Anda di halaman 1dari 13

MODEL PEMBELAJARAN GERAK/PERMAIAN

PADA ANAK USIA DINI

Oleh

Kelas : A Pagi

Nim : 421300231

Nama dosen : Rubiyatno

FAKULTAS PENDIDIKAN JASMANI DAN KESEHATAN REKREASI


INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
IKIP PGRI PONTIANAK
2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan
Rahmat, Inayah, Taufik dan Hinayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.
Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk
maupun pedoman bagi pembaca untuk lebih memahami tentang “Model
Pembelajaran Gerak / Permainan pada Anak Usia Dini”.

Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca
untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................

A. Latar Belakang..............................................................................
B. Masalah.........................................................................................
C. Tujuan...........................................................................................

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................

A. pengertian model pembelajaran gerak / permainan pada anak usia


dini...............................................................................................

B. permainan sebagai alat pembelajaran pada anak usia dini............

C. contoh permainan pada anak usia dini..........................................

D. manfaat permainan tradisional dalam mengembangkan potensi seorang


anak................................................................................................
E. kecerdasan gerak kinestetik...........................................................
BAB III PENUTUP.....................................................................................

A. Simpulan........................................................................................

B. Saran..............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk pengetahuan,
keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai pengalaman untuk
mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari.

Belajar juga merupakan proses transfer ilmu dari seorang guru atau pendidik
terhadap muridnya. Untuk membuat anak lebih mudah paham tentang materi yang
di sampaikan oleh seorang pendidik, seorang pendidik haruslah dituntut untuk
memperhatikan beberapa fakor – faktor dan membuat sebuah proses pembelajran
yang sesuai dengan kemaapuan dan usia seorang anak.

Dalam setiap proses pembelajaran mempunyai tahapan-tahapan yang


berbeda cara penyampaiannya. hal ini tergantung dengan berapa usia anak yang
akan kita ajar, dan seperti apa karakter dan kemampuan seorang anak. Seperti
pembelajaran pada anak usia dini sangatlah berbeda cara pembelajarannya dengan
anak yang sudah mulai dewasa.

Pada dasarnya, model pembelajaran pada anak usia dini lebih ditekankan
pada belajar sambil bermain di mana anak lebih aktiv dan banyak melakukan
aktivitas gerak yang baik untuk kesehatan dan tumbuh kembang pada anak usia
dini. dan di dalam permainan tersebut terdapa unsur yang dapat mengasah gerak
pada anak, motorik halus dan kasar, emosional, edukasi, dan masih banyak yang
lainnya.

Oleh sebab itu, untuk memperdalam pemahaman mengenai pembelajran pada


anak usia dini kami tertarik untuk mengangkat sebuah judul makalah yaitu
”Model Pembelajaran Gerak / Permainan pada Anak Usia Dini.
B. Masalah

Berdasarkan dari latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus pembahasan
dalam makalah ini adalah : Seperti apa dan bagaimana Model Pembelajaran
Gerak / Permainan pada Anak Usia Dini. Berdasarkan masalah umum di atas
kemudian di jabarkan menjadi masalah khusus dengan sub-sub masalah sebagai
berikut :

1. Bagaimana pengertian model pembelajaran gerak / permainan pada anak


usia dini ?
2. Seperti apa permainan sebagai alat pembelajaran pada anak usia dini ?
3. Seperti apa contoh permainan pada anak usia dini ?
4. Bagaimana kecerdasan gerak kinestetik itu ?

C. Tujuan

Makalah ini mempunyai tujuan umum yaitu untuk menambah pengetahuan


mengenai Model Pembelajaran Gerak / Permainan pada Anak Usia Dini.

Sedangkan tujuan khusus dari makalah ini adalah untuk mendeskripsikan tentang :

1. Model pembelajaran gerak / permainan pada anak usia dini


2. Permainan sebagai alat pembelajaran pada anak usia dini
3. Contoh permainan pada anak usia dini
4. Kecerdasan gerak kinestetik
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian model pembelajaran gerak / permainan pada anak usia


dini

Model pembelajaran adalah suatu desain atau rancangan yang


menggambarkan proses rincian dan penciptaan situasi lingkungan yang
memungkinkan anak berinteraksi dalam pembelajaran, sehingga terjadi perubahan
atau perkembangan pada diri anak. Model pembelajaran gerak pada anak usia dini
harus memperhatikan beberapa aspek –aspek yang ada pada anak usia dini seperti
kognitif, motorik halus, motorik kasar, sosio-emosional, motorik, dan
intelektual.

B. Permainan sebagai alat pembelajaran pada anak usia dini.

Pada hakekatnya anak belajar sambil bermain, oleh karena itu model
pembelajaran pada anak usia dini pada dasarnya adalah bermain. Sesuai dengan
karakteristik anak usia dini yang bersifat aktif dalam melakukan berbagai
eksplorasi terhadap lingkungannya, maka aktifitas bermain merupakan bagian dari
proses pembelajaran. Pembelajaran diarahkan pada pengembangan dan
penyempurnaan potensi kemampuan yang dimiliki anak seperti kemampuan
berbahasa, sosio-emosional, motorik, dan intelektual. Untuk itu pembelajaran
pada usia dini harus dirancang agar anak tidak merasa terbebani dalam mencapai
tugas perkembangannya, suasana belajar dibuat secara alami, hangat, dan
menyenangkan. Aktivitas bermain (playful activity) yang memberikan
kesempatan pada anak untuk berinteraksi dengan lingkungannya merupakan hal
yang diutamakan. Selain itu, karena anak merupakan individu yang unik dan
sangat variatif, maka unsur variasi individu dan minat anak juga perlu
diperhatikan.
permainan yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan
perkembangan yang dimiliki oleh anak. atas dasar pendapat di atas dapat
dinyatakan bahwa pembelajaran untuk anak usia dini memiliki karakteristik
sebagai berikut dan belajar, bermain, bernyanyi, dan menyenangkan.

pembelajaran untuk anak usia dini menggunakan prinsip belajar sambil bermain
d a n pembelajaran untuk anak usia dini diwujudkan sedemikian rupa
sehingga dapat membuat anak aktif senang bebas memilih dan anak-a n a k belajar
melalui interaksi dengan alat-alat permainan d a n perlengkapan serta manusia
dan anak belajar dengan bermain dalam suasana yang menyenangkan dan hasil
belajar anak menjadi lebih baik jika kegiatan belajar dilakukan dengan teman
sebayanya dan dalam belajar anak menggunakan seluruh alat inderanya.

permainan merupakan interaksi yang sangat penting bagia anak-anak pada usia
dini, karena mampu mengembangkan perkembangan kognitif, memberikan
pengetahuan tentang kehidupan, meningkatkan daya jelajah, meningkatkan
kemampuan psikomotor dan membebaskan perasaan-perasaan terpendam anak.
Dengan bertambahnya usia anak, maka bertambah pula rasa keingintahuannya,
oleh karena itu anak-anak belajar mengenal dunianya melalui bermain.

Sebagai orang tua atau guru tentunya kita perlu memberika permainan yang bukan
hanya membuat anak terhibur dan senang akan tetapi dapat membuat anak selalu
aktif sehingga tubuhnya sehat dan membuatnya cerdas. Namun, dalam memilih
permainan untuk anak, kita juga harus memperhatikan jenis permainan tersebut.
Sebaiknya kita memilih permainan yang sesuai dengan usia dan kemampuan anak,
dan juga permainan itu aman bagi anak dan juga masih banyak hal yang harus kita
perhatikan.
C. Contoh permainan pada anak usia dini

Beberapa contoh permainan yang biasa membuat anak bergerak aktif,


gembira, merangsang motorik halus dan kasar, kemampuan emosional,
bersosialisasi, berbicara dan daya pikir adalah sebagai berikut :

1. Permainan menyambung kata

Permainan ini sangat baik untuk memperlancar kemampuan berbicara anak dan
bermanfaat bagi pertumbuhan otak anak karena dapat merangsang daya ingat
anak.

2. Lempar tangkap tendang bola

Kegiatan ini dapat menyehatkan tubuh balita, membuatnya aktif dan melatih daya
konsentrasi dan penglihatannya.

3. Mengingat berbagai jenis benda

Permainan ini cocok untuk melatih kekompakan jika dilakukan antar kelompok,
dapat melatih konsentrasi dan daya ingat anak.

4. Mencari teman

Aspek-aspek yang dapat dikembangkan dalam bermain “mencari teman” antara


lain:

Fisik Motorik, Dalam kegiatan bermain ini mengajak anak untuk banyak
bergerak dan berlari.

Sosial, dalam permainan ini dapat meningkatkan interaksi antar teman saat anak
mencari pasangannya.

Bahasa, dalam berinteraksi maka akan meningkatkan komunikasi yang terjadi


pada anak sehingga kemampuan anak dalam berkomunikasi dapat terlatih.
D. Manfaat Permainan tradisional dalam mengembangkan potensi yang
di miliki seorang anak.

Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam suku, ras,
budaya, alam yang indah serta memiliki bermacam cabang permainan tradisional.
Permainan tradisional merupakan simbolik dari pengetahuan yang turun temurun
dan mempunyai bermacam-macam fungsi atau pesan dibaliknya, di mana pada
prinsipnya permainan anak tetap merupakan permainan anak. Dengan demikian
bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan anak karena
tujuannya sebagai media permainan.

Supriyadi (2002; 4) menjelaskan bahwa Bruner dan Danalson dari telaahnya


menemukan bahwa sebagian pembelajaran terpenting dalam kehidupan diperoleh
dari masa kanak-kanak yang paling awal, dan pembelajaran itu sebagian besar
diperoleh dari bermain. Melalui permainan tradisional, anak-anak juga dapat
mengembangkan semua potensinya secara optimal, baik potensi fisik yang
berhubungan dengan kecerdasan gerak-kinetetik, mental intelektual dan spiritual.
Oleh karena itu, melalui permainan tradisional bagi anak usia dini merupakan
jembatan berkembangnya semua aspek. Adapun manfaat dari permainan
tradisional adalah:

a. Anak menjadi lebih kreatif

Permainan tradisional biasanya dibuat langsung oleh pemainnya. Menggunakan


barang-barang, benda-benda, atau tumbuh-tumbuhan yang ada di lingkungan
sekitar. Hal ini mendorong anak lebih kreatif menciptakan alat-alat permainan.
Selain itu, permainan tradisional tidak memiliki aturan secara tertulis. Biasanya,
aturan yang berlaku, selain aturan yang sudah biasa digunakan, ditambah dengan
aturan aturan yang disesuaikan dengan kesepakatan para pemain. Di sini juga juga
terlihat bahwa pemain dituntut untuk kreatif menciptakan aturan-aturan yang
sesuai dengan keadaan mereka.
b. Dapat digunakan sebagai terapi kepada anak

Saat bermain, anak-anak akan melepaskan emosinya. Mereka berteriak, tertawa,


dan bergerak. Kegiatan semacam ini dapat digunakan sebagai terapi untuk anak-
anak yang memerlukan kondisi tersebut.

c. Mengembangkan kecerdasan majemuk anak, yaitu kecerdasan; intelektual,


emosional dan personal, kinestetik, natural, spasial, musikal dan spiritual

E. Kecerdasan gerak-kinestetik

Kecerdasan gerak-kinestetik berkaitan dengan kemampuan menggunakan


gerak seluruh tubuh untuk mengekspresikan ide dan perasaannya serta
keterampilan menggunakan tangan untuk mencipta atau mengubah sesuatu
(Tadkiroatun Musfiroh, 2008: 50). Kecerdasan ini meliputi kemampuan fisik yang
spesifik, seperti koordinasi, keseimbangan, keterampilan, kekuatan, kelenturan,
kecepatan dan keakuratan menerima rangsang, sentuhan, dan tekstur.

Stimulasi kecerdasan kinestetik terjadi pada saat bermain. Pada saat bermain
itulah anak berusaha melatih koordinasi otot dan gerak. Stimulasi terjadi dalam
wilayah-wilayah berikut:

1. Koordinasi mata-tangan dan mata-kaki, seperti menggambar, menulis,


memanipulasi objek, menaksir secara visual, melempar, menendang, menangkap;
2. Keterampilan lokomotor, seperti berjalan, berlari, melompat, berbaris,
meloncat, mencongklak, merayap, berguling, dan merangkak.

3. Keterampilan nonlokomotor, seperti, membungkuk, menjangkau, memutar


tubuh, merentang, mengayun, berjongkok, duduk, berdiri

4. Kemampuan mengontrol dan mengatur tubuh seperti menunjukan kesadaran


tubuh, kesadaran ruang, kesadaran ritmik, keseimbangan, kemampuan untuk
mengambil start, kemampuan menghentikan gerak, dan mengubah arah (Catron &
Allen, 1999).

Anak yang cerdas dalam gerak-kinestetik terlihat menonjol dalam


kemampuan fisik (terlihat lebih kuat, lebih lincah) daripada anak-anak seusianya.
Mereka cenderung suka bergerak, tidak bisa duduk diam berlama-lama,
mengetuk-ngetuk sesuatu, suka menirukan gerak atau tingkah laku orang lain
yang menarik perhatiannya, dan senang pada aktivitas yang mengandalkan
kekuatan gerak seperti memanjat, berlari, melompat, berguling. Selain itu, anak
yang cerdas dalam gerak-kinestetik suka menyentuh barang-barang.

Anak yang memiliki kecerdasan gerak-kinestetik memiliki koordinasi tubuh


yang baik. Gerakan-gerakan mereka terlihat seimbang, luwes, dan cekatan.
Mereka cepat menguasai tugas-tugas motorik halus seperti menggunting, melipat,
menjahit, menempel, merajut, menyambung, mengecat dan menulis. Secara
artistic mereka mempunyai kemampuan menari dan menggerakan tubuh mereka
dengan luwes dan lentur. Mereka memerlukan kegiatan belajar yang bersifat
kinestetik dan dinamis. Oleh karena itu proses pembelajaran yang menuntut
konsentrasi anak dalam konteks pasif (duduk tenang di kelas) hendaklah
dikurangi.

Menurut Gardner, kecerdasan gerak kinestetik mempunyai lokasi di otak


serebeum (otak kecil), basal ganglia (otak keseimbangan) dan motor korteks.
Kecerdasan ini memiliki wujud relative bervariasi, bergantung pada komponen-
komponen kekuatan dan fleksibilitas serta dominan seperti tari dan olahraga.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Banyak cara model pembelajaran gerak / permainan pada anak usia dini
yang dapat diterapkan. Tetapi yang paling baik diterapkan model pembelajaran
pada anak usia dini adalah dengan belajar sambil bermain karena dunia anak-anak
adalah dunia bermain. dengan bermain anak dapat aktif bergerak dan melakukan
banyak hal permainan merupakan interaksi yang sangat penting bagia anak-anak
pada usia dini, karena mampu mengembangkan perkembangan kognitif, motorik
halus dan motorik kasar. Melalui bermain seorang anak juga belajar berinteraksi,
bergaul mengenal teman sebayanya.

B. Saran

Kami sarankan kepada pembaca yang mempunyai anak, atau adik agar
Tidak terlalu mengekang atau membatasi gerak dan aktivitas bermain seorang
anak.biarkan anak bermain dengan teman sebayanya atau menggunakan mainan
yang dimilikinya, apabila seorang anak sedang bermain jangan sampai orang tua
kehilangan kontrol atau pengawasan terhadap anak. dengan bermain seorang anak
dapat belajar dan mengetahui banyak hal.
DAFTAR PUSTAKA

Priyanto,Aris. (2014). Pengembangan Kecerdasan Gerak-Kinestetik Pada Anak


Usia Dini Melalui Permainan Tradisional.[online].

Tersedia : http://www.pendidikandiy.go.id/dinas_v4/?view=v_artikel&id=28
[6 desember 2014]

Irmawati, Wahyu. (2014). Permainan untuk Anak Usia Dini. [online].

Tersedia : http://edukasi.kompasiana.com/2014/05/20/permainan-untuk-anak-usia-
dini-658294.html [6 desember 2014]

Anda mungkin juga menyukai