Anda di halaman 1dari 9

Tugas 3 Manajemen Kualitas

Dibuat Oleh:

Nama: Juli Ariwibowo

NIM: 020847463

Upbjj-UT: Palembang

Soal:

1. Jelaskan tujuan, manfaat dan hambatan penerapan ISO 9000! Berikan penerapan ISO 9000 (bisa di
tempat anda bekerja atau perusahaan yang sudah menerapkan)

2. Jelaskan QFD (Quality Fuction Deploymnent) !

3. Gambarkan The House of Quality! Jelaskan matrix;

a. Customer needs and benefit

b. Planning matrix

c. Tcchnical response

d. Relation

e. Technical Matrix

Jawab:

Tujuan ISO 9000 yaitu:

1) Mencapai, mempertahankan, dan menemukan perbaikan kualitas produk secara terus menerus dan
berkesinambungan (termasuk layanan) dalam hubungannya dengan persyaratan,

2) Meningkatkan kualitas operasi secara terus menerus untuk memenuhi harapan konsumen dan
pemilik perusahaan,

3) Memberikan kepercayaan kepada manajemen internal dan pekerja bahwa persyaratan kualitas

telah terpenuhi dan perbaikan telah dilakukan,

4) Memberikan kepercayaan kepada konsumen dan pemilik bahwa persyaratan kualitas telah terpenuhi
dalam produk yang dikirimkan,
5) Memberikan kepercayaan bahwa persyaratan system kualitas telah terpenuhi.

Manfaat ISO 9000 yaitu:

A. Manfaat Internal

Manfaat internal merupakan manfaat yang dirasakan dan bisa dilihat di dalam lingkup internal
organisasi, yang meliputi:

– Kesadaran terhadap kualitas semakin besar

– Prosedur dokumentasi lebih baik

– Instruksi dan prosedur kerja lebih jelas

– Pertanggungjawaban pekerjaan semakin jelas

– Menghilangkan kelebihan pekerjaan/mengurangi pekerjaan yang tidak penting

– Memberi peluang akses, pelacakan, dan pemeriksaan prosedur kerja yang mudah

– Mengurangi pemborosan dan inefisiensi

– Membantu perbaikan yang kontinyu

– Daya ingat/retensi staf lebih besar

– Meningkatkan profitabilitas

B. Manfaat Eksternal

Manfaat eksternal merupakan manfaat yang berkaitan dengan kondisi faktor eksternal, meliputi:

– Citra (image) perusahaan lebih baik

– Layanan konsumen lebih baik

– Kepuasan konsumen meningkat

– Keunggulan bersaing lebih besar

– Memperbesar pangsa pasar

– Peluang ekspor lebih besar

– Ekspansi ke pasar internasional

Referensi
Purnama, Nursya’bani, (2005), “ Tinjauan kritis terhadap Implementasi ISO 9000 “ Jurnal Siasat Bisnis,
No. 10, Vol. 2, hal 163 – 178, Desember 2005

-Kesulitan Penerapan ISO

Hambatan terbesar dalam penerapan standar ISO adalah organisasi gagal mendefinisikan
pertanggungjawaban dan wewenang dengan jelas, sedangkan hambatan terbesar setelah penerapan
standar ISO adalah organisasi gagal membawa tinjauan manajemen terhadap sistem manajemen
kualitas mencapai efektivitas sistem.

PT Adhi Karya, Tbk., sebagai salah satu perusahaan jasa konstruksi terbesar di Indonesia, melihat
kebutuhan akan produk-produk precast dan peralatan pendukung konstruksi dalam kegiatan proyek-
proyek konstruksi yang dikerjakan sangatlah signifikan terhadap biaya konstruksi. Sebagai contoh,
kebutuhan produk precast untuk pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh PT Adhi Karya, Tbk. selama
ini sebagian besar masih dipasok oleh produk precast dari pihak lain.

Apabila kebutuhan produk precast 90% dapat dipenuhi sendiri oleh PT Adhi Karya, Tbk., maka ini dapat
menghemat sekitar 10% – 15% dari biaya konstruksi. Atas dasar kebutuhan itulah, maka pada
pertengahan tahun 2012, PT Adhi Karya, Tbk. membentuk divisi baru, yang bernama Divisi Precast &
Peralatan. Tujuan dari pembentukan divisi ini adalah dalam rangka mendukung kegiatan konstruksi
dalam hal pemenuhan produk precast dan pendukung peralatan konstruksi.

Dengan dibentuknya Divisi Precast & Peralatan ini, maka untuk jangka pendek semua kebutuhan produk
precast dan pendukung peralatan konstruksi dapat dipenuhi secara mandiri. Dan untuk jangka panjang,
Divisi Precast & Peralatan diharapkan dapat menjual produk dan jasanya kepada pihak lain selain PT
Adhi Karya, Tbk. Oleh karena itu, untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain di bidang sejenis, maka
pihak manajemen Divisi Precast & Peralatan merasa perlu menerapkan Sistem Manajemen Mutu yang
bersifat global dan dapat diterima oleh pihak pelanggan. Penerapan Sistem Manajemen Mutu tersebut
mengacu kepada Standar ISO 9001:2008 dan diterapkan untuk lokasi Head Office, Plant Precast dan
Plant Peralatan. Penerapan standar ISO 9001:2008 yang menyeluruh pada semua lokasi Divisi Precast &
Peralatan diharapkan dapat mendukung proses bisnis divisi menjadi lebih baik dan responsif dalam
memenuhi permintaan pelanggan.

PT Bika Solusi Perdana, sebagai konsultan yang dipercaya oleh pihak Manajemen Divisi Precast &
Peralatan PT Adhi Karya, Tbk. untuk membantu proses penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO
9001:2008, melaksanakan kegiatan konsultasi dalam 2 tahapan konsultasi.

Tahap pertama, penerapan ISO 9001:2008 dilakukan di Head Office Divisi Precast & Peralatan, Jl. Raya
Pasar Minggu KM. 18, Jakarta. Lingkup penerapan ISO 9001:2008 di Head Office ini meliputi aktifitas
marketing, engineering, procurement, HRD & GA, sedangkan tahap kedua penerapan ISO 9001:2008
dilakukan di Plant Peralatan – Cibitung dan Plant Precast – Sadang.

Tahapan pelaksanaan kegiatan konsultasi adalah :

1. Kegiatan Diagnostic Assessment

Tujuan kegiatan Diagnostic Assessment adalah untuk mendapatkan gambaran awal mengenai proses
bisnis, penerapan sistem manajemen dan ketersediaan dokumen disesuaikan dengan persyaratan
Standar ISO 9001:2008.

2. Pelatihan Pemahaman Persyaratan ISO 9001:2008

Tujuan pelatihan adalah memberikan pemahaman persyaratan standar ISO 9001:2008 kepada seluruh
personil yang terlibat dalam penerapan ISO di Divisi Precast & Peralatan. Pelatihan yang diikuti mulai
dari level manajemen sampai pelaksana ini membrikan detail pemahaman interpretasi klausul ISO
9001:2008.

3. Pengembangan Dokumen Mutu

Proses selanjutnya adalah pengembangan dokumen sistem manajemen mutu, setelah mendapatkan
gambaran flow process di Divisi Precast & Peralatan di PT Adi Karya, Tbk., maka Konsultan BSP
melakukan pengembangan dokumen, mulai dari pembuatan Manual Mutu, prosedur yang
dipersyaratkan oleh standar ISO 9001 beserta rekamannya, dan prosedur lain yang diperlukan untuk
memastikan penerapan sistem manajemen mutu pada proses bisnis di atas terkendali dan berjalan
efektif. Selain itu ditetapkan pula Kebijakan Mutu Divisi Precast & Peralatan beserta Sasaran Mutu yang
akan dicapai dengan diterapkannya standar ISO 9001:2008.

4. Penerapan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001 dan Monitoringnya

Setelah dokumen mutu yang dibutuhkan sesuai dengan persyaratan ISO 9001:2008 direview dan
disahkan oleh pihak manajemen, tahapan selanjutnya adalah menjalankan sistem manajemen mutu
tersebut dalam keseharian proses di Head Office maupun di lokasi plant. Selama kegiatan penerapan
sistem manajemen mutu ISO 9001, Konsultan BSP juga melakukan monitoring kegiatan untuk
memastikan sistem dijalankan dengan konsisten serta membantu bila terjadi ketidaksesuaian dalam
penerapan sistem.

5. Pelaksanaan Audit Mutu Internal dan Tinjauan Manajemen

Tujuan pelaksanaan audit mutu internal adalah mengukur efektifitas penerapan sistem manajemen
mutu yang sudah diterapkan. Namun sebelum pelaksanaan audit mutu internal dilaksanakan, pihak
Konsultan BSP memberikan pelatihan audit mutu internal kepada calon-calon auditor mutu internal
Divisi Precast & Peralatan PT Adhi Karya, Tbk. Pelatihan ini bertujuan untuk memastikan para calon
auditor memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk menjalankan tugasnya sebagai tim auditor mutu
internal.
Setelah pelaksanaan audit internal dilaksanakan disertai dengan pelaksanaan perbaikan ketidaksesuaian
yang ditemukan, selanjutnya fase penerapan ISO 9001 dilanjutkan dengan pelaksanaan rapat tinjauan
manajemen. Rapat tinjauan manajemen ini membahas antara lain hasil pelaksanaan audit mutu internal,
tindakan perbaikan yang telah atau sedang dilakukan, pembahasan kinerja proses dan pencapaian
sasaran mutu dan sebagainya.

6. Proses Sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008

Setelah dianggap siap, fase terakhir adalah proses sertifikasi Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2008 di
Divisi Precast & Peralatan yang dilakukan oleh badan sertifikasi URS pada akhir bulan Feruari 2013 untuk
Head Office Jakarta dan pada awal bulan Mei 2013 untuk Plant Peralatan Cibitung dan Plant Precast
Sadang.

Berkat kerjasama dan dukungan dari semua pihak di Divisi Precast & Peralatan, akhirnya pihak Badan
Sertifikasi menyatakan Sistem Manajemen Mutu Divisi Precast & Peralatan sesuai dengan persyaratan
standar ISO 9001:2008 dan direkomendasikan meraih sertifikat ISO 9001:2008.

PT Bika Solusi Perdana (BSP) dengan ini mengucapkan terimakasih atas kepercayaan yang diberikan oleh
Divisi Precast & Peralatan PT Adhi Karya, Tbk. serta kerjasama yang sangat baik selama proses
pengembangan dan implementasi ISO 9001:2008. Selamat atas pencapaiannya memperoleh Sertifikat
ISO 9001:2008. Semoga prestasi ini dapat terus dipertahankan dan selanjutnya semangat untuk terus
melakukan perbaikan berkesinambungan (continuous improvement) yang terdapat dalam ISO
9001:2008 dapat terus terpelihara dan terjaga

2. Jelaskan QFD (Quality Fuction Deploymnent) !

JAWABAN :

Quality Function Deployment (QFD) adalah metodologi dalam proses perancangan dan pengembangan
produk atau layanan yang mampu mengintegrasikan ‘suara-suara konsumen’ ke dalam proses
perancangannya. QFD sebenarnya adalah merupakan suatu jalan bagi perusahaan untuk
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan serta keinginan konsumen terhadap produk atau jasa yang
dihasilkannya. Berikut ini dikemukakan beberapa definisi Quality Function Deployment menurut para
pakar :

1) QFD merupakan metodologi untuk menterjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumen ke dalam
suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknis dan karakteristik kualitas tertentu (Akao,
1990; Urban, 1993).
2) QFD adalah metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses perancangan dan pengembangan
produk suntuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi secara
sistematis kapabilitas produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen (Cohen,
1995).

3) QFD adalah sebuah sistem pengembangan produk yang dimulai dari merancang produk, proses
manufaktur, sampai produk tersebut ke tangan konsumen, dimana pengembangan produk berdasarkan
keinginan konsumen (Djati, 2003).

Sumber:

http://waystoperfect.blogspot.co.id/2010/05/quality-function-deployment-qfd.html

3. Gambarkan The House of Quality! Jelaskan matrix;

Gambar 1 : House of Quality (sumber : Davis, 2003)

Render dan Heizer (2006) mengemukakan bahwa satu alat QFD (Quality Function Develoyment) adalah
rumah kualitas (house of quality). Rumah kualitas merupakan bagian – bagian dari proses QFD yang
menggunakan sebuah matriks perencanaan untuk menghubungkan “keinginan” pelanggan dan
“bagaimana” perusahaan tersebut melakukan sesuatu untuk memenuhi keinginan tersebut. Menurut
Dewi (2003) matriks terdiri dari beberapa bagian atau submatrik yang tergabung dalam beberapa cara,
yang masing-masing berisi informasi yang saling berhubungan.
Keterangan tiap bagian dari House of Quality adalah sebagai berikut (Dewi, 2003) :

Costumer Need and Benefit (Bagian A)

Bagian ini merupakan bagian untuk mendefinisikan harapan pelanggan dan mengukur atribut-atribut
mutu produk yang menjadi prioritas dengan cara pembobotan. Data untuk tahap ini diperoleh dari
kuesioner serta berdasarkan hasil literature, penilaian kuesioner menggunakan skala Likert (Dewi, 2003).
Kinner (1988) dalam Umar (2008) mengemukakan bahwa skala Liert adalah skala yang digunakan untuk
mengukur setiap sikap, pendapat, dan presepsi seseorang atau sekelompok orang tentang kejadian atau
gejalan social. Pada masing – masing skala Likert diberikan sejumlah bobot atau nilai.

Planning Matrix (Bagian B)

Planning Matrix digunakan untuk mengetahui posisi relative produk terhadap produk pesaing. Bagian ini
berisi tiga tipe informasi yaitu data pasar kuantitatif (tingkat kepentingan dan kepuasan relative
pelanggan), Goal Setting (settingan capaian untuk produk yang akan diluncurkan), dan perhitungan
untuk penempatan keinginan dan kebutuhan pelanggan. Pada tahap ini atribut produk yang didapatkan
dibandingkan secara relative tingkat kepentingannya, kemudian dilakukan pembobotan (Adriyan, GP,
2012)

Technical Response (Bagian C)

Merupakan tahapan untuk menentukan aktivitas proses yang terkait dengan spesifikasi dan harapan
pelanggan. Keinginan pelanggan yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif harus diterjemahkan ke
dalam suara pengembang (voice of the developer) (Dewi, 2003)

Relationship (Bagian D)

Berisi pertimbangan penilaian keterkaitan hubungan antara elemen-elemen karakteristik teknis (bagian
C) dengan setiap kebutuhan pelanggan pada bagian A (Adriyan, GP, 2012)

Technical Corelation (Bagian E)

Hasanah (2007) mengemukakan bahwa QFD merupakan kunci untuk menu cuncuren engineering,
karena di sini fasilitas untuk mengkomunikasikan satu sama lain dari bagian parameter teknik. Bagian ini
akan memetakan hubungan dan saling ketergantungan di antara parameter teknik. Interaksi antara
parameter teknik dapat dilihat pada keterangan di bawah ini :
Technical Matrix (Bagian F)

Bagian ini berisi berbagai macam informasi yaitu pertama menghitung besarnya pengaruh atau
keterkaitan dari technical response serta kebutuhan dan keinginan konsumen. Kedua perbandingan
antara produk yang dihasilkan instansi maupun perusahaan dan pelayanan atau produk yang dihasilkan
pesaing. Ketiga, adanya perbandingan di atas maka instansi atau perusahaan dapat menetapkan sasaran
kinerja (nilai target) secara teknis yang akan dicapai instansi atau perusahaan. Penetapan target ini
dimiliki instansi atau perusahaan (Dewi, 2003).

Alat utama dari QFD adalah matriks, setiap matriks yang dibuat sebagai bagian dari proses QFD harus
distrukturkan menurut bentuk House of Quality dalam gambar 1. Dalam siklus lengkap proses QFD
terdapat 6 matriks dapat dilihat pada gambar 2 (Nasution, 2006)

Masing – masing matriks digunakan pada gambar 2 memiliki manfaat sendiri manfaat tersebut adalah :

Matriks 1 : Matriks pertama digunakan untuk membandingkan persyaratan pelanggan dengan ciri – ciri
teknikal produk yang berhubungan (Davis, 2003)

Matriks 2 : Matriks ini digunakan untuk membandingkan ciri – ciri teknikal pada matriks 1 dengan
teknologi terapan yang berhubungan (Nasution, 2006)

Matriks 3 : Matriks ketiga ini digunakan untuk membandingkan teknologi terapan pada matriks 2 dengan
proses pemanufakturan yang berhubungan. Matriks ini bermanfaat dalam mengidentifikasi variabel –
variabel penting dalam proses pemanufakturan (Dewi, 2003)
Matriks 4 : Matriks ini digunakan untuk membandingkan proses pemanufakturan dari matriks 3 dengan
proses pengendalian kualitas untuk memastikan kualitas produk (Davis, 2003)

Matriks 5 : Matriks ini digunakan untuk membandingkan proses pengendalian dengan pengendalian
proses statistik untuk memastikan parameter dan variabel proses yang tepat digunakan (Dewi, 2003)

Matriks 6 : Matriks ini digunakan untuk membandingkan parameter pengendalian proses statistik
dengan spesifikasi produk baru untuk menjamin produk sesuai dengan kebutuhan pelanggan (Davis,
2003)

Anda mungkin juga menyukai