Anda di halaman 1dari 38

Fakultas Pertanian

Universitas Lambung Mangkurat

2024
Penuntun Praktikum
Biologi Pertanian

Disusun Oleh:
Tim Pengampu MK Biologi Pertanian
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah- Nya
sehingga penyusunan Modul Praktikum Mata Kuliah Biologi Pertanian ini
dapat diselesaikan. Modul praktikum ini menjadi pedoman dalam
pelaksanaan praktikum Biologi Pertanian yang merupakan salah satu
mata kuliah wajib yang diambil oleh mahasiswa Program Studi
Agronomi, Agroekoteknologi, Agribisnis, Ilmu Tanah, dan Proteksi
Tanaman di Fakultas Pertanian, Universitas Lambung Mangkurat.
Dalam modul ini akan dipelajari berbagai bentuk morfologi bagian-
bagian tumbuhan, serangga, fungi dan bakteri serta praktik dasar
perbanyakan tanaman. Melalui pelaksanaan praktikum diharapkan
mahasiswa dapat lebih memahami prinsip-prinsip dasar yang telah
diajarkan dalam kegiatan perkuliahan.
Terimakasih diucapkan kepada semua Asisten Praktikum Tahun
2024 yang telah membantu dalam penyusunan dan pelaksanaan
praktikum ini. Semoga modul ini bermanfaat dan dapat memperlancar
penyelenggaraan praktikum Biologi Pertanian, Universitas Lambung
Mangkurat.

Banjarbaru, 28 Februari 2024

Tim Penyusun
TATA TERTIB PRAKTIKUM

1. Sebelum praktikum dimulai, praktikan diwajibkan


untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya terhadap
materi praktikum yang akan berlangsung.
2. Praktikan diwajibkan hadir 10 menit sebelum
praktikum dimulai untuk mengisi presensi yang
disediakan.
3. Praktikan yang tidak dapat hadir diharuskan
menyerahkan surat keterangan dokter jika sakit atau
surat permohonan izin dari orang tua/wali. Apabila
ketidakhadiran disebabkan karena praktikan
mengikuti suatu kegiatan, diminta untuk
menyerahkan surat izin dari penyelenggara kegiatan
tersebut. Keabsenan praktikan lebih dari 1 pertemuan
tanpa izin/surat sakit akan berdampak tidak dapat
mengikuti UAP.
4. Praktikan diwajibkan mengenakan pakaian yang sesuai
kode etik (rapi, sopan, tidak ketat dll.).
5. Praktikan tidak diperkenankan makan, minum dan
merokok selama praktikum berlangsung.
6. Praktikan diwajibkan memperhatikan penjelasan
asisten dan mengikuti keseluruhan acara praktikum
dengan baik.
7. Praktikan diperkenankan untuk bertanya tentang hal-
hal yang tidak dipahami ketika berlangsungnya
praktiku.
8. Pada setiap materi, akan diberikan pra/post-test.
9. Setiap praktikan wajib membuat laporan sementara
dan mengerjakan tugas materi sebelumnya sebagai
syarat untuk mengikuti pratikum materi selanjutnya.
10. Ujian praktikum akan diadakan setelah seluruh
materi praktikum selesai.
11. Nilai kelulusan akan ditentukan berdasarkan
pra/post-test, laporan sementara, nilai keaktifan dan
nilai ujian akhir.
12. Bagi praktikan yang tidak memenuhi peraturan yang
berlaku akan dikenakan sanksi ringan atau berat
yang akan diumumkan kemudian.
13. Kontrol kehadiran praktikan meliputi presensi masing-
masing kelompok; asisten bertanya ke praktikan dengan
sistem panggil; tugas sementara dikumpul di akhir
praktikum; dan mengulangi penjelasan materi dari
asisten dan berdiskusi.
14. Hal-hal yang belum tertuang dalam peraturan tata
tertib ini akan diatur lebih lanjut oleh koordinator
praktikum.
DAFTAR ISI

Halaman

PRAKTIKUM I. PENGENALAN MIKROSKOP DAN


PENGAMATAN SEL TUMBUHAN ......................... 1
PRAKTIKUM II. MORFOLOGI BATANG DAN AKAR ............................ 5
PRAKTIKUM III. MORFOLOGI DAUN DAN PERBANYAKAN
VEGETATIF ................................................................... 9
PRAKTIKUM IV. TATA LETAK DAUN PADA BATANG ......................... 12
PRAKTIKUM V. MORFOLOGI BUNGA DAN PROSES PENYERBUKAN
...................................................................................... 15
PRAKTIKUM VI. MORFOLOGI BUAH DAN BIJI, PERKECAMBAHAN,
DAN PERBANYAKAN GENERATIF .......................... 17
PRAKTIKUM VII. MORFOLOGI SERANGGA .......................................... 24
PRAKTIKUM VIII. MORFOLOGI HIFA, SPORA FUNGI, DAN SEL
BAKTERI ..................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 34
PRAKTIKUM I
PENGENALAN MIKROSKOP DAN PENGAMATAN SEL
TUMBUHAN

Dasar Teori

Mikroskop (bahasa Yunani: micros = kecil dan scopein = melihat)


merupakan salah satu alat yang penting pada kegiatan laboratorium sains,
khususnya biologi. Mikroskop merupakan alat bantu yang memungkinkan
kita dapat mengamati obyek yang berukuran sangat kecil (mikroskopis).
Ada dua bagian utama yang umumnya menyusun mikroskop, yaitu:
bagian optik, yang terdiri dari kondensor, lensa objektif dan lensa okuler.
Bagian non-optik, yang terdiri dari kaki dan lengan mikroskop, diafragma,
meja objek, pemutar halus dan kasar, penjepit kaca objek dan sumber
cahaya.
Pada perkembangannya mikroskop mampu memberi kontribusi
penting dalam penemuan mikroorganisme dan perkembangan sejarah
mikrobiologi. Salah satu penggunaan mikroskop yang paling sering adalah
untuk pengamatan sel organisme.
Dalam biologi, sel adalah kumpulan materi paling sederhana yang
dapat hidup dan merupakan unit penyusun semua makhluk hidup. Sel
mampu melakukan semua aktivitas kehidupan dan sebagian besar reaksi
kimia untuk mempertahankan kehidupan berlangsung di dalam sel.
Sel tumbuhan adalah penggerak dari suatu tumbuhan itu sendiri. Sel
tumbuhan cukup berbeda dengan sel organisme eukariotik lainnya. Fitur-
fitur berbeda tersebut meliputi vakuola yang besar, dinding sel yang
tersusun atas selulosa dan protein, plasmodesmata, plastida terutama
kloroplas yang mengandung klorofil dan tidak berflagella. Pada tumbuhan
tingkat tinggi, epidermis adalah lapisan jaringan luar, biasanya setebal satu
lapis sel saja, yang menutupi permukaan organ, seperti daun, batang, akar,
dan bunga. Epidermis biasanya tipis, tidak memiliki klorofil dan pada
permukaan yang menghadap ke luar terlapisi oleh kutin yang menghasilkan
kutikula atau lapisan malam.

Bagian-bagian Mikroskop
1. Bagian Mekanis
1.1 Kaki dasar / basis: dapat berbentuak tapal kuda, persegi atau bentuk
yang lain.
1.2 Pilar, lengan dan engsel penggerak berfungsi untuk mengatur
kedudukan mikroskop sesuai keinginan.
1.3 Meja benda: tempat untuk meletakkan benda / objek yang akan
diamati. Pada bagian tengah meja terdapat lubang yang berfungsi
untuk meloloskan cahaya dari cermin pemantul. Di bawah meja
terdapat sub-punggung yang melekat pada kondensor yang berfungsi
memfokuskan cahaya ke objek yang diamati. Di bawah kondensor
1
terdapat diafragma untuk mengatur banyak dan sedikitnya cahaya
yang diperlukan.
1.4 Sekrup penggerak sediaan/objek yang berfungsi untuk
menggerakkan objek ke muka dan ke belakang (sekrup atas)
menggerakkan sediaan ke kiri dan ke kanan (sekrup bawah).
1.5 Sekrup pengatur jarak antara teropong dengan sediaan jumlahnya 2
buah atau menjadi satu yang mempunyai 2 fungsi yaitu sebagai
pengatur atau penggerak kasar (makrometer) dan halus
(mikrometer).

2. Bagian Optik
2.1 Cermin berfungsi untuk memantulkan cahaya dari sumber cahaya ke
objek yang diamati.
2.2 Lensa kondensor berfungsi untuk memfokuskan cahaya ke objek
yang sedang diamati.
2.3 Diafragma berfungsi untuk mengatur intensitas cahaya yang
diperlukan saat sedang mengamati objek.
2.4 Lensa objektif yang letaknya dekat dengan sediaan biasanya terdapat
2 atau 3 lensa yang dipasang sekaligus pada mikroskop dengan 3
lensa objektif yaitu 4X, 10X dan 40X.
2.5 Lensa okuler terletak pada bagian atas tabung berdekatan dengan
mata apabila seseorang mengamati objek dengan mikroskop. Lensa
okuler biasanya mempunyai perbesaran 5X, 10X, 12,5X dan 15X.

Tujuan Praktikum

1. Mengenali bagian-bagian mikroskop, jenis-jenis mikroskop, dan fungsi


bagian mikroskop serta dapat menggunakan dan memelihara mikroskop
dengan baik.
2. Mengamati dan mengenali bentuk sel/ jaringan mati dan hidup
tumbuhan.
2
Bahan dan Alat

Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
1. Aquades
2. Preparat penampang melintang gabus batang ubi kayu (Manihot
utilisima)
3. Preparat penampang melintang tangkai daun sawi (Brassica juncea L.)
4. Preparat penampang melintang batang bayam (Amaranthus spp.)
5. Preparat penampang melintang rimpang kunyit (Curcuma domestica L.)
6. Preparat penampang membujur daun Hydrilla verticillata L.

Alat
Alat yang digunakan adalah:
1. Mikroskop cahaya monokuler
2. Kaca benda, kaca penutup, pinset, pipet tetes dan preparat
3. Silet/Cutter
4. Kain flanel.
5. Buku gambar dan alat tulis/pensil warna.
6. Lembar kerja, laporan sementara.

Prosedur Kerja

Memelihara Mikroskop
1. Mikroskop harus selalu dibawa dan diangkat dalam posisi tegak.
2. Aturlah kedudukan tabung sedemikian rupa sehingga jumlah lensa
objektif lemah berjarak ±1 cm dari atas meja benda.
3. Aturlah penjepit sediaan dengan rapi dan cermin pada posisi tegak agar
debu tidak banyak menempel.
4. Setiap akan menggunakan mikroskop, bersihkan lensa atau bagian
lainnya dengan kain lap bersih dari bahan halus (flannel).

Mencari Bidang Penglihatan


1. Naikkan tabung menggunakan makrometer (pemutar kasar) hingga
lensa objektif tidak membentur meja/panggung bila revolver diputar-
putar.
2. Tempatkan lensa objektif pembesaran lemah (4X atau 10X) dengan
menggunakna revolver sampai berbunyi klik (posisi satu poros dengan
lensa okuler).
3. Bukalah diafragma sebesar-besarnya dengan menarik tangkainya ke
belakang.
4. Aturlah bentuk cermin ke arah cahaya, hingga terlihat lingkaran yang
sangat terang di dalam lensa okuler, mikroskop siap digunakan.

Mencari Bagian Sediaan


1. Naikkan tabung mikroskop menggunakan makrometer hingga jarak
antara lensa objektif dengan permukaan meja ± 3 cm.
2. Letakkan sediaan di tengah-tengah lubang meja benda.
3
3. Putarlah mikrometer ke belakang sampai penuh (perlahan dan hati-
hati).
4. Bidiklah penglihatan mata ke lensa okuler.
5. Untuk mendapatkan pembesaran yang kuat, putar revolver dan lensa
objektif yang sesuai.

Pengukuran Mikroskopis/Mikrometer
Untuk mengetahui ukuran objek yang diamati dengan mikroskop
dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu yang disebut mikrometer
objektif dan mikrometer okuler.

Menggambar Hasil
Hasil pengamatan terhadap mikroskop dapat dituangkan dalam
bentuk gambar, yang dilakukan dengan alat fotografi atau dengan tangan
(manual) disertai dengan judul dan keterangan.

Pengamatan Sel/Jaringan Tumbuhan


1. Mengamati bentuk sel, bagian-bagian sel yang hidup dan gambarkan
hasil pengamatan yang dilakukan di bawah mikroskop.
2. Melengkapi gambar dengan keterangan yang jelas, buatlah pembahasan
hasil pengamatan dan kesimpulan.

4
PRAKTIKUM II
MORFOLOGI BATANG DAN AKAR

Dasar Teori

Morfologi dan Fungsi Batang


Batang (caulis) merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat
penting, mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan.
Batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Pada umumnya
batang mempunyai sifat-sifat berikut:
a. Berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula berbentuk lain,
tetapi selalu bersifat aktinomorf.
b. Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan
tiap buku-buku terdapat daun.
c. Tumbuhnya ke atas menuju cahaya (bersifat fototrop atau heliotrop).
d. Bertambah panjang di ujung.
e. Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak
digugurkan, kecuali cabang atau ranting yang kecil.
f. Tidak berwarna hijau, kecuali pada tumbuhan yang umurnya pendek.
Fungsi batang adalah sebagai berikut:
a. Penyokong atau penopang.
b. Sarana transportasi atau pengangkut.
c. Tempat penyimpanan cadangan makanan.
d. Membantu proses pernapasan.
e. Alat perkembangbiakan.
Berdasarkan tampak batang pada suatu tanaman, maka tumbuhan
dapat dibedakan menjadi tumbuhan yang tidak berbatang (planta acaulis)
dan tumbuhan yang berbatang jelas. Pada tumbuhan yang berbatang jelas
dapat dibedakan atas:
a. Batang basah (herbaceus).
b. Batang berkayu (lignosus).
c. Batang rumput (calmus).
d. Batang mendong (calamus).
Macam-macam bentuk batang:
a. Bulat (teres).
b. Bersegi (angularis): bersegi tiga (tringularis) dan bersegi empat
(quadrangularis).
c. Pipih : filokladia (phyllocladium) dan kladodia (cladodium).
Dilihat dari permukaannya, batang tumbuh-tumbuhan juga
memperlihatkan sifat yang bermacam-macam, seperti:
a. Licin (laevis).
b. Berusuk (costatus).
c. Beralur (sulcatus).
d. Bersayap (alatus).
e. Berambut (pilosus).
f. Berduri (spinosus)
g. Memperlihatkan bekas-bekas daun.
h. Memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu.
i. Memperlihatkan banyak lentisel.
j. Keadaan-keadaan lain, misalnya lepasnya kerak.
5
Arah tumbuh batang pada tumbuhan dibedakan atas 8 macam, yaitu:
a. Tegak lurus (erectus).
b. Menggantung (dependens, pendulus).
c. Berbaring (humifusus).
d. Menjalar atau merayap (repens).
e. Serong ke atas atau condong (ascendens).
f. Mengangguk (nutans).
g. Memanjat (scadens).
h. Membelit (volubilis).
• Membelit ke kiri (sinistrorsum volubilis).
• Membelit ke kanan (dextrorsum volubilis).
Bentuk percabangan pada batang umumnya dibedakan 3 macam cara
percabangan, yaitu:
a. Percabangan monopodial, jika batang pokok selalu tampak jelas karena
lebih besar dan lebih panjang daripada cabang-cabangnya.
b. Percabangan simpodial, batang pokok sukar ditentukan karena dalam
perkembangan selanjutnya dapat berhenti pertumbuhannya atau kalah
besar dan kalah cepat pertumbuhannya dibandingkan cabangnya.
c. Percabangan dikotom atau menggarpu, dimana batangnya setiap kali
mencabang menjadi dua cabang yang sama besarnya.
Arah tumbuh cabang adalah sebagai berikut:
a. Tegak (fastigiatus).
b. Condong ke atas (patens).
c. Mendatar (horizontalis).
d. Terkulai (declinatus).
e. Bergantung (pendulus).

Morfologi dan Fungsi Akar


Akar (radix) merupakan tempat masuknya air dan mineral dari tanah
menuju ke seluruh bagian tumbuhan. Akar juga berfungsi untuk
melekatkan dan menopang tubuh agar kokoh.
Pada tumbuhan tingkat tinggi sistem perakaran dapat dibedakan
menjadi dua, yakni akar serabut dan akar tunggang. Sistem akar serabut
terdapat pada golongan tumbuhan monokotil, seperti padi dan jagung.
Sistem perakaran tunggang terdapat pada kelompok tumbuhan dikotil,
seperti mangga, jambu dan nangka.
Sifat-sifat akar adalah sebagai berikut :
a. Umumnya di dalam tanah, arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau
menuju ke air (hidrotrop).
b. Tidak berbuku-buku, tidak beruas, tidak mendukung daun-daun atau
sisik-sisik.
c. Warna keputih-putihan/kekuning-kuningan.
d. Ujung tumbuh lebih kecil dari pada batang.
e. Bentuk umumnya meruncing.
f. Menyerap air dan zat-zat lain dari tanah.
g. Dapat menjadi tempat penimbunan makanan.
Tugas-tugas akar adalah sebagai berikut:
a. Memperkuat berdirinya tumbuhan.
b. Untuk menyerap air dan zat-zat makanan.
6
c. Mengangkut air dan zat-zat makanan ke tempat-tempat tubuh tumbuhan
yang memerlukan.
d. Sebagai tempat penimbunan makanan.
Bagian-bagian akar terdiri atas:
a. Leher akar / pangkal akar (collum).
b. Ujung akar (apex radicis).
c. Batang akar (corpus radicis).
d. Cabang-cabang akar (radix lateralis).
e. Serabut akar (fibrilla radicalis).
f. Rambut-rambut akar / bulu-bulu akar (pilus radicalis).
g. Tudung akar (calyptra).
Menurut bentuknya, akar dibedakan menjadi akar tunggang dan akar
serabut. Akar tunggang memiliki akar pokok yang tumbuh memanjang.
Pada akar pokok terdapat akar lateral (samping) yang tumbuh ke samping.
Akar lateral merupakan cabang-cabang dari akar pokok. Akar serabut
membentuk kumpulan seperti serabut-serabut tipis. Pada akar serabut
tidak terdapat akar pokok yang tumbuh memanjang dan tiap-tiap akar
memiliki bentuk maupun panjang yang hampir sama.
Pada beberapa tumbuhan terdapat akar-akar yang mempunyai fungsi
khusus. Akar seperti ini disebut akar semu antara lain:
a. Akar Gantung
Akar gantung tumbuh dari bagian atas batang dan tumbuh ke arah tanah.
Oleh karena itu, akar tersebut terlihat menggantung di udara. Akar
gantung ini berfungsi menyerap uap air dan gas dari udara. Namun, bila
telah mencapai tanah, akar tersebut masuk ke dalam tanah dan berfungsi
menyerap air dan garam-garam mineral. Tumbuhan yang memiliki akar
gantung misalnya beringin.
b. Akar Napas
Akar napas tumbuh keluar dari batang bagian bawah. Akar tersebut
sebagian muncul di permukaan tanah dan sebagian lagi di dalam tanah.
Akar ini terlihat seperti menopang tegaknya batang. Akar napas
mempunyai banyak celah tempat masuknya udara. Jadi, sesuai namanya
akar napas berfungsi untuk bernafas. Tumbuhan yang mempunyai akar
napas, misalnya bakau.
c. Akar Pelekat
Akar pelekat tumbuh di sepanjang batang. Akar pelekat terdapat pada
tumbuhan yang tumbuh memanjang. Akar ini berfungsi untuk
melekatkan batang pada tembok maupun tumbuhan lain. Tumbuhan
yang mempunyai akar pelekat, misalnya sirih.
d. Akar Tunjang
Akar tunjang merupakan cabang akar yang tumbuh tegak lurus ke atas.
Akar tunjang terlihat menyembul ke permukaan tanah. Akar ini banyak
celah digunakan untuk masuknya udara. Selain itu, akar tunjang
membantu menopang berat pohon. Tumbuhan yang mempunyai akar
tunjang, misalnya kayu api dan gayam.

7
Tujuan Praktikum
1. Mengamati dan mengetahui berbagai sifat, fungsi, bentuk dan struktur
dari batang pada masing-masing tanaman.
2. Mengetahui berbagai sifat, tugas, bentuk dan bagian-bagian dari akar
pada masing-masing tanaman.

Bahan dan Alat


Bahan
Bahan yang digunakan untuk pengamatan adalah sebagai berikut:
1. Batang mawar (Rosa sp.).
2. Batang nangka (Artocarpus integra Merr.).
3. Batang mangga (Mangifera indica).
4. Batang bayam (Amaranthus sp.).
5. Batang teki-tekian (Cyperus rotundus).
6. Batang bambu (Bambusa sp.).
7. Batang sawi (Brassica juncea L.).
8. Batang jambu (Psidium guajava).
9. Simpodial (kangkung rawal)
10. Menggarpu (cabai)

Alat
Alat yang digunakan adalah:
1. Buku gambar.
2. Alat tulis.
3. Kamera.
4. Lembar laporan sementara.

Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat yang digunakan dan bahan yang akan diamati.
2. Mengamati bagian-bagian batang dan akar tanaman.
3. Menggambarkan hasil pengamatan dengan keterangan yang jelas.

8
PRAKTIKUM III
MORFOLOGI DAUN DAN PERBANYAKAN VEGETATIF

Dasar Teori

Morfologi Daun
Daun merupakan salah satu organ tumbuhan yang tumbuh dari
batang, umumnya berwarna hijau (dominan mengandung klorofil) dan
terutama berfungsi sebagai penangkap energi dari cahaya matahari melalui
fotosintesis. Fungsi daun bagi tumbuhan adalah: pengambilan zat makanan
(resorbsi), pengolahan zat makanan (asimilasi), penguapan air (transpirasi)
dan pernafasan (respirasi).
Daun lengkap mempunyai bagian-bagian sebagai berikut: upih
daun/pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiole) dan helaian daun
(lamina). Sementara daun tidak lengkap adalah daun yang tidak memiliki
salah satu bagian pokok daun lengkap. Mengenai susunan daun tidak
lengkap ada beberapa kemungkinan sebagai berikut:
1. Daun bertangkai: hanya ada tangkai dan helaian daun.
2. Daun berupih: hanya ada helaian daun dan pelepah.
3. Daun duduk: hanya ada helaian daun.
4. Daun semu: daun yang berkembang dari tangkai.
Daun majemuk adalah daun yang tangkainya bercabang-cabang dan
baru pada cabang tangkai ini terdapat helaian daun sehingga pada satu
tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun sehingga disebut folium
compositum yang disusum oleh ibu tangkai daun (petiolus communis),
tangkai anak daun (petiolus) dan anak daun (folium). Sedangkan daun
tunggal adalah daun yang tangkai daunnya hanya terdapat satu helaian
daun saja yang disebut dengan folium complex.
Daun majemuk ada bermacam-macam yaitu: daun mejemuk menyirip
(pinnatus), daun majemuk menjari (palmatus) dan daun majemuk
campuran (digito pinnatus). Pada daun majemuk menjari dibagi lagi
menjadi daun majemuk menjari beranak 1, daun majemuk menjari beranak
2, daun majemuk menjari beranak 3, daun majemuk menjari beranak 4,
daun majemuk menjari beranak 5 dan daun majemuk menjari beranak
banyak.

Perbanyakan Tanaman
Perbanyakan tanaman (plant propagation) adalah proses
menciptakan tanaman baru dari berbagai sumber atau bagian tanaman,
seperti biji, stek, umbi, dan bagian tanaman lainnya. Tujuan utama dari
pembiakan tanaman adalah untuk mencapai pertambahan jumlah,
memelihara sifat-sifat penting dari tanaman dan juga untuk
mempertahankan eksistensi jenisnya. Ada dua cara perbanyakan tanaman,
yaitu:
1. Perbanyakan secara seksual atau generatif
Perbanyakan secara seksual atau generatif adalah proses
perbanyakan dengan menggunakan salah satu bagian dari tanaman,
yaitu biji. Biji adalah organ tanaman yang terbentuk setelah terjadinya
proses fertilisasi (menyatunya/ meleburnya gamet jantan dan gamet
betina). Biji dapat dianggap sebagai tanaman mini karena di dalamnya

9
sudah terdapat bagian-bagian tanaman yang tersusun dalam massa yang
kompak.
2. Perbanyakan secara aseksual atau vegetatif
Perbanyakan secara aseksual atau vegetatif adalah proses
perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian-bagian tertentu
dari tanaman seperti, daun, batang, ranting, pucuk, umbi dan akar untuk
menghasilkan tanaman baru yang sama dengan induknya. Prinsip dari
perbanyakan vegetatif adalah merangsang tunas adventif yang ada di
bagian-bagian tersebut agar berkembang menjadi tanaman sempurna
yang memiliki akar, batang dan daun sekaligus. Perbanyakan tanaman
dengan vegetatif dapat dilakukan dengan berbagai cara dan salah
satunya adalah dengan stek.
Stek berasal dari kata stuk (bahasa Belanda) dan cuttage (Inggris)
yang artinya potongan. Sesuai dengan namanya, perbanyakan ini dilakukan
dengan menanam potongan pohon induk ke dalam media agar tumbuh
menjadi tanaman baru. Bagian tanaman yang ditanam dapat berupa akar,
batang, daun, atau tunas. Stek batang umumnya dilakukan pada jenis
tanaman yang berkayu namun memiliki diameter batang yang tidak besar.
Banyak jenis tanaman yang dapat diperbanyak menggunakan stek bagian
batang. Contoh tanamannya adalah mawar, kembang sepatu, melati, nilam,
bougenvil dan sebagainya. Stek daun dapat dilakukan untuk
memperbanyak tanaman hias yang berbatang sukulen, berdaun tebal dan
memiliki kandungan air tinggi. Contohnya, begonia, sanseviera, violces,
wijayakusuma, Zamia curcas dan cocor bebek. Bahan stek dapat berupa
daun utuh, atau hanya berupa potongan-potongan daun, tergantung pada
jenis tanamannya.

Tujuan Praktikum
1. Mengamati, mempelajari serta menggambarkan daun sehingga dapat
membedakan antara daun lengkap dan tidak lengkap.
2. Membedakan daun tunggal dan daun majemuk.
3. Mengetahui fungsi daun dalam bidang pertanian.
4. Mengetahui teknik perbanyakan tanaman melalui daun dan batang
dengan cara stek.
5. Mengetahui cara pemeliharaan bibit hasil perbanyakan secara vegetatif.

Bahan dan Alat


Bahan
Bahan yang digunakan untuk pengamatan morfologi daun:
1. Daun Colocasia esculenta
2. Daun Mangifera indica
3. Daun Saccharum officinarum / Zea mays
4. Daun Gliricidia maculatum / Averrhoa carambola
5. Daun Hevea brasiliensis
6. Daun Citrus hystrix
7. Daun Manihot utilisima
8. Tanaman Sonchus arvensis / Aloe vera / Sansevieria sp.

Bahan yang digunakan untuk perbanyakan vegetatif melalui daun dan


batang:

10
1. Batang (salah satunya): mawar (Rosa sinensis) / bougenvil
(Bougainvillea spectabilis) / melati Jakarta (Jasminum angulare)
2. Cocor bebek (Kalanchoe pinnata).
3. Air.
4. Media: tanah, pupuk kandang dan sekam.
5. ZPT: Golden Gibb atau sejenisnya.

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Alat tulis.
2. Pensil warna.
3. Cutter atau gunting tanaman.
4. Gelas air mineral.
5. Lembar laporan sementara.

Prosedur Kerja
Morfologi Daun
1. Menyiapkan bahan yang akan diamati.
2. Mengindentifikasi bagian-bagian daun untuk membedakan antara daun
lengkap, daun tidak lengkap, daun tunggal dan majemuk.
3. Menggambarkan hasil pengamatan dengan keterangan yang jelas dan
mencari klasifikasi masing-masing tanaman dan memberikan hasil
identifikasi pada masing-masing daun.

Perbanyakan Melalui Daun


1. Daun dipotong dengan menggunakan cutter.
2. Menyiapkan media tanam berupa campuran tanah : pupuk kandang :
sekam dengan perbandingan 1:1:1.
3. Menyiapkan wadah tanam berupa gelas air mineral yang di bagian
bawahnya dilubangi dan kemudian diisi dengan media tanam.
4. Menanam 2 daun per media tanam.
5. Menjaga kelembaban dan memelihara selama 8 minggu.
6. Mengamati pertumbuhan tunas dan akar pada masingmasing stek daun.

Perbanyakan melalui Stek Batang


1. Batang dipotong dengan menggunakan cutter/gunting tanaman.
2. Menyiapkan media tanam berupa campuran tanah : pupuk kandang :
sekam dengan perbandingan 1:1:1.
3. Menyiapkan wadah tanam berupa gelas air mineral yang di bagian
bawahnya dilubangi dan kemudian diisi dengan media tanam.
4. Menanam 1 batang per media tanam.
5. Menjaga kelembaban dan memelihara selama 8 minggu.
6. Mengamati pertumbuhan tunas dan akar pada masing-masing stek
batang.

11
PRAKTIKUM IV
TATA LETAK DAUN PADA BATANG

Dasar Teori

Bagian batang atau cabang tempat duduknya daun disebut buku


batang (nodus). Bagian ini seringkali tampak sebagai bagian batang yang
sedikit membesar dan melingkar batang sebagai suatu cincin, seperti pada
bambu (Bambusa sp.), tebu (Saccharum officinarum L.) dan semua
rumput pada umumnya. Duduknya daun pada batang memiliki aturan yang
disebut tata letak daun. Cara untuk mengetahui bagaimana tata letak daun
pada batang, harus ditentukan terlebih dahulu berapa jumlah daun yang
terdapat pada suatu buku-buku batang, yang kemungkinannya adalah:
A. Pada setiap buku batang hanya terdapat satu daun
Pada setiap buku batang hanya terdapat satu daun dinamakan dengan
folia sparsa (tersebar). Walaupun dinamakan tersebar, apabila diteliti
justru ditemukan adanya hal-hal yang bersifat beraturan. Jika pada suatu
tumbuhan, batangnya dianggap mempunyai bentuk silinder, maka buku-
buku batang sebagai lingkaran-lingkaran dengan jarak yang teratur pada
silinder tadi, dan tempat duduk daun adalah suatu titik pada lingkaran itu.
Ketika kita menjadikan satu titik (tempat duduk daun) sebagai suatu titik
tolak kemudian bergerak mengikuti garis yang ada di atasnya dengan jarak
terpendek, demikian seterusnya, kita akan sampai pada garis vertikal di atas
pangkal tolakan yang pertama. Kejadian seperti ini akan terus berulang
kembali, walaupun kita menggunakan daun yang lain sebagai titik tolak.
B. Pada setiap buku batang terdapat dua daun yang berhadapan
Pada setiap buku-buku terdapat 2 daun yang berhadapan (terpisah
oleh jarak sebesar 180o). Pada buku-buku batang berikutnya biasanya
kedua daunnya membentuk suatu silang dengan dua daun yang
dibawahnya tadi. Tata letak daun yang demikian ini dinamakan:
berhadapan-bersilang (folia opposita atau folia decussata), contoh pada
mengkudu (Morinda citrifolia L.), soka (Ixora poludosa Kurz.), dan lain-
lain.
C. Pada setiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun
Tata letak daun dimana pada setiap buku batang terdapat lebih dari
dua daun dinamakan berkarang (Folia verticillata). Ditemukan pada pohon
pulai (Alstonia scholaris R.Br.), alamanda (Allamanda cathartica L.),
oleander (Nerium oleander L.). Pada tumbuhan dengan tata letak daun
berhadapan dan berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi
juga duduk daun yang demikian dapat juga diperlihatkan adanya ortostik-
ortostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lain.

Bagan (skema) dan Tata Letak Daun


Tata letak daun pada batang ditempuh dengan dua jalan:
• Membuat bagan atau skema letaknya daun
Bagan tata letak daun Batang tumbuhan digambarkan sebagai silinder
dan padanya digambar membujur ortostikortostiknya demikian pula buku-
buku batangnya. Daun-daun digambar sebagai penampang melintang
helaian daun yang kecil. Pada bagan akan terlihat misalnya pada daun

12
dengan rumus 2/5 maka daun-daun nomor 1, 6, 11, dst atau daun-daun
nomor 2, 7, 12, dst akan terletak pada ortostik yang sama.
• Membuat diagram
Diagram tata letak daun atau disingkat diagram daun Cara untuk
membuat diagramnya batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut
yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-
lingkaran yang sempurna. Pada setiap lingkaran berturut-turut dari luar
kedalam digambarkan daunnya, seperti pada pembuatan bagan tadi dan di
beri nomor urut. Dalam hal ini perlu diperhatikan, bahwa jarak antara dua
daun adalah 2/5 lingkaran, jadi setiap kali harus meloncati satu ortostik.
Spiral genetikya dalam diagram daun akan merupakan suatu garis spiral
yang putarannya semakin keatas digambar semakin sempit.

Spirostik dan Parastik


Garis-garis ortostik yang biasanya lurus ke atas, dapat mengalami
perubahan arah karena pengaruh bermacam faktor. Garis-garis ortostik
dapat menjadi garis spiral yang tampak melingkari batang pula. Dalam
keadaan yang demikian spiral genetik sukar untuk ditentukan, dan letak
daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis
spiral tadi, keadaan ini dinamakan spirostik. Spirostik terjadi karena
pertumbuhan batang tidak lurus tetapi memutar. Akibatnya ortostiknya
ikut memutar dan berubah menjadi spirostik. Tumbuhan yang
memperlihatkan sifat demikian, misalnya:
• Pacing (Costus spesiousus Smith), yang mempunyai satu spiriotik,
hingga daun-daunnya tersusun seperti anak tangga pada tangga yang
melingkar.
• Bupleurum falcatum, yang mempunyai dua spiriotik.
• Pandan (Pandanus tectoris Sol.) yang memperlihatkan tiga spiriotik.
Pada tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat, seperti kelapa sawit
(Elaeis guinensis), duduk daunnya seakan-akan menurut garis-garis spiral
ke kiri atau ke kanan. Tampaknya lalu ada dua spiral ke kiri dan ke kanan.
Garis-garis spiral ini disebut: parastik. Juga garis-garis spiral yang tampak
pada buah nenas yang menunjukkan aturan letak mata-mata pada buah
nenas tadi adalah parastik-parastik.

Tujuan Praktikum
1. Mengenal berbagai tata letak daun pada batang.
2. Menentukan rumus daun.
3. Menggambar bagan dan diagram daun.
4. Mengetahui fungsi daun bagi pertanian dalam tata letak daun.

Bahan dan Alat


Bahan
Bahan yang digunakan adalah:
1. Morus alba / Manihot utilissima.
2. Kalanchoe pinnata.
3. Pleomele angustifolia.
4. Allamanda cathartica.
5. Rosa sp.

13
Alat
Alat yang digunakan adalah:
1. Alat tulis.
2. Lembar laporan sementara.

Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Amati bagian-bagian daun tata letak duduk daun.
2. Gambarkan bagan tata letak daun yang diamati dan gambarkan diagram
batang.
3. Tentukan rumus tata letak daun dan sudut divergensi dari masing-
masing tanaman yang diamati.

14
PRAKTIKUM V
MORFOLOGI BUNGA DAN PROSES PENYERBUKAN

Dasar Teori

Bunga (flos) adalah organ reproduksi seksual yang terdapat pada


tumbuhan berbunga. Pada bunga, terdapat beberapa bagian organ
reproduksi yaitu benang sari dan putik. Fungsi bunga adalah sebagai media
berkembangbiak, dimana gamet jantan dan betina akan menyatu untuk
menghasilkan biji. Warna mahkota bunga umumnya berwarna warni dan
beragam.
Warna bunga yang mencolok ini berguna agar dapat memikat kupu-
kupu atau serangga lain untuk hinggap pada bunga tersebut. Serangga yang
hinggap inilah yang mempunyai peran dalam membantu proses
penyerbukan. Bunga dibagi menjadi dua kategori berdasarkan kelengkapan
bunga, yaitu bunga lengkap dan bunga tidak lengkap. Bunga lengkap adalah
bunga yang mempunyai dasar bunga (receptaculum), tangkai bunga
(pedicellus), putik (pistil), benang sari (stamen), mahkota (petal) dan
kelopak (sepal), contohnya adalah bunga kembang sepatu. Sedangkan
bunga tidak lengkap adalah bunga yang tidak memiliki salah satu dari enam
bagian dasar bunga.
Berdasarkan kelamin bunga, bunga dibedakan menjadi dua yaitu
bunga sempurna dan bunga tidak sempurna. Bunga sempurna adalah
bunga yang memiliki alat kelamin jantan betina dalam satu bunga, biasanya
juga disebut dengan bunga banci (hemafrodit), contohnya adalah bunga
mawar sedangkan bunga tidak sempurna hanya memiliki satu kelamin saja
pada bunga atau berbeda bunga pada satu tanaman, contohnya adalah
jagung dan pepaya.
Berdasarkan tipenya bunga dibagi menjadi bunga tunggal dan bunga
majemuk, dimana dikatakan bunga tunggal apabila pada satu tangkai
bunga hanya terdapat satu bunga. Sedangkan disebut bunga majemuk
dimana pada satu tangkai bunga terdapat beberapa bunga.
Penyerbukan adalah peristiwa jatuhnya serbuk sari lalu menempel
pada kepala putik sehingga terjadi proses pembuahan sempurna pada
bunga. Penyerbukan terbagi menjadi penyerbukan alami dan buatan.
Penyerbukan alami bisa terjadi dengan bantuan serangga yang hinggap di
bunga maupun dengan bantuan angin. Sedangkan penyerbukan buatan
biasanya dilakukan untuk kebutuhan pemuliaan tanaman, penelitian
maupun untuk mendapatkan hasil dari tanaman yang sulit menyerbuk
secara alami. Beberapa jenis penyerbukan adalah sebagai berikut:
1. Penyerbukan silang (allogamy) dimana serbuk sari jatuh lalu menempel
di kepala putik pada bunga di tumbuhan lain namun masih sejenis.
2. Penyerbukan sendiri (autogamy) yaitu menempelnya serbuk sari dari
satu bunga pada kepala putik dari bunga itu sendiri.
3. Penyerbukan tetangga (geitonogamy) yaitu proses menempelnya
serbuk-serbuk sari dari satu bunga pada kepala putik yang berada di
bunga lain namun masih pada satu tumbuhan.
4. Penyerbukan bastar (hybridogamy) yaitu proses penyerbukan dimana
serbuk sari jatuh ke kepala putik dari tumbuhan lain yang masih satu
keluarga tetapi berbeda varietas.

15
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui dan membedakan bunga sempurna dan tidak sempurna,
bunga lengkap dan tidak lengkap, fungsi bunga, dan menggambarkan
bagian-bagian bunga.
2. Mengetahui macam-macam penyerbukan dan proses penyerbukan.

Bahan dan Alat


Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Bunga Hibiscus rosa-sinensis.
2. Bunga Bougainvillea spectabilis.
3. Bunga Carica papaya L. (bunga jantan, betna dan hermafrodit).
4. Bunga Rosa sp.

Alat
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Buku gambar.
2. Alat tulis.
3. Pensil warna.

Prosedur Kerja
Prosedur kerja praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mengamati bunga kemudian menentukan jenis bunga berdasarkan
kelengkapan, kelamin, warna dan bagian-bagian bunga.
3. Menggambar bagian-bagian bunga tersebut.

16
PRAKTIKUM VI
MORFOLOGI BUAH DAN BIJI, PERKECAMBAHAN, DAN
PERBANYAKAN GENERATIF

Dasar Teori

A. Morfologi Buah dan Biji


Jenis dan Bagian-bagian Buah
Buah berfungsi sebagai pelindung bagi biji dan juga sebagai tempat
cadangan makanan. Buah pada tumbuhan umumnya dapat dibedakan
dalam dua golongan, yaitu:
1. Buah semu atau buah tertutup, yaitu buah terbentuk dari bakal buah
beserta bagian-bagian lain bunga yang perlahan menjadi bagian utama
buah ini.
2. Buah sungguh atau buah sejati, yang melulu terjadi dari bakal buah dan
jika ada bagian bunga lainnya yang masih tinggal, bagian ini tidak
merupakan bagian buah yang berarti.

Buah semu
Buah semu dapat dibedakan atas:
a. Buah semu tunggal, yaitu buah yang terjadi dari satu bunga dengan satu
bakal buah.
b. Buah semu ganda, jika pada satu bunga terdapat lebih dari satu bakal
buah yang bebas satu sama lain, dan kemudian masing-masing dapat
tumbuh menjadi buah. Di samping itu ada bagian lain pada bunga itu
yang ikut tumbuh, dan merupakan bagian buah yang mencolok (dan
seringkali yang berguna).
c. Buah semu majemuk, yaitu buah semu yang terjadi dari bunga majemuk,
tetapi seluruhnya dari luar tampak seperti satu buah saja.

Buah Sejati
Buah sejati terdapat 3 golongan, yaitu:
a. Buah sejati tunggal, yaitu buah sejati yang terjadi dari satu bunga dengan
satu bakal buah saja. Buah ini dapat berisi satu biji atau lebih, dapat pula
tersusun dari satu atau banyak buah dengan satu atau banyak ruangan.
Buah sejati tunggal dapat dibedakan lagi dalam dua golongan yaitu:
1) Buah sejati tunggal yang kering (siccus), yaitu buah sejati tunggal
yang bagian luarnya keras dan mengayu seperti kulit yang kering.
2) Buah sejati tunggal yang berdaging (carnosus), ialah jika dinding
buahnya menjadi tebal berdaging.
b. Buah sejati ganda, terjadi dari satu bunga dengan beberapa bakal buah
yang bebas satu sama lain, dan masing-masing bakal buah menjadi satu
buah. Menurut sifat masing-masing buah yang berkumpul tadi, buah
sejati ganda dapat dibedakan dalam:
1) Buah kurung ganda, misalnya pada mawar (Rosa hybrid Hort.).
Dalam badan yang berasal dari dasar bunganya yang berbentuk
periuk terdapat banyak buah-buah kurung.
2) Buah batu ganda. Pada jenis-jenis rubus (Rubus fraxinifolius Poir.)
bunga banyak bakal buah, yang kemudian masing-masing tumbuh
menjadi buah batu.

17
3) Buah bumbung ganda, berasal dari bunga dengan beberapa bakal
buah yang masing-masing tumbuh menjadi bumbung. Terdapat pada
pohon cempaka (Michelia champaka L.).
4) Buah buni ganda, seperti di atas, tetapi bakal buah berubah menjadi
buah buni. Misalnya srikaya (Annona squamosa L.).
c. Buah sejati majemuk, yaitu buah yang berasal dari suatu bunga
majemuk, yang masing-masing bunganya mendukung satu bakal buah,
tetapi setelah menjadi buah tetap berkumpul, sehingga seluruhnya
tampak seperti satu buah saja. Sama halnya dengan buah sejati ganda,
buah sejati majemuk dapat dibedakan atas:
1) Buah buni majemuk, jika bakal buah masing-masing bunga dalam
bunga majemuk membentuk suatu buah buni. Misalnya pada nenas
(Ananas comosus Merr.).
2) Buah batu majemuk, misalnya terdapat pada pandan (Pandanus
tectorius Sol.). Pada pandan, rangkaian bunga betinanya setelah
mengalami penyerbukan, berubah menjadi batu majemuk, yang
masih kelihatan sebelah luarnya. Kelompok buah tersebut
merupakan kumpulan banyak buah.
3) Buah kurung majemuk, misalnya pada buah matahari (Helianthus
anmus L.). Bunga tumbuhan ini terdiri atas bunga-bunga mandul di
tepi dan bunga yang subur di tengah. Dikarenakan tiap bunga yang
subur itu setelah penyerbukan pembuahan berubah menjadi sebuah
buah kurung, maka seluruh bunga akan berubah menjadi suatu buah
kurung majemuk.
Dinding buah seringkali dengan jelas dapat dibedakan dalam tiga
lapisan yaitu:
1. Kulit luar (exocarpium atau epicarpium), lapisan tipis, tetapi kuat atau
kaku seperti dengan permukaan yang licin.
2. Kulit tengah (mesocarpium) biasanya tebal berdaging atau berserabut,
dan jika lapisan ini dapat dimakan, maka lapisan inilah yang dinamakan
daging buah (sarcocarpium). Misalnya pada mangga (Mangifera
indica).
3. Kulit dalam (endocarpium), yang berbatasan dengan ruang yang
mengandung bijinya, cukup tebal dan keras. Misalnya pada kenari
(Canarium commune L.) dan kelapa (Cocos nucifera L.).
Bagian-bagian buah terdiri atas:
1. Tangkai buah, berfungsi untuk mengabungkan buah dengan batang.
2. Kulit buah, merupakan bagian terluar buah, fungsinya untuk melindungi
daging buah.
3. Daging buah, fungsinya sebagai pelindung biji dan sebagai cadangan
makanan.

Definisi dan Bagian-bagian Biji


Biji merupakan bagian yang berasal dari bakal biji dan di dalamnya
mengandung calon individu baru, yaitu lembaga. Lembaga akan terjadi
setelah terjadi penyerbukan atau persarian yang diikuti oleh pembuahan.
Biji (bahasa Latin: semen) adalah bakal biji (ovulum) dari tumbuhan
berbunga yang telah masak. Dari sudut pandang evolusi, biji merupakan
embrio atau tumbuhan kecil yang termodifikasi sehingga dapat bertahan
lebih lama pada kondisi kurang sesuai untuk pertumbuhan.

18
Pada umumnya, struktur anatomi biji adalah sebagai berikut:
a. Kulit biji : terletak di bagian luar dan melapisi seluruh bagian biji.
b. Hipokotil : bagian bawah aksis (pangkal) yang melekat pada kotiledon.
c. Radikula : bagian ujung (terminal).
d. Epikotil : bagian atas (pangkal).
e. Plumula : bagian ujung, yaitu pucuk dengan sepasang daun.
f. Kotiledon: bagian cadangan makanan.
Kulit biji (spermadermis), terletak paling luar yang berasal dari
intergumen ovule yang mengalami modifikasi selama pembentukan biji
berlangsung. Seluruh bagian intergumen dapat berperan dalam
pembentukan kulit biji. Akan tetapi pada kebanyakan biji sebagian besar
dari jaringan intergumen itu dihancurkan dan diserap oleh jaringan
berkembang lain dari biji itu.
Umumnya kulit biji pada tumbuhan biji tertutup (angiospermae)
terdiri dari dua lapis, yaitu:
1. Lapisan kulit luar (testa) yang berfungsi sebagai pelindung utama dari
bagian dalam biji. Lapisan ini mempunyai bentuk yang bervariasi, ada
yang tipis, kaku seperti kulit, namun ada juga yang keras seperti kayu
atau batu.
2. Lapisan kulit dalam (tagmen), dimana lapisan ini lebih tipis seperti
selaput dan lebih dikenal dengan kulit ari.
Sementara pada tumbuhan biji terbuka (gymnospermae) terdapat
tiga lapisan kulit biji, yaitu:
1. Kulit luar (sarcotesta). Kulit yang tebal dan berdaging serta mengalami
perubahan warna dari muda hingga tua.
2. Kulit tengah (sclerotesta). Kulit yang kuat dan keras, berkayu dan
menyerupai kulit dalam (endocarpium) pada buah batu.
3. Kulit dalam (endotesta). Lapisan kulit ini biasanya melekat pada bagian
biji dan berbentu seperti selaput tipis.
Inti biji (nucleus seminis) terdiri dari:
1. Cadangan makanan, merupakan kandungan yang ada dalam biji, baik
dalam jumlah sedikit maupun banyak. Biji yang sedikit atau bahkan tidak
ada cadangan makanan disebut biji eskalbumin. Cadangan makanan
mempunyai 2 tipe dinding sel, yaitu:
• Dinding tipis : cadangan makanannya disimpan di dalam selnya.
• Dinding tebal : cadangan makanannya disimpan di dinding selnya.
2. Embrio adalah calon tanaman baru yang terjadi dari bersatunya gamet
jantan dan betina pada proses tumbuhan. Embrio terdiri dari:
a. Radikula (akar lembaga atau calon akar)
• Dikotil : berkembang menjadi akar tunggang.
• Monokotil : berkembang menjadi akar serabut.
b. Cotyledon (daun lembaga) merupakan daun kecil yang terletak di
bawah daun pertama kecambah.
c. Cauliculus (batang lembaga)
• Ruas batang di atas daun lembaga (internodium epicotylum).
• Ruas batang di bawah daun lembaga (internodium hypocotylum).
Tali pusar (funiculus), merupakan bagian yang menghubungkan biji
dengan plasenta. Tali pusar adalah bagian biji berbentuk menyerupai
tangkai yang menghubungkan biji dengan tembuni. Bila biji masak,

19
biasanya biji akan terlepas dari tali pusarnya ini, dan pada biji hanya
tampak bekasnya saja atau yang lebih dikenal dengan istilah pusar biji.

B. Perkecambahan dan Perbanyakan Generatif


Perkecambahan merupakan tahap awal perkembangan suatu
tumbuhan, khususnya tumbuhanan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di
dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah
perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan
muda. Proses pertumbuhan embrio dan komponen-komponen dalam biji
menjadi tumbuhan muda ini dikenal sebagai perkecambahan. Setelah
kecambah dihasilkan, selanjutnya kecambah akan berkembang menjadi
tumbuhan kecil yang sudah mempunyai akar, batang dan daun.
Perkecambahan pada tumbuhan hanya terjadi apabila biji berada dalam
lingkungan yang sesuai. Tersedianya air dalam jumlah yang cukup, suhu
yang optimum untuk kerja enzim, udara yang cukup, cahaya dan
kelembapan merupakan beberapa syarat penting terjadinya
perkecambahan.

Tipe Proses Perkecambahan


Perkecambahan benih atau biji yang terjadi melalui 2 tipe proses,
yaitu:
1. Proses fisika pada perkecambahan diawali dengan penyerapan air oleh
biji hingga setiap selnya terisi cukup air. Adanya pasokan air
menyebabkan komponen-komponen dalam selnya mulai bekerja. Biji
menyerap air dari lingkungannya karena potensi air pada biji lebih
rendah. Secara fisiologi, proses perkecambahan ini berlangsung dalam
beberapa tahapan penting yang meliputi: absorbsi air, metabolisme
pemecahan materi cadangan makanan, transpor materi hasil pemecahan
dari endosperm ke embrio yang aktif tumbuh, proses-proses
pembentukan kembali materi-materi baru, respirasi, serta
pertumbuhan.
2. Proses kimia melibatkan hormon dan enzim. Ketika biji memiliki
pasokan air yang cukup, biji akan mengembang dan menyebabkan kulit
biji pecah. Setelah itu, embrio akan aktif melepaskan hormon giberelin
yang berperan dalam sintesis enzim. Enzim yang dihasilkan
menghidrolisis cadangan makanan yang terdapat dalam kotiledon dan
endosperma sehingga menghasilkan molekul kecil yang kemudian
diserap oleh kotiledon selama pertumbuhan embrio menjadi bibit
tanaman.

Tahapan Proses Perkecambahan


Benih dikatakan berkecambah apabila sudah dapat dilihat atribut
perkecambahannya yaitu plumula dan radikula yang kemudian tumbuh
normal dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan. Proses
perkecambahan ini bisa berupa suatu proses metabolisme yang terdiri dari
proses katabolisme dan anabolisme dimana pada katabolisme terjadi proses
terjadi perombakan cadangan makanan sehingga menghasilkan energi
ATP, sedangkan pada anabolisme terjadi sintesa senyawa protein untuk
pembentukan sel-sel baru pada embrio. Kedua proses ini terjadi secara
berurutan pada tempat yang berbeda.

20
Tahap awal metabolisme untuk tumbuh benih dapat diungkapkan
sebagai 3 proses, yaitu:
1. Perombakan bahan cadangan.
2. Translokasi dari bagian benih ke satu bagian yang lain.
3. Sintesa bahan-bahan yang baru.
Adapun tahapan proses perkecambahan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Tahap pertama dimulai dengan penyerapan air oleh benih, melunaknya
kulit benih dan hidrasi oleh protoplasma.
2. Tahap kedua dimulai dengan kegiatan sel-sel dan enzim-enzim serta
naiknya tingkat respirasi benih.
3. Tahap ketiga merupakan tahap dimana terjadi penguraian bahan-bahan
seperti karbohidrat, lemak dan protein menjadi bentuk-bentuk yang
melarut dan ditranslokasikan ke titik-titik tumbuh.
4. Tahap keempat adalah asimilasi dari bahan-bahan yang telah terurai di
daerah maristematik untuk menghasilkan energi dari kegiatan
pembentukan komponen dalam pertumbuhan sel-sel baru.
5. Tahap kelima adalah pertumbuhan dari kecambah melalui proses
pembelahan, pembesaran dan pembagian sel-sel pada titik-titik tumbuh.
Pertumbuhan kecambah ini tergantung pada persediaan makanan yang
ada dalam biji.
Proses perkecambahan dapat terjadi jika kulit benih permeabel
terhadap air dengan tekanan osmosis tertentu. Serapan air dan berbagai
proses biokimia yang berlangsung pada benih pada akhirnya akan
tercermin pada pertumbuhan dan perkembangan kecambah menjadi
tanaman muda (bibit), kecuali jika benih tersebut dalam keadaan dorman.

Tipe Perkecambahan Berdasarkan Letak Kotiledon Biji


Tumbuhan monokotil dan dikotil akan menghasilkan struktur
kecambah yang berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena tumbuhan
monokotil dan dikotil memiliki struktur biji yang berbeda atau berdasarkan
letak kotiledonnya, maka perkecambahan dapat dibagi menjadi 2 tipe,
yaitu:
1. Epigeal. Pada perkecambahan epigeal, kotiledon terdapat di permukaan
tanah. Hal itu terjadi karena adanya pembentangan ruas batang di bawah
daun lembaga (hipokotil) sehingga daun lembaga dan kotiledon
terangkat ke atas tanah.
2. Hipogeal. Pada perkecambahan hipogeal, kotiledon berada di bawah
tanah. Hal itu terjadi karena adanya pembentangan ruas batang di atas
daun lembaga (epikotil) sehingga daun lembaga terangkat ke atas tanah
tetapi kotiledonnya tetap berada di dalam tanah. Kedua tipe
perkecambahan di atas terjadi pada tipe proses perkecambahan yang
berlangsung melalui serangkaian proses biokimia. Perkecambahan
merupakan salah satu tahapan pertumbuhan yang terjadi pada
perbanyakan generatif.

21
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui, mengidentifikasi dan dapat menggambarkan buah beserta
bagian-bagiannya.
2. Mengetahui, mengidentifikasi dan dapat menggambarkan bagian-bagian
biji dan fungsinya.
3. Melakukan perbanyakan tanaman secara generatif menggunakan benih
dari beberapa jenis tanaman.
4. Mengetahui tipe perkecambahan biji, proses perkecambahan dan
mengetahui keadaan morfologi kecambah dari berbagai jenis biji.
5. Menggambarkan bagian-bagian dari kecambah yang tumbuh.

Bahan dan Alat


Bahan
Bahan yang digunakan dalam pengamatan morfologi buah dan biji adalah:
1. Buah mangga (Mangifera indica).
2. Buah strawberi (Fragaria ananassa).
3. Buah nanas (Ananas comosus Merr.).
4. Polong kacang tanah (Arachis hypogaea L.).
5. Biji jagung (Zea mays).
6. Biji nangka (Artocarpus integra Merr.).

Bahan yang digunakan untuk praktikum perkecambahan dan perbanyakan


generatif sebagai berikut:
1. Biji jagung (Zea mays).
2. Biji kacang hijau (Vigna radiata).
3. Biji jeruk.
4. Media: tanah, pupuk kandang dan sekam.
5. ZPT: Golden Gibb atau sejenis.
6. Air.

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah:
1. Pisau atau cutter.
2. Gelas air mineral.
3. Buku gambar.
4. Alat tulis.
5. Kamera.
6. Lembar laporan sementara.

Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam pengamatan morfologi buah dan biji sebagai
berikut:
1. Menyiapkan alat yang digunakan dan bahan yang akan diamati.
2. Pada pengamatan morfologi biji, masing-masing biji dibelah melintang
atau vertikal.
3. Mengamati bagian-bagian buah dan biji tanaman.
4. Menggambarkan hasil pengamatan dengan keterangan yang jelas.

22
Prosedur kerja pada praktikum perkecambahan dan perbanyakan
generatif sebagai berikut:
1. Masing-masing benih direndam selama 24 jam.
2. Menyiapkan media perkecambahan berupa campuran tanah dan pupuk
kandang dengan perbandingan 1:1.
3. Menyiapkan wadah perkecambahan berupa gelas air mineral yang di
bagian bawahnya dilubangi dan diisi dengan media perkecambahan.
4. Mengecambahkan benih 3 jenis tanaman dadah perkecambahan masing-
masing 2 benih per wadah.
5. Menjaga kelembaban dan mengamati perkecambahan selama 1 minggu.
6. Benih yang berkecambah salah satunya diambil dan secara berhati-hati
dibersihkan dari media yang menempel.
7. Mengamati tipe perkecambahan dari masing-masing benih.
8. Menggambarkan dan menentukan bagian-bagian kecambah (radikula,
plumula, hipokotil, epikotil) dari masing-masing benih.
9. Pada kecambah yang lain, tetap dipelihara pada media tanam sebagai
bahan perbanyakan generatif selama 8 minggu.

23
PRAKTIKUM VII
MORFOLOGI SERANGGA

Dasar Teori

Serangga adalah sebutan umum bagi kelompok hewan yang termasuk


dalam classis (kelas) insecta (dalam bahasa latin, insecti: serangga), yang
merupakan salah satu classis dari phylum (filum) Arthropoda. Hewan yang
termasuk classis insecta memiliki ciri khusus yaitu kakinya berjumlah enam
atau tiga pasang yang menyebabkan disebut Hexapoda (Hexa: enam;
podos: kaki).
Tubuh serangga terbagi menjadi tiga bagian, yaitu kepala, dada dan
perut. Morfologi serangga secara umum dicontohkan dengan belalang
(Orthoptera) yaitu, kepala, toraks, abdomen, antena, mata, tarsus, koksa,
trokhanter, timpanum, spirakel, femur, tibia, ovipositor dan serkus.
Berdasarkan ordonya, serangga dapat dibedakan menjadi beberapa
ordo, yaitu sebagai berikut:
1. Ordo Orthoptera (bangsa belalang).
2. Ordo Hemiptera (bangsa kepik).
3. Ordo Coleoptera (bangsa kumbang).
4. Ordo Diptera (bangsa lalat / nyamuk).
5. Ordo Lepidoptera (bangsa kupu-kupu / ngengat).
6. Ordo Odonata (bangsa capung).

Tujuan Praktikum
1. Mengenali berbagai macam bangsa serangga.
2. Mengetahui morfologi serangga.

Bahan dan Alat


Bahan
Bahan yang digunakan untuk pengamatan adalah sebagai berikut:
1. Capung.
2. Kupu-kupu.
3. Ngengat.
4. Belalang.
5. Kumbang.
6. Lalat.
7. Kepik.
Disiapkan insectarium dari praktikum matkul entomologi

Alat
Alat yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Alat tulis.
2. Buku gambar.
3. Lembar laporan sementara.

Prosedur Kerja
Prosedur kerja dalam praktikum ini sebagai berikut:
1. Siapkan bahan dan alat.
2. Mengamati bagian-bagian serangga.
3. Menggambar serangga serta bagian-bagiannya.

24
PRAKTIKUM VIII
MORFOLOGI HIFA, SPORA FUNGI, DAN SEL BAKTERI

Dasar Teori

Fungi atau jamur atau cendawan merupakan kelompok organisme


eukariot, kebanyakan multiseluler namun ada yang uniseluler dengan ciri
khas yaitu talusnya berupa benang-benang hifa yang membentuk miselium
dan memperoleh makanan dengan cara menyerap zat organik secara
langsung (bersifat heterotrof). Fungi tersebar luas di alam, kebanyakan
hidup bebas di darat dan di air.

Ciri dan Struktur Fungi


Golongan fungi memiliki ciri, yaitu:
• Tidak memiliki klorofil.
• Tubuhnya terdiri dari filamen atau benang bercabang-cabang yang
disebut hifa.
• Benang hifa berkumpul membentuk suatu anyaman masa atau gumpalan
yang disebut miselium.
• Cara hidupnya bersifat heterotrof, baik parasit ataupun saprofit.
Adapun struktur dari fungi dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Hifa merupakan bagian vegetatif fungi yang berbentuk benang. Hifa
memiliki sel yang memanjang dengan jumlah nukleus yang dipisahkan
menjadi beberapa bagian oleh septa atau septum. Macam-macam hifa
sebagai berikut:
➢ Hifa senositik. Merupakan hifa pada fungi yang tidak memiliki sekat.
➢ Hifa monositik. Merupakan hifa pada fungi yang memiliki sekat
dengan satu inti sel.
➢ Hifa dikariotik. Merupakan hifa yang memiliki dua inti sel.
➢ Hifa haustoria. Merupakan hifa khusus pada fungi parasit yang
memiliki fungsi untuk menyerap makanan pada inangnya.
• Miselium merupakan cabang-cabang hifa yang terlihat seperti anyaman.

Tipe Reproduksi Fungi


1. Secara Aseksual
Dalam perkembangbiakan secara aseksual, suatu individu baru
dihasilkan dari duplikat genetik “leluhur” tanpa kontribusi genetik dari
individu lain. Metode yang paling sederhana dari reproduksi fungi secara
aseksual ini adalah:
a. Fragmentasi talus (tubuh fungi). Dalam fungi yang berfilamen,
miselium dapat terpotong-potong menjadi beberapa segmen, dan
setiap segmennya dapat tumbuh menjadi individu baru.
b. Tunas (budding), adalah mekanisme reproduksi fungi secara aseksual
yang terjadi pada sebagian besar ragi (yeast) dan beberapa fungi
berfilamen. Dalam proses ini, tunas (sel anak) tumbuh pada
permukaan sel ragi atau hifa, dengan sitoplasma yang tidak bersekat
dengan sel induk. Nukleus dari sel induk kemudian membelah diri,
satu inti pindah ke tunas, dan satunya lagi tetap pada sel induk. Sel
induk dapat memproduksi banyak tunas melalui permukaannya
dengan terus menerus mensintesis sitoplasma dan pembelahan inti.

25
Setelah tunas berkembang pada titik tertentu, meskipun belum
terpisah dari sel induk, sel tunas itu sendiri sudah dapat
menumbuhkan tunas baru dengan proses yang sama. Pada akhirnya
tunas terpisah dari sel induk dan menjadi individu baru. Tunas yang
terlepas dari hifa dari fungi berfilamen berlaku seperti spora
(berkecambah dan tumbuh menjadi hifa baru), “spora” ini disebut
dengan blastospora.
c. Spora aseksual fungi. Meskipun telah mempelajari fragmentasi dan
tunas, tetapi sebagian besar fungi berkembangbiak dengan
menghasilkan spora aseksual. Spora yang dihasilkan secara aseksual
seringkali dinamakan dengan mitospora, dan spora-spora ini
dihasilkan dengan berbagai macam cara. Terdapat dua jenis utama
dari spora aseksual, yaitu sporangiospora dan konidia
(konidiospora).
Sporangiospora adalah spora yang dihasilkan di dalam sporangium
(Gambar 1). Spora ini bersifat endogen karena dihasilkan dan disimpan di
dalam sporangium sampai matang dan siap untuk disebarkan. Spora
aseksual ini digunakan pada reproduksi Fungi Chytridiomycota dan
Zygomycota. Terdapat dua jenis utama sporangiospora, yaitu zoospora
(motil) dan aplanspora (non-motil).

Gambar 1. Sporangium
Konidia (konidiospora) adalah spora eksogen yang terbentuk pada
ujung hifa yang disebut konidiofor (Gambar 2). Spora aseksual ini
digunakan pada reproduksi fungi Ascomycota dan Basidiomycota.
Terkadang spora yang dihasilkan dapat memiliki dinding tebal, spora ini
disebut dengan klamidospora atau klamidokonidia.

Konidia
Konidifor

Gambar 2. Konidia

26
2. Secara Seksual
Reproduksi fungi secara seksual terdiri dari tiga urutan tahap, yaitu:
• Plasmogami, merupakan penyatuan (fusion) sitoplasma dari dua sel
induk tanpa penyatuan inti, sehingga terdapat dua inti haploid dalam
satu sel.
• Kariogami, merupakan penyatuan dua inti (haploid) sehingga
membentuk inti baru (zigot) yang diploid.
• Meiosis, merupakan pembelahan sel yang mereduksi kromosom
menjadi setengahnya (diploid menjadi haploid). Inti yang haploid dari
meiosis ini umumnya dimasukkan ke dalam spora yang disebut
meiospora.
Fungi memiliki berbagai metode untuk menyatukan dua inti haploid
yang cocok. Beberapa memproduksi sel seksual (gamet) khusus yang
dilepaskan oleh gametangia yang kemudian menyatu, proses ini disebut
dengan konjugasi gametangia. Beberapa ada yang melakukan kontak
dua gametangia yang dapat dibedakan jenisnya (antheridium dan
arkegonium), proses ini disebut dengan kontak gametangia. Kemudian
dapat juga gamet jantan jatuh pada gametangia betina yang disebut dengan
spermatisasi. Proses lain namun paling jarang terjadi adalah penyatuan
dua hifa yang disebut dengan somatogami.

Spora Seksual Fungi


Spora seksual adalah spora yang dihasilkan dari penyatuan dua inti
induk, sehingga terjadi variasi genetik yang sangat penting untuk
beradaptasi dengan lingkungan. Zigospora adalah spora yang dihasilkan
dari peleburan dua hifa yang cocok (Gambar 3). Contoh Fungi yang
menghasilkan spora ini adalah Rhizopus.

Gambar 3. Zigospora
Askospora merupakan spora yang terdapat atau diproduksi di dalam
askus (Gambar 4). Spora jenis ini khusus terdapat pada fungi yang
diklasifikasikan sebagai Ascomycota. Umumnya, sebuah askus dapat
mengandung delapan askospora, yang merupakan hasil meiosis yang
diikuti dengan mitosis.
Basidiospora merupakan spora yang dihasilkan oleh sel khusus
yang disebut basidium (Gambar 5). Basidiospora ini khusus terdapat pada
Fungi yang diklasifikasikan sebagai Basidiomycota. Pada bagian bawah
mangkok fungi Basidiomycota, terdapat jutaan dari basidium ini. Sebuah
basidium biasanya memiliki empat basidiospora (kadang berjumlah dua

27
atau delapan). Oleh karena itu, sebuah fungi memiliki kemampuan untuk
melepaskan miliaran spora.

Gambar 4. Askospora

Gambar 5. Basidium-basidiospora
Lactophenol cotton blue (LCB) adalah pewarna yang digunakan untuk
membuat preparat semi permanen fungi/kapang. Komposisi LCB
diantaranya yaitu phenol untuk mematikan organisme hidup, lactic acid
untuk mengawetkan atau menjaga struktur kapang dan cotton blue untuk
mewarnai kitin dan selulosa pada dinding sel kapang sehingga tampak
berwarna biru.

Bakteri
Bakteri berukuran mikroskopis, umumnya tidak berwarna dan
transparan sehingga tidak terlihat kontras dengan lingkungannya. Oleh
karena itu, penting dilakukan suatu pewarnaan menggunakan teknik
tertentu. Fungsi pewarnaan pada mikroba sebagai berikut
a) memberi warna pada sel atau bagian-bagiannya sehingga kontras dan
tampak lebih jelas,
b) untuk menunjukkan bagian-bagian struktur sel,
c) membedakan antar-mikroba, dan
d) menentukan pH dan potensial oksidasi reduksi ekstraseluler dan
intraseluler (Jutono, dkk., 1980).
Pembuatan apusan bakteri merupakan tahap awal sebelum dilakukan
pewarnaan (Gambar 6). Pembuatan preparat bakteri atau apusan bakteri
yang paling banyak digunakan dalam pengecatan bakteri adalah dengan
membuat lapisan suspensi/pulasan bakteri di atas gelas benda kemudian
dikeringanginkan dan dilalukan beberapa kali di atas api spirtus (Jutono
dkk., 1980).

28
Gambar 6. Cara membuat apusan bakteri

Dalam pembuatan pulasan bakteri yang siap diwarnai, perlu


dilakukan fiksasi terlebih dahulu yang bertujuan antara lain:
a) mencegah mengkerutnya globula-globula protein sel,
b) merubah afnitas cat,
c) mencegah terjadinya otolisis sel,
d) dapat membunuh mikroba secara cepat dengan tidak menyebabkan
perubahan-perubahan bentuk atau strukturnya,
e) melekatkan bakteri di atas gelas benda dan
f) membuat sel-sel lebih kuat/keras.
Pewarnaan secara umum digunakan untuk mengetahui morfologi sel
bakteri, namun terdapat pula teknik pewarnaan untuk mengetahui
beberapa bagian dari sel bakteri seperti endospora, kapsul dan flagella.
Beberapa teknik pewarnaan yang sering digunakan diantaranya:
Pewarnaan negatif (negative staining), pewarnaan sederhana, pewarnaan
asam (acid fast staining – Ziehl-Neelsen and Kinyoun), pewarnaan
endospora (Endospore staining – Schaeffer-Fulton or Wirtz-Conklin),
pewarnaan Gram (Gram staining), dsb.
Konfirmasi jenis Gram bakteri dapat dilakukan menggunakan KOH
10%. Pewarnaan untuk jamur diantaranya menggunakan teknik:
Lactophenol blue stain, PAS and methenamine silver staining dan Gomori
methenamine silver (GMS) stain.

29
Beberapa sel bakteri memiliki struktur yang aktif berupa sel vegetatif
dan struktur yang pasif yaitu spora. Spora selain merupakan struktur yang
inaktif juga dapat tahan terhadap kondisi yang kurang menguntungkan bagi
bakteri. Spora sepertinya halnya sel vegetatif dapat diwarnai sehingga dapat
diamati lebih seksama. Teknik pewarnaan adalah pewarnaan differensial,
yaitu menggunakan lebih dari satu pewarna yang hasilnya dapat
membedakan spora dari sel vegetatif.

Gambar 7. Pengecatan Gram pada sel bakteri


Pengecatan atau pewarnaan Gram dikembangkan pertama kali oleh
Hans Christian Joachim Gram (1884) dan termasuk pengecatan diferensial
karena dapat membedakan bakteri yang bersifat Gram positif dan Gram
negatif. Bakteri Gram positif mengikat cat utama (crystal violet) yang
berwarna ungu dengan kuat sehingga tidak dapat dilunturkan oleh cat
peluntur dan tidak diwarnai lagi oleh cat lawan (safranin), hal ini
disebabkan karena sifat dinding sel dan sitoplasmanya yang mempunyai
afinitas kuat terhadap kompleks crystal violet dan iodine (iodium). Bakteri
Gram negatif tidak mengikat cat utama secara kuat, sehingga dapat
dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai oleh cat lawan sehingga
tampak berwarna merah. Perbedaan sifat bakteri Gram positif dan gram
negatif tidak mutlak tegas dan spesifik, tetapi masih tergantung pada
beberapa faktor yang dapat menyebabkan variasi dalam pengecatan Gram.

Gambar 8. Berbagai bentuk sel bakteri (Talaro & Talaro, 1999)

30
Tujuan Praktikum
1. Mengetahui teknik pewarnaan spora fungi
2. Mengetahui bentuk sel, hifa, miselia, dan spora dari kapang (fungi)
3. Mengetahui cara membuat apusan bakteri
4. Mengetahui teknik pewarnaan Gram bakteri
5. Mengetahui bentuk sel dan sifat Gram bakteri

Bahan dan Alat


Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini:
1. Media PDA.
2. Lactophenol cotton blue
3. Crystal violet (cat Gram A); Larutan Iodine (cat Gram B); Alkohol 96%
(cat Gram C); Safranin (cat Gram D)
4. Aquades.
5. Kertas saring.
6. Biakan Trichoderma spp.
7. Biakan Beauveria basiana.
8. Biakan Fusarium spp.
9. Biakan Colletotrichum spp.
10. Biakan Pyricularia oryzae.
11. Biakan bakteri Ralstonia solanacearum
12. Biakan bakteri Bacillus subtilis/ Bacillus thuringiensis

Alat
Alat yang digunakan dalam praktikum ini:
1. Petridish.
2. Kaca penumpu.
3. Slide glass (gelas objek).
4. Cover glass (kaca penutup).
5. Jarum ose/ent.
6. Lampu spriritus.
7. Laminar air flow.

Prosedur Kerja
Pengamatan Mikroskopik Fungi (Kapang)
1. Dibersihkan gelas objek dan kaca penutup dengan alkohol 70% sampai
bebas lemak, kemudian diteteskan beberapa tetes larutan laktofenol atau
laktofenol cotton blue di atas permukaan gelas objek tersebut.
2. Diambil sedikit koloni biakan dengan jarum inokulasi (jarum ose/ent),
diletakkan dalam tetesan laktofenol dan diuraikan dengan jarum
preparat dengan cara hati-hati, Diusahakan miselium basah terkena
laktofenol.
3. Ditutup dengan kaca penutup sedemikian rupa sehingga tidak terdapat
gelembung udara dalam preparat, dibersihkan kelebihan laktofenol
dengan kertas isap.
4. Diamati dengan mikroskop memakai lensa obyektif pembesaran 10X,
kemudian dengan pembesaran 40X. Pengamatan untuk melihat
morfologi konidia atau spora, digunakan pembesaran 100X.

31
5. Dicatat dan digambar semua yang diamati seperti : miselium (bercabang
atau tidak, berseptum atau tidak, halus atau kasar) , konidia, spora,
konidiofor.

Sterilisasi Alat
1. Disiapkan petridish dan diletakkan di dalam petridish kertas saring, kaca
penumpu, slide glass dan cover glass.
2. Disterilkan petridish yang telah dibungkus dengan kertas.
3. Petridish yang sudah steril digunakan untuk membuat media kubus
untuk mengamati morfologi fungi.

Membuat Media Kubus


1. Dibuka tutup petridish yang steril di laminar air flow (LAF), lalu
diletakkan slide glass yang ada dalam petridish pada kaca penumpu.
2. Diteteskan media PDA pada slide glass dan dibiarkan dingin.
3. Diambil fungi yang sudah dibiakkan dengan jarum inokulasi dan
diletakkan pada media PDA yang ada pada slide glass.
4. Ditutup media PDA yang ada biakan fungi dengan cover glass.
5. Diteteskan air pada kertas saring yang ada pada petridish untuk
memberikan kelembaban.
6. Disimpan pada suhu ruang selama beberapa hari.
7. Dingkat slide glass dan diletakkan pada mikroskop.
8. Diamati morfologi fungi yang tumbuh (hifa, kodiofor dan
spora/konidia).

Pembuatan Apusan Bakteri


1. Labellah gelas benda yang kering dan bersih. Sterilkan jarum ose dengan
memijarkannya pada nyala bunsen dan dinginkan.
2. Jika kultur dalam bentuk cair (suspensi), ambillah 1 ose penuh dan
letakkan di tengah-tengah gelas benda dan ratakan seluas ± 1 cm2.
3. Jika kultur dalam medium padat, ambillah dengan jarum ose satu bagian
kecil kultur dan letakkan di tengah gelas benda yang sebelumnya telah
diberi aquadest steril/NaCl dan ratakan.
4. Biarkan kering dengan mengangin-anginkan gelas benda.
5. Fiksasi pulasan bakteri dengan melewatkan di atas nyala bunsen (hati-
hati, jangan sampai terlalu kering/gosong), tergantung jenis
pengecatannya.
6. Pulasan bakteri siap diwarnai.

Pengecatan Gram pada Sel Bakteri


1. Dibersihkan objek gelas menggunakan alkohol 70% dan tissue untuk
menghilangkan noda dan lemak yang menempel.
2. Dibuat pulasan bakteri di atas gelas objek, keringkan dan fiksasi dengan
api (lihat teknik Pembuatan apusan/pulasan bakteri)
3. Diteteskan cat crystal violet (Gram A) dan diamkan 60 detik.
4. Buanglah sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir.
5. Teteskan larutan iodine (Gram B) dan diamkan selama 60 detik.
6. Buang sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir.
7. Teteskan larutan peluntur yaitu alkohol (Gram C) diamkan kira-kira 30
detik. (hati-hati jangan sampai berlebihan yang mengakibatkan
kesalahan hasil).

32
8. Buang sisa cat dan cuci sisanya dengan air mengalir.
9. Teteskan safranin (Gram D) dan diamkan selama 60 detik.
10. Cuci kembali dengan air mengalir, keringkan dengan cara
menganginanginkan di udara dan keringkan sisa airmenggunkana
kertas tisu.
11. Diamati menggunakan mikroskop perbesaran lemah sampai
perbesaran kuat (1000x) dan diteteskan minyak immersi.
12. Digambar bentuk sel (Gambar 8) dan sifat Gramnya.

33
DAFTAR PUSTAKA

Backer, 1969. Flora of Java. N.V.P. Noordhoff- Groningen- The


Netherlands.

Campbell, Neil A, & Reece, Jane B. (2008). Biologi 1 Ed 8. Erlangga.


Jakarta.

Culter, D., Botha, T & Stevenson, D. 2007. Plant Anatomy. Blackwell


Publishing Ltd. USA.

Esau, K. 1962. Anatomy of Seed Plants. Jhon Wiley. New York.

Evert, R.F. 2006. Esau’s Plant Anatomy, 3rd Ed. Meristems, cell and tissues
of the plant body-their structure function and development. Wiley-
Intercience, New Jersey.

Haryanti, S. (2010). Jumlah dan distribusi stomata pada daun beberapa


spesies tanaman dikotil dan monokotil. Anatomi Fisiologi, 18(2), 21-
28.

Hidayat, E. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB Press. Bandung

Hidayat, E.1990. Dasar-Dasar Struktur dan Perkembangan Tumbuhan. ITB


Press. Bandung.

Kartasapoetra, A.G. 1988. Pengantar Anatomi Tumbuhan-tumbuhan


(Tentang Sel dan Jaringan). Bina Aksara. Jakarta.

Mulyani, S. 2006. Anatomi Tumbuhan. Kanisius. Yogyakarta.

Nugroho, L., Purnomo., & Issirep S. 2006. Struktur dan Perkembangan


Tumbuhan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Pelczar, M.J & E.C.S. Chan., 1986. Dasar-dasar Mikrobiologi I.


Diterjemahkan oleh Hadioetomo, dkk. Universitas Indonesia Press.
Jakarta.

Suradinata, T. 1998. Struktur Tumbuhan. Angkasa Bandung. Bandung.

Waluyo, L., 2004. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.

34

Anda mungkin juga menyukai