Anda di halaman 1dari 3

TUGAS HUKUM DAGANG INTERNASIONAL

DOSEN : Khairus Febryan Fitrahady,SH.,MH

Nama : I Gede Divbodhi Adiguna


Nim : D1A021430
Matkul : Hukum Dagang Internasional
Kelas : B1

Universitas Mataram(UNRAM)
Fakultas Hukum
Ilmu Hukum
2024
BAHAN DISKUSI I
GATT 1947 dibentuk pada tahun 1947 dan mulai berlaku pada tanggal 1 januari 1948. GATT
berfungsi guna membantu dalam pembangunan sistem perdagangan multilateral melalui
perundingan perdagangan. Seiring dengan perkembangan zaman, GATT telah melakukan
beberapa perundingan akhirnya tak lama kemudian pada perundingan terakhir disahkannya
persetujuan untuk membentuk organisasi perdagangan internasional yang dikenal sebagai
World Trade Organization (WTO) yang didirikan pada tanggal 1 Januari 1995.
World Trade Organization (WTO) merupakan organisasi perdagangan internasional yang
bersifat multilateral dalam meningkatkan perdagangan barang maupun jasa yang melewati
batas negara. Pembentukan WTO pada tahun 1995, didasarkan pada serangkaian perjanjian
yang disepakati oleh banyak negara di dunia dengan tujuan untuk mengatur dan mengawasi
perdagangan dunia yang bersifat bebas. Pada saat itu, GATT dialihkan menjadi salah satu
lampiran aturan di perjanjian WTO.World Trade Organization (WTO) merupakan organisasi
perdagangan internasional yang bersifat multilateral dalam meningkatkan perdagangan
barang maupun jasa yang melewati batas negara. Pembentukan WTO pada tahun 1995,
didasarkan pada serangkaian perjanjian yang disepakati oleh banyak negara di dunia dengan
tujuan untuk mengatur dan mengawasi perdagangan dunia yang bersifat bebas. Indonesia
telah ikut serta dalam persetujuan tersebut sejak tanggal 24 Pebruari 1950. Sebagai
konsekuensi dari keikutsertaannya, Indonesia telah meratifikasi melalui Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement on Establishing The World Trade
Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi Perdagangan Dunia) dan pada dasarnya
Indonesia setuju terhadap perdagangan bebas antar Negara.
Dalam perkembangan perdagangan saat ini, Indonesia merupakan Negara yang strategis
dengan kepemilikan sumber daya alam yang melimpah, seperti emas, batubara hingga Nikel.
Dibuktikan bahwa Indonesia dikenal sebagai negara produsen nikel terbesar di dunia.
Berdasarkan data US Geological Survey, Indonesia dan Australia memiliki cadangan nikel
terbesar di dunia, yaitu 21 juta ton di tahun 2022. Hal ini membuat Indonesia melakukan
perdagangan nikel ke negara-negara di dunia.
Namun dalam beberapa waktu terakhir Indonesia memberlakukan pelarangan ekspor biji
nikel, formalnya sejak 1 Februari 2020 yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM
Nomor 11 Tahun 2019 dengan alasan menjaga pasokan dalam Negeri mengingat potensi
pengembangan Pabrik Nikel di Indonesia sangat besar. Tapi hal tersebut justru mendapat
tekanan dari Uni Eropa, dan menggugat hal tersebut kepada WTO.
Pertanyaannya, apakah pelarangan ekspor nikel oleh Indonesia dapat dikategorisasikan
sebagai pembangkangan dan pelanggaran terhadap aturan WTO?

JAWABAN:
Pelarangan ekspor bijih nikel oleh Indonesia tidak dapat dikategorisasikan sebagai
pembangkangan dan pelanggaran terhadap aturan WTO. WTO didirikan pada tahun 1995
dengan tujuan untuk mengatur dan mengawasi perdagangan dunia yang bersifat bebas.
Indonesia telah ikut serta dalam persetujuan tersebut sejak tanggal 24 Februari 1950 dan telah
meratifikasi melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1994 tentang Pengesahan Agreement on
Establishing The World Trade Organization (Persetujuan Pembentukan Organisasi
Perdagangan Dunia).
Dalam perkembangan perdagangan saat ini, Indonesia memiliki kepentingan nasional dalam
rangka mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi kemiskinan. Indonesia juga
memiliki sumber daya alam yang melimpah, seperti emas, batubara hingga Nikel, yang
membuatnya dikenal sebagai negara produsen nikel terbesar di dunia. Berdasarkan data US
Geological Survey, Indonesia dan Australia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, yaitu
21 juta ton di tahun 2022. Hal ini membuat Indonesia melakukan perdagangan nikel ke
negara-negara di dunia.
Namun, dalam beberapa waktu terakhir, Indonesia memberlakukan pelarangan ekspor bijih
nikel, formalnya sejak 1 Februari 2020 yang ditetapkan melalui Peraturan Menteri ESDM
Nomor 11 Tahun 2019 dengan alasan menjaga pasokan dalam Negeri mengingat potensi
pengembangan Pabrik Nikel di Indonesia sangat besar. Tapi hal tersebut justru mendapat
tekanan dari Uni Eropa, dan menggugat hal tersebut kepada WTO.
WTO tidak berfungsi sebagai penutup alat politik negara-negara maju yang hanya
menguntungkan ekonominya, sedangkan negara berkembang semakin terdesak oleh
kebijakan WTO seperti pengurangan stok pangan dan pemberian subsidi kepada petani. WTO
harus mencerminkan nasib negara berkembang untuk mencapai kemakmuran negara
berkembang. WTO tidak boleh digunakan sebagai platform kebijakan untuk mengakomodasi
keinginan beberapa negara.
Dalam konteks ini, pelarangan ekspor bijih nikel oleh Indonesia dapat dipahami sebagai
upaya untuk menjaga pasokan dalam Negeri dan mengembangkan industri domestik, yang
tidak secara langsung melanggar aturan WTO. WTO didirikan untuk mengatur dan
mengawasi perdagangan dunia yang bersifat bebas, tetapi tidak berarti bahwa WTO harus
diinterpretasikan sebagai aturan yang melarang negara untuk mengambil keputusan yang
sesuai dengan kepentingan nasionalnya. Indonesia memiliki hak untuk mengatur ekspor bijih
nikel berdasarkan kepentingan nasionalnya, dan WTO tidak dapat digunakan sebagai alat
untuk menghambat keputusan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai