Anda di halaman 1dari 18

DRAMA

MAKALAH
Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan perkuliahan
Bahasa Indonesia

Disusun Oleh:
FADILLAH PUTRI ANSYAH
NIM.23862080010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)
BUMI SILAMPARI LUBUKLINGGAU
TAHUN 2024 M / 1445 H
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Puji syukur penulis

panjatkan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala yang telah memberikan rahmat dan

karunianya, Sholawat serta salam semoga kita tercurah kepada Rasulullah

Shallallahu `alaihi Wa Sallam. Sehingga penulis dapat dapat menyelesaikan

makalah yang berjudul "DRAMA".

Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memenuhi

salah satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan Bahasa Indonesia di program

studi pendidikan agama Islam , sekolah tinggi agama Islam Lubuklinggau .

Dengan keterbatasan ilmu dan pengetahuan yang dimiliki oleh

penulis,maka penulis membutuhkan peran serta dari pihak lain dalam proses

penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima

kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Ibu Fitriyani S.Pd.I,.M.Pd selaku ketua program studi pendidikan agama Islam.

2. Bapak Muhammad Akip, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah pelajaran Bahasa

Indonesia.

3. Teman teman yang membantu dalam peran makalah ini.

Lubuklinggau, 9 Januari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 2
C. Tujuan 2

BAB II. PEMBAHASAN


A. Pengertian Drama 3
B. Jenis-jenis Drama 5
C. Unsur Drama6
D. Struktur Drama 8
E. Ciri-ciri Drama 9
F. Teknik-teknik Drama 10

BAB III. PENUTUP


A. Kesimpulan 12
B. Saran 12

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai suatu aliran sastra, drama mempunyai kekhususan dibanding

dengan aliran puisi ataupun aliran prosa. Kesan dan kesadaran terhadap

drama lebih difokuskan kepada bentuk karya yang bereaksi lansung secara

konkret.Kekhususan drama disebabkan tujuan drama ditulis pengarangnya

tidak hanya berhenti sampai pada tahap pembeberan peristiwa untuk

dinikmati secara artistikimajinatif oleh para pembacanya, namun mesti

diteruskan untuk kemungkinan dapat dipertontonkan dalam suatu penampilan

gerak dan perilaku konkret yang dapat disaksikan. Kekhususan drama inilah

yang kemudian menyebabkan pengertian drama sebagai suatu aliran sastra

lebih terfokus sebagai suatu karyasastra yang lebih berorientasi pada seni

pertunjukkan, dibandingkan sebagai aliransastra.

Kata drama sendiri berasal dari kata Yunani draomai yang berarti

berbuat, berlaku, bertindak, beraksi, dan sebagainya. Jadi, drama berarti

perbuatan atau tindakan. Di dalam sebuah drama juga terdapat unsur-unsur

yang membangunsalah satunya yaitu unsur intrinsik. Jika dibandingkan

dengan fiksi, maka unsurintrinsik drama dapat dikatakan kurang sempurna

karena di dalam drama tidak ditemukan adanya unsur pencerita, sebagaimana

terdapat dalam fiksi. Alur didalam drama lebih dapat ditelusuri melalui

motivasi yang merupakan alasan untukmunculnya suatu peristiwa.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Drama?

2. Apa Jenis-jenis Drama?

3. Apa Unsur Drama?

4. Apa Struktur Drama?

5. Apa Ciri-ciri Drama?

6. Apa Teknik-teknik Drama?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Pengertian Drama

2. Untuk Mengetahui Jenis-jenis Drama

3. Untuk Mengetahui Unsur Drama

4. Untuk Mengetahui Struktur Drama

5. Untuk Mengetahui Ciri-ciri Drama

6. Untuk Mengetahui Teknik-teknik Drama

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Drama

Drama merupakan bagian dari wujud karya sastra yang bertujuan

memprentasikan kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi

dalam bentuk lakuan dan dialog. Dalam pementasan drama jalan cerita dibuat

secara detail dan dramatis, sehingga penonton seolah-olah masuk kedalam

cerita yang disampaikan. Hal ini karena drama merupakan gambaran

realitakehidupan manusia, mulai dari suka ,duka, konflik, dan emosi, dan

lainnya yang memang penuh warna (Salamah, dkk., 2019:9). Drama

menupakan jenis karya sastra yang berbeda dengan genre sastra lainnya,

seperti puisi dan prosa. Dalam memahami drama jauh berbeda jika kita

memahami sebuah puisi karena drama berbentuk tindakan langsung dan

berbentuk dialog-dialog (Sanchez, 2016:4). Drama adalah salah satu bentuk

karya sastra yang memiliki bagian untuk diperankan oleh seorang aktor, berisi

tiruan-tiruan potret kehidupan manusia yang diproyeksikan ke dalam suatu

pertunjukan. Bermain drama merupakan kegiatan memerankan tokoh yang

ada dalam cerita. Dalam memerankan drama seorang pemain harus dapat

membayangkan latar dan tindakan pelaku dan dapat menggunakan suara

sesuai dengan pemahamannya terhadap perasaan dan pikiran pelaku

(Muhammad Iqbal, 2020:101).

Drama adalah salah satu bentuk sastra yang berusaha menggambarkan

realitas kehidupan melalui percakapan yang dipentaskan. Cara

penyampaiannya adalah wacana yang memuat perbedaan pendapat (Amelia

3
& Az-zahra, 2023:84). Drama merupakan tiruan kehidupan manusia yang

diproyeksikan di atas pentas. Drama sebagai teks merupakan bagian dari

karya sastra. Ciri khas drama dibandingkan dengan genre sastra lain adalah

adanya dialog dan orientasi pada seni pertunjukan (Tarsinih, 2016:40). Drama

bertujuan untuk memberikan gambaran kehidupan yang berisi konflik yang

memuncak, dan tingkat emosi yang tinggi atau lemah, dan ditampilkan lewat

lakuan dan dialog (Badelah, 2021:50). Tujuan Drama 1. Untuk

membahagiakan sekaligus intruksi. 2. Memperoleh suatu pengetahuan,

kesenangan, pengalaman, dan pengetahuan seni keindahan. 3. Untuk hiburan

santai dan pengalaman mengenai estetik (Wood, 2009:141).

Dalam mempelajari drama adalah untuk memahami bagaimana suatu

tokoh harus diperankan dengan sebaik-baiknya dalam suatu pementasan.

Untuk mempelajari pementasan ini memang tidak selalu mudah. Mempelajari

naskah drama di satu pihak dan pentas drama di pihak lain, merupakan dua

aktivitas yang jauh berbeda. Namun, demi kejelasan, hendaknya perbedaan

aktivitas tersebut ditekan seminimal mungkin. Pertama, perlu diingat bahwa

drama, di mana pun selalu mengandung sejumlah bentuk dan gaya yang

berbeda satu sama lain. Kedua, perlu dipahami bahwa bentuk dan gaya

itumempunyai tujuan yang tidak sama. Jika bentuk dan gaya ini

dicampuradukkan sedemikian rupa, maka akan sangat mengecewakan.

Misalnya, apabila terjadi suatu kesalahan besar apabila pementasan tragedi,

lantaran keliru menafsirkannya, maka akan ditanggapi para penonton justru

sebagai bahan tertawaan; sebaliknya bentuk komedi malahan ditanggapi

penonton dengan tegang dan serius (Marlianingsih, 2018:69).

4
B. Jenis-jenis Drama

Jenis-jenis Drama Ada beberapa jenis drama tergantung dasar yang

digunakannya. Dalam pembagian jenis drama,biasanya digunakan tiga dasar,

yakni: berdasarkan penyajian lakon drama, berdasarkan sarana, dan

berdasarkan keberadaan naskah drama (Jari, 2019:126).

1. Berdasarkan penyajian lakon, drama dapat dibedakan menjadi delapan

jenis, yaitu:

a. Tragedi, drama yang penuh dengan kesedihan,

b. Komedi, drama penggeli hati yang penuh dengan kelucuan.

c. Tragekomedi, perpaduan antara drama tragedi dan komedi.

d. Opera, drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik.

e. Melodrama, drama yang dialognya diucapkan dengan diiringi

melodi/musik.

f. Farce, drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya

dagelan.

g. Tablo, jenis drama yang mengutamakan gerak, para pemainnya tidak

mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan.

h. Sendratari, gabungan antara seni drama dan seni tari.

2. Berdasarkan sarana pementasan nya, pembagian jenis drama dibagi antara

lain:

a. Drama Panggung, drama yang dimainkan oleh para aktor dipanggung.

b. Drama Radio, drama radio tidak bisa dilihat dan diraba, tetapi hanya

bisa didengarkan oleh penikmat.

5
c. Drama Televisi, hampir sama dengan drama panggung, hanya bedanya

drama televisi tak dapat diraba.

d. Drama Film, drama film menggunakan layar lebar dan biasanya

dipertunjukkan di bioskop.

e. Drama Wayang, drama yang diiringi pegelaran wayang.

f. Drama Boneka, para tokoh drama digambarkan dengan boneka yang

dimainkan oleh beberapa orang.

3. Berdasarkan ada atau tidaknya naskah drama. Pembagian jenis drama

berdasarkan ini, antara lain:

a. Drama Tradisional,tontonan drama yang tidak menggunakan naskah.

b. Drama Modern, tontonan drama menggunakan naskah

C. Unsur Drama

Wujud fisik sebuah naskah drama adalah dialog atau bahasa ragam

tutur. Sebagai karya sastra, drama seperti halnya puisi, cerpen, ataupun novel,

memiliki unsur-unsur pembangunnya. Unsur-unsur tersebut saling menjalin

membentuk kesatuan dan saling terkait satu sama lain. Unsur yang dimaksud

adalah: (1) alur, (2) penokohan/perwatakan, (3) dialog, (4) latar, dan (5) teks

samping (petunjuk teknis). Sruktur batin drama adalah: (1) tema dan (2)

amanat (Satrianingsi, 2016:6). Unsur Intrinsik Drama (Hidayat, 2019:2)yaitu:

1. Tema

Tema adalah sebuah ide cerita yang ingin disampaikan pengarang kepada

pembacanya. Pokok persoalan yang dijadikan ide cerita disebut

tema.Pokok persoalan atau tema itu tidak akan tersurat dalam naskah

drama, tetapi ada dalam satu kesatuan cerita yang berjalan dari awal

6
sampai cerita itu berakhir.Tema adalah masalah inti yang ingin ditekankan

pengarang dalam karyanya (Oktaviani, dkk., 2023:4).

2. Konflik

Konflik atau sering disebut sebagai tikaian adalah suatu keadaan dimana

ada daya-daya yang saling bertentangan arah tetapi dalam kadar kekuatan

yang kira-kira sama. Dalam drama yang baik selalu mengandung konflik,

bahkan bisa dikatakan bahwa inti drama adalah konflik.

3. Alur atau Plot

Plot adalah urutan satu ke peristiwa lain yang terjalin berdasarkan hukum

sebab akibat. Urutan peristiwa dari awal babak, dibukanya konflik sampai

akhir penyelasaian konflik akan menjadi lakon atau cerita drama menarik.

4. Tokoh dan Perwatakan

Dalam sebuah drama kedudukan tokoh atau pelaku sangat penting. Tidak

mungkin sebuah drama dapat dipentaskan tanpa seorang pelaku, mungkin

akan berlebihan bila dikatakan bahwa pelaku adalah jiwa dari sebuah

drama.Tokoh adalah manusia yang bergelut dengan konflik-konflik yang

diciptakan pengarang dalam drama. Tokoh dan penokohan menjadi ciri

khas drama yang mampu menembus imajinasi para pembaca atau

penontonnya sehingga pesan yang kita sampikan mampu menuju sasaran

dengan tepat lewat adegan para pemainnya menurut(Faizal Umar,

2022:222)

Tokoh dalam drama sering disebut pula pelaku. Seperti juga tokoh dalam

drama memegang peran yang sangat penting dalam memelihara keutuhan

cerita, dengan karakternya mereka akan menghidupkan konflik dan

7
mendukung plot mengalir deras.Watak tokoh dalam drama diperkenalkan

kepada penonton melalui bentuk tubuh, gerak-gerik, mimik, dan

percakapan para pelakunya. Dengan demikian, apabila memilih pelaku

yang akan memerankan watak harus hati-hati dan cermat.

5. Latar atau Setting

Latar atau seting adalah penggambaran tempat, waktu, lingkungan sosial

dan suasana dalam cerita. Dalam lakon atau cerita drama akan

menceritakan tempat peristiwa berlangsung kapan peristiwa tersebut

terjadi bagaimana suasana yang dihidupkan serta ada dalam lingkup sosial

bagaimana peristiwa itu dipaparkan.

6. Dialog

Sesungguhnya ciri khas naskah drama adalah dialog. Oleh karena itu

dialog sering disebut sebagai sebagai unsur terpenting dari naskah dranma.

Hal ini bisa dimaklumi sebab semua unsur yang perlu diteliti pada

dasarnya nampak dalam bentuk dialog.

7. Amanat

Amanat adalah pikiran-pikiran tersembunyi pengarang yang oleh pembaca

harus dipikirkan, diresapi,dihayati, dan bahkan mungkin dilakukan dalam

kehidupan sehari-hari.

D. Struktur Drama

Dalam drama terdapat struktur alur yang tertata dan mengandung nilai

seni yang tinggi. Dengan adanya struktur alur tersebut, maka penonton dapat

menikmati drama yang dipentaskan.Berikut ini adalah struktur dalam drama

(Lafamane, 2020:12).

8
1. Babak atau Episode, yaitu bagian dari naskah drama yang merangkum

peristiwa yang terjadi di suatu tempat dengan urutan waktu tertentu.

2. Adegan, yaitu bagian dari drama yang menunjukkan terjadinya perubahan

peristiwa yang ditandai dengan terjadinya pergantian setting waktu,

tempat, dan tokoh.

3. Dialog, yaitu percakapan yang dilakukan oleh dua atau beberapa tokoh

dalam drama. Dialog merupakan hal utama yang membedakan drama

dengan karya sastra lainnya.

4. Prolog, yaitu kata pengantar ketika akan masuk dalam sebuah drama yang

memberikan gambaran umum tentang drama yang dipentaskan.

E. Ciri-ciri Drama

1. Drama merupakan prosa modern yang dihasilkan sebagai naskah untuk

dibaca dan di pentaskan.

2. Naskah drama boleh berbentuk prosa atau puisi.

3. Drama terdiri dari pada diaolog yang disusun oleh pengarang dengan

watak yang diwujudkan.

4. Pemikiran dan gagasan pengarang disampaikan melalui dialog-dialog

watak-wataknya.

5. Konflik ialah unsur-unsur penting dalam drama. Konflik digerakan oleh

watak-watak dalam plot,elemen penting dalam skrip drama (Pengantar,

2021:46).

9
F. Teknik-teknik Drama

Dalam kegiatan pementan drama ini, ada banyak hal yang harus

dihapahami dan dipelajari,beberapa hal yang harus diperhatikan dalam teknik

pementasan drama, yaitu:teknik muncul, teknik memberi isi,teknik

pengembangan, teknik timing, teknik penonjolan, penguasaan vokal,

penguasaan mimik-intonasi dasar, penguasan kelenturan tubuh, dan

penguasaan pemahaman watak peran (Syafrial, Hadi Rumadi, 2015:11).

1. Teknik muncul, cara pemain memunculkan diri pada saat tampil pertama

kalinya di ataspentas dalam satu drama babak, atau adegan.Pemunculan

tersebut memberi kesan pada para penonton sesuai peran yang dimainkan.

Jika memerankan seorang ustadz, dia harusmemperlihat diri sebagaimana

layaknya ustadz,berpakaian muslim dengan tutur kata yang lemahlembut

sesuai dan prilaku kelihatan sopan dansantun kepada siapa pun.

2. Teknik memberi isi, pengucapan suatukalimat dengan penekanan makna

tertentu melalui tempo, nada, dinamik.Teknik ini harus terpadu dengan

teknik jasmaniah seperti mimik,sikap, gerak anggota badan lainnya

(gestur).Teknik pengembangan, teknik membuat drama bergerak dinamis

menuju klimaks atau drama tidak datar.Teknik terbagi atas beberapateknik

yang intinya menyangkut penggunan pengucapan dan jasmaniah.

3. Teknik pengembangan pengucapan: seperti menaikkan volume suara atau

sebaliknya, menaikkan tinggi nada suara atau sebaliknya, menaikkan

kecepatan tempo suara atau sebaliknya.

4. Teknik pengembangan jasmaniah ini berkaitan dengan posisi jasmaniah,

dari duduk menjadi berdiri lalu berjongkok dan seterusnya; cara

10
memalingkan kepala, tubuh atau seluruh tubuh; cara berpindah tempat dari

kiri ke kanan, dari belakang kedepan, dan sebagainya; cara menggerakan

anggota badan tanpa berubah tempat seperti menggerakkan kaki atau jari;

dan ekspresi wajah (mimik) untuk mencerminkan emosi tertentu.

5. Teknik timing, teknik ini merupakan ketepatan hubungan antara gerakan

jasmaniah dengan kata-kata atau kalimat yang diucapkan dalam waktu

yang singkat atau sekejap.

6. Teknik penonjolan, penonjolan isi merupakan teknik dimana seorang

pemain harus memahami pada bagian mana suatu kalimat yang perlu

ditonjolkan pada saat diucapkan. Seterusnya pada bagian mana dalam

suatu qadegan/babak yang perlu ditonjokan. Hal ini agar penonton dapat

menikmati pementasan dengan penuh keharuan. Penguasaan vokal,

seorang calon pemain drama harus menguasai pelafalan bunyi

konsonandan vokal sesuai artikulasinya secara tepat dan sempurna.Disertai

suara yang jelas dan keras. Penguasaan vokal ini biasanya di tempat

terbuka untuk mengulang-ulang vokal tertentu sampai sempurna

pengucapannya.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Drama adalah salah satu bentuk sastra yang berusaha menggambarkan

realitas kehidupan melalui percakapan yang dipentaskan. Cara

penyampaiannya adalah wacana yang memuat perbedaan pendapat. Drama

bertujuan untuk memberikan gambaran kehidupan yang berisi konflik yang

memuncak, dan tingkat emosi yang tinggi atau lemah, dan ditampilkan lewat

lakuan dan dialog.Bermain drama merupakan kegiatan memerankan tokoh

yang ada dalam cerita. Dalam memerankan drama seorang pemain harus

dapat membayangkan latar dan tindakan pelaku dan dapat menggunakan

suara sesuai dengan pemahamannya terhadap perasaan dan pikiran pelaku.

Dalam mempelajari drama adalah untuk memahami bagaimana suatu tokoh

harus diperankan dengan sebaik-baiknya dalam suatu pementasan. Untuk

mempelajari pementasan ini memang tidak selalu mudah.Drama memiliki

beberapa jenis, unsur-unsur, struktur, ciri-ciri, dan teknik .

B. Saran

Dalam sebuah pementasan drama haruslah kita mengenal drama

itusendiri, hal-hal yang berkaitan dengan drama supaya kita benar-benar

dapat menyuguhkan pementasan drama yang sebenar-benarnya sebuah drama

yang layak untuk ditonton dan dapat bermanfaat untuk para pemeran atau

semua yang terlibat dalam pementasan drama itu sendiri serta dapat

bermanfaat dan memuaskan penonton. Memperhatikan setia aspek yang ada,

hal-hal kecil jangan pernah disepelekan, yang nantinya dalam sebuah drama

12
akan membuat pementasan yangkita rencanakan nantinya menjadi sempurna

dan terkenang oleh penonton, oleh karena itu dibutuhkan kesiapan yang

matang dalam semua aspek pementasan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amelia, T., & Az-zahra, Z. (2023). Metafora : Jurnal Pembelajaran Bahasa Dan
Sastra Analisis Struktur dan Tekstur Drama dalam Pementasan Pagi Bening
Karya Seravin dan Joaquin Alvarez Quintero Terjemahan Sapardi Djoko
Damono Analysis of Drama Structure and Texture in the Performance of Bening
Morning by Seravin. 10(2), 83–92. https://doi.org/10.30595/mtf.v10i2.17436

BADELAH, B. (2021). Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Drama Menggunakan


Media Cerpen Kelas Viii.E Smpn 2 Sakra Tahun Pelajaran 2020-2021.
LEARNING : Jurnal Inovasi Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran, 1(1), 49–
62. https://doi.org/10.51878/learning.v1i1.184

Faizal Umar, M. (2022). Karakteristik Tokoh Naskah Drama Mingkir-Mingkir Karya


Alin Ambarwati Dan Implikasinya Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Di
SMA. ALINEA : Jurnal Bahasa, Sastra Dan Pengajarannya, 2(2), 221–230.
https://doi.org/10.58218/alinea.v2i2.199

Hidayat, A. (2019). Unsur-Unsur Intrinsik dan Nilai-Nilai Psikologis dalam Naskah


Drama “Matahari Di Sebuah Jalan Kecil” Karya Arifin C Noor Sebagai Alternatif
Pemilihan Bahan Ajar Sastra Di SMA. Journal of Chemical Information and
Modeling, 53(9), 1689–1699.

Jari, D. (2019). METABAHASA Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia


DRAMA DENGAN MENGGUNAKAN VIDEO DI KELAS XI IPS 1.
Metabahasa, 2, 120–134.

Lafamane, F. (2020). Karya ( Puisi , Prosa , Drama ). OSF Preprints, 1–18.

Marlianingsih, N. (2018). PUJANGGA IMPLEMENTASI CONTENT BASED


LEARNING DALAM PENGAJARAN DRAMA Noni Marlianingsih. Jurnal
Pujangga, 4(1), 67–78.

Muhammad Iqbal, M. S. (2020). Bermain Drama Melalui Pembelajaran Rotating


Roles. Jurnal Sosial Humaniora Sigli, 2(1), 101–110.
https://doi.org/10.47647/jsh.v2i1.141

Oktaviani, A., Nuzulia Armariena, D., & Nufus, H. (2023). Keefektifan Model
Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Mengidentifikasi Unsur – Unsur
Drama Siswa Kelas Viii Smp Negeri 2 Talang Kelapa. Parataksis: Jurnal
Bahasa, Sastra, Dan Pembelajaran Bahasa Indonesia, 6(2).
https://doi.org/10.31851/parataksis.v6i2.12721

Pengantar, K. (n.d.). Senidrama.

Salamah, S., Verlinda, D., & Idawati, I. (2019). Kemampuan Mengidentifikasi Unsur
Pembangun Teks Drama Pada Siswa Kelas Xi Sma Gajah Mada Bandar
Lampung. Ksatra: Jurnal Kajian Bahasa Dan Sastra, 1(2), 7–26.
https://doi.org/10.52217/ksatra.v1i2.370

Sanchez, G. X. (2016). Pementasan Drama Sebagai Pembentukan Karakter Mahasiswa.


The Canadian Journal of Higher Education, 43(3), 19–35., vol 21(1), 15.
http://myaccess.library.utoronto.ca/login?url=http://search.proquest.cm/docview/
1534084934?accountid=14771%5Cnhttp://
bf4dv7zn3u.search.serialsslutions.com/?ctx_ver=Z39.88-
2004&ctx_enc=info:ofi/enc:

Satrianingsi. (2016). PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF


TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN
HASIL BELAJAR MENULIS KREATIF NASKAH DRAMA SATU BABAK
SISWA KELAS VIII MTs.SWASTA LABIBIA. Jurnal Humanika, 1(16), 1–4.

Syafrial, Hadi Rumadi, dan Z. (2015). Strategi Pengajaran Drama. Jurnal Bahas,
10(1), 10–22. https://ejournal.unri.ac.id/index.php/JB/article/view/2681

Tarsinih, E., & Tarsinih, E. (2016). Analisis Naskah Robohnya Surau Kami Dan
Penggunaannya Untuk Menyusun Model Menulis Naskah Drama Di Universitas
Wiralodra Indramayu. Bahtera Indonesia; Jurnal Penelitian Bahasa Dan Sastra
Indonesia, 1(1), 39–48. https://doi.org/10.31943/bi.v1i1.47

Wood, E. J. (2009). Field Research. The Oxford Handbook of Comparative Politics,


5(2), 139–145. https://doi.org/10.1093/oxfordhb/9780199566020.003.0005

Anda mungkin juga menyukai