Anda di halaman 1dari 26

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/353945593

Buku Saku Coping Stres pada Mahasiswa Generasi Z

Book · June 2021

CITATIONS READS

0 12,838

1 author:

Riry Ambarsarie
Universitas Bengkulu
28 PUBLICATIONS 9 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Riry Ambarsarie on 17 August 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


0
BUKU SAKU UNTUK GURU BIMBINGAN
KONSELING SMU

STRATEGI COPING STRESS


PADA GENERASI Z

dr. Riry Ambarsarie, M.Pd.Ked


Elvira Yunita, S.Si, M.Biomed
Mardhatillah Sariyanti, S.Si., M. Biomed

1
BUKU SAKU UNTUK GURU BIMBINGAN KONSELING SMU

STRATEGI COPING STRESS PADA GENERASI Z

Nama Penulis
dr. Riry Ambarsarie, M.Pd.Ked
Elvira Yunita, S.Si, M.Biomed
Mardhatillah Sariyanti, S.Si., M. Biomed

Desain Cover:
Umar Yahya

Tata Letak:
Umar Yahya

ISBN:

Cetakan Pertama: April, 2021

Hak Cipta 2021, Pada Penulis


Isi diluar tanggung jawab percetakan

Copyright 2021 by UPP FKIP UNIB


All Right Reserved

Hak cipta dilindungi undang-undang


Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau memperbanyak sebagian atau
seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit

UPP FKIP UNIB


W.R Supratman, Kandang Limun, Kota Bengkulu, 38371A
Telp. (0736) 21186, Fax. (0736) 21186
Laman: 222.fkip.unib.ac.id/unit-penerbitan/
Email: uppfkip@unib.ac.id

2
KATA PENGANTAR

Setiap peserta didik pasti memiliki berbagai permsalahan yang dihadapi dalam
kehidupannya. Permasalahan yang timbul, terkadang bukanlah masalah yang
mudah untuk dicari solusinya. Masalah karena perubahan orientasi keremajaan,
mencari jati diri, pubertas, berbagai konflik pertemanan, atau konflik dengan
orang lain merupakan contoh-contoh masalah khas peserta didik sebagai remaja,
juga yang terpenting adalah masalah pelajaran, kurangnya motivasi, banyaknya
tugas yang menumpuk, semuanya dapat menimbulkan kondisi stres.

Kondisi stres akan membuat peserta didik merasa tidak nyaman dan tertekan
akibat berbagai tuntutan yang tidak dihadapi. Namun jika peserta didik mampu
mengatasi berbagai tuntutan yang ada dan meniadakan rasa tidak nyaman maka
stres dapat dihindarkan. Istilah ini disebut dengan coping. Coping adalah kondisi
ketika peserta didik berhasil mengatasi kesukaran atau usaha meniadakan atau
membebaskan diri dari rasa tidak enak karena stres. Tentu dengan bantuan guru
bimbingan dan konseling semua dapat dilakukan. Dalam mengatasi masalah
seperti stres pada peserta didik, guru bimbingan dan konseling dapat
menggunakan strategi coping ini.

Buku ini akan terus diperbaiki mengikuti kebutuhan dan perkembangan ilmu
pengetahuan. Saran dan kritik yang mebangun akan diterima demi
penyempurnaan buku ini. Teriring doa semoga buku ini dapat bermanfaat dan
menjadi bagian dalam perkembangan pendidikan di Indonesia.

Bengkulu, April 2019

Penulis

3
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................................................... 3

Daftar Isi ................................................................................................................. 4

Gambaran Umum Stres .......................................... Error! Bookmark not defined.

Aspek Fisiologis dari Stres .................................................................................... 9

Apa itu Coping Stress? ......................................................................................... 10

Mengenal Generasi Z ........................................................................................... 13

Bagaimana Tingkat Stres pada Generasi Z? ...... 1Error! Bookmark not defined.

Mengapa Kita Perlu Mengenalkan & Mengajarkan Strategi Coping Stress?17

Strategi Coping Stress pada Generasi Z ............................................................. 19

Kesimpulan ........................................................................................................... 22

Daftar Pustaka ..................................................................................................... 23

4
Gambaran Umum Stres

Istilah stres diperkenalkan oleh Selye pada tahun 1930 dalam bidang psikologi dan
kedokteran.

Ia mendefinisikan stres sebagai reaksi dari organisme terhadap situasi yang


membebani atau mengancam jiwanya1.

“Hubungan khusus seseorang dengan lingkungannya yang dianggap


melampaui kemampuannya dan membahayakan kesejahteraannya”, Lazarus
& Folkman (1984).

Pengalaman emosional yang negatif yang terjadi ketika tuntutan pada


seseorang lebih besar daripada kapasitas responnya (Kaplan, 1999).

Kata stres berasal dari bahasa Latin yaitu “stringere” yang berarti ketegangan,
dan tekanan1. Stres dibagi menjadi dua jenis yaitu:

Eustress Distress
Stres yang baik yang Stres yang memberikan
memberikan dampak positif dampak buruk/negatif yang
bagi individu memicu timbulnya stres

Gambar 1. Jenis Stres4

5
Sumber Stres (Stressor)
Pengalaman atau situasi yang penuh dengan tekanan yang dapat menimbulkan
stres. Sumber stres (stresor) dapat dikategorikan menjadi tiga jenis, yaitu4:

Gambar 2. Sumber Stres4

Stres dapat menyebabkan berbagai gejala fisik, emosional, dan perilaku. Menurut
Abdulghani (2011), berbagai gejala stres bisa mempengaruhi kesehatan yang
berbeda pada setiap orang. Namun pada sebagian besar orang, hal ini cenderung
menunjukkan respon atau cirinya sendiri. Pada orang yang satu, mungkin berupa
sakit kepala dan pada orang lain mungkin muncul diare atau hipertensi5. Menurut
Mayo Foundation for Medical Education and Research, efek yang ditimbulkan stres
dapat berupa4:

6
Tabe1 1. Efek Positif dari Stres4

Mental Emosional Fisik


Kreativitas meningkat Kemampuan mengontrol Tingkat energi meningkat
diri meningkat
Kemampuan berpikir Responsif terhadap Stamina meningkat
meningkat lingkungan sekitar
Memiliki orientasi Relasi interpersonal Fleksibilitas otot dan sendi
kesuksesan yang lebih meningkat meningkat
tinggi
Motivasi meningkat Moral meningkat Terbebas dari penyakit
yang berhubungan dengan
stres

Tabe1 2. Efek Negatif dari Stres4

Mental Emosional Fisik


Cemas Makan berlebihan Sakit kepala
Iritabilitas meningkat Tidak mau makan Sakit punggung
Tidak dapat beristirahat Mudah marah Sakit dada
Depresi Mengonsumsi alkohol Palpitasi jantung
Sedih Frekuensi merokok Tekanan darah meningkat
meningkat
Marah Kurang bersosialisasi Imunitas menurun
Sulit untuk fokus Sulit melafalkan kata – kata Sakit abdomen
Daya ingat menurun Masalah dengan orang Gangguan tidur
disekitar bertambah

7
Secara garis besar dampak stres dapat menimpa pada kondisi fisik dan kondisi
psikologis individu. Berikut ini dampak stres terhadap fisik individu:

Gambar 3. Dampak stres terhadap fisik5

Dalam rangka mengurangi stres yang muncul dalam diri setiap peserta didik, yang
pertama dan utama adalah mengetahui penyebab timbulnya stres. Diketahuinya
penyebab stres maka akan mempermudah penentuan cara mengurangi stres yang
muncul pada peserta didik.

8
Aspek Fisiologis dari Stres

Stressor dari lingkungan dapat mengganggu keseimbangan dalam tubuh. Respon


internal dari tubuh untuk melawan stressor dan mengembalikan keseimbangan
dalam tubuh disebut dengan sindrom adaptasi umum (general adaptation
syndrome), yang terdiri dari tiga fase, yaitu:

Fase alarm

Fase saat tubuh menggerakkan sistem saraf simpatetik untuk menghadapi


ancaman langsung dari luar. Pelepasan hormon pada saat kita mengalami emosi
yang kuat menghasilkan lonjakan energi, ketegangan otot, tekanan darah
menguat, dll.

Fase penolakan

Fase pada saat tubuh berusaha menolak atau mengatasi stressor yang tidak dapat
Dihindari, respon tubuh bisa “fight atau flight”. Pada beberapa kasus, tubuh pada
akhirnya akan beradaptasi terhadap stressor dan kembali ke kondisi normal.

Fase Kelelahan

Fase pada saat stres yang terus berkelanjutan menguras energi tubuh,
meningkatkan kerentanan terhadap masalah fisik dan pada akhirnya
memunculkan penyakit. Individu mulai melemah dan tidak bisa lagi berespon
“fight atau flight”.

9
Apa itu coping stress?

Coping stres merupakan suatu proses dinamis dari peserta didik untuk mengubah
secara konstan pikiran dan perilaku mereka dalam merespon berbagai perubahan
dalam penilaian terhadap kondisi stres dan tuntutan-tuntutan dalam situasi
tersebut6 atau dengan kata lain merupakan suatu usaha berbentuk kognitif maupun
perilaku yang secara spesifik dilakukan untuk mengelola tuntutan-tuntutan yang
menyebabkan stres. Coping stres juga dapat dikatakan sebagai proses individu
dalam melakukan segala sesuatu yang ditujukan untuk menanggulangi dan
mengurangi atau menghilangkan dampak negatif stres.

Tidak semua stressor memberikan dampak yang sama atau mengganggu pada
individu. Bagaimana stressor mempengaruhi individu tergantung pada:

1. Perbedaan fisiologis antar individu dalam sistem kardiovaskular, endokrin,


kekebalan tubuh, dan sistem tubuh yang lain.
2. Faktor psikologis (sikap, emosi, kepribadian, persepsi terhadap stressor)
3. Bagaimana orang bertingkah laku/berespon terhadap stressor (coping
stress)

Gambar 4. Respon Multidimensi Terhadap Stres7

10
Menurut Lazarus & Folkman (Sugiarti, 2000) coping mempunyai 2 (dua) fungsi
utama yaitu mengatur emosi yang menekan dan mengubah hubungan atau
tuntutan yang bermasalah antara peserta didik dan lingkungan yang menimbulkan
tekanan. Strategi coping diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kategori besar8, yaitu:

1. Problem Focused Coping (PFC)

2. Emotion Focused Coping (EFC)

1. Problem Focused Coping

Menurut Andrews, problem focused coping merupakan upaya mengatasi


stres/beban dengan fokus pada penyelesaian masalah – masalah yang
menimbulkan situasi stres. Intinya, bila kita mampu menyelesaikan masalah yang
kita hadapi, maka kita bisa mengurangi tekanan/stres. Bentuk-bentuk dari
problem focus coping ini adalah :

1. Confrontive •upaya agresif individu untuk mengubah situasi dan


mengambil risiko yang terjadi
coping

2. Planful •usaha coping yang bertujuan untuk mengubah keadaan yang


disertai dengan pendekatan analitis untuk menyelesaikan
problem solving masalah

3. Accepting •upaya coping dengan cara mengakui peran individu dalam


masalah yang dialaminya
responsibility
4. Seeking social •upaya mencari dukungan sosial 11
support
2. Emotion Focused Coping

Coping ini bertujuan untuk menghilangkan atau meredakan emosi-emosi


yang muncul karena stressor (marah, cemas, berduka). Bentuk dari Emotion focus
coping ini adalah :

1. Seeking social •upaya mencari dukungan sosial, termasuk dukungan emosional


support
•upaya mengatur perasaan dengan menyembunyikan perasaan
2. Self control atau mengatur tindakan)

3. Escape avoidance •tindakan melarikan diri atau menghindari masalah


(denial)
•upaya menciptakan makna postif dengan berfokus pada
4. Positive reappraisal perkembangan individu

•usaha untuk menjauhkan diri atau menjaga “jarak” dari


5. Distancing masalah

Kondisi stres membuat peserta didik merasa tidak nyaman dan tertekan akibat
tuntutan-tuntutan yang dihadapi. Namun jika peserta didik mampu untuk
mengatasi berbagai tuntutan yang ada dan meniadakan rasa tidak nyaman maka
stres dapat dihindarkan. Dalam mengatasi masalah seperti stres pada peserta
didik, guru bimbingan dan konseling dapat menggunakan strategi coping ini.
Strategi coping baik dengan Problem focused coping (PFC) atau Emotion focused
coping (EFC) keduanya sangat efektif untuk dapat direkomendasikan sebagai
bentuk bantuan penyelesaian masalah stres pada peserta didik.

12
Mengenal Generasi Z

Generasi Z merupakan kelompok demografi yang datang setelah generasi The


Millennials. Sebuah kelompok generasi yang juga dikenal dengan istilah Post-
Millennials dan iGeneration. Generasi ini merupakan kelompok yang lahir diantara
tahun 1996 dan 2010 yang melibatkan teknologi informasi seperti sosial media dan
aplikasi lainnya kedalam kehidupan sehari-harinya secara intens2. Berdasarkan
karakteristik tersebut, terlihat bahwa hampir seluruh peserta didik kita berada
pada rentang generasi Z.

Mari kita lihat beberapa statistik menarik terkait generasi Z ini5 :

Sekitar 75% remaja generasi


Z memiliki ponsel sendiri,
Menghabiskan waktu sekitar 22% remaja generasi Z masuk
25% digunakan untuk media
7.5 jam per hari berinteraksi ke akun media sosial lebih
sosial, 54% untuk texting,
dengan gawai digital dari 10 kali setiap hari
dan 24% untuk instant
messaging

Jam-jam terakhir sebelum


Lebih suka texting atau tidur, lebih dari setengah
Lebih sering “multitasking”
instant messaging daripada remaja generasi Z berkirim
(fast-switching)
bertelepon pesan (texting) kepada
teman-temannya

Sepertiga generasi Z pemilik


smartphone langsung online
sesaat setelah bangun tidur

Gambar 1. Hasil statistik generasi Z.


Diadaptasi dari https:// www.theglobeandmail.com

13
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik sebagian besar peserta didik yang
merupakan generasi Z adalah5 :

Gambar 2. Karakteristik generasi Z.


Diadaptasi dari https:// www.theglobeandmail.com

14
Bagaimana tingkat stres pada Generasi Z ?

Menurut Lazarus dan Folkman (1984) menyatakan bahwa kondisi fisik, lingkungan
dan sosial yang merupakan penyebab dari kondisi stres disebut dengan stressor1.
Banyak hal dan peristiwa dalam hidup yang dapat menyebabkan stres. Hal-hal
yang menjadi sumber stres atau penyebab stres disebut dengan stressor.

Pada intinya, sumber stres dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis, yaitu 6:

sumber stres yang sumber stres yang sumber stres


berasal dari dalam diri berasal dari dalam komunitas dan
keluarga lingkungan sosial

Menurut penelitian American Psychological Association (APA) tahun 2018 berjudul


“Stress in America: Generation Z”, anak muda usia 15 sampai 21 tahun adalah
kelompok manusia dengan kondisi kesehatan mental terburuk dibandingkan
dengan generasi-generasi lainnya7.

Menurut penelitian APA tersebut, diperoleh hasil bahwa sebanyak 91 persen


generasi Z mempunyai gejala-gejala emosional maupun fisik yang berkaitan
dengan stres, seperti depresi dan gangguan kecemasan. Stres adalah faktor
terbesar penyebab buruknya kesehatan mental generasi Z7.

Stres yang dialami banyak orang dalam generasi Z disebabkan oleh beberapa hal.
Peningkatan angka bunuh diri, peningkatan laporan terhadap kasus kekerasan
dan pelecehan seksual, hingga pemanasan global dan perubahan iklim adalah
beberapa faktor pemicu stres generasi Z. Isu-isu tersebut bisa menjadi persoalan
tersendiri bagi individu-individu dalam generasi Z akibat tingginya aksesibilitas
informasi bagi generasi Z7.

15
Gambar 3. Gambaran kesehatan mental dan stressor generasi Z
Diadaptasi dari https://www.apa.org

16
Mengapa kita perlu mengenalkan dan
mengajarkan strategi coping stress pada peserta
didik?

Banyak manfaat yang akan didapat bila kita membantu peserta didik dalam
mengelola stres sehingga nantinya mampu menggunakan strategi yang efektif
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Adanya pengenalan terhadap
strategi coping stres ini diharapkan mampu mengubah pengetahuan dan perilaku
peserta didik dalam mengelola berbagai tuntutan spesifik dalam kehidupannya.

Peserta didik yang sebagian besar merupakan generasi Z berada pada masa
transisi, dimana mereka harus beradaptasi dengan berbagai perubahan pada
dirinya, seperti perubahan biologis, kognitif dan sosial emosional2. Walaupun
generasi Z dikenal lebih mandiri dibandingkan dengan generasi sebelumnya,
tetapi proses penyesuaian tersebut bukan merupakan hal yang mudah dilakukan
oleh peserta didik, sehingga tidak sedikit masalah yang muncul sebagai
perubahan tersebut.

Menurut Hurlock ada beberapa masalah yang dialami remaja dalam memenuhi
tugas perkembangan, yaitu masalah pribadi yang meliputi berbagai masalah yang
berhubungan dengan situasi dan kondisi di rumah, sekolah, kondisi fisik,
penampilan, emosi, penyesuaian sosial, tugas dan nilai-nilai, dan masalah khas
remaja yang disebabkan oleh status yang tidak jelas pada remaja (seperti masalah
pencapaian kemandirian, kesalahpahaman atau penilaian berdasarkan stereotip
yang keliru, adanya hak-hak yang lebih besar dan lebih sedikit kewajiban
dibebankan oleh orangtua)3.

Berbagai situasi diatas tentunya menimbulkan stres bagi peserta didik dan setiap
orang tentunya memiliki respon yang berbeda untuk mengurangi stres tersebut.
Hal inilah yang dimaksud dengan usaha coping stres, sehingga setiap orang
memiliki coping stres yang berbeda. Strategi coping stres penting untuk
mengurangi stres pada diri seseorang, hal ini diperlukan sebagai upaya mengatasi
resiko berbahaya akibat dari stres. Salah satunya adalah dampak pada kesehatan

17
dimana terjadi timbunan lemak di bagian tengah tubuh, peningkatan insulin,
hormon tertentu dan lemak perut yang merupakan faktor risiko utama untuk
sindrom metabolik dan diabetes tipe 24.

Dengan mengenal konsep berbagai strategi coping stres, peserta didik akan
merasa lebih percaya diri menghadapi setiap perubahan dalam kehidupannya,
karena mereka telah terlatih untuk mengelola setiap masalah sehingga pada
akhirnya mereka menemukan berbagai solusi untuk mengatasi masalah yang
dihadapi. Bagi kita sebagai pengajar, konsep strategi coping stres akan
memberikan pengalaman yang memperkaya wawasan karena kita akan melihat
berbagai strategi coping yang berbeda untuk setiap peserta didik bahkan untuk
setiap masalah yang sama dengan cara yang mungkin tidak pernah kita pikirkan
sebelumnya.

Dengan kata lain, tujuan akhir kita membekali peserta didik dengan konsep
strategi coping stres adalah memotivasi peserta didik untuk :

Mentoleransi
Mengurangi kondisi
berbagai peristiwa Memelihara self
lingkungan yang
dan kenyataan yang image yang positif
membahayakan
negatif

Melestarikan
Memelihara
hubungan baik
keseimbangan emosi
dengan orang lain

18
Strategi Coping Stress pada Generasi Z

Strategi coping stress bertujuan untuk melindungi diri terhadap rasa devaluasi diri
dan menghilangkan ketegangan dan kecemasan yang menyakitkan. Adapun
beberapa upaya untuk mengatasi stres pada generasi Z yang dapat disarankan
pada peserta didik adalah:

1. Mendinginkan kepala

Menenangkan diri dan mengurangi rangsangan fisik tubuh melalui relaksasi


dan meditasi. Relaksasi akan menurunkan tekanan darah, hormon stres dan
membuat otot menjadi lebih santai. Menenangkan diri juga dapat dicapai melalui:
pijat, mendengarkan musik, rekreasi atau aktivitas lain yang memberikan
kesempatan kepada tubuh untuk pulih dari fase alarm.

2. Memecahkan masalah

Fokus pada masalah penyebab stres, dan juga pemecahan masalah yang
mungkin dapat dilakukandengan menggunakan prosedur-prosedur problem
solving. Usaha coping sangat spesifik tergantung pada situasi dan masalah yang
dihadapi. Beberapa strategi mengatasi masalah (Carver, dkk, 1989):

Active coping
Tindakan menghilangkan atau menghindari stressor, atau mengurangi efek
negatif stressor.
Planning
Individu memikirkan strategi yang kiranya dapat mengatasi stressor.
Suppression of competing activities
Mengesampingkan atau mengalihkan perhatian dari masalah/aktivitas lain,
agar dapat konsentrasi sepenuhnya untuk menyelesaikan masalah penyebab
stres.
Seeking social support for instrumental reasons

19
Mencari dukungan sosial (saran, bantuan, informasi) untuk memecahkan
masalah.

3. Memikirkan kembali masalah

Strategi ini memiliki beberapa cara yang dapat diterapkan, seperti:


a. Menilai dan meninjau kembali situasi (reappraisal: masalah → tantangan;
kehilangan → keuntungan) dan mencari aspek positif dari masalah
b. Belajar dari pengalaman
Pengalaman sebagai sarana untuk membuat diri lebih kuat, tangguh dan tegar.
Mencari makna dari setiap pengalaman-pengalaman sulit dan traumatis.
c. Membuat perbandingan sosial.
Membandingkan situasi yang dihadapi dengan kondisi orang lain yang kurang
beruntung. Membandingkan diri mereka dengan kesuksesan orang lain dalam
menghadapi masalah.

4. Mendapatkan dukungan sosial

Dukungan dan perhatian dari sahabat, keluarga, tetangga, teman dapat


membantu mengatasi situasi sulit yang menekan. Menurut Cutrona & Russell
(1990), dukungan sosial merupakan serangkaian tingkah laku interpersonal dari
para anggota kelompok sosial yang bertujuan untuk membantu individu di dalam
kelompok tersebut agar dapat melewati peristiwa dan kondisi yang tidak
menyenangkan.
Menurut Sarafino, terdapat lima tipe dukungan sosial:

20
Dukungan Dukungan
Dukungan emosional
penghargaan instrumental
ekspresi rasa cinta,
empati,sayang, perhatian ekspresi sambutan, dorongan,
bantuan secara praktis,
kepada orang lain pernyataan, dan penilaian yang
langsung dan sifatnya nyata
positif

Dukungan jaringan
Dukungan informasi berwujud pada kondisi dimana
pemberian saran,nasehat, seseorang menjadi bagian dari
umpan balik tentang bagaimana suatu kelompok yang dipercaya,
ia melakukan sesuatu mempunyai minat dan kegiatan
yang disukai

5. Sembuh dengan membantu orang lain

Salah satu cara untuk menghadapi stres, kehilangan dan tragedi yaitu
dengan cara memberikan dukungan dan bantuan kepada orang lain. Individu akan
kembali mendapatkan kekuatan dengan mengurangi fokus terhadap kesulitannya
sendiri dan lebih banyak menolong orang lain yang juga berada dalam kesulitan.
Hal ini dikenal dengan Compassion, yaitu fenomena dimana individu yang
menderita stres dapat pulih dengan menolong orang lain.

Berbagai strategi coping stress yang dapat kita kenalkan pada peserta didik dapat
dilihat pada Tabel

21
Kesimpulan

Coping bukanlah suatu proses yang berdiri sendiri melainkan perlu adanya
pengaruh dari berbagai tuntutan dan sumber daya yang terdapat di lingkungan.
Coping merupakan suatu proses yang dilakukan peserta didik dalam usahanya
untuk mengatasi kesenjangan antara tuntutan yang dipersepsikan dan sumber-
sumber yang dimilikinya dalam menghadapi situasi stressfull. Kondisi berbagai
permasalahan yang dihadapi peserta didik terutama kaitannya dengan generasi Z
yang memang rentan dengan stres, menuntut adanya strategi coping yang sesuai
yang dapat mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan atau
menyelesaikan permasalahannya.

22
Daftar Pustaka
1. Lazarus, R.S. & Folkman, S. (1984). Stress Appraisal and Coping. New
York: Springer
2. McDowell, S. (2016) 9 Important Insights about Generation Z.
Seanmcdowell.org (November 29, 2016)
https://seanmcdowell.org/blog/9-important-insights-about-generation-
z
3. Hurlock, Elizabeth B. (2011). Psikologi Perkembangan : Suatu
Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga
4. Agolla, J.E., & Ongori, H. (2009). An Assesment Of Academic Stress
Among Undergraduate Student. Academic Journal Eduational Research
& Review Vol.4 (2)
5. Anderssen, E. (2017). Through the eyes of Generation Z. The Globe and
Mail.com (November 12, 2017)
https://www.theglobeandmail.com/news/national/through-the-eyes-of-
generation-z/article30571914/
6. Sarafino, E.P. (2006). Health Psychology: Biopsychosocial Interactions
(5th ed), New York : John Wiley &Sons, Inc
7. Bethune, S. (2019). Gen Z more likely to report mental health concerns.
American Psychological Association (January, 2019).
https://www.apa.org/monitor/2019/01/gen-z
8. Taylor, S.E. and Stanton, A.L. 2007. Coping resources, coping processes,
and mental health. Annual Review of Clinical Psychology, 3: 377–401.

23
x

24

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai