Anda di halaman 1dari 7

JPDPG (JURNAL PENDIDIKAN DAN PROFESI GURU)

Volume xx Nomor xx 2022, pp xx-yy


E-ISSN:
DOI:

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan


Model Problem Based Learning di Kelas V
SDN 26 Jati Utara
Husni Wulandari1*, Syafri Ahmad2
1Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Padang, Kota Padang, Indonesia
2Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Negeri Padang, Kota Padang, Indonesia
e-mail: husniwulandari20@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan hasil belajar Matematika di SDN 26 Jati
Utara menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Penelitian ini merupakan penelitian
tindakan kelas (PTK) yaitu menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian ini
dilaksanakan sebanyak 2 siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas V
yang berjumlah 20 orang peserta didik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
terhadap hasil belajar Matematika menggunakan model Problem Based Learning (PBL). Hal ini
dapat dilihat dari hasil pelaksanaan siklus I dan siklus II. Pada siklus I rata-rata hasil belajar peserta
didik 72,80% dengan persentase kelulusan jumlah peserta didik yang telah mencapai KKM 62,90%.
Kemudian pada siklus II rata-rata hasil belajar peserta didik yaitu 81,23% dengan persentase
kelulusan jumlah peserta didik yang telah mencapai KKM 77,19%. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan model Problem Based Learning (PBL) berbantu media audio visual
dalam proses pembelajaran sangat membantu peserta didik dalam meningkatkan hasil belajar di kelas
V SDN 26 Jati Utara.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Pembelajaran Matematika, Problem Based Learning, Sekolah Dasar.

Abstract
This research aims to describe the improvement in Mathematics learning outcomes at SDN 26 Jati
Utara using the Problem Based Learning (PBL) model. This research is a classroom action research
(CAR), using qualitative and quantitative approaches. This research was conducted in 2 cycles. Each
cycle consists of four stages, namely planning, implementing, observing, and reflecting. The subjects
of this research were teachers and students of class V, which consisted of 20 students. The results
showed that there was an increase in learning outcomes in Mathematics using the Problem Based
Learning (PBL) model. This can be seen from the results of the implementation of cycle I and cycle
II. In cycle I, the average student learning outcomes was 72.80% with a passing percentage of
students who had achieved the KKM of 62.90%. Then in cycle II the average student learning
outcomes were 81.23% with a passing percentage of students who had reached the KKM of 77.19%.
Thus, it can be concluded that the application of the Problem Based Learning (PBL) model assisted
by audio-visual media in the learning process really helps students in improving learning outcomes
in class V at SDN 26 Jati Utara.

Keywords: Learning Outcomes, Mathematics Learning, Problem Based Learning, Elementary School.

PENDAHULUAN

Matematika merupakan ilmu pasti di dalam dunia pendidikan karena setiap


peserta didik harus berfikir logis, analitis, sistematis dan kreatif supaya peserta
didik dapat menyelesaikan suatu masalah baik di sekolah maupun di dalam
kehidupan sehari-hari. Sebagian peserta didik ada yang beranggapan matematika
mudah, sehingga minat belajar peserta didik meningkat dan tidak sedikit juga psrta

1
Penulis satu, Penulis kedua, Penulis ketiga
JPDPG (Jurnal Pendidikan dan Profesi Guru) Vol xx, No xx (2022)

didik yang beranggapan matematika sulit sehingga peserta didik memandang


pelajaran matematika sulit. Matematika adalah mata pelajaran yang dipelajari dari
pendidikan dasar hingga perguruan tinggi, Matematika menjadi mata pelajaran
yang penting, Alasannya karena matematika menjadi dasar dan utama dalam
mempelajari ilmu yang lainnya. Menurut Suriasumantri (Ruqoyyah,dkk. 2020)
“Matematika adalah salah satu alat berpikir, selain bahasa, logika, dan statistika”.
Selanjutnya, pengertian matematika menurut Ruseffendi (Ruqoyyah,dkk. 2020)
adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara
induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari
unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau
postulat, dan akhirnya ke dalil.
Berdasarkan hasil observasi awal di SDN 26 Jati Utara, diketahui bahwa
rata-rata hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika pada ujian
tengah semester genap tahun pelajaran 2022/2023 belum memuaskan karena
masih jauh dari KKM yang telah ditentukan sekolah yaitu 75. Sesuai dengan hasil
tes tersebut diperoleh informasi bahwa ada beberapa permasalahan yang
ditemukan yaitu: (1) hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran Matematika
pada ujian tengah semester genap masih dibawah KKM, (2) peserta didik merasa
bosan dan jenuh dalam mengikuti proses pembelajaran karena aktivitas peserta
didik hanya sebatas mendengarkan penjelasan yang disampaikan guru saja tanpa
ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran, (3) guru hanya menjelaskan materi
pembelajaran matematika tanpa menggunakan media. Masalah tersebut terjadi
karena guru kurang variatif dalam melaksanakan proses pembelajaran sehingga
pembelajaran menjadi kurang menyenangkan dan terkesan monoton bagi peserta
didik yang menyebabkan kurangnya motivasi peserta didik dalam belajar. Untuk
membantu mengatasi masalah-masalah tersebut, salah satu cara yang dapat peneliti
lakukan adalah dengan memilih model pembelajaran yang tepat dan menggunakan
media pembelajaran.
Pembelajaran yang terlaksana di sekolah dasar pada umumnya masih
menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi matematika, sehingga
peserta didik hanya mendengarkan pendidik tanpa menggunakan model dan media.
Penggunaan model pembelajaran dan media dalam kegiatan belajar mengajar
merupakan hal yang penting dalam meningkatkan hasil belajar, karena dengan
model tersebut pendidik dapat mencapai tujuan pembelajaran. Penggunaan model
dan media harus menjadi pertimbangan seorang pendidik untuk menempatkan
peserta didik sebagai subjek belajar yang tidak hanya mendengarkan saja di dalam
kelas. Media pembelajaran sangatlah dibutuhkan supaya peserta didik lebih
mengerti dengan materi yang disampaikan oleh pendidik. Dengan adanya alat
bantu atau media pembelajaran juga dapat mempermudah pendidik dalam
melaksanakan proses belajar sehingga pembelajaran matematika banyak diminati
oleh peserta didik.
Menurut joyce, weil, dan Calhoun dalam model pembelajaran adalah suatu
deskripsi dari lingkungan pembelajaran, termasuk perilaku guru menerapkan
dalam pembelajaran. Selanjutnya menurut Udin model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Sedangkan menurut Trianto model pembelajaran suatu perencanaan atau pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakn pembelajaran dikelas atau
pembelajaran tutorial. Dari pengertian ahli tersebut maka dapat dismpulkan bawah
model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang

2
Penulis satu, Penulis kedua, Penulis ketiga
JPDPG (Jurnal Pendidikan dan Profesi Guru) Vol xx, No xx (2022)
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Model
pembelajaran yang tepat digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran
Matematika di semester satu adalah model Problem Based Learning (PBL).
Menurut Anugraheni (Pamungkas.2018) Model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) dalam model pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu
model pembelajaran yang melibatkan siswa dalam kegiatan pembelajaran dan
mengutamakan permasalahan nyata baik dilingkungan rumah, sekolah, serta
masyarakat sebagai dasar untuk memperoleh pengetahuan dan konsep melalui
kemampuan keterampilan dalam berpikir kritis dan memecahkan masalah.
Selanjutnya menurut Duch (dalam Putri, 2018) menyatakan bahwa Problem Based
Learning adalah model pembelajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan
memecahkan masalah serta memperoleh pengetahuan. Min Liu (dalam Putri,
2018) karakteristik model pembelajaran Problem Based Learning, yaitu: a)
Learning is student-centered, Proses pembelajaran dalam Problem Based Learning
lebih menitikberatkan kepada siswa sebagai orang belajar. Oleh karena itu,
Problem Based Learning didukung juga oleh teori kontruktivisme dimana siswa di
dorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya sendiri. b) Antbentic
problems form the organizing focus for learning, Masalah yang disajikan kepada
siswa adalah masalah yang otentik sehingga siswa mampu dengan mudah
memahami masalah tersebut serta dapat menerapkannya dalam kehidupan
profesionalnya nanti. c) New information is acquired through self-directed
learning, Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui
dan memahami semua pengetahuan prasyaratnya sehingga siswa berusaha untuk
mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi yang lainnya. d)
Learning occur in small group, Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran
dalam usaha membangun pengetahuan secara kolaboratif, Problem Based Learning
dilaksanakan dalam kelompok kecil. Kelompok yang dibuat menuntut pembagian
tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang jelas. e) Teacher act as facilitator,
Pada pelaksanaan Problem Based Learning, guru hanya berperan sebagai
fasilitator, meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas
siswa dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak diacapai.
Model pembelajaran berdasarkan masalah (Problem Based Learning) ini
juga merupakan salah satu model yang dikembangkan untuk membantu peserta
didik mengembangkan kemampuan berpikir, pengetahuan, pemecahan masalah
dan keterampilan intelektual (belajar berbagai peran orang dewasa melalui
keterlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi dan menjadi
pembelajar yang otonom atau mandiri) serta bertanggung jawab. Adapun Kelebihan
dan Kekurangan Model Pembelajaran Problem Based Learning Shoimin
(dalam Putri, 2018) menyatakan kelebihan model pembelajaran Problem Based
Learning yaitu: 1) siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan
masalah dalam situasi nyata, 2) siswa memiliki kemampuan membangun
pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar, 3) pembelajaran berfokus
pada masalah isehingga materi yang tidak ada hubungannnya tidak perlu
dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa menghafal atau
menyimpan informasi, 4) terjadi aktifitas ilmiah pada siswa melalui kerja
kelompok, 5) siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan baik
dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi, 6) siswa memiiki
kemampuan menilai kemmpuan belajarnya sendiri, 7) siswa memiliki
kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi
atau presentasi hasil pekerjaan mereka, 8) kesulitan belajar siswa secara
individual dapat diatasimelaluikerja kelompok dalam bentuk peer teaching.

3
Penulis satu, Penulis kedua, Penulis ketiga
JPDPG (Jurnal Pendidikan dan Profesi Guru) Vol xx, No xx (2022)
Kekurangan dari model pembelajaran Problem Based Learning yaitu: 1) tidak
dapat diterapkan untuk setiap mata pelajaran, ada bagian guru berperan aktif
dalam menyajikan materi, model ini lebih cocok digunakan pada Pelajaran yang
menuntun kemampuan tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah, 2)
dalam satu kelas memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi sehingga akan
kesulitan dalam pembagian tugas.
Berhubungan dengan hal tersebut karena pendidik hanya menggunakan
media berupa buku dan LKS atau yang ada di dalam kelas saat memberikan materi,
penulis tertarik untuk menggunakan model Problem Based Learning (PBL)
berbantuan media audio visual, penggunaan media dalam pembelajaran dapat
membantu dan mempermudah peserta didik dalam memahami sesuatu yang
abstrak menjadi lebih konkret dalam memahami materi pembelajaran. Media
pembelajaran yang dapat mendukung model Problem Based Learning (PBL) salah
satunya adalah media audio visual. Menurut Sanjaya (2010:172) media audio visual
dapat menampilkan unsur suara dan unsur gambar yang bisa dilihat secara
bersamaan pada saat mengkomunikasikan pesan atau informasi. Karena media
audio visual ini menggunakan dua sekaligus alat indra yaitu mata dan telinga
sehingga peserta didik mudah memahami suatu pelajaran dengan menonton suatu
vidio pembelajaran dan mendengar terus dijelaskan kembali oleh pendidik seperti
vidio animasi bergerak mengenai materi pembelajaran. Jadi peserta didik bisa
menonton sambil belajar sehingga peserta didik termotivasi untuk belajar dan
mudah memahami pembelajaran. Setelah menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) berbantuan media audio visual diharapkan dapat meningkatkan
proses pembelajaran matematika dan fokus utama dalam hasil belajar.
Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Menggunakan
Model Problem Based Learning (PBL) di SDN 26 Jati Utara”

METODE
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Menurut Arikunto
(2015:42) penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
disebuah kelas secara bersama. Penelitian tindakan kelas ini sangat bermanfaat bagi
guru untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran di dalam suatu
proses pembelajaran.

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan pada semester II bulan Mei-Juni tahun ajaran
2022-2023 di SDN 26 Jati Utara. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan sebanyak 2
siklus. Siklus 1 dilakukan 2 pertemuan dan siklus II dilakukan 1 pertemuan.

Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah guru dan peserta didik kelas V SDN 26 Jati
Utara yang berjumlah 20 orang peserta didik.

Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas yang merupakan salah
satu bentuk penelitian yang bersifat reklektif dengan penelitian melakukan tindakan-
tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik
pembelajaran di kelas secara lebih professional. Menurut Arikunto (2019:42)
4
Penulis satu, Penulis kedua, Penulis ketiga
JPDPG (Jurnal Pendidikan dan Profesi Guru) Vol xx, No xx (2022)
penelitian tindakan kelas terdiri atas empat tahap yaitu: (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi.

Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari lembar
pengamatan, lembar non-tes, dan lembar soal objektif. Lembar pengamatan terdiri
dari tiga aspek yang di amati, yaitu: (1) lembar pengamatan rencana pelaksanaan
pembelajaran (2) lembar pengamatan aktivitas guru, (3) lembar pengamatan aktivitas
peserta didik. Lembar non tes digunakan untuk mengumpulkan data yang berkenaan
dengan sikap dan keterampilan peserta didik. Lembar soal objektif digunakan pada
akhir proses pembelajaran untuk mengukur hasil belajar peserta didik.

Analisis Data
Kegiatan terakhir yang dilakukan pada penelitian ini yaitu analisis data yang
diperoleh. Analisis data pada penelitian ini memaparkan data yang diperoleh dari hasil
pelaksanaan pembelajaran untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik
setelah diterapkan model Problem Based Learning (PBL). Analisis data yang
digunakan yaitu analisis data kualitatif dan kuantatif. Dengan menggunakan kedua
jenis analisis data tersebut, peneliti dapat menggabungkan data kualitatif dan
kuantitatif untuk memberikan gambaran yang komprehensif tentang peningkatan hasil
belajar peserta didik dengan menerapkan model Problem Based Learning (PBL).

Tes Hasil Belajar


Dalam menghitung skor hasil belajar peserta didik dapat dilihat dari
ketuntasan belajar peserta didik secara individual dan klasikal. Hal ini sesuai dengan
pendapat Dimyati dan Mudjiono (2013: 200) menyatakan bahwa “Hasil belajar
merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian
dan/atau pengukuran hasil belajar”. Untuk mengetahui presentasi ketuntasan
belajar siswa digunakan rumus sebagai berikut:

1. Ketuntasan Individu
Berdasarkan kriteria ketuntasan yang telah dibuat, maka untuk mengetahui
persentase kemampuan siswa secara individu maka digunakan rumus sebagai
berikut:

Ketuntasan Belajar = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛g 𝑑i𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ x 100% (Trianto, 2018: 241)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙

Peserta didik dikatakan tuntas belajar secara individu jika mencapai ≥ KKM
(70)

2. Ketuntasan Klasikal
Berdasarkan kriteria ketuntasan yang telah dibuat, maka untuk mengetahui
persentase kemampuan siswa secara klasikal maka peneliti menggunakan rumus
sebagai berikut :

Ketuntasan Klasikal = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ peserta didik yang tuntas belajar x 100% (Aqib, dkk, 2010:41)
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎h peserta didik
Suatu kelas dikatakan tuntas secara klasikal apabila ≥ 85% peserta didik tuntas
belajarnya secara individu berdasarkan nilai KKM.

5
Penulis satu, Penulis kedua, Penulis ketiga
JPDPG (Jurnal Pendidikan dan Profesi Guru) Vol xx, No xx (2022)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan hasil belajar
peserta didik di kelas V SDN 26 Jati Utara dengan menggunakan model Problem
Based Learning (PBL). Penelitian ini dilakukan sebanyak 2 siklus yang mana siklus I
dilakukan 2 pertemuan dan siklus 2 dilakukan 1 pertemuan. Berdasarkan hasil
pelaksanaan dan observasi siklus 1 perlu dilakukan refleksi untuk mengetahui
kelemahan dan kelebihan hasil pembelajaran siklus I yang dilakukan guru
menggunakan model Problem Based Learning. Berikut hasil refleksi siklus 1:

1. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada siklus I belum berhasil secara


maksimal. Hal ini terlihat dari hasil belajar peserta didik yang masih di bawah
KKM yaitu dengan rata-rata hasil belajar peserta didik 72,80% dengan
persentase kelulusan jumlah peserta didik yang telah mencapai KKM 62,90%.
2. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning
berbantu media audio visual sudah menunjukkan kegiatan pembelajaran yang
cukup baik. Namun masih banyak kelemahan-kelemahan yang perlu di perbaiki
pada siklus berikutnya.
3. Pada siklus I guru tampak kesulitan dalam membagi kelompok dan mengatur
waktu.
4. Peserta didik tampak bingung dalam melaksanakan langkah-langkah kerja
kelompok dalam pembelajaran.
5. Beberapa peserta didik dalam kelompok terlihat kurang membimbing anggota
yang lain.
6. Berdasarkan kekurangan pada hasil refleksi siklus I di atas, peneliti dapat
melakukan perencanaan pada siklus II, sebagai berikut:
7. Menyusun modul ajar dengan menggunakan model problem based larning pada
mata pelajaran Matematika.
8. Lebih mengoptimalkan lagi dalam pelaksanaan pembelajaran menggunakan
model Problem Based Learning berbantu media audio visual.
9. Meningkatkan keterampilan dalam mengatur waktu yang lebih efektif.
10. Lebih efektif lagi dalam melakukan pembagian kelompok dan mengarahkan
peserta didik dalam melaksanakan langkah-langkah kerja kelompok dalam
pembelajaran.
11. Mengoptimalkan pengelolaan kelas terutama saat berdiskusi

Proses pembelajaran yang dilakukan di siklus II sama dengan pelaksanaan


pembelajaran di siklus I. Pada siklus II guru melakukan perbaikan-perbaikan dari
kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada siklus I. Berdasarkan hasil refleksi
dari siklus II ini terjadi peningkatan hasil belajar peserta didik. Hal ini dapat dilihat
pada siklus I yaitu rata-rata hasil belajar peserta didik 72,80% dengan persentase
kelulusan jumlah peserta didik yang telah mencapai KKM 62,90%. Kemudian pada
siklus II rata-rata hasil belajar peserta didik yaitu 81,23% dengan persentase
kelulusan jumlah peserta didik yang telah mencapai KKM 77,19%. Berdasarkan hasil
yang diperoleh pada siklus II, maka pelaksanaan siklus II sudah terlaksana dengan
baik dan peneliti telah berhasil meningkatkan hasil belajar peserta didik pada mata
pelajaran Matematika semester II dengan menggunakan model Problem Based
Learning (PBL) di kelas V SDN 21 Jati Utara.

PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat peneliti simpulkan
bahwa dengan menggunakan model Problem Based Learning (PBL) berbantu media
Audio visual dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta
6
Penulis satu, Penulis kedua, Penulis ketiga
JPDPG (Jurnal Pendidikan dan Profesi Guru) Vol xx, No xx (2022)
didik terutama pada mata pelajaran matematika semester II di kelas V SDN 26 jati
Utara. Hal ini dapat dilihat dari siklus I rata-rata hasil belajar peserta didik 72,80%
dengan persentase kelulusan jumlah peserta didik yang telah mencapaiKKM
62,90%. Kemudian pada siklus II rata-rata hasil belajar peserta didik 81,23% dengan
persentase kelulusan jumlah peserta didik yang telah mencapai KKM 77,1.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi dkk. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
https://www.google.com/search?sca_esv=558560939&tbm=bks&sxsrf=AB5stBjQBNvgT141T
V3xuTLUT4SKC9KGw:1692538996360&tbm=bks&q=inauthor:%22Siti+Ruqoyyah,++Sukma
+Murni+%26+Linda+Linda%22&sa=X&ved=2ahUKEwiq1pWNruAAxVhwzgGHYzDD4kQ9A
h6BAgIEAU
Ruqayyah Dkk. 2020. Kemampuan Pemahaman Konsep Dan Resiliensi Matematika Dengan Vba
https://www.google.com/search?sca_esv=558560939&tbm=bks&sxsrf=AB5stBguPfeMkRR
QwGHBhIjh5VePnxPzmA:1692540035515&tbm=bks&q=inauthor:%22Shilphy+A.+Octavia%
22&sa=X&ved=2ahUKEwiH0tb8suuAAxWixDgGHduRBIkQ9Ah6BAgEEAU
Microsoft Excel. Purwakarta: Cv. Tre Alea Jacta Pedagogie Octavia Shilphy A. Model-Model
Pembelajaran. (2020). Yogyakarta: Deepublish.https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JL
LS/article/view/14621
Pamungkas, A. D., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018). Meningkatkan keaktifan dan hasil belajar
siswa melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada siswa kelas 4
SD. Naturalistic: Jurnal Kajian dan Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran, 3(1), 287-
293. https://ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JLLS/article/view/14621
Putri, A. A. A. (2018). Pengaruh model pembelajaran PBL berbantuan media gambar terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas III SD. Journal for Lesson and Learning Studies, 1(1), 21-23.
https://www.google.com/search?sca_esv=558560939&tbm=bks&sxsrf=AB5stBhBsOVD8lm
Kv7t_3UATzzRyBVXCTA:1692542295548&tbm=bks&q=inauthor:%22Suharsimi+Arikunto%
22&sa=X&ved=2ahUKEwjelKyyuuAAxWQa2wGHQ3bBWoQ9Ah6BAgFEAU

Anda mungkin juga menyukai