Anda di halaman 1dari 12

Penyutradaraan dalam Membangun Karakter Pemain

Pada Drama Radio “Belenggu”

Directing in Building Characters of Casts


In the Radio Drama "Belenggu"

Aliya Kamaliya Nuridzdza, Ari Mintarti Murbaningsih


Program Studi Manajemen Produksi Siaran, Jurusan Penyiaran,
Sekolah Tinggi Multi Media “MMTC” Yogyakarta
Email: aliyakamaliyanuridzdza@gmail.com, arimintarti@mmc.ac.id

Abstract
Drama is a work of imitation (memetic) which depicts the story of human life. As a medium of
entertainment, drama is often used to convey messages that inspire and suggest audiences. In the
communication process, information can be received by someone through the visual sight sense as
much as 80%, while for blind people who only rely on the senses of touch, smell, and hearing, the
information that can be received is very limited. This study aims to create radio drama that both
entertain and inspire listeners through building the characters of the casts. The method of delivering
learning material in school for special needs (SLB) uses a lot of audio media, and character
education is delivered through story or drama. This situation encouraged the writer to create a radio
drama in the form of a monologue drama with the aim of adding learning material for blind people,
so that they are more entertained and at the same time able to reap the value of the drama story. The
radio drama Belenggu tells the story of a blind girl who is introvert and melancholy, because of her
disability the girl is alienated by her parents. The writer as the director shaped the cast to explore her
character deeply, as a melancholy and introverted character. The process of exploring the character
of the cast by applying the technique of phrasing, namely the technique of accentuating thoughts and
feelings, through words, groups of words, or sentences spoken by the cast. Through this method,
character exploration can be reflected in every dialogue spoken by the cast so that the drama
Belenggu can build the listener's imagination as if entering into the story and feeling what the
characters are experiencing in the story.
Key words: director, radio drama, character exploration, blind people

Abstrak
Drama merupakan sebuah karya tiruan (memetic) yang menggambarkan kisah kehidupan manusia.
Sebagai media hiburan, drama sering dipergunakan untuk menyampaikan pesan yang
menginspirasi dan menyugesti audiensnya. Pada proses komunikasi, informasi dapat diterima oleh
seseorang melalui indra visual sebanyak 80%, sedangkan bagi penyandang tunanetra yang hanya
mengandalkan indera perabaan, penciuman, dan pendengaran, informasi yang dapat diterima sangat
terbatas. Skripsi penciptaan karya produksi dengan judul Penyutradaraan Dalam Menbangun
Karakter Pemain Pada Drama Radio “Belenggu” bertujuan menciptakan drama radio yang
menghibur sekaligus menginspirasi pendengar melalui membangun karakter para pemainnya. Cara
penyampaian materi pembelajaran di Sekolah Luar Biasa (SLB) banyak menggunakan media audio
pendidikan karakter disampaikan dalam bentuk cerita atau drama. Keadaan ini mendorong penulis

38
Jurnal Ilmiah Produksi Siaran | Volume 6 Nomor 1, Juni 2020

untuk menciptakan drama radio dengan bentuk drama monolog dengan ditujukan untuk menambah
materi pembelajaran para penyandang tunanetra, agar lebih terhibur sekaligus dapat memetik nilai
dari cerita drama tersebut. Drama radio Belenggu menceritakan seorang gadis tunanetra yang
tertutup dan murung, karena kekurangannya gadis tersebut diasingkan oleh orang tuanya. Penulis
sebagai sutradara membentuk pemain untuk mendalami karakternya, sebagai tokoh yang
melankolis dan berwatak introvert perasa. Proses pendalam karakter dari tokoh dengan menerapkan
metode memberi isi (the technique of phrasing) yakni teknik menonjolkan pikiran dan perasaan,
melalui kata, kelompok kata, atau kalimat yang diucapkan pemain. Melalui metode ini pendalaman
karakter dapat tercermin dalam setiap dialog yang diucapkan pemain sehingga drama Belenggu,
dapat membangun imajinasi pendengar seolah masuk ke dalam cerita yang dibawakan dan ikut
merasakan apa yang dialami tokoh di dalam cerita
Kata kunci: sutradara, drama radio, pendalaman karakter, tokoh tunanetra

PENDAHULUAN pandang pendidikan, anak tunanetra


Program drama yang ditayangkan melalui membutuhkan alat bantu, metode atau teknik-
radio saat ini sangat langka. Saat ini terdapat teknik tertentu dalam kegiatan pembelajarannya
lebih dari 3000 stasiun radio siaran di Indonesia sehingga anak tersebut dapat belajar tanpa
(Triyono,2017 http://puslitbangdiklat.rri.co.id pengelihatan (Widjaya, 2013: 21). Hal tersebut
/artikel/37 diunduh 15 Agustus 2020), namun penting agar anak tunanetra bisa tetap mengikuti
hanya sedikit stasiun radio siaran yang pembelajaran walaupun tanpa pengelihatan
menyiarkan program drama. Drama radio dengan memanfaatkan indera-indera yang lain,
sebagai sebuah program sangat sangat menarik seperti pendengaran, perabaan, penciuman, dan
untuk membawa pesan yang mengedukasi pencecapan.
pendengarnya. Sifat drama radio yang fiksi Menurut penelitian, beberapa Sekolah
namun merupakan tiruan kehidupan manusia Luar Biasa (SLB) menggunakan tape recorder
dapat menjadi media yang mudah dicerna dan radio karena dapat menjadi alternatif selain
pendengar dengan cerita-cerita yang edukatif. media berbentuk braille, termofoam dan bentuk
Sebagai media auditif, radio sangat tepat untuk media raba lainnya. Pemanfaatan media audio
memberikan hiburan dan pendidikan bagi digunakan baik di dalam maupun di luar kelas.
pendengar yang memiliki keterbatasan pada Penggunaan di dalam kelas terintegrasi dengan
panca indera penglihatannya. pembelajaran atau sebagai alat bantu pengajaran
Seorang anak tunanetra, indera dengan prosentase efektivitas mencapai 98,07%
penglihatannya (kedua-duanya) tidak berfungsi (Indriastuti, 2015:14).
sebagai saluran penerima informasi dalam Radio, dibanding dengan media massa
kegiatan sehari-hari seperti halnya orang awas lainnya lebih mempunyai kemampuan
(Somantri, 2007: 65). Kelainan yang dimiliki membangun imajinasi pendengar hanya dengan
oleh seorang anak tunanetra akan memberikan kekuatan suara. Penyajian yang menarik akan
pengaruh yang cukup besar terhadap kehidupan mempengaruhi tersampaikan atau tidaknya
sehari-hari anak tersebut. Bila dilihat dari sudut pesan dari sebuah program radio.

39
Penyutradaraan dalam Membangun Karakter Pemain
Pada Drama Radio “Belenggu”

Radio memiliki beberapa format program Hal tersebut yang melatarbelakangi


salah satunya drama. Melalui drama radio pesan penulis dalam menciptakan karya produksi
dapat disampaikan dengan baik dan menarik, drama radio Belenggu. Penulis memilih untuk
bahkan drama dapat dijadikan sebagai sebuah menciptakan karya drama radio Belenggu
program yang mampu memberi pengajaran. dengan membangun kekuatan karakter tokoh
Drama juga dapat disebut ajaran tersamar dalam melankolis dan berwatak introvert perasa.
hidup (Wibowo, 2012:89). Beberapa bentuk Sehingga pesan nilai pendidikan karakter dalam
penyajian drama radio salah satunya adalah drama radio Belenggu ini diharapkan lebih
drama monolog. Drama monolog (monologue mudah diterima dan dicerna oleh pendengarnya
interiure) merupakan salah satu jenis drama yang merupakan peserta didik pada Sekolah
yang dimainkan oleh seorang pemain. Pemain Luar Biasa.
pada drama ini dapat menjadi beberapa tokoh
yang berperan menyampaikan cerita sesuai, KAJIAN PUSTAKA
alurnya sehingga pendengar akan merasa lebih 1. Drama Radio
dekat dengan tokoh dan mendalami alur cerita Drama merupakan salah satu format
yang disampaikan. program yang ada pada siaran radio. Drama
Menciptakan drama radio monolog yang adalah sebuah karya yang menggambarkan
kuat, diperlukan sutradara yang memahami dan kisah kehidupan manusia. Penulis
dapat mendalami karakter setiap tokoh sehingga
menciptakan drama radio dikarenakan kisah
dapat mengarahkan sang pemain sesuai dengan
dan cerita ringan dalam drama memuat
karakter tokoh-tokohnya. Karakter setiap tokoh
konflik dan emosi secara khusus ditujukan
drama dalam cerita dapat diciptakan dengan
arahan sutradara. Penulis sebagai sutradara untuk penikmatnya. Drama juga dapat
dapat menggali emosi pendengar dengan disebut ajaran tersamar dalam hidup. Drama
membentuk karakter setiap tokoh, agar radio adalah suatu cerita yang dimainkan
pendengar larut dalam emosi setiap tokoh. lewat medium radio, dengan melibatkan
Dalam mendukung karakter tokoh dan tangga tokoh-tokoh cerita dalam permasalahan,
dramatik yang terstruktur dengan baik, maka kejadian, dan konflik yang semakin tajam
penulis juga menambahkan unsur penting yaitu: dan kompleks sehingga mencapai
kata, musik, serta efek suara. Drama radio klimaksnya (Wibowo, 2012:89).
monolog ini merupakan karya produksi drama
Kesuksesan program drama radio tidak
radio yang bertujuan membangun karakter
hanya tergantung kepada alur cerita ataupun
tokoh yang melankolis dengan sifat introvert.
pengolahan adegan yang diciptakan
Drama radio ini diproduksi untuk digunakan
sebagai media pendidikan karakter bagi Sekolah semenarik mungkin, namun kekuatan sugesti
Luar Biasa (SLB). Artikel ilmiah ini bertujuan suara, musik pencipta suasana, dan sound
untuk mendeskripsikan aspek penyutradaan effect juga merupakan elemen penting untuk
untuk membangun karakter pemain dalam menghidupkan cerita dalam bayangan
Proses Produksi Drama Radio untuk Tuna Netra pendengar. Kemampuan sugestif dan
Belenggu. kebebasan imajinatif inilah yang menjadi
keunggulan dari drama radio.

40
Jurnal Ilmiah Produksi Siaran | Volume 6 Nomor 1, Juni 2020

2. Penyutradaraan dalam Drama Radio Harymawan, 2002:78), terdapat 5 (lima)


Peran penting sutradara dalam macam casting dalam penentuan pemain,
menciptakan karya produksi yaitu mengubah yaitu:
naskah menjadi sebuah siaran yang menarik a. Casting by ability merupakan casting
dan memiliki nilai. Untuk menciptakan karya dengan melihat siapa yang terbaik dan
produksi program, baik televisi maupun memiliki kecerdasan dalam akting guna
radio, sutradara memiliki peran yang begitu diberi peran utama serta peran yang
penting, mulai dari pra produksi, produksi memiliki kesulitan tinggi.
dan pasca produksi. Terdapat hal penting b. Casting to type merupakan casting
sebagai seorang sutradara harus mampu berdasarkan tipe (kecocokan fisik)
menciptakan setiap karakter yang ada. pemain
Sutradara merupakan seseorang yang c. Antitype casting merupakan casting yang
bertanggung jawab dalam kesuksesan sebuah berdasarkan pertentangan watak atau fisik
karya produksi. Kemampuan sutradara pemain.
diharapkan mampu menjadi faktor yang d. Casting to emotional temprament
penting dalam kesatuan antara kemampuan merupakan pemilihan pemain
daya cipta dan kemampuan teknis. Sutradara berdasarkan kesamaan emosi dan
berdiri ditengah-tengah segitiga, sebagai temperamen yang dimiiki pemain.
pusat kesatuan kekuatan, juga sebagai e. Therapeutic-casting merupakan casting
koordinator bagi prestasi-prestasi kreatif dengan menentukan seorang pemain yang
aktor dan para teknisi. Akhirnya sutradara bertentangan dengan watak aslinya
harus menjadi seorang seniman yang berarti dengan maksud agar dapat
(Harymawan, 1988:64). menyembuhkan atau mengurangi ketidak
Sebagai seorang sutradara selain seimbangan jiwanya.
memiliki jiwa seni tetapi juga harus memiliki
jiwa kepemimpinan yang baik karena dalam Berdasarkan jenis casting tersebut,
kinerjanya harus menguasai beberapa aspek penulis melakukan casing by ability untuk
serta memmpin jalannya produksi sejak pra menemukan pemeran yang esuai dan mudah
produksi sampai dengan paska produksi serta untuk dibentuk menjadi karakter. Casting by
bertanggungjawab atas hasil penciptaannya. ability menekankan pada kecakapan yang
(Renggani, 2014 h. 190) terpandai dan terbaik dipilih untuk peran
Peran sutradara dalam proses produksi yang penting/utama dan sukar. Ketika sudah
program siaran drama radio pada tahapan pra melakukan casting, sutradara melatih semua
produksi salah satunya adalah melakukan karakter. Kebutuhan penulis pada drama
penentuan pemain. Penentuan pemain radio Belenggu hanya pada suara/vocal para
disebut dengan casting pemain, tahapan ini tokoh.
adalah merupakan tahapan dalam
menentukan karakter yang diperankan dalam
sebuah karya produksi. Menurut

41
Penyutradaraan dalam Membangun Karakter Pemain
Pada Drama Radio “Belenggu”

3. Tuna Netra dan Permasalahan yang 4. Penyutradraan Drama Radio untuk


Dihadapi Tuna Netra
Paradigma masyarakat terhadap kaum Sutradara merupakan seseorang yang
disabilitas seringkali diibaratkan sebagai bertanggungjawab dalam kesuksesan sebuah
ketidakmampuan seseorang secara medis, karya produksi. Sutradara diharapkan
sehingga disabilitas dianggap sebagai orang mampu menjadi factor yang penting dalam
sakit yang selalu membutuhkan pertolongan kesatuan antara kemampuan daya cipta dan
dan tidak dapat mengenyam pendidikan, kemampuan teknis. Dengan peran yang
apalagi bekerja seperti manusia pada begitu penting, sutradara memiliki tanggung
umumnya. jawab besaryang diembannya. Secara garis
Kaum disabilitas seringkali disebut besar penjelasan tanggungjawab seorang
sebagai orang yang tidak beruntung sutradara adalah:
dan harus dipandang sebagai suatu Melakukan Latihan bersama para
ketidakmampuan sosial, sehingga penyiar, baik presenter, announcer,
setiap orang dapat berpartisipasi dalam maupun reporter atau pemain dari luar
upaya melindungi kaum minoritas yang memiliki kemampuan main dalam
tersebut. Pendekatan sosial seringkali drama radio. Sesudah Latihan
ditempuh sebagai jalur utama, namun memuaskan, sutradara bersama operator
pada kenyataannya, pendekatan sosial dan diskotik memilih music untuk
bukan menjadi jalan utama untuk ilustrasi dan mempersiapkan sound
merangkul para Penyandang effect yang diperlukan. Ketika semua
Disabilitas (Hamidi, 2016:654). siap kemudian dilakukan rekaman
(Wibowo, 2012:139).
Salah satu jenis disabilitas adalah Sebagai seorang sutradara harus
tunanetra, tunanetra adalah bagian dari kaum memiliki jiwa kepemimpinan yang baik
disabilitas indera penglihatannya tidak karena dalam kinerjanya harus menguasai
berfungsi dengan baik. Tunanetra merupakan beberapa aspek penyutradaraan. Tipe-tipe
individu yang indera penglihatannya tidak sutradara berdasarkan teknik penyutradara-
berfungsi sebagai saluran penerima annya, yaitu: (1) Cara Diktator atau cara
informasi dalam kegaiatn sehari-hari seperti Gordon Craig, yaitu seluruh langkah
orang awas atau individu yang dapat melihat pemainnya ditentukan oleh sutradara sampai
dengan baik (Aziz, 2015:57). Melalui indera seteliti dan sedetil mungkin sehingga aktor
pendengaran dan perabaan, penyandang atau aktris harus tunduk kepadanya dan tidak
tunanetra dapat mengatasi berbagai dapat mengembangkan kreasinya; dan (2)
hambatan dalam beraktivitas sehari-hari, Cara Laissez Faire, artis dan aktor adalah
meskipun terbilang lambat. Hal tersebut pencipta permainan, sehingga sutradara
sangat bergantung pada ingatan, indera hanya berperan sebagai supervisor
peraba dan indera pendengarannya. membiarkan pemainnya melakukan proses
kreatif (Renggani, 2014:190).

42
Jurnal Ilmiah Produksi Siaran | Volume 6 Nomor 1, Juni 2020

Seorang sutradara bertanggung jawab ingat dalam menginterpretasikan naskah untuk


membuat karakter seperti hidup pada kenyataan. menambah totalitas dalam pengekspresian.
Terdapat beberapa tokoh dengan karakteristik
yang berbeda-beda, setiap peran tokoh memiliki METODE PENCIPTAAN
ciri khas, yang bahkan bisa lebih dari satu watak Penciptaan karya produksi drama radio
(karakter). Menurut Lutters (2006:75), karakter- Belenggu merupakan hasil pemikiran dan
karakter tersebut memiliki tipologi secara wawancara penulis dengan guru di SLB A
psikologi sebagai berikut: Yaketunis Yogyakarta untuk memperoleh data
a. Sanguinis memiliki sifat dasar periang, tentang penyandang kebutuhan khusus,
ramah, suka tertawa atau gembira, serta terutama tunanetra yang memiliki keterbatasan
mudah berganti haluan. fisik, sehingga menyerang kondisi mental takut
b. Melankolis merupakan sifat pemurung, akan berbaur dengan lingkungan yang baru.
penuh angan-angan, muram, pesimistis, Oleh karena itu tenaga pendidik di sekolah-
mudah kecewa, daya juang kurang, serta sekolah berkebutuhan khusus maupun yayasan
mengerjakan sesuatu dengan matang. akan memberikan berbagai macam cerita
c. Koleris memiliki sifat dasar hidup keras, motivasi untuk membangkitkan semangat
bersemangat, daya juang besar, optimis, kesetaraan, tentunya dalam bentuk audio.
hatinya mudah terbakar atau terpengaruh, Penulis melakukan observasi untuk
mudah marah, dan juga kasar. memperoleh data tentang proses pembelajaran
d. Flegmatis tidak suka buru-buru, kalem, dengan menggunakan media audio dan karakter
tenang, tidak mudah dipengaruhi, dan penyandangan tunanetra. Selin itu penulis juga
juga setia. melakukan observasi di salah satu komunitas
Pendalaman seorang tokoh terhadap penyandang tunanetra Mardiwuto, komunitas
karakter yang dimainkan sangat membutuhkan tersebut merupakan komunitas penyandang
jiwa. “Jiwa sebagai unsur kedalaman dalam tunaetra yang menggemari siaran drama radio,
teater memang memiliki fungsi yang maha hal tersebut sebagai sebagai dasar pendukung
berarti.” (Iswantara, 2016:96). Untuk dalam menciptakan drama radio Belenggu.
membangun sebuah karya yang penuh sugesti, Disamping melalui wawancara dan
sutradara dan pemeran harus berupaya observasi penulis juga mengacu beberapa karya
menguasai jiwanya demi sebuah hasil yang produksi, baik produksi audio visual maupun
memuaskan. Pemeran harus melalui proses karya drama radio. Melalui beberapa acuan
seperti; (1) Preparation; (2) panca indera; (3) tersebut penulis memperoleh data dan informasi
ingatan emosi; (4) ingatan pengalaman ekspresi tentang karya drama yang dapat memberikan
dramatik. Keempat proses tersebut informasi, hiburan dan nilai bagi para
mengharuskan tokoh karakter pada drama radio penyandang tunanetra.
untuk menjiwai dialog yang diperankan, Berdasarkan kajian penerimaan tunanetra,
menjiwai dimaksudkan dengan menerapkan penulis bersama tim memutuskan untuk
pengalaman pribadi yang terekam oleh daya membuat cerita yang ringan, namun mempunyai

43
Penyutradaraan dalam Membangun Karakter Pemain
Pada Drama Radio “Belenggu”

pesan tersirat dan mendalam mengenai wawancara di Yayasan Yaketunis dan


penerimaan diri terhadap lingkungan sekitar. Komunitas Margowuto. Yayasan tersebut
Penulis sebagai sutradara tentu memiliki tujuan merupakan sekolah untuk penyandang
utama setelah drama ini selesai, yaitu hiburan tunanetra murni dan tunanetra plus.
yang bermakna tersampaikan pada pendengar. Margowuto merupakan komunitas
Salah satu cara penyampaian pesan tersebut tunanetra di Rumah Sakit Mata dr. Yap.
adalah dengan pendalaman karakter pada tokoh Materi yang diberikan kepada dua jenis
drama radio Belenggu yang dibentuk oleh penyandang tunanetra ini berbeda.
sutradara. Penulis memperdalam mengenai
Pembentukan karakter tokoh yang harus permasalahan yang mayoritas dialami
dilakukan adalah latihan dengan improvisasi dari penerimaan tunanetra, yakni
serta melatih emosi untuk mencapai identifikasi penerimaan diri terhadap lingkungan
yang sedekat mungkin dengan peran yang sekitar.
dimainkan. Dengan begitu kesanggupan tokoh b. Pemilihan kru produksi
untuk meyakinkan penonton tentang watak Penulis sebagai seorang sutradara
yang dimainkannya, menjadi acuan tokoh menentukan penulis naskah yang dapat
bermain dengan baik. tokoh karakter pada merealisasikan ide dan gagasan dalam
drama radio untuk menjiwai dialog yang bentuk naskah produksi drama radio.
diperankan. Menciptakan karya produksi drama Selain itu penulis juga memilih kerabat
Belenggu melalui metode eksperimen dengan kerja yang lainnya untuk pelaksanaan
menciptakan karakter tokoh yaitu: melankolis, produksi.
flegmatis, dan sanguinis, dengan Teknik c. Interpretasi Naskah
memberi isi (technique of phrasing) yang terdiri Sutradara Bersama penulis naskah
dari teknik dinamik, nada, dan tempo yang melakukan analisis scenario yang
digunakan untuk menggambarkan emosi setiap mengangkat isi cerita, struktur dramatic,
karakter. penyajian informasi dan hal-hal yang
Dalam penciptaan haruslah melalui tiga berhubungan dengan estetika pada drama
proses utama yaitu praproduksi, produksi serta tersebut. Analisis naskah digunakan juga
paska produksi. Tahapan tersebut berguna untuk untuk merumuskan konsep penyutra-
menciptakan sebuah program yang memiliki daraannya.
tujuan yang jelas. d. Casting
1. Pra Produksi Sutradara menentukan tokoh utama
a. Ide/Gagasan dan pemeran pendukung lainnya. Proses
Pada tahap awal, penulis berdiskusi tersebut dibantu oleh koordinator talent
dengan seorang teman mengenai ide untuk mencari beberapa kandidat yang
untuk membuat sebuah drama radio. sesuai. Dari beberpa macam casting,
Setelah menentukan target yang jelas, penulis sebagai sutradara melakukan
penulis bersama teman melakukan casting by ability untuk menentukan peran

44
Jurnal Ilmiah Produksi Siaran | Volume 6 Nomor 1, Juni 2020

yang paling sesuai dan mudah untuk HASIL DAN PEMBAHASAN


dibentuk menjadi karakter yang sesuai Penciptaan karya produksi drama radio
pada naskah. Belenggu merupakan karya yang ini
e. Latihan/Rehearsal menceritakan seorang gadis bernama Lala
Sutradara menyampaikan visi dan merupakan anak dari keluarga kecil yang
misinya terhadap penokohan yang ada di mengutamakan sebuah karir yang sukses dan
dalam naskah. Lalu mendiskusikan fokus untuk mendapatkan pengakuan yang
dengan tujuan membangun karakter tokoh tinggi oleh lingkungan sekitar. Pada usia tujuh
yang sudah ditentukan. tahun, Ibu menitipkan Lala kepada Bi Inem
yang sudah bekerja dengan keluarga sejak Ibu
2. Produksi remaja. Bi Inem dan Lala tinggal di rumah
Proses produksi adalah tahapan untuk keluarga tidak jauh dengan pantai yang jauh
melakukan perekaman audio dialog ataupun sekali dengan lingkungan kota tempat Ayah dan
sound effect. Sebagai seorang sutradara Ibunya tinggal.
menjelaskan tiap detail adegan kepada tokoh, Lala beranggapan semua orang adalah
urutan dialog, serta urutan tokoh yang makhluk jahat. Jika orang lain mendekati dan
melakukan proses rekaman. Jika terdapat menyentuhnya, Lala akan kesulitan bernapas
masalah dalam proses produksi seorang dan akan berubah menjadi monster dengan
sutradara harus segera mengambil benjolan sebesar bola pingpong di sekujur
keputusan. Proses recording sepenuhnya tubuhnya. Karena sakit hati yang dalam dan
berpegang pada naskah walaupun terdapat belenggu pikirannya, Lala sungguh mengalami
beberapa improvisasi tetap harus disesuaikan hal tersebut bahkan hingga usia remajanya.
pada karakter yang dibentuk dalam naskah. Suatu ketika ada seorang pembantu baru
Selain itu proses pembuatan musik untuk bernama Ijah yang belum mengenal Lala,
menyempurnakan drama radio. mendekatinya dan membuat Lala kambuh dari
penyakitnya. Tidak lama setelah itu, ada dua
3. Paska Produksi orang orang remaja laki-laki (Aldo dan Bimo)
yang tinggal tidak jauh dari rumah Lala,
Proses evaluasi untuk seluruh tim jika ada
bermain bola di depan rumah. Sejak saat itu,
kekurangan saat produksi juga dilakukan
Aldo dan Lala menjadi teman baik. Lala
pada tahap ini. Serta proses penyempurnaan
mengalami keajaiban setelah bertemu dengan
drama radio setelah semua bahan siap untuk
Aldo. Sakit yang sudah lama diderita Lala
di sunting, mulai dari tahap leveling, mixing
akhirnya sembuh.
hingga mastering penulis harus ikut
mengawasi. Agar alur cerita dan setiap Drama radio Belenggu ini menceritakan
detailnya sesuai dengan yang penulis seorang gadis bernama Lala merupakan anak
harapkan. dari keluarga kecil yang mengutamakan sebuah
karir yang sukses dan fokus untuk mendapatkan
pengakuan yang tinggi oleh lingkungan sekitar.
Pada usia tujuh tahun, ibunya menitipkan Lala

45
Penyutradaraan dalam Membangun Karakter Pemain
Pada Drama Radio “Belenggu”

kepada Bi Inem yangsudah bekerja dengan Dinamika ucapakan kata yang lirih dan
keluarga sejak remaja. Karena sakit hati yang pengucapan dengan nada rendah
dalam dan belenggu pikirannya. menggambaarkan karakter melankolis serta
Suatu Ketika ada seorang pembantu baru terdapat bacgroun music piano untuk
bernama Ijah yang belum mengenal Lala, menggambarkan perasaan sedih.
mendekatinya dan membuat Lala kambuh dari 3. Adegan 3
penyakitnya. Tidak lama setelah itu, ada dua Adegan Aldo yang mengambil bola yang
orang orang remaja laki-laki (Aldo dan Bimo) terlempar di atas balkon rumah Lala, adegan
yang tinggal tidak jauh dari rumah Lala, sering Aldo tersebut bersikap tenang, tidak terburu-
mengamati perilaku Lala. Sejak saat itu, Aldo buru untuk menggambarkan karakter
dan Lala menjadi teman baik. Lala mengalami flegmatis. Tipologi psikologis flegmatis,
keajaiban setelah bertemu dengan Aldo. Lala tidak suka terburu-buru, kalem, tenang tidak
menjadi anak yang ceria dan dapat bergaul mudah dipengaruhi dan setia. Pada dialognya
dengan orang lain. mennekankan pada dinamika nada dan
Penciptaan drama radio Belenggu penulis tempo yang cenderung sedang sehingga tidak
dapat menjabarkan hasil penyutradaraan pada menunjukkan tingkat emosional yang tinggi
keseluruhan jalannya cerita yang dibagi dalam maupun rendah.
beberapa adegan yaitu : 4. Adegan 4
1. Adegan 1 Dialog yang diucapkan dengan kata-kata
Adegan Lala sebagai pemeran utama yang bernada tinggi dan keras
membuka cerita dengan monolog yang menggambarkan kekecewaan dan marah,
menunjukkan karakter melankolis dan dengan penerapan efek suara benda-benda
didukung dengan suara dengan dinamika, dilempar menguatkan karakter marah.
nada yang rendah dan tempo lambat Dialog tersebut tertulis pada potongan
menunjukkan sifat pemurung, penuh angan- naskah sebgai berikut:
angan, muram, pesimistis, mudah kecewa, KENAPA DIA KESINI? (menangis)/ BUAT
dan daya juang kurang serta putus asa. Pada APA DIA KESINI? / DIA MAU BUANG
adegan ini juga dengan menerapkan tempo AKU LAGI BI? //
lambat yang menggambarkan Adegan 5. Adegan 5
tersebut dijelaskan dalam naskah sebagai Padaa degan 5 ini adegan Aldo, yang
berikut: memiliki karakter ekstrovert perasa.
KAYANYA / AKU LAHIR DI KELUARGA Tercermin pada watak yang terbuka dengan
YA N G S A L A H / A K U L A H I R D I orang lain, hangat, mampu berterus terang
K E L U A R G A YA N G N G G A K dalam berpendapat, dan peduli pada orang
MENGHARAPKANKU// lain. Pada dialog Aldo menekankan dinamik
2. Adegan 2 dan tempo sedang untuk menggambarkan
Penekanan temo lambat dan terbata-bata karakter Aldo yang hangat dan
pada dialog yang diucapkan Lala menenangkan. Adegan tersebut dapat dilihat
menggambarkan sifat introvert perasa. pada naskah:

46
Jurnal Ilmiah Produksi Siaran | Volume 6 Nomor 1, Juni 2020

KAMU BENERAN TAKUT ORANG YA? / nada pelan terlihat bahwa kecemasan dan
KALAU GITU KITA NGOBROL GINI AJA ketakutan mulai menurun. Pada adegan ini
/ BIAR KAMU NGGA TAKUT SAMA juga terdapat pergantian mood backsound
AKU// dari music yang tempo pelan, kemudian
6. Adegan 6 terdapat cross fade dengan musik yang ceria.
Efek suara membuka pintu dengan ragu Hal ini menggambarkan suasana yang
untuk menggambarkan perasaan takut dan berbeda. Saat yang bersamaan karakter Lala
dialog yang diucapkan dengan terputus- berubah menjadi ceria. Dialog dengan
putus menggambarkan ragu-ragu. Pada dinamika yang lebih keras dan tempo yang
adegan ini juga untuk menggambarkan rasa cepat menggambarkan karakter yang
takut dengan menambahkan deshan nafas berubah. Pada adegan 7 perubahan karakter
dengan olah pernafasan perut dengan Flegmatis menjadi sanguinis terlihat pada
kecepatan tempo pernafasan untuk dialog sebagai berikut:
menggambarkan seberapa perasaan takut. MAKASIH YA.. // (ceria)
Semakin cepat tempo pernafasan, B A R U P E RTA M A K A L I A K U
tergambarkan semakin ketakutan. Pada SEBAHAGIA INI // DAN…. AKU
adegan 6 juga terdapat karakter Aldo dengan SANGAT BAHAGIA// (ceria/dinamika
dialog yang diucapkan dengan nada rendah tinggi)
dan tempo sedang, untuk menggambarkan MAKASIH YA ALDO // (ceria, tertawa
ketenangan. Dialog tersebut dapat dilihat kecil, intonasi cepat)
dari potongan naskah sebagai berikut: 8. Adegan 8
AKU GA BAKAL NYULIK KAMU KOK / Perubahan karakter Lala dapat digambarkan
KALAU KAMU MAU JALAN JALAN dengan menekankan pada tempo dialog lebih
/AKU TUNGGU DI SINI YA // AKU…../ teratur dan dinamik sedang untuk
NGGA AKAN DEKET DEKET KAMU // menguatkan perubahan karakternya dari
(suara sedikit berbisik dari kejauhan) melankolis watak introvert perasa berubah
7. Adegan 7 menjadi sanguinis watak ekstrovert perasa.
Adegan 7 merupakan adegan Aldo dan Lala Backsound musik yang ceria dan efek suara
berada di pantai Aldo menekankan pada keceriaan di sekitar Lala ditambahkan
tempo dan dinamik sedang menggambarkan sebagai pendukung gambaran perubahan
sifat hangat dan tenang untuk memperkuat karakter.
suasana terdapat atmosphere pantai dengan
suara ombak dan suasana banyak orang yang Tahapan produksi drama Belenggu
berada di pantai. Penggambaran Lala yang penulis sebagai sutradara pada tahapan pra
ketakutan dan cemas berada di tempat umum produksi yaitu pada saat Latihan, penulis
dengan banyak orang lain disekitarnya melatih vokal, artikulasi, dan pernapasan para
adalah dengan ekspresi suara dengan tempo tokoh untuk mencapai suara yang diharapkan
semakin cepat dan tidak teratur, setelah itu untuk menggambarkan ekspresi pada setiap
dengan menarik napas panjang dan dengan dialog yang dibawakan, terutama untuk

47
Penyutradaraan dalam Membangun Karakter Pemain
Pada Drama Radio “Belenggu”

membentuk karakter melankolis tokoh utama KESIMPULAN DAN SARAN


hal ini merupakan tahapan yang penting untuk Drama Belenggu yang penulis ciptakan
mencapai kesesuaian karakter yang dibentuk. memalui dialog, monolog dan adegan, mampu
Pengarahan sutradara tahap produksi menarik pendengarnya, terutama pesan yang
program drama radio Belenggu, melalui disampaikan dalam drama tersebut dapat
pendalaman karakter pada peran Lala dan Aldo. disampaikan dengan baik. Selain itu melalui
Pendalaman karakter dengan menerapkan drama tersebut dapat mengubah perilaku
tipologi berdasarkan psikologisnya. Tipologi seseorang yang memiliki watak introvert perasa
yang diterapkan pada karakter tokoh adalah dapat mengubah dirinya menjadi seseorang
melankolis, flegmatis, dan sanguis dengan yang ekstrovert perasa.
watak introvert perasa dan ekstrovert perasa. Melalui drama tersebut diharapkan dapat
Berdasarkan eksperimen penerapan karakter memberikan motivasi untuk percaya pada diri
mellaui beberapa dialog, monolog dan adegan. sendiri dan lingkungan sekitar. Berpikir positif
Dinamik dan tempo dalam setiap dialog dan untuk setiap situasi yang dihadapi dengan dialog
adegan dapat tercipta dalam beberapa yang ringan diharap bisa memberikan hiburan
adegannya, sehingga hal tersebut mampu untuk pendengar. Drama radio Belenggu penulis
membawa emosi pendengarnya. buat dengan target khusus untuk penyandang
Pendalaman karakter yang dilakonkan tunanetra di manapun, penulis memilih salah
oleh peran utama dan peran pembantu pada satu Yayasan yaitu diberikan kepada para
drama radio selain terdapat adegan dan dialog penyndanga tunanetra di Yaketunis. Setelah
untuk menciptakan suasana dan mendukung beberapa anggota di Yaketunis tersebut
emosional pemainnya perlu ditambahkan mendengarkan drama radio Belenggu,
dengan efek suara, backsound dan atmosphere kemudian memberikan kritik dan saran yang
yang sesuai. Penerapan efek suara dapat bersifat membangun. Cerita yang terkandung
menciptakan suasana yang natural, sehingga pada drama radio Belenggu menarik, namun
dapat terwujud kesan seperti apa adanya. jalan cerita lebih baik dibuat tidak terlalu padat
Backsound diaplikasikan sebagai pendukung supaya disimak dengan baik.
mood sehingga dramatisasi dalam drama Jika diperdengarkan untuk penyandang
tersebut dpat terwujud dengan baik. Atmosphere tunanetra alangkah lebih baik tidak
juga digunakan untuk menciptakan imajinasi menggunakan clapper yang panjang, namun
pendengar tentang suasana dan tempat/lokasi lebih ditekankan judul drama tersebut. Karakter
dimana karakter tersebut berada. Hal-hal yang yang dimainkan dalam drama akan lebih baik
penulis aplikasikan dalam drama tersebut sangat tidak terlalu banyak, supaya karakter tokoh
penting untuk terciptanya Theatre Of Mind dapat diingat dari suaranya. Tentu cerita yang
pada setiap adegannya. Sehingga pendengarnya terkandung juga disesuaikan dengan target usia
seolah masuk ke dalam cerita yang dibawakan audiens dan disarankan tidak menyasar
dan ikut merasakan apa yang dialami tokoh. tunanetra plus jika drama radio ingin
tersampaikan dengan baik.

48
Jurnal Ilmiah Produksi Siaran | Volume 6 Nomor 1, Juni 2020

Daftar Pustaka Rahmawati, Indah, dan DodoyRusnandi. 2011.


B e r k a r i e r d i D u n i a B ro a d c a s t
Andam Sari, Putri. 2016. “Di Balik Sandiwara Televisi,dan Radio. Bekasi: LaskarAksara
Program Geronimo FM : Manajemen Rohmadi, Raheni Suhita, dan Sri Harsini. 2012.
Produksi Penyiaran Program Sandiwara PengantarJurnalistik Radio
Radio Kos-Kosan Gayam”. 1-6. Jurnal danKepenyiaran. Yogyakarta: Media
Komunikator. Perkasa
Aziz, S. 2015. Pendidikan Seks Anak Saptaria, Rikrik El. 2006. Acting Handbook.
Berkebutuhan Khusus. Yogyakarta : Gava Bandung: Rekayasa Sains
Media Satoto, Soediro. 2012. Analisis Drama dan
Harymawan, RMA. 1993. Dramaturgi . TeaterJilid 2. Yogyakarta: Penerbit
Bandung: PT Remaja Rosdakarya Ombak
Indriastuti, Faiza. 2015.“Efektifitas Media Wibowo, Fred. 2012. Teknik Produksi Program
Pembelajaran Audio MelaluiCerita Radio Siaran. Yogyakarta: Grasia Book
P e n d i d i k a n Publisher
BerkarakterUntukTunanetraJenjang H i d a y a t , Wi h d a n . 2 0 1 6 . “ R a i s a d a n
SMP”. 2-4. Jurnal Rehabilitasi dan MaruliTampubolon Isi Suara Drama
Remediasi. Radio 'JatuhHati”. Republika.co.id .
Iswantara, Nur. 2016. Drama: Teori dan Diakses 12 April 2019 - pukul 01.00.
PraktikSeni Peran. Yogyakarta: Media https://www.republika.co.id/berita/sengg
Kreativa ang/blitz/16/01/20/o18yo4328-gen-fm-
Jazim Hamidi, “Perlindungan Hukum terhadap ungkap-drama-radio-masih-digemari-
Disabilitas dalam Memenuhi Hak masyarakat.
Mendapatkan Pendidikan dan Pekerjaan”, Razi, Fachrul. 2018. “ManusiaPacaran Sama
JH Ius Quia Iustum, Volume 23, Issue 4, Robot? Cek Ceritanya di Drama Korea I'm
Oktober 2016, h. 654. Not a Robot”. Duniaku Network.Diakses
Lutters, Elizabeth. 2004. pada 24 Juli 2019 – pukul 22.36.
KunciSuksesMenulisSkenario. Jakarta: https://www.duniaku.net/2018/01/15/dra
PT. Grasindo ma-korea-im-not-a-robot/.

Novi Pertiwi, Elza. 2016. “Efektivitas


Penerapan Metode Multisensori
Te rh a d a p K e m a m p u a n M e m b a c a
Permulaan Tulisan Awas Pada Anak
Tunanetra Low Vision Kelas I SDLB di
SLB A Yaketunis Yogyakarta”. 2-5. Jurnal
Widia Orto didaktika.

49

Anda mungkin juga menyukai