Anda di halaman 1dari 15

TUGAS 2

Mata Kuliah
Konsep Dasar
IPS
Dosen : Drs,
Husni
Di kerjakan oleh :
NAMA : AHMAD
RITAUDIN
NIM : 822477576
FAKULTAS
KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
TERBUKA
PALANGKARAYA
2013
UJIAN AKHIR SEMESTER
HUKUM AGRARIA

OLEH:
NAMA: JUNIVER HUTASOIT
NIM: 043893542

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL, DAN ILMU POLITIK (FHISIP)


UNIVERSITAS TERBUKA
NASKAH UAS-THE
UJIAN AKHIR SEMESTER-TAKE HOME EXAM (THE)
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2021/22.2 (2022.1)

HUKUM AGRARIA
HKUM4211
No. Soal Skor
1 Dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang dicanangkan oleh 25
pemerintah telah menetapkan suatu kawasan merupakan kawasan pertanian. Namun, pada
perkembangannya kawasan tersebut dialihfungsikan untuk kawasan pemukiman oleh PT
Sopononyo Group.
Pertanyaan:
A. Silahkan saudara analisis apakah kawasan pemukiman yang akan dibangun oleh
PT. Sopononyo Group sesuai dengan tertib penggunaan tanah!
B. Silahkan saudara analisis siapakah yang berwenang memberikan izin kepada
PT. Sopononyo Group dalam melakukan pembangunan kawasan pemukiman!

2 Di Indonesia secara umum disebutkan bahwa tanah dikuasai oleh negara. Negara juga 25
masih mengakui eksistensi hak atas tanah masyarakat hukum adat, hak milik orang
perorangan, HGU dan HGB. Sehingga dalam perkembangannya masih terjadi tumpang
tindih kepemilikan hak atas tanah.
Pertanyaan:
A. Silahkan saudara analisis, apakah tanah masyarakat hukum adat lebih
memberikan kepastian hukum dibandingkan dengan hak-hak lainnya!
B. Silahkan saudara analisis, apakah tanah hak milik negara sama dengan hak
menguasai dari negara !
3 Dalam proses jual-beli tanah, masyarakat dapat membuat suatu perjanjian jual-beli yaitu 25
dapat berupa akta autentik dan akta di bawah tangan. Hak atas tanah yang sudah beralih
harus didaftarkan di BPN demi kepentingan publikasi pendaftaran tanah.
Pertanyaan:
A. Silahkan saudara analisis, apakah akta jual-beli di bawah tangan dapat dijadikan
alat bukti di pengadilan! kemukakan alasan saudara!
B. Silahkan saudara analisis, apakah perjanjian jual-beli dengan akta di bawah
tangan sudah berdasarkan asas-asas pendaftaran tanah!

4 Pada tahun 2018, pemerintah membebaskan lahan untuk pembangunan jalan tol di Kota 25
Lampung. Pemerintah melakukan ganti rugi terhadap lahan milik masyarakat. Pada
kenyatannya, ada beberapa masyarakat yang tidak memperoleh haknya, yaitu berupa
ganti rugi.
Pertanyaan :
A. Silahkan saudara analisis, apakah pemerintah masih tetap dapat melaksanakan
pembangunan jalan tol meskipun masih ada konflik dalam pembebasan lahan!
B. Silahkan saudara telaah pembaharuan regulasi mengenai tata cara pengadaan
tanah untuk kepentingan umum!
Skor 100
Total

JAWABAN I (A)

Menurut analisis saya kejadian pada soal diatas ada dua kemungkinan yaitu sudah
sesuai dan belum sesuai dengan tertib penggunaan tanah, hal ini dikarenakan kurangnya ke
akuratan pembahasan pada soal.
Jika dilihat dari Tujuan penataan ruang yang diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 pembangunan pemukiman yang dilakukan oleh PT. Sopononyo Group
sudah sesuai. Dimana Tujuan penataan ruang yang diatur dalam Pasal 3 Undang-Undang
Nomor 26 Tahun 2007 yang menentukan bahwa “Penyelenggaraan penataan ruang bertujuan
untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan
berdasarkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional dengan:
Terwujudnya keharmonisan antara lingkungan alam dan lingkungan buatan;
Terwujudnya keterpaduan dalam penggunaan sumber daya alam dan sumber daya buatan
dengan memperhatikan sumber daya manusia dan Terwujudnya perlindungan fungsi ruang
dan pencegahan dampak negative terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
Dalam Pasal 3 UndangUndang Nomor 26 Tahun 2008 menentukan bahwa “RTRWN
menjadi pedoman untuk:
 Penyusun rencana pembangunan jangka panjang nasional
 Penyusun rencana pembangunan jangka menengah nasional;
 Pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah nasional;
 Perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan antar wilayah
provinsi, serta keserasian antar sektor;
 Penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi
 Penataan ruang kawasan strategis; dan
 Penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota
Dari ketentuan di atas diketahui bahwa RTRWN menjadi pedoman bagi penataan
ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota.Selain Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun
2008. Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 yang lain yaitu Peraturan
Daerah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaan Penataan Ruang. Dalam Pasal 18
Peraturan pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 menentukan bahwa:
 Pelaksanaan perencanaan tata ruang diselenggarakan untuk;
 Menyusun rencana tata ruang sesuai prosedur;
 Menentukan rencana struktur ruang dan pola ruang yang berkualitas; dan
 Menyediakan landasan spasial bagi pelaksanaan pembangunan sektoral dan
kewilayahan untuk mencapai kesejahtereaan masyarakat
Namun sebaliknya apabila dilihat dari Undang-Undang (UU) Nomor 41 Tahun 2009
alihfungsi lahan pertanian menjadi pemukiman yang dilakukan PT. Sopononyo Group tidak
sesuai dengan tertib penggunaan tanah. Karena kejadian diatas tidak menjelaskan alasan
alihfungsi maupun lahan pengganti. Alihfungsi lahan pertanian dapat dilakukan harus
memenuhi beberapa syarat yaitu: kajian kelayakan strategis, rencana alih fungsi lahan,
dibebaskan kepemilikan haknya dari pemilik dan disediakan lahan pengganti terhadap lahan
pertanian pangan berkelanjutan yang dialihfungsikan. Pasal 44 Undang-Undang (UU) Nomor
41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan secara tegas
mengatur lahan yang udah ditetapkan sebagai kawasan pertanian pangan berkelanjutan harus
dilindungi dan haram dialihfungsikan.
Jika alih fungsi lahan untuk kepentingan umum ini dilakukan tidak sesuai dengan
ketentuan yang telah dipersyaratkan, maka akan ada sanksi pidana terutama bagi pejabat
pemerintah yang telah memberi persetujuan. Pasal 73 UU Nomor 41 Tahun 2009
menyebutkan, bahwa setiap pejabat pemerintah yang memberi persetujuan tidak sesuai
dengan ketentuan, akan dikenakan sanksi berupa pidana minimal satu tahun dan maksimal
lima tahun. "Selain itu sanksi denda minimal Rp 1 miliar dan maksimal Rp 5 miliar”.
Sumber: Buku materi pokok ADPU 4335/Modul 2
https://peraturan.bpk.go.id/Home/Details/39908/uu-no-26-tahun-2007
https://www.dpr.go.id/dokjdih/document/uu/UU_2009_41.pdf

JAWABAN I (B)
Menurut analisis saya yang memberikan izin kepada PT. Sopononyo Group dalam
melakukan pembangunan kawasan pemukiman merupakan wewenang dari PEMDA dan
dikendalikan oleh Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura.

JAWABAN II (A)
Masyarakat adat di Indonesia bersifat teritorial dan segala budaya yang dimilikinya
mempunyai karakteristik yang beragam yang mengisaratkan bahwa masyarakat adat di
indonesia mempunyai jenis-jenis yang berbeda sehingga melahirkan yang namanya
pluralisme hukum adat.
Keberadaan masyarakat hukum adat telah ada sebelum lahirnya negara Indonesia,
masyarakat hukum adat ini mempunyai hukum adat tersendiri baik dalam sistem tatanan
pemerintahan maupun dalam pengelolaan tanah dan sumber daya alamnya. Keberadaan
masyarakat hukum adat merupakan fakta yang tidak bisa diingkari oleh negara.
Hak milik atas tanah menurut hukum adat terjadi dengan jalan pembukaan tanah
(pembukaan hutan) atau terjadi karena timbulnya lidah tanah (aanslibbing). Pembukaan tanah
atau hutan yang dimaksud adalah pembukaan tanah itu dilakukan secara bersama-sama
dengan masyarakat hukum adat yang dipimpin oleh ketua adat setempat. Sementara lidah
tanah (aanslibbing) adalah pertumbuhan tanah di tepi sungai, danau, atau laut yang seiring
dengan perkembangan kehidupan masyarakat adat setempat telah mempergunakan dan
mengolah tanah tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka baik dengan
berkebun atau bertani.
Tanah yang tumbuh demikian itu dianggap menjadi kepunyaan orang yang memiliki
tanah, karena pertumbuhan tersebut sedikit banyak terjadi karena usahanya. Dengan
sendirinya, terjadinya hak milik secara demikian itu juga melalui proses pertumbuhan yang
memakan waktu. Hak milik atas tanah menurut hukum adat ini memang tidak memiliki
kepastian hukum yang kuat, hal ini sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria (UUPA). Undang-undang ini memberikan landasan
hukum bahwa “masyarakat hukum adat dapat melakukan pengelolaan terhadap sumber daya
hutan maupun sumber daya alam lainnya yang berada di wilayah adat”. Sehingga hak-hak
masyarakat hukum adat bisa di hilangkan apabila berbenturan dengan kepentingan
pembangunan nasional.
Maka dari itu hak milik atas tanah menurut hukum adat tidak begitu menjamin
kepastian hukum bila dibandingkan dengan hak atas tanah berdasarkan unsur lain. Sehingga
apabila ingin mendapatkan kepastian hukum yang kuat atas kepemilikan tanah walaupun
tanah tersebut secara turun-temurun adalah hasil pembuatan hukum adat, maka dapat
didaftarkan pada kantor pertanahan kabupaten/kota setempat untuk mendapatkan sertifikat
hak milik atas tanah tersebut.

Sumber: Buku Materi Pokok ADPU4335/Modul 3

JAWABAN II (B)

Tanah hak milik Negara adalah tanah yang belum dilekati dengan hak atas tanah
berdasarkan UUPA, seperti : Hak Milik (HM), Hak Guna Usaha (HGU), Hak Guna
Bangunan (HGB), Hak Pakai (HP) dan hak-hak lainnya. Secara substansial, tanah Negara
pada rezim sebelum UUPA dapat dikelompokkan pada menjadi dua perbedaan utama yaitu
antara vrijlandsdomein (tanah negara bebas) dan onvrijlandsdomein (tanah negara tidak
bebas). Didalam sistem Hukum Tanah Nasional tidak dikenal perbedaan substansi yang
sedemikian rupa, karena secara konsepsional seluruh tanah di wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia adalah tanah yang dikuasai oleh Negara berdasarkan hak menguasai dari
Negara (HMN).
Hak Menguasai Negara (HMN) adalah satu-satunya hak kebendaan yang secara
eksplisit diberikan oleh Konstitusi kepada negara Indonesia. Hak Menguasai Negara atas
bumi, air, kekayaan alam, serta cabang-cabang produksi vital harus digunakan semata-mata
untuk memakmurkan rakyat Indonesia. Menurut UUPA, hak menguasai negara atas tanah
berarti hak negara untuk mengatur dan mengelola tanah, bukan hak untuk memiliki tanah.
Konsep UUPA ini dipengaruhi oleh konsep hukum adat yang tidak mengakui hak milik
individual yang absolut/mutlak atastanah, dan hanya mengakui hak komunal atas tanah.
Terminologi Hak Menguasai pada dasarnya termaktub dalam Bab XIV Undang-
Undang Dasar 1945 tentang Perekonomian Nasional dan Kesejahteraan Sosial, khususnya
pada P asal 33 ayat (3), yang menyatakan bahwa, “Bumi dan air dan kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat”.
Hal inilah yang kemudian dijelaskan lebih lanjut dalam UU Nomor 5 Tahun 1960,
pada pasal 2 ayat (1), yang menyatakan bahwa, “Atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar dan hal-hal sebagai yang dimaksud dalam pasal 1, bumi, air dan
ruang angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung didalamnya itu pada tingkatan
tertinggi dikuasai oleh Negara, sebagai organisasi kekuasaan seluruh rakyat”.
Poin penting dari dua pasal di atas sebenarnya adalah, bahwa seluruh kekayaan
sumber daya alam yang ada di Indonesia diamanatkan pengaturan dan pengelolaannya
kepada pemerintah sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam suatu negara. Negara
diharuskan untuk dapat mengatur dan memanfaatkan seluruh kekayaan sumber daya alam
tadi, demi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Hak menguasai dari Negara termaksud dalam ayat (1) pasal ini memberi wewenang
untuk:
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan, penggunaan, persediaan dan
pemeliharaan bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dengan
bumi, air dan ruang angkasa;
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan hukum antara orang-orang dan
perbuatan-perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan ruang angkas.

Wewenang yang bersumber pada hak menguasai dari Negara tersebut pada ayat (2)
pasal ini digunakan untuk mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam arti
kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan dalam masyarakat dan Negara hukum
Indonesia yang merdeka berdaulat, adil dan Makmur. Hak menguasai dari Negara tersebut
diatas pelaksanaannya dapat dikuasakan kepada daerah-daerah Swatantra dan masyarakat-
masyarakat hukum adat, sekedar diperlukan dan tidak bertentangan dengan kepentingan
nasional, menurut ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah.
Sehingga Tanah Hak Milik Negara tidak sama dengan Hak Menguasai Negara hal ini
ditunjukkan oleh aturan perundang-undangan sebagaimana di atas digunakan untuk mencapai
sebesar-besar kemakmuran rakyat, dalam arti kebahagiaan, kesejahteraan dan kemerdekaan
dalam masyarakat dan Negara hukum Indonesia yang merdeka berdaulat, adil dan Makmur.
Maka apabila HMN bersifat kuat dan penuh, pemerintah sebagai pemegang kekuasaan
tertinggi dalam suatu negara bebas untuk memberikan, merampas, dan/atau
mengalihfungsikan suatu lahan pertanahan dengan sesuka hatinya.

Sumber: Buku Materi Pokok ADPU4335/Modul 3


http://eksepsionline.com/2019/02/20/apakah-hak-milik-dan-hak-menguasai-
negara-dapat disamakan/#:~:text=Jawabannya%20tidak!,lahan%20pertanahan
%20dengan%20sesuka%20hatinya.

JAWABAN III (A)

Menurut analisis saya, akta jual-beli di bawah tangan dapat dijadikan alat bukti di
pengadilan, Pembuktian sendiri sudah diatur dalam pasal 1865-1912 KUHPerdata dan Pasal
162-177 HIR atau Pasal 282-314 RBg. Mengenai kekuatan mengikatnya alat bukti surat di
bawah tangan KUHPerdata sudah mengatur yaitu terdapat dalam pasal 1875. Kekuatan
pembuktian surat di bawah tangan akan memiliki kekuatan hukum jika digunakan oleh pihak
yang bersangkutan dan diwajibkan untuk mengakui kebenarannya atas tanda tangannya.
Dalam hal tanda tangan sudah diakui, selanjutnya hakim akan memerintahkan agar kebenaran
surat tersebut di periksa, dan apabila tanda tangan diakui oleh yang bersangkutan maka surat
tersebut akan memiliki kekuatan dan dapat dijadikan bukti yang sempurna dalam pengadilan.
Salah satu peristiwa hukum yang sering terjadi di masa kini yaitu peristiwa hukum
tentang perjanjian. Suatu perbuatan hukum antara satu orang atau lebih dan mengikatkan
dirinya atas dasar hukum disebut perjanjian sesuai dengan Pasal 1313 KUHPerdata.
Perjanjian bisa dilakukan baik secara lisan ataupun tertulis, perjanjian lisan umumnya
digunakan pada masyarakat adat untuk ikatan hukum yang sederhana sedangkan perjanjian
tertulis umumnya berkaitan dengan suatu bisnis dan hubungan hukumnya kompleks seperti
pembuatan surat di bawah tangan dalam perjanjian jual beli.7 Perjanjian antara pihak yang
satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak yang lain untuk
membayar harga yang telah dijanjikan merupakan suatu kegiatan jual-beli pada umumnya.
Dalam hal pembuktian surat di bawah tangan, hanya mempunyai kekuatan
pembuktian formal, yaitu bila tanda tangan serta pernyataan yang tercantum dalam surat
tersebut itu diakui dan dibenarkan maka surat di bawah tangan itu sebenarnya sudah memiliki
kekuatan dalam pembuktian. Secara material, kekuatan pembuktian surat di bawah tangan
tersebut hanya berlaku terhadap orang yang diberikan pernyataan, sedangkan hakim
memberikan penilaian atau pembuktian bebas terhadap pihak lain.
Surat di bawah tangan apabila diakui oleh pihak yang memakainya, maka surat
tersebut bisa menjadi alat bukti yang sempurna terhadap orang yang menandatangininya
berdasarkan pasal 1875 KUHPerdata. Dalam sidang pemerikasaan perkara perdata surat di
bawah tangan dapat menjadi alat bukti yang sempurna atau memiliki kekuatan hukum yang
selaras dengan surat autentik, namun dengan syarat para pihak yang bertandatangan pada
surat perjanjian itu tidak menyangkal kebenaran tanda tangannya.
Karena yang perlu dibuktikan oleh para pihak yang berperkara bukanlah hukumnya,
melainkan peristiwa atau hubungan hukumnya atau duduk perkaranya.10 Jika salah satu
pihak melakukan penyangkalan dan mengaku bahwa dirinya tidak menandatangani surat
tersebut, maka pihak yang mengajukan surat tersebut harus berusaha untuk meyakinkan atau
membuktikan bahwa tanda tangan tersebut telah di bubuhkan oleh pihak yang menyangkal
tersebut dengan salah satu cara yaitu mendatangkan saksi-saksi yang ikut serta melihat dan
mendengar saat pembuatan surat tersebut. Ini dimaksudkan untuk membuktikan bahwa surat
di bawah tangan yang di ajukan sebagai alat bukti tersebut benar-benar di tandatangani oleh
pihak yang menyangkal.
Salah satu cara agar surat di bawah tangan tidak mudah disangkal kebenarannya, dan
untuk memperkuat pembuktian dalam suatu perkara, maka surat yang dibuat di bawah tangan
tersebut sebaiknya dilakukan legalisasi. Legalisasi yang dilakukan oleh notaris maka surat di
bawah tangan tersebut akan memilki kekuatan hukum pembuktian yang hampir sama dengan
surat autentik.
Sumber: Abdulkadir Muhammad, 2012, Hukum Acara Perdata Indonesia, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung. Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, Pedoman
Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Denpasar.
Sita Arini Umbas, 2017, Vol.07, No.01, “Kedudukan Akta Di Bawah Tangan
Yang Telah Dilegalisasi Notaris Dalam Pembuktian Di Pengadilan”, Jurnal
Fakultas Hukum Universitas Samratulangi.
JAWABAN III (B)
Berdasarkan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria pada intinya menyatakan bahwa hukum tanah nasional adalah hukum
adat, oleh karena itu pelaksanaan jual beli tanah nasional juga menganut sistem jual beli
tanah sesuai hukum adat. Pengertian jual beli tanah menurut hukum adat adalah pemindahan
hak yang memenuhi:
1. Asas Tunai
Asas tunai adalah penyerahan hak dan pembayaran harga tanah dilakukan pada saat
yang sama. Selain itu, Asas ini mempunyai arti pembayaran dilaksanakan sampai lunas sesuai
dengan kesepakatan harga yang dituangkan dalam akta jual beli. Tunai bukan berarti
pembayaran dan pelunasan harga tanah harus dilakukan seketika namun mempunyai arti
melakukan pembayaran sesuai harga yang telah disepakati. Jadi asas tunai tetap terpenuhi
meskipun suatu pembayaran dilakukan dengan metode angsuran.
2. Asas Terang
Asas terang mempunyai arti bahwa jual beli tanah dilakukan secara terbuka dan tidak
ditutupi. asas terang ini terpenuhi ketika jual beli tanah dilakukan dihadapan dihadapan PPAT
karena Sejak berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah jo.Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas
Tanah, Satuan Rumah Susun, dan Pendaftaran Tanah (selanjutnya disebut PP tentang
Pendaftaran Tanah), jual beli tanah harus dilakukan dihadapan PPAT. Hal tersebut
mempunyai fungsi sebagai:
a. Jaminan atas kebenaran tentang status tanah, pemegang hak dan keabsahan
bahwa pelaksanaan jual beli tanah dilakukan sesuai hukum yang berlaku dan
telah memenuhi asas terang;
b. Perwakilan dari warga desa sebagai bentuk dari asas publisitas, untuk jual beli
tanah yang dilakukan di hadapan PPAT minimal terdapat 2 (dua) orang saksi
yaitu terdiri dari Kepala Desa/Camat dan seseorang dalam wilayah desa dimana
terdapat tanah yang menjadi objek jual beli.
Asas tunai dan terang sebagaimana telah dijelaskan di atas terwujud dalam akta jual
beli tanah yang ditandatangani para pihak dan dilakukan di hadapan PPAT, sekaligus menjadi
bukti bahwa telah terjadi proses pemindahan hak atas tanah dari penjual kepada pembelinya
disertai pembayaran sesuai harga tanah yang telah disepakati. Maka menurut penjelasan
diatas, perjanjian jual-beli dengan akta di bawah tangan sudah berdasarkan asas-asas
pendaftaran tanah.

Sumber: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata;


Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria;
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;

JAWABAN IV (A)

Menurut analisis saya pemerintah tidak dapat melaksanakan pembangunan jalan tol
apabila masih ada konflik dalam pembebasan lahan. Sebab dalam melakukan pembebasan
tanah harus memperhatikan aturan yang melibatkan banyak pihak.
Secara tidak langsung ada berbagai hal penting untuk diperhatikan mengenai syarat
dalam melakukan pembebasan tanah, berikut ini adalah aspeknya:
1. Lahan tersebut memang penting digunakan untuk kebutuhan secara umum.
Kepentingan tersebut setidaknya bisa digunakan oleh semua pihak dan tentunya dapat
memberikan kemudahan.
2. Lahan tersebut memang digunakan untuk kepentingan umum. Akan tetapi dengan
catatan bahwa kepentingan umum dilakukan oleh pihak pemerintah, sehingga secara
tidak langsung memang terbukti dibutuhkan.
3. Harus ada ganti rugi yang sesuai. Jika pada akhirnya ganti rugi pembebasan tanah
tidak sesuai maka ada langkah hukum. Langkah hukum ini tentunya membuktikan
bahwa kapasitas pola pelayanan yang tidak sesuai ada jaminan hukum secara
berkualitas. Sehingga secara tidak langsung bisa memberikan fungsi terbaik bagi
semua pihak. Untuk prosedur pelaporan juga telah diatur secara resmi oleh undang-
undang. Mekanisme pelaporan tentu harus sesuai dengan prosedur, sehingga semua
pihak baik instansi atau juga pemilik lahan mendapatkan keputusan terbaik.
4. Semua proses pembebasan lahan telah diketahui dan juga atas izin presiden. Instruksi
presiden juga sangat berguna untuk kelancaran pembebasan lahan. Sebagai salah satu
jabatan tertinggi negara maka presiden tentu mempunyai pertimbangan yang jauh
lebih matang untuk urusan kepentingan umum seluruh masyarakat.
Semua penjelasan diatas harus dipatuhi dan diperhatikan dengan baik oleh semua
pihak. Sehingga pelaksanaan program tersebut telah sesuai dengan syarat pembebasan lahan
yang baik dan tentunya sesuai prosedur.
Sumber: https://artikel.rumah123.com/hal-yang-harus-kamu-tahu-tentang-pembebasan-
lahan-tanah-dan-hunian-65787

JAWABAN IV (B)

Pembaharuan Substansi Hukum Pengadaan Tanah dalam Bingkai Humanisme yang


Berkeadilan
Hak untuk dilindungi oleh hukum, hak memiliki harta benda ataupun mempunyai hak
milik merupakan hak asasi yang diakui dan diatur dalam UUD 1945. Baik bagi pemilik hak
atas tanah maupun bagi masyarakat yang secara nyata menggarap tanah tanpa memiliki alas
hak tertentu dijamin oleh konstitusi akan mendapatkan perlindungan hukum. Hak untuk
dilindungi oleh hukum, memiliki harta benda ataupun mempunyai hak milik tersebut diatur
dalam:
1. Pasal 28D ayat (1): Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan
kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
2. Pasal 28G ayat (1): Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, dan harta benda yang di bawah kekuasaannya, serta berhak
atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak
berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi.
3. Pasal 28H ayat (4): Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik
tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun.
4. Pasal 28I ayat (4): Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi
manusia adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah.
Pembaruan atas UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan
Umum diatur dalam UU Cipta Kerja serta Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (“PP 19/2021”). Perubahaan
ini memperluas instrumen pengadaan tanah untuk kepentingan umum terhadap Kawasan
Industri Hulu dan Hilir Minyak dan Gas yang diperakarsai dan/atau dikuasai oleh Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah.
Kawasan Ekonomi Khusus, industri, pariwisata, ketahanan pangan dan/atau pengembangan
teknologi yang diprakarsai dan/atau dikuasai oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
Badan Usaha Milik Negara, atau Badan Usaha Milik Daerah.
Selain itu, diperjelas juga peran Kementerian Agraria dalam pembuatan perencanaan
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum (Ps. 14). Konsultasi Publik terkait Pengadaan
Tanah untuk Kepentingan Umum juga diubah dengan kewajiban untuk mendapatkan
kesepakatan lokasi rencana dari Pengelola dan Pengguna dari Barang Milik Negara/Barang
Milik Daerah, yang sebelumnya hanya melibatkan pihak yang berhak. Konsultasi ini
dilaksanakan dengan masyarakat yang terdampak di tempat rencana pembangunan. Dalam
hal pihak yang berhak dan Pengelola dan Pengguna dari Barang Milik Negara/Barang Milik
Daerah tidak hadir setelah 3 (tiga) kali diundang secara patut tidak hadir, maka pihak tersebut
dianggap menyetujui.
UU Cipta Kerja juga mengatur bahwa terhadap tanah dengan luas tidak lebih dari 5
(lima) hektare, konsultasi publik dapat dilakukan secara langsung antara instansi yang
memerlukan tanah dengan pihak yang berhak dengan penetapan lokasi hanya dilakukan oleh
bupati/wali kota. Pasal 34 UU Cipta Kerja juga mengubah ketentuan mengenai Nilai Ganti
Kerugian. Saat ini, besaran ganti kerugian berdasarkan hasil penilaian penilai diatur bersifat
final dan mengikat. Terkait dengan ganti kerugian, UU Cipta Kerja juga memperkuat peran
lembaga konsinyasi (penitipan) Pengadilan sehingga proses pembayaran ganti kerugian
menjadi lebih jelas dan mudah.
Dengan diterapkannya perubahan-perubahan terkait pengadaan tanah untuk
kepentingan umum ini, maka proses pembangunan infrastruktur diharapkan menjadi lebih
mudah dan memberi manfaat bagi seluruh stakeholder dalam proses pembangunan
infrastruktur.

Sumber: https://dedykurniadi.com/perubahan-uu-cipta-kerja-terhadap-pengadaan-tanah-
untuk-kepentingan-umum.html
http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/kanun/article/viewFile/6033/4971

Anda mungkin juga menyukai