6055 11422 1 SM
6055 11422 1 SM
Abstract: PT. Teno Indonesia is a company engaged in the field of services that is pile building
pole. This research objective is to assist the company in preparing the upgrading of quality
management system from ISO 9001: 2008 to ISO 9001: 2015. Requirements to be added during
preparation are analysis of external internal issues and interested parties (clauses 4.1 & 4.2) and
risk analysis (clause 6.1). Analysis of external internal issues is carried out on all departments
with SWOT analysis methods (Strength, Weakness, Opportunities, Threat). Risk analysis is
performed on all ISO 9001: 2008 document procedures in which are then grouped into each
department using FMEA (Failure Modes and Effect Analysis) method. PT. Teno Indonesia
already has considerable control over external internal issues and potential failures. There is
also a possibility that there are still several processes from each department that have high risks
and need to be reduced. Implementation of risk analysis and preventive action and results have
been implemented on Amega Crown Project for one week. The preliminary quality review shows
a level of compliance with the requirements of ISO 9001:2015 is 92%, but the final review is not
measureable yet because it is only document fullfilment and has not been implemented.
Setiap perusahaan barang dan jasa tentu ingin Pada bab ini akan diulas metodologi yang akan
memenangi persaingan pasar pada era globalisasi digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
ini. Banyak strategi-strategi yang digunakan untuk yang akan diulas pada makalah ini. Model proses
dapat bersaing dengan kompetitor, mulai dari dari ISO 9001:2015 digunakan sebagai konsep dasar
persaingan harga yang terjangkau, kualitas, hingga dalam penerapan sistem manajemen mutu (SMM)
modifikasi produk agar dapat menarik minat pada PT. Teno Indonesia. Metode analisis SWOT
konsumen. Perusahaan dituntut untuk menjamin (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) di-
kepuasan konsumen baik dalam segi barang atau gunakan sebagai langkah konkrit dalam pemenu-
produk yang ditawarkan hingga pelayanan atau han dokumentasi dari isu internal eksternal (klau-
jasa. Pelayanan yang baik harus menjadi target sul 4.1 dan 4.2), dan metode FMEA (Failure Modes
and Effect Analysis) digunakan untuk pemenuhan
utama dari sebuah perusahaan agar dapat bersaing
dokumentasi dari analisa risiko (klausul 6.1).
dalam pasar, oleh sebab itu setiap perusahaan harus
memiliki sasaran mutu atau tujuan akhir untuk
Model Proses ISO 9001:2015
mencapai kepuasan pelanggan. Topik yang diangkat
adalah tinjauan awal pemenuhan dokumentasi
Model proses pada ISO 9001:2015 tidak luput dari
untuk ISO 9001:2015 yang membahas tentang
sebuah sistem input proses output. Inputan dari
Sistem Manajemen Mutu pada PT. Teno Indonesia.
sebuah sistem manajemen mutu adalah apa yang
Langkah konkrit yang dilakukan oleh penulis ada-
menjadi kebutuhan pelanggan sedangkan output-
lah memberikan analisis isu internal eksternal (kla-
nya adalah berupa produk atau jasa dan kepuasan
usul 4.1 dan 4.2) dan analisa risiko (klausul 6.1)
pelanggan. Pengimplementasian ISO 9001:2015
terhadap setiap prosedur pada dokumen 9001:2008.
membutuhkan sebuah manajemen proses yang
Metode yang digunakan oleh penulis dalam analisa
berbasis pada teori PDCA (Plan-Do-Check-Action).
risiko untuk persiapan dokumen upgrade ke ISO
PDCA merupakan konsep sederhana yang digun-
9001: 2015 adalah analisis SWOT (Strength,
akan dalam sistem manajemen mutu yaitu dengan
Weakness, Opportunities, and Threats) dan FMEA
tujuan untuk meminimalkan potensi risiko yang
(Failure Modes and Effect Analysis).
terjadi pada setiap prosesnya sehingga men-capai
Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Industri,
1,2,3 hasil yang diinginkan (International Organization
Universitas Kristen Petra. Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya for Standardization [1]). Model proses ISO
60236. Email: davewarren96@gmail.com, jani@petra.ac.id 9001:2015 dapat dilihat pada Gambar 1.
249
Tandiono, et al. / Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015 PT. Teno Indonesia / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 249-256
96% dimana disebabkan oleh penilaian efektifitas Pembuatan periode maintenance yang
tidak sesuai dengan manual book OFI ME Close
dalam mengatasi risiko dan peluang yang belum dituangkan ke instruksi kerja
terdokumentasi. Klausul 10 memiliki presentase Marking identifikasi nama label pada
OFI IT Close
kesesuaian sebesar 100%, hal ini disebabkan tidak printer
ada ketidaksesuaian yang terjadi. Tinjauan mutu Kompetensi karyawan setelah pelatihan
OFI HRD Close
awal menunjukan tingkat kesesuaian dengan menurun
Aktual material stok belum tercatat pada
persyaratan ISO 9001:2015 sebesar 92%. stok opname (stok dan aktual)
OFI Warehouse Close
2 Marketing Memiliki media promosi yang baik Kurang alternatif untuk mencari Jasa perusahaan selalu menjadi Pelanggan memilih
untuk mendapatkan proyek pekerjaan sendiri / kurang promosi pilihan utama pelanggan dalam menggunakan jasa kontraktor
industri pemancangan pesaing (kehilangan
pelanggan)
Proyek yang didapat diproses Jarang melakukan studi banding Kemampuan dalam Strategi marketing kalah dari
dengan cepat dengan marketing pesaing mengidentifikasi / mencari peluang pesaing
market baru
Penyedian penawaran atau Selalu mendapatkan pelanggan- Cash flow pemberi kerja tidak
dokumen tender yang cepat pelanggan yang memiliki proyek sehat
besar
3 Testing, Design & QA Memiliki hasil testing yang Manager Testing jarang ditempat Menjadikan perusahaan nomor satu Kalah bersaing dengan
berkualitas baik sehingga hasil perhitungan staf yang terpercaya akan hasil perusahaan pesaing sejenis
Membantu permasalahan teknis Terbatasnya peralatan testing yang Menjadikan perusahaan yang kritis Kalah bersaing apabila ada
yang terjadi dilapangan sesuai dimiliki sehingga harus bergantian terhadap analisa yang dilakukan konsultan asing terutama
keinginan pelanggan pemakaiannya terhadap permasalahan proyek dalam hal ketanggapan
Jenis peralatan testing yang sangat Pekerja proyek lapangan kurang Menjadikan perusahaan yang terus Metode testing yang kalah
memadai disiplin. Contoh: absen, bon hilang melakukan perbaikan dan canggih dibanding pesaing
pengembangan secara terus
Pembuatan laporan setelah Pelanggan meminta dilakukan
menerus untuk mencapai sempurna
pengujian yang cepat testing berulang kali
terutama dalam metode testing
ng diberikan adalah melakukan penge-cekan mal karena minimnya daya dukung internet. Ting-
kesehatan keuangan pemberi kerja melalui bank kat keparahan (sev) yang dialami sebesar 8 dan
sebelum membuat kontrak kerja. probabilitas (occ) terjadi adalah sebesar 8. Peru-
Nilai RPN tertinggi kedua adalah pada departemen sahaan memiliki kontrol yaitu dengan menggu-
Proyek/workshop, yaitu mengenai alat yang tidak nakan tiga provider sehingga apabila salah satu
layak untuk digunakan dengan RPN 560. Hal ter- server down maka dapat menggunakan server
sebut disebabkan karena tingkat probabilitas yang lainnya. Kontrol tersebut kurang efisien terlebih lagi
sering terjadi yaitu permasalahan teknis atau apabila suatu saat ketiga server down secara
kerusakan pada alat sehingga apabila tidak segera bersamaan maka pekerja tidak dapat melakukan
diatasi maka akan berdampak pada kecelakaan pekerjaannya, tingkat deteksi (det) adalah 8. Saran
kerja pada pekerja. Tingkat keparahan (sev) yang tindakan yang perlu dilakukan oleh perusahaan
dialami sebesar 10 dan probabilitas (occ) terjadi adalah meng-upgrade bandwith yang dimiliki ke
adalah sebesar 8 yang artinya sering terjadi. Peru- tingkat perusahaan sehingga daya koneksi internet
sahaan sudah memiliki kontrol yaitu melakukan lebih stabil.
manajemen perawatan secara berkala namun masih Nilai RPN tertinggi keempat adalah pada depar-
belum dilakukan secara teratur sehingga seringkali temen Proyek (SM/Spv) yaitu mengenai produk
menunggu mesin rusak baru dilakukan perbaikan, beton patah atau retak saat proses instalasi dengan
tingkat deteksi (det) adalah 7. Saran tindakan yang RPN 504. Hal tersebut disebabkan karena proses
perlu dilakukan oleh perusahaan adalah menjad- pengelasan yang kurang bagus dari pekerja
walkan maintenance yang wajib dilakukan setiap lapangan sehingga saat produk ditekan sambungan
periodenya, seperti membuatkan checklist bagian patah. Penyebab tersebut berdampak pada peru-
yang wajib diinspeksi. sahaan karena harus bertanggung jawab terhadap
Nilai RPN tertinggi ketiga adalah pada departemen penambahan tiang baru sebagai pengganti, hal ini
IT, yaitu mengenai koneksi internet yang lambat tentunya akan berdampak pula pada kerugian
dan sering terputus dengan RPN 512. Hal tersebut perusahaan karena bertambahnya biaya. Tingkat
disebabkan karena penggunaan bandwith yang bu- keparahan (sev) yang dialami sebesar 9 dan tingkat
kan untuk ukuran perusahaan namun perumahan probabilitas (occ) terjadi adalah sebesar. Perusahaan
ditambah lagi jaringan yang harus dibagi ke tiap memiliki kontrol yaitu dengan memberikan pela-
departemen sehingga menyebabkan internet yang tihan terhadap pekerja lapangan namun masih
lambat. Penyebab tersebut tentunya akan berdam- belum menjamin bahwa pekerja langsung bisa
pak langsung ke kinerja karyawan yang tidak opti- mengoperasikan mesin las, tingkat deteksi (det) ada-
252
Tandiono, et al. / Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015 PT. Teno Indonesia / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 249-256
Tabel 4. Nilai RPN tinggi pada proses prosedur dokumen ISO 9001:2008
P
S D R
P o t e nt ia l E f f e c t ( s ) P o t e nt ia l C a us e ( s ) / M e c ha nis m ( s ) o f r
D e pa rt e m e n It e m / F unc t io n P o t e nt ia l F a ilure M o de ( s ) e C urre nt D e s ign C o nt ro ls e P
o f F a ilure F a ilure o
v t N
b
Supervisor IT memberi
Penggunaan tiga jenis
akses internet/telepon/ Koneksi internet yang Penggunaan bandwith yang
Pekerja kesusahan dalam provider sebagai
IT email atau rekaman lambat dan sering 8 bukan untuk ukuran perusahaan 8 8 512
melakukan pekerjaannya penyokong apabila salah
CCTV sesuai permintaan terputus namun untuk perumahan
satu server down
bagian terkait
Memberikan pelatihan
Proyek Produk patah atau Penambahan produk baru Proses pengelasan yang kurang
Proses Instalasi 9 8 terhadap pekerja 7 504
(SM/SPV/QA) retak sebagai pengganti (cost) bagus
lapangan
Melakukan metode
Beton tidak Beton pecah atau retak saat Produk beton belum lolos dari
Proyek Menerima Produk Beton 10 7 sampling saat inspeksi 7 490
berkualitas baik proses instalasi inspeksi QC
QC
Pastikan setiap
departemen
Prosedur dokumen Pekerja tidak mematuhi alur melaksanakan prosedur
Semua Bagian Laksanakan audit Sertifikasi ISO dicabut 10 8 6 480
tidak dijalankan prosedur yang sudah ditetapkan
sebelum audit
berlangsung
lah 7. Saran tindakan yang perlu dilakukan oleh Nilai RPN tertinggi keenam adalah pada depar-
perusahaan adalah pekerja yang dijinkan mela- temen Proyek yaitu mengenai kualitas beton yang
kukan pengelasan adalah pekerja yang sudah mem- kurang baik dengan RPN 490. Hal tersebut
iliki sertifikasi pelatihan dan surat ijin kerjanya. disebabkan karena produk beton belum lolos dari
Nilai RPN tertinggi kelima adalah pada departemen inspeksi QC perusahaan sehingga pengiriman beton
Cost Control / Testing yaitu mengenai rekapan tetap dilakukan sekalipun produk terdapat kecaca-
pengeluaran proyek yang tidak lengkap dengan tan. Penyebab tersebut tentunya akan berdampak
RPN 504. Hal tersebut disebabkan karena bon pen- pada keretakan atau beton pecah saat proses
geluaran dari pekerja proyek yang sering hilang instalasi berlangsung. Tingkat keparahan (sev)
sehingga hal ini berdampak pada adanya penge- yang dialami sebesar 10 dan probabilitas (occ) terja-
luaran barang tidak tahu fungsinya yang tentunya di adalah sebesar 7. Tingkat keparahan yang tinggi
dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. disebabkan karena tidak adanya kontrol QC pada
Tingkat keparahan (sev) yang dialami sebesar 9 dan proyek sehingga ketika beton datang langsung
probabilitas (occ) terjadi adalah sebesar 7. Perusa- digunakan untuk proses instalasi. Perusahaan
haan memiliki kontrol yaitu dengan pengumpulan memiliki kontrol yaitu dengan melakukan metode
nota-nota menjadi satu bagian kemudian baru sampling saat inspeksi QC namun tingkat ketelitian
direkap namun hal ini kurang efisien sehingga san- masih kurang tinggi sehingga masih terdapat
gat memungkinkan terjadi kehilangan bon apabila potensi produk cacat, sehingga tingkat deteksi (det)
tidak disimpan dengan benar, tingkat deteksi (det) adalah 7. Saran tindakan yang perlu dilakukan oleh
adalah 8. Saran tindakan yang perlu dilakukan perusahaan adalah metode sampling yang diguna-
adalah membuat laporan (jurnal) pengeluaran hari- kan harus mampu mewakili kualitas keseluruhan
an yang wajib diisi oleh pihak yang bertanggung produk seperti dengan menggunakan metode
jawab. military standart. Saran lainnya adalah dengan me-
253
Tandiono, et al. / Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015 PT. Teno Indonesia / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 249-256
Membuat ringkasan analisa Ringkasan analisa ketidak Ketidaksesuaian tidak dapat Pekerja proyek yang tidak Pemberian deadline penyerahan
8 7 Pemberiang sanksi 5 280 3 168
kesesuaian / ketidaksesuaian sesuaian tidak dibuat segera ditangani berkomitmen FTKP
lakukan double inspection sebelum produk dikirim- tujuan untuk melakukan verifikasi sementara an-
kan. tara dokumen dari persyaratan ISO 9001:2015 den-
Nilai RPN tertinggi ketujuh ditujukan ke semua gan kondisi sebenarnya. Implementasi analisa risiko
departemen perusahaan yaitu mengenai adanya dilakukan dilakukan mulai pada tanggal 7 hingga
prosedur dokumen yang tidak dijalankan dengan 13 Juni 2017 dan dikerjakan oleh Site Manager dari
nilai RPN 480. Hal tersebut disebabkan karena fak- PT. Teno Indonesia yaitu bapak Toni Cahyono.
tor internal pekerja yang tidak mematuhi alur pro- Lihat Tabel 5.
sedur yang sudah ditentukan. Contoh, tidak mem- Nilai RPN yang paling tinggi terdapat pada proses
buat Formulir Tindakan Koreksi (FTKP). Penyebab terima alat dan serah terima alat dengan potensi
tersebut berdampak pada pencabutan sertifikasi kegagalan yaitu kerusakan pada alat atau mesin
ISO yang dimiliki perusahaan oleh pihak yang yang digunakan dengan RPN 504. Hal ini
berwenang (URS). Tingkat keparahan (sev) yang disebabkan karena kadang alat yang digunakan
dialami sebesar 10 dan tingkat probabilitas (occ) tidak selalu berasal dari workshop melainkan dari
terjadi adalah sebesar 8. Perusahaan memiliki kon- proyek lain sehingga seringkali kerusakan alat tidak
trol yaitu dengan melakukan pemantauan pekerja dapat teridentifikasi secara langsung. Hal tersebut
sudah melaksanakan prosedur sebelum audit ber- tentunya akan berdampak pada jadwal tidak
langsung namun masih belum efektif terbukti masih berjalan sesuai dengan yang direncanakan sehingga
banyak pekerja yang tidak mematuhi prosedur yang apabila diteruskan maka akan berdampak
sudah ditetapkan, sehingga tingkat deteksi (det) kepelanggan secara langsung. Nilai dari tingkat
adalah 6. Saran tindakan yang perlu dilakukan keparahan adalah 9. Penyebab seringkali dise-
adalah memberikan denda berupa pemotongan gaji babkan oleh bocornya silinder pada clam sehingga
terhadap pekerja tersebut. nilai dari probabilitas adalah 8. Kontrol yang dimili-
ki oleh proyek Amega Crown adalah memperbaiki
Implementasi Analisa Risiko di Proyek langsung ditempat atau dikembalikan ke workshop
sehingga nilai dari deteksinya adalah 7 karena baru
Implementasi analisa risiko dengan menggunakan diketahui saat digunakan. Saran implementasi yang
metode Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) diberikan adalah memperhitungkan jam kerja alat
juga dilakukan pada salah satu proyek yang sedang tiap harinya dengan mengisi Form Jam Kerja Alat
dikerjakan oleh PT. Teno Indonesia yaitu proyek beserta histori dari alat tersebut sehingga dapat
Amega Crown. Implementasi dilakukan dengan diketahui kondisi alat Saran implementasi apabila
254
Tandiono, et al. / Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015 PT. Teno Indonesia / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 249-256
diterapkan maka mengalami penurunan RPN men- yang diijinkan belum memiliki kontrol sama sekali
jadi 216. dari perusahaan sehingga nilai deteksinya adalah
Nilai RPN tertinggi kedua terdapat pada proses 10. Potensi kegagalan tersebut tentunya akan
instalasi dengan potensi kegagalan yaitu kesalahan berdampak pada pembesaran pondasi sehingga nilai
saat proses pengelasan (welding) dengan nilai RPN dari tingkat keparahan adalah 8 karena akan
490. Hal ini tentunya akan berdampak cukup fatal berdampak pada ketidakpuasan pelanggan.
yaitu sambungan tiang patah saat proses injeksi Penyebab tersbut diperkirakan disebabkan oleh
sehingga harus dilakukan pencabutan tiang SDM operator crane yang kurang berpengalaman
tersebut untuk dilas ulang ataupun penambahan sehingga melakukan kesalahan dalam pembacaan
tiang baru yang akan berdampak pada kerugian koordinat titik pancang, nilai dari probabilitas
perusahaan, nilai tingkat keparahannya adalah 10. adalah 4, karena sangat jarang terjadi. Saran
Penyebab utamanya adalah seringkali dari segi implementasi yang diberikan adalah melakukan
SDM yang kurang berpengalaman karena bukan pelatihan SDM itensif terhadap operator crane
operator welder yang digunakan melainkan hanya sehingga mengalami penurunan RPN menjadi 144.
crew biasa saja sehingga nilai probabilitasnya
adalah 7 karena saat ini proyek Amega Crown Tinjauan Mutu Akhir
menggunakan SDM tersebut. Kontrol yang dimiliki
adalah mengganti pekerja yang lebih berpengala- Tinjauan mutu akhir yang dibuat hanya diukur dari
man karena terdapat sebanyak tiga pekerja penge-
pemenuhan dokumen apa saja yang dibutuhkan
lasan di proyek tersebut sehingga nilai deteksi ada-
untuk ISO 9001:2015 sehingga belum diimpleme-
lah 7 karena masih tidak menjawab permasalahan
karena bukan operator welder yang bersertifikat. ntasikan. Tinjauan mutu akhir yang dilakukan
Saran implementasi adalah dengan melakukan tidak dapat digunakan sebagai penilaian kesiapan
verifikasi dengan form pelatihan welder bahwa perusahaan untuk melakukan pemenuhan doku-
pekerja yang digunakan sudah mengikuti pelatihan men upgrading ke ISO 9001:2015.
intesif dan bersertifikat. Saran implementasi Pada tinjauan awal, klausul 4 adalah sebesar 67%
apabila diterapkan maka mengalami penurunan dengan 6 poin ketidaksesuaian yang mengacu pada
RPN menjadi 210. persyaratan isu internal eksternal serta pihak-pihak
Nilai RPN tertinggi ketiga terdapat pada proses yang berkepentingan namun apabila saran imple-
instalasi atau pemancangan dengan potensi kega- mentasi diterapkan maka kesesuaian akhir akan
galan yaitu kerusakan terhadap bangunan sekitar meningkat menjadi 95%. Salah satu poin klausul
yang ada seperti ruko dan lainnya sehinnga nilai yang belum dapat terpenuhi adalah “mengatasi
RPN adalah 480. Hal ini tentunya berdampak pada risiko dan peluang yang ditentukan sesuai dengan
pemberi kerja yang harus mengganti rugi terhadap persyaratan 6.1?”, hal ini dikarenakan saran
kerusakan yang ditimbulkan, memang tidak berda- implementasi belum di terapkan dan hanya bersifat
mpak secara langsung ke perusahaan namun berda- pemenuhan dokumen saja. Klausul 9 mengalami
mpak pada ketidakpuasan pelanggan akan kinerja peningkatan yang sebelumnya pada tinjauan awal
perusahaan sehingga tingkat keparahannya adalah sebesar 96% dengan 2 poin ketidaksesuaian mening-
9. Penyebabnya disebabkan oleh tanah yang men- kat menjadi 97% pada tinjauan akhir, hal tersebut
galami desakan saat proses pemancangan berlang- dikarenakan satu poin ketidaksesuaian yang mem-
sung dan hal tersebut merupakan penyebab utama pertanyakan tentang “efektivitas tindakan yang
hingga saat ini sehingga nilai probabilitasnya diambil untuk mengatasi risiko dan peluang (lihat
adalah 10. Kontrol yang dimiliki adalah dengan 6.1)?”. Hal tersebut dikarenakan analisa risiko yang
melakukan testing inclinometer sehingga peman- disarankan belum diimplementasikan.
cangan harus menjauh dari titik tersebut sehingga Klausul 5 juga diperkirakan mengalami pening-
nilai deteksi adalah 6 karena sudah paling efisien katan yang sebelumnya pada tinjauan awal sebesar
saat ini. Saran implementasi yang diberikan adalah 93% dengan 2 poin ketidaksesuaian meningkat
dengan menggunakan form laporan ketidakse- menjadi 100%. Klausul 6 diperkirakan mengalami
suaian pekerjaan di proyek memberitakan tentang peningkatan yang sebelumnya pada tinjauan awal
ketidaksesuaian tersebut sehingga untuk proyek sebesar 83% dengan 4 poin ketidaksesuaian yang
berikutnya dapat dilakukan survey secara lebih
mengacu pada persyaratan tindakan untuk
mendetail tentang kondisi tanah. Saran implement-
mengatasi risiko dan peluang menjadi 100% pada
tasi apabila diterapkan maka diperkirakan menga-
lami penurunan RPN menjadi 240. tinjauan akhir. Klausul 8 tidak mengalami peruba-
han pada kesesuaian akhir, hal ini disebabkan kare-
Nilai RPN yang terakhir sebenarnya tidak masuk na perusahaan tidak memiliki desain dan pengemb
ke tahap risiko yang berbahaya karena nilai RPN angan produk, namun apabila persyaratan tidak
berada dibawah standar (450) yaitu 360, namun ditinjau maka kesesuaian akhir klausul 8 adalah
penulis menganalisa bahwa potensi kegagalan yaitu 100%. Tingkat kesesuaian yang ditampilkan hanya
apabila titik pemancangan bergeser melebihi deviasi bertujuan untuk pemenuhan dokumentasi saja.
255
Tandiono, et al. / Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015 PT. Teno Indonesia / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 249-256
256