Penuntun Praktikum Bioper 2024
Penuntun Praktikum Bioper 2024
2024
Penuntun Praktikum
Biologi Pertanian
Disusun Oleh:
Tim Pengampu MK Biologi Pertanian
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah- Nya
sehingga penyusunan Modul Praktikum Mata Kuliah Biologi Pertanian ini
dapat diselesaikan. Modul praktikum ini menjadi pedoman dalam
pelaksanaan praktikum Biologi Pertanian yang merupakan salah satu
mata kuliah wajib yang diambil oleh mahasiswa Program Studi
Agronomi, Agroekoteknologi, Agribisnis, Ilmu Tanah, dan Proteksi
Tanaman di Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat.
Dalam modul ini akan dipelajari berbagai bentuk morfologi bagian-
bagian tumbuhan, serangga, fungi dan bakteri serta praktik dasar
perbanyakan tanaman. Melalui pelaksanaan praktikum diharapkan
mahasiswa dapat lebih memahami prinsip-prinsip dasar yang telah
diajarkan dalam kegiatan perkuliahan.
Terimakasih diucapkan kepada semua Asisten Praktikum Tahun
2024 yang telah membantu dalam penyusunan dan pelaksanaan
praktikum ini. Semoga modul ini bermanfaat dan dapat memperlancar
penyelenggaraan praktikum Biologi Pertanian, Universitas Lambung
Mangkurat.
Tim Penyusun
TATA TERTIB PRAKTIKUM
Halaman
Dasar Teori
Bagian-bagian Mikroskop
1. Bagian Mekanis
1.1 Kaki dasar / basis: dapat berbentuak tapal kuda, persegi atau bentuk
yang lain.
1.2 Pilar, lengan dan engsel penggerak berfungsi untuk mengatur
kedudukan mikroskop sesuai keinginan.
1.3 Meja benda: tempat untuk meletakkan benda / objek yang akan
diamati. Pada bagian tengah meja terdapat lubang yang berfungsi
untuk meloloskan cahaya dari cermin pemantul. Di bawah meja
terdapat sub-punggung yang melekat pada kondensor yang berfungsi
memfokuskan cahaya ke objek yang diamati. Di bawah kondensor
1
terdapat diafragma untuk mengatur banyak dan sedikitnya cahaya
yang diperlukan.
1.4 Sekrup penggerak sediaan/objek yang berfungsi untuk
menggerakkan objek ke muka dan ke belakang (sekrup atas)
menggerakkan sediaan ke kiri dan ke kanan (sekrup bawah).
1.5 Sekrup pengatur jarak antara teropong dengan sediaan jumlahnya 2
buah atau menjadi satu yang mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai
pengatur atau penggerak kasar (makrometer) dan halus
(mikrometer).
2. Bagian Optik
2.1 Cermin berfungsi untuk memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke
objek yang diamati.
2.2 Lensa kondensor berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke objek
yang sedang diamati.
2.3 Diafragma berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang
diperlukan saat sedang mengamati objek.
2.4 Lensa objektif yang letaknya dekat dengan sediaan biasanya terdapat
2 atau 3 lensa yang dipasang sekaligus pada mikroskop dengan 3
lensa objektif yaitu 4X, 10X dan 40X.
2.5 Lensa okuler terletak pada bagian atas tabung berdekatan dengan
mata apabila seseorang mengamati objek dengan mikroskop. Lensa
okuler biasanya mempunyai perbesaran 5X, 10X, 12,5X dan 15X.
Tujuan Praktikum
Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
1. Aquades
2. Preparat penampang melintang gabus batang ubi kayu (Manihot
utilisima)
3. Preparat penampang melintang tangkai daun sawi (Brassica juncea L.)
4. Preparat penampang melintang batang bayam (Amaranthus spp.)
5. Preparat penampang melintang rimpang kunyit (Curcuma domestica L.)
6. Preparat penampang membujur daun Hydrilla verticillata L.
Alat
Alat yang digunakan adalah:
1. Mikroskop cahaya monokuler
2. Kaca benda, kaca penutup, pinset, pipet tetes dan preparat
3. Silet/Cutter
4. Kain flanel.
5. Buku gambar dan alat tulis/pensil warna.
6. Lembar kerja, laporan sementara.
Prosedur Kerja
Memelihara Mikroskop
1. Mikroskop harus selalu dibawa dan diangkat dalam posisi tegak.
2. Aturlah kedudukan tabung sedemikian rupa sehingga jumlah lensa
objektif lemah berjarak ±1 cm dari atas meja benda.
3. Aturlah penjepit sediaan dengan rapi dan cermin pada posisi tegak agar
debu tidak banyak menempel.
4. Setiap akan menggunakan mikroskop, bersihkan lensa atau bagian
lainnya dengan kain lap bersih dari bahan halus (flannel).
Pengukuran Mikroskopis/Mikrometer
Untuk mengetahui ukuran objek yang diamati dengan mikroskop
dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang disebut mikrometer
objektif dan mikrometer okuler.
Menggambar Hasil
Hasil pengamatan terhadap mikroskop dapat dituangkan dalam
bentuk gambar, yang dilakukan dengan alat fotografi atau dengan tangan
(manual) disertai dengan judul dan keterangan.
4
PRAKTIKUM II
MORFOLOGI BATANG DAN AKAR
Dasar Teori
7
Tujuan Praktikum
1. Mengamati dan mengetahui berbagai sifat, fungsi, bentuk dan struktur
dari batang pada masing-masing tanaman.
2. Mengetahui berbagai sifat, tugas, bentuk dan bagian-bagian dari akar
pada masing-masing tanaman.
Alat
Alat yang digunakan adalah:
1. Buku gambar.
2. Alat tulis.
3. Kamera.
4. Lembar laporan sementara.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat yang digunakan dan bahan yang akan diamati.
2. Mengamati bagian-bagian batang dan akar tanaman.
3. Menggambarkan hasil pengamatan dengan keterangan yang jelas.
8
PRAKTIKUM III
MORFOLOGI DAUN DAN PERBANYAKAN VEGETATIF
Dasar Teori
Morfologi Daun
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari
batang, umumnya berwarna hijau (dominan mengandung klorofil) dan
terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui
fotosintesis. Fungsi daun bagi tumbuhan adalah: pengambilan zat makanan
(resorbsi), pengolahan zat makanan (asimilasi), penguapan air (transpirasi)
dan pernafasan (respirasi).
Daun lengkap mempunyai bagian-bagian sebagai berikut: upih
daun/pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiole) dan helaian daun
(lamina). Sementara daun tidak lengkap adalah daun yang tidak memiliki
salah satu bagian pokok daun lengkap. Mengenai susunan daun tidak
lengkap ada beberapa kemungkinan sebagai berikut:
1. Daun bertangkai: hanya ada tangkai dan helaian daun.
2. Daun berupih: hanya ada helaian daun dan pelepah.
3. Daun duduk: hanya ada helaian daun.
4. Daun semu: daun yang berkembang dari tangkai.
Daun majemuk adalah daun yang tangkainya bercabang-cabang dan
baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daun sehingga pada satu
tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun sehingga disebut folium
compositum yang disusum oleh ibu tangkai daun (petiolus communis),
tangkai anak daun (petiolus) dan anak daun (folium). Sedangkan daun
tunggal adalah daun yang tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian
daun saja yang disebut dengan folium complex.
Daun majemuk ada bermacam-macam yaitu: daun mejemuk menyirip
(pinnatus), daun majemuk menjari (palmatus) dan daun majemuk
campuran (digito pinnatus). Pada daun majemuk menjari dibagi lagi
menjadi daun majemuk menjari beranak 1, daun majemuk menjari beranak
2, daun majemuk menjari beranak 3, daun majemuk menjari beranak 4,
daun majemuk menjari beranak 5 dan daun majemuk menjari beranak
banyak.
Perbanyakan Tanaman
Perbanyakan tanaman (plant propagation) adalah proses
menciptakan tanaman baru dari berbagai sumber atau bagian tanaman,
seperti biji, stek, umbi, dan bagian tanaman lainnya. Tujuan utama dari
pembiakan tanaman adalah untuk mencapai pertambahan jumlah,
memelihara sifat-sifat penting dari tanaman dan juga untuk
mempertahankan eksistensi jenisnya. Ada dua cara perbanyakan tanaman,
yaitu:
1. Perbanyakan secara seksual atau generatif
Perbanyakan secara seksual atau generatif adalah proses
perbanyakan dengan menggunakan salah satu bagian dari tanaman,
yaitu biji. Biji adalah organ tanaman yang terbentuk setelah terjadinya
proses fertilisasi (menyatunya/ meleburnya gamet jantan dan gamet
betina). Biji dapat dianggap sebagai tanaman mini karena di dalamnya
9
sudah terdapat bagian-bagian tanaman yang tersusun dalam massa yang
kompak.
2. Perbanyakan secara aseksual atau vegetatif
Perbanyakan secara aseksual atau vegetatif adalah proses
perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tertentu
dari tanaman seperti, daun, batang, ranting, pucuk, umbi dan akar untuk
menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya. Prinsip dari
perbanyakan vegetatif adalah merangsang tunas adventif yang ada di
bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna
yang memiliki akar, batang dan daun sekaligus. Perbanyakan tanaman
dengan vegetatif dapat dilakukan dengan berbagai cara dan salah
satunya adalah dengan stek.
Stek berasal dari kata stuk (bahasa Belanda) dan cuttage (Inggris)
yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya, perbanyakan ini dilakukan
dengan menanam potongan pohon induk ke dalam media agar tumbuh
menjadi tanaman baru. Bagian tanaman yang ditanam dapat berupa akar,
batang, daun, atau tunas. Stek batang umumnya dilakukan pada jenis
tanaman yang berkayu namun memiliki diameter batang yang tidak besar.
Banyak jenis tanaman yang dapat diperbanyak menggunakan stek bagian
batang. Contoh tanamannya adalah mawar, kembang sepatu, melati, nilam,
bougenvil dan sebagainya. Stek daun dapat dilakukan untuk
memperbanyak tanaman hias yang berbatang sukulen, berdaun tebal dan
memiliki kandungan air tinggi. Contohnya, begonia, sanseviera, violces,
wijayakusuma, Zamia curcas dan cocor bebek. Bahan stek dapat berupa
daun utuh, atau hanya berupa potongan-potongan daun, tergantung pada
jenis tanamannya.
Tujuan Praktikum
1. Mengamati, mempelajari serta menggambarkan daun sehingga dapat
membedakan antara daun lengkap dan tidak lengkap.
2. Membedakan daun tunggal dan daun majemuk.
3. Mengetahui fungsi daun dalam bidang pertanian.
4. Mengetahui teknik perbanyakan tanaman melalui daun dan batang
dengan cara stek.
5. Mengetahui cara pemeliharaan bibit hasil perbanyakan secara vegetatif.
10
1. Batang (salah satunya): mawar (Rosa sinensis) / bougenvil
(Bougainvillea spectabilis) / melati Jakarta (Jasminum angulare)
2. Cocor bebek (Kalanchoe pinnata).
3. Air.
4. Media: tanah, pupuk kandang dan sekam.
5. ZPT: Golden Gibb atau sejenisnya.
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Alat tulis.
2. Pensil warna.
3. Cutter atau gunting tanaman.
4. Gelas air mineral.
5. Lembar laporan sementara.
Prosedur Kerja
Morfologi Daun
1. Menyiapkan bahan yang akan diamati.
2. Mengindentifikasi bagian-bagian daun untuk membedakan antara daun
lengkap, daun tidak lengkap, daun tunggal dan majemuk.
3. Menggambarkan hasil pengamatan dengan keterangan yang jelas dan
mencari klasifikasi masing-masing tanaman dan memberikan hasil
identifikasi pada masing-masing daun.
11
PRAKTIKUM IV
TATA LETAK DAUN PADA BATANG
Dasar Teori
12
dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1, 6, 11, dst atau daun-daun
nomor 2, 7, 12, dst akan terletak pada ortostik yang sama.
• Membuat diagram
Diagram tata letak daun atau disingkat diagram daun Cara untuk
membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut
yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-
lingkaran yang sempurna. Pada setiap lingkaran berturut-turut dari luar
kedalam digambarkan daunnya, seperti pada pembuatan bagan tadi dan di
beri nomor urut. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak antara dua
daun adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik.
Spiral genetikya dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral
yang putarannya semakin keatas digambar semakin sempit.
Tujuan Praktikum
1. Mengenal berbagai tata letak daun pada batang.
2. Menentukan rumus daun.
3. Menggambar bagan dan diagram daun.
4. Mengetahui fungsi daun bagi pertanian dalam tata letak daun.
13
Alat
Alat yang digunakan adalah:
1. Alat tulis.
2. Lembar laporan sementara.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Amati bagian-bagian daun tata letak duduk daun.
2. Gambarkan bagan tata letak daun yang diamati dan gambarkan diagram
batang.
3. Tentukan rumus tata letak daun dan sudut divergensi dari masing-
masing tanaman yang diamati.
14
PRAKTIKUM V
MORFOLOGI BUNGA DAN PROSES PENYERBUKAN
Dasar Teori
15
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui dan membedakan bunga sempurna dan tidak sempurna,
bunga lengkap dan tidak lengkap, fungsi bunga, dan menggambarkan
bagian-bagian bunga.
2. Mengetahui macam-macam penyerbukan dan proses penyerbukan.
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Buku gambar.
2. Alat tulis.
3. Pensil warna.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengamati bunga kemudian menentukan jenis bunga berdasarkan
kelengkapan, kelamin, warna dan bagian-bagian bunga.
3. Menggambar bagian-bagian bunga tersebut.
16
PRAKTIKUM VI
MORFOLOGI BUAH DAN BIJI, PERKECAMBAHAN, DAN
PERBANYAKAN GENERATIF
Dasar Teori
Buah semu
Buah semu dapat dibedakan atas:
a. Buah semu tunggal, yaitu buah yang terjadi dari satu bunga dengan satu
bakal buah.
b. Buah semu ganda, jika pada satu bunga terdapat lebih dari satu bakal
buah yang bebas satu sama lain, dan kemudian masing-masing dapat
tumbuh menjadi buah. Di samping itu ada bagian lain pada bunga itu
yang ikut tumbuh, dan merupakan bagian buah yang mencolok (dan
seringkali yang berguna).
c. Buah semu majemuk, yaitu buah semu yang terjadi dari bunga majemuk,
tetapi seluruhnya dari luar tampak seperti satu buah saja.
Buah Sejati
Buah sejati terdapat 3 golongan, yaitu:
a. Buah sejati tunggal, yaitu buah sejati yang terjadi dari satu bunga dengan
satu bakal buah saja. Buah ini dapat berisi satu biji atau lebih, dapat pula
tersusun dari satu atau banyak buah dengan satu atau banyak ruangan.
Buah sejati tunggal dapat dibedakan lagi dalam dua golongan yaitu:
1) Buah sejati tunggal yang kering (siccus), yaitu buah sejati tunggal
yang bagian luarnya keras dan mengayu seperti kulit yang kering.
2) Buah sejati tunggal yang berdaging (carnosus), ialah jika dinding
buahnya menjadi tebal berdaging.
b. Buah sejati ganda, terjadi dari satu bunga dengan beberapa bakal buah
yang bebas satu sama lain, dan masing-masing bakal buah menjadi satu
buah. Menurut sifat masing-masing buah yang berkumpul tadi, buah
sejati ganda dapat dibedakan dalam:
1) Buah kurung ganda, misalnya pada mawar (Rosa hybrid Hort.).
Dalam badan yang berasal dari dasar bunganya yang berbentuk
periuk terdapat banyak buah-buah kurung.
2) Buah batu ganda. Pada jenis-jenis rubus (Rubus fraxinifolius Poir.)
bunga banyak bakal buah, yang kemudian masing-masing tumbuh
menjadi buah batu.
17
3) Buah bumbung ganda, berasal dari bunga dengan beberapa bakal
buah yang masing-masing tumbuh menjadi bumbung. Terdapat pada
pohon cempaka (Michelia champaka L.).
4) Buah buni ganda, seperti di atas, tetapi bakal buah berubah menjadi
buah buni. Misalnya srikaya (Annona squamosa L.).
c. Buah sejati majemuk, yaitu buah yang berasal dari suatu bunga
majemuk, yang masing-masing bunganya mendukung satu bakal buah,
tetapi setelah menjadi buah tetap berkumpul, sehingga seluruhnya
tampak seperti satu buah saja. Sama halnya dengan buah sejati ganda,
buah sejati majemuk dapat dibedakan atas:
1) Buah buni majemuk, jika bakal buah masing-masing bunga dalam
bunga majemuk membentuk suatu buah buni. Misalnya pada nenas
(Ananas comosus Merr.).
2) Buah batu majemuk, misalnya terdapat pada pandan (Pandanus
tectorius Sol.). Pada pandan, rangkaian bunga betinanya setelah
mengalami penyerbukan, berubah menjadi batu majemuk, yang
masih kelihatan sebelah luarnya. Kelompok buah tersebut
merupakan kumpulan banyak buah.
3) Buah kurung majemuk, misalnya pada buah matahari (Helianthus
anmus L.). Bunga tumbuhan ini terdiri atas bunga-bunga mandul di
tepi dan bunga yang subur di tengah. Dikarenakan tiap bunga yang
subur itu setelah penyerbukan pembuahan berubah menjadi sebuah
buah kurung, maka seluruh bunga akan berubah menjadi suatu buah
kurung majemuk.
Dinding buah seringkali dengan jelas dapat dibedakan dalam tiga
lapisan yaitu:
1. Kulit luar (exocarpium atau epicarpium), lapisan tipis, tetapi kuat atau
kaku seperti dengan permukaan yang licin.
2. Kulit tengah (mesocarpium) biasanya tebal berdaging atau berserabut,
dan jika lapisan ini dapat dimakan, maka lapisan inilah yang dinamakan
daging buah (sarcocarpium). Misalnya pada mangga (Mangifera
indica).
3. Kulit dalam (endocarpium), yang berbatasan dengan ruang yang
mengandung bijinya, cukup tebal dan keras. Misalnya pada kenari
(Canarium commune L.) dan kelapa (Cocos nucifera L.).
Bagian-bagian buah terdiri atas:
1. Tangkai buah, berfungsi untuk mengabungkan buah dengan batang.
2. Kulit buah, merupakan bagian terluar buah, fungsinya untuk melindungi
daging buah.
3. Daging buah, fungsinya sebagai pelindung biji dan sebagai cadangan
makanan.
18
Pada umumnya, struktur anatomi biji adalah sebagai berikut:
a. Kulit biji : terletak di bagian luar dan melapisi seluruh bagian biji.
b. Hipokotil : bagian bawah aksis (pangkal) yang melekat pada kotiledon.
c. Radikula : bagian ujung (terminal).
d. Epikotil : bagian atas (pangkal).
e. Plumula : bagian ujung, yaitu pucuk dengan sepasang daun.
f. Kotiledon: bagian cadangan makanan.
Kulit biji (spermadermis), terletak paling luar yang berasal dari
intergumen ovule yang mengalami modifikasi selama pembentukan biji
berlangsung. Seluruh bagian intergumen dapat berperan dalam
pembentukan kulit biji. Akan tetapi pada kebanyakan biji sebagian besar
dari jaringan intergumen itu dihancurkan dan diserap oleh jaringan
berkembang lain dari biji itu.
Umumnya kulit biji pada tumbuhan biji tertutup (angiospermae)
terdiri dari dua lapis, yaitu:
1. Lapisan kulit luar (testa) yang berfungsi sebagai pelindung utama dari
bagian dalam biji. Lapisan ini mempunyai bentuk yang bervariasi, ada
yang tipis, kaku seperti kulit, namun ada juga yang keras seperti kayu
atau batu.
2. Lapisan kulit dalam (tagmen), dimana lapisan ini lebih tipis seperti
selaput dan lebih dikenal dengan kulit ari.
Sementara pada tumbuhan biji terbuka (gymnospermae) terdapat
tiga lapisan kulit biji, yaitu:
1. Kulit luar (sarcotesta). Kulit yang tebal dan berdaging serta mengalami
perubahan warna dari muda hingga tua.
2. Kulit tengah (sclerotesta). Kulit yang kuat dan keras, berkayu dan
menyerupai kulit dalam (endocarpium) pada buah batu.
3. Kulit dalam (endotesta). Lapisan kulit ini biasanya melekat pada bagian
biji dan berbentu seperti selaput tipis.
Inti biji (nucleus seminis) terdiri dari:
1. Cadangan makanan, merupakan kandungan yang ada dalam biji, baik
dalam jumlah sedikit maupun banyak. Biji yang sedikit atau bahkan tidak
ada cadangan makanan disebut biji eskalbumin. Cadangan makanan
mempunyai 2 tipe dinding sel, yaitu:
• Dinding tipis : cadangan makanannya disimpan di dalam selnya.
• Dinding tebal : cadangan makanannya disimpan di dinding selnya.
2. Embrio adalah calon tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet
jantan dan betina pada proses tumbuhan. Embrio terdiri dari:
a. Radikula (akar lembaga atau calon akar)
• Dikotil : berkembang menjadi akar tunggang.
• Monokotil : berkembang menjadi akar serabut.
b. Cotyledon (daun lembaga) merupakan daun kecil yang terletak di
bawah daun pertama kecambah.
c. Cauliculus (batang lembaga)
• Ruas batang di atas daun lembaga (internodium epicotylum).
• Ruas batang di bawah daun lembaga (internodium hypocotylum).
Tali pusar (funiculus), merupakan bagian yang menghubungkan biji
dengan plasenta. Tali pusar adalah bagian biji berbentuk menyerupai
tangkai yang menghubungkan biji dengan tembuni. Bila biji masak,
19
biasanya biji akan terlepas dari tali pusarnya ini, dan pada biji hanya
tampak bekasnya saja atau yang lebih dikenal dengan istilah pusar biji.
20
Tahap awal metabolisme untuk tumbuh benih dapat diungkapkan
sebagai 3 proses, yaitu:
1. Perombakan bahan cadangan.
2. Translokasi dari bagian benih ke satu bagian yang lain.
3. Sintesa bahan-bahan yang baru.
Adapun tahapan proses perkecambahan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tahap pertama dimulai dengan penyerapan air oleh benih, melunaknya
kulit benih dan hidrasi oleh protoplasma.
2. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan sel-sel dan enzim-enzim serta
naiknya tingkat respirasi benih.
3. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan
seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang
melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh.
4. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah terurai di
daerah maristematik untuk menghasilkan energi dari kegiatan
pembentukan komponen dalam pertumbuhan sel-sel baru.
5. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.
Pertumbuhan kecambah ini tergantung pada persediaan makanan yang
ada dalam biji.
Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeabel
terhadap air dengan tekanan osmosis tertentu. Serapan air dan berbagai
proses biokimia yang berlangsung pada benih pada akhirnya akan
tercermin pada pertumbuhan dan perkembangan kecambah menjadi
tanaman muda (bibit), kecuali jika benih tersebut dalam keadaan dorman.
21
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui, mengidentifikasi dan dapat menggambarkan buah beserta
bagian-bagiannya.
2. Mengetahui, mengidentifikasi dan dapat menggambarkan bagian-bagian
biji dan fungsinya.
3. Melakukan perbanyakan tanaman secara generatif menggunakan benih
dari beberapa jenis tanaman.
4. Mengetahui tipe perkecambahan biji, proses perkecambahan dan
mengetahui keadaan morfologi kecambah dari berbagai jenis biji.
5. Menggambarkan bagian-bagian dari kecambah yang tumbuh.
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Pisau atau cutter.
2. Gelas air mineral.
3. Buku gambar.
4. Alat tulis.
5. Kamera.
6. Lembar laporan sementara.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam pengamatan morfologi buah dan biji sebagai
berikut:
1. Menyiapkan alat yang digunakan dan bahan yang akan diamati.
2. Pada pengamatan morfologi biji, masing-masing biji dibelah melintang
atau vertikal.
3. Mengamati bagian-bagian buah dan biji tanaman.
4. Menggambarkan hasil pengamatan dengan keterangan yang jelas.
22
Prosedur kerja pada praktikum perkecambahan dan perbanyakan
generatif sebagai berikut:
1. Masing-masing benih direndam selama 24 jam.
2. Menyiapkan media perkecambahan berupa campuran tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1:1.
3. Menyiapkan wadah perkecambahan berupa gelas air mineral yang di
bagian bawahnya dilubangi dan diisi dengan media perkecambahan.
4. Mengecambahkan benih 3 jenis tanaman dadah perkecambahan masing-
masing 2 benih per wadah.
5. Menjaga kelembaban dan mengamati perkecambahan selama 1 minggu.
6. Benih yang berkecambah salah satunya diambil dan secara berhati-hati
dibersihkan dari media yang menempel.
7. Mengamati tipe perkecambahan dari masing-masing benih.
8. Menggambarkan dan menentukan bagian-bagian kecambah (radikula,
plumula, hipokotil, epikotil) dari masing-masing benih.
9. Pada kecambah yang lain, tetap dipelihara pada media tanam sebagai
bahan perbanyakan generatif selama 8 minggu.
23
PRAKTIKUM VII
MORFOLOGI SERANGGA
Dasar Teori
Tujuan Praktikum
1. Mengenali berbagai macam bangsa serangga.
2. Mengetahui morfologi serangga.
Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Alat tulis.
2. Buku gambar.
3. Lembar laporan sementara.
Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Siapkan bahan dan alat.
2. Mengamati bagian-bagian serangga.
3. Menggambar serangga serta bagian-bagiannya.
24
PRAKTIKUM VIII
MORFOLOGI HIFA, SPORA FUNGI, DAN SEL BAKTERI
Dasar Teori
25
Setelah tunas berkembang pada titik tertentu, meskipun belum
terpisah dari sel induk, sel tunas itu sendiri sudah dapat
menumbuhkan tunas baru dengan proses yang sama. Pada akhirnya
tunas terpisah dari sel induk dan menjadi individu baru. Tunas yang
terlepas dari hifa dari fungi berfilamen berlaku seperti spora
(berkecambah dan tumbuh menjadi hifa baru), “spora” ini disebut
dengan blastospora.
c. Spora aseksual fungi. Meskipun telah mempelajari fragmentasi dan
tunas, tetapi sebagian besar fungi berkembangbiak dengan
menghasilkan spora aseksual. Spora yang dihasilkan secara aseksual
seringkali dinamakan dengan mitospora, dan spora-spora ini
dihasilkan dengan berbagai macam cara. Terdapat dua jenis utama
dari spora aseksual, yaitu sporangiospora dan konidia
(konidiospora).
Sporangiospora adalah spora yang dihasilkan di dalam sporangium
(Gambar 1). Spora ini bersifat endogen karena dihasilkan dan disimpan di
dalam sporangium sampai matang dan siap untuk disebarkan. Spora
aseksual ini digunakan pada reproduksi Fungi Chytridiomycota dan
Zygomycota. Terdapat dua jenis utama sporangiospora, yaitu zoospora
(motil) dan aplanspora (non-motil).
Gambar 1. Sporangium
Konidia (konidiospora) adalah spora eksogen yang terbentuk pada
ujung hifa yang disebut konidiofor (Gambar 2). Spora aseksual ini
digunakan pada reproduksi fungi Ascomycota dan Basidiomycota.
Terkadang spora yang dihasilkan dapat memiliki dinding tebal, spora ini
disebut dengan klamidospora atau klamidokonidia.
Konidia
Konidifor
Gambar 2. Konidia
26
2. Secara Seksual
Reproduksi fungi secara seksual terdiri dari tiga urutan tahap, yaitu:
• Plasmogami, merupakan penyatuan (fusion) sitoplasma dari dua sel
induk tanpa penyatuan inti, sehingga terdapat dua inti haploid dalam
satu sel.
• Kariogami, merupakan penyatuan dua inti (haploid) sehingga
membentuk inti baru (zigot) yang diploid.
• Meiosis, merupakan pembelahan sel yang mereduksi kromosom
menjadi setengahnya (diploid menjadi haploid). Inti yang haploid dari
meiosis ini umumnya dimasukkan ke dalam spora yang disebut
meiospora.
Fungi memiliki berbagai metode untuk menyatukan dua inti haploid
yang cocok. Beberapa memproduksi sel seksual (gamet) khusus yang
dilepaskan oleh gametangia yang kemudian menyatu, proses ini disebut
dengan konjugasi gametangia. Beberapa ada yang melakukan kontak
dua gametangia yang dapat dibedakan jenisnya (antheridium dan
arkegonium), proses ini disebut dengan kontak gametangia. Kemudian
dapat juga gamet jantan jatuh pada gametangia betina yang disebut dengan
spermatisasi. Proses lain namun paling jarang terjadi adalah penyatuan
dua hifa yang disebut dengan somatogami.
Gambar 3. Zigospora
Askospora merupakan spora yang terdapat atau diproduksi di dalam
askus (Gambar 4). Spora jenis ini khusus terdapat pada fungi yang
diklasifikasikan sebagai Ascomycota. Umumnya, sebuah askus dapat
mengandung delapan askospora, yang merupakan hasil meiosis yang
diikuti dengan mitosis.
Basidiospora merupakan spora yang dihasilkan oleh sel khusus
yang disebut basidium (Gambar 5). Basidiospora ini khusus terdapat pada
Fungi yang diklasifikasikan sebagai Basidiomycota. Pada bagian bawah
mangkok fungi Basidiomycota, terdapat jutaan dari basidium ini. Sebuah
basidium biasanya memiliki empat basidiospora (kadang berjumlah dua
27
atau delapan). Oleh karena itu, sebuah fungi memiliki kemampuan untuk
melepaskan miliaran spora.
Gambar 4. Askospora
Gambar 5. Basidium-basidiospora
Lactophenol cotton blue (LCB) adalah pewarna yang digunakan untuk
membuat preparat semi permanen fungi/kapang. Komposisi LCB
diantaranya yaitu phenol untuk mematikan organisme hidup, lactic acid
untuk mengawetkan atau menjaga struktur kapang dan cotton blue untuk
mewarnai kitin dan selulosa pada dinding sel kapang sehingga tampak
berwarna biru.
Bakteri
Bakteri berukuran mikroskopis, umumnya tidak berwarna dan
transparan sehingga tidak terlihat kontras dengan lingkungannya. Oleh
karena itu, penting dilakukan suatu pewarnaan menggunakan teknik
tertentu. Fungsi pewarnaan pada mikroba sebagai berikut
a) memberi warna pada sel atau bagian-bagiannya sehingga kontras dan
tampak lebih jelas,
b) untuk menunjukkan bagian-bagian struktur sel,
c) membedakan antar-mikroba, dan
d) menentukan pH dan potensial oksidasi reduksi ekstraseluler dan
intraseluler (Jutono, dkk., 1980).
Pembuatan apusan bakteri merupakan tahap awal sebelum dilakukan
pewarnaan (Gambar 6). Pembuatan preparat bakteri atau apusan bakteri
yang paling banyak digunakan dalam pengecatan bakteri adalah dengan
membuat lapisan suspensi/pulasan bakteri di atas gelas benda kemudian
dikeringanginkan dan dilalukan beberapa kali di atas api spirtus (Jutono
dkk., 1980).
28
Gambar 6. Cara membuat apusan bakteri
29
Beberapa sel bakteri memiliki struktur yang aktif berupa sel vegetatif
dan struktur yang pasif yaitu spora. Spora selain merupakan struktur yang
inaktif juga dapat tahan terhadap kondisi yang kurang menguntungkan bagi
bakteri. Spora sepertinya halnya sel vegetatif dapat diwarnai sehingga dapat
diamati lebih seksama. Teknik pewarnaan adalah pewarnaan differensial,
yaitu menggunakan lebih dari satu pewarna yang hasilnya dapat
membedakan spora dari sel vegetatif.
30
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui teknik pewarnaan spora fungi
2. Mengetahui bentuk sel, hifa, miselia, dan spora dari kapang (fungi)
3. Mengetahui cara membuat apusan bakteri
4. Mengetahui teknik pewarnaan Gram bakteri
5. Mengetahui bentuk sel dan sifat Gram bakteri
Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini:
1. Petridish.
2. Kaca penumpu.
3. Slide glass (gelas objek).
4. Cover glass (kaca penutup).
5. Jarum ose/ent.
6. Lampu spriritus.
7. Laminar air flow.
Prosedur Kerja
Pengamatan Mikroskopik Fungi (Kapang)
1. Dibersihkan gelas objek dan kaca penutup dengan alkohol 70% sampai
bebas lemak, kemudian diteteskan beberapa tetes larutan laktofenol atau
laktofenol cotton blue di atas permukaan gelas objek tersebut.
2. Diambil sedikit koloni biakan dengan jarum inokulasi (jarum ose/ent),
diletakkan dalam tetesan laktofenol dan diuraikan dengan jarum
preparat dengan cara hati-hati, Diusahakan miselium basah terkena
laktofenol.
3. Ditutup dengan kaca penutup sedemikian rupa sehingga tidak terdapat
gelembung udara dalam preparat, dibersihkan kelebihan laktofenol
dengan kertas isap.
4. Diamati dengan mikroskop memakai lensa obyektif pembesaran 10X,
kemudian dengan pembesaran 40X. Pengamatan untuk melihat
morfologi konidia atau spora, digunakan pembesaran 100X.
31
5. Dicatat dan digambar semua yang diamati seperti : miselium (bercabang
atau tidak, berseptum atau tidak, halus atau kasar) , konidia, spora,
konidiofor.
Sterilisasi Alat
1. Disiapkan petridish dan diletakkan di dalam petridish kertas saring, kaca
penumpu, slide glass dan cover glass.
2. Disterilkan petridish yang telah dibungkus dengan kertas.
3. Petridish yang sudah steril digunakan untuk membuat media kubus
untuk mengamati morfologi fungi.
32
8. Buang sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir.
9. Teteskan safranin (Gram D) dan diamkan selama 60 detik.
10. Cuci kembali dengan air mengalir, keringkan dengan cara
menganginanginkan di udara dan keringkan sisa airmenggunkana
kertas tisu.
11. Diamati menggunakan mikroskop perbesaran lemah sampai
perbesaran kuat (1000x) dan diteteskan minyak immersi.
12. Digambar bentuk sel (Gambar 8) dan sifat Gramnya.
33
DAFTAR PUSTAKA
Evert, R.F. 2006. Esau’s Plant Anatomy, 3rd Ed. Meristems, cell and tissues
of the plant body-their structure function and development. Wiley-
Intercience, New Jersey.
34