Anda di halaman 1dari 10

Tandiono, et al. / Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015 PT. Teno Indonesia / Jurnal Titra, Vol. 5, No.

2, Juli 2017, pp. 249-256

Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015


PT. Teno Indonesia

Dave Warren Tandiono1, Jani Rahardjo2

Abstract: PT. Teno Indonesia is a company engaged in the field of services that is pile building
pole. This research objective is to assist the company in preparing the upgrading of quality
management system from ISO 9001: 2008 to ISO 9001: 2015. Requirements to be added during
preparation are analysis of external internal issues and interested parties (clauses 4.1 & 4.2) and
risk analysis (clause 6.1). Analysis of external internal issues is carried out on all departments
with SWOT analysis methods (Strength, Weakness, Opportunities, Threat). Risk analysis is
performed on all ISO 9001: 2008 document procedures in which are then grouped into each
department using FMEA (Failure Modes and Effect Analysis) method. PT. Teno Indonesia
already has considerable control over external internal issues and potential failures. There is
also a possibility that there are still several processes from each department that have high risks
and need to be reduced. Implementation of risk analysis and preventive action and results have
been implemented on Amega Crown Project for one week. The preliminary quality review shows
a level of compliance with the requirements of ISO 9001:2015 is 92%, but the final review is not
measureable yet because it is only document fullfilment and has not been implemented.

Keywords: Quality Management System, SWOT Analysis, FMEA, Quality Review

Pendahuluan Metode Penelitian

Setiap perusahaan barang dan jasa tentu ingin Pada bab ini akan diulas metodologi yang akan
memenangi persaingan pasar pada era globalisasi digunakan untuk menyelesaikan permasalahan
ini. Banyak strategi-strategi yang digunakan untuk yang akan diulas pada makalah ini. Model proses
dapat bersaing dengan kompetitor, mulai dari dari ISO 9001:2015 digunakan sebagai konsep dasar
persaingan harga yang terjangkau, kualitas, hingga dalam penerapan sistem manajemen mutu (SMM)
modifikasi produk agar dapat menarik minat pada PT. Teno Indonesia. Metode analisis SWOT
konsumen. Perusahaan dituntut untuk menjamin (Strength, Weakness, Opportunities, and Threats) di-
kepuasan konsumen baik dalam segi barang atau gunakan sebagai langkah konkrit dalam pemenu-
produk yang ditawarkan hingga pelayanan atau han dokumentasi dari isu internal eksternal (klau-
jasa. Pelayanan yang baik harus menjadi target sul 4.1 dan 4.2), dan metode FMEA (Failure Modes
and Effect Analysis) digunakan untuk pemenuhan
utama dari sebuah perusahaan agar dapat bersaing
dokumentasi dari analisa risiko (klausul 6.1).
dalam pasar, oleh sebab itu setiap perusahaan harus
memiliki sasaran mutu atau tujuan akhir untuk
Model Proses ISO 9001:2015
mencapai kepuasan pelanggan. Topik yang diangkat
adalah tinjauan awal pemenuhan dokumentasi
Model proses pada ISO 9001:2015 tidak luput dari
untuk ISO 9001:2015 yang membahas tentang
sebuah sistem input proses output. Inputan dari
Sistem Manajemen Mutu pada PT. Teno Indonesia.
sebuah sistem manajemen mutu adalah apa yang
Langkah konkrit yang dilakukan oleh penulis ada-
menjadi kebutuhan pelanggan sedangkan output-
lah memberikan analisis isu internal eksternal (kla-
nya adalah berupa produk atau jasa dan kepuasan
usul 4.1 dan 4.2) dan analisa risiko (klausul 6.1)
pelanggan. Pengimplementasian ISO 9001:2015
terhadap setiap prosedur pada dokumen 9001:2008.
membutuhkan sebuah manajemen proses yang
Metode yang digunakan oleh penulis dalam analisa
berbasis pada teori PDCA (Plan-Do-Check-Action).
risiko untuk persiapan dokumen upgrade ke ISO
PDCA merupakan konsep sederhana yang digun-
9001: 2015 adalah analisis SWOT (Strength,
akan dalam sistem manajemen mutu yaitu dengan
Weakness, Opportunities, and Threats) dan FMEA
tujuan untuk meminimalkan potensi risiko yang
(Failure Modes and Effect Analysis).
terjadi pada setiap prosesnya sehingga men-capai
Fakultas Teknologi Industri, Program Studi Teknik Industri,
1,2,3 hasil yang diinginkan (International Organization
Universitas Kristen Petra. Jl. Siwalankerto 121-131, Surabaya for Standardization [1]). Model proses ISO
60236. Email: davewarren96@gmail.com, jani@petra.ac.id 9001:2015 dapat dilihat pada Gambar 1.
249
Tandiono, et al. / Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015 PT. Teno Indonesia / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 249-256

maka semakin efektif kontrol yang dimiliki untuk


mengatasi permasalahan.

Hasil dan Pembahasan

PT. Teno Indonesia merupakan sebuah perusahaan


yang berdiri pada tahun 1996, berlokasi di Jawa
Timur, bergerak dalam bidang jasa yaitu peman-
cangan (Piling Contractor). PT. Teno Indonesia juga
sudah memiliki sertifikasi ISO 9001:2008 yang
berisikan tentang Sistem Manajemen Mutu. Proyek
pemancangan yang dikerjakan oleh PT. Teno
Indonesia terletak di berbagai lokasi. Salah satu
proyek besar bangunan yang sedang dikerjakan
Gambar 1. Proses model ISO 9001:2015
adalah Puricity, Amega Crown, Oasis Cikarang dan
lainnya. Sedangkan proyek besar yang sudah
Analisis SWOT
diselesaikan antara lain One Galaxy, Spazio Tower,
Ciputra World dan lainnya. Produk utama yang
Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities
dipasok oleh PT. Teno Indonesia berupa produk
dan Threats) merupakan sebuah metode analisis
beton dari pemasok tetap yaitu PT. Beton Prima
yang diciptakan oleh Albert Humphrey pada
Indonesia. Pelanggan perusahaan rata-rata selalu
pertengahan tahun 1960-1970. Menurut Irham
puas dengan kinerja yang diberikan oleh PT. Teno
Fahmi (Fahmi, I. 260 [2]), untuk menganalisis
Indonesia karena selain hasil kualitas pemancangan
SWOT secara lebih dalam maka dibagi menjadi
yang baik juga hasil testing yang memuaskan.
faktor inter-nal dan faktor eksternal. Faktor internal
terbagi menjadi Strength dan Weakness sedangkan
Tinjauan Mutu Awal
faktor eksternal terbagi menjadi Opportunities dan
Threat. Kondisi perusahaan yang baik atau tidak
Tinjauan mutu awal perlu dilakukan untuk menget-
dapat digolongkan melalui metode analisis SWOT.
ahui apakah sistem manajemen mutu sebuah perus-
Orga-nisasi juga perlu membentuk langkah strategi
ahaan sudah dijalankan sesuai dengan klausul yang
untuk mencapai target yang diinginkan yaitu den-
tertera ISO 9001:2015. Klausul yang ditinjau terdiri
gan membandingkan antara kondisi internal dan
klausul empat tentang konteks organisasi, klausul
eksternalnya. Kondisi perusahaan dikatakan baik
lima tentang kepemimpinan, klausul enam tentang
secara internal apabila kekuatan yang dimiliki lebih
perencanaan, klausul tujuh tentang dukungan, kla-
besar dari kelemahannya sedangkan secara eks-
usul delapan tentang operasional, klausul sembilan
ternal apabila peluang yang dimiliki lebih besar dari
tentang evaluasi kinerja, dan klausul sepuluh ten-
ancamannya.
tang peningkatan. Klausul 4 memiliki presentase
kesesuaian sebesar 67% dimana belum adanya tin-
Analisis FMEA
dakan untuk menganalisa adanya isu internal dan
FMEA (Failure Modes and Effect Analysis) adalah eksternal pada perusahaan dan memahami kebutu-
suatu metode yang digunakan dengan konsep suatu han serta harapan pihak yang berkepentingan
proses yang mungkin gagal dalam memenuhi (interested parties). Klausul 5 memiliki presentase
spesifikasi yang diharapkan, menciptakan cacat dan kesesuaian sebesar 93% dimana belum adanya per-
dampaknya akan diterima oleh pelanggan jika tidak syaratan SMM pada bisnis proses yang terintegrasi
dicegah atau koreksi (Crow, K. [3]). Tujuan utama dan terdokumentasi, selain itu juga belum adanya
dari FMEA adalah memprediksi potensi kegagalan pemikiran berbasis risiko. Klausul 6 memiliki pre-
(failure modes) dari produk yang diprodu-ksi sentase kesesuaian sebesar 83% dimana disebabkan
maupun proses yang dilakukan, selain itu juga oleh tidak adanya analisa risiko yang teridentifikasi
memberikan penilaian pada setiap kegagalan terse- sehingga dapat dilakukan adanya corrective action
but yang harus ditindak lanjuti (action planing). dengan memberikan prioritas. Klausul 7 memiliki
Penilaian pada FMEA terbagi menjadi 3 yaitu Kepa- presentase kesesuaian sebesar 100% karena per-
rahan (severity), Probabilitas (occurrence) dan Kon- syaratannya sudah terpenuhi seluruhnya. Klausul 8
trol (detection). Nilai RPN (risk priority number) me- memiliki presentase kesesuaian yaitu 71% hal ini
rupakan hasil kali ketiga penilaian Sev*Occ* Det. disebabkan karena PT. Teno Indonesia merupakan
Semakin tinggi nilai severity maka semakin besar perusahaan jasa sehingga tidak memiliki Product
pula dampak yang diterima. Semakin tinggi nilai Design and Development namun apabila klausul 8.3
occurrence maka semaking sering probabilitas tidak ditinjau maka tingkat kesesuaiannya 100%.
kegagalan terjadi. Semakin tinggi nilai detection Klausul 9 memiliki presentase kesesuaian sebesar
250
Tandiono, et al. / Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015 PT. Teno Indonesia / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 249-256

Tabel 1. Tinjauan mutu awal Tabel 2. Rangkuman hasil audit eksternal


Status Kesesuaian % Deskripsi Temuan Departemen Status
FTKP tidak ditutup oleh manager proyek Minor Site Proyek Open
Klausul Tidak Kesesuaian
Sesuai Kunci tools Welding dan RCB tidak ter-
Sesuai Awal record
Minor Workshop Close

Klausul 4 12 6 67% Checklist awal-akhir Welding dan RCB


Minor Workshop Close
tidak tersedia
Klausul 5 24 2 93% Prosedur Tanggap Darurat dijadikan
OFI K3 -
Klausul 6 19 4 83% instruksi kerja
Dokumen eksternal belum didaftarkan
OFI K3 Close
Klausul 7 39 0 100% sehingga dokumen belum diidentifikasi
Form kepuasan pelanggan perlu
Klausul 8 78 36 70% ditambahkan nilai rerata dan kesimpulan
OFI Marketing Close

Klausul 9 39 2 96% Adendum project jika ada perubahan


OFI Marketing Close
harus segera menerbitkan SO revisi
Klausul 10 15 0 100%
Konfirmasi barang masuk tidak di file kan OFI Purchasing Close

96% dimana disebabkan oleh penilaian efektifitas Pembuatan periode maintenance yang
tidak sesuai dengan manual book OFI ME Close
dalam mengatasi risiko dan peluang yang belum dituangkan ke instruksi kerja
terdokumentasi. Klausul 10 memiliki presentase Marking identifikasi nama label pada
OFI IT Close
kesesuaian sebesar 100%, hal ini disebabkan tidak printer
ada ketidaksesuaian yang terjadi. Tinjauan mutu Kompetensi karyawan setelah pelatihan
OFI HRD Close
awal menunjukan tingkat kesesuaian dengan menurun
Aktual material stok belum tercatat pada
persyaratan ISO 9001:2015 sebesar 92%. stok opname (stok dan aktual)
OFI Warehouse Close

Daftar stok minimum belum ditentukan OFI Warehouse Close


Audit Eksternal
Pemeriksaan barang masuk yang dibeli
oleh workshop harus tercatat dengan OFI Warehouse Close
Audit eksternal wajib dilakukan sebelum terlaksa- benar, melalui fax maupun telepon
nanya sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:
2015. Tujuan audit dilakukan untuk memastikan tiga departemen tersebut yang dapat ber-interaksi
dan memantau bahwa prosedur perusahaan yang dengan konsumen secara langsung. Sangat disa-
telah ditetapkan sudah dilaksanakan. Hasil dari rankan bahwa pengangkatan isu int-ernal dan
audit eksternal yang telah dilaksanakan didapatkan eksternal untuk perusahaan diangkat dari ketiga
sebanyak 3 temuan minor yang artinya ada proses departemen utama tersebut. Lihat Tabel 3.
prosedur yang belum dijalankan dan 11 Observation
For Improvement (OFI). OFI merupakan saran yang
diberikan oleh auditor untuk peningkatkan efektif- Analisis FMEA
itas pekerjaan. Adanya temuan tersebut menjelas-
kan bahwa perusahaan masih belum sepenuhnya Analisa risiko merupakan syarat utama yang perlu
siap untuk melakukan upgrading ke ISO 9001 versi diterapkan dalam implementasi ISO 9001:2015
2015. Status close menjelaskan bahwa temuan atau karena konsep utama dari versi baru tersebut
saran auditor sudah dilaksanakan oleh perusahaan. adalah Risk-Based thinking. Penggunaan metode ini
dan huruf kecil. Heading dituliskan rata kiri. Ukur- memiliki tujuan untuk mengidentifikasi proses
an font untuk sub-judul adalah 10. Lihat Tabel 2. mana yang memiliki potensi risiko yang tinggi.
Proses yang memiliki risiko atau nilai RPN (Risk
Analisis SWOT Priority Number) yang tinggi tentunya perlu
dilakukan mitigasi untuk menurunkan tingginya
Analisa isu internal dan eksternal dilakukan nilai RPN. Sebuah penilaian risiko dikatakan tinggi
terhadap tiap departemen yang ada pada PT. Teno apabila melebihi dari nilai RPN sebesar 450.
Indonesia. Setiap departemen pasti memiliki Nilai RPN yang teridentifikasi paling tinggi adalah
kekuatan (strength) dan kelemahannya (weakness) pada departemen Marketing, yaitu mengenai
masing-masing namun tidak untuk peluang (oppor- prospek proyek yang kurang baik dengan RPN 630.
tunities) dan ancamannya (threat). Hal tersebut di- Nilai RPN yang tinggi tersebut disebabkan karena
dasari karena tidak setiap departemen memiliki perusahaan tidak memiliki kontrol sama sekali (det
dampak eksternal secara langsung terhadap = 10) terhadap adanya cashflow pemberi kerja yang
perusahaan karena beberapa departemen hanya tidak sehat sehingga apabila tetap tidak segera
berfungsi sebagai pendukung saja. Departemen uta- diatasi maka akan menimbulkan kerugian besar
ma yang memiliki dampak secara langsung ter- bagi perusahaan. Tingkat keparahan (sev) yang
hadap perusahaan adalah departemen Project, Mar- dialami sebesar 9 dan probabilitas (occ) adalah sebe-
keting dan Testing. Hal tersebut didasari karena ke- sar 7 yang artinya sering terjadi. Saran tindakan ya-
251
Tandiono, et al. / Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015 PT. Teno Indonesia / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 249-256

Tabel 3. Isu internal dan eksternal


ISU INTERNAL ISU EKSTERNAL
No Departemen Strength Weakness Opportunities Threats
1 Project Ketepatan pemancangan sesuai Lambat dalam membuat checklist / Hasil pengerjaan pemancangan Reputasi perusahaan
dengan keinginan pelanggan packing list sesuai tepat sasaran atau spesifikasi terhadap hasil pengerjaan
yang diinginkan pelanggan sehingga kalah dengan perusahaan
perusahaan selalu menjadi pilihan pesaing sejenis lainnya
Ketepatan delivery tiang pancang Lambat dalam membuat laporan utama pelanggan Blacklist pelanggan akibat
ke proyek FTKP jika ada permasalahan di kesalahan pengerjaan
proyek lapangan Pemberi kerja tidak siap
(contoh : tanah proyek)
Penyelesaian proyek sesuai dengan Demo masyarakat akibat
yang dijanjikan (schedule) merasa terganggu, Banjir

2 Marketing Memiliki media promosi yang baik Kurang alternatif untuk mencari Jasa perusahaan selalu menjadi Pelanggan memilih
untuk mendapatkan proyek pekerjaan sendiri / kurang promosi pilihan utama pelanggan dalam menggunakan jasa kontraktor
industri pemancangan pesaing (kehilangan
pelanggan)

Proyek yang didapat diproses Jarang melakukan studi banding Kemampuan dalam Strategi marketing kalah dari
dengan cepat dengan marketing pesaing mengidentifikasi / mencari peluang pesaing
market baru

Penyedian penawaran atau Selalu mendapatkan pelanggan- Cash flow pemberi kerja tidak
dokumen tender yang cepat pelanggan yang memiliki proyek sehat
besar

3 Testing, Design & QA Memiliki hasil testing yang Manager Testing jarang ditempat Menjadikan perusahaan nomor satu Kalah bersaing dengan
berkualitas baik sehingga hasil perhitungan staf yang terpercaya akan hasil perusahaan pesaing sejenis
Membantu permasalahan teknis Terbatasnya peralatan testing yang Menjadikan perusahaan yang kritis Kalah bersaing apabila ada
yang terjadi dilapangan sesuai dimiliki sehingga harus bergantian terhadap analisa yang dilakukan konsultan asing terutama
keinginan pelanggan pemakaiannya terhadap permasalahan proyek dalam hal ketanggapan
Jenis peralatan testing yang sangat Pekerja proyek lapangan kurang Menjadikan perusahaan yang terus Metode testing yang kalah
memadai disiplin. Contoh: absen, bon hilang melakukan perbaikan dan canggih dibanding pesaing
pengembangan secara terus
Pembuatan laporan setelah Pelanggan meminta dilakukan
menerus untuk mencapai sempurna
pengujian yang cepat testing berulang kali
terutama dalam metode testing

ng diberikan adalah melakukan penge-cekan mal karena minimnya daya dukung internet. Ting-
kesehatan keuangan pemberi kerja melalui bank kat keparahan (sev) yang dialami sebesar 8 dan
sebelum membuat kontrak kerja. probabilitas (occ) terjadi adalah sebesar 8. Peru-
Nilai RPN tertinggi kedua adalah pada departemen sahaan memiliki kontrol yaitu dengan menggu-
Proyek/workshop, yaitu mengenai alat yang tidak nakan tiga provider sehingga apabila salah satu
layak untuk digunakan dengan RPN 560. Hal ter- server down maka dapat menggunakan server
sebut disebabkan karena tingkat probabilitas yang lainnya. Kontrol tersebut kurang efisien terlebih lagi
sering terjadi yaitu permasalahan teknis atau apabila suatu saat ketiga server down secara
kerusakan pada alat sehingga apabila tidak segera bersamaan maka pekerja tidak dapat melakukan
diatasi maka akan berdampak pada kecelakaan pekerjaannya, tingkat deteksi (det) adalah 8. Saran
kerja pada pekerja. Tingkat keparahan (sev) yang tindakan yang perlu dilakukan oleh perusahaan
dialami sebesar 10 dan probabilitas (occ) terjadi adalah meng-upgrade bandwith yang dimiliki ke
adalah sebesar 8 yang artinya sering terjadi. Peru- tingkat perusahaan sehingga daya koneksi internet
sahaan sudah memiliki kontrol yaitu melakukan lebih stabil.
manajemen perawatan secara berkala namun masih Nilai RPN tertinggi keempat adalah pada depar-
belum dilakukan secara teratur sehingga seringkali temen Proyek (SM/Spv) yaitu mengenai produk
menunggu mesin rusak baru dilakukan perbaikan, beton patah atau retak saat proses instalasi dengan
tingkat deteksi (det) adalah 7. Saran tindakan yang RPN 504. Hal tersebut disebabkan karena proses
perlu dilakukan oleh perusahaan adalah menjad- pengelasan yang kurang bagus dari pekerja
walkan maintenance yang wajib dilakukan setiap lapangan sehingga saat produk ditekan sambungan
periodenya, seperti membuatkan checklist bagian patah. Penyebab tersebut berdampak pada peru-
yang wajib diinspeksi. sahaan karena harus bertanggung jawab terhadap
Nilai RPN tertinggi ketiga adalah pada departemen penambahan tiang baru sebagai pengganti, hal ini
IT, yaitu mengenai koneksi internet yang lambat tentunya akan berdampak pula pada kerugian
dan sering terputus dengan RPN 512. Hal tersebut perusahaan karena bertambahnya biaya. Tingkat
disebabkan karena penggunaan bandwith yang bu- keparahan (sev) yang dialami sebesar 9 dan tingkat
kan untuk ukuran perusahaan namun perumahan probabilitas (occ) terjadi adalah sebesar. Perusahaan
ditambah lagi jaringan yang harus dibagi ke tiap memiliki kontrol yaitu dengan memberikan pela-
departemen sehingga menyebabkan internet yang tihan terhadap pekerja lapangan namun masih
lambat. Penyebab tersebut tentunya akan berdam- belum menjamin bahwa pekerja langsung bisa
pak langsung ke kinerja karyawan yang tidak opti- mengoperasikan mesin las, tingkat deteksi (det) ada-
252
Tandiono, et al. / Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015 PT. Teno Indonesia / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 249-256

Tabel 4. Nilai RPN tinggi pada proses prosedur dokumen ISO 9001:2008
P
S D R
P o t e nt ia l E f f e c t ( s ) P o t e nt ia l C a us e ( s ) / M e c ha nis m ( s ) o f r
D e pa rt e m e n It e m / F unc t io n P o t e nt ia l F a ilure M o de ( s ) e C urre nt D e s ign C o nt ro ls e P
o f F a ilure F a ilure o
v t N
b

Prospek proyek tidak Kerugian terhadap Cash flow perusahaan pemberi


Marketing Prospek Proyek 9 7 Tidak ada 10 630
baik perusahaan kerja tidak sehat

Tidak ada yang Tidak ada pegawai


Terkena temuan saat proses
MR Pengunduran diri memantau jalannya 9 berpengalaman yang mampu 7 Tidak ada 10 630
Auditing
prosedur menggantikan peran MR

Terdapat masalah atau Melakukan manajemen


Alat tidak layak untuk Kecelakaan kerja, Pekerja
Proyek / Workshop Periksa Kelayakan Alat 10 kerusakan pada alat (Contoh: 8 perawatan secara 7 560
digunakan cedera ringan/berat
Kabel) berkala (pengecekan)

Supervisor IT memberi
Penggunaan tiga jenis
akses internet/telepon/ Koneksi internet yang Penggunaan bandwith yang
Pekerja kesusahan dalam provider sebagai
IT email atau rekaman lambat dan sering 8 bukan untuk ukuran perusahaan 8 8 512
melakukan pekerjaannya penyokong apabila salah
CCTV sesuai permintaan terputus namun untuk perumahan
satu server down
bagian terkait

Memberikan pelatihan
Proyek Produk patah atau Penambahan produk baru Proses pengelasan yang kurang
Proses Instalasi 9 8 terhadap pekerja 7 504
(SM/SPV/QA) retak sebagai pengganti (cost) bagus
lapangan

Membuat, merekap dan


Cost Control / Rekapan pengeluaran Pengeluaran anggaran tidak Pengumpulan nota-nota
memantau pengeluaran 9 Bon pengeluaran hilang 7 8 504
Testing proyek tidak lengkap diketahui fungsinya pembelian baru direkap
proyek

Melakukan metode
Beton tidak Beton pecah atau retak saat Produk beton belum lolos dari
Proyek Menerima Produk Beton 10 7 sampling saat inspeksi 7 490
berkualitas baik proses instalasi inspeksi QC
QC

Pastikan setiap
departemen
Prosedur dokumen Pekerja tidak mematuhi alur melaksanakan prosedur
Semua Bagian Laksanakan audit Sertifikasi ISO dicabut 10 8 6 480
tidak dijalankan prosedur yang sudah ditetapkan
sebelum audit
berlangsung

lah 7. Saran tindakan yang perlu dilakukan oleh Nilai RPN tertinggi keenam adalah pada depar-
perusahaan adalah pekerja yang dijinkan mela- temen Proyek yaitu mengenai kualitas beton yang
kukan pengelasan adalah pekerja yang sudah mem- kurang baik dengan RPN 490. Hal tersebut
iliki sertifikasi pelatihan dan surat ijin kerjanya. disebabkan karena produk beton belum lolos dari
Nilai RPN tertinggi kelima adalah pada departemen inspeksi QC perusahaan sehingga pengiriman beton
Cost Control / Testing yaitu mengenai rekapan tetap dilakukan sekalipun produk terdapat kecaca-
pengeluaran proyek yang tidak lengkap dengan tan. Penyebab tersebut tentunya akan berdampak
RPN 504. Hal tersebut disebabkan karena bon pen- pada keretakan atau beton pecah saat proses
geluaran dari pekerja proyek yang sering hilang instalasi berlangsung. Tingkat keparahan (sev)
sehingga hal ini berdampak pada adanya penge- yang dialami sebesar 10 dan probabilitas (occ) terja-
luaran barang tidak tahu fungsinya yang tentunya di adalah sebesar 7. Tingkat keparahan yang tinggi
dapat menimbulkan kerugian bagi perusahaan. disebabkan karena tidak adanya kontrol QC pada
Tingkat keparahan (sev) yang dialami sebesar 9 dan proyek sehingga ketika beton datang langsung
probabilitas (occ) terjadi adalah sebesar 7. Perusa- digunakan untuk proses instalasi. Perusahaan
haan memiliki kontrol yaitu dengan pengumpulan memiliki kontrol yaitu dengan melakukan metode
nota-nota menjadi satu bagian kemudian baru sampling saat inspeksi QC namun tingkat ketelitian
direkap namun hal ini kurang efisien sehingga san- masih kurang tinggi sehingga masih terdapat
gat memungkinkan terjadi kehilangan bon apabila potensi produk cacat, sehingga tingkat deteksi (det)
tidak disimpan dengan benar, tingkat deteksi (det) adalah 7. Saran tindakan yang perlu dilakukan oleh
adalah 8. Saran tindakan yang perlu dilakukan perusahaan adalah metode sampling yang diguna-
adalah membuat laporan (jurnal) pengeluaran hari- kan harus mampu mewakili kualitas keseluruhan
an yang wajib diisi oleh pihak yang bertanggung produk seperti dengan menggunakan metode
jawab. military standart. Saran lainnya adalah dengan me-
253
Tandiono, et al. / Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015 PT. Teno Indonesia / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 249-256

Tabel 5. Hasil implementasi analisa risiko di proyek Amega Crown


Prob New New
Item Potential Failure Effects Sev Causes Control Det RPN Correction
/Occ Det RPN
Mengirimkan rencana permintaan
Membuat permintaan tiang
Jumlah tidak sesuai Jumlah tiang kurang 7 Trailer yang kurang memadai 7 Minta kumulatif kekurangan 6 294 tiang pancang ke supplier tiap 3 147
pancang
periodenya
Tiang tidak dapat digunakan Kesalahan komunikasi antara Melakukan retur tiang dan
Menerima produk beton Tiang retak / ukuran salah 8 6 4 192 4 192
untuk proses instalasi proyek dengan supplier tiang mengganti dengan tiang baru

Kesalahan komunikasi antara


Membuat Pile Driving Requesition Ketidaksesuaian alat yang Melakukan permintaan alat
Pekerjaan tertunda 8 proyek lapangan dengan 4 3 96 3 96
/ Permintaan trailer diminta ulang
administrasi
Memperhitungkan jumlah jam
Jadwal tidak berjalan sesuai kerja alat serta historinya
Rusak dari proyek lain 9 Selang hidrolis 6 Diperbaiki ke pihak ketiga 5 270 3 162
yang direncanakan sehingga dapat segera dilakukan
prevention
Terima alat dan serah terima alat
Memperhitungkan jumlah jam
Jadwal tidak berjalan sesuai Alat diperbaiki di tempat atau kerja alat serta historinya
Rusak dari proyek lain 9 Bocor silinder clam 8 7 504 3 216
yang direncanakan dikirim kembali ke workshop sehingga dapat segera dilakukan
prevention
Setting alat dilakukan oleh
Pekerja kurang waktu setting yang lebih lama Pekerja masih belum
Setting alat pancang 7 5 pekerja yang berpengalaman 2 70 2 70
berpengalaman dari standarnya berpengalaman
dalam proyek
Jumlah titik yang dipancang
Lingkungan kurang Lingkungan sekitar banyak Memaksimalkan jumlah titik
maksimal hanya 6 titik 8 9 4 288 4 288
memadai bangunan-bangunan yang dapat dipancang
padahal bisa 7-8 titik
Melakukan testing Melakukan survey sehingga dari
Pemberi kerja bertanggung
Bangunan sekitar Tanah mengalami desakan inclinometer sehingga arah awal sudah dilakukan
jawab untuk mengganti rugi 8 10 6 480 3 240
Proses Instalasi / pemancangan mengalami keretakan saat dipancang pemancangan menjauh dari pemancangan yang menjauh dari
atas dampak yang timbulkan
bangunan tersebut bangunan
Terdapat batu karang pada Titik pemancangan harus
Tiang tidak dapat masuk Perlu dilakukan pencabutan
8 kedalaman tertentu di titik 6 bergeser sesuai dengan 4 192 4 192
kedalam tiang
yang ditentukan deviasi yang ditentukan

Penambahan tiang yang


Tiang patah / retak saat Kerugian akibat penambahan
Alat tidak seimbang sehingga disisipkan disebelah tiang
pemancangan sudah tiang yang ditanggung oleh 10 5 3 150 3 150
tidak center yang mengalami keretakan
sangat dalam perusahaan
tersebut
Jadwal pemancangan tidak
Kondisi cuaca gerimis atau Melakukan perubahan jadwal Memberlakukan sistem lembur
Proses Instalasi / pemancangan Pekerjaan terhenti berjalan sesuai dengan yang 9 7 7 441 4 252
hujan rencana pemancangan kerja untuk mengejar target
direncanakan
Sambungan tiang patah saat
Mengganti pekerja welder Pekerja welder yang digunakan
dilakukan penekanan kedalam SDM yang digunakan kurang
Kesalahan Welding 10 7 dengan yang lebih 7 490 harus sudah mengikuti pelatihan 3 210
karena pengelasan yang berpengalaman
berpengalaman dan bersertifikasi
kurang baik
Titik pemancangan yang Pergantian titik koordinat
Kesesuaian leveling dan posisi Pembesaran pondasi yang Kesalahan titik koordinat
dilakukan bergeser melebihi 9 4 Tidak ada 10 360 pancang dan melakukan pelatihan 4 144
penempatan produk ditimbulkan pancang
deviasi yang ditargetkan SDM terutama operator

Membuat ringkasan analisa Ringkasan analisa ketidak Ketidaksesuaian tidak dapat Pekerja proyek yang tidak Pemberian deadline penyerahan
8 7 Pemberiang sanksi 5 280 3 168
kesesuaian / ketidaksesuaian sesuaian tidak dibuat segera ditangani berkomitmen FTKP

lakukan double inspection sebelum produk dikirim- tujuan untuk melakukan verifikasi sementara an-
kan. tara dokumen dari persyaratan ISO 9001:2015 den-
Nilai RPN tertinggi ketujuh ditujukan ke semua gan kondisi sebenarnya. Implementasi analisa risiko
departemen perusahaan yaitu mengenai adanya dilakukan dilakukan mulai pada tanggal 7 hingga
prosedur dokumen yang tidak dijalankan dengan 13 Juni 2017 dan dikerjakan oleh Site Manager dari
nilai RPN 480. Hal tersebut disebabkan karena fak- PT. Teno Indonesia yaitu bapak Toni Cahyono.
tor internal pekerja yang tidak mematuhi alur pro- Lihat Tabel 5.
sedur yang sudah ditentukan. Contoh, tidak mem- Nilai RPN yang paling tinggi terdapat pada proses
buat Formulir Tindakan Koreksi (FTKP). Penyebab terima alat dan serah terima alat dengan potensi
tersebut berdampak pada pencabutan sertifikasi kegagalan yaitu kerusakan pada alat atau mesin
ISO yang dimiliki perusahaan oleh pihak yang yang digunakan dengan RPN 504. Hal ini
berwenang (URS). Tingkat keparahan (sev) yang disebabkan karena kadang alat yang digunakan
dialami sebesar 10 dan tingkat probabilitas (occ) tidak selalu berasal dari workshop melainkan dari
terjadi adalah sebesar 8. Perusahaan memiliki kon- proyek lain sehingga seringkali kerusakan alat tidak
trol yaitu dengan melakukan pemantauan pekerja dapat teridentifikasi secara langsung. Hal tersebut
sudah melaksanakan prosedur sebelum audit ber- tentunya akan berdampak pada jadwal tidak
langsung namun masih belum efektif terbukti masih berjalan sesuai dengan yang direncanakan sehingga
banyak pekerja yang tidak mematuhi prosedur yang apabila diteruskan maka akan berdampak
sudah ditetapkan, sehingga tingkat deteksi (det) kepelanggan secara langsung. Nilai dari tingkat
adalah 6. Saran tindakan yang perlu dilakukan keparahan adalah 9. Penyebab seringkali dise-
adalah memberikan denda berupa pemotongan gaji babkan oleh bocornya silinder pada clam sehingga
terhadap pekerja tersebut. nilai dari probabilitas adalah 8. Kontrol yang dimili-
ki oleh proyek Amega Crown adalah memperbaiki
Implementasi Analisa Risiko di Proyek langsung ditempat atau dikembalikan ke workshop
sehingga nilai dari deteksinya adalah 7 karena baru
Implementasi analisa risiko dengan menggunakan diketahui saat digunakan. Saran implementasi yang
metode Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) diberikan adalah memperhitungkan jam kerja alat
juga dilakukan pada salah satu proyek yang sedang tiap harinya dengan mengisi Form Jam Kerja Alat
dikerjakan oleh PT. Teno Indonesia yaitu proyek beserta histori dari alat tersebut sehingga dapat
Amega Crown. Implementasi dilakukan dengan diketahui kondisi alat Saran implementasi apabila

254
Tandiono, et al. / Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015 PT. Teno Indonesia / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 249-256

diterapkan maka mengalami penurunan RPN men- yang diijinkan belum memiliki kontrol sama sekali
jadi 216. dari perusahaan sehingga nilai deteksinya adalah
Nilai RPN tertinggi kedua terdapat pada proses 10. Potensi kegagalan tersebut tentunya akan
instalasi dengan potensi kegagalan yaitu kesalahan berdampak pada pembesaran pondasi sehingga nilai
saat proses pengelasan (welding) dengan nilai RPN dari tingkat keparahan adalah 8 karena akan
490. Hal ini tentunya akan berdampak cukup fatal berdampak pada ketidakpuasan pelanggan.
yaitu sambungan tiang patah saat proses injeksi Penyebab tersbut diperkirakan disebabkan oleh
sehingga harus dilakukan pencabutan tiang SDM operator crane yang kurang berpengalaman
tersebut untuk dilas ulang ataupun penambahan sehingga melakukan kesalahan dalam pembacaan
tiang baru yang akan berdampak pada kerugian koordinat titik pancang, nilai dari probabilitas
perusahaan, nilai tingkat keparahannya adalah 10. adalah 4, karena sangat jarang terjadi. Saran
Penyebab utamanya adalah seringkali dari segi implementasi yang diberikan adalah melakukan
SDM yang kurang berpengalaman karena bukan pelatihan SDM itensif terhadap operator crane
operator welder yang digunakan melainkan hanya sehingga mengalami penurunan RPN menjadi 144.
crew biasa saja sehingga nilai probabilitasnya
adalah 7 karena saat ini proyek Amega Crown Tinjauan Mutu Akhir
menggunakan SDM tersebut. Kontrol yang dimiliki
adalah mengganti pekerja yang lebih berpengala- Tinjauan mutu akhir yang dibuat hanya diukur dari
man karena terdapat sebanyak tiga pekerja penge-
pemenuhan dokumen apa saja yang dibutuhkan
lasan di proyek tersebut sehingga nilai deteksi ada-
untuk ISO 9001:2015 sehingga belum diimpleme-
lah 7 karena masih tidak menjawab permasalahan
karena bukan operator welder yang bersertifikat. ntasikan. Tinjauan mutu akhir yang dilakukan
Saran implementasi adalah dengan melakukan tidak dapat digunakan sebagai penilaian kesiapan
verifikasi dengan form pelatihan welder bahwa perusahaan untuk melakukan pemenuhan doku-
pekerja yang digunakan sudah mengikuti pelatihan men upgrading ke ISO 9001:2015.
intesif dan bersertifikat. Saran implementasi Pada tinjauan awal, klausul 4 adalah sebesar 67%
apabila diterapkan maka mengalami penurunan dengan 6 poin ketidaksesuaian yang mengacu pada
RPN menjadi 210. persyaratan isu internal eksternal serta pihak-pihak
Nilai RPN tertinggi ketiga terdapat pada proses yang berkepentingan namun apabila saran imple-
instalasi atau pemancangan dengan potensi kega- mentasi diterapkan maka kesesuaian akhir akan
galan yaitu kerusakan terhadap bangunan sekitar meningkat menjadi 95%. Salah satu poin klausul
yang ada seperti ruko dan lainnya sehinnga nilai yang belum dapat terpenuhi adalah “mengatasi
RPN adalah 480. Hal ini tentunya berdampak pada risiko dan peluang yang ditentukan sesuai dengan
pemberi kerja yang harus mengganti rugi terhadap persyaratan 6.1?”, hal ini dikarenakan saran
kerusakan yang ditimbulkan, memang tidak berda- implementasi belum di terapkan dan hanya bersifat
mpak secara langsung ke perusahaan namun berda- pemenuhan dokumen saja. Klausul 9 mengalami
mpak pada ketidakpuasan pelanggan akan kinerja peningkatan yang sebelumnya pada tinjauan awal
perusahaan sehingga tingkat keparahannya adalah sebesar 96% dengan 2 poin ketidaksesuaian mening-
9. Penyebabnya disebabkan oleh tanah yang men- kat menjadi 97% pada tinjauan akhir, hal tersebut
galami desakan saat proses pemancangan berlang- dikarenakan satu poin ketidaksesuaian yang mem-
sung dan hal tersebut merupakan penyebab utama pertanyakan tentang “efektivitas tindakan yang
hingga saat ini sehingga nilai probabilitasnya diambil untuk mengatasi risiko dan peluang (lihat
adalah 10. Kontrol yang dimiliki adalah dengan 6.1)?”. Hal tersebut dikarenakan analisa risiko yang
melakukan testing inclinometer sehingga peman- disarankan belum diimplementasikan.
cangan harus menjauh dari titik tersebut sehingga Klausul 5 juga diperkirakan mengalami pening-
nilai deteksi adalah 6 karena sudah paling efisien katan yang sebelumnya pada tinjauan awal sebesar
saat ini. Saran implementasi yang diberikan adalah 93% dengan 2 poin ketidaksesuaian meningkat
dengan menggunakan form laporan ketidakse- menjadi 100%. Klausul 6 diperkirakan mengalami
suaian pekerjaan di proyek memberitakan tentang peningkatan yang sebelumnya pada tinjauan awal
ketidaksesuaian tersebut sehingga untuk proyek sebesar 83% dengan 4 poin ketidaksesuaian yang
berikutnya dapat dilakukan survey secara lebih
mengacu pada persyaratan tindakan untuk
mendetail tentang kondisi tanah. Saran implement-
mengatasi risiko dan peluang menjadi 100% pada
tasi apabila diterapkan maka diperkirakan menga-
lami penurunan RPN menjadi 240. tinjauan akhir. Klausul 8 tidak mengalami peruba-
han pada kesesuaian akhir, hal ini disebabkan kare-
Nilai RPN yang terakhir sebenarnya tidak masuk na perusahaan tidak memiliki desain dan pengemb
ke tahap risiko yang berbahaya karena nilai RPN angan produk, namun apabila persyaratan tidak
berada dibawah standar (450) yaitu 360, namun ditinjau maka kesesuaian akhir klausul 8 adalah
penulis menganalisa bahwa potensi kegagalan yaitu 100%. Tingkat kesesuaian yang ditampilkan hanya
apabila titik pemancangan bergeser melebihi deviasi bertujuan untuk pemenuhan dokumentasi saja.

255
Tandiono, et al. / Tinjauan Pemenuhan Dokumentasi ISO 9001:2015 PT. Teno Indonesia / Jurnal Titra, Vol. 5, No. 2, Juli 2017, pp. 249-256

Tabel 6. Tinjauan mutu akhir sementara


Status Kesesuaian % ancaman dari luar perusahaan. Analisa risiko
(FMEA) juga diterapkan kepada seluruh depar-
Klausul Tidak Kesesuaian
Sesuai temen perusahaan. Nilai RPN yang ditentukan
Sesuai Akhir sebesar 450 sehingga apabila melebihi maka perlu
Klausul 4 17 1 95% dilakukan tindakan mitigasi. Implementasi analisa
risiko serta tindakan pencegahan sudah dilakukan
Klausul 5 26 0 100%
pada proyek Amega Crown selama satu minggu.
Klausul 6 23 0 100% Tinjauan mutu awal dapat diidentifikasi bahwa saat
Klausul 7 39 0 100% ini perusahaan masih belum siap untuk memper-
Klausul 8 78 0 100% oleh sertifikasi ISO 9001:2015. Hal tersebut terbukti
pada kesesuaian awal perusahaan terhadap per-
Klausul 9 40 1 97% syaratan tiap klausul ISO 9001:2015 yang belum
Klausul 10 15 0 100% mencapai 100%. Tinjauan mutu awal menunjukan
tingkat kesesuaian dengan persyaratan ISO 9001:
Simpulan 2015 sebesar 92% sedangkan tinjauan mutu belum
dapat diukur sepenuhnya karena saran implement-
Persyaratan yang perlu ditambahkan oleh PT. Teno tasi yang dilakukan hanya sebagai pemenuhan do-
Indonesia untuk memperoleh sertifikasi ISO kumen dari ISO 9001:2015 saja.
9001:2015 adalah analisa isu internal eksternal dan
Daftar Pustaka
interested parties yang mengacu pada persyaratan
klausul 4.1 dan 4.2. Hal lainnya yang merupakan
1. ISO 9001:2015, Quality Management System –
tambahan paling penting yang perlu dilakukan Requirement, BSI Standart Limited, 2015.
adalah analisa risiko yang mengacu pada 2. Fahmi, I., Manajemen Strategis: Teori dan
persyaratan klausul 6.1. Analisis SWOT diterapkan Aplikasi, Alfabeta, Bandung, 2014, pp. 260-261.
kepada sepuluh departemen perusahaan kemudian 3. Crow, K., Failure Modes and Effect Analysis
dibentuk strategi bagaimana memanfaatkan (FMEA), DRM Associates, 2002, retrived from
kekuatan atau kelemahan yang dimiliki oleh tiap http://www.npd-solutions.com/fmea.html on 19
departemen dalam mengatasi peluang atau April 2017.

256

Anda mungkin juga menyukai