Anda di halaman 1dari 4

AUDIENCE, BEHAVIOR, CONDITION, DEGREE: UNSUR

POKOK PERUMUSAN TUJUAN PEMBELAJARAN


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest

Banyak diantara rekan pendidik kesulitan merumuskan tujuan pembelajaran yang spesifik dan
representatif. Sebenarnya secara berkelanjutan unsur terkait telah mengadakan beberapa
pelatihan melalui diklat. Namun kegiatan diklat tersebut jarang yang menyentuh hal pokok
(dengan esensi materi diklat). Ini dimaklumi, karena maksud pemerintah adalah menyajikan hal
baru terkait dengan pengembangan kurikulum satuan pendidikan (KTSP). Ternyata diantara
peserta diklat banyak yang belum tahu teknik perumusan tujuan pembelajaran yang esensial.

Unsur Audience, Behavior, Condition dan Degree.


Istilah tersebut bagi pendatang baru (baca: guru baru) tidak dipahami. Maklum, diantara sekian
juta guru banyak yang menempuh cara instan dalam menyelesaikan sarjana kependidikannya
(kuliah singkat).
Marilah kita pahami bersama beberapa unsur di atas:
1. Audience.

Secara verbal, audience diartikan sebagai pendengar, peserta. Dalam konteks pembelajaran
yang dimaksud audience adalah peserta didik (baca: siswa/murid). Dalam pembelajaran
audience merupakan sobjek sekaligus objek. Konsep pembelajaran menyatakan bahwa "haram"
hukumnya dalam merumuskan tujuan pembelajaran mengabaikan hal tersebut. Melalui PLGP
yang disampaikan Rayon 116 Universitas Jember hal ini dipertegas. Bahkan bukan hanya
ditingkat penyusunan tujuan pembelajaran dalam memperhatikan unsur tersebut, melainkan
dalam silabuspun harus sudah terbaca unsur tersebut (pahami indikator dalam pengembangan
silabus).
Audience adalah objek yang "dikenai" sasaran proses belajar mengajar, audience juga sebagai
"pelaku" dalam pembelajaran (pahami pengembangan kurikulum mulai SPI, CBSA, hingga
KTSP). Dalam merumuskan tujuan pembelajaran harus nampak bagaimana aktivitas siswa.
Untuk memahami hal ini perhatikan contoh berikut (dalam mata pelajaran PKn):
Setelah menyaksikan video tentang "Pergaulan Hidup Masyarakat", siswa dapat menyebutkan
arti Norma dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Unsur audience pada rumusan tujuan pembelajaran di atas adalah siswa, pada rumusan
tersebut jelaslah bahwa sebagai objek, siswa dikenai "sasaran" dalam proses pembelajaran
tersebut. Rangkaian pemahaman materi Norma dalam situasi di atas harus dikenakan pada
siswa, bukan guru atau pendidik. Sedangkan sebagai sobjek, terlihat pada situasi ketika siswa
harus menyaksikan video tayangan dan harus menyimpulkan video tersebut untuk memperoleh
rumusan arti Norma. Jadi pelaku utama untuk menemukan arti norma adalah siswa. Pelaku
disini kita sinonimkan dengan sobjek.
Secara redaksional, kita boleh saja membuat rumusan tujuan pembelajaran tidak seperti kalimat
di atas, contohnya adalah:
Siswa dapat menyebutkan arti norma dengan bahasanya sendiri, setelah menyaksikan tayang
video tentang pergaulan hidup di masyakarat.
Atau:
Siswa dapat menyebutkan arti norma dengan bahasanya sendiri, setelah diberi tugas
observasi di lingkungannya.
Nah, jelas kiranya bahwa naif rasanya kita hanya "copas" copy dan paste tujuan pembelajaran
untuk menyiapkan administrasi pembelajaran.

2. Behavior

Behavior merupakan tingkah laku atau perilaku atau aktivitas suatu proses. Dalam pembelajaran
behavior nampak pada aktifitas siswa dalam pembelajaran. Potensi siswa dioptimalisasi dalam
kondisi ini, karena siswalah yang menjadi sasaran pembelajaran sekaligus pelakunya.
Pembelajaran tanpa adanya tingkah laku siswa/aktifitas siswa tidak mungkin dilakukan. Aktifitas
sederhana gambaran behaviore siswa adalah mendengarkan, menyimak atau proses yang
lainnya. Aktifitas siswa yang diharapkan harus disesuaikan dengan konteks-konten materi. Untuk
itu, ketika kita mengembangkan silabus harus terlihat jelas pemetaan materinya (pahami
pemetaan materi dalam silabus).
Lantas, seperti apa rumusan tujuan pembelajaran yang ber-behaviore? Kita lihat contoh berikut:
Setelah menyaksikan video tentang "Pergaulan Hidup Masyarakat", siswa
dapat menyebutkan arti Norma dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Unsur behaviore pada rumusan tujuan pembelajaran di atas adalah kata menyebutkan. Siswa
dalam proses tersebut melakukan aktifitas utama menyebutkan arti norma. Tentu sebuah
pertanyaan akan muncul, mengapa kata menyaksikan dalam diskripsi di atas tidak termasuk
kategori unsur behavior? Kata menyaksikan juga termasuk aktifitas siswa, tapi tujuan
utamanya bukan menyaksikan dalam konteks materi norma, tetapi menyebutkan. Karena itu
kita harus paham benar dalam menggunakan setiap kata. Panduan kata kerja
operasional dapat anda pahami pada materi berikutnya.
Penggunaan kata kerja operasional dalam perumusan tujuan pembelajaran tidak boleh lebih dari
satu. Artinya dalam sebuah aktifitas pembelajaran, siswa tidak boleh melakukan lebih dari 1
(satu) perbuatan. Misalnya contoh berikut ini:
Contoh salah dalam menggunakan kata kerja operasional (behaviore)
Setelah menyaksikan video tentang "Pergaulan Hidup Masyarakat", siswa
dapat menyebutkan dan menuliskan arti Norma dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku, dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak
mengenal menjadi mengenal, dari tidak paham menjadi paham. Untuk itu fokus 1 (satu)
perbuatan akan menjadikan pembelajaran lebih berarti.

3. Condition.

Kata Condition, diartikan sebagai keadaan, kondisi. Dalam konteks ini adalah keadaan/kondisi
siswa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan/aktifitas, persyaratan yang perlu dipenuhi agar
perilaku yang diharapkan dapat tercapai. Mengingat bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku, maka keberadaan kondisi sangatlah pokok. Dalam keadaan seperti apa proses
pembelajaran terjadi, sehingga siswa dapat dikatakan mengalami perubahan tingkah
laku. Condition atau keadaan ini erat kaitanya dengan kata degree yang akan dibahas
berikutnya. Mari kita lihat contohnya pada redaksi tujuan pembelajaran yang telah kita tampilkan
di atas:
Setelah menyaksikan video tentang "Pergaulan Hidup Masyarakat", siswa dapat menyebutkan
arti Norma dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Pada setiap rumusan pembejaran selalu berlaku hal tersebut. Variasi penggunaan condition bisa
merupakan rangkatian kata atau gabungan kata. Contoh keadaan/kondisi pada rumusan tujuan
pembelajaran di atas adalah setelah menyaksikan, tergambar bahwa untuk dapat
"menyebutkan arti norma dengan bahasanya sendiri" diperlukan persyaratan
harus menyaksikan video. Bagaimana mungkin pembelajaran memiliki tujuan, jika tidak ada
persyaratan yang diberikan pada situasi tersebut? Bila belum jelas, lihatlah rumusan sederhana
berikut:
Siswa dapat menyebutkan bunyi sila ke-2 dengan benar, setelah melihat lembar balik gambar
rumusan dan lambang sila-sila Pancasila
Rumusan kondisinya jelas, yaitu setelah melihat, bagaimana jika rumusanya:
Siswa dapat menyebutkan bunyi sila ke-2 dengan benar.
Rumusan tersebut sering kita jumpai, termasuk contoh-contoh yang diberikan dari pakar dan
praktisi pendidikan sebagai nara sumber pelatihan/diklat. Agar tidak terjebak, maka sebaiknya
sebelum ikut diklat, workshop atau yang sejenisnya, kita harus memahami dulu secara teoritis.
Rumusan tujuan pembelajaran di atas hanya terdiri dari 3 unsur.

4. Degree
Artinya perbandingan/bandingan, dalam konteks tujuan pembelajaran bertujuan untuk
membandingkan kondisi sebelum dan sesudah belajar. Kembali kita pahami bahwa belajar
merupakan perubahan tingkah laku. Dari tidak bisa menjadi bisa atau apapun perubahannya.
Degree juga merupakan tingkat penampilan yang dapat diterima oleh siswa setelah melalui
rangkaian sajian proses pembelajaran. Kita perhatikan contoh rumusan di atas:
Setelah menyaksikan video tentang "Pergaulan Hidup Masyarakat", siswa dapat menyebutkan
arti Norma dengan menggunakan bahasanya sendiri.
Kondisi/degree pada rumusan di atas adalah "dengan menggunakan bahasanya sendiri".
Tingkat degree tergantung bobot materi yang akan disajikan melalui tujuan pembelajaran.
Degree juga harus berkaitan benar dengan jenis perubahan tingkah laku yang akan ditampilkan
siswa.
Semoga tulisan di atas dapat memperjelas pemahaman kita dalam merumuskan tujuan
pembelajaran. Lepas dari petunjuk teknis di atas, kita harus juga memahami prinsip-prinsip
dalam merumuskan tujuan pembelajaran secara luas. Tetapi dengan memahami materi ini,
cukup bekal bagi kita untuk membuat rumusan pembelajaran yang tepat. Semoga.

Anda mungkin juga menyukai