
melaksanakan, maka umat Islam di lingkungan tersebut semua berdosa. Meskipun
hukum merawat jenazah fardlu kifayah, tetapi karena merupakan ajaran Nabi saw.,
maka setiap muslim perlu melaksanakannya dengan penuh ketaatan.
Jika ada salah seorang saudara kita yang meninggal dunia, maka hendaklah
kita ucapkan kalimat Istirja' yaitu:
َََُ٘إََّبَلِلَََٗإََّبَإَىٍََََٔسَاجَع
"Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali
kepada-Nya."
B. Memandikan Jenazah
1. Persiapan
a. Persiapkan kain kafan secukupnya, diutamakan berwarna putih.
b. Kain kafan untuk jenazah laki-laki terdiri dari 3 (tiga) lembar,
sedangkan kain kafan untuk jenazah perempuan terdiri atas 5 (lima)
lembar kain kafan, yang meliputi: kain basahan, baju kurung,
kerudung, dua lembar kain penutup.
c. Persiapkan pula tali sejumlah 3, 5, 7 atau 9 antara lain: ujung kepala,
leher, pinggang, perut, lutut, pergelangan kaki, dan ujung kaki,
kemudian siapkan kapas secukupnya serta gunting pemotong.
d. Letakkan kain memanjang searah tubuhnya di atas tali-tali yang telah
disediakan.
e. Untuk jenazah perempuan, aturlah mukena, baju, dan kain basahan
sesuai dengan letaknya.
2. Tata Cara Mengkafani Jenazah
a. Jenazah yang masih dalam keadaan tertutup diletakkan membujur di
atas kain kafan.
b. Lepaskan kain selubung dalam keadaan aurat masih tertutup.
c. Tutuplah lubang hidung, mata, mulut, dan telinga dengan kapas serta
lubang-lubang yang mengeluarkan cairan.
d. Bagi jenazah laki-laki, ditutup dengan 3 (tiga) lapis kain secara rapi
dan diikat dengan simpul di sebelah kiri.
e. Bagi jenazah perempuan yang berambut panjang, hendaklah
rambutnya dikepang, bila memungkinkan.
f. Bagi jenazah perempuan, kenakan (pakaian) 5 (lima) lapis kain, yaitu:
kerudung untuk kepala, baju kurung, kain basahan penutup aurat dan
2 (dua lembar kain penutup secara rapi, serta diikat dengan simpul
disebelah kiri).
g. Taburi seluruh bagian penutup tubuh jenazah dengan kapur barus dan
minyak wangi.
h. Setelah jenazah selesai dikafani, tutuplah jenazah dengan kain
panjang.
D. Menshalatkan Jenazah
Shalat jenazah ialah shalat yang dikerjakan sebanyak empat kali takbir
dalam rangka mendo'akan orang muslim yang sudah meninggal. Jenazah yang
dishalatkan ialah jenazah yang sudah dimandikan dan dikafani. Dalam
menshalatkan jenazah terdapat ketentuanketentuan dan tata cara sebagaimana di
jelaskan di bawah ini.
2. Ketentuan Umum
a. Menshalatkan jenazah hukumnya fardlu kifayah artinya kewajibannya
menjadi gugur jika orang muslim lain telah melakukan
kewajiban tersebut.
b. Shalat jenazah dapat dilakukan sendiri atau berjama'ah, namun lebih
utama berjama'ah.
c. Imam shalat jenazah berdiri pada arah kepala bagi mayat laki-laki dan
pada arah tengah (lambung) bagi mayat wanita.
d. Jenazah yang boleh dishalatkan adalah jenazah orang Islam.
e. Jenazah orang yang mati bunuh diri atau berhutang tanpa ada yang
menjamin hutang tersebut, Rasulullah saw. tidak menshalatkan. e.
f. Jenazah yang terpotong-potong bila ditemukan bagian dada, dan
diyakini sebagai orang Islam, tetap dirawat sebagaimana biasa. Bila
ditemukan bagian-bagian tubuh yang lainnya, cukup disiram,
dibungkus dan dikuburkan.
g. Imam shalat jenazah diutamakan seseorang yang ada hubungan
kerabat dengan jenazah.
h. Jika jenazah lebih dari satu, maka dapat dishalatkan sekaligus, dengan
ketentuan:
i. Apabila bersamaan antara jenazah laki-laki dan perempuan,
maka dapat diatur dengan jenazah yang terdekat dengan imam
adalah jenazah laki-laki, kemudian disebelah kiblatnya jenazah
perempuan digeser ke tengah supaya bagian pinggangnya
sejajar arah kiblat dengan imam.
ii. Apabila terdapat lebih dari satu jenazah laki-laki, maka yang
ditempatkan terdekat imam adalah laki-laki yang shalih.
i. Makmum masbuq pada shalat jenazah hendaknya menyempurnakan
takbir kekurangannya.
j. Shalat jenazah dapat dilakukan di dalam masjid, rumah jenazah, atau
tempat-tempat lain yang memungkinkan.
3. Ketentuan Khusus Shalat Jenazah
a. Orang yang menshalatkan jenazah harus telah memenuhi syarat
sahnya shalat.
b. Tidak ada ketentuan apakah jenazah harus membujur ke
utara atau selatan.
c. Berdiri menghadap kiblat dengan posisi jenazah di depan imam.
d. Shalat jenazah lebih utama dilakukan dengan berjama'ah. Adapun
ketentuan 3 shaf, bukanlah suatu keharusan.
e. Imam berada di arah kepala jenazah laki-laki dan di arah lambung
jenazah perempuan.
f. Shaf laki-laki di muka sedangkan shaf perempuan di belakang.
4. Syarat-syarat Shalat Jenazah
a. Suci dari hadats besar dan kecil.
b. Suci badan, pakaian dan tempat dari najis.
c. Menutup aurat.
d. Menghadap kiblat.
e. Keadaan mayat sudah dimandikan dan dikafani.
f. Letak mayat ada disebelah kiblat orang yang menshalatkan kecuali
jika shalat ghaib.
5. Tata Cara Shalat Jenazah
a. Niat ikhlas untuk mencari keridlaan Allah Swt. Hal ini didasarkan
pada tuntunan Rasulullah saw.:
َإَرَاَصَيٍََخٌَََعَيَىَاىٍََََجََفَأَخَيَصََ٘اَىَََٔاىذَعَبء
"Apabila kamu manshalatkan mayit, maka ikhlaskanlah do'a untuknya." (HR. Abu
Daud)
Juga berdasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim:
َإََََّبَالَعَََبهََبَبىٍََْبث
"Sesungguhnya amal itu bergantung pada niat."
َ,ٌٍََََٕمَََبَصَيٍََجََعَيَىَإَبَشَإٌٍَََََٗآهََإَبَشَا،َاَىيٌََََٖصَوََعَيَىٍََحَََذَََٗعَيَىَآهٍَََحَََذ
َََمَََبَبَبسَمَجََعَيَىَإَبَشَإٌٍَََََٗآهََإَبَشَإٌٍََََإََّل،ََٗبَبسَكََعَيَىٍََحَََذَََٗآهٍَََحَََذ
.َحٍََََذٍَََجٍََذ
"Ya Allah, limpahkanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarga Muhammad,
sebagaimana telah Engkau berikan rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.
Berikanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau
beri keberkahan pada Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Dzat yang
Maha Terpuji dan Maha Mulia."
َََٔاَىيٌََََٖاغَفَشََىََََٔٗاسَحََََََٔٗعَبفََََٔٗاعَفََعَََََْٔٗأَمَشًََََّضرئَََََٗٗسَعٍَََذَخَئََََٗاغَسَي
َبَََبءََََٗرَيَجَََّٗقٍََََََِٔاىَخَطَبٌَبَمَََبٌََْقَىَاىزََ٘ةََالَبٍََطٍَََََِاىذَّسَََٗأَبَذَىَََٔدَاسَا
ََخٍََشَاٍََََِدَاسََََٓٗإََٔلََخٍََشَاٍََََِإََٔئََََٗصََٗجَبَخٍََشَاٍََََِصََٗجََََٔٗقََٔ فَخَْتََاىَقَبَش
.َََٔٗعَزَاب
"Ya Allah, ampunilah ia, rahmatilah ia, maafkanlah ia, ampunilah kesalahannya,
muliakanlah kematiannya, lapangkanlah kuburannya, mandikanlah ia dengan air
dan salju. Bersihkanlah ia dari kesalahan sebagaimana Engkau bersihkan baju yang
putih dari kotoran. Gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya,
keluarga yang lebih baik dari keluarganya, isteri yang lebih baik dari isterinya. Dan
jauhkanlah daripadanya fitnah kubur dan siksanya."
اَىيٌََََٖاجَعَئَََىَْبَسَيَفَبَََٗفَشَغَبََٗأَجَشَا
"Ya Allah, jadikanlah ia pendahulu (penjemput) dan pelebihan (tabungan) serta
upah (pahala) bagi kami."
ََٔاَىسَلًَََعَيٍََنٌََََٗسَحَََتََللاَََٗبَشَمَبح
"Semoga kedamaian tercurah untuk kamu sekalian beserta rahmat dan berkah
Allah."
Catatan:
Do'a yang dibaca setelah takbir ketiga dan keempat disesuaikan dengan jenis
jenazahnya, yaitu:
E. Menguburkan Jenazah
1. Persiapan
a. Liang kubur hendaklah dibuat yang dalam, pada tanah yang kuat,
sehingga tidak sampai tercium bau jasadnya, aman dari gangguan
hewan pemakan bangkai/binatang buas dan longsor atau tergusur oleh
aliran air.
b. Liang kubur dapat berupa lahat yaitu liang yang dibuat khusus di
dasar kubur pada arah kiblat (pinggir) untuk meletakkan jenazah, atau
syiq yaitu liang yang dibuat khusus di dasar kubur pada
bagian tengahnya.
c. Seyogyanya jenazah muslim dikuburkan di kuburan khusus kaum
muslim yang terdekat, kecuali dalam keadaan darurat.
d. Jangan mengubur jenazah pada 3 (tiga) waktu:
i. Ketika terbit matahari hingga naik.
ii. Ketika matahari di tengah-tengah.
iii. Ketika matahari hampir terbenam hingga betul-betul terbenam.
e. Penutup lubang kubur harus kuat dengan menggunakan kayu, bambu
atau batu sebagai penyangga sehingga tidak mudah longsor ke bawah.
f. Usungan keranda jenazah hendaklah tertutup rapat dan sederhana.
2. Membawa Jenazah ke Kubur
a. Jenazah di bawa ke kuburan diiringi sanak kerabat dan handai tolan.
b. Mengiringi jenazah hendaknya menunjukkan sikap berkabung dan
jangan bersenda gurau, tidak bersuara, termasuk berdzikir maupun
membaca Al-Qur'an.
c. Hendaklah pengiring jenazah yang berjalan kaki berada di sekitar
jenazah, sedangkan yang kendaraan berada di belakang.
d. Orang yang melihat iringan jenazah hendaklah menghormati dengan
berdiri tegak, dan bagi yang berkendaraan dengan berhenti hingga
jenazah lewat.
e. Hendaklah para ta'ziyah menghindarkan diri untuk tidak duduk
sesampainya di kuburan sebelum jenazah diletakkan.
f. Setelah memasuki pintu gerbang kuburan, hendaklah mengucap salam
kepada ahli kubur seperti di bawah ini:
َََُ٘اَىسَلًَََعَيٍََنٌَََدَاسََقًٍَََََ٘ؤٍٍَََََََِْٗإََّبَإَََُشَبءََللاََبَنٌََ لَحَق
"Keselamatan semoga tercurahkan untuk kalian di kampung orang-orang mu'min,
sesungguhnya kami insyaallah akan menyusul kalian." (HR. Muslim)
d. Dua atau tiga orang dari keluarga terdekat jenazah dan diutamakan
yang tidak dalam keadaan junub pada malam harinya.
e. Sewaktu memasuki kubur hendaklah melepaskan segala bentuk alas
kaki.
f. Khusus untuk jenazah perempuan diturunkan ke dalam liang kubur
dibentangkan kain di atas kuburnya namun untuk mayat laki-laki tidak
perlu.
g. Hendaklah para ta'ziyah ikut menaburkan tanah ke liang kubur
sebanyak 3 kali dari arah kepala.
h. Hendahlah tanah di atas kubur ditinggikan sejangkal (10 cm) dan
diberi tanda ala kadarnya.
i. Setelah sempurna penguburan, hendaklah para ta'ziyah berdiri di
sekeliling kubur untuk mendo'akan keselamatannya.
j. Setelah upacara penguburan di hari-hari kemudian keluarga yang
ditinggalkan tidak perlu mengadakan berbagai upacara seperti tujuh
hari, empat puluh hari, seratus hari dan sebagainya.
4. Larangan yang Berkaitan dengan Kuburan
a. Meninggikan timbunan kuburan lebih dari satu jengkal dari atas
permukaan tanah.
b. Menembok kuburan sehingga menjadi bangunan.
c. Menulisi kuburan dengan berbagai tulisan nama, keluarga atau hiasan
tertentu.
d. Duduk-duduk di atas kuburan.
e. Menjadikan kuburan sebagai bangunan masjid.
f. Berjalan di antara kuburan dengan alas kaki.
g. Mengadzani jenazah pada saat akan dikuburkan.
h. Membaca surat Yasin saat akan meninggal dunia, dan ketika di
kuburan baik saat mayit dikuburkan maupun setelahnya.
i. Berziarah dengan tujuan membaca Al-Qur'an, dzikir-dzikir dan
melakukan shalat di atas kuburan.
j. Bertawashul kepada Allah Swt. dengan perantara orang yang
sudah meninggal.
k. Melakukan hal-hal yang menjurus ke arah perbuatan syirik dan
tahayul.
F. Ta'ziyah
َلٌَََحَوََلٍََشَأَةََحَؤٍََََِبَبللَََٗاىًٍَََََ٘اََخَشََأَََُحَجَذََعَيَىٍٍَََجََفََ٘قَََرَلَدََإَلََعَيَى
)ٌََصََٗجََٖبَ(سََٗآٍَََسَي
"Tidak boleh seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari Akhir untuk
berkabung atas kematian melebihi tiga hari kecuali atas kematian suaminya." (HR.
Muslim)
Dalam riwayat Bukhari ada tambahan lafadz:
فَئَََّٖبَحَجَذََعَئٍََََأَسَبَعَتََأَشََٖشَََٗعَشَشَا
"Maka ia berkabung atas hal tersebut selama empat bulan sepuluh hari."
G. Ziarah Kubur